22
Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARA Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan BAB III PENDATAAN ASSET KEGIATAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Aset merupakan sumberdaya yang penting bagi pemerintah dengan mengelola aset secara benar dan memadai, pemerintah pusat maupun daerah akan mendapatkan sumber dana untuk pembiyaan pembangunan. Dalam mengelola aset, pemerintah harus memperhatikan perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian, pembiayaan dan tuntutan ganti rugi. Keseluruhan kegiatan tersebut merupakan aspek-aspek penting yang terdapat dalam pengelolaan aset. Dengan melakukan perencanaan kebutuhan aset, pemerintah akan memperoleh gambaran dan pedoman terkait kebutuhan aset bagi pemerintah daerah. Berikut ini akan diuraiakan gambaran umum tentang aset kegiatan di lingkungan Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, Kementerian Pekerjaan Umum, mulai dari profil direktorat, kegiatan-kegiatan sebagai aset pembangunan bidang Penataan Bangunan dan Ligkungan di Seluruh Indonesia. 3.1 KEGIATAN DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 3.1.1 Profil Penataan Bangunan dan Lingkungan Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen III - 1

Bab III Aset Kegiatan PBL

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kajian Aset Bidang Cipta Karya

Citation preview

Page 1: Bab III Aset Kegiatan PBL

Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

BAB IIIPENDATAAN ASSET KEGIATAN PENATAAN BANGUNAN

DAN LINGKUNGAN

Aset merupakan sumberdaya yang penting bagi pemerintah dengan mengelola aset

secara benar dan memadai, pemerintah pusat maupun daerah akan mendapatkan

sumber dana untuk pembiyaan pembangunan. Dalam mengelola aset, pemerintah harus

memperhatikan perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penerimaan,

penyimpanan dan penyaluran, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan, pengamanan

dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan

dan pengendalian, pembiayaan dan tuntutan ganti rugi. Keseluruhan kegiatan tersebut

merupakan aspek-aspek penting yang terdapat dalam pengelolaan aset. Dengan

melakukan perencanaan kebutuhan aset, pemerintah akan memperoleh gambaran dan

pedoman terkait kebutuhan aset bagi pemerintah daerah.

Berikut ini akan diuraiakan gambaran umum tentang aset kegiatan di lingkungan

Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen

Pekerjaan Umum, Kementerian Pekerjaan Umum, mulai dari profil direktorat, kegiatan-

kegiatan sebagai aset pembangunan bidang Penataan Bangunan dan Ligkungan di Seluruh

Indonesia.

3.1 KEGIATAN DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

3.1.1 Profil Penataan Bangunan dan Lingkungan

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum, Tugas Pokok dan Fungsi

Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah sebagai berikut :

Tugas Dan Fungsi

Tugas

Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan

kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di

III - 1

Page 2: Bab III Aset Kegiatan PBL

Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung

dan rumah negara.

Fungsi

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Direktorat Penataan Bangunan dan

Lingkungan menyelenggarakan fungsi :

Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan

lingkungan termasuk gedung dan rumah Negara

Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan

bangunan gedung dan rumah Negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana

kepresidenan

Pembinaan teknik, pengawasan teknik, dan fasilitasi penyelenggaraan penataan

bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam

penataan lingkungan

Pembinaan teknik, pengawasan teknik, dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan

bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan

bencana alam dan kerusuhan social

Penyusunan norma, standar, prosedur dan criteria, serta pembinaan kelembagaan

penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan

Pelaksanaan tata usaha Direktorat

Visi Dan Misi PBL

Visi

Terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang fungsional, berjati diri, serta

seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya dan diselenggarakan secara tertib,

didukung peran masyarakat untuk menjamin kemanfaatan, keselamatan, kesehatan,

kenyamanan, dan kemudahan bagi masyarakat.

Misi

1. Melaksanakan penyusunan rencana dan program penataan bangunan dan

lingkungan, serta penyusunan peraturan dan standarisasi di bidang penataan

bangunan dan lingkungan

2. Merumuskan kebijakan teknis, melaksanakan pembinaan teknis, dan fasilitasi

penyelenggaraan bangunan gedung yang memenuhi standar keselamatan dan

keamanan bangunan

III - 2

Page 3: Bab III Aset Kegiatan PBL

Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

3. Merumuskan kebijakan teknis dan melaksanakan pembinaan teknis

penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung negara dan pengelolaan rumah

negara

4. Merumuskan kebijakan teknis, dan pembinaan teknis serta fasilitasi penataan

kawasan dan lingkungan permukiman

5. Mendorong berkembangnya industri konstruksi yang kompetitif.

6. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat dalam penataan

bangunan dan lingkungan

7. Menerapkan organisasi yang efektif dan efisien, tata laksana yang efektif dan

terpadu dengan prinsip good governance serta mengembangkan SDM yang

professional.

3.1.2 Struktur Organisasi Penataan Bangunan dan Lingkungan

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Direktoran Penataan Bangunan dan Lingkungan

3.1.3 Program dan Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai

bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan

III - 3

Page 4: Bab III Aset Kegiatan PBL

Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun diperdesaan, khususnya wujud fisik

bangunan gedung dan lingkungannya. Sebagaimana tersirat dalam visi dan misi penataan

bangunan dan lingkungan di atas maka untuk mencapainya diwujudkan dengan kegiatan

yang dikelompokkan sebagai berikut :

1. Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan Dan Gedung, Secara terperinci terdiri dari:

a. Kegiatan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan bangunan dan

lingkungan

b. Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung

c. Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur

d. Pelatihan teknis tenaga pendata HSBG dan keselamatan bangunan

e. Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara

f. Pembinaan teknis pembangunan gedung negara

g. Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)

h. Penyusunan RANPERDA Bangunan Gedung

i. Percontohan Pendataan Bangunan Gedung

j. Percontohan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan

k. Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara

l. Dukungan Prasarana dan Sarana Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan

Bangunan (PIPPB)

2. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

a. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

b. Bantuan Teknis Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

c. Pembangunan Prasarana dan Sarana Peningkatan Lingkungan Permukiman Kumuh

dan Nelayan, Bentuk pekerjaan dapat berupa:

Jalan Lingkungan/Jalan Setapak;

Gorong-gorong;

Saluran Lingkungan/Drainase;

MCK Umum;

Terminal Air/Hidran Umum/PS Air Bersih sederhana;

Sarana persampahan;

Sarana penunjang ruang terbuka hijau;

Talud;

Sumur gali/bor;

III - 4

Page 5: Bab III Aset Kegiatan PBL

Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Dermaga;

Gerbang;

Balai pertemuan;

Bangunan fasilitas umum lainnya;

d. Pembangunan Prasarana dan Sarana Penataan Lingkungan Permukiman

Tradisional, Bentuk kegiatan berupa:

Gerbang/Gapura;

Balai karya;

Balai pertemuan;

Jalan Lingkungan/Jalan Setapak;

Gorong-gorong;

Saluran Lingkungan/Drainase;

MCK Umum;

Terminal Air/Hidran Umum/PS Air Bersih sederhana;

Sarana persampahan;

Sarana penunjang ruang terbuka hijau;

Talud;

Sumur gali/bor;

3. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Di Perkotaan

a. Bantuan Teknis Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

b. PAKET dan REPLIKASI.

3.1.4 Permasalahan dan Tantangan

1. Bangunan Gedung

Permasalahan dan tantangan umum yang dalam pembangunan bidang Bangunan

Gedung diantaranya adalah bagaimana kondisi penegakan aturan keselamatan,

keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerahdaerah rawan

bencana di Kabupaten/Kota, bagaimana kondisi prasarana dan sarana hidran

kebakaran dari, dan segi fungsi dan kapasitas layannya di kabupaten/kota bagaimana

kondisi pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di kabupaten/kota serta

bagaimana kualitas pelayanan publik dan perijinan.

III - 5

Page 6: Bab III Aset Kegiatan PBL

Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

2. Gedung dan Rumah Negara

Permasalahan dan tantangan Bagaimana kondisi Bangunan Gedung Negara di

Kabupaten/Kota yang sudah memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan

kenyamanan dari segi kualitas maupun kuantitas, kondisi Penyelenggaraan Bangunan

Gedung dan Rumah Negara, apakah sudah tertib dan efisien, sebutkan penyebabnya.

Bagaimana kondisi aset negara yang sudah diadministrasikan baik dari segi kualitas dan

kuantitas.

3. Penataan Lingkungan

Permasalahan dan tantangan apakah di Kabupaten/Kota tersebut masih ada

permukiman kumuh di kantong permukiman yang dihuni di kabupaten/kota,

Bagaimana kondisi permukiman-permukiman tradisional dan, bangunan gedung

bersejarah, padahal punya potensi wisata, serta kondisi degradasi kawasan strategis di

kabupaten/kota, apakah mempunyai potensi ekonomi untuk mendorong

pertumbuhan kota dan kondisi sarana lingkungan hijau/open space atau public space,

sarana olah raga, dan lain-lain di Kabupaten/Kota khususnya kawasan perkotaan

4. Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan

Permasalahan dan tantangan di bidang Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan

adalah adanya kondisi kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran

masyarakat, serta bagaimana keterlibatan masyarakat proses perencanaan dan

penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya, dalam berperan aktif atau pasif.

3.1.5 Proses Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung

a. Tahapan Proses Pembangunan Bangunan Gedung

Dalam bagian ini akan diuraikan tahapan dan proses salah satu pembangunan bidang

PBL yaitu Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Pembangunan Bangunan Gedung

Negara sama halnya dengan halnya dengan kegiatan pembangunan lainnya pada

Direktorat PBL yaitu kegiatan mendirikan bangunan gedung negara yang

diselenggarakan melalui tahap perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, dan

pengawasannya, baik merupakan pembangunan baru, perawatan bangunan gedung,

maupun perluasan bangunan gedung yang sudah ada, dan/atau lanjutan

pembangunan bangunan gedung.

III - 6

Page 7: Bab III Aset Kegiatan PBL

Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Gambar 2.2. Tahapan Pembangunan Bangunan Gedung

b. Pembangunan Bangunan Gedung Baru

Pekerjaan pembangunan baru Bangunan Gedung Negara, dilakukan analisis

perhitungan kebutuhan biaya oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya cq Direktorat

Penataan Bangunan dan Lingkungan atau oleh instansi teknis provinsi setempat.

Perhitungan Kebutuhan Biaya dihitung berdasarkan perkiraan kebutuhan luas

bangunan. Dasar untuk melakukan perhitungan kebutuhan biaya adalah Peraturan

Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis

Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Data dukung yang diperlukan dalam

perhitungan tersebut antara lain:

Struktur Organisasi dan Jumlah Personil Pengguna Gedung;

Kebutuhan Ruang Penunjang dan Fasilitas Lain sesuai Tusi K/L

Surat Keterangan Rencana Kota (berupa keterangan mengenai ketentuan KDB,

GSB, KLB, Ketinggian maksimum, dll yang berlaku dalam lokasi.

Master Plan di lokasi yang sudah ada

III - 7

Page 8: Bab III Aset Kegiatan PBL

Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Kejelasan status kepemilikan tanah (berupa sertifikat, atau surat perjanjian tertulis

izin

pemanfaatan lahan/hak pinjam pakai bila lahan dikuasai oleh pihak lain.

Harga satuan tertinggi per m2 (HSBGN) kota/kabupaten yang berlaku saat itu.

c. Pengelolaan Teknis

Setiap pembangunan bangunan gedung negara yang dilaksanakan oleh

kementerian/lembaga/SKPD harus mendapat bantuan teknis dalam bentuk

pengelolaan teknis dari Kementerian Pekerjaan Umum.

Bantuan Teknis dari Kementerian Pekerjaan Umum terkait penyelenggaraan Bangunan

Gedung Negara meliputi 3 hal:

Tenaga, berupa tenaga pengelola teknis

Informasi, berupa rekomendasi teknis (kebutuhan biaya, pembangunan di atas 8

lantai, pembangunan lebih dari satu tahun anggaran).

Kegiatan Percontohan, berupa pilot project

Pengelolaan teknis dilakukan oleh tenaga pengelola teknis yang bersertifikat.

Tenaga pengelola teknis bertugas membantu dalam pengelolaan kegiatan.

d. Pasca Konstruksi

Pasca Konstruksi meliputi kegiatan persiapan untuk mendapatkan status Barang Milik

Negara dari Pengelola Barang, Sertifikat Laik Fungsi (SLF), dan Pendaftaran sebagai

Bangunan Gedung Negara. Pendaftaran sebagai Bangunan Gedung Negara dilakukan

dengan melaporkan Bangunan Gedung Negara yang telah selesai dibangun kepada

Kementerian Pekerjaan Umum.

Berdasarkan tahapan proses pembangunan Bangunan Gedung Negara tersebut dapat

dimengerti bahwa pada akhirnya pembangunan bidang Penataan Bangunan dan

Lingkungan yang dilakukan di setiap daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota akan

diserahkan atau dihibahkan kepada daerah yang bersangkutan melalui proses persiapan

dan pendaftaran sebagai BMN atau aset milik daerah.

3.2 ASET KEGIATAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Dalam bab berikuti ini akan diuraikan beberapa hasil pendataan terhadap aset kegiatan

PBL di seluruh Wilayah Indonesia. Proses pendataan aset dilakukan ke seluruh wilayah

III - 8

Page 9: Bab III Aset Kegiatan PBL

Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

yang mendapatkan bantuan pembangunan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

pada Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2013.

Adapun Sektor Kegiatan PBL yang menjadi pendataan aset di seluruh Wilayah Indonesia

adalah sebagai berikut:

a. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), adalah panduan rancang bangun

suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan

ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan

program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana

investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan

pengembangan lingkungan/kawasan;

b. Penataan Kawasan Ruang Terbuka Hijau, adalah penataan ruang terbuka hijau

termasuk plaza yang bertujuan untuk meningkatkan nilai ekologis, sosial budaya,

estetika, dan ekonomi;

c. Penataan Kawasan Tradisional atau Bersejarah, adalah upaya peningkatan kualitas

lingkungan permukiman adalah yang memiliki khasanah budaya tertentu yang

berpotensi untuk dikembangkan sebagai unsur pengggerak ekonomi masyarakat,

wisata dan atau tempat tinggal komunitas.

d. Revitalisasi Kawasan, adalah upaya intervensi untuk menghidupkan kembali suatu

wilayah atau kawasan yang mengalami penurunan vitalitasnya, baik secara fisik

maupun non-fisik pada lokasi bangunan gedung maupun kawasan;

e. Pembangunan Prasarana Proteksi Kebakaran, adalah upaya pencegahan dan

penanggulangan kebakaran di perkotaan guna mendukung peningkatan kesiapan,

kesiagaan dan keberdayaan masyarakat, pengelola bangunan, serta dinas terkait.

f. Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara merupakan kegiatan pembangunan

bangunan gedung negara dengan sasaran terwujudnya bangunan gedung yang andal.

Berikut ini adalah aset kegiatan PBL yang dilaksanakan pada tahun 2010 sampai dengan

2013 di seluruh Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.1-Tabel 3-33.

(Tabel Aset Kegiatan PBL Tahun 2010 s.d 2013)

III - 9

Page 10: Bab III Aset Kegiatan PBL

Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

3.3 MANAJEMEN ASET DAERAH

Otonomi Daerah mempunyai konsekuensi bahwa peran pemerintah semakin kecil,

sebaliknya peran pemerintah daerah semakin besar dalam pembangunan

daerah/wilayahnya. Pemerintah daerah dituntut memiliki kemandirian dalam membiayai

sebagian besar anggaran pembangunannya. Oleh karena itu pemerintah daerah harus

dapat melakukan optimalisasi sumber-sumber penerimaan daerahnya.

Namun dalam perkembangannya untuk menghadapi otonomi daerah, pemerintah daerah

tidak hanya mengoptimalkan pada potensi pajak dari sektor properti saja, tetapi juga

harus mengetahui jumlah dan sejauh mana pemanfaatan aset properti yang dimiliki

pemerintah daerah saat ini. Manajemen aset properti ini sangat penting diketahui karena

di samping sebagai penentuan aktiva tetap dalam faktor penambah dalam total aset

daerah juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pendapatan yang menopang

pendapatan asli daerah.

Pengelolaan aset daerah bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Hal ini terbukti dari

masih banyaknya pengecualian kewajaran atas nilai aset pemerintah daerah dalam opini

BPK-RI atas laporan keuangan pemerintah daerah. Kondisi tersebut mengindikasikan

bahwa pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam pengelolaan aset sehingga

menyajikan aset daerah dengan kurang atau tidak wajar. Untuk itu manajemen aset

daerah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam rangka optimalisasi pendapatan

asli daerah sebagai sumber utama pendanaan operasional pemerintah daerah sesuai

dengan semangat otonomi daerah.

3.3.1. Manajemen Aset

Standar Akuntansi Pemerintahan mendefinisikan aset adalah sumber daya ekonomi yang

dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan

dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh,

baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,

termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi

masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang diperlihara karena alasan sejarah dan

budaya.

III - 92

Page 11: Bab III Aset Kegiatan PBL

Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Sementara itu, pengertian aset secara umum adalah barang (thing) atau sesuatu barang

(anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial

value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau

individu (perorangan). Istilah properti seringkali melekat dengan istilah lain untuk

memberikan pengertian yang lebih jelas secara hukum, yaitu real estate dan real property

dimana keduanya mempunyai makna yang berbeda meskipun ada juga yang

menyebutnya sebagai sinonim dalam lingkup tertentu. Selanjutnya, Real estate is the

physical land and appurtenances affixed to the land, e.g., structure. Real estate bersifat

tidak bergerak (immobile) dan berwujud (tangibel), yang termasuk dalam pengertian ini

adalah tanah, semua benda yang secara alami sebagai bagian dari tanah, seperti

pepohonan dan barang mineral dan juga segala sesuatu yang dibangun oleh manusia

seperti bangunan, jaringan dan lain sebagainya. Real property merupakan kumpulan atas

berbagai macam hak dan interest yang ada dikarenakan kepemilikan atas satuan real

estate, meliputi hak untuk menggunakan, menyewakan, memberikan kepada orang lain

atau tidak. Properti selain sebagai investasi, juga merupakan aset. Pengertian aset adalah

sesuatu yang memiliki nilai. Real estate sebagai komponen utama dari aset daerah, oleh

pemerintah daerah selanjutnya harus dapat dimanfaatkan sebagai aset yang produktif

dan berguna sehingga berdampak positif dalam pembangunan ekonomi daerah dan

kesejahteraan masyarakat. Dalam neraca keuangan daerah aset dapat menjadi modal bila

dapat menghasilkan pendapatan. Namun masih banyak daerah yang belum menyadari

peran dan potensi pengelolaan aset secara cermat.

Dalam Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006

tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah menyebutkan bahwa pengelolaan

barang milik negara/daerah meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran,

pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian,

penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan

pengendalian. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun

2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, pengelolaan barang

milik daerah meliputi; perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan,

penerimaan, penyimpanan dan penyaluran, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan,

pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan,

pembinaan, pengawasan dan pengendalian, pembiayaan dan tuntutan ganti rugi.

III - 93

Page 12: Bab III Aset Kegiatan PBL

Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

3.3.2 Perencanaan Kebutuhan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17

Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, menjelaskan

bahwa perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan barang

milik daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan

yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan

yang akan datang. Perencanaan kebutuhan disusun dalam Rencana Kerja dan Anggaran

(RKA) dengan memperhatikan ketersediaan barang milik daerah yang sudah ada.

Perencanaan ini harus berpedoman pada standarisasi barang dan standarisasi kebutuhan

barang/sarana prasarana perkantoran.

Untuk itu pemerintah daerah perlu membuat perencanaan kebutuhan aset yang akan

digunakan/dimiliki. Berdasarkan rencana tersebut, pemerintah daerah kemudian

mengusulkan anggaran pengadaannya. Dalam hal ini, masyarakat dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) perlu melakukan pengawasan (monitoring) mengenai apakah aset

(kekayaan) yang direncanakan untuk dimiliki daerah tersebut benar-benar dibutuhkan

daerah.

3.3.3. Pengadaan

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Pedoman Pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, menjelaskan bahwa pengadaan barang/jasa

pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD,

baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa. Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan

Barang Milik Daerah, menjelaskan bahwa pengadaan adalah kegiatan untuk melakukan

pemenuhan kebutuhan barang daerah dan jasa. Pengadaan barang milik daerah

dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka,

bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel.

Dimana di dalam pengadaan barang atau kekayaan daerah harus dilakukan berdasarkan

sistem tender (compulsory competitive tendering contract). Hal tersebut dilakukan supaya

pemerintah daerah dan masyarakat tidak dirugikan.

III - 94

Page 13: Bab III Aset Kegiatan PBL

Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

3.3.4. Pengamanan dan Pemeliharaan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Barang Milik Daerah, menjelaskan bahwa pemeliharaan adalah kegiatan atau

tindakan yang dilakukan agar semua barang milik daerah selalu dalam keadaan baik dan

siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna. Pengamanan adalah

kegiatan tindakan pengendalian dalam pengurusan barang milik daerah dalam bentuk

fisik, administratif dan tindakan upaya hukum dalam hal legal audit, merupakan suatu

ruang lingkup untuk mengidentifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal

mengenai prosedur penguasaan atau pengalihan aset seperti status hak penguasaan yang

lemah, aset yang dikuasai pihak lain, pemindahan aset yang tidak termonitor dan lain-

lain. Oleh karena itu pemerintah daerah dalam melakukan pengamanan aset daerah

merupakan salah satu sasaran strategis yang harus dicapai daerah dalam kebijakan

pengelolaan aset daerah.

3.3.5. Inventarisasi

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17

Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, menjelaskan

bahwa inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan

pelaporan hasil pendataan barang milik daerah. Dimana dalam inventarisasi aset terdiri

dari dua aspek yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri dari bentuk,

luas, lokasi, volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-lain, sedangkan aspek yuridis adalah

status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan. Proses kerjanya

adalah dengan melakukan pendaftaran labeling, cluster, secara administrasi sesuai

dengan manajemen aset.

Oleh karena itu pemerintah daerah perlu mengetahui jumlah dan nilai kekayaan daerah

yang dimilikinya, baik yang saat ini dikuasai maupun yang masih berupa potensi yang

belum dikuasai atau dimanfaatkan. Untuk itu pemerintah daerah perlu melakukan

identifikasi dan inventarisasi nilai dan potensi aset daerah. Kegiatan identifikasi dan

inventarisasi dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang akurat, lengkap dan

mutakhir mengenai kekayaan daerah yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah daerah.

III - 95

Page 14: Bab III Aset Kegiatan PBL

Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

3.3.6. Penilaian

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17

Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, penilaian adalah

suatu proses kegiatan penelitian yang selektif didasarkan pada data/fakta yang obyektif

dan relevan dengan menggunakan metode/teknis tertentu untuk memperoleh nilai

barang milik daerah. Dalam rangka menyusun neraca pemerintah perlu diketahui berapa

jumlah aset negara sekaligus nilai dari aset tersebut. Untuk diketahui nilainya maka

barang milik negara secara periodik harus dilakukan penilaian baik oleh pengelola barang

ataupun melibatkan penilai independent sehingga dapat diketahui nilai barang milik

negara secara tepat. Untuk penilaian berupa tanah dan atau bangunan menggunakan

patokan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).

Untuk itu penilaian aset merupakan suatu proses kerja untuk melakukan penilaian atas

aset yang dikuasai. Untuk itu pemerintah daerah dapat melakukan outsourcing kepada

konsultan penilai yang profesional dan independent. Hasil dari nilai tersebut akan

dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi untuk penetapan bagi

aset yang akan dijual.

3.3.7. Pemanfaatan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17

Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, pemanfaatan

adalah pendayagunaan barang milik daerah yang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas

pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam bentuk sewa, pinjam

pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah dan bangun serah guna dengan tidak

mengubah status kepemilikan. Bentuk-bentuk pemanfaatan barang milik daerah adalah

seperti berikut ini.

a. Sewa yaitu pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu

tertentu dengan menerima imbalan uang tunai.

b. Pinjam Pakai yaitu penyerahan penggunaan barang antara Pemerintah Pusat dengan

Pemerintah Daerah dan antar Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa

menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkan kembali

kepada pengelola.

III - 96

Page 15: Bab III Aset Kegiatan PBL

Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

c. Kerjasama Pemanfaatan yaitu pendayagunaan barang milik daerah oleh pihak lain

dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan daerah bukan

pajak/pendapatan daerah dan sumber pembiayaan lainnya.

d. Bangun Guna Serah yaitu pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak

lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya,

kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang

telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan

dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.

e. Bangun Serah Guna yaitu pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak

lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan

setelah selesai pembangunan diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain dalam

jangka waktu tertentu yang disepakati.

Sehubungan dengan pemanfaatan aset daerah khususnya berupa benda tidak bergerak

yang berbentuk tanah atau bangunan/gedung, terutama yang belum didayagunakan

secara optimal sehingga dapat memberikan value added, value in use dan mampu

menaikkan nilai ekonomi aset bersangkutan, maka dapat dilaksanakan melalui

penggunausahaan yaitu pendayagunaan aset daerah (tanah dan atau bangunan) oleh

pihak ketiga (perusahaan swasta) dalam bentuk BOT (Build-Operate-Transfer), BTO (Build-

Transfer-Operate), BT (Build-Transfer), KSO (Kerja Sama Operasi) dan bentuk lainnya.

3.3.8. Pengawasan dan Pengendalian

Untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah secara

berdayaguna dan berhasilguna, maka fungsi pembinaan, pengawasan dan pengendalian

sangat penting untuk menjamin tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Barang Milik Daerah, menjelaskan bahwa pengendalian merupakan usaha

atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan

berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sedangkan pengawasan

merupakan usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang

sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan, apakah dilakukan sesuai

peraturan perundang-undangan.

Dalam pengawasan dan pengendalian, pemanfaatan dan pengalihan aset merupakan

suatu permasalahan yang sering terjadi pada pemerintah daerah saat ini. Suatu sarana

III - 97

Page 16: Bab III Aset Kegiatan PBL

Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

yang efektif dalam meningkatkan kinerja aspek ini adalah melalui Pengembangan SIMA

(Sistem Informasi Manajemen Aset). Melalui sistem ini maka transparansi kerja dalam

pengelolaan aset sangat terjamin dan dapat diawasi dengan jelas, karena keempat aspek

di atas diakomodir dalam suatu sistem yang termonitor dengan jelas seperti sistem arus

keuangan yang terjadi di perbankan, sehingga penanganan dan pertanggungjawaban dari

tingkat pelaksana hingga pimpinan mempunyai otoritas yang jelas.

Oleh karena itu pengawasan yang ketat perlu dilakukan sejak tahap perencanaan hingga

penghapusan aset. Dalam hal ini peran masyarakat dan DPRD serta auditor internal

sangat penting. Pengawasan diperlukan untuk menghindari penyimpangan dalam

perencanaan maupun pengelolaan aset yang dimiliki daerah.

3.3.9. Sistem Informasi Data

Untuk mencapai tujuan pengelolaan aset secara terencana, terintegrasi, dan sanggup

menyediakan data dan informasi yang dikehendaki dalam tempo yang singkat, diperlukan

suatu sistem informasi pendukung pengambilan keputusan atas aset (decision supporting

system), yang disebut sebagai Sistem Informasi Manajemen Aset yang mana nantinya

sistem tersebut untuk menjelaskan pengelolaan aset daerah secara efesien dan efektif

serta menciptakan transparansi kebijakan pengelolaan aset daerah, maka pemerintah

daerah perlu memiliki atau mengembangkan sistem informasi manajemen yang

komprehensif dan handal sebagai alat pengambilan keputusan. Sistem tersebut

bermanfaat untuk menghasilkan laporan pertanggungjawaban, selain itu juga bermanfaat

untuk dasar pengambilan keputusan mengenai kebutuhan pengadaan barang dan

estimasi kebutuhan belanja pembangunan (modal) dalam penyusunan APBD.

3.3.10. Penghapusan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17

Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, Penghapusan

adalah tindakan menghapus barang milik daerah dari daftar barang dengan menerbitkan

surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengguna dan/atau

kuasa pengguna dan/atau pengelola dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas

barang yang berada dalam penguasaannya. Oleh karena itu bahwa penghapusan aset

daerah merupakan salah satu sasaran strategis yang harus dicapai daerah dalam

III - 98

Page 17: Bab III Aset Kegiatan PBL

Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

kebijakan pengelolaan aset daerah guna mewujudkan ketertiban administrasi mengenai

kekayaan daerah.

3.4 SERAH TERIMA ASET PBL

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17

Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, Penghapusan

adalah tindakan menghapus barang milik daerah dari daftar barang dengan menerbitkan

surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengguna dan/atau

kuasa pengguna dan/atau pengelola dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas

barang yang berada dalam penguasaannya. Proses ini harus dilalui dengan serah terima

aset PBL yang telah dibangun.

Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat PBL telah melakukan serah terima

beberapa aset PBL dalam pembangunan kegiatan PBL di seluruh Indonesia. Kegiatan ini

bertujuan untuk menyamakan persepsi mengenai proses hibah/alih status BMN

Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum kepada kabupaten/kota di

seluruh Indonesia agar tertib administrasi pengelolaan Barang Milik Negara (BMN)

sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06 Tahun 2007

dan dalam penyelenggaraannya dapat diimplementasi dengan baik dan benar.

Sebagai contoh Kementerian PU telah menghibahkan aset Prasarana dan Sarana Dasar

(PSD) berupa Penataan dan Revitalisasi Kawasan (PRK) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

senilai Rp11,8 miliar yang dibangun pada 2009-2012. Empat pemerintah kabupaten/kota

di Provinsi Lampung penerima hibah tersebut adalah Kabupaten Tanggamus berupa PSD

RTH dan PRK, Kabupaten Lampung Selatan berupa PSD PRK dan RTH, Kabupaten Lampung

Timur berupa PSD Penanggulangan Kebakaran, dan Kabupaten Tulang Bawang berupa

PSD PRK dan RTH. Sedangkan di Provinsi Sumatera Barat, yaitu Kabupaten Tanah Datar

berupa PSD RTH dan PRK Benteng Van Der Capellen, dan untuk Kabupaten Sijunjung

berupa PSD RTH Eks Kampus STIPER, jalan trotoar, dan saluran Kenagarian Koto Ranah.

Satuan Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi Sulawesi Utara tahun ini

merencanakan penyerahan aset infastruktur keciptakaryaan yang sudah terbangun

melalui hibah kepada 7 kabupaten/kota. Mereka yaitu Kabupaten Minahasa, Kabupaten

III - 99

Page 18: Bab III Aset Kegiatan PBL

Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Kepulauan Sangihe Kota

Manado, Kota Bitung, dan Kota Kotamobagu.

Kementerian Pekerjaan Umum dalam upaya pengelolaan aset dimaksud melalui

Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta

Karya terus melakukan berbagai upaya dalam rangka peningkatan kualitas pengelolaan

bangunan gedung negara. Kebijakan yang diupayakan antara lain peningkatan kualitas

pembinaan serta peningkatan pemahaman, kesadaran, dan kemampuan para

penyelenggara bangunan gedung negara.

III - 100