Upload
doanxuyen
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-1
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Transportasi sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai fungsi
sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi merupakan suatu
sistem yang terdiri dari sarana dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber
daya manusia membentuk jaringan prasarana dan jaringan pelayanan. Bentuk elemen yang
terkait dalam sistem transportasi baik sarana, prasarana maupun pergerakan antara lain adalah
kelaikan, sertifikasi, perambuan, kenavigasian, sumber daya manusia, geografi, demografi
dan lain-lain.
Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh peran sektor transportasi.
Karenanya sistem transportasi harus dibina agar mampu menghasilkan jasa transportasi yang
handal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu, tertib, lancar, aman,
nyaman dan efisien dalam menunjang dan sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan;
mendukung mobilitas manusia, barang serta jasa; mendukung pola distribusi nasional serta
mendukung pengembangan wilayah dan peningkatan hubungan internasional yang lebih
memantapkan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam rangka perwujudan
Wawasan Nusantara.
Dalam pembangunan transportasi, pemerintah mempunyai peranan sebagai pembina,
sehingga berkewajiban untuk menyusun rencana dan merumuskan kebijakan, mengendalikan
dan mengawasi perwuju dan transportasi. Salah satu kewajiban dimaksud adalah menetapkan
jaringan prasarana transportasi dan jaringan pelayanan. Disamping itu juga berkewajiban
untuk melaksanakan tugas pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang tidak
diusahakan, dengan prioritas daerah-daerah yang kurang berkembang.
Hasil pembangunan transportasi yang mampu menunjang upaya pemerataan dan
penyebaran pembangunan, pertumbuhan ekonomi serta stabilitas nasional dengan jaringan
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-2
transportasi yang semakin berkembang luas, perlu terus dimantapkan dan dikembangkan
sejalan dengan peningkatan tuntutan kualitas pelayanan akibat makin meningkatnya
kebutuhan mobilitas manusia dan barang serta tuntutan peningkatan kualitas pelayanan
dimasa yang akan datang.
Dengan semakin terbatasnya anggaran pembangunan menuntut perubahan pola pikir
kearah perencanaan dan penetapan prioritas pembangunan dan pengembangan sarana
prasarana perhubungan secara efektif, sesuai permintaan yang berdasar realitas pola aktivitas,
pola bangkitan tarikan pergerakan, sebaran pergerakan serta keunggulan komparatif
antarzona dalam suatu wilayah, yang terbentuk dalam suatu tatanan transportasi wilayah yang
sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Berdasarkan kondisi di atas dengan memperhatikan perkiraan perubahan pola aktivitas,
pola pergerakan serta peruntukan lahan maka perlu disusun Tataran Transportasi Lokal
(Tatralok) dan Tataran Transportasi Wilayah (TATRAWIL) sebagai masukan dalam
penyusunan Tataran Transportasi Nasional (TATRANAS) dalam kerangka Sistem
Transportasi Nasional (SISTRANAS). Sejalan dengan kebijakan yang tertuang dalam
Undang-Undang No. 22.
Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2000, yang mengakibatkan
terjadinya suatu pergeseran baik pada kewenangan maupun secara kelembagaan serta
perubahan struktur kewilayahan, sektor transportasi harus tetap memandang suatu daerah
sebagai wilayah fungsional sehingga mengharuskan dilakukannya penerapan kebijakan
transportasi secara khusus yang berada dalam suatu kerangka nasional yang utuh.
2.2 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia
(MP3EI)
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2015
(MP3EI) pada dasarnya dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa Indonesia memiliki berbagai
potensi dan keunggulan yang cukup beragam, serta memiliki tantangan pembangunan yang
luar biasa, sehingga Indonesia memerlukan suatu transformasi ekonomi berupa percepatan
dan perluasan pembangunan ekonomi menuju negara maju sehingga Indonesia dapat
meningkatkan daya saing sekaligus mewujudkan kesejahteraan untuk seluruh rakyat
Indonesia.
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-3
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
merupakan langkah awal untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju dan termasuk 10
(sepuluh) negara besar di dunia pada tahun 2025, yaitu melalui pertumbuhan ekonomi tinggi
yang inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan.Untuk mencapai hal tersebut, diharapkan
pertumbuhan ekonomi riil rata-rata sekitar 7-9 persen per tahun secara berkelanjutan.
Tujuan awal dilakukannya MP3EI adalah dalam rangka mencapai aspirasi Indonesia
2025, yaitu menjadi negara maju dan sejahtera dengan PDB sekitar USD 4,3 Triliun dan
menjadi negara dengan PDB terbesar ke-9 di dunia. Untuk mewujudkan hal tersebut, sekitar
82%akan ditargetkan sebagai kontribusi PDB dari koridor ekonomi sebagai bagian dari
transformasi ekonomi. Untuk itu, maka pengembangan MP3EI dilakukan dengan pendekatan
breakthrough yang didasari oleh semangat “Not Business As Usual”, melalui perubahan pola
pikir bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi tidak hanya tergantung pada pemerintah
saja melainkan merupakan kolaborasi bersama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
BUMN, BUMD, dan Swasta. Pihak swasta akan diberikan peran utama dan penting dalam
pembangunan ekonomi terutama dalam peningkatan investasi dan penciptaan lapangan kerja,
sedangkan pihak pemerintah akan berfungsi sebagai regulator, fasilitator dan katalisator.
Sebagai dokumen kerja, MP3EI berisikan arahan pengembangan kegiatan ekonomi
utama yang sudah lebih spesifik, lengkap dengan kebutuhan infrastruktur dan rekomendasi
perubahan/revisi terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu dilakukan maupun
pemberlakuan peraturan-perundangan baru yang diperlukan untuk mendorong percepatan dan
perluasan investasi.Selanjutnya MP3EI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional. MP3EI bukan dimaksudkan untuk mengganti dokumen
perencanaan pembangunan yang telah ada seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional 2005–2025 (UU No. 17 Tahun 2007) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional, namun menjadi dokumen yang terintegrasi dan komplementer yang penting serta
khusus untuk melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi. MP3EI juga
dirumuskan dengan memperhatikan Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (RAN-GRK)
karena merupakan komitmen nasional yang berkenaan dengan perubahan iklim global.
Jika dicermati dengan baik, langkah-langkah terobosan yang tertuang di dalam strategi
dan kebijakan MP3EI dirumuskan dengan memperhatikan sejumlah prasyarat yang
diperlukan. Secara umum ada tiga strategi utama yang dicanangkan, yaitu yang
dikembangkan berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan. Ketiga strategi ini meliputi:
a. Strategi peningkatan potensi wilayah,
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-4
b. Strategi memperkuat konektivitas nasional, serta
c. Strategi meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia dan IPTEK.
Strategi pertama, yaitu strategi peningkatan potensi wilayah dilakukan melalui
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di dalam koridor ekonomi, baik yang telah ada
maupun yang baru. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral
dan regional. Setiap wilayah mengembangkan produk yang menjadi keunggulannya. Tujuan
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebut adalah untuk memaksimalkan
keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah serta memperbaiki
ketimpangan spasial pembangunan ekonomi Indonesia.
Selanjutnya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut disertai strategi yang
kedua, yaitu strategi penguatan konektivitas antarpusat pertumbuhan ekonomi dan antara
pusat pertumbuhan ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi serta infrastruktur
pendukungnya. Dengan demikian, strategi pertama dan kedua pada dasarnya menciptakan
Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu melalui pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
dan meningkatkan konektivitas antarpusat pertumbuhan.
Tentu saja, kedua strategi di atas tidak akan mampu dikembangkan secara maksimal jika
kapasitas SDM maupun IPTEK dibiarkan apa adanya.Karenanya, untuk melengkapi kedua
strategi tersebut di atas, dikembangkan strategi yang ketiga, yaitu strategi peningkatan
kapasitas sumber daya manusia dan IPTEK.
2.3 Dukungan Sistem Transportasi untuk Mensukseskan MP3EI
Dengan pendekatan tiga strategi di atas, terlihat sekali bahwa keberhasilan pembangunan
Indonesia ingin dicapai dengan memaksimalkan dan mengoptimalkan potensi sumber daya
lokal yang dimiliki oleh Indonesia, yaitu sumber daya alam dan sumber daya manusia. Pada
strategi yang pertama, usaha pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di dalam koridor
ekonomi tentunya akan menciptakan bangkitan dan tarikan pergerakan baru yang cukup
signifikan. Di lain pihak, akan muncul keterkaitan spasial antara pusat pertumbuhan ekonomi
yang satu dengan pusat pertumbuhan yang lainnya, di mana hal ini akan menciptakan
kebutuhan pergerakan orang maupun barang yang cukup besar. Tentunya kebutuhan
pergerakan yang muncul ini, baik pergerakan barang maupun orang harus mampu difasilitasi
dengan baik, karena kalau tidak mustahil pusat-pusat pertumbuhan yang dikembangkan
tersebut akan tumbuh dan besar. Agar kebutuhan pergerakan ini dapat difasilitasi dengan
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-5
baik, maka menjadi penting untuk memiliki sistem transportasi yang baik, baik sistem
transportasi dalam skala lokal, regional, nasional maupun internasional. Karenanya, menjadi
penting untuk dapat menciptakan sistem transportasi yang baik, karena sistem transportasi
yang baik merupakan salah satu kunci utama dari keberhasilan MP3EI ini.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, menjadi jelas bahwa keberhasilan
MP3EI hanya mungkin jika didukung dengan konsep perencanaan sistem transportasi yang
operasional dan andal, yaitu dalam semua skala keruangan baik dalam skala lokal
(kabupaten/kota), skala provinsi maupun skala nasional. Secara legal formal konsep
perencanaan sistem transportasi ini tertuang dalam Sistranas, Tatranas, Tatrawil dan Tatralok.
Gambar 2-1 Kerangka Hubungan MP3EI dan Sistranas
2.4 Pokok-Pokok Pikiran Strategi Memperkuat Konektivitas Nasional
Menyadari bahwa peran sistem transportasi sangat penting dalam menciptakan
keberhasilan MP3EI, di mana pada dasarnya pengembangan sistem transportasi yang baik
merupakan salah satu bagian dari strategi memperkuat konektivitas nasional, maka menjadi
penting untuk memahami lebih jauh pokok-pokok pikiran yang tertuang dalam perumusan
strategi ini.
PENGEMBANGAN
POTENSI EKONOMI
PENGUATAN
KONEKTIVITAS
NASIONAL
PENGUATAN SDM
DAN IPTEK
“Mewujudkan
Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil,
dan Makmur”
TATRANAS
TATRAWIL
SISTRALOK
RTRWN
RTRWP
RTRWK
SISTRANAS PENGEMB WIL
ICT
SISLOGNAS
MP3EI
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-6
Maksud dan tujuan Penguatan Konektivitas Nasional adalah sebagai berikut:
1. Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi utama untuk memaksimalkan
pertumbuhanberdasarkan prinsip keterpaduan, bukan keseragaman, melalui intermodal
supply chains systems.
2. Memperluas pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan aksesibilitas dari pusat-pusat
pertumbuhanekonomi ke wilayah belakangnya (hinterland).
3. Menyebarkan manfaat pembangunan secara luas (pertumbuhan yang inklusif dan
berkeadilan) melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan dasar ke daerah tertinggal,
terpencil dan perbatasan dalam rangka pemerataan pembangunan.
Konektivitas Nasional menyangkut kapasitas dan kapabilitas suatu bangsa dalam
mengelola mobilitas yangmencakup 5 (lima) unsur sebagai berikut:
1. Personel/penumpang, yang menyangkut pengelolaan lalu lintas manusia di, dari dan ke
wilayah.
2. Material/barang abiotik (physical and chemical materials) yang menyangkut mobilitas
komoditi industri dan hasil industri.
3. Material/unsur biotik/species, yang mencakup lalu lintas unsur mahluk hidup di luar
manusia seperti ternak, Bio Toxins, Veral, Serum, Verum, Seeds, Bio-Plasma, BioGen,
Bioweapon1.
4. Jasa dan Keuangan, yang menyangkut mobilitas teknologi, sumber daya manusia dan
modal pembangunan bagi wilayah.
5. Informasi, yang menyangkut mobilitas informasi untuk kepentingan pembangunan
wilayah yang saat ini sangat terkait dengan penguasaan teknologi informasi dan
komunikasi.
Peningkatan pengelolaan mobilitas terhadap lima unsur tersebut diatas akan
meningkatkan kemampuan nasional dalam mempercepat dan memperluas pembangunan dan
mewujudkan pertumbuhan yang berkualitas sesuai amanat UU No. 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diintegrasikan beberapa komponen konektivitas
yang saling berhubungan kedalam satu perencanaan terpadu. Beberapa komponen dimaksud
merupakan pembentuk postur konektivitas secara nasional (Gambar 2-2), yang meliputi:
a) Sistem Logistik Nasional (SISLOGNAS);
b) Sistem Transportasi Nasional (SISTRANAS);
c) Pengembangan Wilayah (RPJMN dan RTRWN);
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-7
d) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT).
Rencana dari masing-masing komponen tersebut telah selesai disusun, namun dilakukan
secara terpisah.Oleh karena itu, Penguatan Konektivitas Nasional berupaya untuk
mengintegrasikan keempat komponen tersebut.
Sumber : Dokumen MP3EI
Gambar 2-2 Kerangka Kerja Strategi Penguatan Konektivitas Nasional
Secara lebih rinci masing-masing komponen pembentuk strategi memperkuat
konektivitas nasional dirumuskan dalam beberapa langkah yang diperlukan seperti terlihat
pada Tabel 2-1 berikut:
Tabel 2-1 Fokus Penguatan Konektivitas Nasional
SISLOGNAS SISTRANAS PENGEMBANGAN
WILAYAH (RPJMN dan RTRWN)
ICT
1. Penentuan Key Commodities
2. Penguatan Jasa Logistik
3. Jaringan Infrastruktur
1. Keselamatan Transportasi
2. Pengusahaan Transportasi
3. Jaringan Transportasi
1. Peningkatan Ekonomi Lokal
2. Peningkatan Kapasitas SDM
3. Pengembangan Infrastruktur
1. Migrasi Menuju Konvergensi
2. Pemerataan Akses dan Layanan
3. Pengembangan
Locally
integrated,
Globally
Connected
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-8
SISLOGNAS SISTRANAS PENGEMBANGAN
WILAYAH (RPJMN dan RTRWN)
ICT
4. Peningkatan Kapasitas SDM
5. Peningkatan ICT 6. Harmonisasi
Regulasi 7. Perlu Dewan
Logistik Nasional
4. Peningkatan SDM dan Iptek
5. Pemeliharaan Kualitas Lingkungan Hidup
6. Penyediaan Dana Pembangunan
7. Peningkatan Administrasi Negara
4. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
5. Peningkatan Akses Modal Kerja
6. Peningkatan Fasilitas Sosial Dasar
Jaringan Broadband
4. Peningkatan Keamanan Jaringan & Sistem Informasi
5. Integrasi Infrastruktur, Aplikasi & Data Nasional
6. Peningkatan e-Literasi, Kemandirian Industri ICT Domestik dan SDM ICT Siap Pakai
7. Peningkatan Kemandirian Industri ICT Dalam Negeri
Sumber: Dokumen MP3EI
Dalam merumuskan kebijakan operasional dari strategi memperkuat konektivitas
nasional ini selalu dipegang tegus prinsip bahwa peran Pemerintah sangatlah dominan,
sehingga merupakan aktor dan motor utama dalam penciptaan konektivitas antarwilayah.
Bentuk-bentuk kebijakan yang diambil oleh Pemerintah dalam mewujudkan dan memperkuat
konektivitas nasional diwujudkan dalam bentuk:
� Merealisasikan sistem yang terintegrasi antara logistik nasional, sistem transportasi
nasional,pengembangan wilayah, dan sistem komunikasi dan informasi;
� Identifikasi simpul-simpul transportasi (transportation hubs) dan distribution centers
untukmemfasilitasikebutuhan logistik bagi komoditi utama dan penunjang;
� Penguatan konektivitas intra dan antarkoridor dan konektivitas internasional (global
connectivity);
� Peningkatan jaringan komunikasi dan teknologi informasi untuk memfasilitasi seluruh
aktifitas ekonomi,aktivitas pemerintahan, dan sektor pendidikan nasional.
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-9
Hasil dari pengintegrasian keempat komponen konektivitas nasional tersebut kemudian
dirumuskan visi konektivitas nasional yaitu ‘Terintegrasi Secara Lokal, Terhubung Secara
Global (LocallyIntegrated, Globally Connected)’. Yang dimaksud Locally Integrated adalah
pengintegrasian sistem konektivitas untuk mendukung perpindahan komoditas, yaitu barang,
jasa, dan informasi secara efektif dan efisien dalam wilayah NKRI. Oleh karena itu,
diperlukan integrasi simpul dan jaringan transportasi, pelayanan intermoda tansportasi,
komunikasi dan informasi serta logistik.
Simpul-simpul transportasi (pelabuhan, terminal, stasiun, depo, pusat distribusi dan
kawasan pergudangan serta bandara) perlu diintegrasikan dengan jaringan transportasi dan
pelayanan sarana intermoda transportasi yang terhubung secara efisien dan efektif.Jaringan
komunikasi dan informasi juga perlu diintegrasikan untuk mendukung kelancaran arus
informasi terutama untuk kegiatan perdagangan, keuangan dan kegiatan perekonomian
lainnya berbasis elektronik.
Selain itu, sistem tata kelola arus barang, arus informasi dan arus keuangan harus dapat
dilakukan secara efektif dan efisien, tepat waktu, serta dapat dipantau melalui jaringan
informasi dan komunikasi (virtual) mulai dari proses pengadaan, penyimpanan/ pergudangan,
transportasi, distribusi, dan penghantaran barang sesuaidengan jenis, kualitas, jumlah, waktu
dan tempat yang dikehendaki produsen dan konsumen, mulai dari titik asal (origin) sampai
dengan titik tujuan (destination).
Visi ini mencerminkan bahwa penguatan konektivitas nasional dapat menyatukan
seluruh wilayah Indonesia dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara inklusif dan
berkeadilan serta dapat mendorong pemerataan antardaerah.Sedangkan yang dimaksud
globally connected adalah sistem konektivitas nasional yang efektif dan efisien yang
terhubung dan memiliki peran kompetitif dengan sistem konektivitas global melalui jaringan
pintu internasional pada pelabuhan dan bandara (international gateway/exchange) termasuk
fasilitas custom dan trade/industry facilitation.Efektivitas dan efisiensi sistem konektivitas
nasional dan keterhubungannya dengan konektivitas global akan menjadi tujuan utama untuk
mencapai visi tersebut.Untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan penguatan konektivitas
secara terintegrasi antara pusat pertumbuhan dalam koridor ekonomi dan juga antarkoridor
ekonomi, serta keterhubungan secara internasional terutama untuk memperlancar
perdagangan internasional maupun sebagai pintu masuk bagi para wisatawan mancanegara.
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-10
Sumber: Dokumen MP3EI
Gambar 2-3 Konsepsi Strategi Penguatan Konektivitas Nasional
Dalam pelaksanaannya, perlu diperhatikan beberapa prinsip utama sebagai berikut:
1) Meningkatkan kelancaran arus barang, jasa dan informasi,
2) Menurunkan biaya logistik,
3) Mengurangi ekonomi biaya tinggi,
4) Mewujudkan akses yang merata di seluruh wilayah, dan
5) Mewujudkan sinergi antarpusat pertumbuhan ekonomi.
Pada tataran regional dan global terdapat perkembangan kerjasama lintas batas yang
perlu diperhatikan terutama adalah komitmen kerjasama pembangunan di tingkat ASEAN
dan APEC. Indonesia perlu mempersiapkan diri mencapai target integrasi bidang logistik
ASEAN pada tahun 2013 dan integrasi pasar tunggal ASEAN tahun 2015, sedangkan dalam
konteks global WTO perlu mempersiapkan diri menghadapi integrasi pasar bebas global
tahun 2020. Mencermati ketertinggalan Indonesia saat ini, perkuatan konektivitas nasional
akanmemastikan terintegrasinya Sistem Logistik Nasional secara domestik,terhubungnya
dengan pusat-pusat perekonomian regional, ASEAN dan dunia (global) dalam rangka
meningkatkan daya saing nasional. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memaksimalkan
keuntungan dari keterhubungan regional dan global (regionally and globally connected).
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-11
Tabel 2-2 Langkah dan Kebijakan Operasional Strategi Penguatan Konektivitas Nasional KONEKTIVITAS INTRAKORIDOR EKONOMI
• Meningkatkan dan membangun jalan/pelayaran lintas di dalam koridor
• Meningkatkan dan membangun sarana dan prasarana perkeretaapian penumpang dan barang
• Meningkatkan jalan akses lokal antarpusat pertumbuhan dengan fasilitas pendukung (pelabuhan, energi) dan dengan wilayah belakangnya, termasuk wilayah-wilayah nonkoridor ekonomi
• Merevitalisasi angkutan penyeberangan, pelabuhan lokal serta optimalisasi pelayaran perintis dan mekanisme PSO
• Meningkatkan pelayanan angkutan udara dan penerbangan perintis
• Pembangunan jaringan ekstension backbone hingga ke pusat pertumbuhan dan pusat kegiatan utama
• Pemerataan akses infrastruktur hingga ke pusat pertumbuhan dan pusat kegiatan utama beserta penguatan jaringan backhaul
• Pengembangan jaringan broadband terutama fixed broadband • Pengalokasian spektrum frekuensi radio yang memadai • Implementasi infrastruktur sharing termasuk untuk infrastruktur
pasif (menara, pipa, tiang, right of way) dengan operator nontelekomunikasi
• Penggunaan green technology equipment untuk mendukung penyediaan listrik di wilayah nonkomersial
• Pembangunan Nasional/Nusantara Internet Exchange di pusat-pusat pertumbuhan
KONEKTIVITAS ANTARKORIDOR EKONOMI
• Memperlancar arus pengiriman barang dan jasa secara efisien dan efektif antarkoridor ekonomi untuk daya saing regional dan global
• Menurunkan biaya logistik dan ekonomi biaya tinggi pengiriman barang dan jasa antarkoridor ekonomi
• Penetapan dan peningkatan kapasitas beberapa pelabuhan dan bandara utama sebagai pusat koleksi dan distribusi dengan menerapkan manajemen logistik yang terintegrasi (integrated logistic port management)
• Pengembangan interkoneksi antara pelabuhan utama (pusat koleksi dan distribusi) dengan pelabuhan lokal dan pelabuhan ‘hub’ internasional
• Pengintegrasian multimoda backbone (serat optik, satelit, microwave)
• Penguatan infrastruktur backbone serat optik: pembangunan di Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi dan Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku, dan
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-12
pengintegrasian dengan pelayanan di koridor ekonomi wilayah barat
• Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan pengembangan sistem inaportnet pada pelabuhan regional
KONEKTIVITAS INTERNASIONAL
• Menyiapkan dan menetapkan pelabuhan dan bandara sebagai ‘hub’ internasional di Kawasan Barat dan Timur Indonesia
• Optimalisasi pengoperasian sistem National Single Window (NSW) di pelabuhan dan bandara yang berfungsi sebagai ‘hub’ internasional melalui peningkatan pelayanan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam rangka penerapan Customs Advance Trade System (CATS) dan NSW serta terkoneksinya sistem jaringan logistik nasional (national supply chain) dengan sistem jaringan logistik global (global supply chain) pada pelabuhan dan bandara internasional
• Peningkatan efisiensi dan produktivitas operasional pelabuhan dan bandara internasional dengan menerapkan sistem manajemen logistik yang terintegrasi
• Membuka link/international gateway baru ke luar negeri sebagai alternatif link yang ada
• Pembangunan international exchange di pusat-pusat pertumbuhan
• Mempersiapkan diri dalam peningkatan pelayanan sarana dan prasarana konektivitas regional dan global.
Sumber: Dokumen MP3EI
Salah satu dari upaya tersebut, perkuatan konektivitas nasional perlu diintegrasikan
dengan perkembangan kerjasama pembangunan ditingkat ASEAN yang memiliki tujuan:
� Memfasilitasi terbentuknya aglomerasi ekonomi dan integrasi jaringan produksi;
� Penguatan perdagangan regional antarnegara ASEAN;
� Penguatan daya tarik investasi dan pengurangan kesenjangan pembangunan antaranggota
ASEAN dan antaranggota ASEAN dengan negara-negara di dunia.
Upaya di atas dilakukan melalui penguatan jaringan infrastruktur, komunikasi, dan
pergerakan komoditas (barang, jasa, dan informasi) secara efektif dan efisien.Hal ini
merupakan bagian dari konektivitas internasional.
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-13
2.5 Studi Sistranas Pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok)
Kegiatan studi sistranas pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) pada dasarnya
adalah kegiatan penyusunan dan perumusan agenda pengembangan sistem transportasi untuk
wilayah kabupaten/ kota yang dikaji, yang pada hakekatnya merupakan suatu proses
perencanaan transportasi. Dikatakan sebagai suatu proses perencanaan transportasi, karena
output yang ingin dihasilkan adalah suatu agenda kegiatan maupun tahapan kegiatan di masa
depan (time horizon, perioda perencanaan) di sektor transportasi untuk mengantisipasi dan
memfasilitasi potensi pergerakan orang dan barang. Dalam konteks ini, maka kaidah-kaidah
perencanaan akan diterapkan secara cermat dan ketat. Untuk itu, maka beberapa hal dasar
perlu didefinisikan terlebih dahulu, yaitu a) “time horizon” yang akan diacu dan b) tujuan dan
sasaran (“objectives and goals”) yang ingin dicapai.
2.5.1 Pendekatan Teoretis
Dalam kaidah-kaidah dasar yang sering digunakan dalam ranah keilmuan perencanaan,
dikenal tahapan ataupun proses yang umum/generik yang biasa digunakan dalam menyusun
suatu rencana. Salah satu tahapan ataupun proses yang sering digunakan dalam suatu
perencanaan adalah seperti yang terlihat pada Gambar 2-4 di mana secara konsepsual
digambarkan logical structure dari proses perencanaan tersebut.
Suatu proses perencanaan biasanya dimulai dengan menetapkan terlebih dahulu tujuan
(objectives) yang hendak dicapai, berikut dengan ukuran (indicators) dari pencapaian tujuan
tersebut. Biasanya tujuan yang ingin dicapai dapat diturunkan dari visi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Katakanlah berdasarkan visi suatu wilayah dapat ditetapkan tujuan
penyelenggaraan sistem transportasinya berikut dengan indikator pencapaiannya, misalnya
tujuan dari penyelenggaraan sistem transportasi adalah efisiensi pergerakan barang dan
orang, maka selanjutnya kinerja ukuran (performance indicator) yang akan mengungkapkan
tujuan tersebut, misalnya: biaya transportasi yang terjangkau, tingkat aksesibilitas yang
tinggi, dan kecepatan tempuh rata-rata tinggi. Dengan didasarkan pada tujuan tersebut
selanjutnya dilakukan analisis dan prediksi performance indicator jika pada wilayah yang
ditinjau tidak dilakukan apa-apa, atau “do minimum case”. Selanjutnya hasil prediksi
performance indicator ini dibandingkan dengan tujuan yang ingin dicapai, yang pada
dasarnya dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah (assess problems) yang ada saat
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-14
ini dan di masa datang sesuai dengan kemungkinan skenario yang mungkin terjadi
(scenarios), misalnya skenario pertumbuhan ekonomi, skenario tata ruang, dlsb.
Gambar 2-4 Logical Structure dari Proses Perencanaan Transportasi
Identifikasi masalah bisa dilakukan dengan membandingkan performance indicator hasil
prediksi pada kondisi “do minimum case” dengan tujuan yang ingin dicapai, baik pada
kondisi saat ini mapun kondisi di masa yang akan datang dalam rentang perioda perencanaan.
Kesenjangan (gap) yang terjadi antara apa yang ingin dicapai dengan apa yang diperoleh
hasil prediksi merupakan dasar dalam mengidentifikasikan masalah. Dikatakan masalahnya
signifikan jika kesenjangan (gap atau defisiensi) yang terjadi makin besar. Dalam hal ini
dilakukan pula analisis permasalahan, yaitu untuk memahami kenapa kesenjangan ini terjadi.
Dengan telah teridentifikasinya masalah tersebut dan juga memahami akar
permasalahannya, maka tahapan selanjutnya adalah berusaha mengidentifikasi instrumen apa
saja yang mungkin digunakan untuk mengantisipasi permasalahan yang akan timbul ataupun
untuk memperoleh tujuan yang ingin dicapai. Sejalan dengan itu, diidentifikasikan pula
kendala ataupun hambatan (barrier) apa saja yang akan dihadapi, baik saat ini maupun di
Objectives/Indicator
Assess Problems Scenarios
Possible Instruments
Predict Impacts
Barriers
Possible Strategies
Optimisation
Appraisal Compare Solutions
Implement
Evaluate
Monitor
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-15
masa depan. Dalam hal ini instrumen-instrumen yang dapat diidentifikasikan sangat
tergantung pada sistem kewilayahan ataupun sistem transportasi yang dikaji. Instrumen
perencanaan transportasi yang sering ditemui untuk sistem transportasi wilayah biasanya
dapat berupa instrumen regulasi, instrumen investasi infrastruktur (penambahan kapasitas
prasarana) ataupun sarana (penambahan kapasitas ataupun performance sarana) ataupun
instrumen yang bersifat kebijakan operasi. Kendala ataupun hambatan (barrier), di lain
pihak, biasanya diidentifikasi berdasarkan keterbatasan-keterbatasan yang ada, misalnya
masalah kapasitas dan kompetensi SDM, keterbatasan aspek finansial ataupun hambatan
sosial budaya masyarakat. Setiap jenis masalah yang teridentifikasi dan alternatif instrumen
untuk menyelesaikannya, masing-masing memiliki sejumlah hambatan (barriers) dalam
implementasinya, baik yang sifatnya teknis, ekonomi/finansial, kelembagaan, maupun
hambatan yang terkait dengan perilaku.
Selanjutnya dengan memperhatikan kendala ataupun hambatan yang mungkin dihadapi,
maka dapat diidentifikasikan instrumen mana saja yang mungkin digunakan (possible
instruments). Dan, berdasarkan instrumen-instrumen inilah dapat dirumuskan beberapa
alternatif kebijakan ataupun alternatif strategi yang paling mungkin untuk mencapai tujuan.
Selanjutnya beberapa alternatif kebijakan ataupun alternatif strategi ini dikaji lebih lanjut
untuk memilih strategi atau kebijakan transportasi yang mana yang paling baik, yaitu yang
paling mampu untuk menghasilkan tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, maka dilakukan
prediksi dampak (predict impacts) dari masing-masing alternatif kebijakan ataupun alternatif
strategi. Dalam hal ini dampak yang diprediksi biasanya dalam bentuk sekumpulan
performance indicator, baik performance indicator yang sama dengan ukuran kinerja tujuan
ataupun performance indicator lainnya. Selanjutnya dengan didasarkan hasil prediksi
performance indicator inilah maka dilakukan evaluasi, yaitu dengan membandingkan hasil
prediksi performance indicator dari masing-masing alternatif kebijakan atau alternatif
strategi. Alternatif strategi yang dipilih adalah yang akan menghasilkan performance
indicator yang terbaik.
Untuk mendapatkan gambaran kinerja dari strategi dan kebijakan/instrumen perencanaan
yang diusulkan perlu diaplikasi model transportasi untuk memprediksi dampak yang
dihasilkan (predict impacts) dari setiap alternatif terhadap kinerja jaringan transportasi
(misal: kecepatan), ekonomi (misal: biaya transportasi), lingkungan (misal: tingkat emisi),
dlsb.
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-16
Informasi mengenai dampak alternatif strategi dan instrumen kebijakan tersebut dapat
digunakan untuk melakukan optimasi (optimisation) dengan merubah kombinasi atau tahapan,
serta dijadikan sebagai dasar dalam melakukan evaluasi kinerja secara komprehensif
(appraisal) dari setiap alternatif untuk memenuhi sejumlah indikator sebagai representasi dari
tujuan yang ditetapkan. Dalam proses evaluasi ini maka dapat diperbandingkan kinerja dari
sejumlah alternatif solusi (compare solutions) sedemikian sehingga dapat diperoleh
preferensi prioritas dan tahapan implementasi dari strategi, kebijakan/instrumen, dan program
yang diusulkan. Dari proses ini akan diperoleh suatu rencana induk/masterplan
pengembangan sistem transportasi yang diharapkan terwujud untuk jangka waktu
perencanaan yang ditetapkan.
Tahapan logis selanjutnya adalah melaksanakan (implement) hasil perencanaan tersebut,
mengevaluasikinerjanya (evaluate performance) dan memonitor (monitor)perkembangannya
secara berkala, untuk memastikan bahwa rencana yang disusun berjalan sesuai desain dan
menghasilkan kinerja dan manfaat sesuai yang diharapkan.
2.5.1 Pendekatan Perencanaan
Sesuai KAK, kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan Tataran Transportasi Lokal
untuk Kota Kupang yang pada hakekatnya merupakan acuan penyelenggaraa sistem
transportasiyang memuat rencana pengembangan sistem transportasi di masing-masing
kabupaten/kota pada masa 10-15 tahun yang akan datang, yaitu selama perioda MP3EI.
Rencana pengembangan transportasi tersebut berisi strategi, kebijakan, dan program yang
merupakan rangkaian usaha untuk mewujudkan kondisi yang diharapkan, yakni untuk
mendukung visi masing-masing kabupaten/kota.
Konteks perencanaan yang disusun dalam kegiatan ini pada dasarnya adalah menyusun
serangkaian usaha/rencana pengembangan (strategi, kebijakan, program) sebagai usaha untuk
membawa kondisi sistem transportasi saat ini (existing condition) menuju kondisi yang
diharapkan (desired condition) dalam kerangka waktu yang ditetapkan.Kondisi yang
diharapkan merupakan cerminan dari tujuan dari penyelenggaraan sistem transportasi di
masing-masing kabupaten/kota yang diturunkan dari visi dan misi, ketetapan daerah yang
dituangkan dalam RTRW, RPJP/RPJM, termasuk kegiatan-kegiatan ataupun program yang
tercantum dalam dokumen MP3EI, idealisasi sesuai teori dan perundangan, serta elaborasi
dari keinginan publik/stakeholders.
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-17
Dalam merumuskan alternatif rencana pengembangan sistem transportasi yang disusun,
tentu saja harus didasarkan possible instruments yang telah diidentifikasikan sebelumnya dan
juga harus mempertimbangkan serangkaian hambatan (barriers) baik yang berupa hambatan
teknis, kelembagaan, finansial, maupun sosial, sehingga pilihan rencana yang diambil cukup
realistis, membumi, dan implementable.
Gambar 2-5 Konteks Perencanaan Transportasi
Pada Gambar 2-5 disampaikan konteks perencanaan yang dilakukan dalam kegiatan
“Studi Sistranas Pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) di Wilayah Provinsi NTT
Dalam Mendukung Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Di Koridor Ekonomi Bali
– Nusa Tenggara” ini. Konteks inilah yang dijadikan sebagai dasar dalam menyusun
metodologi kerja dan proses pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan.
Selanjutnya dari dokumen KAK yang diberikan (latar belakang, maksud dan tujuan,
keluaran, dan ruang lingkup) secara implisit dinyatakan dalam tujuan studi beberapa hal yang
ingin ataupun diharapkan untuk dihasilkan yang selanjutnya dapat diungkapkan sebagai
bagian dari Tataran Transportasi Lokal di masa yang akan datang, yaitu untuk Kota Kupang.
Beberapa hal yang ingin dihasilkan dalam kegiatan studi ini antara lain sebagai berikut:
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-18
1. Arah dan kebijakan peranan transportasi Kota Kupangdalam kerangka sistem
transportasi terpadu, terutama dalam mengantisipasi program-program yang telah
dicanangkan dalam MP3EI.
2. Rencana lokasi ruang kegiatan yang harus dihubungkan oleh ruang lalulintas agar terjadi
konektivitas, baik konektivitas yang bersifat internal dalam wilayah yang dikaji
konektivitas dalam skala koridor Bali-Nusa Tenggara, ataupun konektivitas dalam skala
Nasional.
3. Perkiraan pergerakan dan distribusi perjalanan menurut asal tujuannya pada masa 10-15
tahun y.a.d., baik sebagai hasil dari semua kegiatan ekonomi yang timbul di wilayah
yang ditinjau, baik di daerah pusat-pusat pengembangan ekonomi seperti yang
dicanangkan dalam MP3EI ataupun sebagai hasil dari RTRW Provinsi NTT yang telah
dicanangkan sebelumnya.
4. Kebutuhan pengembangan jaringan transportasi Kota Kupangyang ditinjau berdasarkan
perkiraan beban yang harus dilayani, keterpaduan antarmoda, dan integrasi dengan
rencana tata ruang dan sektor pembangunan lainnya,
5. Identifikasi isu/permasalahan penyelenggaraan sistem transportasi Kota Kupangdan
faktor-faktor yang mempengaruhinya,
6. Alternatif pengembangan sistem transportasi (kebijakan, strategi, program strategis, dan
kegiatan) dari Kota Kupang(Tataran Transportasi Lokal) pada masa 10-20 tahun yang
akan datang.
2.6 MP3EI di Wilayah Nusa Tenggara Timur
Mengingat bahwa wilayah kajian termasuk Kota Kupang secara langsung dan tidak
langsung dipengaruhi oleh program MP3EI yang dicanangkan oleh Pemerintah Pusat sejak
tahun 2011, maka menjadi penting untuk memahami dan meninjau konteks program MP3EI
ini, terutama untuk koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara.
Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara mempunyai tema menjadi Pintu Gerbang
Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional. Tema ini diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di koridor ini yang mana 17 persen penduduknya berada di bawah
garis kemiskinan serta memiliki ketimpangan pendapatan yang cukup tinggi yaitu sebesar
IDR 17,7 juta per kapita (antara kabupaten/kota terkaya dan termiskin di dalam koridor ini).
Namun demikian, koridor ini memiliki kondisi sosial yang cukup baik, sebagaimana terlihat
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-19
dari tingginya tingkat harapan hidup sebesar 63 tahun, tingkat melek huruf sebesar 80 persen
serta tingkat PDRB per kapita sebesar IDR 14,9 juta yang lebih tinggi dibandingkan PDB per
kapita nasional sebesar IDR 13,7 juta.
Gambar 2-6 Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara dalam Program MP3EI
Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh koridor ini, antara lain populasi penduduk
yang tidak merata, tingkat investasi yang rendah serta ketersediaan infrastruktur dasar yang
masih sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukan percepatan dan perluasan pembangunan
ekonomi yang akan difokuskan pada 3 (tiga) kegiatan ekonomi utama, yaitu: pariwisata,
perikanan dan peternakan.
2.6.2 Pariwisata
Pembangunan kepariwisataan di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara difokuskan
pada 9 Destinasi Pariwisata Nasional.Sistem industri jasa memiliki peranan strategis untuk
meningkatkan penyerapan tenaga kerja, mendorong pemerataan kesempatan kerja dan
pemerataan pembangunan nasional. Selain itu, juga memberikan kontribusi dalam perolehan
devisa negara serta berperan dalam mengentaskan kemiskinan. Peningkatan jumlah
kunjungan wisman pada tahun 2010 berdampak pada nilai kontribusi pariwisata yaitu sebesar
USD 7,6 miliar dengan kenaikan dari tahun 2008 sebesar USD 7,3 miliar. Rencana Induk
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-20
Pembangunan Pariwisata Nasional (Ripparnas) 2011–2025 menegaskan bahwa pembangunan
kepariwisataan nasional sampai dengan 2025, menargetkan kunjungan wisman mencapai 20
juta orang per tahun (skenario positif).
Dari perspektif nasional, Bali merupakan pintu gerbang kegiatan ekonomi utama
pariwisata di Indonesia.Pertumbuhan kunjungan wisatawan tahun 2010, hampir 40 persen
melalui Bali.Bandara Ngurah Rai sebagai pintu masuk utama menerima lebih dari 2 juta
pendatang setiap tahunnya.Selain itu, 15 persen kapasitas hotel di Indonesia serta 21 persen
dari pendapatan perhotelan nasional berada di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara.
Ke depannya, pariwisata masih menjadi kegiatan ekonomi utama yang akan
dikembangkan di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara karena masih banyaknya potensi
pariwisata yang belum dioptimalkan saat ini. Pariwisata di koridor ini memiliki prospek
sangat baik dengan Bali sebagai pusat pengembangan pariwisata yang didukung dengan
potensi dan sumber daya alam serta budaya NTB dan NTT.
Beberapa strategi umum untuk dapat meningkatkan jumlah kunjungan dan lama tinggal
wisatawan selama berkunjung ke Bali – Nusa Tenggara, antara lain:
a) Meningkatkan keamanan di dalam Koridor Bali – Nusa Tenggara, antara lain melalui
penerapan sistem keamanan yang ketat;
b) Melakukan pemasaran dan promosi yang lebih fokus dengan target pasar yang lebih
jelas. Strategi pemasaran untuk setiap negara asal wisatawan perlu disesuaikan
dengan menerapkan tema ”Wonderful Indonesia, Wonderful Nature, Wonderful
Culture, Wonderful People, Wonderful Culliner,dan Wonderful Price”. Kegiatan
pemasaran dan promosi ini diharapkan dapat membuat Bali menjadi etalase pariwisata
dan meningkatkan citra Bali sebagai tujuan utama pariwisata dunia;
c) Memberdayakan Bali Tourism Board untuk mengkoordinasikan usaha pemasaran dan
promosi Bali;
d) Meningkatkan pengembangan destinasi pariwisata di wilayah Bali Utara dalam
rangka meningkatkan kualitas daya dukung lingkungan dan lama tinggal wisatawan;
e) Meningkatkan destinasi pariwisata di luar Bali (Bali and Beyond) dengan menjadikan
Bali sebagai pintu gerbang utama pariwisata Indonesia seperti wisata pantai (Bali,
Lombok, NTT), wisata budaya (Bali), wisata pegunungan (Jatim, Bali, Lombok), dan
wisata satwa langka (Pulau Komodo). Kunci sukses dari strategi ini adalah dengan
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-21
pengadaan akses seperti peningkatan rute penerbangan ke daerah-daerah pariwisata di
sekitar Bali, yang disertai pemasaran yang kuat dan terarah;
f) Meningkatkan kualitas dan kenyamanan tinggal para wisatawan dengan
meningkatkan sarana dan prasarana seperti ketersediaan air bersih, listrik dan
transportasi serta komunikasi;
g) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat lokal terutama SDM pariwisata di NTB dan
NTT, serta mengembangkan gerakan sadar wisata khususnya di wilayah Nusa
Tenggara.
Selain meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Koridor Ekonomi Bali –
Nusa Tenggara, faktor lain untuk meningkatkan pendapatan kegiatan ekonomi utama ini
adalah meningkatkan jumlah pembelanjaan wisatawan. Perubahan pola ekonomi dunia juga
mempunyai dampak pada pariwisata daerah.Oleh karena itu, pemerintah dan industri
pariwisata harus secara proaktif mengidentifikasi dan mengeksplorasi pasar-pasar baru yang
bisa mendorong laju pertumbuhan pariwisata di masa mendatang.
Gambar 2-7 Penciptaan Jaringan Klaster Pariwisata dengan Penambahan Rute Penerbangan
Selain hal di atas, pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam rangka peningkatan
konektivitas untuk mendukung pengembangan kegiatan ekonomi utama pariwisata, dilakukan
melalui:
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-22
a) Peningkatan kapasitas dan pelayanan bandar udara, seperti pengembangan bandar udara
di Lombok yang dapat diberdayakan sebagai “matahari kembar” selain Bandara Ngurah
Rai (untuk membagi beban lalu lintas penumpang yang ada di koridor ekonomi ini,
karena jumlah pengunjung yang akan masuk ke koridor ini diproyeksikan akan melebihi
kapasitas Bandar Udara Ngurah Rai pada tahun 2020);
b) Peningkatan kapasitas dan pembangunan infrastruktur jalan, seperti rencana
pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Benoa;
c) Peningkatan akses jalan perlu ditingkatkan untuk menghubungkan daerah-daerah
pariwisata di luar Bali bagian selatan dan di dalam wilayah NTB dan NTT;
d) Pembangunan Kereta Api Wisata Lingkar Bali (dalam rencana jangka panjang);
e) Peningkatan pelabuhan dan marina yang telah ada agar memenuhi standar (seperti kapal
cruise dan kapal layar yacht );
f) Pembangunan pembangkit listrik baru yang dapat meningkatkan ketersediaan listrik
bagi Bali dan Nusa Tenggara.
2.6.1 Perikanan
Bagi Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara, kegiatan ekonomi utama perikanan saat
ini menyumbang 13,2 persen PDRB dari sektor agrikultur pangan. Menurut data dari Pusat
Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor (IPB), saat ini kegiatan ekonomi utama perikanan
hanya menggunakan kurang dari 25 persen potensi kelautan di Indonesia.Peningkatan
produktivitas hasil kelautan dapat dikembangkan bukan hanya melalui penangkapan, tetapi
juga melalui pengembangan budidaya.Potensi yang besar tersebut terutama terdapat di daerah
NTB.Kegiatan ekonomi utama perikanan perlu dikembangkan karena kegiatan tersebut
berpotensi menjadi mesin penggerak perekonomian Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara
melalui eksternalitas yang besar yang dimiliki dalam penyediaan lapangan kerja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kegiatan perikanan dibagi menjadi
tiga aspek utama yaitu penangkapan/budidaya, pengolahan dan distribusi hasil pengolahan
perikanan. Terdapat beberapa tantangan yang berkaitan dengan tiga aspek pengembangan
kegiatan perikanan di atas, antara lain:
a. Tidak terpetakannya potensi perikanan kelautan secara akurat serta lemahnya kontrol
implementasi rencana tata ruang yang menyebabkan penggunaan lahan yang tidak
sesuai dengan peruntukkannya;
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-23
b. Terbatasnya suplai perikanan laut sehingga membutuhkan efisiensi produksi melalui
pengembangan bibit unggul perikanan;
c. Sebagian besar armada dan peralatan penangkapan ikan masih sangat sederhana;
d. Rendahnya minat investor untuk pengembangan perikanan, terutama dalam kegiatan
pengolahan produk perikanan dan kelautan;
e. Rendahnya nilai tambah ekonomis produk olahan perikanan kelautan;
f. Rendahnya kualitas SDM perikanan dan kelautan, baik dalam produksi penangkapan
dan budidaya perikanan serta dalam pengolahannya;
g. Terbatasnya permodalan untuk masyarakat setempat sehubungan dengan
pengembangan kegiatan perikanan berbasis masyarakat;
h. Terbatasnya jalur distribusi dan pemasaran produk perikanan dan olahannya;
i. Belum terpenuhinya kebutuhan infrastruktur, sarana dan prasarana pendukung (antara
lain jalan, air bersih dan listrik) terutama untuk melayani industri pengolahan produk
perikanan kelautan. Hal ini menyebabkan tingginya biaya produksi perikanan dan
produk olahannya;
j. Minimnya akses yang menghubungkan antara lokasi-lokasi penghasil produk perikanan
kelautan dengan lokasi industri pengolahannya serta dengan pasar regional dan fasilitas
ekspor.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, strategi umum dan langkah aksi yang akan
dikembangkan di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara adalah:
a. Meningkatan produksi hasil perikanan, yang meliputi penangkapan tuna,budidaya udang,
dan budidaya rumput laut. Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara memiliki potensi
perikanan yang sangat besar, oleh karena itu untuk meningkatkan produksi perikanan
perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi:
1) Pemetaan potensi sumber daya perikanan dan kelautan;
2) Pengawasan penerapan RTRW;
3) Pembentukan pusat benih;
4) Revitalisasi tambak yang sudah ada;
5) Pendirian pusat pelatihan nelayan dan pengadaan program sertifikasi;
6) Pengembangan bibit unggul dan teknologi penangkapan ikan.
b. Meningkatkan produksi produk olahan bernilai tambah tinggi hasil perikanan, yang
meliputi pembekuan udang, pengalengan ikan, pengolahan tepung ikan, dan pengolahan
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-24
keraginan (tepung rumput laut). Nilai tambah produk olahan perikanan pada saat ini
masih sangat kecil. Peningkatan nilai tambah ekonomis produk olahan perikanan dapat
dilakukan dengan:
1. Pengembangan klaster industri perikanan yang melingkupi industri produksi bahan
baku;
2. Penjalinan kerjasama dengan negara yang mengkonsumsi hasil perikanan dan
kelautan (Jepang dan Thailand) untuk pemasaran hasil budidaya;
3. Pemberian pendampingan pada UKM perikanan untuk meningkatkan pengetahuan
pengolahan yang memiliki nilai tambah tinggi serta pemberian skema micro credit
PNPM Mandiri melalui koperasi nelayan.
c. Meningkatkan produksi garam dengan mengoptimalkan lahan yang memiliki potensi
untuk pengembangan kegiatan usaha garam. Pengembangan industri garam merupakan
kegiatan prioritas saat ini karena Indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan
domestik dan masih mengandalkan impor garam. Sebagai upaya untuk meningkatkan
produksi garam dalam negeri, sentra garam akan dikembangkan di Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
Selain hal di atas, pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam rangka peningkatan konektivitas
untuk mendukung peningkatan produksi perikanan dan pengembangan usaha garam,
dilakukan melalui:
a) Perbaikan level of service jalan lintas kabupaten, terutama untuk wilayah NTT dan
peningkatan akses dari dari dermaga pendaratan ikan ke jalan lintas kabupaten terdekat;
b) Peninjauan kembali kapasitas pelabuhan setempat guna mendukung aktivitas industri;
c) Percepatan program penambahan kapasitas energi listrik dengan peningkatan kapasitas
PLTU/PLTP;
d) Pengembangan Bandar Udara Mbai di Kabupaten Nagekeo, NTT yang digunakan untuk
mengangkut hasil perikanan dan kelautan yang bernilai tinggi namun harus cepat
dikonsumsi;
e) Percepatan pembangunan instalasi pengolahan air bersih terutama di wilayah NTT
untuk mendukung pengembangan kegiatan budidaya dan industri pengolahan hasil
perikanan dan kelautan.
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-25
2.6.3 Peternakan
Kegiatan ekonomi utama peternakan berkontribusi terhadap PDRB sekitar 16 persen
dari sektor agrikultur pangan untuk Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara. Sebagian besar
populasi ternak di koridor ini masih dikonsumsi secara lokal dan hanya dipasarkan ke
provinsi lain dalam jumlah sedikit.
Jenis populasi ternak yang paling potensial dikembangkan di koridor ini adalah Sapi
Bali yang sudah dikenal luas sebagai sapi potong asli Indonesia. Sapi potong dapat
dikembangkan untuk menghasilkan tujuh jenis emas, yaitu emas merah (daging), emas putih
(susu), emas putih batangan (tulang), emas kuning (urin), emas cokelat (kulit), emas biru dan
emas hijau (kotoran). Urin sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik, sedangkan
kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau dan energi biogas.
Pertumbuhan populasi ternak sapi potong di Nusa Tenggara Barat cukup pesat dari
tahun 2009 hingga tahun 2010, namun hal yang serupa tidak terjadi di Bali dan Nusa
Tenggara Timur. Sebaliknya, pertumbuhan produksi sapi potong di Bali dan Nusa Tenggara
Barat mengalami penurunan di tahun 2008 dimana Nusa Tenggara Barat mengalami
penurunan yang sangat drastis. Penurunan produksi ini diakibatkan maraknya pemotongan
sapi betina produktif, penyelundupan sapi, maupun penurunan kualitas bibit sapi itu
sendiri.Selain itu, tantangan terbesar dalam pengembangan kegiatan peternakan juga meliputi
terbatasnya infrastruktur yang dapat mendukung distribusi produk ternak sapi, kurangnya
modal usaha dan lemahnya sumber daya manusia dan kelembagaan peternakan.
Saat ini terdapat sentra pemurnian dan pembibitan Sapi Bali di tiap provinsi yang
umumnya dikelola secara individual. Dengan tingginya jumlah rumah tangga yang terlibat
dalam kegiatan peternakan, diharapkan pengembangan kegiatan peternakan ini akan dapat
mendukung percepatan pembangunan ekonomi di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara ke
depannya.
Hal lain adalah, pemenuhan kebutuhan infrastruktur dalam rangka peningkatan
konektivitas untuk mendukung produksi peternakan, yang dilakukan melalui:
a) Penyediaan infrastruktur yang mendukung kegiatan peternakan melalui PPP;
b) Penguatan jalan untuk mengangkut produk peternakan dari sentra industri pengolahan
daging dan non daging ke pelabuhan lokal terdekat;
c) Penguatan pelabuhan lokal terdekat untuk mengangkut dan memasarkan produk ternak
sapi ke wilayah lain terutama Jakarta dan Surabaya. Pelabuhan laut Marapokot di
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-26
Kabupaten Nagekeo akan dikembangkan untuk mendistribusikan hasil peternakan dan
perikanan;
d) Penguatan Bandar Udara Mbai atau dikenal dengan nama Bandara Surabaya II yang
akan difungsikan untuk mengangkut produk peternakan dan perikanan;
e) Pembangunan pembangkit listrik baru yang dapat meningkatkan ketersediaan listrik
khususnya untuk wilayah Nusa Tenggara;
f) Penyediaan air bersih untuk menjamin ketersediaan pakan ternak terutama pada musim
kemarau khususnya untuk wilayah Nusa Tenggara.
2.6.4 Kegiatan Ekonomi Lain
Selain kegiatan ekonomi utama yang menjadi fokus Koridor Ekonomi Bali - Nusa
Tenggara di atas, di koridor ini juga terdapat beberapa kegiatan yang dinilai mempunyai
potensi pengembangan, seperti tembaga.Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat juga
berkontribusi di dalam pengembangan Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara secara
menyeluruh.
2.6.5 Investasi
Terkait dengan Pembangunan Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara teridentifikasi
rencana investasi baru untuk kegiatan ekonomi utama Pariwisata, Perikanan, Peternakan serta
infrastruktur pendukung sebesar sekitar IDR 133 Triliun. Berikut ini adalah gambaran umum
investasi yang ada di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara.
Di samping investasi yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi utama diatas, pemerintah
juga berkomitmen untuk melakukan pembangunan infrastruktur di Koridor Ekonomi Bali -
Nusa Tenggara. Berikut ini adalah nilai indikasi investasi infrastruktur untuk masing-masing
tipe infrastruktur yang akan dilakukan oleh pemerintah, BUMN dan campuran.
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-27
Gambar 2-8 Peta Investasi Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara
Tabel 2-3 Aglomerasi Indikasi Investasi pada Koridor Bali-Nusa Tenggara
No Lokasi Kegiatan Ekonomi
Pelaku Infrastruktur Investasi (Triliun
Rp)
Share Investasi
(%) 1 Jimbaran, Bangil,
Buleleng Pariwisata BUMN, Swasta Pelabuhan, Jalan
Toll Nusa Dua – Benoa
20,34 35
2 Badung Perikanan BUMN Fasilitas Produksi 0,08 0,2 3 Lombok Pariwisata BUMN, Swasta Bandara 30,00 51 4 Bima Peternakan Pemerintah Jalan, Pelabuhan 0,12 2 5 Nagekeo, Ngada,
Manggarai Timur Peternakan Swasta Jalan, Pelabuhan,
bandara 5,30 7,7
6 Nagekeo, Ende Perikanan Pemerintah, Swasta
Jalan, Pelabuhan 0,49 1
7 Timor Tengah Selatan, Flores Timur, Timor Tengah Utara
Peternakan Pemerintah, Swasta
Jalan, Pelabuhan 0,43 6
8 Kupang Perikanan Pemerintah, Swasta
Jalan, Pelabuhan 0,31 1
Sumber: Dokumen MP3EI
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-28
Gambar 2-9 Indikasi Investasi Infrastruktur oleh Pemerintah, BUMN, dan Campuran
Dalam jangka panjang, kegiatan kepariwisataan di koridor ini merupakan pendorong
pembangunan ekonomi di Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara melalui diversifikasi
produk wisata, perluasan kawasan pariwisata dan pengembangan daya saing destinasi
pariwisata secara berkelanjutan, maupun pengembangan pangsa pasar dengan daya beli
tinggi. Pengembangan destinasi pariwisata dalam koridor ini sejalan dengan pembangunan
infrastruktur sepanjang Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara.
Pengembangan kegiatan peternakan secara konsisten akan diupayakan melalui
pengembangan teknologi mutakhir untuk meningkatkan kualitas bibit sapi, pengintegrasian
kegiatan peternakan dan tanaman pangan untuk menjamin sumber pakan ternak,
pengembangan industri pengolahan daging dan non-daging (industri kulit, industri tulang,
industri biogas, dan industri pupuk organik), dan peningkatan kapasitas infrastruktur jalan
dan pelabuhan laut untuk mendistribusikan hasil produksi peternakan.
Pengembangan produktivitas perikanan laut memperhatikan daya dukung dan
keberlanjutan populasi ikan melalui penjalinan kerjasama untuk pengembangan bibit unggul
dan teknologi perikanan tangkap dan budidaya serta teknologi pengolahan produk
perikanan.Selain itu pengembangan infrastruktur dan fasilitas penunjang sangat penting
dalam pengembangan kegiatan perikanan. Kegiatan hilir peternakan dan perikanan, seperti
pengolahan daging dan pengalengan ikan maupun industri makanan lainnya, secara konsisten
akan didukung pemerintah melalui penyediaan infrastruktur fisik maupun insentif/disinsentif
dan deregulasi agar membangun iklim usaha yang kondusif.
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-29
Struktur tata ruang Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara dikembangkan dengan
menitikberatkan pada konektivitas darat, laut dan udara yang menghubungkan baik
antarpulau maupun antarprovinsi dengan mempertimbangkan kondisi geografis koridor ini
yang berupa gugus pulau. Sistem konektivitas ini akan mendukung seluruh kegiatan ekonomi
utama (pariwisata, peternakan, dan perikanan) dan kegiatan lainnya yang memiliki nilai
investasi tinggi seperti migas, emas dan tembaga. Namun perlu diperhatikan bahwa
eksplorasi pertambangan tidak diprioritaskan pada koridor ini karena akan memberikan
dampak negatif pada kegiatan pariwisata, perikanan, dan peternakan. Prioritas peningkatan
pelabuhan laut dan pelabuhan udara diberikan pada pelabuhan yang telah ada dan berdekatan
dengan lokus kegiatan ekonomi utama agar lebih efektif, efisien dan meminimalkan biaya
transportasi.Selain itu, rencana tata ruang baik tingkat provinsi maupun kabupaten harus
mampu mengakomodasi dan menjamin ketersediaan lahan untuk kegiatan pariwisata,
perikanan, dan peternakan terutama untuk lahan penggembalaan, efektif, efisien dan
meminimalkan biaya transportasi.Selain itu, rencana tata ruang baik tingkat provinsi maupun
kabupaten harus mampu mengakomodasi dan menjamin ketersediaan lahan untuk kegiatan
pariwisata, perikanan, dan peternakan terutama untuk lahan penggembalaan.
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-30
3 Table of Contents
2 BAB IITINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................................................. 2-1
2.1 Umum .................................................................................................................................................................................. 2-1
2.2 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia (MP3EI) ........................................................................... 2-2
2.3 Dukungan Sistem Transportasi untuk Mensukseskan MP3EI ............................................................................................. 2-4
2.4 Pokok-Pokok Pikiran Strategi Memperkuat Konektivitas Nasional .................................................................................... 2-5
2.5 Studi Sistranas Pada Tataran Transportasi Lokal (Tatralok) ............................................................................................. 2-13
2.5.1 Pendekatan Teoretis ................................................................................................................................................... 2-13
2.5.1 Pendekatan Perencanaan ............................................................................................................................................ 2-16
2.6 MP3EI di Wilayah Nusa Tenggara Timur ......................................................................................................................... 2-18
2.6.2 Pariwisata ................................................................................................................................................................... 2-19
2.6.1 Perikanan .................................................................................................................................................................... 2-22
2.6.3 Peternakan .................................................................................................................................................................. 2-25
2.6.4 Kegiatan Ekonomi Lain ............................................................................................................................................. 2-26
2.6.5 Investasi ..................................................................................................................................................................... 2-26
3 Table of Contents ....................................................................................................................................................................... 2-30
Tatralok Kabupaten Timor Tengah Selatan
2-31
Gambar 2-1 Kerangka Hubungan MP3EI dan Sistranas .............................................................. 2-5
Gambar 2-2 Kerangka Kerja Strategi Penguatan Konektivitas Nasional ......................................... 2-7
Gambar 2-3 Konsepsi Strategi Penguatan Konektivitas Nasional ................................................ 2-10
Gambar 2-4 Logical Structure dari Proses Perencanaan Transportasi........................................... 2-14
Gambar 2-5 Konteks Perencanaan Transportasi ...................................................................... 2-17
Gambar 2-6 Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara dalam Program MP3EI ............................... 2-19
Gambar 2-7 Penciptaan Jaringan Klaster Pariwisata dengan Penambahan Rute Penerbangan ........... 2-21
Gambar 2-8 Peta Investasi Koridor Ekonomi Bali – Nusa Tenggara ............................................ 2-27
Gambar 2-9 Indikasi Investasi Infrastruktur oleh Pemerintah, BUMN, dan Campuran .................... 2-28
Tabel 2-1 Fokus Penguatan Konektivitas Nasional .................................................................... 2-7
Tabel 2-2 Langkah dan Kebijakan Operasional Strategi Penguatan Konektivitas Nasional ............... 2-11
Tabel 2-3 Aglomerasi Indikasi Investasi pada Koridor Bali-Nusa Tenggara .................................. 2-27