Upload
duongxuyen
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada di
dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk
mencapai tujuan bersama (Friedman, 1998).
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan dan
kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental emosional serta
sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan logan, 1989 dalam buku
Friedman 1998).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Dep
Kes R.I, 1998).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah,
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
2
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental
emosional serta sosial dari tiap anggota keluarga.
2. Struktur Keluarga.
Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :
a. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi :
1) Bersifat terbuka dan jujur
2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga
3) Berpikiran positif
4) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
1) Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu atau
pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu
meminta dan menerima umpan balik.
2) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan
balik, melakukan validasi.
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi
atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai
suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat
dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik.
3
Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua
mereka entah kemana atau malah berdiam diri di rumah.
c. Struktur kekuatan.
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
perilaku orang lain ke arah positif.
d. Nilai-nilai keluarga.
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang
secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang
baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
3. Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Friedman(1998) :
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang
hidup dalam rumah tangga yang sama
a) Keluarga yang melakukan perkawinan yang pertama
b) Keluarga-keluarga dengan orang tua campuran atau orang
tua tiri
4
2) Pasangan inti
Terdiri dari suami istri tanpa anak atau tidak ada anak yang
tinggal bersama mereka
a) Karier tunggal
b) Keduanya berkarier dibedakan menjadi karier istri terus
berlangsung dan karier istri terganggu
3) Keluarga dengan orang tua tunggal
Adalah satu yang mengepalai sebagai konsekuensi dari
perceraian, ditinggal atau pisah
a) Bekerja atau berkarier
b) Tidak bekerja
4) Bujangan dewasa yang tinggal sendirian
5) Keluarga besar 3 generasi
6) Pasangan usia pertengahan atau lansia
suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal diruamah (anak
sudah kuliah, bekerja, atau kawin).
7) Jaringan keluarga besar
Dua keluarga inti atau lebih dari kerabat primer atau anggota
keluarga yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah
geografis dan dalam sistem presiprokal atau tukar menukar
barang dan jasa.
5
b. Tipe keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah (biasanya
terdiri dari ibu dan anak saja)
2) Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah
3) Pasangan kumpul kebo
4) Keluarga Gay atau lesbian adalah pasangan yang berjenis
kelamin sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah
5) Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih
dari satu pasangan monogami dengan anak-anak, secara
bersama menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki
pengalaman yang sama.
4. Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : (Friedman, 1998)
a. Mengenal masalah kesehatan.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat.
5. Tahap dan Tugas perkembangan keluarga menurut Friedman
(1998).
a. Tahap I (Keluarga pemula)
Tahap ini dimulai ketika terjadi sebuah pernikahan antara 2 orang
insan yaitu laki-laki dan perempuan.
6
Tugas perkembangan keluarga :
1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan
2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis
3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai
orang tua)
b. Tahap II (Keluarga yang sedang mengasuh anak)
Tahap kedua dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi
berusia 30 bulan.
Tugas perkembangan keluarga :
1) Membentuk keluarga mudasebagai sebuahunit yang mantap
(mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga)
2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga.
3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran peran orang tua dan kakek nenek
c. Tahap III (Keluarga dengan anak usia prasekolah)
Tahap ketiga dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan
berakhir ketika anak berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan keluarga:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang
bermain, privasi, keamanan
2) Mensosialisasikan anak
7
3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain
4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga
(Hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dad anak) dan
di luar keluarga (keluarga besar dan komunitas)
d. Tahap IV (Keluarga dengan anak usia sekolah)
Tahap ke empat dimulai ketika anak pertama berusia 6 tahun mulai
masuk sekolah dasar dan dan berakhir pada usia 13 tahun,
merupakan awal dari masa remaja.
Tugas perkembangan keluarga :
1) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya
yang sehat.
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
e. Tahap V ( Keluarga dengan anak remaja)
Dimulai ketika anak pertama berusia 13 tahun. Tahap ini
berlangsung 6-7 tahun, meskipun tahap ini lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih
tinggal dirumah hingga umur 19 atau 20 tahun.
Tugas Perkembangan Keluarga :
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
8
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak
f. Tahap VI (Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir hingga anak terakhir meninggalkan rumah (rumah kosong).
Tugas Perkembangan Keluarga :
1) Memperluas siklus kelearga dengan memasukan anggota
keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak
2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali
hubungan perkawinan
3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami
maupun isteri
g. Tahap VII (Orang tua usia pertengahan)
Dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pensiun atau kematian salah satu pasangan.
Tugas Perkembangan Keluarga :
1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan-hubungan yang saling memuaskan
dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak
3) Memperkokoh hubungan perkawinan
9
h. Tahap VIII (Keluarga dalam masa pensiun dan lansia)
Dimulai ketika salah satu atau kedua pasangan pensiun terus
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir
ketika pasangan lain meninggal.
Tugas Perkembangan Keluarga :
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
6) Meneruskan untuk memahamieksistensi mereka ( Penelaahan
dan integrasi hidup)
6. Fungsi keluarga
Friedman (1998) membedakan fungsi keluarga menjadi lima yaitu :
a. Fungsi afektif
Merupakan fungsi yang berhubungan dengan fungsi internal
keluarga dalam bentuk dukungan dan perlindungan psikologi bagi
anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Proses perkembangan dan perubahan yang di alami individu sebagai
hasil dari interaksi social dari lahir sampai mati. Keluarga sebagai
tempat individu melakukan sosialisasi untuk belajar.
10
c. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga
dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga
serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental
dan spiritual dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga
serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti
sandang pangan papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan
sumber dana keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi
kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi biologis
Fungsi biologis tidak hanya dirujukkan untuk meneruskan keturunan
tapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan
generasi selanjutnya.
f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih
sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara keluarga dan
memberikan identitas keluarga.
g. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, ketrampilan, membentuk perii denglaku anak,
11
mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesui
dengan tingkatan perkembangannya.
B. Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah
1. Pengertian
Tahap perkembangan keluarga tahap 4 (keluarga dengan anak usia
sekolah) adalah tahap perkembangan keluarga yang dimulai ketika anak
pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan
berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya
mencapai jumlah anggota maksimum, dan hubungan keluarga diakhir
tahap ini.
2. Tugas perkembangan keluarga dengan anak sekolah
Menurut Duval (1989 dalam Friedman, 1998) tugas perkembangan
keluarga dengan anak usia sekolah adalah :
a. Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah
dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
3. Masalah-masalah utama pada anak usia sekolah
Masalah kesehatan utama pada tahap IV atau anak usia sekolah menurut
Friedman (1998) :
12
a. Masalah transisi peran orang tua
Tugas orang tua pada tahap ini adalah untuk belajar
menghadapi pisah dengan , atau lebih sederhana membiarkan anak
pergi. Lama kelamaan hubungan dengan teman sebayadan
kegiatan-kegiatan diluar rumah akan memainkan peranan yang
lebih besar dalam kehidupan anak usia sekolah tersebut. Tahun-
tahun ini dipenuhi oleh kegiatan-kegiatan keluarga, tapi ada juga
kekuatan-kekuatan yang secara perlahan-lahan mendorong anak
tersebut pisah dari keluarga sebagai persiapan menuju masa
remaja.
Selama tahap ini orang tua merasakan tekanan yang luar
biasa dari komunitas diluar rumah melalui sistem sekolah dan
berbagai asosiasi diluar keluarga yang mengharuskan anak-anak
mereka menyesuaikan diri dengan standar-standar komunikasi bagi
anak. Hal ini cenderung mempengaruhi keluarga-keluarga kelas
menengah untuk lebih menekankan nilai-nilai tradisional
pencapaian dan produktivitas, dan menyebabkan sejumlah keluarga
dari kelas pekerja dan banyak keluarga miskin merasa tersingkir
dari dan konflik dengan sekolah dan atau nilai-nilai komunitas.
b. Masalah kesehatan dan perawatan anak
Kecacatan pada anak akan ketahuan selama periode
kehidupan anak ini. Para perawat sekolah dan guru akan
mendeteksi banyak defek penglihatan, pendengaran, wicara, selain
13
kesulitan belajar, gangguan tingkah laku, dan perawatan gigi yang
tidak adekuat, penganiayaan anak, penyalahgunaan zat, dan
penyakit-penyakit menular. Ada banyak keadaan cacat yang
terdeteksi selama tahun-tahun sekolah, termasuk epilepsi, serebral
palsi, retardasi mental, kanker, kondisi ortopedik.
Fungsi perawat kesehatan disini di samping fungsi rujukan,
mengajar, dan memberikan konseling kepada orang tua mengenai
kondisi tersebut akan membantu keluarga melakukan koping
sehingga pengaruh yang merugikan dari cacat tersebut pada
keluarga dapat diminimalkan.
Bagi anak-anak dengan masalah tingkah laku, perawat
keluarga disekolah, klinik, dokter, dan lembaga-lembaga
komunitas harus mengupayakan keterlibatan orrang tua secara
aktif. Memulai rujukan untuk konseling/terapi keluarga sering amat
bermanfaat dalam membantu keluarga agar sadar akan masalah-
masalah keluarga yang mungkin mempengaruhi anak usia sekolah
secara merugikan. Jika orang tua dapat menata kembali masalah
tingkah laku anak sebagai sebuah masalah keluarga dan upaya
mencari resolusi dengan fokus baru tersebut, akan tercapai lebih
banyak fungsi-fungsi keluarga dan tingkah laku anak yang sehat.
14
C. Konsep Penyakit
1. Pengertian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses
inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal
(mikroplasma), atau aspirasi substansi asing yang melibatkan suatu
atau semua bagian saluran pernapasan (Wong, 2003).
Pengertian lain dari ISPA adalah sebagai berikut menurut
(Nelson,1999). ISPA adalah infeksi yang terutama mengenai struktur
saluran diatas Laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai
bagian saluran atas dan bawah secara stimulant berurutan.
ISPA adalah penyakit akut yang menyerang salah satu bagian
dari atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas)
hingga alveoli saluran bawah.Termasuk jaringan adreksya seperti
sinus-sinus rongga telinga tengah dan pleura. (Depkes RI,2002)
ISPA adalah infeksi yang menyerang sistem pernafasan, baik
sistem pernafasan atas ataupun bawah (parenkim paru) yang
berlangsung hingga 14 hari (IDAI, 2008).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut atau ISPA adalah penyakit akut yang menyerang
saluran pernafasan baik saluran pernafasan atas ataupun bawah yang
ditandai dengan demam disertai satu atau lebih reaksi seperti.
15
2. Anatomi saluran pernafasan atas
Anatomi saluran pernafasan
Susunan pernafasan dapat dibagi dalam traktus bagian dalam
traktus bagian atas dan bawah. Traktus respiratori bagian atas terdiri
atas hidung, nasofaring, sinus dan laring, serta traktus respiratori
bagian bawah terdiri dari trakea, bronchi, bronchioles dan alveoli.
(1) Traktus respiratorius bagian atas
(a) Hidung
Bagian interior dari hidung dibagi dalam paruhan kiri
dan kanan oleh septumnasi. Setiap paruhan di bagi secara tidak
lengkap menjadi 4 daerah yang mengandung saluran nasal
ynag berjalan kebelakang, mengarah pada nasofaring. Area
tepat pada dalam lubang hidung dilapisi oleh kulit yang
16
mengandung rambut yang kasar. Sisa dari interior dilapisi oleh
membran mukosa.
Fungsi dari hidung adalah membawa udara dari dan
keparu dan menghangatkan udara saat di inspirasi. Bulu di
dalam lubang hidung dan silia yang melapisi membran mukosa
bertindak untuk menganggkat debu dan benda asing dari udara.
Jiga terhadi inspeksi, efek lokal utama adalah iritasi
dari sel mukus yang menyebabkan produksi mukus yang
berlebih, pembengkakan dari membran mukosa akibat edema
lokal dan kongesti dari pembuluh darah. Saluran hidung
cenderung menjadi terblokir oleh pembengkakan sesresi tang
berlebihan. Pada awalnya jika terjadi infeksi firus, sekret
jernih, tetapi jika terdapat invasi sekunder bakteri sekret
menjadi kekuning-kuningan atau kehijauan akibat adanya pus.
(b) Sinus
Sinus paranasal melengkapi suatu sistem ruang udara
yang terletak dalam berbagai tulang pada muka. Sinus dilapisi
dengan mukosa sekretoris dan memperoleh suplai darah dari
saraf hidung.
(c) Laring
Terletak didepan dari faringdan diatas permukaan dari
trakhea. Terutama terdiri dari tulang rawan tiroid dan cocoid,
dan tujuh tulang rawan lain yang menghubungkan secara
17
bersama oleh membrana. Pada bagian atas tempat masuk ke
laring terdapat struktur tulang rawan tergantung disebut
epiglotis, yang mengawal glotis selama menelan, mencegah
makanan masuk laring dan trakea. Bagian interior laring
mengandung dua lipatan membrana mukosa yang berentang
melintasi rongga dari laring dari bagian tengah tulang rawan
tiroid ke tulng rawan arytenoid. Ini merupak pita suara. Selama
pernafasan biasanya pita suara terletak dalam jarak tertentu
dari garis tengah dan udara respirasi melintas secara bebas
diantaranya tanpa menimbulkan vibrasi. Selama inspirasi
dalam yang dipaksakan pita suara berada dalam keadaan lebih
abduksi, sementara selama brbicara atau menyanyi pita suara
dalam keadaan adduksi. Perubahan ini dipengaruhi oleh otot-
otot kecil. Pada bayi berusia 4 bulan, pita suara lebih pendek
dibanding orang dewasa.
Laring berfungsi sebagai alat respirasi, saat ada
makanan masuk laring secara otomatis akan menutup agar
makanan tidak masuk dalam saluran pernafasan. Reflek
penutupan ini tergantung pada koordinasi neuromuskular yang
kemungkinan tidak nekerja secara penuh pada bayi 4 bulan,
sehingga mengarah pada spasme.
18
(2) Traktus respiratori bagian bawah
Struktur yang mebentuk traktus respiratori bagian bawah adalah
trakea bronki, dan bronkioles serta paru-paru
(a) Trakea, bronki, bronkioles.
Trakea, bronki, bronkioles merupakan tuba yang
mengalirkan udara ke dalam dan keluar paru-paru. Trakea
dimulai pada bagiian bawah dari laring dan melintas
dibelakang sternum kedalam toraks. Trakea merupaka tuba
membranosa fleksibel, kaku karena adanya cincin tidak
lengkap yang bespasi secara teratur. Tuba dilapisi oleh
membrana mukosa, epitelium besilia. Trakea dibagi mejadi
cabang yang memasuki paru-paru yaitu bronki atau
bronkus, bronki sendiri terbagi atas cabang yang tidak
terhitung dengan ukuran yang secara progresif berkurang
hingga hingga cabang mempunyai penampang yang sempit
disebut bronkioles.
(b) Paru-paru
Secara anatomi, unit dasar dari struktur paru-paru
dipertimbangkan oleh lobulus sekunder. Lobulus ini
membentuk masing-masing paru-paru. Setiap lobulus
mertupakan miniatur dari paru-paru dengan percabangan
bronkial dan sirkulasi tersendiri.setiap bronkiolus
19
berterminasi kedalam suatu alveolus. Alveolus terdiri atas
sel epitel tipis datar dan disinilah terjadi pertugaran gas.
Apeks dari paru-paru mencapai daerah tepat diatas
clavicula dan dasarnya brtumpu pada diafragma. Kedua
paru-paru dibagi kedalam lobus, lobus paru-paru kana
berjumlah 3 dan paru kiri dibagi 2. Nutrisi dibawa pada
jaringa paru-paru oleh darah melalui arteri bronkial, darah
kembali dari jaringan paru-paru melalui vena bronkial.
Paru-paru disulpai dengan darah deoksigenasi oleh
arteri pulmonalis yang datang dari ventrikel kanan. Arteri
membagi diri menjadi kapiler yang terletak dan
mengelilingi pada dinding alveoli. Dinding alveoli maupun
kapiler sangat tipis dan disinilah terjadi pertukan gas
pernapasan.
Paru- paru dilapisi oleh selaput yang dinamakan
pleura, pleura yang menutupi permukaan paru-paru disebut
pleura viseralis dan yang melapisi permukaan dalam dari
dinding toraks dan bagian dari diafragma disebut pleura
parietalis. Kedua permukaan licin dan dibasahi dengan
cairan serosa, cairan ini berfungsi untuk mengurangi
gesekan saat bernafas.
Fungsi paru-paru adalah ventilasi, yaitu
memasukkan udara yang mengandung oksigen dan
20
mengalirkannya ke dalam darah serta mengeluarkan udara
yang mengandung karbondioksida dari dalm darah.
Pada seorang dewasa saat pernafasan yang tenang
bernafas 6-7 liter udara per menit dengan pernapasan 12-14
kali permenit. Jumlah udara yang diinspirasi atau
diekspirasi saat pernapasan 500 ml (udara tidal). Pada saat
istirahat seorang dewasa menggunakan sekitar 250 ml
oksigen per menit dan mengekspirasi 200 ml
karbondioksida per menit. Pada latihan berat, volume
ventilasi paru-paru dapat melebihi 80 liter per menit dan
penggunaan oksigen dapat meningkat diatas 3,5 liter per
menit.
Nilai pada anak berbeda. Saluran pernafasan
memiliki penampang yang relatif lebih besar, dan ruang
anatomis secara proporsional lebih besar. Iga-iga hampir
horizontal pada saat istirahat dan inspirasi tidak dapat lebih
meningkatkannya. Inspirasi terutama diagfragmatik dan
setiap hal yang menghambat gerakan ini akan menyebabkan
kesukaran bernafas. Faktor ini menyebabkan pernafasan
bayi kurang efisien dibandingkan pada dewasa dan
peningkatan ventilasi alveolar dicapai dengan meningkatkan
kecepatan pernapasan (18- 40 kali per menit) yang
memerlukan masukan oksigen yang tinggi. Kebutuhan
21
oksigen basal yang dibutuhkan saat lahir adalah 23 ml per
menit. Dengan umur yang meningkat kecepatan per menit
menurun dan kebutuhan oksigen basal meningkat. volume
tidal pada anak 1-2 tahun 18 ml, kapasitas paru-paru 1.200
– 1.399 ml.
Pada anak 2 tahun respon fisiologis susunan
pernafasan sudah matang, namun jumlah bronkiolus dan
alveolus belum lengkap dan meningkat sepanjang masa
kanak-kanak dan pubertas. Perbedaan anatomis dari saluran
pernafasan dan vaskularisasi paru-paru pada berbagai
kelompok umur menimbulkan dalam respon terhadap
rangsang.
Pada umur 2 tahun ditemukan cukup otot polos
untuk menimbulkan penyempitan saluran pernapasan
sebagai respon terhadap rangsang iritasi.(Sacharin, 1994).
3. Etiologi
Menurut (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008) terdapat banyak
faktor yang mendasari perjalanan penyakit ISPA pada anak. hal ini
berhubungan dengan pejamu, agen penyakit dan lingkungan. Faktor
tersebut sebagai berikut :
(1) Jenis kelamin
Pada umumnya , tidak ada perbedaan insiden ISPA akibat
virus atau bakteri pada laki-laki dan perempuan. Akan tetapi, ada
22
yang mengemukakan bahwa terdapat sedikit perbedaan, yaitu
insiden lebih tinggi pada anak laki-laki berusia 6 tahun.
(2) Status gizi
Status gizi anak merupakan faktor penting timbulnya
pneumonia. Gizi buruk merupaka faktor predisposisi terjadinya
ISPA pada anak, hal ini dikarenakan adanya gangguan respon imun.
Vitamin A sangat berhubungan dengan beratnya infeksi.
Grant melaporkan bahwa anak dengan defisiensi vitamin A yang
ringan mengalami ISPA dua kali lebih banyak daripada anak yang
tidak mengalami defesiensi vitamin A. Oleh karena itu, selain
perbiakan gizi dan perbaikan ASI, harus dilakukan pula perbaikan
terhadap defisiensi vitamin A untuk mencegah ISPA.
(3) Pemberian ASI
Terdapat penelitian menunjukkan hubungan antara
pemberian ASI dengan terjadinya ISPA. ASI mempunyai nilai
proteksi terhadap pnemonia, terutama selama 1 bulan pertama. Bayi
yang tidak pernah diberi ASI lebih rentan mengalami ISPA
dibanding dengan bayi yang diberi ASI eksklusif.
(4) Berat Badan Bayi Rendah
Berat badan lahir memiliki peran penting terhadap kematian
akibat ISPA. Di negara berkembang, kematian terhadap pneumonia
berhubungan dengan BBLR diperkirakan sebanyak 22%.
23
(5) Imunisasi
Campak, pertusis dan dipteri meningkatkan resiko terkena
ISPA dan memperberat ISPA, tetapi sebenarnya hal ini dapat
dicegah dengan imunisasi. Vaksin campak cukup efektif dan dapat
mencegah kematian hingga 25%. Usaha global dalam meningkatkan
cakupan imunisasi campak dan pertusis telah mengurangi angka
kematian ISPA akibat kedua penyakit ini.
Vaksin pneumokokus dan H. Influenzae tipe B saat ini sudah
diberikan pada anak dengan evektifitas yang cukup baik.
(6) Pendidikan orang tua
Tingkat pendidikan orang tua menunjukkan adanya
hubungan terbalik antara angka kejadian dengan kematian ISPA.
Tingkat pendidikan ini berhubungan erat dengan keadaan sosial
ekonomi dan juga berkaitan dengan pengetahuan orang tua.
Kurangnya pengetahuan menyebabkan sebagian kasusu ISPA tidak
diketahui oleh orang tua dan tidak diobati.
(7) Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap pendidikan dan
faktoe-faktor lain seperti nutrisi, lingkungan, dan penerimaan
layanan kesehatan. Anak yang berasal dari keluarag dengan status
sosial ekonomi rendah mempunyai resiko lebih besar mengalami
episode ISPA.
24
(8) Penggunaan fasilitas kesehatan
Angka kematian anak penderita ISPA yang tidak diobati
diperkirakan 10-20%. Penggunaan fasilitas kesehatan dapat
mencerminkan tingginya insiden ISPA, yaitu sebesar 60% dari
kunjungan rawat jalan dipuskesmas dan 20-40% dari kunjungan
rawat jalan dan rawat inap RS. Penggunaan fasilitas kesehatan
sangat berpengaruh pada tingkat keparahan ISPA. Di sebagian
negara berkembang, pemanfaatan fasilitas kesehatan rendah.
(9) Lingkungan
(a) Polusi udara
Studi epidemologi di negara berkembang menunjukkan
bahwa polusi udara, baik dari dalam maupun dari luar rumah,
berhubungan dengan beberapa penyakit termasuk ISPA. Hal ini
berkaitan dengan konsentrasi polutan lingkungan yang dapat
mengiritasi saluran respiratori. Anak yang tinggal dirumah
berventilasi baik memiliki angka insiden ISPA lebih rendah
daripada anak yang berada di rumah dengan ventilasi buruk.
Orang tua yang merokok menyebabkan anaknya rentan
terhadap pneumonia. Risiko mengalami ISPA bawah pada anak
dengan durasi pemberian ASI yang singkat oleh ibu perokok
dibanding dengan anak dengan durasi pemberian ASI yang lama
oleh ibu nonperokok 2,2%.
25
(b) Bencana Alam
Bencana alam seperti tsunami dapat menyebabkan
peningkatan kasus dan kematian akibat ISPA, khususnya
pneumoni. Pneumoni yang ditimbulkan adalah pneumoni akibat
masuknya cairan dan benda asing kedalam saluran pernafasan.
Selain itu juga menyebabkan pneumoni pada anak- anak selama
berada ditempat pengungsian , karena kepadatan tempatt tinggal
dan keadaan lingkungan kurang baik.
4. Patofisiologi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut disebabkan oleh mikroorganisme
terdiri dari bakteri, virus dan riketsia bakteri penyebab ISPA antara lain
dari genus streptokokus, stafilikokus, pnemokokus, hemorilus, bordetelle,
adenovirus, korinobakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan miksovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma,
herpes virus dan lain – lain. Virus merupakan penyebab tersering infeksi
saluran pernafasan, mereka menginfeksi mukosa hidung, trachea dan
bronkus.
Semua jenis infeksi mengakibatkan respon imun dan peradangan
sehingga terjadi pembengkakan dan edema jaringan yang terinfeksi.
Reaksi peradangan menyebabkan meningkatnya pembentukan mukus
yang berperan menimbulkan gejala ISPA yaitu hidung tersumbat, sputum
berlebih dan pilek (Corwin, 2001).
26
Batuk merupakan reflek protektif yang timbul akibat iritasi
ataupun infeksi saluran nafas. Kemampuan untuk batuk merupakan
mekanisme yang penting untuk membersihkan saluran nafas bagian
bawah dari sekret.rangsang yang biasanya menimbulkan batuk adalah
rangsang mekanik, kimia dan peradangan. Inhalasi debu, asap dan benda-
benda asing merupakan penyebab utama batuk (Price, 2006).
Asap rokok mengganggu efektifitas sebagian mekanisme
pertahanan respirasi. Kandungan rokok merangsang pembentukan mukus
dan menurunkan pergerakan silia. Dengan demikian terjadi penimbunan
mukus dan peningkatan resiko pertumbuhan bakteri. Pada perokok pasif
terutama bayi dan anak-anak lebih rentan terkena ISPA, bahkan
menimbulkan gejala yang dramatis karena saluran nafas bayi jauh lebih
sempit sehingga resistensi terhadap arus udara tinggi, walaupun
pembengkakan dan sumbatan jalan nafas tidak mencolok (Corwin, 2001).
Bakteri dapat berkembang dengan mudah dalam mukosa yang
sudah terserang virus, infeksi bakteri sekunder ini menyebabkan
terbentuknya nanah dan memperburuk penyakit. Kadang – kadang infeksi
ini menyebar ke bawah laring dan menyebabkan radang paru-paru
(pneumonia). Bila menyerang laring dan saluran nafas bagian bawah
sangat berbahaya karena pipa-pipa ini menjadi lebih sempit dan lebih
mudah tersumbat. Pada bayi dan anak lebih rentan terkena penyakit ini
karena respon imunitas masih belum berkembang dengan baik (Price,
2006).
27
Tetapi jika laring, bronkus dan bronkiolus tersumbat udara tidak
dapat masuk ke dalam alveoli dan keadaan ini akan membuat sakit lebih
parah terjadinya akumulasi secret di bronkus dan alveolus dapat
menimbulkan sesak nafas dengan tanda-tanda wheezing, terdapat tarikan
dinding dada ke dalam, pernafasan cepat dan cuping hidung kembang
kempis. Hal tersebut merupakan mekanisme untuk memperoleh oksigen
yang cukup untuk tubuh. Kadang-kadang infeksi menyebar ke telinga
tengah dan menyebabkan peradangan telingga bagian tenggah (otitis
media) (Price, 2006).
5. Tanda dan Gejala ISPA
Menurut Depkes RI (2002), tanda dan gejala klasifikasi penyakit
ISPA dibagi berdasarkan jenis dan derajad keparahannya yang
digolongkan dalam 2 kelompok umur yaitu : bayi umur kurang dari 2
bulan dan umur 2 bulan sampai dengan umur 5 tahun.
1. Bayi umur kurang 2 bulan
Untuk bayi umur kurang dari 2 bulan tanda dan gejala
penyakit ISPA digolongkan menjadi dua klasifikasi penyakit :
Pneumonia berat : batuk atau juga disertai kesulitan bernafas ,nafas
sesak penarikan dinding dada sebelah bawah kedalam (severe care
indrowing) , dahak berwarna kehijauan atau seperti karet
.Klasifikasi yang kedua yaitu bukan pneumonia (batuk pilek) : tidak
ada tarikan dinding dada bagian bawah kedalam, tidak ada nafas
cepat umur 2 bulan sampai umur <12 bulan , kurang 50 kali per
28
menit > umur 1 tahun sampai 5 tahun kurang 40 kali permenit,
disertai demam.
2. Anak umur 2 bulan sampai umur 5 tahun
Tanda dan gejala ISPA untuk anak yang berumur 2 bulan
sampai 5 tahun digolongkan menjadi 3 klasifikasi penyakit yaitu :
a) Pneumonia berat : batuk atau juga disertai kesulitan bernafas,
nafas sesak/penarikan dinding dada sebelah bawah kedalam
(severe care indrowing), dahak berwarna kehijauan atau seperti
karet.
b) Pneumonia : berupa retraksi ( penarikan dinding dada bagian
bawah kedalam saat bernafas, bersama dengan peningkatan
frekwensi nafas) perkusi pekak, fremitur melemah, suara nafas
melemah dan ronchi.
c) Bukan pneumonia ( batuk pilek ) : tidak ada tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam, tidak ada nafas cepat umur 2 bulan
sampai < 12 bulan kurang 50 kali permenit > umur 1 tahun
sampai 5 tahun kurang 40 kali, kadang disertai demam.
6. Penatalaksanaan ISPA
Pencegahan dan penatalaksanaan ISPA menurut Depkes RI, 2007
meliputi langkah dan tindakan sebagai berikut :
1) Upaya pencegahan
Pencegahan dapat di lakukan dengan :
(a) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik
29
(b) Imunisasi
(c) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkunga.
(d) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
(e) Pengobatan segera
2) Pengobatan dan perawatan
(a) Meningkatkan istirahat minimal 8 jam per hari
(b) Meningkatkan makanan bergizi.
(c) Bila demam beri kompres
(d) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung
dengan sapu tangan yang bersih
(e) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup
tipis tidak terlalu ketat
(f) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila
anak tersebut masih menyusui.
3) Pengobatan pada ISPA antara lain :
(a) Pneumonia berat: dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotik
melalui jalur infus, diberikan oksigen dan sebagainya.
(b) Pneumonia: diberi obat antibiotik melalui mulut. Pilihan
obatnya Kontrimoksasol, jika terjadi alergi/ tidak cocok dapat
diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin.
(c) Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antobiotik. Diberikan
perawatan dirumah, untuk batuk dapat digunakan obat
30
tadisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat
yang merugikan.
(d) Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.
Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan
tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai pembesaran
kelenjar getah bening di leher, dianggab sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcus dan harus diberi
antibiotik selama 10 hari.
4) Pemberantasan ISPA dapat dilakukan dengan :
(a) Penyuluhan kesehatan yang terutama ditunjukkan pada para
ibu
(b) Pengelolahan kasus yang disempurnakan
(c) Imunisasi.
5) Perawatan ISPA di rumah.
Untuk perawatan ISPA di rumah ada beberapa hal yang perlu
dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita
ISPA yang antara lainnya :
(a) Mengatasi panas ( demam )
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 bulan demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi di bawah
2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.
31
(b) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat yang aman yaitu dengan ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan tiga kali sehari.
(c) Pemberian makanan.
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi
berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika
muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusui tetap
diteruskan.
(d) Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang
terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.
Jika pilek, bersikan hidung yang berguna untuk mempercepat
kesenambungan dan meng-hindari komplikasi yang lebih
parah.
(e) Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang
berventilasi cukup, tidak berasap. Apabila selama perawatan
dirumah keadaan anak mem-buruk maka dianjurkan untuk
membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita
yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan
agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar
selama 5 hari penuh dan untuk penderita yang mendapat
antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali
32
kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang (Depkes RI,
2007).
6) Kegiatan yang dilakukan kader kesehatan pada ISPA
Kegiatan yang dapat dilakukan kader kesehatan pada ISPA adalah:
(a) Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk
pilek biasa (bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia
kepada ibu-ibu serta perihal tindakan yang perlu dilakukan
oleh ibu yang anaknya menderita penyakit.
(b) Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk
pilek (bukan pneumonia) dengan tablet parasetamol dan obat
batuk tradisional obat batuk putih.
(c) Merujuk kasus pneumonia berat ke puskesmas/rumah sakit
terdekat.
(d) Atas pertimbangan dokter Puskesmas maka bagi kader-kader
di daerah-daerah yang terpencil (atau bila cakupan layanan
puskesmas tidak menjangkau daerah tersebut) dapat diberi
wewenang mengobati kasus-kasus pneumonia (tidak berat)
dengan antibiotik kontrimoksasol.
(e) Mencatat kasus yang ditolang dan dirujuk.
7. Komplikasi
Kondisi yang memberat dan tujuan penanganan pada ISPA
menurut Ngastiyah (2005), adalah ISPA merupakan self limited disiese
yang sembuh sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain.
33
Komplikasi yang dapat terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan tuba
eustachi, dan penyebaran infeksi. Sinusitis paranasal : komplikasi ini
hanya terjadi pada anak besar karena pada bayi dan anak kecil sinus
paranasal belum tumbuh. Gejala umum tampak lebih berat, nyeri kepala
bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya di daerah sinus frontalis
dan maksilaris. Diagnosis ditegakan dengan pemeriksaan foto rontgen dan
transluminasi (pada anak besar). Kadangkadang disertai sumbatan hidung,
nyeri kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai secret
purulen dapat unilateral maupun bilateral. Bila didapatkan pernafasan
mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang
jelas perlu dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis. Sinusitis paranasal
ini dapat diobati dengan diberikan antibiotic.
Penutupan tuba Eustachi : Tuba Eustachi yang buntu memberi
gejala tuli, dan infeksi dapat menembus langsung ke daerah telinga tengah
dan menyebabkan otitis media akut (OMA).
Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan
yang tinggi (Hiperpireksia), kadang menyebabkan kejang demam, anak
sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau memegang
telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan cara
menekan telinganya dan bayi biasanya akan menangis dengan keras).
Kadang-kadang hanya ditemui gejala demam, gelisah juga disertai
muntah atau diare. Karena bayi yang menderita batuk pilek sering
menderita infeksi pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya
34
OMA dan juga dapat menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu
dikonsulkan di bagian THT. Biasanya bayi dilakukan parasintesis jika
setelah 48-72 jam diberikan antibiotika jika keadaan tidak membaik.
Parasintesis (penusukan selaput telinga) dimaksudkan untuk mencegah
membrana tympani pecah sendiri dan terjadi otitis media perforata
(OMP).
Penyebaran infeksi : penjalaran infeksi skunder dari nasofaring
kearah bawah dapat menyebabkan radang saluran nafas bagian bawah
sepertilaryngitis, trakeitis, bronchitis dan bronkopnemonia. Selain itu
dapat pula terjadi komplikasi jauh misalnya terjadi meningitis purulenta.
D. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Masalah ISPA
1. Pengkajian
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan
informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat
pengkajian keluarga , diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998).
a. Identifikasi Data
Mengidentifikasi data secara khusus fokusnya pada upaya
mengenal keluarga dan seluruh anggota keluarga, serta upaya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan kesehatan yang penting. Data yang
diperlukan meliputi :
1) Nama-nama anggota keluarga
2) Alamat dan nomor telpon
35
3) Komposisi keluarga
Komposisi keluarga menyatakan anggoata keluarga yang
diidentifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka. Friedman
dalam bukunya mengatakan bahwa komposisi tidak hanya terdiri
dari penghuni rumah, tetapi juga keluarga besar lainnya atau
keluarga fiktif yang menjadi bagian dari keluarga tersebut tetapi
tidak tinggal dalam ruamah tnagga yang sama.
Pada komposisi keluarga, pencataatan dimulai dari anggota
keluarga yang sudah dewasa kemidian diikuti anak sesuai dengan
urutan usia dari yang tertua, bila terdapat orang lain yang menjadi
bagian dari keluarga tersebut dimasukkan dalam bagian akhir dari
komposisi keluarga.
Strategi lain untuk mengetahui keluarga adalah genogram
keluarga atau pohon keluarga. Genogram merupakan sebuah
diagram yang menggambarkan pohon keluarga dan merupakan
pengkajian informatif untuk mengetahui keluarga dan serta
sumber-sumber keluarga. Diagram ini menggambarkan hubungan
vertikal ( lintas generasi ) dan horisontal (dalam generasi yang
sama) dan dapat membantu kita berpikir secara sistematis tentang
suatu peristiwa dalam keluarga diliat dari hubungan keluarga
dengan pola penyakit, sehingga dapat menciptakan hipotesis
mengenai apa yang sedang terjadi dalam keluarga. Genogram
keluarga memuat informasi tentang tiga generasi (keluarga inti
36
dan keluarga masing-masing/ orang tua keluarga inti). Genogram
juga dapat menentukan tipe dari keluarga.
4) Tipe bentuk keluarga
Tipe keluarga didasari oleh anggota keluarga yang berada
dalam satu rumah. Tipe keluarga dapat dilihat dari komposisi dan
genogram dalam keluarga.
5) Latar belakang budaya keluarga
Pengkajian terhadap kultur/ kebudayaan keluarga meliputi :
a) Identitas suku bangsa
b) Jaringan sosial keluarga
c) Tempat tinggal keluarga
d) Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial,budaya, rekreasi dan
pendidikan.
e) Bahasa yang digunakan sehari-hari
f) Kebiasaan diit dan berpakaian
g) Dekorasi rumah tangga (tanda-tanda pengaruh budaya)
h) Porsi komunitas yang lazim bagi keluarga
i)Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan
praktisi
j)Negara asal dan berapa lama keluarga tinggal di suatu wilayah
6) Identifikasi keluarga
Pengkajian meliputi perbedaan keyakinan dalam keluarga,
seberapa aktif keluarga dalam melakukan ibadah keagamaan,
37
kepercayaan dan nilai-nilai agama yang menjadi fokus dalam
kehidupan keluarga.
7) Status kelas sosial
Kelas sosial keluarga merupakan pembentuk utama dari gaya
hidup keluarga. Perbedaan kelas sosial dipengaruhi oleh gaya
hidup keluarga, karakteristik struktural dan fungsional, asosiasi
dengan lingkungan eksternal rumah. Dengan mengidentifikasi
kelas sosial keluarga, perawat dapat mengantisipasi sumber-
sumber dalam keluarga dan sejumlah stresornya secara baik.
Status sosial keluarga dapat ditentukan berdasarkan tingkat
pendapatan keluarga, pekerjaan dan pendidikan keluarga.
8) Aktivitas rekreasi keluarga
Kegiatan rekreasi keluaraga yang dilakukan pada waktu luang.
Menggali perasaan anggota keluarga tentang aktivitas rekreasi
pada waktu luang. Bentuk rekreasi tidak harus mengunjungi
tempat wisata, tetapi bagaimana keluarga memanfaatkan waktu
luang untuk melakukan kegiatan bersama.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Friedman (1998), Riwayat keluarga mulai lahir hingga
saat ini termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta
pengalaman kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan
yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi
38
berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan
kecemasan.
Yang perlu dikaji pada tahap perkembangan adalah :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan tentang tahap perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas tersebut
belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini yang meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, pencegahan terhadap penyakit , sumber
pelayanan kesehatan yang bisa digunakan serta riwayat
perkembangan dan kejadian atau pengalaman-pengalaman
penting yang berhubungan dengan kesehatan (perceraian,
kematian, kehilangan)
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat asal kedua orang tua (riwayat
kesehatan seperti apa keluarga asalnya, hubungan masa silam
dengan kedua orang tua).
39
c. Lingkungan Keluarga
Menurut (Friedman,1998) derajad kesehatan dipengaruhi oleh
lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat
kesehatan.
1. Karakteristik rumah
Diidentifikasi dengan :
a) Tipe tempat tinggal
(rumah sendiri, apartemen, sewa kamar)
b) Gambaran kondisi rumah
Interior rumah : jumlah ruangan, tipe kamar, jumlah jendela,
keadaan ventilasi, dan penerangan (sinar matahari), macam
perabot rumah tangga dan penataannya, jenis lantai,
konstruksi bangunan, keamanan lingkungan, kebersihan dan
sanitasi rumah,jenis septic tank, jarak sumber air minum
dengan septic tank, keadaan dapur, sumber air minum yang
digunakan. Perlu dikaji pula perasaan subjektif keluarga
mengenai keadaan rumah, identifikasi teritorial dan
pengaturan privacy dalam keluarga.
c) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal yang
lebih luas
1) Karakteristik fisik dari lingkungan, yang meliputi tipe
lingkungan komunitas, tipe tempat tinggal, budaya yang
mempengaruhi kesehatan, lingkungan umum
40
2) Karakteristik demografi
Meliputi kelas sosial rata-rata komunitas, perubahan
demografis yang sedang berlangsung.
3) Pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungan serta
fasilitas umum lainya seperti pasar, apotek dll
4) Bagaimana fasilitas mudah diakses
5) Tersedianya transportasi umum untuk digunakan
keluarga dalam mengakses fasilitas yang ada
6) Insiden kejahatan yang ada disekitar lingkungan
d) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas keluarga ditentukan oleh kebiasaan keluarga
berpindah tempat tinggal, berapa lama berada di tempat
tinggal tersebut, transportasi yng digunakan jika keluarga
ingin bepergian.
e) Perkumpulan keluarga dan dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan tentang waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh
mana keluarga interaksi dengan masyarakat
f) Sistem pendukung keluarga
Siapa yang menolong keluarga pada saat keluarga
membutuhkan bantuan, dukungan konseling aktifitas-aktifitas
keluarga. Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga
adalah Informal ( jumlah anggota keluarga yang sehat,
41
hubungan keluarga dan komunitas, bagaimana keluarga
memecahkan masalah, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan ) dan formal yaitu hubungan keluarga
dengan pihak yang membantu yang berasal dari lembaga
perawatan kesehatan atau lembaga lain yang terkait ( ada
tidaknya fasilitas pendukung pada masyarakat terutama yang
berhubungan dengan kesehatan )
d. Struktur Keluarga
Struktur keluarga yang dapat dikaji menurut Friedman adalah :
1. Pola dan komunikasi keluarga
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan
pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi
teurapetik merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak
pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan.
Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun
non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga,
sistem komunikasi yang digunakan, efektif tidaknya (
keberhasilan ) komunikasi dalam keluarga.
2. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan keluarga mmengendalikan dan mempengaruhi
orang lain/anggota keluarga untuk merubah perilaku. Sistem
kekuatan yang digunakan dalam mengambil keputusan, yang
42
berperan mengambil keputusan, bagaimana pentingnya
keluarga terhadap putusan tersebut.
3. Struktur Peran
Menurut Friedman(1998), anggota keluarga menerima dan
konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan
membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam
peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak
sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan ketegangan
dalam keluarga.
Mengkaji struktur peran dalam keluarga meliputi :
a) Struktur peran formal
1) Posisi dan peran formal yang telah terpenuhi dan
gambaran keluarga dalam melaksanakan peran tersebut.
2) Bagaimana peran tersebut dapat diterima dan konsisten
dengan harapan keluarga, apakah terjadi konflik peran
dalam keluarga.
3) Bagaimana keluarga melakukan setiap peran secara
kompeten
4) Bagaimana fleksibilitas peran saat dibutuhkan
b) Struktur peran informal
1) Peran-peran informal dan peran-peran yang tidak jelas
yang ada dalam keluarga, serta siapa yang memainkan
43
peran tersebut dan berapa kali peran tersebut sering
dilakukan secara konsisten
2) Identifikasi tujuan dari melakukan peran indormal, ada
tidaknya peran disfungsional serta bagaimana
dampaknya terhap anggota keluarga
c) Analisa Model Peran
1) Siapa yang menjadi model yang dapat mempengaruhi
anggota keluarga dalam kehidupan awalnya,
memberikan perasaan dan nilai-nilai tentang
perkembangan, peran-peran dan teknik komunikasi.
2) Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model
peran bagi pasangan dan sebagai orang tua
d) Variabel-variabel yang mempengaruhi struktur peran
1) Pengaruh-pengaruh kelas sosial : bagaimana latar
belakang kelas sosial mempengaruhi struktur peran
formal dan informal dalam keluarga.
2) Pengaruh budaya terhadap struktur peran
3) Pengaruh tahap perkembangan keluarga terhadap
struktur peran.
4) Bagaimana masalah kesehatan mempengaruhi struktur
peran.
44
e) Nilai-Nilai Keluarga
Hal-hal yang perlu dikaji pada struktur nilai keluarga
menurut Friedman adalah :
1) Pemakaian nilai-nilai yang dominan dalam keluarga
2) Kesesuaian nilai keluarga dengan masyarakat
sekitarnya
3) Kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai subsistem
keluarga
4) Identifikasi sejauhman keluarga menganggap penting
nilai-nilai keluarga serta kesadaran dalam menganut
sistem nilai.
5) Identifikasi konflik nilai yang menonjol dalam
keluarga
6) Pengaruh kelas sosial, latar belakang budaya dan tahap
perkembangan keluarga terhadap nilai keluarga
7) Bagaimana nilai keluarga mempengaruhi status
kesehatan keluarga.
e. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga yang perlu dikaji menurut Friedman meliputi :
1) Fungsi Afektif
Pengkajian fungsi afektif menurut Friedman meliputi
a) Pola kebutuhan keluarga
45
(1) Sejauh mana keluarga mengetahui kebutuhan
anggota keluarganya, serta bagaimana orang tua
mampu menggambarkan kebutuhan dari anggota
keluarganya.
(2) Sejauhmana keluarga mengahargai kebutuhan atau
keinginan masing-masing anggota keluarga.
b) Saling memperhatikan dan keakraban dalam keluarga
(1) Sejauhmana keluarga memberi perhatian pada
anggota keluarga satu sama lain serta bagaimana
mereka saling mendukung
(2) Sejauhmana keluarga mempunyai perasaan akrab
dan intim satu sama lain, serta bentuk kasih sayang
yang ditunjukkan keluarga.
c) Keterpisahan dan Keterikatan dalam keluarga
Sejauhmana keluarga menanggapi isu-isu tentang
perpisahan dan keterikatakan serta sejauhmana keluarga
memelihara keutuhan rumah tangga sehingga terbina
keterikatan dalam keluarga.
2) Fungsi sosialisasi
Pengkajian fungsi sosialisasi meliputi :
a) Praktik dalam membesarkan anak meliputi : kontrol
perilaku sesuaidengan usia, memberi dan menerima cinta
serta otonomi dan ketergantungan dalam keluarga
46
b) Penerima tanggung jawab dalam membesarkan anak
c) Bagaimana anak dihargai dalam keluarga
d) Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola membesarkan
anak
e) Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan anak
f) Identifikasi apakah keluarga beresiko tinggimendapat
masalah dalam membesarkan anak
g) Sejauhmana lingkungan rumah cocok dengan
perkembangan anak.
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
Pengkajian fungsi perawatan kesehatan meliputi :
a) Sejauh mana keluarga mengenal masalah kesehatan pada
keluarganya.
(1) Keyakinan, nilai-nilai dan perilaku terhadap pelayanan
kesehatan
(2) Tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat sakit.
(3) Tingkat pengetahuan keluarga tentang gejala atau
perubahan penting yang berhubungan ddengan masalah
kesehatan yang dihadapi.
(4) Sumber-sumber informasi kesehatan yang didapat
(5) Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan.
(6) Kemampuan keluarga melakukan perawatan terhadap
anggota keluarga yang sakit.
47
(7) Kemampuan keluarga memodifikasi dan memelihara
lingkungan
(8) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan.
f. Koping Keluarga
Pengkajian koping keluarga meliputi :
a) Stressor-stressor jangka panjang dan jangka pendek yang
dialami oleh keluarga, serta lamanya dan kekuatan strssor yang
dialami oleh keluarga.
b) Tindakan obyektif dan realistis keluarga terhadap stressor yang
dihadapi.
c) Sejauhmana keluarga bereaksi terhadap stressor, strategi koping
apa yang digunakan untuk menghadapi tipe-tipe masalah, serta
strategi koping internal dan eksternal yang digunakan oleh
keluarga.
d) Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan oleh keluarga.
Identifikasi bentuk yang digunakan secara ekstensif :
kekerasan, perlakukan kejam terhadap anak,
mengkambinghitamkan, ancaman, mengabaikan anak, mitos
keluarga yang merusak, pseudomutualitas, triangling dan
otoritarisme.
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan seluruh anggota keluarga.
48
h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
2. Diagnosa keperawatan
a. Diagnosis keperawatan keluarga merupakan respons keluarga
terhadap masalah kesehatan yang dialami, baik actual, risiko maupun
potensial, yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan secara
mandiri maupun kolektif yang terdiri dari masalah, etiologi, serta
tanda dan gejala (PES).
Diagnosis keperawatan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu
diagnosis keperwatan actual, risiko atau risiko tinggi, dan potensial
atau wellness.
1) Diagnosis actual, menunjukan keadaan yang nyata dan sudah
terjadi pada saat pengkajian di keluarga.
2) Risiko atau risiko tinggi. Merupakan maslah yang belum terjadi
pada pengkajian. Namun dapat menjadi masalah actual bila tidak
diulakukan pencegahan dengan cepat.
3) Potensial atau Wellness. Merupakan proses pencapaian tingkat
fungsi yang lebih tinggi. Potensial juga merupakan suatu keadaan
sejahtera dari keluarga yang sudah mampu memenuhi kebutuhan
kesehatan dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang
memungkinkan dapat ditingkatkan. Diagnosis Potensial dapat
dirumuskan tanpa disertai etiologi.
49
b. Penetapan Prioritas Masalah
Dalam suatu keluarga, perawat dapat menemukan masalah
lebih dari satu diagnosis keperawatan keluarga. Oleh karena itu
perawat perlu menentukan prioritas terhadap diagnosis keperawatan
keluarga yang ada dengan menggunakan skala prioritas asuhan
keperawatan keluarga ( Bailon dan Maglaya, 1978) Proritas masalah
adalah penentuan prioritas urutan masalah dalam merencanakan
penyelesaian masalah keperawatan melalui perhitungan skor. Skala
ini memiliki empat kriteria, masing – masing kriteria memiliki skor
dan bobot yang berbeda disertai dengan pembenaran atau alasan
penentuan skala tersebut.
1) Kritera pertama : sifat masalah dengan skala actual (skor 3),
risiko (skor 2), dan wellness (skore 1) dengan bobot 1,
pembenaran sesuai dengan masalah yang sudah terjadi, akan
terjadi atau kearah pencapaian tingkat fungsi yang lebih tinggi.
2) Kriteria kedua : Kemungkinan masalah dapat di ubah dengan
skala mudah (skor 2), sebagian (skor 1), dan tidak dapat (skor 0)
dengan bobot 2. Pembenaran di tunjang dengan data
pengetahuan (pengetahuan klien atau keluarga, teknologi, dan
tindakan untuk (menangani masalah yang ada), sumberdaya
keluarga (dalam bentuk fisik, keuangan, dan tenaga) sumber
daya perawat (pengetahuan, ketrampilan, dan waktu), dan
50
sumber daya masyarakat (dalam bentuk fasilitas, organisasi
dalam masyrakat dan sokongan masyarakat).
3) Kriteria ketiga : Potensial masalah untuk dicegah dengan skala
skor tinggi (skor 3) cukup (skor 2), dan rendah (skor 1) dengan
bobot 1. Pembenaran di tunjang dengan data kepelikan dari
masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.
Lamanya masalah (waktu masalah itu ada), tindakan yang
sedang dijalankan(tindakan yang tepat dalam memperbaiki
masalah), dan adanya kelompok yang sangat peka menambah
potensi untuk mencegah masalah.
4) Kriteria keempat : Menonjolnya masalah dengan skala segera
(skor 2), tidak perlu segera (skor 1), dan tidak dirasakan (skor 0)
dengan bobot 1. Pembenaran ditunjang dengan data persepsi
kelurga dalam melihat masalah yang ada, Untuk lebih jelasnya
skala dalam menentukan prioritas dapat dilihat dalam table.
Diagnosa adalah yang mungkin timbul pada keluarga dengan
ISPA antara lain (Doengoes, 2000) :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif, kemungkinan dibuktikan
oleh kesulitan bernafas, perubahan kecepatan pernafasan, bunyi
nafas tidak normal, batuk (menetap).
Berhubungan dengan :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
mengenai bersihan jalan nafas tidak efektif.
51
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang
tepat.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah
yang menunjang kesehatan.
5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada.
b. Gangguan pertukaran gas, kemungkinan dibuktikan oleh
dispnea, bingung, gelisah, ketidakmampuan membuang sekret,
perubahan tand vital.
Berhubungan dengan :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang
tepat.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah
yang menunjang kesehatan.
5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada.
c. Hipertermi
Berhubungan dengan :
52
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang
tepat.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah
yang menunjang kesehatan.
5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada.
d. Resiko terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang
lain
Berhubungan dengan:
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang
tepat.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah
yang menunjang kesehatan.
5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada.
e. Resiko terjadi komplikasi
Berhubungan dengan :
53
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang
tepat.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah
yang menunjang kesehatan.
5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada.
f. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kemungkinan dibuktikan
dengan penurunan berat badan, kelemahan, kehilangan massa
otot.
Berhubungan dengan :
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang
tepat.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah
yang menunjang kesehatan.
5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada.
54
3. Fokus Intervensi
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
1) Aspek kognitif
(a) Berikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan kepada
keluarga tentang ISPA yaitu mengenai pengertian,
tanda gejala serta faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya ISPA.
(b) Berikan penjelasan pada keluarga tentang bersihan jalan
tidak efektif yang terjadi pada ISPA. Bersihan jalan
nafas tidak efektif timbul akibat adanya secret yang
menumpuk atau berkumpul di saluran pernafasan dan
biasanya ditandai dengan adanya klien menderita pilek
atau keluar secret dari hidung, batuk timbul suara
stridor atau menggorok dan pernafasan cepat.
(c) Berikan penjelasan kepada keluarga bila bersihan jalan
nafas tidak efektif dan jika tidak segera diatasi dapat
menimbulkan akibat misalnya sesak nafas dan makin
lama makin meningkat, sianosis. Atau kebiru-biruan
pada daerah perifer misal jari-jari tangan dan kaki
karena kurangnya oksigen.
2) Aspek Psikomotor
(a) Mengajarkan kepada keluarga untuk melakukan
perawatan pada keluarga yang bersihan jalan nafas
55
tidak efektif. Seperti banyak istirahat dalam kamar yang
memiliki sirkulasi udara yang bersih dan bebas dari
debu maupun asap.
(b) Jika terjadi iritasi pada hidung dan ingus sampai
mengering tetesi hidung dengan air garam.
(c) Untuk membasahi lendir , berikan inhalasi dengan
memberikan uap panas untuk melancarkan jalan nafas.
Berikan minum air hangat, ajarkan batuk efektif dan
beritahu keluarga untuk memberikan obat tradisional
yaitu sari air jeruk nipis yang diperas kemudian
dicampur dengan kecap dan diminumkan 2 kali dalam
sehari.
(d) Ajarkan keluarga untuk memelihara dan memodifikasi
lingkungan sehat pada keluarga seperti : rumah setiap
hari harus dibersihkan, jendela rumah setiap hari harus
dibuka agar sinar matahari dapat masuk dan sirkulasi
udara dapat berlangsung dengan baik, lantai harus
kering dan tidak berdebu, asap rokok tidak boleh
terkumpul didalam rumah.
b. Gangguan pertukaran gas
1) Aspek kognitif
Beri penjelasan pada keluarga tentang terjadinya gangguan
pertukaran gas, penyebab dan tanda gejala yang muncul.
56
2) Aspek psikomotor
Mengajarkan pada kelurga tentang pemberian inhalasi uap
jika pasien menjadi sesak dan menetesi secret jika atau
lendir yang kering dengan air garam untuk
mengencerkannya.
3) Aspek afektif
Anjurkan pada keluarga untuk mengindari faktor-faktor
yang dapat mencetuskan terjadinya gangguan pertukaran
gas dan memotifasi keluarga untuk lebih banyak istirahat
dan mengurangi aktiitas.
c. Hipertermi
1) Aspek kognitif
Beri penjelasan keluarga tentang hipertermia merupakan
salah satu tanda dan gejala penyakit ISPA. Hipertermi
merupakan suatu kenaikan suhu tubuh lebih dari normal
(36-37 C) dan disebabkan adanya kuman yang masuk
kedalam tubuh. Hipertermi menyebabkan penderita akan
kekurangan cairan dan menurunnya nafsu makan.
2) Aspek psikomotor
Mengajarkan kepada keluarga untuk melakukan perawatan
pada anggota keluarga yang mengalami hipertermi yaitu
mengompres dengan menggunakan air dingin atau air panas
di daerah dahi dan ketiak, dan menganjurkan kepada untuk
57
pemberian minum yang banyak jika suhu masih panas
keluarga harus membawa ke tempat pelayanan kesehatan
terdekat.
3) Aspek afektif
Anjurkan kepada keluarga untuk memperbaiki dan
meningkatkan gizi klien dengan cara pemberian makanan
yang mengandung TKTP. Memberikan ASI secara eksklusif
untuk bayi yang belum mendapatkan makanan tambahan .
d. Resiko Terjadi penularan
1) Aspek kognitif
Berikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan kepada
keluarga tentang bagaimana caranya penularan penyakit
ISPA dan berikan penjelasan kepada keluarga tentang
pentingnya pemberian imunisasi secara lengkap pada
waktunya.
2) Aspek psikomotor
Mengajarkan kepada keluarga untuk memberikan
perawatan kepada anggota keluarga yang sakit agar tidak
terjadi penularan pada anggota keluarga yang lain yaitu
penderita tidur terpisah dengan anggota keluarga yang lain,
keluarga melarang pasien untuk tidak meludah disembarang
tempat dan bila penderita batuk usahakan untuk menutup
mulutnya.
58
3) Aspek afektif
Anjurkan kepada keluarga untuk menjauhkan anak dari
penderita ISPA dan memotivasi keluarga untuk tidur
terpisah dengan anggota keluarga yang sakit agar tidak
tertular.
e. Resiko terjadi komplikasi
1) Aspek kognitif
Berikan penjelasan kepada keluarga tentang penyebab
terjadinya komplikasi atau akibat lanjut dari penyakit ISPA,
cara pencegahan agar penyakit ISPA tidak memberatkan
serta bagaimana cara-cara perawatan ISPA.
2) Aspek psikomotor
Mengajarkan kepada keluarga cara pencegahan serta
perawatan pada anggota keluarga yang sakit agar ISPA
tidak bertambah berat.
3) Aspek afektif
Anjurkan kepada keluarga untuk selalu memberikan obat
tradisional dan pemberian obat secara medis serta motivasi
keluarga untuk memperbaiki sanitasi lingkungan rumah.
59
f. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1) Aspek kognitif
Berikan penjelasan dan penyuluhan kesehatan pada
keluarga tentang pentingnya nutrisi dan pemberian makanan
bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak.
Ajarkan pada keluarga untuk menyajikan makanan
pada anak dalam bentuk menarik dan berikan makanan
sedikit-sedikit tetapi sering.
2) Aspek psikomotor
Mengajarkan kepada tentang cara pencegahan dan
perawatan pada anggota keluarga yang sakit agar ISPA
tidak bertambah berat.
3) Aspek afektif
Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makanan yang
mengandung TKTP, serta anjurkan kepada keluarga untuk
membawa anak ke tempat pelayanan kesehatan terdekat bila
anak sakit.