20
6 BAB III ISI REFERAT A. Definisi Fistulografi adalah pemeriksaan secara radiografi dengan menggunakan kontras media dari saluran abnormal yang menghubungkan antara dua area dan dapat terjadi di berbagai jaringan atau organ tubuh. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud untuk memperlihatkan arah dan hubungan fistula, yang mana ditujukan guna membantu pengoperasian dan memperbaiki anatomi seutuhnya. 3 B. Tujuan Untuk melihat dan menunjukan lokasi, luas, dan panjang dari fistula didalam tubuh. 3 C. Indikasi 2 adanya penyakit kronik infeksi anatomi post operasi

BAB III

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fistulografi

Citation preview

Page 1: BAB III

6

BAB III

ISI REFERAT

A. Definisi

Fistulografi adalah pemeriksaan secara radiografi dengan

menggunakan kontras media dari saluran abnormal yang menghubungkan

antara dua area dan dapat terjadi di berbagai jaringan atau organ tubuh.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud untuk memperlihatkan arah dan

hubungan fistula, yang mana ditujukan guna membantu pengoperasian dan

memperbaiki anatomi seutuhnya. 3

B. Tujuan

Untuk melihat dan menunjukan lokasi, luas, dan panjang dari fistula

didalam tubuh. 3

C. Indikasi 2

adanya penyakit kronik

infeksi anatomi post operasi

carcinoma

diverticulitis

cacat bawaan (kelainan kongenital)

Page 2: BAB III

7

D. Kontraindikasi 2

infeksi berat pada fistula yang ditandai dengan rasa sakit yang hebat

alergi pada bahan kontra

E. Bahan dan alat 3

a. Peralatan radiologi dan proteksi radiasi.

    -Pesawat rontgen dengan fluoroscopy dilengkapi TV monotor.

    -Apron, kacamata Pb dan hand scoon Pb.

    -Kaset ukuran 24X30 cm

    -Kacamata lonpe

b. Peralatan steril:

   -Spuit 50 cc 1 buah

   -Spuit 3cc 1 buah

   -Catheter tip no.8

   -Hand scoon

   -Lacrimal probe

   -Klem

   -Kapas berlidi

   -Haas steril

c. Peralatan unsteril :

   -Betadine

   -Plester

   -Gergaji ampul

Page 3: BAB III

8

   -Bahan kontras ;Urografin 60 % sebanyak 2 ampul

F. Persiapan pasien 7

Fistulografi internal

1 hari sebelum pemeriksan, pasien harus makan makanan yang lunak

dan tidak berserat

malam hari jam 20.30 makan garam inggris atau dulcolax tablet 6

buah

makan terakhir jam 22.00

saat pasien datang ke unit radiologi, lakukan plain foto (abdomen

polos)

Pada pemeriksaan fistulografi eksternal tidak di lakukan persiapan khusus.

G. Metode pemasukan bahan kontras

Metode Saxon Basil Stickland 8

persiapkan alat dan bahan

bersihkan bagian yang ingin disuntikan bahan kontras

beri marker pada daerah tersebut

suntikan media kontras secara perlahan-lahan dan lakukan fluoroscopy

ambil foto I , foto II dan seterusnya

Tujuan pemasukan media kontras adalah untuk memperlihatkan fistula pada

daerah perianal. 6

Page 4: BAB III

9

Pemasukan media kontras dimulai dengan membersihkan daerah

sekitar fistula dengan betadine.

Media kontras dimasukkan ke dalam muara fistula kira-kira sedalam

2-3 cm secara perlahan-lahan melalui kateter yang sudah diberi jeli

dan diikuti dengan fluoroskopi.

Kemudian media kontras disuntikan perlahan-lahan sehingga media

kontras masuk dan memenuhi lubang fistula yang di tandai dengan

menetesnya media kontras dari lubang fistula.

H. Proyeksi pemeriksaan

Fistulografi internal 4

a. Proyeksi AP

Ukuran film 24 x 30 cm

Posisi pasien : pasien supine atau prone di atas meja pemeriksaan

Posisi Objek : MSP tubuh pasien tepat pada MLT , sentrasi dipusatkan

pada kaset setinggi L2

Central Ray : Vertikal tegak lurus bidang kaset

Central Point : pada L3 atau setinggi umbilicus

b. Proyeksi Lateral

Ukuran film 24 x 30 cm

Page 5: BAB III

10

Posisi pasien : pasien di posisikan true lateral atau posisi pasien miring

menghadap salah satu sisi

Posisi Objek : MCP tubuh berada pada MLT, sentrasi dipusatkan pada

kaset setinggi L2, Fleksikan genue pasien supaya pasien nyaman dan

posisi pasien true lateral, dan letakkan tangan pasien di depan kepala

atau bawah kepala.

Central Ray : vertikal tegak lurus bidang kaset

Centra Point : pada L3 setinggi umbilicus

c. Proyeksi Oblique

Ukuran film 24 x 30 cm 

Posisi pasien : pasien supine diatas meja pemeriksaan, lalu posisi

tubuh pasien di miringkan sebesar 45 derajat ke salah satu sisi (kiri

ataupun kanan)

Posisi objek : MSP tubuh berada pada MLT, sentrasi dipusatkan pada

pertengahan SIAS dan symphisis pubis, salah satu tubuh pasien

diposisikan miring sebesar 45 derajat (kiri ataupun kanan), dan

letakkan tangan pasien di depan kepala

Central Ray : Vertikal tegak lurus bidang kaset

Central Point : pada pertengahan SIAS dan symphisis pubis

Fistulografi eksternal

Page 6: BAB III

11

Teknik balon pada fistulografi eksternal : 5

1.      Posisi pasien supine diatas meja pemeriksaan.

2.      Balon kateter diberi udara secukupnya ( agak besar sedikit dari rongga mulut

luka ).

3.      Masukkan ujung distal kateter kedalam rongga luka, lalu diplester.

4.      Dengan bantuan tangan pasien atau petugas, balon ditekan dengan kuat.

5.      Hubungkan ujung proksimal kateter dengan spuit yang telah diisidengan

bahan kontras.

6.      Injeksikan bahan kontras perlahan-lahan, dengan pantauan fluoroscopy

tampak bahan kontras bergerak masuk keusus halus, pada saat ini diekspos

ketika pasien tahan nafas.

7.      Kontras diinjeksikan lagi, dengan patauan fluoroscopy tampak bahan kontras

masuk ke colon ascendens dan diekspos pada saat pasien tahan nafas.

8.      Pasien diposisikan oblique kiri, lalu kontras diinjeksikan perlahan-lahan dan

tampak pada TV monitor kontras mengisi usus halus dan menuju colon

ascendens.

Memasukkan media kontras

Teknik pemeriksaan membuat foto pendahuluan sebelum media

kontras dimasukkan ke dalam saluran fistula dengan proyeksi AP.

Page 7: BAB III

12

Memasukan media kontras dengan kateter atau abocath melalui muara dari

fistula biasanya diikuti dengan menggunakan fluoroskopi. 2

Lakukan pemotretan pada saat media kontras penuh saluran fistula.

Hal ini dapat dilihat pada layar fluoroscopi dan ditandai dengan keluarnya

media kontras melalui muara fistula. Jumlah media kontras yang dimasukkan

tergantung seberapa luas fistula tersebut. 2

Gambar 3.1. Foto pendahuluan AP

Proyeksi Pemeriksaan 4,5,6

a. Proyeksi AP

Page 8: BAB III

13

Proyeksi AP dilakukan sebelum dan sesudah pemasukan media

kontras kedalam saluran fistula. Pasien supine diatas meja pemeriksaan.

Kedua tangan diatas dada dan kedua kaki lurus. Pelvis diataur simetris

terhadap meja pemeriksaan. Kedua kaki diendorotasi 15° -20° kecuali ada

fraktur atau dislokasi hip joint. CR (central ray) vertikal tegak lurus kaset.

CP (central point) pada pertengahan kedua SIAS. FFD 100 cm dan

ekspose pada saat pasien diam.

Kriteria: tampak pelvis tidak rotasi, daerah proksimal femur,

trokhanter.mayor dan minor, sakrum dan kogsigis segaris dengan simpisis

pubis, foramen obturatorium simetris, kedua spina iliaka sejajar.

Gambar 3.2. Proyeksi AP

b. Proyeksi Lateral

Page 9: BAB III

14

Pasien tidur miring disalah satu sisi yang akan difoto, kedua lengan

ditekuk keatas untuk bantalan kepala. MSP (mid sagital plane) sejajar

meja pemeriksaan dan bidang axial dipertengahan meja pemeriksaan. CR

(central ray) vertikal tegak lurus kaset. CP (central point) pada daerah

perianal kira-kita MAL (mid axilla line) setinggi 2-3 inchi diatas simpisis

pubis. FFD 90 cm dan ekspos pada saat pasien diam.

Gambar 3.3. Proyeksi Lateral

Kriteria : tampak pelvis dan daerah proksimal femur, sakrum dan

kogsigis, bagian belakang ischium dan illium saling superposisi, lingkar

fossa yang besar berjarak sama dari lingkar fossa yang kecil.

Page 10: BAB III

15

Gambar 3.4 Tempat abses dan fistula anorektal

c. Proyeksi Oblik

Pasien prone kemudian dirotasikan kesalah satu sisi yang diperiksa

untuk menunjukkan letak fistula ± 45°. Lengan yang dekat dengan film

diatur dibawah kepala untuk bantalan sedangkan yang lain menyilang

didepan tubuh. Kaki yang dekat dengan film menempel meja pemeriksaan,

kaki yang lain ditekuk untuk menopang tubuh. Pelvis diatur 45° terhadap

meja pemeriksaan. CR (central ray) vertikal tegak lurus kaset. CP (central

point) pada daerah perianal kira-kita MAL (mid axilla line) setinggi 2-3

inchi diatas simpisis pubis. FFD 90 cm dan ekspos pada saat pasien diam

Kriteria : tampak hip joint dan femur superposisi, kedua iliaka tidak

berjarak sama, tampak foramen obturatorium tidak simetris, sakrum dan

kogsigis tidak segaris dengan simpisis pubis.

Page 11: BAB III

16

Gambar 3.5. Posisi oblique

d. Proyeksi Chassard-Lapine Method

Pasien duduk diatas meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus kebawah

menggenggam lutut. Pasien membungkukkan punggung semaksimal

mungkin sampai simpisis pubis menyentuh meja pemeriksaan. Sudut yang

dibentuk antara pelvis dengan sumbu vertikal ± 45°.

CR (central ray) vertikal tegak lurus kaset. CP (central point) melalui

lumbosakral menembus trokhanter mayor. FFD 90 cm dan ekspos pada

saat pasien diam.

Kriteria : tampak kaput femur, asetabulum, keseluruhan pelvis sampai

bagian proksimal dari femur, pelvis tidak mengalami rotasi, kedua

trokhanter mayor berjarak sama dari pertengahan kaset atau sacrum.

Page 12: BAB III

17

Gambar 3.6. Proyeksi Chassard-Lapine Method

e. Proyeksi Taylor

Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan kedua tangan

diletakkan diatas dada dan kedua kaki lurus. Pelvis diatur sehingga tepat

AP. Kedua krista iliaka kanan dan kiri berjarak sama terhadap meja

pemeriksaan dan MSP berada dipertengahan meja pemeriksaan.

CR (central ray) menyudut 30° chepalad. CP (central point) pada 2

inchi di bawah batas atas dari simpisis pubis. FFD 90 cm dan ekspos pada

saat diam.

Page 13: BAB III

18

Gambar 3.7. Proyeksi taylor

Kriteria : tampak tulang pubis dan iskhium mengalami magnifikasi,

tampak tulang pubis superposisi dengan sakrum dan kogsigis, tampak

foramen obturatorium simetris, tampak tulang pubis dan ischium dekat

dengan film dan tampak hip joint.

Gambar 3.8 Fistula berdasarkan tempatnya

Page 14: BAB III

19

Gambar 3.9 Fistula perianal

I. Tujuan Pemeriksaan 7,8

1. Proyeksi Antero Posterior (AP) 

Proyeksi AP pre pemasukan media kontras bertujuan untuk melihat

struktur anatomi, persiapan pasien & penentuan faktor eksposi yang tepat.

Sedangkan Proyeksi AP post pemasukan media kontras bertujuan untuk

mengetahui arah fistula apakah mengarah ke kanan atau ke kiri serta untuk

melihat penampang fistula dari depan.

2. Proyeksi Lateral 

Bertujuan untuk memperlihatkan arah fistula apakah mengarah ke

depan atau ke belakang. 

Page 15: BAB III

20

3. Proyeksi Oblik 

Bertujuan untuk melihat hubungan antara fistula yang satu dengan

fistula yang lain jika kemungkinan terdapat beberapa fistula. Proyeksi ini

juga dapat memperlihatkan kedalaman fistula yang mengarah ke samping.