Upload
camaro-gtr
View
163
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/11/2018 BAB III - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-55a35b0083400 1/9
BAB III
NARAPIDANA HUKUMAN MATI DAN SEUMUR HIDUP
A. Pengertian Narapidana, Hukuman Mati dan Seumur Hidup
Menurut Kamus Hukum, Narapidana adalah orang yang tengah
menjalani masa hukuman atau pidana dalam lembaga pemasyarakatan.
Narapidana sedikit beda dengan Narapidana Politik, tetapi tidak boleh ada
pembedaan/diskriminasi yang didasarkan pada ras,warna kulit, jenis
kelamin, bahasa, agama, pendirian politik atau lainnya, asal kebangsaan
atau sosial, kekayaan, kelahiran atau status lainnya1. Pidana penjara
merupakam salah satu jenis pidana yang terdapat dalam sistem hukum
pidana di Indonesia, sebagaimana termaktub dalam Pasal 10 KUHP.
Sebelum masuk dari pengertian hukuman mati itu sendiri, terlebih
dahulu akan dibahas definisi dari hukuman itu. Hukuman dalam pidana Islam
dinyatakan dengan ungkapan al-uqubah atau ‘Iqab’.‘uqubah atau ‘Iqab
tersebut merupakan kata asal (masdar) dari kata kerjanya “بقع“. Menurut
pengertian etimologi‘uqubah bermakna balasan atas perbuatan jahat. Di
dalam munjid disebutkan:
2ا لقو ة ا لجزاء أ لشر
Artinya :
‘uqubah ialah balasan sebab memperbuat kejahatan.
Sebahagian ahli Figh membedakan antara kata-kata ‘uqubah dengan
‘Iqab yaitu apabila seseorang divonis dengan hukuman di dunia, maka
dinamakan ‘uqubah’ , jika seseorang dengan perbuatan jahatnya
dihubungkan dengan balasan di akhirat maka dinamakan‘Iqab’ 3.
Pengertian hukuman menurut istilah ialah :
مهريغا رضلا تقل ءازجلا ة وقل ا4
Artinya :
Al-uqubah ialah balasan dengan pembunuhan atau pemukulan atau
selain keduanya.
1 www. Yosin.wordpress.com2 Lois Ma’luf, al-Munjid ,( Dar al-Qalam, Beirut, 1973). h. 5183 Ahmad Faty Bahansiy, al-‘uqubah, Maktabah Dar al-‘uruba, Mesir 1961, h. 104 Ibn ‘abidin, Radd al-Mukthar, juz IV, Mustafa al-Babiy al-Halabiy, Beirut, Libanon, 1966. H. 3
5/11/2018 BAB III - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-55a35b0083400 2/9
Tidak jauh berbeda mazhab Hanafi yang memberikan pengertian
‘uqubah sebagai berikut :
5هى جزاء ه الس لرد ع ا م هى عنه رك م مر ه
Artinya :
Hukuman adalah balasan yang diterapkan syar’i untuk mencegah dari
melakukan perbuatan yang dilarang meninggalkan perbuatan yang
diperintahkan.
Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa Hukuman itu adalah
sanksi fisik maupun psikis untuk kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan
seseorang yang tujuannya untuk membatasi perilaku dan bersifat mendidik.
Hukuman mati atau capital punishment akar katanya berasal dari
caput (bahasa Latin). Kata ini dipakai orang Romawi untuk mengartikan
kepala, hidup, hak masyarakat atau hak individu. Hukuman mati dimengerti
sebagai hukuman yang dijalankan dengan membunuh orang yang bersalah.
Dalam pengertian hukum, hukuman mati merupakan salah satu
bentuk sanksi pidana yang mengandung keseluruhan ketentuan-ketentuan
dan larangan-larangan sekaligus memaksa si terhukum. Sanksi ini bertujuan
menegakkan norma hukum dan secara preventif akan membuat orang takut
melakukan pelanggaran yang telah ditetapkan. Si terhukum pun menjadi
contoh yang menakutkan bagi setiap orang untuk melakukan pelanggaran.
Tujuan hukuman mati yaitu pembalasan yang lebih menonjol dalam
masyarakat primitif, penghapusan dosa yang dilatarbelakangi pandangan
religius untuk menghapus kesalahan dengan penderitaan setimpal,
membuat jera untuk pelaku kejahatan lain. Hukuman mati bertujuan pula
melindungi kepentingan umum dan memperbaiki penjahat yang akan
melakukan kejahatan.6
Dari penjabaran di atas maka Hukuman mati ialah suatu hukuman
atau vonis yang dijatuhkan pengadilan (atau tanpa pengadilan) sebagai
bentuk hukuman terberat yang dijatuhkan atas seseorang akibat
5 Ibn ‘abidin, Radd al-Mukthar, juz IV, Mustafa al-Babiy al-Halabiy, .…... hlm. 36 http://lulukwidyawanpr.blogspot .com
5/11/2018 BAB III - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-55a35b0083400 3/9
perbuatannya. Dalam sejarah, dikenal beberapa cara pelaksanaan hukuman
mati:7
• Hukuman pancu: hukuman dengan cara potong kepala• Sengatan listrik: hukuman dengan cara duduk di kursi yang kemudian
dialiri listrik bertegangan tinggi• Hukuman gantung: hukuman dengan cara digantung di tiang
gantungan• Suntik mati : hukuman dengan cara disuntik obat yang dapat
membunuh• Hukuman tembak: hukuman dengan cara menembak jantung
seseorang, biasanya pada hukuman ini terpidana harus menutup mata untuk tidak melihat.
• Rajam: hukuman dengan cara dilempari batu hingga mati
Kemudian tentang hukuman seumur hidup. Biasanya putusan penjara
seumur hidup dijatuhkan oleh hakim, apabila hakim merasa ragu-ragu untukmenjatuhkan hukuman mati terhadap terdakwa.karena KUHAP menganutsistem pembuktiaan negatife wettelijk, dimana hakim tidak bolehmenjatuhkam hukuman kepada seseorang kecuali apabila ada 2 alat buktiyang sah dan hakim harus yakin akan kesalahaan terdakwa mengenaiperbuatan yang mengandung unsur melawan hukum,serta keyakinan hakimharus didasari oleh alat bukti yang sah.Apabila mengacu kepada pasal10 KUHAP tidak terdapat jenis pidana seumur hidup yang adahanya:
pidana mati.pidana penjara.Pidana kurunganPidana dendaPidana tutupanPencabutan hak-hak tertentuPerampasan barang-barang tertentupengumuman putusan hakim.
Penjara seumur hidup adalah suatu bentuk hukuman penjarabagi tindak kejahatan yang diancam dengan pidana penjara selama9 tahun atau lebih dan merupakan kejahatan yang serius.secarayuridiksi mengenai penjara seumur hidup berbeda-beda. Adabeberapa negara menerapkan rentang waktu maksimum biasanya50 tahun dan terkadang memberikan pembebasan bersyarat
7 http:id.wikipedia.com
5/11/2018 BAB III - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-55a35b0083400 4/9
(parole).Pada negara yang tidak menerapkan hukuman mati,penjaraseumur hidup dianggap hukuman yang paling berat.8
Hak dan Kewajiban Narapidana
Narapidana sewaktu menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatandalam beberapa hal kurang mendapat perhatian, khususnya perlindunganhak-hak asasinya sebagai manusia. Dengan pidana yang dijalani narapidanaitu, bukan berarti hak-haknya dicabut. Pemidanaan pada hakekatnyamengasingkan dari lingkungan masyarakat serta sebagai pembebasan rasabersalah. Penghukuman bukan bertujuan mencabut hak-hak asasi yangmelekat pada dirinya sebagai manusia.
Untuk itu, sistem pemasyarakatan secara tegas menyatakan,narapidana mempunyai hak-hak seperti hak untuk surat menyurat, hakuntuk dikunjungi dan mengunjungi, remisi, cuti, asimilasi serta bebas
bersyarat, melakukan ibadah sesuai dengan agamanya, menyampaikankeluhan, mendapat pelayanan kesehatan, mendapat upah atas pekerjaan,memperoleh bebas bersyarat.
Hak-hak narapidana di Indonesia melalui sistem pemasyarakatandikatakan baik, atau memiliki prospek, perlu dikaitkan dengan pedoman PBB
Mengenai Standar Minimum Rules untuk memperlakukan narapidanayang menjalani hukuman ( Standard Minimum Rules For the Treatmen Of Prisoner, 31 juli 1957 ), yang meliputi: buku register, pemisahan narapidanapria dan wanita, dewasa dan anak-anak, fasilitas akomodasi yang harus
meiliki ventilasi, fasilitas sanitasi yang memadai, mendapatkan air sertaperlengkapan toilet, pakaian dan tempat tidur, makanan sehat, hak untukberolah raga ditempat terbuka, hak untuk mendapatkan pelayanan dokterumum maupun dokter gigi, hak untuk diperlakukan adil menurut peraturandan hak untuk membela diri apabila dianggap indisipliner, tidakdiperkenankan mengurung pada sel gelap dan hukuman badan, borgol dan jaket penjara tidak boleh dipergunakan narapidana, berhak mengetahuiperaturan yang berlaku serta saluran resmi untuk mendapatkan informasidan menyampaikan keluhan, hak untuk berkomunikasi dengan dunia luar,hak untuk mendapatkan bahan bacaan berupa buku-buku yang bersifatmendidik, hak untuk mendapatkan pelayanan agama, hak untuk
mendapatkan jaminan penyimpanan barang-barang berharga, pemberitauankematian, sakit dari anggota keluarga.9
Sebagai negara hukum hak-hak narapidana itu dilindungi dan diakuioleh penegak hukum, khususnya para staf di Lembaga Pemasyarakatan.Narapidana juga harus harus diayomi hak-haknya walaupun telah melanggarhukum. Disamping itu juga ada ketidakadilan perilaku bagi narapidana,
8 9 Arswendo Atmowiloto. Hak-hak Narapidana.( Jakarta: Elsam, 1996), h. 5-17
5/11/2018 BAB III - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-55a35b0083400 5/9
misalnya penyiksaan, tidak mendapat fasilitas yang wajar dan tidak adanyakesempatan untuk mendapat remisi.
Untuk itu dalam Undang-undang No. 12 tahun 1995 Pasal ( 14 )secara tegas menyatakan narapidana berhak :10
1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya2. Mendapat perawatan baik rohani maupun jasmani3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makan yang layak5. Menyampaikan keluhan6. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa
lainnya yang tidak dilarang7. Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan8. Menerima kunjungan keluarga, penasehat hukum, atau orang
tertentu lainnya9. Mendapatkan pengurangan masa pidana
10. Mendapatkan kesempatan berasimilasi ternasuk cutimengunjungi keluarga
11. Mendapatkan pembebasan bersyarat12. Mendapatkan cuti menjelang bebas13. Mendapatkan hak-hak Narapidana sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.Pada dasarnya hak antara narapidana perempuan dan narapidana pria
adalah sama, hanya dalam hal ini karena narapidananya adalah wanitamaka ada beberapa hak yang mendapat perlakuan khusus dari narapidanapria yang berbeda dalam beberapa hal, diantaranya karena wanitamempunyai kodrat yang tidak dipunyai oleh narapidana pria yaitu
menstruasi, hamil, melakirkan, dan menyusui maka dalam hal ini hak-haknarapidana wanita perlu mendapat perhatian yang khusus baik menurutUndang-Undang maupun oleh petugas Lembaga Pemasyarakatan.
Disamping hak-hak narapidana juga ada kewajiban yang harus dipenuhi oleh narapidanaseperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan Pasal (15)
yaitu:11
1. Narapidana wajib mengikuti secara tertib program pembinaan dan kegiatan tertentu
2. Ketentuan mengenai program pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 ) diatur lebihlanjut dengan peraturan pemerintah.
Dalam peraturan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Semarang juga tercantum kewajiban
narapidana wanita yaitu:1. Mentaati semua peraturan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita
2. Wajib berlaku sopan, patuh dan hormat kepada semua petugas3. Wajib menghargai semua warga binaan
10 Moeljatno. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. (Jakarta: Bumi Aksara,2001), h. 438
11 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
5/11/2018 BAB III - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-55a35b0083400 6/9
4. Wajib menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan dan keindahan5. Wajib berpakaian rapi dan sopan
6. Wajib mengikuti program pembinaan7. Wajib memelihara barang-barang milik negara
8. Wajib menitipkan barang-barang berharga
9. Wajib memberitahu kepada petugas apabila melihat atau mengetahui tanda-tanda atau keadaan
bahaya bagi keamanan Lembaga Pemasyarakatan.Hak dan kewajiban merupakan tolak ukur berhasil tidaknya pola pembinaan yang dilakukan oleh
para petugas kepada narapidana. Dalam hal ini dapat dilihat apakah petugas benar-benar memperhatikan hak-hak narapidana. Dan apakah narapidana juga sadar selain hak narapidana juga
mempunyai kewajiban yang harus dilakukan dengan baik dan penuh kesadaran. Dalam hal ini
dituntut adanya kerjasama yang baik antara petugas dan para narapidana
B. Pembinaan Narapidana
Pembinaan narapidana adalah penyampaian materi atau kegiatanyang efektif dan efesien yang diterima oleh narapidana yang dapat
menghasilkan perubahan dari diri narapidana ke arah yang lebih baik dalamperubahan berfikir, bertindak atau dalam bertingkah laku.
Secara umum narapidana adalah manusia biasa, seperti kita semua,tetapi tidak dapat menyamakan begitu saja, karena menurut hukum adakarakteristik tertentu yang menyebabkan seseorang disebut narapidana.Maka dalam membina narapidana tidak dapat disamakan dengankebanyakan orang atau antara narapidana yang satu dengan yang lain.
Ide Pemasyarakatan bagi terpidana, dikemukakan oleh Dr. Sahardjoyang dikenal sebagai tokoh pembaharu dalam dunia kepenjaraan. Pokokdasar memperlakukan narapidana menurut kepribadian kita adalah:
1. Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia2. Tiap orang adalah mahluk kemasyarakatan, tidak ada orang diluar
masyarakat3. Narapidana hanya dijatuhi hukuman kehilangan kemerdekaan bergerak
Sahardjo dalam Harsono juga mengemukakan sepuluh prinsip yangharus diperhatikan dalam membina dan membimbing narapidana yaitu: 12
1. Orang yang tersesat harus diayomi dengan memberikan kepadanyabekal hidup sebagai warga negara yang baik dan berguna dalammasyarakat.2. Penjatuhan pidana bukan tindakan balas dendam dari pemerintah.3. Rasa tobat bukanlah dapat dicapai dengan menyiksa melainkandengan bimbingan.4. Negara tidak berhak membuat seorang narapidana lebih buruk atau jahat daripada sebelum ia masuk Lembaga
12 Harsono, Sistem Baru Pembinaan Narapidana. (Jakarta: Djambatan, 1995), h, 2
5/11/2018 BAB III - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-55a35b0083400 7/9
5. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, narapidana harusdikenalkan kepada masyarakat dan tidak boleh diasingkan darimasyarakat6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana tidak boleh bersifatmengisi waktu atau hanya di peruntukkan bagi kepentingan Lembaga
atau negara saja, pekerjaan yang diberikan harus ditujukan kepadapembangunan negara7. Bimbingan dan didikkan harus berdasarkan Pancasila8. Tiap orang adalah manusia yang harus diperlakukan sebagai manusiameskipun ia telah tersesat, tidak boleh dijatuhkan kepada narapidanabahwa ia itu penjahat9. Narapidana itu hanya dijatuhkan pidana hilang kemerdekaan10. Sarana fisik lembaga dewasa ini merupakan salah satuhambatan pelaksanaan sistem pemasyarakatan
Sepuluh prinsip pembinaan dan bimbingan bagi narapidana itu sangatberkait dengan pelaksanaan pembinaan narapidana karena sepuluh ( 10 )
prinsip pembinaan dan bimbingan serta sistem pembinaan narapidanamerupakan dasar pemikiran dan patokan bagi petugas dalam hal polapembinaan terhadap narapidana khususnya narapidana wanita.
Pembinaan itu sendiri adalah suatu proses di mana, narapidan wanitaitu pada waktu masuk di dalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita sudahdalam kondisi tidak harmonis pada masyarakat sekitarnya. Adapunpenyebabya adalah karena narapidana tersebut telah melakukan tindakpidana yang secara langsung atau tidak langsung dapat merugikanmasyarakat
Pembinaan narapidana harus menggunakan empat komponen prinsip-prinsip pembinaannarapidana, yaitu sebagai berikut: 13
1. Diri sendiri, yaitu narapidana itu sendiri. Narapidana sendiri yang harus melakukan proses pembinaan bagi diri sendiri, agar mampu untuk merubah diri kearah perubahan yang positif
2. Keluarga, yaitu keluarga harus aktif dalam membina narapidana. Biasanya keluarga yangharmonis berperan aktif dalam pembinaan narapidana dan sebaliknya narapidana yang berasal
dari keluarga yang kurang harmonis kurang berhasil dalam pembinaan.3. Masyarakat, yaitu selain dukungan dari narapidana sendiri dan keluarga, masyarakat dimana
narapidana tinggal mempunyai peran dalam membina narapidana. Masyarakat tidak
mengasingkan bekas narapidana dalam kehidupan sehari-hari
4. Petugas pemerintah dan kelompok masyarakat, yaitu komponen keempat yang ikut sertadalam membina narapidana sangat dominan sekali dalam menentukan keberhasilan pembinaan
narapidana.
Sedangkan pemasyarakatan itu sendiri bertujuan:1. Memasukkan bekas narapidana ke dalam masyarakat sebagai warga yang baik
2. Melindungi masyarakat dari kambuhnya kejahatan bekas narapidana dalam
masyarakat karena tidak mendapat pekerjaan.
Bentuk pembinaan bagi narapidana menurut Pola Pembinaan Narapidana/ tahanan meliputi:
13 Harsono, Sistem Baru Pembinaan Narapidana,....h, 51
5/11/2018 BAB III - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-55a35b0083400 8/9
1. Pembinaan berupa interaksi langsung sifatnya kekeluargaan antara pembina dengan yangdibina
2. Pembinaan yang bersifat persuasif yaitu berusaha merubah tingkah laku melalui keteladanan3. Pembinaan berencana, terus menerus dan sistematis
4. Pembinaan keperibadian yang meliputi kesadaran beragama, berbangsa dan bernegara,
intelektual, kecerdasan, kasadaran hukum, ketrampilan, mental spiritual.
Sistem Pemasyarakatan (narapidana) itu sendiri dilaksanakan berdasarkan asas:1. Pengayoman
2. Persamaan perlakuan dan pelayanan3. Pendidikan
4. Pembimbingan
5. Penghormatan harkat dan martabat manusia
6. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan
7. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu.Petrus dan Pandapotan ( 1995:38 )
Pandangan Kriminologis terhadap Pidana Mati dan Seumur Hidup
Nama kriminologi ditemukan oleh P. Topinard (1830-1911) seorang ahliantropologi Prancis. Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yangmempelajari tentang kejahatan. Secara harfiah berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan atau penjahat dan “logos” berarti ilmu pengetahuan,maka kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan atau penjahat.14
Ada beberapa sarjana memberikan definisi tentang kriminologi sebagaiberikut:
Bonger memberikan definisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yangbertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya.
Sutherland merumuskan kriminologi sebagai keseluruhan ilmu pengetahuanyang bertalian dengan perbuatan jahat sebagai gejala social.
Wood berpendapat bahwa kriminologi meliputi keseluruhan pengetahuanyang diperoleh berdasarkan teori atau pengalaman, yang bertaliandengan perbuatan jahat dan penjahata, termasuk didalamnya
reaksi dari masyarakat terhadap perbuatan jahat dan penjahat.
Noach mengatakan bahwa kriminologi adalah sebagai ilmu pengetahuantentang perbuatan jahat dan perilaku tercela yang menyangkutorang-orang yang terlibat dalam perilaku jahat dan perbuatantercela. 15
14 H. M Ridwan dan Ediwarman. 1994. Azaz-Azaz Kriminologi . USU Pres, Medan, h. 115 Topo santosa dan Eva Achjani Zulfa. 2001. Kriminologi. Rajawali Pers, Jakarta, h. 9-12
5/11/2018 BAB III - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-iii-55a35b0083400 9/9
Dapat disimpulkan keterangan diatas bahwa Kriminologi adalah ilmupengetahuan atau mencari sebab musabab kejahatan, sebab-sebabterjadinya kejahatan, akibat-akibat yang ditimbulkan dari kejahatan untukmenjawab mengapa seseorang melakukan kejahatan.
Dalam pemikiran teoritik kriminologi mengandung pemahaman bahwakejahatan adalah perilaku manusia bahwa norma yang di langgar dapatdilihat secara berbeda oleh orang atau kelompok orang yang berbeda. Ataudapat dikatakan bahwa kejahatan adalah perilaku penyimpangan sosial.Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah urbanisasiyang perkembangannya banyak dipengaruhi oleh perkembangan industridan perdagangan.
Kehidupan baru yang terjadi di daerah perkotaan dibandingkan dengandaerah pedesaan ditandai antara lain dengan adanya ketegangan danbenturan norma dan nilai yang lebih luas, perubahan social yang cepat,
mobilitas penduduk yang meningkat, adanya penekanan yang lebih besarkepada kepentingan individu dan penghargaan yang lebih tinggi kepada hal-hal yang bersifat materi.
Pidana Penjara merupakan salah satu jenis pidana yang terdapatdalam sistem hukum pidana di Indonesia, sebagaimana termaktub dalampasal 10 KUHP. Pidana penjara menurut Pasal 12 ayat (1) KUHP terdiri dari:
Pidana Penjara seumur hidupPidana penjara selama waktu tertentu
Khusus untuk Pidana Penjara Seumur Hidup, seperti halnya denganpidana mati, pada dasarnya merupakan jenis pidana absolut. Dilihat darisudut penjatuhan pidana dan juga dari sudut terpidana, pidana seumurhidup itu bersifat pasti ( definite sentence) karena si terpidana dikenakan jangka waktu yang pasti (a definite period of time), yaitu menjalani pidanasepanjang hidup seseorang di dunia ini. Dilihat dari kenyataan praktek,dapat juga dikatakan bahwa pidana seumur hidup bersifat “indeterminate” karena si terpidana tidak tahu pasti kapan ia dapat dilepaskan kembali kemasyarakat.
Berdasarkan pasal 9 Keppres No. 174 Tahun 1999, terpidana Seumur
Hidup dapat diubah menjadi pidana sementara waktu 15 tahun, dengansyarat antara lain narapidana tersebut telah menjalani pidana sedikit 5(lima) tahun berturut-turut dan berkelakuan baik.16
16 Prof. Dr. Dwidja Prayatno, SH., MH., Sp. N. 2006. Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia.
Refika Aditama, Bandung, hlm 1