Upload
agus-taruna
View
38
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Kajian Aset Bidang Cipta Karya
Citation preview
Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
BAB IIIPENDATAAN ASSET KEGIATAN PENATAAN BANGUNAN
DAN LINGKUNGAN
Aset merupakan sumberdaya yang penting bagi pemerintah dengan mengelola aset
secara benar dan memadai, pemerintah pusat maupun daerah akan mendapatkan
sumber dana untuk pembiyaan pembangunan. Dalam mengelola aset, pemerintah harus
memperhatikan perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan dan penyaluran, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan, pengamanan
dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan
dan pengendalian, pembiayaan dan tuntutan ganti rugi. Keseluruhan kegiatan tersebut
merupakan aspek-aspek penting yang terdapat dalam pengelolaan aset. Dengan
melakukan perencanaan kebutuhan aset, pemerintah akan memperoleh gambaran dan
pedoman terkait kebutuhan aset bagi pemerintah daerah.
Berikut ini akan diuraiakan gambaran umum tentang aset kegiatan di lingkungan
Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen
Pekerjaan Umum, Kementerian Pekerjaan Umum, mulai dari profil direktorat, kegiatan-
kegiatan sebagai aset pembangunan bidang Penataan Bangunan dan Ligkungan di Seluruh
Indonesia.
3.1 KEGIATAN DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
3.1.1 Profil Penataan Bangunan dan Lingkungan
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum, Tugas Pokok dan Fungsi
Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah sebagai berikut :
Tugas Dan Fungsi
Tugas
Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan
kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di
III - 1
Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung
dan rumah negara.
Fungsi
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Direktorat Penataan Bangunan dan
Lingkungan menyelenggarakan fungsi :
Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan
lingkungan termasuk gedung dan rumah Negara
Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan
bangunan gedung dan rumah Negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana
kepresidenan
Pembinaan teknik, pengawasan teknik, dan fasilitasi penyelenggaraan penataan
bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam
penataan lingkungan
Pembinaan teknik, pengawasan teknik, dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan
bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan
bencana alam dan kerusuhan social
Penyusunan norma, standar, prosedur dan criteria, serta pembinaan kelembagaan
penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan
Pelaksanaan tata usaha Direktorat
Visi Dan Misi PBL
Visi
Terwujudnya bangunan gedung dan lingkungan yang fungsional, berjati diri, serta
seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya dan diselenggarakan secara tertib,
didukung peran masyarakat untuk menjamin kemanfaatan, keselamatan, kesehatan,
kenyamanan, dan kemudahan bagi masyarakat.
Misi
1. Melaksanakan penyusunan rencana dan program penataan bangunan dan
lingkungan, serta penyusunan peraturan dan standarisasi di bidang penataan
bangunan dan lingkungan
2. Merumuskan kebijakan teknis, melaksanakan pembinaan teknis, dan fasilitasi
penyelenggaraan bangunan gedung yang memenuhi standar keselamatan dan
keamanan bangunan
III - 2
Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
3. Merumuskan kebijakan teknis dan melaksanakan pembinaan teknis
penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung negara dan pengelolaan rumah
negara
4. Merumuskan kebijakan teknis, dan pembinaan teknis serta fasilitasi penataan
kawasan dan lingkungan permukiman
5. Mendorong berkembangnya industri konstruksi yang kompetitif.
6. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat dalam penataan
bangunan dan lingkungan
7. Menerapkan organisasi yang efektif dan efisien, tata laksana yang efektif dan
terpadu dengan prinsip good governance serta mengembangkan SDM yang
professional.
3.1.2 Struktur Organisasi Penataan Bangunan dan Lingkungan
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Direktoran Penataan Bangunan dan Lingkungan
3.1.3 Program dan Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai
bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan
III - 3
Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
lingkungan binaan, baik diperkotaan maupun diperdesaan, khususnya wujud fisik
bangunan gedung dan lingkungannya. Sebagaimana tersirat dalam visi dan misi penataan
bangunan dan lingkungan di atas maka untuk mencapainya diwujudkan dengan kegiatan
yang dikelompokkan sebagai berikut :
1. Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan Dan Gedung, Secara terperinci terdiri dari:
a. Kegiatan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan bangunan dan
lingkungan
b. Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung
c. Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur
d. Pelatihan teknis tenaga pendata HSBG dan keselamatan bangunan
e. Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara
f. Pembinaan teknis pembangunan gedung negara
g. Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)
h. Penyusunan RANPERDA Bangunan Gedung
i. Percontohan Pendataan Bangunan Gedung
j. Percontohan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
k. Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara
l. Dukungan Prasarana dan Sarana Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan
Bangunan (PIPPB)
2. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
a. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
b. Bantuan Teknis Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
c. Pembangunan Prasarana dan Sarana Peningkatan Lingkungan Permukiman Kumuh
dan Nelayan, Bentuk pekerjaan dapat berupa:
Jalan Lingkungan/Jalan Setapak;
Gorong-gorong;
Saluran Lingkungan/Drainase;
MCK Umum;
Terminal Air/Hidran Umum/PS Air Bersih sederhana;
Sarana persampahan;
Sarana penunjang ruang terbuka hijau;
Talud;
Sumur gali/bor;
III - 4
Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Dermaga;
Gerbang;
Balai pertemuan;
Bangunan fasilitas umum lainnya;
d. Pembangunan Prasarana dan Sarana Penataan Lingkungan Permukiman
Tradisional, Bentuk kegiatan berupa:
Gerbang/Gapura;
Balai karya;
Balai pertemuan;
Jalan Lingkungan/Jalan Setapak;
Gorong-gorong;
Saluran Lingkungan/Drainase;
MCK Umum;
Terminal Air/Hidran Umum/PS Air Bersih sederhana;
Sarana persampahan;
Sarana penunjang ruang terbuka hijau;
Talud;
Sumur gali/bor;
3. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Di Perkotaan
a. Bantuan Teknis Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
b. PAKET dan REPLIKASI.
3.1.4 Permasalahan dan Tantangan
1. Bangunan Gedung
Permasalahan dan tantangan umum yang dalam pembangunan bidang Bangunan
Gedung diantaranya adalah bagaimana kondisi penegakan aturan keselamatan,
keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerahdaerah rawan
bencana di Kabupaten/Kota, bagaimana kondisi prasarana dan sarana hidran
kebakaran dari, dan segi fungsi dan kapasitas layannya di kabupaten/kota bagaimana
kondisi pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung di kabupaten/kota serta
bagaimana kualitas pelayanan publik dan perijinan.
III - 5
Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
2. Gedung dan Rumah Negara
Permasalahan dan tantangan Bagaimana kondisi Bangunan Gedung Negara di
Kabupaten/Kota yang sudah memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan
kenyamanan dari segi kualitas maupun kuantitas, kondisi Penyelenggaraan Bangunan
Gedung dan Rumah Negara, apakah sudah tertib dan efisien, sebutkan penyebabnya.
Bagaimana kondisi aset negara yang sudah diadministrasikan baik dari segi kualitas dan
kuantitas.
3. Penataan Lingkungan
Permasalahan dan tantangan apakah di Kabupaten/Kota tersebut masih ada
permukiman kumuh di kantong permukiman yang dihuni di kabupaten/kota,
Bagaimana kondisi permukiman-permukiman tradisional dan, bangunan gedung
bersejarah, padahal punya potensi wisata, serta kondisi degradasi kawasan strategis di
kabupaten/kota, apakah mempunyai potensi ekonomi untuk mendorong
pertumbuhan kota dan kondisi sarana lingkungan hijau/open space atau public space,
sarana olah raga, dan lain-lain di Kabupaten/Kota khususnya kawasan perkotaan
4. Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan
Permasalahan dan tantangan di bidang Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan
adalah adanya kondisi kelembagaan komunitas untuk meningkatkan peran
masyarakat, serta bagaimana keterlibatan masyarakat proses perencanaan dan
penetapan prioritas pembangunan di wilayahnya, dalam berperan aktif atau pasif.
3.1.5 Proses Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung
a. Tahapan Proses Pembangunan Bangunan Gedung
Dalam bagian ini akan diuraikan tahapan dan proses salah satu pembangunan bidang
PBL yaitu Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Pembangunan Bangunan Gedung
Negara sama halnya dengan halnya dengan kegiatan pembangunan lainnya pada
Direktorat PBL yaitu kegiatan mendirikan bangunan gedung negara yang
diselenggarakan melalui tahap perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, dan
pengawasannya, baik merupakan pembangunan baru, perawatan bangunan gedung,
maupun perluasan bangunan gedung yang sudah ada, dan/atau lanjutan
pembangunan bangunan gedung.
III - 6
Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Gambar 2.2. Tahapan Pembangunan Bangunan Gedung
b. Pembangunan Bangunan Gedung Baru
Pekerjaan pembangunan baru Bangunan Gedung Negara, dilakukan analisis
perhitungan kebutuhan biaya oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya cq Direktorat
Penataan Bangunan dan Lingkungan atau oleh instansi teknis provinsi setempat.
Perhitungan Kebutuhan Biaya dihitung berdasarkan perkiraan kebutuhan luas
bangunan. Dasar untuk melakukan perhitungan kebutuhan biaya adalah Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Data dukung yang diperlukan dalam
perhitungan tersebut antara lain:
Struktur Organisasi dan Jumlah Personil Pengguna Gedung;
Kebutuhan Ruang Penunjang dan Fasilitas Lain sesuai Tusi K/L
Surat Keterangan Rencana Kota (berupa keterangan mengenai ketentuan KDB,
GSB, KLB, Ketinggian maksimum, dll yang berlaku dalam lokasi.
Master Plan di lokasi yang sudah ada
III - 7
Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kejelasan status kepemilikan tanah (berupa sertifikat, atau surat perjanjian tertulis
izin
pemanfaatan lahan/hak pinjam pakai bila lahan dikuasai oleh pihak lain.
Harga satuan tertinggi per m2 (HSBGN) kota/kabupaten yang berlaku saat itu.
c. Pengelolaan Teknis
Setiap pembangunan bangunan gedung negara yang dilaksanakan oleh
kementerian/lembaga/SKPD harus mendapat bantuan teknis dalam bentuk
pengelolaan teknis dari Kementerian Pekerjaan Umum.
Bantuan Teknis dari Kementerian Pekerjaan Umum terkait penyelenggaraan Bangunan
Gedung Negara meliputi 3 hal:
Tenaga, berupa tenaga pengelola teknis
Informasi, berupa rekomendasi teknis (kebutuhan biaya, pembangunan di atas 8
lantai, pembangunan lebih dari satu tahun anggaran).
Kegiatan Percontohan, berupa pilot project
Pengelolaan teknis dilakukan oleh tenaga pengelola teknis yang bersertifikat.
Tenaga pengelola teknis bertugas membantu dalam pengelolaan kegiatan.
d. Pasca Konstruksi
Pasca Konstruksi meliputi kegiatan persiapan untuk mendapatkan status Barang Milik
Negara dari Pengelola Barang, Sertifikat Laik Fungsi (SLF), dan Pendaftaran sebagai
Bangunan Gedung Negara. Pendaftaran sebagai Bangunan Gedung Negara dilakukan
dengan melaporkan Bangunan Gedung Negara yang telah selesai dibangun kepada
Kementerian Pekerjaan Umum.
Berdasarkan tahapan proses pembangunan Bangunan Gedung Negara tersebut dapat
dimengerti bahwa pada akhirnya pembangunan bidang Penataan Bangunan dan
Lingkungan yang dilakukan di setiap daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota akan
diserahkan atau dihibahkan kepada daerah yang bersangkutan melalui proses persiapan
dan pendaftaran sebagai BMN atau aset milik daerah.
3.2 ASET KEGIATAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Dalam bab berikuti ini akan diuraikan beberapa hasil pendataan terhadap aset kegiatan
PBL di seluruh Wilayah Indonesia. Proses pendataan aset dilakukan ke seluruh wilayah
III - 8
Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
yang mendapatkan bantuan pembangunan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
pada Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2013.
Adapun Sektor Kegiatan PBL yang menjadi pendataan aset di seluruh Wilayah Indonesia
adalah sebagai berikut:
a. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), adalah panduan rancang bangun
suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan
ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan
program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana
investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan
pengembangan lingkungan/kawasan;
b. Penataan Kawasan Ruang Terbuka Hijau, adalah penataan ruang terbuka hijau
termasuk plaza yang bertujuan untuk meningkatkan nilai ekologis, sosial budaya,
estetika, dan ekonomi;
c. Penataan Kawasan Tradisional atau Bersejarah, adalah upaya peningkatan kualitas
lingkungan permukiman adalah yang memiliki khasanah budaya tertentu yang
berpotensi untuk dikembangkan sebagai unsur pengggerak ekonomi masyarakat,
wisata dan atau tempat tinggal komunitas.
d. Revitalisasi Kawasan, adalah upaya intervensi untuk menghidupkan kembali suatu
wilayah atau kawasan yang mengalami penurunan vitalitasnya, baik secara fisik
maupun non-fisik pada lokasi bangunan gedung maupun kawasan;
e. Pembangunan Prasarana Proteksi Kebakaran, adalah upaya pencegahan dan
penanggulangan kebakaran di perkotaan guna mendukung peningkatan kesiapan,
kesiagaan dan keberdayaan masyarakat, pengelola bangunan, serta dinas terkait.
f. Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara merupakan kegiatan pembangunan
bangunan gedung negara dengan sasaran terwujudnya bangunan gedung yang andal.
Berikut ini adalah aset kegiatan PBL yang dilaksanakan pada tahun 2010 sampai dengan
2013 di seluruh Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.1-Tabel 3-33.
(Tabel Aset Kegiatan PBL Tahun 2010 s.d 2013)
III - 9
Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
3.3 MANAJEMEN ASET DAERAH
Otonomi Daerah mempunyai konsekuensi bahwa peran pemerintah semakin kecil,
sebaliknya peran pemerintah daerah semakin besar dalam pembangunan
daerah/wilayahnya. Pemerintah daerah dituntut memiliki kemandirian dalam membiayai
sebagian besar anggaran pembangunannya. Oleh karena itu pemerintah daerah harus
dapat melakukan optimalisasi sumber-sumber penerimaan daerahnya.
Namun dalam perkembangannya untuk menghadapi otonomi daerah, pemerintah daerah
tidak hanya mengoptimalkan pada potensi pajak dari sektor properti saja, tetapi juga
harus mengetahui jumlah dan sejauh mana pemanfaatan aset properti yang dimiliki
pemerintah daerah saat ini. Manajemen aset properti ini sangat penting diketahui karena
di samping sebagai penentuan aktiva tetap dalam faktor penambah dalam total aset
daerah juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pendapatan yang menopang
pendapatan asli daerah.
Pengelolaan aset daerah bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Hal ini terbukti dari
masih banyaknya pengecualian kewajaran atas nilai aset pemerintah daerah dalam opini
BPK-RI atas laporan keuangan pemerintah daerah. Kondisi tersebut mengindikasikan
bahwa pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam pengelolaan aset sehingga
menyajikan aset daerah dengan kurang atau tidak wajar. Untuk itu manajemen aset
daerah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam rangka optimalisasi pendapatan
asli daerah sebagai sumber utama pendanaan operasional pemerintah daerah sesuai
dengan semangat otonomi daerah.
3.3.1. Manajemen Aset
Standar Akuntansi Pemerintahan mendefinisikan aset adalah sumber daya ekonomi yang
dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan
dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh,
baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya non keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang diperlihara karena alasan sejarah dan
budaya.
III - 92
Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Sementara itu, pengertian aset secara umum adalah barang (thing) atau sesuatu barang
(anything) yang mempunyai nilai ekonomi (economic value), nilai komersial (commercial
value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki oleh badan usaha, instansi atau
individu (perorangan). Istilah properti seringkali melekat dengan istilah lain untuk
memberikan pengertian yang lebih jelas secara hukum, yaitu real estate dan real property
dimana keduanya mempunyai makna yang berbeda meskipun ada juga yang
menyebutnya sebagai sinonim dalam lingkup tertentu. Selanjutnya, Real estate is the
physical land and appurtenances affixed to the land, e.g., structure. Real estate bersifat
tidak bergerak (immobile) dan berwujud (tangibel), yang termasuk dalam pengertian ini
adalah tanah, semua benda yang secara alami sebagai bagian dari tanah, seperti
pepohonan dan barang mineral dan juga segala sesuatu yang dibangun oleh manusia
seperti bangunan, jaringan dan lain sebagainya. Real property merupakan kumpulan atas
berbagai macam hak dan interest yang ada dikarenakan kepemilikan atas satuan real
estate, meliputi hak untuk menggunakan, menyewakan, memberikan kepada orang lain
atau tidak. Properti selain sebagai investasi, juga merupakan aset. Pengertian aset adalah
sesuatu yang memiliki nilai. Real estate sebagai komponen utama dari aset daerah, oleh
pemerintah daerah selanjutnya harus dapat dimanfaatkan sebagai aset yang produktif
dan berguna sehingga berdampak positif dalam pembangunan ekonomi daerah dan
kesejahteraan masyarakat. Dalam neraca keuangan daerah aset dapat menjadi modal bila
dapat menghasilkan pendapatan. Namun masih banyak daerah yang belum menyadari
peran dan potensi pengelolaan aset secara cermat.
Dalam Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah menyebutkan bahwa pengelolaan
barang milik negara/daerah meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran,
pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian,
penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan
pengendalian. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun
2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, pengelolaan barang
milik daerah meliputi; perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan dan penyaluran, penggunaan, penatausahaan, pemanfaatan,
pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan,
pembinaan, pengawasan dan pengendalian, pembiayaan dan tuntutan ganti rugi.
III - 93
Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
3.3.2 Perencanaan Kebutuhan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, menjelaskan
bahwa perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan barang
milik daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan
yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan
yang akan datang. Perencanaan kebutuhan disusun dalam Rencana Kerja dan Anggaran
(RKA) dengan memperhatikan ketersediaan barang milik daerah yang sudah ada.
Perencanaan ini harus berpedoman pada standarisasi barang dan standarisasi kebutuhan
barang/sarana prasarana perkantoran.
Untuk itu pemerintah daerah perlu membuat perencanaan kebutuhan aset yang akan
digunakan/dimiliki. Berdasarkan rencana tersebut, pemerintah daerah kemudian
mengusulkan anggaran pengadaannya. Dalam hal ini, masyarakat dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) perlu melakukan pengawasan (monitoring) mengenai apakah aset
(kekayaan) yang direncanakan untuk dimiliki daerah tersebut benar-benar dibutuhkan
daerah.
3.3.3. Pengadaan
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, menjelaskan bahwa pengadaan barang/jasa
pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD,
baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa. Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Barang Milik Daerah, menjelaskan bahwa pengadaan adalah kegiatan untuk melakukan
pemenuhan kebutuhan barang daerah dan jasa. Pengadaan barang milik daerah
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka,
bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel.
Dimana di dalam pengadaan barang atau kekayaan daerah harus dilakukan berdasarkan
sistem tender (compulsory competitive tendering contract). Hal tersebut dilakukan supaya
pemerintah daerah dan masyarakat tidak dirugikan.
III - 94
Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
3.3.4. Pengamanan dan Pemeliharaan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah, menjelaskan bahwa pemeliharaan adalah kegiatan atau
tindakan yang dilakukan agar semua barang milik daerah selalu dalam keadaan baik dan
siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna. Pengamanan adalah
kegiatan tindakan pengendalian dalam pengurusan barang milik daerah dalam bentuk
fisik, administratif dan tindakan upaya hukum dalam hal legal audit, merupakan suatu
ruang lingkup untuk mengidentifikasi dan mencari solusi atas permasalahan legal
mengenai prosedur penguasaan atau pengalihan aset seperti status hak penguasaan yang
lemah, aset yang dikuasai pihak lain, pemindahan aset yang tidak termonitor dan lain-
lain. Oleh karena itu pemerintah daerah dalam melakukan pengamanan aset daerah
merupakan salah satu sasaran strategis yang harus dicapai daerah dalam kebijakan
pengelolaan aset daerah.
3.3.5. Inventarisasi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, menjelaskan
bahwa inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan, dan
pelaporan hasil pendataan barang milik daerah. Dimana dalam inventarisasi aset terdiri
dari dua aspek yaitu inventarisasi fisik dan yuridis/legal. Aspek fisik terdiri dari bentuk,
luas, lokasi, volume/jumlah, jenis, alamat dan lain-lain, sedangkan aspek yuridis adalah
status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas akhir penguasaan. Proses kerjanya
adalah dengan melakukan pendaftaran labeling, cluster, secara administrasi sesuai
dengan manajemen aset.
Oleh karena itu pemerintah daerah perlu mengetahui jumlah dan nilai kekayaan daerah
yang dimilikinya, baik yang saat ini dikuasai maupun yang masih berupa potensi yang
belum dikuasai atau dimanfaatkan. Untuk itu pemerintah daerah perlu melakukan
identifikasi dan inventarisasi nilai dan potensi aset daerah. Kegiatan identifikasi dan
inventarisasi dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang akurat, lengkap dan
mutakhir mengenai kekayaan daerah yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah daerah.
III - 95
Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
3.3.6. Penilaian
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, penilaian adalah
suatu proses kegiatan penelitian yang selektif didasarkan pada data/fakta yang obyektif
dan relevan dengan menggunakan metode/teknis tertentu untuk memperoleh nilai
barang milik daerah. Dalam rangka menyusun neraca pemerintah perlu diketahui berapa
jumlah aset negara sekaligus nilai dari aset tersebut. Untuk diketahui nilainya maka
barang milik negara secara periodik harus dilakukan penilaian baik oleh pengelola barang
ataupun melibatkan penilai independent sehingga dapat diketahui nilai barang milik
negara secara tepat. Untuk penilaian berupa tanah dan atau bangunan menggunakan
patokan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).
Untuk itu penilaian aset merupakan suatu proses kerja untuk melakukan penilaian atas
aset yang dikuasai. Untuk itu pemerintah daerah dapat melakukan outsourcing kepada
konsultan penilai yang profesional dan independent. Hasil dari nilai tersebut akan
dimanfaatkan untuk mengetahui nilai kekayaan maupun informasi untuk penetapan bagi
aset yang akan dijual.
3.3.7. Pemanfaatan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, pemanfaatan
adalah pendayagunaan barang milik daerah yang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam bentuk sewa, pinjam
pakai, kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah dan bangun serah guna dengan tidak
mengubah status kepemilikan. Bentuk-bentuk pemanfaatan barang milik daerah adalah
seperti berikut ini.
a. Sewa yaitu pemanfaatan barang milik daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu
tertentu dengan menerima imbalan uang tunai.
b. Pinjam Pakai yaitu penyerahan penggunaan barang antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah dan antar Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa
menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkan kembali
kepada pengelola.
III - 96
Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
c. Kerjasama Pemanfaatan yaitu pendayagunaan barang milik daerah oleh pihak lain
dalam jangka waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan daerah bukan
pajak/pendapatan daerah dan sumber pembiayaan lainnya.
d. Bangun Guna Serah yaitu pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak
lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya,
kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang
telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan
dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.
e. Bangun Serah Guna yaitu pemanfaatan barang milik daerah berupa tanah oleh pihak
lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, dan
setelah selesai pembangunan diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain dalam
jangka waktu tertentu yang disepakati.
Sehubungan dengan pemanfaatan aset daerah khususnya berupa benda tidak bergerak
yang berbentuk tanah atau bangunan/gedung, terutama yang belum didayagunakan
secara optimal sehingga dapat memberikan value added, value in use dan mampu
menaikkan nilai ekonomi aset bersangkutan, maka dapat dilaksanakan melalui
penggunausahaan yaitu pendayagunaan aset daerah (tanah dan atau bangunan) oleh
pihak ketiga (perusahaan swasta) dalam bentuk BOT (Build-Operate-Transfer), BTO (Build-
Transfer-Operate), BT (Build-Transfer), KSO (Kerja Sama Operasi) dan bentuk lainnya.
3.3.8. Pengawasan dan Pengendalian
Untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah secara
berdayaguna dan berhasilguna, maka fungsi pembinaan, pengawasan dan pengendalian
sangat penting untuk menjamin tertib administrasi pengelolaan barang milik daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah, menjelaskan bahwa pengendalian merupakan usaha
atau kegiatan untuk menjamin dan mengarahkan agar pekerjaan yang dilaksanakan
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sedangkan pengawasan
merupakan usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang
sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas dan/atau kegiatan, apakah dilakukan sesuai
peraturan perundang-undangan.
Dalam pengawasan dan pengendalian, pemanfaatan dan pengalihan aset merupakan
suatu permasalahan yang sering terjadi pada pemerintah daerah saat ini. Suatu sarana
III - 97
Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
yang efektif dalam meningkatkan kinerja aspek ini adalah melalui Pengembangan SIMA
(Sistem Informasi Manajemen Aset). Melalui sistem ini maka transparansi kerja dalam
pengelolaan aset sangat terjamin dan dapat diawasi dengan jelas, karena keempat aspek
di atas diakomodir dalam suatu sistem yang termonitor dengan jelas seperti sistem arus
keuangan yang terjadi di perbankan, sehingga penanganan dan pertanggungjawaban dari
tingkat pelaksana hingga pimpinan mempunyai otoritas yang jelas.
Oleh karena itu pengawasan yang ketat perlu dilakukan sejak tahap perencanaan hingga
penghapusan aset. Dalam hal ini peran masyarakat dan DPRD serta auditor internal
sangat penting. Pengawasan diperlukan untuk menghindari penyimpangan dalam
perencanaan maupun pengelolaan aset yang dimiliki daerah.
3.3.9. Sistem Informasi Data
Untuk mencapai tujuan pengelolaan aset secara terencana, terintegrasi, dan sanggup
menyediakan data dan informasi yang dikehendaki dalam tempo yang singkat, diperlukan
suatu sistem informasi pendukung pengambilan keputusan atas aset (decision supporting
system), yang disebut sebagai Sistem Informasi Manajemen Aset yang mana nantinya
sistem tersebut untuk menjelaskan pengelolaan aset daerah secara efesien dan efektif
serta menciptakan transparansi kebijakan pengelolaan aset daerah, maka pemerintah
daerah perlu memiliki atau mengembangkan sistem informasi manajemen yang
komprehensif dan handal sebagai alat pengambilan keputusan. Sistem tersebut
bermanfaat untuk menghasilkan laporan pertanggungjawaban, selain itu juga bermanfaat
untuk dasar pengambilan keputusan mengenai kebutuhan pengadaan barang dan
estimasi kebutuhan belanja pembangunan (modal) dalam penyusunan APBD.
3.3.10. Penghapusan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, Penghapusan
adalah tindakan menghapus barang milik daerah dari daftar barang dengan menerbitkan
surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengguna dan/atau
kuasa pengguna dan/atau pengelola dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas
barang yang berada dalam penguasaannya. Oleh karena itu bahwa penghapusan aset
daerah merupakan salah satu sasaran strategis yang harus dicapai daerah dalam
III - 98
Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
kebijakan pengelolaan aset daerah guna mewujudkan ketertiban administrasi mengenai
kekayaan daerah.
3.4 SERAH TERIMA ASET PBL
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17
Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, Penghapusan
adalah tindakan menghapus barang milik daerah dari daftar barang dengan menerbitkan
surat keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan pengguna dan/atau
kuasa pengguna dan/atau pengelola dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas
barang yang berada dalam penguasaannya. Proses ini harus dilalui dengan serah terima
aset PBL yang telah dibangun.
Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat PBL telah melakukan serah terima
beberapa aset PBL dalam pembangunan kegiatan PBL di seluruh Indonesia. Kegiatan ini
bertujuan untuk menyamakan persepsi mengenai proses hibah/alih status BMN
Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum kepada kabupaten/kota di
seluruh Indonesia agar tertib administrasi pengelolaan Barang Milik Negara (BMN)
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06 Tahun 2007
dan dalam penyelenggaraannya dapat diimplementasi dengan baik dan benar.
Sebagai contoh Kementerian PU telah menghibahkan aset Prasarana dan Sarana Dasar
(PSD) berupa Penataan dan Revitalisasi Kawasan (PRK) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
senilai Rp11,8 miliar yang dibangun pada 2009-2012. Empat pemerintah kabupaten/kota
di Provinsi Lampung penerima hibah tersebut adalah Kabupaten Tanggamus berupa PSD
RTH dan PRK, Kabupaten Lampung Selatan berupa PSD PRK dan RTH, Kabupaten Lampung
Timur berupa PSD Penanggulangan Kebakaran, dan Kabupaten Tulang Bawang berupa
PSD PRK dan RTH. Sedangkan di Provinsi Sumatera Barat, yaitu Kabupaten Tanah Datar
berupa PSD RTH dan PRK Benteng Van Der Capellen, dan untuk Kabupaten Sijunjung
berupa PSD RTH Eks Kampus STIPER, jalan trotoar, dan saluran Kenagarian Koto Ranah.
Satuan Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan Provinsi Sulawesi Utara tahun ini
merencanakan penyerahan aset infastruktur keciptakaryaan yang sudah terbangun
melalui hibah kepada 7 kabupaten/kota. Mereka yaitu Kabupaten Minahasa, Kabupaten
III - 99
Pengembangan Pendataan dan Pengelolaan Aset LAPORAN ANTARAKegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Kepulauan Sangihe Kota
Manado, Kota Bitung, dan Kota Kotamobagu.
Kementerian Pekerjaan Umum dalam upaya pengelolaan aset dimaksud melalui
Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta
Karya terus melakukan berbagai upaya dalam rangka peningkatan kualitas pengelolaan
bangunan gedung negara. Kebijakan yang diupayakan antara lain peningkatan kualitas
pembinaan serta peningkatan pemahaman, kesadaran, dan kemampuan para
penyelenggara bangunan gedung negara.
III - 100