Upload
vuongkhue
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Motivasi Belajar
a. Makna Belajar
Usaha pemahanan mengenai makna belajar ini akan diawali dengan
mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa definisi
tentang belajar, antara lain dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Cronbach memberikan definisi : Learning is shown by a change in
behavior as a of experiece.
2) Harold Spears memberikan batasan : Learning is to observe, to
read, to imitate, to try something themselves, to listen,to follow
direction.
3) Geoch, mengatakan : Learning is a change in performance as
aresult of practice. ( Sardiman A.M 2007:20 )
Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diterangkan bahwa belajar
itu senantiasa meupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih
baik, kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak
bersifat verbalistik.
b. Motivasi
Praktik dan pengalaman tertentu. Dalam hal ini, belajar perlu
dibedakan dengan konsep yang berhubungan dengan berpikir,
berperilaku, perkembangan, d a n p e r u b a h a n . Hal di atas sesuai
dengan pernyataan Winkel ( dalam Hamzah B. Uno 2011:22 ) bahwa
belajar pada manusia bisa dirumuskan sebagai suatu aktivitas
mental-psikis yang berinteraksi aktif dengan linkungannya, dan
menghasilkan perubahan dalam pengetahan, pemahaman,
8
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
9
keterampilan, dan sikap. Perubahan tersebut bersifat relatif konstan dan
berbekas.
Hal tersebut sesuai dengan rumusan pendapat Uno ( 2003 ) tentang
pengertian belajar: (1) memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaiman, (2) suatu proses perubahan tingkah laku individu dengan
lingkungannya, (3) perubahan tingkath laku yang dinyatakan dalam
bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian, atau mengenai
sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasr, yang
terdapat dalam berbagai bidang studi, atau lebih luas lagi dalam
berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi,
(4) belajar selalu menunjukan suatu proses perubahan perilaku atau
pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu.
Selanjutnya, belajar adalah proses seseorang memperoleh berbagai
kecakapan, keterampilan, dan sikap. ( Hamzah B. Uno 2011:22)
Dari beberapa teori belajar yang dikemukakan di atas, dapat
dirangkum bahwa belajar merupakan pengalaman yang diperoleh adanya
interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar menunjukan
suatu peroses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan
praktik atau pengalaman tertentu. Sedangkan dari beberapa definisi
tentang belajar, dapat dirumuskan bahwa belajar adala proses perubahan
perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan interaksi antara individu dan
lingkunganya yang dilakukan secara formal, informal, dan nonformal.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
10
c. Asal Mula dan Perkembangan Motivasi
Motivasi diterapkan dalam berbagai kegiatan, tidak terkecuali
dalam belajar. Betapa pentinnya motivasi dalam belajar, karena
keberadaanya sangat berarti bagi perbuatan belajar. Selain itu, motivasi
merupakan pengarahan untuk perbuatan belajar kepada tujuan yang jelas
yang diharapakan dapat tercapai.
Di dalam kegiatan belajar, anak memerlukan motivasi. Misalnya
anak yang akan ikut ujian, membutuhkan sejumlah informasi atau ilmu
untuk mempertahankan dirinya dalam ujian, agar memperoleh nilai yang
baik. Jika pada ujian nanti anak tidak dapat menjawab, maka akan muncul
motif anak untuk menyontek karena ingin mempertahankan dirinya, agar
tidak dimarahi orang tuanya karena memperoleh nilai yang buruk. (
Hamzah B. Uno 2011:23).
d. Pengertian Motivasi
Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan
“motif” untuk menunjukan seseorang itu berbuat sesuatu. Apa motifnya si
Badu itu membuat kekacuan, apa motif Aman it rajin membaca, apa motif
Pak Jalu memberikan intensif kepada para pembantunya, dan begitu
seterusnya. Kalau demikian, apa maksud dengan motif?
Kata “motif” , diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan didalam sunjek untuk melakaukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat
diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “
motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang
telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama
bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak. (
Sardiman A.M 2007:73 )
Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa,
misalnya tidak berbuat sesuatu yang harusnya dikerjakan, maka perlu
diselidiki sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu biasanya bermacam-macam,
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
11
mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan
lain-lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak
terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki
tujuan atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam ini perlu dilakukan daya
upaya yang dapat menemukan sebab-musababnya kemudian mendorong
seseorang siswa itu mau melakukan kegiatan yang seharsnya dilakukan,
yakni belajar. Dengan kata lain, siswa perlu diberikan rangsangan agar
tumbuh motivasi pada dirinya. Atau singkatnya perlu diberikan motivasi.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu
dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di
dalam diri seseorang.dalam kegiatan belajar. Motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan yang memberi arah, sehingga tujuan uang dikehendaki oleh
subjek belajar itu dapat tercapai. Dikatakan “keseluruhan”, karena pada
umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa
untuk belajar. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang
bersifat non-intelektual. Perananya yang khas adalah hal penumbuhan
gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Ibaratnya seseorang itu
menghadiri suatu ceramah, tetapi karena ia tidak tertarik pada materi yang
diceramahkan, maka tidak akan mencamkan, apalagi mencatatat isi
ceramah tersebut. Seseorang tidak memiliki motivasi, kecuali karena
paksaan atau sekedar seremonial. Seorang siswa memiliki inteligensia
yang cukup tinggi, mentak (boleh jadi) gagal karena kekurangan motivasi.
( Sardiman A.M 2007:75 )
Kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk
dicintai dan dikasihi, kebutuhan untuk dapat diterima sebagai anggota
kelompok dan seterusnya itu, bisa terjadi beberapa kebutuhan tertentu
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
12
dipenuhi secara bersama-sama (lihat gambar 9a) atau malahan semua
kebutuhan tersebut terpenuhi secara bersama-sama terpenuhi secara
serentak, sekalipun masing-masing/kebutuhan-kebutuhan tertentu belum
terpenuhi secara utuh, 100% (lihat gambar 9b).
Kebutuhan manusia
kebutuhan manusia
GAMBAR 9a GAMBAR 9b
( Sardiman A.M 2007:82 )
e. Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi.
Belajar adalah perubahantingkah laku secara relatif permanen dan
potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau pnguatan (reinforced
practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. ( Hamzah
B. Uno 2011:23)
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat
dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-
cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan,
lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.
Tetapi harus diingat, faktor tesebut disebabkan oleh rangsangan tertentu,
sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang
lebih giat dan semangat.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal
pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan
1 2 3 4 5 6
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
13
seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan
sebagai berikut : (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belaja; (3) adanya harapan dan cita-cita
masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan
yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yan kondusif,
sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. (
Hamzah B. Uno 2011:23)
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat dikemukakan
bahwa motivasi belajar adalah suatu penggerak yang timbul dari kekuatan
mental diri peserta didik maupun dari penciptaan kondisi belajar
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan belajar itu sendiri.
f. Ciri-ciri Motivasi Belajar
Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalamwaktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidakmemerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin(tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
3) Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah “untukorang dewasa (misalnya masalah pembangnan agama, politik,ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentanan terhadapsetiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya).
4) Lebih senang bekerja mandirir.5) Cepat bosan pada tuga-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu).7) Tidak mudah untuk melepaskan hal yang diyakini itu.8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
( Sardiman A.M 2007:83 )Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti diatas, berarti orang itu
selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu
akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan
belajar mengajar aka berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas,
ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
14
Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu yang
rutinitis dan mekanis. Siswa harus mampu mempertahankan pendapatnya,
kalau ia sudah yakin dan dipandanginya cukup rasional. Bahkan lebih
lanjut siswa harus juga peka dan responsif terhadap berbagai masalah
umum, dan bagaimana memikirkan pemecahannya. Hal-hal itu semua
harus dipahami benar oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya
dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal.
Dari ciri-ciri motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa pada diri
seseorang yang termotivasi memiliki ciri-ciri dia adalah orang yang tekun
menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, menunjukan dia
minat terhadap menanggapi masalah-masalah orang dewasa, tipe orang
yang senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas yang bersifat rutin
dan lebih senang dengan sesuatu yang baru, dapat mempertahankan
pendapatnya serta teguh dalam pendiriannya, tidak mudah melepaskan hal
yang diyakininya, dan merupakan orang yang senang mencari dan
menyelesaikan masalah.
g. Elemen-elemen Motivasi Belajar
Menurut Mc. Donald ( dalam Sardiman A.M 2007:20 ) , motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai degan
munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan.
Dari pengertian yang dikemukakan Mc.Donald ini mengandung
tiga elemen penting :
1) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada
diri setiap individu manusia. Perubahan motivasi akan membawa
beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological”
yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan
energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri
manusia), penampakannya aan menyangkut keiatan fisik manusia.
2) Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/”feeling”, afeksi
seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
15
persoalan kejiwaan, afeksi an emosi yang dapat menentukan
tingkah laku manusia.
3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi
dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni
tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi
kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur
lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal
kebutuhan.
Dengan ketiga elemen diatas,maka dapat dikatakan bahwa motivasi
akan menyebabkan terjadinya sesuatu yang kompleks. Motivasi akan
memnyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri
manusia, sehingga akan berganti dengan persoalan gejala kejiwaan,
perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan
sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau
keinginan.
h. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi sangat
diperlukan. Motivasi bagi siswa dapat mengembangkan aktifitas dan
inisiatif, dapat mengarahkan akan memelihara ketekunan dalam
melakukan kegiatan belajar.
Dalam kaitannya dengan itu perlu diketahui ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi motivasi belajar, yaitu:
1) Kematangan
2) Usaha yang bertujuan
3) Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi
4) Partisipasi
5) Penghargaan dan hukuman
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
16
Berikut ini uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar:
1) Kematangan
Dalam pemberian motivasi, faktor kematangan fisik, sosial dan
psikis haruslah diperhatikan, karena hal itu dapat mempengaruhi
motivasi. Seandainya dalam pemberian motivasi itu tidak
memperhatikan kematangn, maka akan mengakibatkan frustasi dan
mengakibatkan hasil belajar tidak optimal.
2) Usaha yang bertujuan
Setiap usaha yang dilakukan mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, akan semakin kuat
dorongan untuk belajar.
3) Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi
Dengan mengetahui hasil belajar, siswa terdorong untuk lebih giat
belajar. Apabila hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa akan
berusaha untuk mempertahankan atau meningkat intensitas
belajarnya untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik di
kemudian hari. Prestasi yang rendah menjadikan siswa giat belajar
guna memperbaikinya.
4) Partisipasi
Dalam kegiatan mengajar perlu diberikan kesempatan pada siswa
untuk berpartisipasi dalam seluruh kegiatan belajar. Dengan
demikian kebutuhan siswa akan kasih sayang dan kebersamaan
dapat diketahui, karena siswa merasa dibutuhkan dalam kegiatan
belajar itu.
5) Penghargaan dengan hukuman
Pemberian penghargaan itu dapat membangkitkan siswa untuk
mempelajari atau mengerjakan sesuatu. Tujuan pemberian
penghargaan berperan untuk membuat pendahuluan saja.
Pengharagaan adalah alat, bukan tujuan. Hendaknya diperhatikan
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
17
agar penghargaan ini menjadi tujuan. Tujuan pemberian
penghargaan dalam belajar adalah bahwa setelah seseorang
menerima penghargaan karena telah melakukan kegiatan belajar
yang baik, ia akan melanjutkan kegiatan belajarnya sendiri di luar
kelas. Sedangkan kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa
menjadi alat motivasi. ( Tkampus : 2012 )
Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi motivasi diantaranya adalah, Kematangan, Usaha yang
bertujuan, Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi, dan Partisipasi
serta yang terakhir adalah Penghargaan dan hukuman.
i. Bentuk – Bentuk Motivasi Belajar
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi
dalam kegiatan belajar di sekolah. ( Sardiman A.M 2007:92 )
1) Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan
berlajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai
angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang dikejar adalah
nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-baik.
Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan
motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga bahkan banyak siswa
bekerja atau belajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas saja.
Ini menunjukan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot bila
dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka baik.
Namun demikian semua itu harus diingat oleh guru bahwa pencapaian
angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati,
hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu, langkah selanjutnya
yang ditempuh oleh guru adalah bagaimana cara memberikan angka-
angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap
pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
18
kognitif saja tetapi juga keterampilan dan juga afeksinya.
2) Hadiah
Hadiah dapat juaga dikatakan sebagai motivasi, teapi tidaklah
selalu demikian. Karena hadiah untuk setiap pekerjaan, munkin tidak
akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat
untuk sesuatu pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang
diberikan untuk gambar yang terbaik mungkn tidak akan menarik bagi
seseorang siswa yang tidak memiliki bakat menggambar.
3) Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan
individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan di
dalam dunia industri atau perdagangan, tetapi juga sangat baik
digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.
4) Ego-involment
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga
bekerja keras denan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah
satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha
dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan
menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol
kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa -siswi subjek
belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga
dirinya.
5) Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan
ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan
suatu motivasi. Tetapi yang harus diingat oleh guru, adalah jangan
terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa membosankan dan
bersifat rutinitis. Dalam hal ini guru harus juga terbuka, maksudnya
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
19
kalau akan ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.
6) Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apabila kalau terjadi
kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin
mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi
pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya
terus meningkat.
7) Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan
tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk
reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang
baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi,
pemberian harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk
suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta
sekaligus akan membangkitkan harga diri.
8) Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh
karena it guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.
9) Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada
maksud untuk belajar. Hal ini akan lebik baik, bila dibandingkan
segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar
berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar,
sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
10) Minat
Di depan sudah diuraikan bahwa soal motivasi sangat erat
hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada
kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau sudah
merupakan motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan
lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
20
dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut :
a) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
b) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
c) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
d) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
11) Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa,
akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan
memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna
dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar. (
Sardiman A.M 2007:92 )
Disamping bentuk-bentuk motivasi sebagaimana diuraikan di
atas, sudah barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang bisa
dimanfaatkan. Hanya yang penting bagi guru adanya bermacam-
macam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan untuk dapat
melahirkan hasil belajar yang bermakna. Mungkin pada mulanya,
karena ada sesuatu (bentuk motivasi) siswa itu rajin belajar, tetapi
guru harus mampu melanjutkan dari tahap rajin belajar itu bisa
diarahkan menjadi kegiatan belajar yang bermakna, sehingga hasilnya
pun akan bermakna bagi kehidupan si subjek belajar.
j) Fungsi Motivasi Belajar
Dengan mantapnya di siang bolong, si abang becak
mendayung becak untuk mengangkut penumpangnya, demi mencari
makan untuk anak-istrinya. Dengan teguhnya anggota ABRI itu
melintasi sungai dengan meniti tambang. Berjam-jam tanpa mengenal
lelah ppara peman sepak bola itu berlatih untuk menghadapi babak
kualifikasi pra-piala dunia. Para pelajar mengurung dirinya dikamar
untuk belajar, karena akan menghadapi ujian pada pagi harinya.
Serangkaian kegiatan yang dilakukan masing-masing pihak itu
sebenarnya dilatarbelakangi oleh sesuatu atau yang secara umum
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
21
dinamakan motivasi. Motivasi inilah yang mendoron mereka untuk
melakukan suatu kegiatan/pekerjaan. ( Sardiman A.M 2007:84 )
Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan aanya motivasi.
Motivation is an essensial condition of learning. Hasil belajar akan
menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang
diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu.jadi motivasi akan
senantiasa menentukan intensitas usaha belajar siswa.
Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan suatu
tujuan. Seperti disinggung di atas, bahwa walaupun di saat siang
bolong si abang becak itu juga menarik becaknya karena bertujuan
untuk mendaparkan uang guna menghidupi anak dan istrinya. Juga
para pemain sepak bola rajin belatih tanpa mengenal lelah, karena
mengharapkan akan mendapatkan kemenangan dalam pertandingan
yang akan dilakukannya. Dengan demikian, motivasi memengaruhi
adanya kegiatan. ( Sardiman A.M 2007:84 )
Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi :
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai pengerak ataumotor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal inimerupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akandikerjakan.
2. Menentukan arah perubahan, yakni ke arah tujuan yang hendakdicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dankegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusantujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatanapa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaatbagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapiujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatanbelajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermainkartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.( Sardiman A.M 2007:85 )
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
22
k) Teori Motivasi Belajar
1. Teori insting
Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia
diasumsikan seperti tingkah jenis binatang. Tindakan manusia itu
dikatakan selalu berkaitan dengan insting atau pembawaan.
Dalam memberikan respons terhadap adanya kebutuhan seolah-
olah tanpa dipelajari. Tokoh dari teori ini adalah Mc. Dougall. (
Sardiman A.M 2007:82 )
2. Teori fisiologis
Teori ini juga sebenarnya disebutnya “Behaviour
Theories”. Menurut teori ini semua tindakan manusia itu berakar
pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau
kebuuhan primer, seperti kebutuhan tentang makan, minuman,
udara dan lain-lain yang diperlukan untuk kepntingan tubh
seseorang. Dari teori inilah muncul perjuangan hidup, perjuangan
untuk mempertahankan hidup, struggle for survival. ( Sardiman
A.M 2007:82 )
3. Teori Psikonalitik
Teori ini mirip dengan teori insting, tetapi ditekankan
pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri anusia. Bahwa
setiap tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia
yakni id dan ego. Tokoh dari teori ini adalah Freud. ( Sardiman
A.M 2007:83 )
2. Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
a. Pengertian Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
Pengertian Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan
mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
23
dengan melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran produktif
yaitu :
konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),
menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang
sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas dalam Tukiran Taniredja
dkk, 2012:49).
Menurut Johnson (dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:49) sistem
CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para
siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajarai
dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks
dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan
pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem
membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan
yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan
kerja sama, berpikir kreatif dan kritis, mencapai standar yang tinggi, dan
menggunakan penilaian autentik.
b. Tujuan Pembelajaran Kontekstual
Tujuan pembelajaran kontekstual adalah untuk membekali
mahasiswa berupa pengetahuan dan kemampuan (skill) yang lebih
realistis karena inti pembelajaran inti adalah mendekatkan hal-hal yang
teoritis ke praktis. Sehingga dalam pelaksanaan metode ini diusahakan
teori yang dipelajari teraplikasi dalam situasi riil. Bagi dosen metode ini
membantu dosen mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata
dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan
sebelumya (pior knowl) yang lebih realistis karena inti pembelajaran inti
adalah mendekatkan hal-hal yang teoritis ke praktis. Sehingga dalam
pelaksanaan metode ini diusahakan teori yang di pelajari teraplikasi
dalam situasi riil. Bagi dosen metode ini membantu dosen mengaitkan
materi yang diajarkan dengan dunia nyata dan mendorong mahasiswa
membuat hubungan antara pengetahuan sebelumya (pior knowl) yang
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
24
lebih realistis karena inti pembelajaran inti adalah mendekatkan hal-hal
yang teoritis ke praktis. Sehingga dalam pelaksanaan metode ini
diusahakan teori yang di pelajari teraplikasi dalam situasi riil. Bagi
dosen metode ini membantu dosen mengaitkan materi yang diajarkan
dengan dunia nyata dan mendorong mahasiswa membuat hubungan
antara pengetahuan sebelumya (pior knowledge) dengan aplikasinya
dalam kehidupan mereka di masyarakat (khilmiyah dalam Tukiran
Taniredja dkk, 2012:50).
Dalam konteks ini, peserta didik perlu mengerti apa makna
belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana
mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi
hidupnya nanti. Dengan demikian mereka memosisikan sebagai diri
sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya kelak. Mereka
mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya
menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai
pengarah dan pembimbing.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membimbing peserta
didik mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi
daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah
tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi
anggota kelas. Sesuatu yang baru baik pengetahuan maupun
keterampilan datang dari ‘menemukan sendiri’ bukan dari ‘apa kata
guru’. Begitulah peran guru dikelas yang di kelola dengan pendekatan
kontekstual.
Kontekstual hanya sebagai sebuah strategi pembelajaran. Seperti
halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan
dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna.
Pendekatan kontekstual dapat dilaksanakan tanpa harus mengubah
kurikulum dan tatanan yang ada.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
25
c. Elemen-elemen dalam pembelajaran kontekstual
Menurut Zahorik (dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:51)
terdapat lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek
pembelajaran kontekstual, yaitu :
1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge)
2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara
mempelajari secara keseluruhan dahulu, kemudian memperhatikan
detailnya.
3) Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yaitu dengan
cara menyusun konsep sementara (hipotesis), melakukan sharing
kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar
tanggapan itu konsep tersebut di revisi dan di kembangkan,
4) Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge)
5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan tersebut.
d. Prinsip Dasar Pendidikan Konstektual
Prinsip dasar pendidikan kontekstual Menurut Johnson (dalam
Tukiran Taniredja dkk, 2012:51) bahwa pendidikan kontekstual memiliki
tiga prinsip dasar, yaitu :
1) Belajar menghasilkan perubahan perilaku anak didik yang relatif
permanen. Artinya peran penggiat pendidikan khususnya guru dan
dosen adalah sebagai pelaku perubahan (agent of change)
2) Anak didik memiliki potensi, gandrung dan kemampuan yang
merupakan benih kodrati untuk ditumbuhkembangkan tanpa henti
3) Perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh alami
linier sejalan proses kehidupan. Artinya, proses belajar-mengajar
memang merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri, tetapi ia di
desain secara khusus, dan diniati demi tercapainya kondisi atau
kualitas ideal seperti disebut diatas.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
26
e. Strategi pendidikan kontekstual
Terdapat tujuh strategi yang sama pentingnya dan semuanya
secara proposional dan rasional mesti ditempuh pada pendidikan
kontekstual, yaitu :
1) Pengajaran berbasis problem
2) Menggunakan konteks yang beragam
3) Mempertimbangkan kebhinekaan siswa
4) Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri
5) Belajar melalui kolaborasi
6) Menggunakan penilaian otentik
7) Mengejar standar tinggi (johnson, dalam Tukiran Taniredja
dkk, 2012:52)
f. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong
peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran produktif yaitu :
konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan
(Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan
(Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya
(Authentic Assessment) (Depdiknas dalam Tukiran Taniredja dkk,
2012:49).
Menurut Johnson (dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:49) sistem
CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para
siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari
dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks
dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan
pribadi, sosial, dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem
membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
27
yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan
kerja sama, berpikir kreatif dan kritis, mencapai standar yang tinggi, dan
menggunakan penilaian autentik.
Tujuan pembelajaran kontekstual adalah untuk membekali
mahasiswa berupa pengetahuan dan kemampuan (skill) yang lebih realistis
karena inti pembelajaran inti adalah mendekatkan hal-hal yang teoritis ke
praktis. Sehingga dalam pelaksanaan metode ini diusahakan teori yang di
pelajari teraplikasi dalam situasi riil.
Bagi dosen metode ini membantu dosen mengaitkan materi yang
diajarkan dengan dunia nyata dan mendorong mahasiswa membuat
hubungan antara pengetahuan sebelumya ( pior knowl ) yang lebih realistis
karena inti pembelajaran inti adalah mendekatkan hal-hal yang teoritis ke
praktis. Sehingga dalam pelaksanaan metode ini diusahakan teori yang di
pelajari teraplikasi dalam situasi riil. Bagi dosen metode ini membantu
dosen mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata dan
mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan sebelumya
(pior knowl) yang lebih realistis karena inti pembelajaran inti adalah
mendekatkan hal-hal yang teoritis ke praktis. Sehingga dalam pelaksanaan
metode ini diusahakan teori yang di pelajari teraplikasi dalam situasi riil.
Bagi dosen metode ini membantu dosen mengaitkan materi yang
diajarkan dengan dunia nyata dan mendorong mahasiswa membuat
hubungan antara pengetahuan sebelumya (pior knowledge) dengan
aplikasinya dalam kehidupan mereka di masyarakat ( khilmiyah dalam
Tukiran Taniredja dkk, 2012:50 ).
Dalam konteks ini, peserta didik perlu mengerti apa makna belajar,
apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya.
Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti.
Dengan demikian mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang
memerlukan suatu bekal untuk hidupnya kelak.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
28
Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan
berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru
sebagai pengarah dan pembimbing.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membimbing peserta
didik mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi
daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah
tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota
kelas. Sesuatu yang baru baik pengetahuan maupun keterampilan datang
dari ‘menemukan sendiri’ bukan dari ‘apa kata guru’. Begitulah peran guru
dikelas yang di kelola dengan pendekatan kontekstual.
Kontekstual hanya sebagai sebuah strategi pembelajaran. Seperti
halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan
tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna.
Pendekatan kontekstual dapat dilaksanakan tanpa harus mengubah
kurikulum dan tatanan yang ada.
g. Prinsip Ilmiah dalam CTL
Menurut Johnson ( 2007:86, dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:53
) terdapat tiga prinsip ilmiah dalam CTL, yaitu :
1) Prinsip kesalingbergantungan, kesalingtergantungan mewujudkan diri,
misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah
dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal
ini tampak jelas ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan
dunia bisnis dan komunitas.
2) Prinsip Diferensiasi, diferensiasi menjadi nyata ketika CTL
menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-
masing, untuk bekerjasama untuk menghasilkan gagasan dan hasil
baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah
tanda kemantapan dan kekuatan.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
29
3) Prinsip pengorganisasian diri, terlihat ketika para siswa mencari dan
menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda,
mendapat manfaat dari umpan balik yang di berikan oleh penilaian
autentik, mengulas usaha – usaha mereka dalam tuntunan tujuan yang
jelas dan standar yang tinggi, dan berperan serta dalam kegiatan-
kegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hati mereka
bernyanyi.
h. Strategi Pembelajaran CTL
Alwasilah (dalam Tukiran Taniredja dkk, 2012:54) menyebutkan
bahwa ada tujuh ayat pendidikan kontekstual, yaitu :
1) Pengajaran berbasis problem.
2) Menggunakan konteks yang beragam.
3) Mempertimbangkan kebhinekaan siswa.
4) Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri.
5) Belajar melalui kolaborasi.
6) Menggunakan penilaian otentik.
7) Mengejar standar tinggi.
i. Karakteristik Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu
pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam
konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan
dalam lingkungan yang alamiah.
2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengerjakan tugas-tugas yang bermakna.
3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa.
4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi,
saling mengoreksi antar teman.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
30
5) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa
kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu
dengan yang lain secara mendalam.
6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan
mementingkan kerja sama.
7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan.
Secara lebih sederhana karakteristik pembelajaran kontekstual
dapat dinyatakan menggunakan sepuluh kata kunci yaitu: kerja sama,
saling menunjang, menyenangkan, belajar dengan gairah, pembelajaran
terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan
teman, siswa kritis dan guru kreatif.
j. Asas – Asas
1) Kontruktivisme (Constructivism)
Komponen ini merupakan landasan berfikir pendekatan CTL.
Pembelajaran konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman
sendiri secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan
terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Pengetahuan
bukanlah serangkaian fakta, konsep dan kaidah yang siap
dipraktekkan, melainkan harus di konstruksi terlebih dahulu dan
memberikan makna melalui pengalaman nyata.
Karena itu siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengembangkan
ide-ide yang ada pada dirinya.
Prinsip konstruktivisme yang harus dimiliki guru adalah
sebagai berikut.
a) Proses pembelajaran lebih utama dari pada hasil pembelajaran.
b) Informasi bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata siswa
lebih penting daripada informasi verbalistis.
c) Siswa mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk
menemukan dan menerapkan idenya sendiri.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
31
d) Siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan strateginya sendiri
dalam belajar.
e) Pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman
sendiri.
f) Pengalaman siswa akan berkembang semakin dalam dan semakin
kuat apabila diuji dengan pengalaman baru.
g) Pengalaman siswa bisa dibangun secara asimilasi (pengetahuan
baru dibangun dari pengetahuan yang sudah ada) maupun
akomodasi (struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi
untuk menyesuaikan hadirnya pengalaman baru).
Menurut Suparno (dalam Igoputra:2012) secara garis besar
prinsip– prinsip konstruktivisme yang diambil adalah :
a) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal
maupun secara sosial.
b) Pengetahuan tidak dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali
dengan kearifan siswa sendiri untuk bernalar.
c) Siswa aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga
terjadi perubahan konsep menuju konsep yang lebih rinci,
lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah.
d) Guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar
proses konstruksi siswa berjalan mulus.
2) Inkuiri
Asas kedua dalam pembelajaran CTL adalah inkuiri. Artinya,
proses pembelajaran didasarkan pada pencapaian dan penemuan
melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah
sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses
menemukan sendiri. Proses menemukan inilah yang dirangsang
secara optimal lewat penerapan strategi pembelajaran CTL. Karena
strategi pembelajaran CTL menekankan keaktifan siswa dalam
menemukan sendiri pengetahuan. Dengan demikian dalam proses
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
32
perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang
harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang
memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus
dipahaminya.
Ada beberapa langkah dalam kegiatan menemukan dalam
kegiatan menemukan (inkuiry) yang dapat dipraktekkan di kelas :
a) Merumuskan Masalah.
b) Mengamati dan melakukan observasi.
c) Menganalisis dan menyajikan hasil tulisan, gambar, laporan
bagan, tabel dan karya lainnya.
d) Mengkomunikasikannya atau menyajikan hasil karya pada
pembaca, teman sekelas, guru atau audien yang lain.
Suparno (dalam Igoputra:2012).
3) Bertanya (Questioning)
Menurut Suparno (dalam Igoputra:2012) bertanya dapat
dipandang sebagai “Refleksi dari keingintahuan setiap individu;
sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan
seseorang dalam berpikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL,
guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi
memancing agar siswa dapat menemukan sendiri”.
Cara guru memnacing siswa untuk bertanya akan dapat
tereksplorasi dengan baik. Karena itu peran bertanya sangat penting,
sebab melalui pertanyaan–pertanyaan guru dapat membimbing dan
mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang di
pelajarinya.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Model pembelajaran dengan teknik (Learning Community)
sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam
pembelajaran terwujud dalam :
a) Pembentukan kelompok kecil.
b) Pembentukan kelompok besar.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
33
c) Mendatangkan ”ahli” ke kelas (tokoh, olah ragawan,
dokter, perawat, petani, pengurus organisasi, polisi, tukang
kayu dll).
d) Bekerja dengan kelas sederajat.
e) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya.
f) Bekerja dengan masyarakat. (Suparno dalam Igoputra:2012)
5) Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses
pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang
dapat ditiru oleh setiap siswa.
Misalnya : Guru memberikan contoh bagaimana cara
mengoperasikan sebuah alat, atau bagaimana cara melafalkan sebuah
kalimat asing, guru olah raga memberikan contoh bagaimana cara
melempar bola, guru kesenian memberikan contoh bagaimana cara
memainkan alat musik, guru biologi memberikan contoh bagaimana
cara menggunakan termometer, dan lain sebagainya.
Proses modeling tidak sebatas dari guru saja, akan tetapi dapat
juga memanfaatkan siswa yang dinggap memiliki kemampuan.
Misalnya siswa yang pernah menjadi juara dalam membaca
puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan teman–
temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model.
Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran
CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran
yang teoretis - abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya
verbalisme.
6) Refleksi (Reflection)
Menurut Suparno (dalam Igoputra:2012) “Refleksi adalah cara
berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau berpikir ke belakang
tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu”. Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengalaman yang batu di
terima. Misalnya, ketika pelajaran berakhir, siswa “merenung” kalau
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
34
begitu, cara saya menyimpan file selama ini salah, mestinya dengan
cara yang baru saya pelajari, sehingga file dalam komputer saya lebih
tertata.
Pengetahuan diperoleh melalui proses, pengetahuan dimiliki
siswa diperluas melalui konteks pembelajaran yang kemudian
diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat
hubungan – hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya
dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu siswa merasa
memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru
dipelajarinya.
Refleksi menjawab pertanyaan kaum behaviorisme yang
memisahkan aspek jasmani manusia dengan aspek rohaninya. Selama
ini siswa menjalani pembelajaran dengan statis dan tanpa variasi.
Jarang sekali mereka diberi kesempatan untuk ”diam sejenak” dan
berpikir tentang apa yang baru saja mereka lakukan atau pelajari.
Waktu amat cepat berlalu, semua terburu – buru dan mungkin memang
tidak sempat melakukannya.
7) Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Suparno (dalam Igoputra:2012) menyatakan bahwa “Proses
pembelajaran konvensional yang sering dilakukan guru pada saat ini,
biasanya ditekankan pada aspek intelektual sehingga alat evaluasi yang
digunakan terbatas pada penggunaan tes”. Dengan tes dapat diketahui
seberapa jauh siswa telah menguasai materi pelajaran. Dalam CTL,
keberhasilan pembelajaran tidak hannya ditentukan oleh
perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan
seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian keberhasilan tidak hannya
ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti tes, akan tetapi juga proses
belajar melalui penilaian nyata. Penilaian nyata (Authentic Assessment)
adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi
tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah siswa benar–benar belajar atau
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
35
tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang
positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.
Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses
pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus – menerus selama
kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya
diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.
k. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran CTL
1) Kelebihan Model Pembelajaran CTL
Adapun beberapa keunggulan dari pembelajaran
Kontekstual adalah:
a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa
dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat
penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa
materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi
yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,
sihingga tidak akan mudah dilupakan.
b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran
CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa
dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui
landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar
melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
c) Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan
pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental
d) Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat
untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk
menguji data hasil temuan mereka di lapangan
e) Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan
hasil pemberian dari guru
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
36
f) Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan
suasana pembelajaran yang bermakna. ( dalam Aprudin : 2011)
2) Kelemahan Model Pembelajaran CTL
Adapun kelemahan dari pembelajaran Kontekstual adalah
sebagai berikut:
a) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses
pembelajaran Kontekstual berlangsung.
b) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat
menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif.
c) Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam
metode CTL, guru tidak lagi berperan sebagai pusat
informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa
dipandang sebagai individu yang sedang berkembang.
Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh
tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang
dimilikinya.
Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur
atau ”penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah
pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa
agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–
strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini
tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra
terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang
diterapkan semula. ( dalam Aprudin : 2011).
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
37
3. Konstitusi
a. Pengertian Konstitusi
Istilah kontitusi (constitution) berasal kebudayaan yunani,
yaitu respublica constiture yang berarti menetapkan atau
membentuk. Jadi, konstitusi mengandung arti pembentukan suatu
negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara. Konstitusi
biasanya disamakan dengan kata undang-undang sadar walaupun
ada yang berpendapat bahwa konstitusi berbeda dengan undang-
undang dasar. Hal itu disebabkan ruang lingkup konstitusi bisa
tertulis ataupun tidak tertulis, sedangkan undang-undang dasar
lingkupna tertulis.
Dalam perspektif politik, konstitusi merupakan keseluruhan
peraturan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang
mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana suatu pemerintahan
diselenggarakan dalam suatu masyarakat.
Konstitusi juga merupakan suatu naskah yang memuat
semua bangunan negara dan sendi-sendi pemerintahan negara.
Kontitusi sebagai sekelompok ketentuan mengatur organisasi
negara dan susunan pemerintahan suatu negara serta
penyelenggaraan negara. (Nur Wahyu Rochmadi, 2011:106)
Secara teoritis, istilah konstitusi dapat juga dibedaklan
dalam dua kategori, yaitu konstitusi politik dan konstitusi sosial.
1) Konstitusi Politik
Konstitusi politik merupakan semata-mata sebuah
hukum yang berisi pasal-pasal yang mengandung norma-
norma dasar dalam penyelenggaraan negara, hubungan
antara negara dengan rakyat atau antar lembaga negara.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
38
2) Konstitusi Sosial
Konstitusi sosial lebih luas dari dokumen hukum
karena mengandung cita-cita sosial bangsa, rumusan filosofi
tentang negara, sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem
politik yang ingin dikembangkan oleh bangsa tersebut
(Mahendra, 1996 dalam Nur Wahyu Rochmadi, 2011:106).
Menurut K.C. Wheare sebagaimana yang dikatakan
Subardi (2001) (dalam Nur Wahyu Rochmadi, 2011:106) ,
konstitusi merupakan keseluruhan sistem ketatanegaraan dari suatu
negara, yaitu berupa kumpulan peraturan yang membentuk,
mengatur, atau memerintahkan dalam pemerintahan suatu negara.
Maksud peraturan disini merupkan penggabungan antara
ketentuan-ketentuan yang memiliki sifat hukum (nonlegal). Selain
sebagai alat dokumen nasional, konstitusi juga sebagai alat untuk
membentuk sistem politik dan sistem hukum negaranya sendiri.
A.A.H. Struycken ( dalam Nur Wahyu Rochmadi,
2011:106), juga mengatakan bahwa undang-undang dasar
(grondwet) sebagai konstitusi tertulis merupakan sebuah dokumen
formal yang berisi hal-hal sebagai berikut :
1) Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau.
2) Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa.
3) Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik
pada waktu sekarang maupun untuk masa yang akan datang.
4) suatu keinginan, tentang perkebangan kehidupan
ketatanegaraan bangsa yang hendak dipimpin (Thoib, 1999
dalam Nur Wahyu Rochmadi, 2011:106).
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
39
Konstitusi sebagai kerangka negara yang diorganisasikan
dengan /dan melalui menetapkan hal-hal seperti berikut :
1) Peraturan mengenai pendirian lmbaga-lembaga yang permanen.
2) Fungsi dari lembaga-lembaga tersebut.
3) Hak-hak tertentu yang ditetapkan.
Dalam kehidupan suatu negara, konstitusi mempunyai
kedudukan atau derajat supremasi di dalam suatu negara.
Konstitusi mempunyai kedudukan tinggi dalam tertib hukum suatu
negara. Kedudukan konstitusi dalam suatu negara bias dilihat dari
dua aspek, yaitu aspek hukum dan aspek moral. Dilihat dari aspek
hukum,konstitusi mempunyai derajat tertinggi dalam suatu negara
yang dalam pelaksanaanya akan dijabarkan dalam peraturan
perundang-undangan yang lebih rendah. Oleh karena itu yang
dimaksud dengan konstitsional tidak hanya berdasarkan ketentuan
konstitusi belaka melainkan juga termasuk implementasi konstitusi
yang berwujud di dalam semua peraturan perundang-undangan
produk konstitusi. Konstitusi sebagai hukum tetinggi (supremation)
harus ditaati oleh rakyat ataupun alat-alat perlengkapan negara.
Jika konstitusi dilihat dari aspek moral/landasan fundamental maka
konstitusi berada di bawahnya. Konstitusi tidak boleh bertentangan
dengan nilai-nilai universal dari etika moral.
UUD 1945 sebagai konstitusi Indonesia terjabarkan dalam
tata urutan peraturan perundang-undangan. Menurut Undang-
Undang No. 01 Tahun 2004 tentang Pembentukan Aturan
Perundang-Undangan Rebublik Indonesia ( dalam Nur Wahyu
Rochmadi, 2011:107) adalah sebagai berikut :
1) Undang- Undang Dasar 1945
2) TAP MPR
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
40
3) Undang – Undang (UU)/ Peraturan Pengganti Undang-undang
(Perpu)
4) Peraturan Pemerintah (PP)
5) Peraturan Presiden (Perpres)
6) Peraturan Daerah (Perda)
b. Macam-macam Konstitusi
Dalam praktiknya, konstitusi terbagi ke dalam dua bagian,
yakni yang tertulis atau dikenal dengan Undang-Undang Dasar dan
yang tidak tertulis, atau dikenal juga dengan konvensi.
1) Konstitusi tertulis atau Undang-Undang Dasar, yaitu suatu
naskah yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok
badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan
pokok-pokok cara kerja badan-badan tersebut. Pada umumnya,
semua negara di dunia dewasa ini mempunyai konstitusi
tertulis.
a) Ciri-ciri Undang-Undang Dasar
Setiap Undang-Undang Dasar memuat ketentuan-
ketentuan mengenai soal-soal sebagai berikut:
(1) Organisasi negara. misalnya pembagian kekuasaan
antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam
negara federal, pembagian kekuasaan antara
pemerintah federal dan pemerintah negara-negara
bagian, prosedur penyelesaian masalah pelanggaran
yurisdiksi oleh salah satu badan pemerintah, dan
sebagainya.
(2) Hak-hak asasi manusia (biasanya disebut Bill of
Rightsjika berbentuk naskah tersendiri).
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
41
(3) Prosedur pengubahan Undang-Undang Dasar.
(4) Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat
tertentu dari Undang-Undang Dasar. Hal ini, biasanya
terdapat jika para penyusun Undang-Undang Dasar
ingin menghindari terulangnya kembali hal-hal yang
barn saja diatasi seperti munculnya seorang diktaktor
atau kembalinya suatu monarki. Misalnya, Undang-
Undang Dasar Federasi Jerman melarang untuk
mengubah sifat federalisme dari Undang-Undang
Dasar karena dikhawatirkan sifat unitarisme dapat
melicinkan jalan untuk munculnya kembali seorang
diktaktor seperti Hitler.
b) Kelebihan konstitusi tertulis antara lain:
(1) Undang-undang lebih besar kewibawaannya daripada
konvensi.
(2) Pelanggaran terhadap undang-undang lebih mudah
diketahui dar zapat diambil tindakan lebih cepat. Bagi
seorang hakim, lebih mudah menafsirkan undang-
undang daripada konvensi yang tak tertulis.
(3) Undang-Undang Dasar biasanya terang dan tegas
perumurusannya. Konvensi biasanya timbul dari
kebiasaan dan terkadang sulit menetapkan kapan suatu
kebiasaan menjadi konvensi.
(4) Adanya kepastian hukum dalam masyarakat.
2) Konstitusi tidak tertulis atau konvensi, yaitu peraturan yang
tidak tertulis yang timbul dan terpelihara dalam praktik
penyelenggaraan negara.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
42
Konvensi atau konstitusi tak tertulis antara lain mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut:
a) Merupakan kebiasaan yang terns berulang dan terpeiihara
dalam praktik penyelenggaraan negara.
b) Tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar dan
berjalan sejajar.
c) Diterima oleh seluruh rakyat.
d) Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan
sebagai aturan-aturan dasar yang tidak terdapat dalam
Undang-Undang Dasar. Contoh-contoh konvensi di
Indonesia antara lain sebagai berikut:
(1) Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah
untuk mufakat. Menurut Pasal 2 Ayat (3) Undang-
Undang Dasar 1945, segala keputusan MPR diambil
berdasarkan suara terbanyak. Akan tetapi, sistem ini
dirasa kurang sesuai dengan jiwa kekeluargaan sebagai
kepribadian bangsa. Karena itu, dalam praktik-praktik
penyelenggaraan negara selama. ini selalu diusahakan
untuk mengambil keputusan berdasarkan musyawarah
untuk mufakat dan ternyata hampir selalu berhasil.
Pungutan suara barn ditempuh, jika usaha musyawarah
untuk mufakat, dan ternyata sudah tidak dapat
dilaksanakan. Hal ini merupakan perwujudan dari cita-
cita yang terkandung dalam pokok pikiran persatuan
dan pokok pikiran kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
43
(2) Pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia setiap
tanggal 16 agustus di hadapan sidang Dewan
Perwakilan Rakyat.
(3) Pidato Presiden yang diucapkan sebagai keterangan
pemerintah etntang Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara pada minggu pertama bulan
Januari setiap athunnya. ( dalam Joko Budi Santoso,
LKS PKn : 4 )
d) Fungsi Konstitusi
Secara lebih operasional suatu konstitusi mempunyai fungsi
sebagai berikut :
1) Membatasi perilaku pemerintahan secara efektif.
2) Membagi kekuasaan dalam beberapa lembga negara.
3) Menentukan lembaga negara bekerja sama satu sama lain.
4) Menentukan hubungan di antara lembaga negara.
5) Menentukan pembagian kekuasaan dalam negara, baik yang
sifatnya horizontal maupun verikal (teritorial).
6) Menjamin hak-hak warga negara dari tindakan sewenang-
wenang penguasa.
7) Menjadi landasan struktural penyelenggaraan pemerintahan
menurut suatu sistem ketatanegaraan. (Nur Wahyu Rochmadi,
2011:107)
e) Tujuan Konstitusi
Setiap konstitusi senantiasa memiliki tujuan, yaitu untuk
memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan
politik dan membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para
penguasa dengan menetapkan batas-batas kekuasaannya.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
44
Menurut latar belakang munculnya ide konstitusi yang
dibuat oleh suatu negara juga bertujuan sebagai berikut :
1) Untuk membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak
sewenang-wenang.
2) Untuk melindungi hak asasi manusia.
3) Sebagai pedoman dalam penyelenggaraan negara. (Nur
Wahyu Rochmadi, 2011:108)
f) Isi Konstitusi
Menurut Struycken, Undang-Undang Dasar sebagai
konstitusi tertulis merupakan dokumen formal yang berisikan:
1) Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang larnpau.
2) Tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan
bangsa.
3) Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan,
balk untuk waktu sekarang maupun untuk waktu yang akan
datang.
4) Suatu keinginan, di mana perkembangan kehidupan
ketatanegaraan bangsa hendak dipimpin. ( dalam Joko Budi
Santoso, LKS PKn : 6 )
g) Substansi Konstitusi
Setiap negara mempunyai konstitusi, tetapi tidak ada negara
yang memiliki konstitusi yang sama. Hal iti dikarenakan suatu
konstitusi disususn berdasarkan sejarah, budaya, ideologi, falsafah,
perkembanagan negara, tujuan negara, dan dasar negra dari
masing-masing negara.
Suatu konstitusi selain merupakan dokumen nasional dan
kemerdekaan sebagai hasil perjuangan politik bangsa, juga berisi
mengenai sistem politik dan sistem hukum yang hendak
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
45
diwujudkan pada masa yang akan datang. Menurut Sri Sumantri
(Nur Wahyu Rochmadi, 2011:109 ), konstitusi berisi tiga hal
pokok, yaitu sebagai berikut :
1) Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga
negara.
2) Ditetapkannya susunan ketatanegaraan suatu negara yang
bersifat fundamental.
3) Pembagian dan pembatasaan tugas ketatanegaraan yang bersifat
fundamental.
Menurut Miriam Budiardjo ( dalam Nur Wahyu
Rochmadi, 2011:109), setiap undang-undang dasar (UUD) memuat
ketentuan mengenai organisasi negara. Misalnya, pembagian
kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif;
pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah atau prosedur penyelesaian masalah pelanggaran yurisdiksi
oleh salah satu badan pemerintah. Selain hal tersebut, suatu
konstitusi juga berisi tentang cara perubahan konstitusi.
h) Perubahan Konstitusi (Amandemen)
Konsitusi biasanya memiliki sifat fleksibel atau rigid.
indikator dari sifat fleksibel dilihat dari bagaimana cara merubah
konstitusi tersebut, apakah konstitusi memberi ruang bebas
terhadap terjadinya perubahan konstitusi atau tidak. Sifat rigid
dilihat dari apakah konstitusi mudah atau tidak mengikuti
perkembangan zaman. Sebagaimana diketahui konstitusi dibuat
pada suatu masa tertentu (awal berdirinya suatu negara) dan
dijadikan dasar dalam penyelenggaraan negara. Permasalahanya,
manusia itu memiliki kehidupan yang dinamis dan berkembang.
Apakah konstitusi memberi ruang untuk mengikuti perkembangan
zaman.?
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
46
Konstitusi pada dasrnya mempunyai sifat khas, yaitu harus
mampu mengikuti perkembangan zaman. Konstitusi harus memberi
ruang untuk terjadinya perubahan, tetapi konstitusi tidak bisa
diganti setiap saat. Misalnya setiap ada pergantian kekuasaan
(Presiden), konstitusinya turut pula diganti. Hal itu tidak benar
karena usia suatu konstitusi menunjukan bagaimana kondisi
pemerintahan di negara tersebut. Suatu sistem pemerintahan yang
baik ditandai oleh seberapa lama dari konstitusinya.
Amandemen secara harfiah, menurut Advanced English-
Indonesia Dictionary, berarti perubahan atau perbaikan, sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, amandemen berarti
menambahkan bagian yang sudah ada. Jadi, amandemen
menunjukan adanya perubahan atau perbaikan atas apa yang telah
ada. Pemanbahan atau perubahan ini tidaklah dimaksudkan untuk
memperbaiki UUD melainkan untuk menambah atau perluasan isi
atau ketentuan yang telah ada dalam UUD tersebut (Dekker, 1994
dalam Nur Wahyu Rochmadi, 2011:110).
Peninjauan kembali terhadap konstitusi yang berlaku bukan
berarti mengganti UUD, melainkan melihat kemungkinan
melakukan perluasan atau pemekaran. Sebagai kesepakatan
Pembukaaan UUD 1945 tetap dipertahakan. Namun, terhadap
batang tubuh dan penjelasan perlu dilakukan pemekaran guna
menyesuaikan dengan realita zaman serta kebutuhan generasi.
Perubahan UUD 1945 tidak dilarang, sebab UUD 1945 itu bersifat
ringkas dan supel untuk mengikuti dinamika perkembangan
masyarakat, baik nasional maupun internasional, sesuai dengan
perkembangan keadaan. Bagian-bagian UUD 1945 yang tidak
sesuai perlu diadakan perubahan.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
47
Perubahan UUD dapat dilakukan dengan menggunakan dua
pola. Pertama, mengubah secara integrated isi dan reaksi UUD.
Jika ada satu pasal dalam UUD dinilai tidak cocok lagi maka akan
diubah. Kedua, membiarkan teks UUD sesuai dengan aslinya.
Untuk mengantisipasi perubahan kontekstual dibuatkan UU baru di
bawah UUD (Al-Rasyid, 1999 dalam Nur Wahyu Rochmadi,
2011:111).
Menurut F.C. Stroong dalam Busro (1993) ( dalam Nur
Wahyu Rochmadi, 2011:111) perubahan konstitusi dapat
digolongkan empat macam, yaitu sebagai berikut :
1) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan
legislatif menurut pembatasan-pembatasan tertentu.
2) Perubahan konstitusi oleh rakyat melalui referemdum.
3) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh sejumlah negara
bagian. Ini berlaku di negara serikat.
4) Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh suatu lembaga negara
khusus yang dibentuk hanya untuk keperluan perubahan
(konstituante).
Setiap konstitusi merupakan pencerminan konsep dan alam
pikir manusia sejak ia dilahirkan dan merupakan hasil dari keadaan
material dan spiritual dari masa itu. Sesuatu yang telah dirumuskan
secara tertulis akan bersifat statis. Pada masyarakat yang terus
berkembang (bersifat dinamis) para penyusunnya tidak selalu
mampu melihat hal-hal yang perlu diatur dalam sebuah konstitusi.
Selain konstitusi sebagai hasil kompromi dari kekuatan sosial
politik pada masa itu, maka apabila terjadi pergeseran peta
konfigurasi kekuatan politik, konstitusi dipandang menjadi tidak
sesuai lagi.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
48
Hal itu bisa dimengerti, mengingat konstitusi merupakan
pruduk politik. Ketika konstitusi disahkan, tentunya untuk
kepentingan penguasa. Suatu konstitusi adalah buatan manusia dan
dirumuskan oleh pemimpin-pemimpin negara, para teoritis dan
praktisi politik untuk dipatuhi rakyat. Ini merupakan fenomena
sosial dan mencerminkan adanya niali-nilai, ide-ide, kepentingan
golongan, dan kepentingan para perumusnya.
Bagaimanapun sempurnanya konstitusi dalam kenyataan,
menurut paradigma objektif akan tetap tertinggal dari
perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilengkapi
adanya pasal perubahan. Konstitusi dapat dikatakan usang apabila
salah satu atau beberapa pasalnya tidak lagi sesuai dengan
perkembanagan masyarakat dan orang tidak merasa lagi mendapat
kepastian hukum.
Menurut F.C. Stroong dalam Busro (1993) ( dalam Nur
Wahyu Rochmadi, 2011:112 ), suatu UUD yang dapat diubah
dengan prosedur yan sama dengan prosedur membuat UU disebut
fleksibel, sedangkan UUD yang hanya dapat diubah dengan
prosedur yang berbeda dengan prosedur membuat UUD disebut
rigid.
Perubahan suatu konstitusi sangat bergantung pada
kekuatan-kekuatan politik yang ada, baik yang terdapat pada
masyarakat maupun pada lembaga-lembaga yang mempunyai
wewenang akan hal tersebut. Adanya peraturan pembatasan dalam
perubahan UUD atau konstitusi pada akhirnya sangat ditentukan
oleh faktor politik. Apabila dipelajari sistem yang digunakan oleh
negara-negara dalam mengubah konstitusi, dapat dibedakan
menjadi dua sistem, yaitu sebagai berikut :
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
49
1) Apabila suatu UUD diubah, maka yang akan berlaku adalah
UUD atau konstitusi yang baru secara keseluruhan.
2) Apabila suatu konstitusi itu diubah, maka konstitusi yang asli
tetap berlaku. Perubahan terhadap konstitusi tersebut
merupakan amandemen dari konstitusi asli. Amandemen
tersebut menjadi bagian dari konstitusi (Sumantri, 1987 dalam
Nur Wahyu Rochmadi, 2011:112 ).
Konstitusi suatu negara seharusnya tidak sering berubah, sebab
akan mengakhibatkan kemerosotan dan mengurangi kewibawaan
konstitusi. Menurut Jellinek ( dalam Nur Wahyu Rochmadi,
2011:112), perubahan UUD dibedakan atas dua hal, yaitu verfassung
sonderung dan verfassung wandlung. verfassung sonderung adalah
perubahan UUD yang dilakukan dengan sengaja sesuai dengan
ketentuan yang ada dalam UUD yang bersangkutan, sedangkan
verfassung wandlung adalah perubahan UUD dengan cara yang tidak
disebutkan dalam UUD tersebut, tetapi dengan cara istimewa seperti
revolusi, coup d’etat, atau convention.
Tata cara perubahan hampir diatur oleh UUD diseluruh dunia.
Amandemen sendiri bisa brbentuk pergantian, pemanbahan,
pengurangan, perubahan pasal per pasal, atau pergantian seluruh pasal.
Pada akhirnya, yang menentukan dapat tidaknya suatu konstitusi
diamandemen atau diubah adalah ditentukan oleh penguasa, walaupun
konstitusi sudah waktunya berubah. Akan tetapi, jika kekuatan sosial
politik yang berkuasa tidak menghendaki perubahan maka konstitusi
tidak akan berubah (indra, 1990 dalam Nur Wahyu Rochmadi,
2011:112 ).
i) Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam NKRI
Kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam konstitusi NKRI
sangatlah tinggi. Pembukaan UUD 1945 merupakan tertib hukum
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
50
tertinggi dan pokok kaidah negara yang fundamental. Pada saat
pemerintahan melakukan amandemen terhadap UUD 1945, satu-
satunya unsur dalam sistematika UUD 1945 yang tidak diamandemen
adalah Pembukaan UUD 1945.
Amandemen UUD 1945 yang tidak menyentuh kepada
Pembukaan UUD 1945 tersebut didasarkan pada alasan berikut ini.
1) Pembukaan UUD 1945 memuat cara-cara bermasyarakat (alenia
1).
2) Pembukaan UUD 1945 memuat cara-cara bernegara (alenia 2).
3) Pembukaan UUD 1945 memuat terjadinya negara (alenia 3).
4) Pembukaan UUD 1945 memuat tujuan negara (alenia 4).
5) Pembukaan UUD 1945 memuat dasar negara (alenia 4).( Nur
Wahyu Rochmadi, 2011:113)
Dengan demikian, apabila terjadi perubahan dalam Pembukaan
UUD 1945 maka akan terjadi perubahan dasar filosofi dan tujuan negara.
Hal ini berarti terjadi pula perubahan negara. Itulah sebabnya Majelis
Permusyawaratan Rakyat tidak melakukan perubahan dalam Pembukaan
UUD 1945, tetapi hanya melakukan perubahan terhadap pasal-pasal yang
ada dalam Batang Tubuh UD 1945. Walaupun secara hukum, perubahan
atau amandemen Pembukaan UUD 1945 dapat dimungkinkan untuk
dilakukan.
Oleh karena itu, Pembukaan UUD 1945 dianggap sebagai
preambule yang lengkap karena memenuhi unsur-unsur politik, religius,
moral, dan mengandung ideologi negara yakni Pancasila. Selain itu,
kedudukan Pembukaan UUD 1945 sebagai kaidah negara yang
fundamental memiliki kedudukan yang lebih inggi daripada Batang Tubuh
UUD 1945. Hal ini disebabkan karena faktor berikut.
1) Pembukaan UUD 1945 merupakan tertib hukum tertinggal dan
terpisah dari Batang Tubuh UUD 1945.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
51
2) Pembukaan UUD 1945 merupakan kaidah negara yang fundamental
yang menentukan adanya UUD 1945.
3) Pembukaan UUD 1945 merupakan merupakan sumber hukum
tetinggi yang memuat dasar negara yaitu Pancasila.
4) Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber cita-cita hukum dan
moral yang ingin ditegakkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
5) Pembukaan UUD 1945 mengandung pernyataan kemerdekaan yang
terperinci. (Nur Wahyu Rochmadi, 2011:114)
j) Perbedaan antara Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang
Biasa
Perbedaan antara undang-undang dasar dan undang-undang biasa
dapat dinyatakan sebagai berikut:
1) Undang-Undang Dasar dibentuk menurut suatu cara yang
istimewa. Cara tersebut berlainan dengan cara pembentukan
undang-undang biasa. Demikian pula badan yang membuat
Undang-Undang Dasar berbeda dengan badan yang membuat
undang-undang biasa.
2) Karena dibuat secara istimewa, maka Undang-Undang Dasar
dapat dianggap sesuatu yang luhur. Ditinjau dari sudut politis,
dapat dikatakan bahwa Undang-Undang Dasar sifatnya lebih
sempurna dan lebih tinggi dadpada undang-undang biasa.
Undang-Undang Dasar adalah suatu piagam yang menyatakan
cita-cita bangsa dan merupakan dasar organisasi kenegaraan
suatu bangsa. Dengan demikian. Undang-Undang Dasar menjadi
suatu "framework of the nation".
3) Undang-Undang Dasar memuat garis besar tentang dasar dan
tujuan negara. Apa yang ditetapkan dalam Undang-Undang
Dasar selanjutnya akan diselenggarakan dengan undang-undang
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
52
biasa atau undang-undang organik. ( dalam Joko Budi Santoso,
LKS PKn : 6 )
k) Sifat Undang-Undang Dasar 1945
Sifat-sifat Undang-Undang Dasar 1945 adalah sebagai berikut:
1) Oleh karena sifatnya tertulis, maka rumusannya jelas, merupakan
suatu hukum positif yang mengikat pemerintah sebagai
penyelenggara negara, maupun mengikat bagi setiap warga
negara.
2) Sebagaimana tersebut dalam penjelasan Undang-Undang Dasar
1945, bahwa UUD 1945 bersifat singkat dan supel, memuat
aturan-aturan yaitu memuat aturan-aturan pokok yang setiap kali
harus dikembankan sesuai dengan perkembangan zaman, serta
memuat hak-hak asasi manusia.
3) Memuat norma-norma, aturan-aturan, serta ketentuan-ketentuan
yang dapat dan harus dilaksanakan secara konstitusional.
4) Undang-Undang Dasar 1945, dalam tertib hukum Indonesia,
merupakan peraturan hukum positif yang tertinggi. Di samping
itu, juga sebagai alat kontrol terhadap norma-norma hukum
positif yang lebih rendah dalam herarki tertib hukum Indonesia.
l) Hubungan Intrakonstitusi dan Konstitusi dengan Dasar Negara
1) Hubungan pembukaan dengan Batang Tubuh UUD 1945
Dalam hubungannya dengan pasal-pasal UUD 1945
(Batang Tubuh UUD 1945), maka Pembukaan UUD 1945
mempunyai hakikat dan kedudukan sebagai berikut :
(a) Dalam hubungannya dengan tertib hukum Indonesia, maka
Pembukaan UUD 1945 mempunyai hak sebagai hakikat
kedudukan yang terpisah dengan batang tubuh UUD 1945.
Dalam kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
53
fundamental, Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan
yang lebih tinggi daripada batang tubuh UUD 1945.
(b) Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu tertib hukum
tertinggi dan pada hakikatnya mempunyai kedudukan lebih
tinggi daripada batang tubuh UUD 1945.
(c) Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang
fundamental yang menentukan adanya UUD 1945, yang
menguasai hukum dasar negara, baik yang tertulis (UUD)
maupun tidak tertulis (convensi). Jadi, Pembukaan UUD
1945 merupakan sumber hukum dasar negara.
(d) Pembukaan UUD 1945 berkeduclukan sebagai pokok kaidah
negara yang fundamental yang mengandung pokok-pokok
pikiran yang harus dijabarkan ke dalam pasal-pasal UUD
1945. Namun demikian karena hakikat kedudukan
Pembukaan UUD 1945 tersebut secara fundamental dan
ilmiah kedudukan yang kuat dan terlekat pada kelangsungan
hidup negara, maka kedua pendapat tersebut akhirnya tiba
pada suatu simpulan yangs ama, yaitu sebagai berikut:
(1) Sebagai pokok kaidah negara yang fundamental. Dalam
hukum mempunyai hakikat kedudukan yang tetap kuat
dan tidak berubah, terlekat pada kelangsungan hidup
negara yang telah dibentuk.
(2) Dalam jenjang hierarki tertib hukum, Pembukaan UUD
1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental
berkedudukan tertinggi sehingga memiliki kedudukan
yang lebih tinggi daripada pasal-pasal UUD 1945,
sehingga secara hukum dapat dikatakan terpisah dari
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
54
pasalpasal UUD 1945. ( dalam Joko Budi Santoso, LKS
PKn : 7 )
2) Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila
(a) Hubungan secara Formal
Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam
Pembukaan UUD 1945, maka Pancasila memperoleh
kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Dengan
demikian, tats kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada
asas-asas sosial, ekonomi, dan politik. Akan tetapi, dalam
perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya,
yaitu perpaduan asas-asas kultural, religius, dan asas-asas
kenegaraan yang unsurnya terclapat dalam Pancasila. Jadi,
berdasarkan tempat terdapatnya, Pancasila secara formal dapat
disimpulkan sebagai berikut:
(1) Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
Republik Indonesia adalah seperti yang tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV.
(2) Pembukaan UUD 1945, yang intinya adalah Pancasila
tidak tergantung pada Batang Tubuh UUD 1945,
bahkan sebagai sumbernya.
(3) Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan
mempunyai hakikat, sifat, kedudukan, dan fungsi
sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, yang
menjelmakan dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup
Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan
tanggal 17 Agustus 1945.
(4) Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945,
dengan demikian mempunyai kedudukan yang kuat,
tetap dan tidak dapat diubah, serta terlekat pada
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
55
kelangsungan hidup Negara Republik Indonesia. (
dalam Joko Budi Santoso, LKS PKn : 7 )
(b) Hubungan secara Material
Jika kita tinjau kembali prows perumusan Pancasila dan
Pembukaan UUD 1945, maka secara kronologis, materi yang
dibahas oleh BPUPKI yang pertama adalah dasar filsafat Pancasila
baru kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah pada sidang
pertama Pembukaan UUD 1945, BPUPKI membicarakan dasar
flisafat negara Pancasila. Berikutnya tersusun Piagam Jakarta yang
disusun oleh Panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan
UUD 1945. Jadi, berdasarkan urut-urut itu. tertib hukum Indonesia
Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi.
Adapun tertib hukum Indonesia bersumber pada Pancasila, atau
dengan perkataan lain, Pancasila sebagai sumber tertib hukum
Indonesia. Hal ini berarti, secara material tertib hukum Indonesia
dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia meputi sumber
nilai, sumber materi, sumber bentuk, dan sifat. ( dalam Joko Budi
Santoso, LKS PKn : 8 )
3) Hubungan Dasar Negara Pancasila dengan Konstitusi
Konsekuensi dari Pancasila sebagai dasar negara atau sebagai sumber
dari segala sumber hukum di Indonesia adalah
(a) Tafsir Undang-Undang Dasar 1945 harus dilihat dari sudut dasar
filsafat negara Pancasila sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea IV.
(b) Pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 dalam Undang-Undang
harus mengingat dasar-dasar pokok pikiran yang terkandung
dalam dasar filsafat negara Indonesia.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
56
(c) Tanpa mengurangi sifat-sifat Undang-Undang Dasar yang tidak
dapat diganggu gugat, interpretasi pelaksanaannya harus
mengingat unsur-unsur yang terkandung dalam dasar filsafat
negara.
(d) Interpretasi pelaksanaan Undang-Undang Dasar harus lengkap
dan menyeluruh, meliputi seluruh perundang-undangan di bawah
Undang-Undang dan keputusan-keputusan administratif dari
semua tingkat penguasa negara di daerah, keputusan-keputusan
pengadilan, serta alat-alat perlengkapannya. Begitu juga meliputi
usaha kenegaraan dan kemasyarakatan dari rakyat.
(e) Dengan demikian, seluruh hidup kenegaraan dan tertib hukum
Indonesia didasarkan atas dan diliputi oleh dasar filsafat negara.
Asas politik dan tujuan negara berdasarkan asas kerohanian
Pancasila. Bahkan yang lebih penting lagi dalam realisasi
pelaksanaan konkritnya, yaitu dalam setiap penentuan
kebijaksanaan di bidang kenegaraan antara lain:
(1) Tap MPR,
(2) Hukum, perundang-undangan, dan peradilan,
(3) Pemerintahan,
(4) Politik dalam negeri dan luar negeri,
(5) Keselamatan, keamanan, dan pertahanan.
( dalam Joko Budi Santoso, LKS PKn : 8 )
m) Kedudukan Pembukaan UUD 1945 di Negara Kesatuan Republik
Indonesia
(1) Pokok-pokok Pengertian Setiap Alinea dalam Pembukaan UUD
1945
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
57
Alinea Isi Makna yang terkandung
1 Bahwa sesungguhnyakemerdekaan adalah hak segalabangsa dan oleh sebab itu, makapenjajahan di atas dunia harusdihapuskan, karena tidak sesuaidengan perkemanusiaan danperikeadilan.
1. Pengakuan terhadap hakkodrat dari setiap bangsa,yaitu kemerdekaan adalahhak segala bangsa.
2. Alasan objektif Proklamasi
Kemerdekaan RI, yaitu
penjajahan tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.
3. Alasan subjektif, bahwa
Indonesia ingin melepaskan
diri dari belenggu
penjajahan.
2 Dan perjuangan pergerakankemerdekaan Indonesia telahsampailah kepada saat yangberbahagia dengan selamatsentausa mengantarkan rakyatIndonesia ke depan pintugerbang kemerdekaan negaraIndonesia, yang merdeka,bersatu, berdaulat, adil danmakmur.
1. Adanya cita-cita negara,yaitu masyarakat adil danmakmur dalam wadahnegara kesatuan yangmerdeka
2. Kemerdekaan negaraIndonesia bukan tujuan akhirperjuangan bangsaIndonesia, namun hanyasebagai jembatan menujucita-cita masyarakat adil danmakmur.
3 Atas berkat rahmat Allah Yang
Maha Kuasa dan dengan
dodorong oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan
yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan
1. Pengakuan nilai religius,
yaitu bahwa kemerdekaan
Indonesia bukan semata-
mata hasil usaha manusia,
tetapi karunia dan rahm,at
Allah Yang Maha Kuasa.
2. Pengakuan adanya nilai
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
58
ini kemerdekaannya. moral, yaitu dengan
didorong oleh keinginan
luhur supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas.
4 Kemudian daripada itu, untuk
membentuk sesuatu
pemerintahan Negara Indonesia
dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut serta dalam
melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan
social, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam
suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada
“Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia,
dan Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu
1. Tujuan Negara, yaitu tujuan
khusus, untuk melindungi
segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa. Tujuan
umum, yaitu dalam lingkup
sesame bangsa di dunia,
untuk ikut melaksanakan
ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan
keadilan social
2. Tentang ketentuan
diadakannya UUD Negara
3. Tentang bentuk Negara,
yaitu Negara Republik
Indonesia yang
berkedaulatan rakyat
4. Tentang dasar filsafah
Negara Pancasila
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
59
keadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia.
(2) Pokok-pokok Pikiran Pembukaan UUD 1945
Pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai
bedkut:
(a) Negara melindungi segenap bangsa. Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasaratas
persatuan dan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
(b) Negara henclak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
(c) Negara yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar atas
kerakyatan dan permusyawaratan/ perwakilan.
(d) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang maha Esa,
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
(3) Hakikat dan Kedudukan Pembukaan,UUD 1945
Ada pun kedudukan pembukaan UUD 1945 dalam Negara
Republik Indonesia antara lain adalah
(a) Pembukaan UUD 1945 sebagai Pernyataan Kemerdekaan yang
Terperinci
Hakikat kedudukan Pembukaan ULID 1945 dalam
hubungannya dengan proklamasi memiliki dua makna, yaitu :
(1) Suatu pernyataan tentang kemerdekaan bangsa Indonesia.
(2) Tindakan-tindakan yang harus segera dilaksanakan
berkaitan dengan proklamasi tersebut, yaitu mulai detik
proklamasi tersebut, bangsa Indonesia adalah negara yang
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
60
merdeka yang memiliki kedaulatan sendiri untuk
rnewujudkan cita-cita bersama, yaitu masyarakat yang adil
dan makmur baik material maupun spiritual.
Dalam Pembukaan UUID 1945, baik pernyataan
proklarnasi (pada alinea 111), maupun tindakan-tindakan
tentang pembentukan negara Republik Indonesia terinci
sejak alinea III. Kemudian pada alinea IV diawali dengan
kalimat Kemudian dari pada itu....", yang berarti setelah
berdirinya Negara Republik Indonesia maka dibentuklah
suatu pernerintahan negara yang rinciannya adalah sebagai
berikut:
(i) Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia.
(ii) Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.
(iii) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
(iv) Untuk membentuk pernerintahan negara agar
melaksanakan tujuan negara yang demikian ini,
maka disusunlah suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia.
(v) Undang-Undang yang dimaksudkan itu, terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat.
(vi) Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat tersebut berclasarkan pada Ketuhanan Yang
Maha Kuasa serta kemanusiaan yang adil dun
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan serta mewujudkan
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
61
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
dengan perkataan lain negara yang berdasarkan
Pancasila.
Maka dapat disimpulkan bahwa dengan Pembukaan UUD
1945, proklamasi mendapatkan makna yang selengkapnya karena
baik pernyataan maupun tindakan-tindakan yang harus
direalisasikan berkaitan dengan proklamasi tersebut secara lengkap
dijelaskan dalam Pembukaan UUID 1945.
(b) Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Adanya Tertib Hukum
Indonesia.
Dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, ditemukar
unsur-unsuryang menurut ilmu hukum merupakan syarat bagi
adanya suatu tertib hukum di Indonesia, yaitu suatu kebulatan dari
keseluruhan peraturan-peraturan hukum.
Ada pun syarat-syarat tertib hukum yang dimaksud adalah meliputi
empat hal, yaitu
(1) Adanya kesatuan subjek, yaitu penguasayang mengadakan
peraturan hukum. Hal ini terpenuhi dengan adanya suatu
Pemerintahan Negara Republik Indonesia (Pembukaan UUD
1945 alinea IV).
(2) Adanya kesatuan asas kerohanian, yang merupakan suatu dasar
dari keseluruhan peraturanperaturan hukum, yang merupakan
sumber dari segala sumber hukum. Hal ini terpenuhi oleh
adanya clasar filsafat negara Pancasila sebagaimana tercanturn
dalarn alinea IV Pembukaan UUD 1945.
(3) Adanya kesatuan daerah, dimana peraturan-peraturan hukum
itu berlaku, terpenuhi oleh kalimat seluruh tumpah darah
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
62
Indonesia sebagaimana tercanturn dalam alinea IV Pembukaan
UUD 1945.
(4) Adanya kesatuan waktu. di mana, seluruh peraturan-peraturan
hukum itu berlaku. Hal ini terpenuhi dengan kalimat pada
aknea IV Pembukaan UUD 1945, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesa itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia". Hal ini menunjukkan saat
mulai berdirinya Negara Republik Indonesia yang disertai
dengan suatu tertib hukum. sarnnai seterusnya selama
kelangsungan hidup Negara RI. ( dalam Joko Budi Santoso,
LKS PKn : 10 )
(c) Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental
Di dalam suatu tertib hukum terdapat urut-urutan susunan yang
bersifat hierarkis, di mana UUD (pasal-pasalnya) bukanlah
merupakan suatu tertib hukum yang tertinggi. Di atasnya masih ada
dasar-dasar pokok dari UUD ataupun hukum dasar yang tidak
tertulis yang pada hakikatnya terpisah dari UUD atau hukum
Aasaryang tidak tertulis itu, yang dinamakan pokok kaidah yang
fundamental.
Pokok kaidah yang fundamental menurut pengertian ilmiah
mengandung beberapa unsur mutlak, yaitu
(1) Dari Segi Terjadinya
Ditentukan oleh pembentuk negara dan terjelma dalam
suatu bentuk pernyataan lahir sebagai penjelmaan kehendak
pembentuk negara untuk menjadikan hal-hal tertentu sebagai
dasar-dasar negara yang dibentuknya.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
63
(2) Dari Segi Isinya
Ditinjau dari segi isinya. maka Pembukaan UUD 1945
memuat dasar-dasar pokok negara sebagai berikut:
(i) Dasar Tujuan Negara (Tujuan Umum dan Tujuan Khusus)
Tujuan umum:
Tercakup dalam kalimat” … ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan
keadian sosial". Tujuan umum ini berhubungan dengan
masalah hubungan antarbangsa (pergaulan masyarakat
internasional). Tujuan umum inilah yang merupakan dasar
politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif.
Tujuan khusus:
Makna ini tercakup dalam kalimat,” … Melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk mefnajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa …”. Tujuan khusus ini meliputi tujuan
nasional, sebagai tujuan bangsa Indonesia dalam
membentuk negara untuk mewujudkan suatu masyarakat
yang adil dan makmiur, baik material maupun spiritual.
(ii) Ketentuan Diadakannya Undang-Undang Dasar Negara
Pernyataan ini tersimpul dalam kalimat, "… Maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia".
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
64
(iii) Bentuk Negara
Pernyataan ini tersimpul dalam kalimat "... yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat".
(iv) Dasar Filsafat Negara (Asas Kerohanian Negara)
Pernyataan ini tersimpul dalam kalimat "... dengan
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".
Pokok kaidah negara yang fundamental tersebut, menurut
ilmu hukum mempunyai hakikat dan kedudukan hukum yang tetap,
terlekat pada kelangsungan hidup negara. Oleh karena
berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi, maka secara hukum
tidak dapat diubah karena mengubah Pernbukaan UUD 1945 sama
halnya dengan pembubaran Negara Republik Indonesia. ( dalam
Joko Budi Santoso, LKS PKn : 11 )
n) Sikap Positif terhadap Konstitusi Negara
Suatu konstitusi menggambarkan hubungan antara faktor kekuatan
di dalam negara yang dirangkai dalam bentuk kerangka kerja. Seperti
tujuan negara, bagaimana mengorganisir dan menjalankan pemerintahan
negara, ketentuan-ketentuan hukum, atau dasar hubungan kerja sama
antara negara dan masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Konstitusi sebagai perwujudan perjanjian masyarakat menjamin
hak-hak asasi manusia dan warga negara sekaligus menentukan batasan
hak maupun kewajiban warga negara dan alat pemerintahanya. Untuk itu,
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
65
konstitusi bersifat mengikat, baik pada pemerintahan, lembaga negara,
lembaga masyarakat maupun warga negaranya. Kemudian masing-masing
pihak sudah selayaknya menanti konstitusi. Apabila konstitusi ditaati
dengan benar, bisa dijadikan media bagi kehidupan negara yang
demokratis.
Sebelum warga negara menuntut hak-haknya perlu diketahui
terlebih dahulu kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakannya agar
terdapat keseimbangan antara Hak Asasi Manusia (HAM) dengan
Kewajiban Asasi Manusia (KAM).( Nur Wahyu Rochmadi, 2011:114)
Ada beberapa sikap positif yang bisa dilakukan oleh setiap warga
negara untuk menjaga keutuhan konstitusi negara.
1) Mampu mempertahankan dan mengamankan serta
mengimplementasikan UUD NKRI 1945 dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
2) Mampu menyosialisasikan atau memasyarakatkan UUD NKRI
1945 dalam kehidupan di lingkungan masing-masing.
3) Mampu menjadikan UUD NKRI 1945 sebagai pedoman untuk
menyelesaikan setiap persoalan negara dalm kehidupan berbangsa
dan bernegara.
4) Menghindarkan sikap dan tindakan yang inkonstitusional yang
dapat melanggar nilai-nilai demokrasi. ( Nur Wahyu Rochmadi,
2011:112 )
1) Pentingnya Konstitusi dalam Suatu Negara
Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu
negara merupakan suatu hal yang sangat penting. Karena tanpa
konstitusi, bias jadi tidak akan terbentuk sebuah negara. Mengapa
konstitusi itu penting? Untuk menjawab pertanyaan ini, berikut ada
beberapa pendapat mengenai pentingnya konstitusi bagi suatu negara,
antara lain:
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
66
(a) Dr. A. Hamid S. Attamimi menegaskan bahwa konstitusi atau
Undang-Undang Dasar merupakan suatu hal yang sangat sebagai
pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus dipakai sebagai
pegangan, mengatur bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan,
(b) Menurut Bagir Manan. hakikat konstitusi merupakan perwujudan
paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme yaitu pembatasan
terhadap kekuasaan pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap
hak-hak warga negara maupun setiap penduduk di pihak lain.
(c) Miriam Budiardj mengatakan:
"Di dalam negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi
konstitusional, Undang-Undang Dasar mempunyai fungsi yang
khan yaitu rnembatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa
sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-
wenang. Dengan demikian, diharapkan hak-hak warga negara akan
lebih telrindung”.
(d) Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas
kekuasaan tersebut, Kusnardi menjelaskan bahwa konstitusi dilihat
dari fungsinya terbagi ke dalam dua bagian, yakni
(1) Membagi kekuasaan dalam negara, dan membatasi kekuasaan
pemerintah atau penguasa dais negara. Lebih lanjut, ia
mengatakan bahwa bagi mereka yang memandang negara dari
sudut kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi kekuasaan,
maka konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga atau
kumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan dibagi
di antara beberapa lembaga kenegaraan, seperti antara lembaga
legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
67
(2) Selain sebagai pembatas kekuasaan, konstitusi juga digunakan
sebagai alat untuk menjamin hak-hak warga negara. Hak-hak
tersebut mencakup hak-hak asasi, seperti hak untuk hidup,
kesejahteraan hidup, dan hak kebebasan.
2) Melaksanakan, Mengembangkan, dan Menjaga Konstitusi
(a) Melaksanakan Konstitusi dalam Kehidupan Bermasyarakat,
Berbangsa, dan bernegara Seperti sudah disinggung di
muka, konstitusi atau UUD adalah hukum dasar yang
tertulis. Hal itu mengandung pengertian bahwa
(1) Sebagai hukum, UUD 1945 bersifat mengikat, baik pada
pemerintah, pada setiap lembaga negara, lembaga
masyarakat, serta mengikat pada setiap warga negaranya.
(2) Selaku hukum, UUD berisi norma-norma, kaidah-
kaidah, aturan-aturan atau ketentuan yang harus
dilaksanakan dan ditaati oleh semua pihak yang terikat
dalam negara tersebut.
(3) Selaku hukum dasar, UUD berfungsi sebagai sumber
hukum. Setiap produk hukum seperti UU, Peraturan
pemerintah (PP), Peraturan Pengganti UU (Perpu), dan
sebagainya. Demikian juga pada setiap tindakan
pemerintah dengan berbagai kebijakannya harus
berdasarkan pada peraturan yang tertinggi, yaitu UUD.
(b) Mengembangkan Konstitusi sehingga Mampu Mengikuti
Perkembangan Zaman Pengembangan konstitusi ini
merupakan bagian dari reformasi hukum di Indonesia.
Sejarah ketatanegaraan Negara Republik Indonesia mencatat
bahwa selarna. UUD 1945 diberiakukan, sebelum pernah
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
68
dilaksanakan secara baik. Pada awal kemerdekaan, UUD
1945 pelaksanaannya diselewengkan. Bentuk
penyelewengan terhadap UUD 1945 antara lain penggantian
sistem kabinet presidensial diubah menjadi sistem kabinet
parlementer dengan demokrasi liberainya. Akibatnya,
tercipta pemerintahan yang tidak stabil sehingga, merugikan
perjuangan bangsa untuk mempertahankan kemerekaan
pada, masa itu.
Pengalaman selama dua pemerintahan sejak UUD 1945
diberlakukan kembali (masa pemerintahan Presiden
Soekarno dan Presiden Soeharto), menunjukkan suatu
pemerintahan yang otoritarian. Penyelenggaraan negara
seharusnya dijalankan berlandaskan asas kedaulatan rakyat
dan asas negara hukum namun pelaksanaannya didasarkan
atas dasar kekuasaan belaka. Kebebasan, hak asasi.
supremasi hukum, dan berbagai prinsip kerakyatan hanya
menjadi bahan penataran, jauh dari kenyataan. Kedua
pemimpin tersebut akhirnya jatuh karena, diturunkan di
tengah masa jabatannya sebagai akibat terjadinya
penyelewengan yang dilakukannya. Dari berbagai
pengamatan dan studs. menunjukkan bahwa, UUD 1945
sebagai salah satu sumber segala penyelewengan tersebut,
maka perlu adanya reformasi yang berupa amandemen untuk
menyempurnakan konstitusi tersebut.
(c) Menjaga Pelaksanaan Konstitus
Bagi masyarakat atau warga nega sikap yang baik dalam
menjaga pelaksanaan konstitusi adalah dengan mendorong
berfungsinya demokrasi konstitusional yang sehat. Tidak ada
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
69
demokrasi tanpa aturan hukum dan konstitusi Tanpa
konstitusi, demokrasi akan menjadi anarki. Cara menjaga
pelaksanaan konstitusi antara lain:
(1) Menciptakan kultur taat hukum yang sehat dan aktif
(culture of law).
(2) Ikut mendorong proses pernbuatan hukum yang aspiratif
(process of lawmaking).
(3) Mendukung pembuatan materi-materi hukum yang
responsif (content of law).
(4) Ikut menciptakan aparat penegak hukum yang jujur dan
bertanggung jawab (structure of law). ( dalam Joko Budi
Santoso, LKS PKn : 13 )
B. Kajian Hasil Penelitian
a. Hasil penelitian Asriyanti (2007) Universitas Muhammadiyah
Purwokerto yang berjudul Peningkatan motivasi belajar matematika
melalui pembelajaran kontekstual yang menggunakan penguatan pada
siswa kelas V SD N 1 Sumbang menyimpulkan bahwa model
pembelajarann kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa.
b. Hasil penelitian Liesna Apriliani ( 2009 ) Universitas Negeri Malang
yang berjudul Meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa
melalui penerapan pendekatan CTL (contextual teaching and learning)
pada pembelajaran sejarah kelas VII di SMP Negeri 1 Malang
menyimpulkan bahwa model pembelajarann kontekstual dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
c. Hasil penelitian Rosyidatun Sholikhah ( 2011 ) kabupaten sukoharjo
yang berjudul Peningkatan motivasi dan hasil belajar membaca puisi
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014
70
melalui model pembelajaran contekstual teaching learning (ctl) pada
siswa kelas V SD negeri Weru 3 semester I tahun pelajaran 2010/2011
menyimpulkan bahwa model pembelajarann kontekstual dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
d. Hasil penelitian Nanik Hartini ( 2010 ) Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang berjudul Penerapan model pembelajaran contextual
teaching and learning (ctl) untuk meningkatkan motivasi belajar IPA
siswa kelas II SDN 2 Gambirmanis Pracimantoro Wonogiri tahun
ajaran 2009/2010 menyimpulkan bahwa model pembelajarann
kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
C. Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) dapat
meningkatkan motivasi belajar PKn KD Konstitusi siswa kelas X E SMA
Negeri 1 Kejobong.
Peningkatan Motivasi Belajar ..., Ari Budi Prihandoko, FKIP UMP, 2014