6
BAB III PEMBAHASAN Munculnya rekayasa genetika melaluin proses kloning dalam wacana ilmu pengetahuan saat ini, tidak lain merupakan suatu prestasi tersendiri bagi manusia. Al Qur’an sendiri telah memberikan himbauan kepada umatnya untuk terus membaca (iqra’) untuk memberi kemampuan bagi manusia untuk terus meneliti dan menemukan suatu hal yang terpendam dalam alam semesta yang memang diciptakan oleh Allah SWT untuk kepentingan umatnya. Prestasi ilmu pengetahuan yang sampai pada penemuan proses kloning pada dasarnya merupakan suatu tindakan yang berkaitan dengan pentikapan sebuah hukum alam yang telah ditetapkan oleh Allah SWT pada sel-sel tubuh manusia dan hewan. Hal ini dikarenakan proses pengkloningan telah menyingkap suatu suatu fakta bahwa pada sel tubuh manusia maupun hewan, terdapat suatu potensi untuk menghasilkan keturunan, jika kandungan nukleus sel tubuh tersebut ditanamkan pada sel telur perempuan yang telah dikeluarkan nukleusnya. Maka sifat kandungan nukleus tubuh itu tidak berbeda seperti sel sperma laki-laki. Seperti yang telh dipahami selama ini, paham yang bersifat teologi, khusunya dalam hal ini menurut

Bab III and Kesimpulan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab III and Kesimpulan

BAB III

PEMBAHASAN

Munculnya rekayasa genetika melaluin proses kloning dalam wacana ilmu

pengetahuan saat ini, tidak lain merupakan suatu prestasi tersendiri bagi manusia.

Al Qur’an sendiri telah memberikan himbauan kepada umatnya untuk terus

membaca (iqra’) untuk memberi kemampuan bagi manusia untuk terus meneliti

dan menemukan suatu hal yang terpendam dalam alam semesta yang memang

diciptakan oleh Allah SWT untuk kepentingan umatnya.

Prestasi ilmu pengetahuan yang sampai pada penemuan proses kloning pada

dasarnya merupakan suatu tindakan yang berkaitan dengan pentikapan sebuah

hukum alam yang telah ditetapkan oleh Allah SWT pada sel-sel tubuh manusia

dan hewan. Hal ini dikarenakan proses pengkloningan telah menyingkap suatu

suatu fakta bahwa pada sel tubuh manusia maupun hewan, terdapat suatu potensi

untuk menghasilkan keturunan, jika kandungan nukleus sel tubuh tersebut

ditanamkan pada sel telur perempuan yang telah dikeluarkan nukleusnya. Maka

sifat kandungan nukleus tubuh itu tidak berbeda seperti sel sperma laki-laki.

Seperti yang telh dipahami selama ini, paham yang bersifat teologi, khusunya

dalam hal ini menurut syariat Islam, maka penilaian terhadap suatu fakta baru

yang muncul di masyarakat lebih dilihat dari segi tujuan atau akibat yang dituju

dari perbuatan yang timbul dari fakta tersebut. Apabila tujuan atau akibat yang

ditimbulkan itu merupakan suatu nilai kebaikan, maka perbuatan itu masih sapat

dinilai sebagai suatu yang mubah atau kebolehan. Begtu pula apabila timbul

keadaan yang sebaliknya, maka lebih baik untuk tidak melanjutkan perbuatan

tersebut.

Ada beberapa pandangan ulama Islam berkaitan dengan permasalahan kloning ini.

Namun sebagian besar dari para ulama tidak membenarkan adanya kloning bagi

manusia, walaupun ada yang berpendapat bahwa sebagian dari kloning untuk

manusia tersebut bersifat mubah untuk alasan tertentu. Namun para ulama

menyatakan kesatuan pendapatnya berkaitan dengan kloning yang dilakukan

Page 2: Bab III and Kesimpulan

terhadap hewan maupun tumnbuhan, adapun aspek yang menjadi sudut pandang

para ulama dalam mentikapi kloning adalah sebagai berikut:

1. Hukum yang berlaku bagi kloning terhadap tumbuhan dan hewan

(memberstripod, 2000).

Sebagian besar ulama berpendapat bahwa kloning terhadap tumbuhan dan

hewan bersifat mubah. Hukum mubah ini ditetapkan karena melihat pada

tujuan yang diharapkan dari pengkliningan tersebut, yaitu tidak lain untuk

meningkatkan kualitas dan produktivitas hewan dan tumbuhan, karena

dengan adanya pengkloningan ini terdapat suatu upaya untuk

memanfaatkan obat, sehingga menjadikannya sebagai suatu sunnah,

seperti yang telah diriwayatkan dalam HR. Imam Ahmad yang artinya “

Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap menciptakan penyakit, maka

Dia juga akan menciptakan obatnya. Maka berobatlah kamu.”

2. Hukum yang berlaku terhadap kloning embrio atau manusia (angelfire,

2007).

Dalam hal pemberlakuan hukum tentang kloning manusia ini, beberapa

ulama membedakannya dalam dua hukum yaitu:

a. Hukum Mubah

Apabila kloning yang dilakukan terjadi pada sel embrio yangb berasal

dari rahim istri atas pertemuan sel sperma suami dengan sel telur istri.

Sel embrio kemudian diperbanyak hingga berpotensi untuk membelah

dan berkembang. Setelah dipisahkan sel embrio itu selanjutnya

ditanamkan ke dalam rahim pemilik sel teklur (istri).

b. Hukum Haram

Apabila sel-sel embrio yang telah dipisahkan itu ditanamkan di rahim

perempuan lainnya, bukan istri. Berbeda dengan sebagian besar ulama islam

lainnya, yang berpendapat apapun dalil yang dikemukakan ulama moderat itu

Page 3: Bab III and Kesimpulan

tidaklah berdasar. Menurut para ulama kloning manusia walaupun dengan alas an

untuk memperbaiki keturunan hukumnya tetap haram. Adapun dalil yang

dikemukakan yakni:

Anak-anak yang didapat dari hasil kloning tidaklah sesuai dengan fitrah manusia,

karena Allah SWT telah menetapkan proses untuk manusia menghasilkan

ketururnan, dalam firmanNya pada surah An-Najm: 45 -46, yang artinya

“……….dan bahwasannya Dialah yang menciptakan berpasangan lelaki dan

perempuan dari air mani apabila dipancarkan.”

Bagi umat Islam, pengkloningan manusia merupakan suatu perbuatan keji yang

akan dapat memporakporandakan struktur kehidupan masyarakat. Dengan

demikian, kelahiran dan persenyawaanya melalui pengkloningan manusia

bukanlah termasuk fitrah terutama bila prosesnya terjadi antara laki-laki

Page 4: Bab III and Kesimpulan

BAB IV

PENUTUP

Kemajuan ilmu penhetahuan yang sedemikian rupa pada masa sekarang ini adalah

sebagai suatu manifestasi manusia yang meniadakan peranan Tuhan dalam

mengatur kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan harus tahu sejauh mana

hukumnya dalam membuat penyelidikan agar tidak merugikan manusia itu sendiri

dan agamalah yang mampu menerangkan seharusnya manusia bertindak

sepatutnya agar segala tindakannya itu memberi manfaat dan tidak mendatangkan

mudharat. Tidak dapat diketahui kesan dari pengkloningan manusia dari segi

jangka panjang, namun Islam telah memberikan jawaban bahwa pelaksanaan

kloning manusia tidak seharusnya dilaksanakan. Berdasarkan uraian pembahasan

tentang kloning, maka dapatlah ditarik saran yaitu disarankan agar perlu

dipertimbangkan lagi dalam memandang halal atau haramnya tindakannya untuk

melakukan pengkloningan. Dalam hal ini, dapatlah diajukan beberapa firman

Allah SWT dan juga hadist serta ijtihad ulama untuk memberikan solusi bagi

setiap individu apakah klonong akan tetap diterapkan dalam kehidupan atau tidak.

Adapun firman yang dapat menjadi rujukan antara lain AQ Al Isra’ : 36, AQ At

Tin : 4, dan hadist Rasul yang berbunti :tidak halal bagi seseorang yang beriman

pada Allah dan hari akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain

(vagina istri orang lain” (HR Abu Daud, Al Tirmidzi).