24
BAB III HASIL PENELITIAN 3.1 Sejarah Gorontalo utara Salah satu ciri dari kajian sejarah adalah adanya periodesasi masa sebagai manifestasi dari bentuk kajian yang memanjang dalam waktu. Pembagian periodesasi ini diantaranya dapat dilihat pada kesamaan cirri peristiwa yang terjadi dalam masa yang sama. Dalam membahas Sejarah Gorontalo Utara, berdasarkan data yang diperoleh, peneliti membagi 2 periodesasi masa yakni Periode Kerajaan dan Periode Kolonial. 3.1.1 Periode Kerajaan Letak geografis Gorontalo bagian utara (Kabupaten Gorontalo Utara sekarang) terletak dibagian utara pulau Sulawesi-antara Bolang Mongondow, Buol dan kerajaan dikawasan teluk tomini. Peristiwa-peristiwa masa lalu Gorontalo hanya dapat dipetakan dengan pertama-tama memahami cirri-ciri sosio-kulturalnya dan pengaruhnya dengan wilayah teritorial lain di Sulawesi dan sekitarnya, serta bagaimana hal itu mempengaruhi dinamika budaya dan politik di wilayahnya. Salah satu ciri mendasar dari wilayah ini adalah peranan Limo lo Pohalaa (Persekutuan Lima Kerajaan) yang terdiri dari Gorontalo (Hulondalo) Limboto (Limoeto) Bone Suwawa-Bintauna, Bulango selanjutkan digantikan oleh Boalemo (Baolemo) dan 48

BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

48

BAB III

HASIL PENELITIAN

3.1 Sejarah Gorontalo utara

Salah satu ciri dari kajian sejarah adalah adanya periodesasi masa sebagai

manifestasi dari bentuk kajian yang memanjang dalam waktu. Pembagian periodesasi

ini diantaranya dapat dilihat pada kesamaan cirri peristiwa yang terjadi dalam masa

yang sama. Dalam membahas Sejarah Gorontalo Utara, berdasarkan data yang

diperoleh, peneliti membagi 2 periodesasi masa yakni Periode Kerajaan dan Periode

Kolonial.

3.1.1 Periode Kerajaan

Letak geografis Gorontalo bagian utara (Kabupaten Gorontalo Utara

sekarang) terletak dibagian utara pulau Sulawesi-antara Bolang Mongondow, Buol

dan kerajaan dikawasan teluk tomini. Peristiwa-peristiwa masa lalu Gorontalo hanya

dapat dipetakan dengan pertama-tama memahami cirri-ciri sosio-kulturalnya dan

pengaruhnya dengan wilayah teritorial lain di Sulawesi dan sekitarnya, serta

bagaimana hal itu mempengaruhi dinamika budaya dan politik di wilayahnya. Salah

satu ciri mendasar dari wilayah ini adalah peranan Limo lo Pohalaa (Persekutuan

Lima Kerajaan) yang terdiri dari Gorontalo (Hulondalo) Limboto (Limoeto) Bone –

Suwawa-Bintauna, Bulango selanjutkan digantikan oleh Boalemo (Baolemo) dan

48

Page 2: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

49

terakhir Atinggola (Andagile). G.W.W.C baron van howel (dalam Hasanudin dan

Basri)

Dari penjelasan diatas, bahwa sebelum masuknya kolonial di wilayah

Gorontalo bahwa sudah terdapat kerajaan--kerajaan kecil yang sudah membentuk satu

pemerintahan tersendiri salah satunya adalah persekutuan lima kerajaan “Limo Lo

Pohalaa”.

Kerajaan-kerajaan tertua yang pernah berkuasa dikawasan Gorontalo bagian

utara tersebut telah menampilkan berbagai hubungan yang saling mempengaruhi satu

sama lain dalam berbagai aspek kehidupan kerajaan pada masa itu. Namun dalam hal

ini peneliti akan membahas mengenai wilayah kerajaan yang berada diwilayah

Gorontalo bagian utara (Kab. Gorontalo Utara sekarang) yang tergabung dalam Lima

Lo Pohalaa sala satunya adalah Pohalaa Atinggola dan kerajaan-kerajaan kecil lainya

yang pemerintahanya berada di wilayah kerajaan Limboto dan Gorontalo.

Berdasarkan sumber Lokal di wilayah timur Kabupaten Gorontalo Utara,

dikisahkan bahwa kerajaan Atinggola dipimpin oleh Raja Gobel Blongkod yang

memerintah pada tahun 1712, ibu kota kerajaanya berada di wilayah perbukitan Desa

Buata yang berada di hulu Sungai Andagile. Andagile merupakan sungai yang

dulunya dikenal dengan nama Iningolre (dalam Bahasa Atinggola ) yang artinya di

minta. wilayah kekuasanya berada diwilayah Kerajaan Kaidipang sebagian (Desa

Kayogu, Tontulow berada di seberang sungai Andagile) sedangkan di wilayah bagian

Page 3: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

50

utara yaitu desa Gentuma Ilomata (Kecamatan Gentuma Raya sekarang) dan Desa di

sekitar Kecamatan Atinggola seperti Monggupo, Bintana dan Pinontoyonga.

Sedangkan wilayah (desa kotajin , Imana dan Oluhuta) merupakan wilayah dari

kerajaan kaidipang yang dipimpin oleh Raja Korompot yang pusat pemerintahanya

berada di Boroko, ini disampaikan oleh Bapak Ahmad Pulumoduyo.

Berdasarkan data yang di peroleh, peneliti mendapatkan salah satu catatan

dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah

keluarga dari Raja Atinggola yang ditulis pada tahun 1929 (Pulumoduyo 2004,30-

31). Raja Blongkod dengan istri pertama Boki Bambing kemudian menurunkan

seorang putri bernama Manu. Putri manu kemudian menikah dengan seorang laki-laki

Putra mahkota yang bernama Hatibae, Manu dan Hatibae dianugrahi seorang anak

laki-laki bernama Gobel. Gobel kemudian mempersunting Gadis turunan Mayor

Bintang Berdarah Suku Minahasa bernama Olinggina, yang masuk dan menganut

agama Islam sebelum Menikah dengan sang Pangeran Gobl Blongkod. Hasil

pernikahan Olinggina ini melahirkan 3 (Tiga) orang Putri dan seorang Putra masing-

masing anak tertua Jubalo Blongkod, di ikuti oleh adiknya Juboki Blongkod, Juporou

Blongkod dan Alimudi Blongkod. Di wilayah ini tepatnya di Desa Monggupo dan

Kotajin terdapat beberapa makam keluarga Raja Blongkod yaitu Jubalo Blongkod

putri dari Pangeran Gobl Blongkod, yang semasa hidup beliau di kenal oleh

masyarakat setempat sebagai orang yang sakti, dan seorang pangeran Kerajaan

Atinggola yang Bernama Frans Mopangka Gobel Blongkod makam tersebut berada

Page 4: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

51

di Desa Kotajin sedangkan makam dari Raja Blongkod berada di Desa Donggala

kecamatan Tapa Kabupaten Bonebolango, didialam sistem kerajaan ini juga terdapat

seorang jogugu yang bernama Pulumoduyo (Jogugu Saboto”) yang bertugas sebagai

perantara dari masyarakat ke pemerintah kerajaan dan sebaliknya, juga terdapat

seorang ketua adat bate dan pengatur adat wuu.

Kata Atinggola sebelum resmi dipakai sebagai nama negri, memang melalui

proses yang dibahas lewat “Jakalra”( Perkumpulan yang dihadiri oleh petua-petua

negri) sebagaimana rapat atau pertemuan maka “Jakalra” menghasilkan suatu

keputusan yang digali dari pokok-pokok adat dan nilai-nilai agama. Keluruhan adat

dan agungnya agama yang dijunjung tinggi oleh masyarakat kerajaan atinggola itu

sendiri kemudian melahirkan pegangan (Dasar) kehidupan yang tertuju pada

kebesaran maha pencipta Allah S.W.T. Itulah pegangan yang dalam bahasa resmi

disebut “Otinogolra” yang sekarang kita kenal Atinggola dalam artian (Otinongolra)

yaitu punya Pegangan. Punya pegangan yaitu masyarakat Otinogolra (Atinggola)

meiliki pengangan seperti Bahasa, Adat Istiadat,dan Budaya Tersendiri sebagai

landasan hidup dan bermasyarakat yang berlandaskan Al-Quran. (lihat Pulumoduyo

hal.29-31).

Selain itu bapak Ahmad pulumoduyo menuturkan, bahwa wilayah kerajaan

atinggola sebelumnya berada di pingiran sungai Andagile. namun terjadi perselisihan

antara pangeran kerajaan atinggola yang bernama Frans Mopangka Gobel Blongkod

dengan pasukan dari kerajaan kaidipang dimana pangeran ini melewati wilayah dari

Page 5: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

52

kerajaan kaidipang kemudian dihalangi oleh pasukan dari kerajaan tersebut,

mendengar kabar tersebut kemudian raja Gobel Blongkod memberi pesan kepada

kerajaan kaidipang dengan tujai yang artinya “Bahwa Raja dari Kerajaan Atinggola

ini sedang haus Kelapa Muda yang Warnah Merah”. Pasukan dari Kerajaan

kaidipang mengartikan bahwa Raja Atinggola ingin Membunuh orang, kemudian

pasukan kerajaan kaidipang melaporkan kepada rajanya dan terjadi pertukaran

wilayah. Dimana wilayah dari kerajaan kaidipang yang berada di seberang sungai

andagile (Desa Kotajin Oluhuta dan Imana sekarang) diserahkan kepada kerajaan

Atinggola sebagai gantinya Wilayah dari Kerajaan Atinggola yang berada di seberang

Sungai Andagile (Desa Kayuogu, dan Tontulow) diserahkan kepada Kerajaan

Kaidipang, hal ini untuk mengantisipasi supaya dikemudian hari tidak terjadi

perselisihan yang akan menimbulkan konflik, hal ini dikarenakan karena, menurut

sumber lokal bahwa Raja dari Kerajaan Atinggola ini suka menentang dan keras

kepala, dalam penulisan sejarah Atinggola peneliti mendapat kesulitan mengenai

rentang waktu kapan peristiwa terjadi terjadi

Sedangkan Dibagian Barat dari wilayah ini (,Sumalata dan Tolinggula)

berdasarkan sumber lokal, bahwa wilayah tersebut merupakan kekuasaan dari

Kerajaan Limboto yang dipimpin oleh raja amai, Yang tergabung dalam persekutuan

lima kerajaan yang ada di Gorontalo. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosial

masayarakat seperti adat istiadat serta budaya dari masyarakat setempat dan dari segi

bahasa, secara umum menggunakan bahasa Gorontalo. Karena wilayah ini merupakan

Page 6: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

53

wilayah dari kerajaan Limutu (limboto). (Wawancara dengan Bpk. Kasmir Boki 5

juli 2013)

Sebuah sumber mengatakan bahwa dalam proses terjadinya janjia u duwluwo

(perdamaian antara pohala’a hulontalo dan pohala,a limutu) pada tahun 1673 yang

dipelopori oleh Hohuhu (Jogugu) Bumulo dan Khatibi Da’a Eyato dari Hulontalo

serta Hohuhu Popa dan Wuleya Lo Lipu Pomalo dari Limutu, di sebutkan bahwa

ketika Putri Ntobango dan Putri Tili’aya kembali ke Limutu yang dikawal oleh

armada laut Kerajaan Gowa dengan maksud untuk menguasai Hulontalo melalui

Limutu. Ketika Armada Laut Kerajaan Gowa yang membawa 2 putri tersebut sampai

di Tolinggula, bertemulah mereka dengan para penjemput dari Kerajaan Limutu.

Diantaranya para penjemput tersebut ikut pula Hohuhu (Patih atau Perdana Mentri)

Popa dan Wuleya Lo Lipu Pomalo. Kemudian Rombongan ini singgah di sebuah

Pulau di Sumalata yang bernama Lito Hutokalo. Di Pulau Hutokalo ini, Hohuhu

Popa dan Wuleya Lo Lipu Pomalo berusaha membujuk para Pemimimpin Kerajaan

Gowa agar tidak menyerbu Kerajaan Hulontalo (Sumber: Janjia U Duluwo;

www.hungguli.hulondhalo.com).

Sumber lain mengatakan bahwa Rombongan Putri Ntobango dan Tili‟aya

terpaksa singgah di Lito Hutokalo ketika akan menuju Limutu karena ditengah laut

dihadang badai kencang (Barubu), dan akhirnya sangat terpaksa rombongan tersebut

harus merubah rute perjalanan mereka dengan memutar langsung menuju pelabuhan

Hulontalo.

Page 7: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

54

Dari kisah di atas, diperkirakan bahwa pada tahun 1600-an wilayah Tumolata

(sumalata) sudah dihuni oleh beberapa keluarga (ngala’a), mengingat wilayah

Tumolata pada waktu itu adalah sebuah tempat dari Pohala‟a Limutu dengan keadaan

geografisnya sangat baik untuk bercocok tanam. Apalagi, diketahui pula bahwa

Tumolata menjadi tujuan bagi orang-orang, baik yang berasal dari Hulontalo dan

Limutu maupun wilayah kerajaan sekitarnya untuk mencari nafkah sebagai

penambang emas. Karena pada waktu itu, Tumolata adalah salah satu wilayah

penambangan emas di Pohala'a Limutu. Sehingga, ketika orang-orang dari Sumalata

yang datang ke Limutu atau Hulontalo sering disebut “taa lontho lemba lo Tumolata”

(orang dari kampung Sumalata).

Pada awalnya, Tumalata (sumalata) merupakan lokasi perkebunan milik

masyarakat setempat. Suatu saat, ketika mulai melakukan penanaman jagung (milu)

di sekitar lokasi Dusun Pasolo Desa Buladu sekarang, mereka menemukan beberapa

batu kecil berwarna kuning yang ternyata adalah emas murni tersebar di lokasi kebun

mereka. Sehingga tersebarlah berita diseluruh wilayah Gorontalo tentang penemuan

biji-biji emas di Tumolata, yang menyebabkan banyaknya para pendatang dari

Limutu dan wilayah untuk sekedar menjadi penambang emas (Sumber : Reistogten in

de afdeeling Gorontalo, Gedaan op last der Nederlandsch Indische regering; hal 84-

98; Carl Benjamin Hermann Rosenberg (Baron von); F. Muller, 1865 dalam arsip

Sejarah Kec. Sumalata)

Page 8: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

55

Sebuah tulisan tentang Pembentukan Gorontalo yang dikisahkan kembali oleh

mantan Kepala Desa Wubudu yakni Akuba Imran (Ti Boungo) yang pernah menjadi

Juru Tulis di tahun 1950 dari Kepala Kampung Deme II bernama T. A. Poneta (…..

s/d 1958) mengatakan bahwa, Hohuhu Popa sempat membentuk beberapa Tim yang

bertugas mensurvey seluruh wilayah Limutu. Untuk mengetahui secara pasti wilayah

Sumalata maka Hohuhu Popa menugaskan Tim II yang beranggotakan 5 (lima)

personil yang dikenal dengan Palima, Panggoba, Talenga, Wombuwa dan Pangulu.

Dalam melaksanakan tugas, Tim II pertama-tama menemui wilayah Deme yang

selanjutnya meneruskan perjalanan sampai di Tolinggula dalam artinya „Ilotunggula‟.

Dari seluruh wilayah yang telah disurvey, ternyata hampir keseluruhan digenangi

oleh air (rata-rata rawa) sehingga demikian dari 5 (lima) anggota tim sepakat

memberikan nama dari Deme sampai dengan Tolinggula adalah “Tumolata”, artinya

rata-rata digenangi air.

Dikisahkan pula dalam perjalanan tersebut, ketika Tim II memasuki wilayah

Tumolata, mereka berjalan kaki menyusuri pinggiran pantai (deme-deme mota),

sampai disebuah dataran yang memanjang (u bula-bulade mota), kemudian berjalan

melingkari wilayah perbukitan (lo libudu) dan menemui sebuah pantai yang dihalangi

air pasang (Bubu-bubulo Taluhu Bonggi-liyo), dan seterusnya sampai ke tempat

tujuan (ilotunggula).

Page 9: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

56

Menurut penyampaian Bapak Akuba Imran, Raja lo Limutu akhirnya mengangkat

pemimpin di wilayah Tumolata yang disebut pada masa itu dengan “Wala'o Pulu”.

Dan Wala‟o Pulu yang pertama adalah Wala’o Pulu Hepu, kemudian diganti oleh

Wala’o Pulu Toana dan selanjutnya terakhir Wala’o Pulu Amara, sebelum akhirnya

diganti oleh Hulopango Puti yang mempunyai gelar (gara'i) „Ta Lo Kabulu‟ sebagai

Marsaole pertama di Sumalata pada tahun 1889 ketika sistem pemerintahan di

wilayah Gorontalo dirubah oleh Kolonial Belanda, yang dikenal dengan sistem

„Rechehereeks Bestuur‟. Kapan tahun diangkatnya Wala‟o Pulu Hepu sebagai kepala

wilayah di Tumolata tidak diketahui secara pasti.

Sumalata disaat pemerintahan Wala’o Pulu masih merupakan satu wilayah utuh

dari Deme I sampai Tolinggula. Nanti setelah tahun 1889, ketika Sumalata menjadi

sebuah Onder Distirik yang dikepalai oleh seorang Marsaole, barulah wilayah

Sumalata dibagi menjadi 8 (delapan) desa „kambungu‟ yakni Deme I, Deme II,

Buladu, Wubudu, Bulontio, Buloila, Biawu dan Tolinggula. Setelah masa penjajahan

Jepang masuk di Sumalata, maka Tolinggula dipecah menjadi dua yakni Tolinggula

Ulu dan Tolinggula Pantai. Sedang Bulontio di awal tahun 1950-an dimekarkan

menjadi dua bagian, Bulontio Barat dan Bulontio Timur.

Adapun Marsaole Hulopango Puti menjabat tidak sampai 1 (satu) tahun, karena

wafat ketika melaksanakan ibadah haji ke tanah suci Mekkah dan diberi Gara’i

dengan sebutan „Ta Lo Kabulu‟ (yang dikabulkan doanya), mengingat niat dari beliau

untuk wafat ketika menjalankan ibadah haji dan dikuburkan di tanah suci Mekkah.

Page 10: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

57

Setelah Hulopango Puti wafat, ditahun itu juga Marsaole Sumalata diganti dengan

Bulonggodu Dangkua yang kemudian diberi gelar adat (Pulanga) Ti Tobuto atau Ti

Sobuto.(dalam arsip sejarah kec. Sumalata)

3.1.2 Periode Kolonial

Setelah menurunya kekuasaan kerajaan Gowa dan Ternate akibat

penandatangan kontrak atau perjanjian dengan VOC, khusunya melalui perjanjian

Bungaya 18 November 1667. Penetapan kontrak Gowa dan ternate pada intinya

menguntunkan pihak VOC. Runtuhnya kekuasaan Ternate dan Gowa telah

menyebapkan seluruh hak kekuasaanya terlepasa dan dibawah pengauh VOC.

Dengan demikian akibat perjanjian bunggaya menyebapkan Gorontalo dan Limboto (

termasuk kerajaan-kerajaan kecil di wilayah Gorontalo) termasuk dalam pengawasan

VOC. Kedatangan VOC melalui Gubernur Maluku Robertus Padtrbruge pada tahun

1677 dikawasan Nusa Utara Sulawesi negri-negri di bawah pengaruh Gowa dan

Ternate berusaha menguasai wilayah tersebut sebagai bagian dari penaklukanya atas

gowa dan ternate. Dalam memperkuat legitimilasinya, VOC aktif melakukan ekspansi

melalui kontrak atau perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di belawah nusa utara

Sulawesi dan berhasil menempatkan kekuasaanya di Gorontalo pada tahun 1677

(dalam Hasanudin dan Basri A 2012)

Dalam periode ini, situasi politik wilayah kerajaan-kerajaan Gorontalo

mendapat pengaruh yang besar dari pihak kolonial hindia-belanda, hal ini terjadi

Page 11: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

58

karena dikeluarkan surat keputusan tanggal 17 November 1863 kepada Gubernur

Jenderal di Batavia tentang perlunya diadakan pemerintah langsung, penghapusan

raja serta melepaskan seluruh perjanjian yang telah dilaksanakan oleh raja-raja di

wilayah Lima lo Pohalaa. Dengan melihat pemilhan Raja berdasarkan warisan atau

turun temurun, kemudian digantiakan dengan sistem demokrasi melalaui

musyawarah, sehingga berdampak pada keputusan dan perjanjian yang disepakati

oleh Raja terdahulu batal kecuali penganti raja tersebut berasal dari keturunanya.

Perjanjian tersebut mengubah sistem politik di wilayah kerajaan Gorontalo yang

tergabung dalam Lima Lo Pohalaa, di mana di terapkanya sistim pemerintahan

langsung oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda diganti dengan kepala distrik.

maka seluruh pemerintahan kerajaan di jalankan oleh para kepala distrik (Marsaoleh).

kedudukan marsaoleh dianggap sangat penting karena memgang peranan yang

legkap. ia mempunyai kedudukan sebagai penguasa teratas di dstrikna, juga sekaligus

sebagai perantara antara penguasa kolonial Belanda dan rakyat. B.J Haga (dalam

Hasanudin dan Basri 2012:103).

Sepanjang massa kolonial Hindia-Belanda diwilayah Gorontalo bagian utara

terjadi kesewenangan (sistem kerja paksa) yang dilakukan oleh para tentara belanda

dengan mempekerjakan rakyat pribumi secara paksa sehingga menimbulkan

perlawan-perlawan oleh rakyat setempat. Dalam sejarah Gorontalo (dalam sejarah

Gorontalo massa Kolonial, oleh Hasanudin dan Basri.A) tercatat bahwa ada beberapa

perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Gorontalo terhadap kesewenangan dari

Page 12: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

59

pemerintah kolonial belanda diantaranya pelawanan panipi yang dipimpin oleh

Bobihoe dan perlawanan Tamuu dan Olabu.

Hal senada pula di sampaikan oleh bapak Kasmir Boki bahwa konflik ini

terjadi akibat kesewenangan pemerintah kolonial belanda yang mempekerjakan

rakyat pribumi sebagai tenaga penambang emas. konflik ini dipicu oleh adanya

penyiksaan seorang pekerja (orang-orang cina dan rakyat setempat) yang dilakukan

oleh pegawai dari pemerintah konial belanda yang dibawah pimpinan langsung

herman cristian knaper, yang diutus oleh perusahaan tambang emas Noor-Celebes

Mijnbou yang merupakan pemegang ijin penambangan yang berada di sumalata.

pemberontakan ini kemudian mendapat perhatian khusus dari pemerintah Kolonial

Belanda setelah Olabu dan Tamuu melakukan penyerangan dan melakukan

pembunuhan terhadap pegawai belanda di Sumalata, mendengar berita tersebut pihak

kolonial Belanda mengutus pasukan militernya dan menangkap Olabu dan Tamuu,

perlawan ini terjadi pada akhir abad ke-19.

Masuknya Jepang (1942-1945) di Gorontalo (Lihat J.Apriyanto 2012, hal

87:88) secara umum dan khusunya wilayah Gorontalo Utara mengubah sistim sosial

politik di kalangan masyarakat. seperti halnya pemerintahan kolonial hindia-belanda

Afdeling Gorontalo terdiri atas Lima Distrik, yaitu Distrik Suwawa, Distrik Limboto,

Distrik Kwandang, dan Distrik Boalemo yang masing-masing dikepalai oleh seorang

Jogugu, maka pada masa pemerintahan Jepang istilah distrik dirubah menjadi gun

yang masing-masing gun dipimpin oleh seorang gunco, sedangkan pada tingkat

Page 13: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

60

oderdistrik yang semula dipimpin oleh seorang marsaoleh selanjutnya oleh jepang,

istilah onderdistrik ini pun dirubah menjadi son yang setiap son dijabat oleh seorang

sonco. di tingkat struktur pemerintah yang paling bawah seperi desa atau kelurahan,

jepang juga merubahnya denan istilah ku dan masing-masing ku diangkat seoran

kuco.

Dengan diadakanya perubah struktur pemerintahan di wilayah Gorontalo, hal

itu menunjukan bahwa Jepang secara langsung telah mengadakan intervensi terhadap

urusan-urusan intern kerumahtanggan pemerintahan walaupun berkuasa hanya berapa

tahun. sebelumnya kedatangan pasukan Jepang ke wilayah Gorontalo, disambut baik

oleh para tokoh-nasionalis terutama para elit lokal seperti Nani Wartabone serta tokoh

-tokoh lainya dan bersedia melakukan kerja sama dengan pihak pemerintahan Jepang.

Ternyata dalam perkembangan sikap kooperatif ini telah dijadikan peluang bagi

Jepang untuk meujudkan hegemoninya diwilayah Gorontalo khusunya di bagian utara

(Gorontalo Utara). Dari sini berbgai fenomena baru bermunculan, baik dibidang

Pemerintahan ,Ekonomi, Sosial dan Politik di Gorontalo utara khusunya.

Dengan masuknya Jepang di Gorontalo utara membawa pengaruh dalam

kegiatan masyarakat khusnya dalam bidang perekonomian di kecamatan sumalata

yang merupakan salah satu pusat perekonomian dan perdagangan di wilayah ini yang

menyebabpkan menurnya harga komoditi kopra yang kemudian berdampak pada

kebangkrutan di kalangan pengusaha lokal dan beberapa daerah lain yang berada di

sekitarnya.

Page 14: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

61

Hal ini disebakan karena peraturan pemerintah jepang dalam mengelolah dan

mengatur hasil pangan dalam pengawasan yang sangat ketat. seperti distribusi bahan

makanan dari kampung ke kapumng harus mendapat ijin dari tentara Jepang. Setelah

dibacakanya pengumuman pada tanggal 30 agustus 1942, salah satu isi pengumuman

tersebut bahwa, pemerintahan Gorontalo akan dijalankan oleh pemerintahan militer

Jepang, wekanriken di bawah pimpinan kinoshita. (Lihat J.Apriyanto 2012 hal 90).

Sebelum kedatangan VOC diwilayah ini ( Kab. Gorontalo Utara) pada tahun

1667, sudah terdapat Bangsa Barat yang melakukan ekspansi ke dunia timur

khususnya wilayah Gorontalo bagian utara, yaitu Bangsa Portugis, hal ini dapat

dibuktikan dengan beberapa peninggalan bangsa portugis seperti terdapatnya

beberapa benteng pernyataan tersebut disampaikan oleh bapak Frits Ano. .

Berdasarkan sumber lokal, bahwa terdapatnya beberapa benteng peninggalan

portugis yang berpungsi mempertahankan wilayahnya dari penduduk pribumi dan

bangsa asing. Dari penduduk pribumi sendiri yaitu untuk mengawasi para penduduk

yang berada di kawasan kerajaan limboto khusunya dan Gorontalo. Sedangkan dari

Bangsa Asing seperti pasukan kolonial Belanda dan pasukan Mangindano dan

Philipin yang berlayar melintasi laut Sulawesi. Benteng-benteng tersebut antara lain

benteng Orange “Lalunga” dan benteng Maas.

Dari penjelasan diatas ada beberapa hal yang menurut peneliti merupakan

peristiwa penting khusunya pada periode kolonial pertama, dilihat dari letak

geografis wilayah ini merupakan jalur pelayaran dan perdagangan dari bagsa-bangsa

Page 15: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

62

asing yang menuju laut cina seperti bangsa philiphin,suku manginano dan bebrapa

kerajaan di nusantara yaitu kerajaan gowa.kedua, tersedianya sumber daya alam yang

kaya wilayah ini merupakan salah satu pusat perekonomian di wilayah Gorontalo,

ketiga, tersedianya sumber daya alam di gorontalo khusunya di wilayah bagian utara

seperti terdapatnya beberapa perkebunan dan pertambangan emas menyebabkan

datangnya bangsa asing seperti hindia-belanda untuk mengeksploitasi sumber daya

alam (SDM) yang kemudian menyebabkan terjadinya perlawan oleh pepnduduk

setempat akibat kesewenangan pemerintahan kolonial seperti yang dilakukan oleh

tamu dan olabu terhadap pegawai kolonial Hindia-Belanda yang menyebapkan

terbunuhnya salah satu pemimpin di tambang emas sumalat Herman Cristian Cnapert

(Lihat Hasanudin dan Basri A.Hlm 172-174)

3.1.3 Perjuangan Pembantukan Kabupaten

a. Awal Perjuangan Pembentukan Kabupaten

Perjuangan pembentukan Kabupaten Gorontalo Utara dimulai pada Tanggal

15 hingga 17 desember 1996. di mulai dengan mengadakan musyawarah BMPDGU

di kecamatan Kwandang yang di hadiri oleh tokoh-tokoh pemuka Partai politik

Ormas, unsusr-unsur daerah serta pemuka-pemuka masyarakat lainya, yang

melahirkan resolusi pembentukan kabutan yang dikenal dengan “Resolusi 66”.dan

pada tangal 11 April 1968 BPMDGU kemudian melayangkan surat tuntutan No

14/BMPDU/.68 dengan pokok tuntutan menjadi kabupaten Gorontalo utara yang

Page 16: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

63

ditujukan kepada menteri dalam negeri di Jakarta dan ketua DPRG RI di Jakarta

(menurut informasi yang dihimpun komite hambatan pembentukan kabupaten pada

waktu itu, karena kondisi negara yang belum stabil akibat pemberontakan PKI dan

jumlah penduduk yang sedikit, sehingga pembentukan kabupaten Gorontalo Utara

terhenti selama 30 tahun. (Wawancara: Ketua KPK Gorontalo Utara: Thoriq

Modanggu, Juni 2013).

Pada akhir tahun 2001 perjuangan pembentukan Kabupaten Gorontalo Utara

di mulai lagi dengan terbentuknya panitia pembentukan Kabupaten PANTURA

(KOPDA-PG) yang di ketuai oleh Alm Drs Hamid Dunggio dan Moch Tajim Boki

sebagai ketua dan sekretaris serta tokoh – tokoh masyarakat antara lain Muchtar

Darise M.si (ketua ) dan Thomas Mopili SE (sekretaris) namun perjuangan ini redup

pada tahapan sosialisasi di karenakan ada beberapa unsure pejabat pemerintah, serta

segelincir masyarakat belum setuju mengenai pembentukan kabupaten. (Wawancara:

Ketua KPK Gorontalo Utara: Thoriq Modanggu, Juni 2013).

b. Pembentukan KPK (Komite Pembentukan Kabupaten) Gorontalo Utara

Setelah perjuangan pemebntukan kabupaten terhenti kemudian Pada Tanggal

20 Desember 2003 Kabupaten Pantura mulai bangkit dengan membentuk tim kerja

yang dimediasi oleh:

1. Letkol Pur. Yusuf Hunowu

2. Adnan Pakaya

3. Nani Tanaiyo

Page 17: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

64

4. Saymsu Tanaiyo

5. Yos Pomalingo

Dari hasil musyawarah tersebut terbentuklah tim 7 dengan formasi sebagai berikut:

1. Ketua : Husain Udit

2. Sekretaris : Aidin M Nusa

3. Bendahara : Indai Joan Sanabe

Anggota

- Djasmin Usu

- Lahmudin Daud

- Rahmat J Kasim

- Didi Sumaga

Tim ini bertugas mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat di lima kecamatan.

Pada malam hari itu tim 7 kemudian mengadakan rapat kerja yang dihadiri oleh

bapak Abdul Wahab Paudi, Arifin Ibrahim untuk mempersiapkan acara halal bi halal

persiapan pembentukan kabupaten Gorontalo Utara (sebelumnya Pantura), sosialisasi

acara akan dilaksanakan pada tanggal 21-25 desember 2003. Setelah halal bihalal

kemudian dilanjutkan dengan rapat besar yang membahas kepanitiaan pembentukan

Kabupaten. Thoriq Modanggu di tunjuk sebagai pemimpin rapat yang dianggap

Netral karena dari kalangan akademisi. Dengan membahas sedikit hambatan-

hamabatan yang sebelumnya dalam pembentukan kab. kemudian rapat tersebut

menyepakati tim Formatur yang terdiri dari berbagai unsur yang hadir untuk memilih

ketua panitia pemekaran. Selanjutnya tanggal 27 desember 2003 dilaksanakan rapat

Page 18: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

65

dengan Tim formatur dalam rapat adalah sebagai berikut: (wawancara dengan,

Anggota KPK: Yos Pomalingo, Juli 2013)

1. Letkol Purn. Yusuf Hunowu (Tokoh Masyarakat)

2. Thariq Madanggu (Unsur Akademis )

3. Husain Udit (Tokoh Masyarakat)

4. Didi Sumaga (LSM)

5. Sophian Rahmola (Pemuda)

6. Edi Ismail (Mahasiswa)

7. Yeti Tatuil (Unsur Wanita)

8. Masni Ahmad (Tokoh Adat)

9. Adanan Pakaya (Anggrek)

10. Raymon Datau (Atinggola)

11. Syamsu Tanaiyo (Kwandang)

12. Asjer Gobel (Atinggola)

13. Ahmad Yusuf Unusa (Sumalata)

14. Raden Aliu (Atinggola)

Dari hasil rapat tersebut muncul tiga nama calon yang akan mengisi

kepanitiaan ketua pemekaran antara lain Letkol purn. Yusuf Hunowu, Thariq

Modanggu dan Adnan Pakaya. Dalam hasil rapat tersebut Thariq modanggu S.Ag,

M.Pdi terpilih sebagai ketua Komite Pembentukan Kabupaten. (Wawancara: Ketua

KPK Gorontalo Utara: Thoriq Modanggu, Juni 2013).

Dengan dibentuknya panitia pembentukan kabupaten, Perjuangan kemudian

dilakukan secara terencana sejuk akomoditif komprehensif dan strategis. Pada tanggal

2 sampai 4 Januari 2004 dilaksanakan rapat-rapat awal sebagai pengisian

Page 19: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

66

kepengurusan bertempat di rumahnya Dedi Sumaga Jl. Trans Sulawesi desa Moluo

membahas struktur keanggotaan panitia yang sudah disiapkan oleh ketua panitia

pemekaran yang menyepakati komite pembentukan kabupaten Pantura (Gorontalo

Utara). Rapat ini juga membahas langkah awal KPK pantura untuk menghadapi

Ahmad Pakaya sebagai BUPATI Daerah induk dan membahas mensosialisai di 5

kecamatan di pesisir Utara Gorontalo yaitu kecamatan Tolinggula sampai Atinggola.

Pada tanggal 6 januari 2004 Komite Pembentukan Kabupten Gorontalo Utara

bersilahturami dengan Bupati Kabupaten Gorontalo Ahmad Hoesa Pakaya yang

didampingi pejabat teras Kabupaten Gorontalo untuk melaporkan rencana startegis

program komite dalam mewujudkan aspirasi masyarakat di pantai utara yang

kemudian berhasil meyakinkan bupati Kabupaten Gorontalo Utara bahwa keinginan

pembentukan kabupaten Gorontalo Utara murni merupakan aspirasi rakyat yang

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat seta memperpendek rentang

kendali pemerintahan yang terpusat. Komite pembentukan kabupaten juga

menegaskan bahwa pembentukan perjuangan KPK tidak dikerahkan oleh para elit

tetapi dimotori oleh kesadaran progresif kelompok pemuda yang menghendaki

perubahan di daerahnya. hasilnya Bupati merestui agenda yang di usung oleh KPK

Gorontalo Utara. (Wawancara: Ketua KPK Gorontalo Utara: Thoriq Modanggu, Juni

2013).

Dari hasil pertemuan tersebut kemudian Pada tanggal 15-19 Januari 2004 di

gelar sosialisasi pembentukan Kabupaten di 5 Kecamatan. Dalam tatap muka ini

Page 20: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

67

berdasarkan hasil kajian dan penelitian KPK bahwa Kabupaten Pantura (Pantai Utara)

sudah layak diwujudkan dan mendapatkan respon yang positif oleh masyarakat dan

perlahan-lahan berhasil diyakinkan oleh KPK Pantura.

c. Deklarasi Pembentukan Kabupaten Gorontalo Utara (Pantura)

Pada Tanggal 23 Januari 2004 dengan memanfaatkan momentum heroisme 23

Januari 1942 KPK Pantura berhasil melaksanakan deklarasi rakyat dengan satu tekat

bulat untuk menjadi satu kabupaten tersendiri. Momentum bersejarah ini dihadiri oleh

berbagai komponen masyarakat di lima kecamatan yang ada di pesisir pantai Utara

Gorontalo. Peristiwa akbar ini diwarnai penandatanganan 500 meter spanduk oleh

Gubernur Gorontalo diikuti undangan dan Tokoh Masyarakat yang berada di

lapangan kwandang Desa Moluo, penandatanganan komonika bersama oleh elemen

masyarakat yang menyatakan lahirnya kabupaten Pantura dan pembacaan pidato itifta

oleh Prof. Dr Nani Tuloli. Deklarasi pembentukan kabupaten Pantura oleh ketua

komite (Thoriq Modanggu) dan penandatangan persetujuan deklarasi pembentukan

kabupaten pantura oleh wakil DPRD Kabupaten Gorontalo Abdulah Talani, Wakil

Ketua DPRD Provinsi Gorontalo Muchtar Darise dan Gubernur Gorontalo Fadel

Mohamad.

Pada Tanggal 26 januari 2004, KPK pantura beraudiensi dan mengajukan

permohonan rekomendasi dukuran DPRD Kabupaten Gorontalo untuk membentuk

Kabupaten Pantura. Pada tanggal 3 Februari 2004, KPK mempresentasikan proposal

Page 21: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

68

kelayakan pembentukan kabupaten pantura pada sidang paripurna khusus DPRD

Kabupaten Gorontalo, pada saat itu lahirlah keputusan DPRD Kabupaten Gorontalo

No. 4 tahun 2004 tentang rekomendasi pernyataan sikap mendukung pembentukan

Kabupaten Pantura.

Tindak lanjut dari deklarasi tersebut, Pada Tanggal 24 februari 2004, lahirlah

Rekomendasi Bupati Kabupaten Gorontalo tentang usulan pembentukan Kabupaten

Pantura yang ditujukan kepada Gubernur dan DPRD provinsi Gorontalo.

Selanjutnya, tanggal 25 februari 2004, dengan dukungan partai-partai politik

DPRD Provinsi meloloskan keputusan DPRD Provinsi Gorontalo No. 1 tahun 2004

tentang rekomendasi/persetujuan pembentukan Kabupaten Pantura. Hari itu Gubernur

Gorontalo menandatangani rekomendasi usulan tentang pembentukan kabupaten

pantura di Provinsi Gorontalo kepada menteri dalam negeri RI. Lengkap sudah

dukungan politik lembaga Legislatif dan Eksekutif terhadap aspirasi rakyat di pesisir

pantai Utara Gorontalo untuk memekarkan diri menjadi satu kabupaten. Hal ini akan

mempermudah usul dan aspirasi ke pusat. Oleh KPK pantura rekomendasi Legislatif

dan Eksekutif Kabupaten Dan Provinsi tesebut disatukan dengan Proposal kelayakan

pembentukan Kabupaten Pantura .

Tanggal 26 februari 2004, ketua komite, dewan koordinator kehormatan

komite Prof. Dr. Nani Tuloli membawa dan mengajukan proposal kelayakan

pembentukan kabupaten Gorontalo Utara yang dilampiri rekomendasi pemerintah dan

Page 22: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

69

DPR kabupaten Provinsi Gorontalo ke komisi 2 DPR RI. Saat itu diperoleh informasi

rencana kedatangan komisi 2 ke Gorontalo.

Sepekan proposal kelayakan pantura diajukan. Pada tanggal 2 Maret 2004,

komisi 2 DPR RI meninjau wilayah pemekaran. sebagai tindak lanjut dari proposal

tersebut kemudian Fraksi – fraksi dalam komisi 2 merespon dan dukungan positif,

serta memberikan jaminan bahwa pembentukan kabupaten pantura tidak lebih 3

bulan. Dalam kunjungan tersebut perwakilan di tiap 5 lima kecamatan di wilayah

pantura menyampaikan aspirasinya.

Kemudian DPRD Provinsi Gorontalo bersama pimpinan-pimpinan praksi NO

Provinsi dan Rektor UNG Nelson Pomalingo. kemudian KPK menghimpun

dukungan politik dari partai-partai di Provinsi Gorontalo untuk menyampaikan ke

praksi – praksi di DPR RI dan juga ke DPP masing – masing partai. kemudian

Tanggal 26 juni 2004, KPK Gorontalo Utara bersama-sama dengan pemerintah

Kabupaten Gorontalo menerima kujungan tim kerja dari komisi 2 DPR RI untuk

melihat langsung kesiapan calon pembentukan Kabupaten Gorontalo Utara. Setelah

itu berbagai upaya, dan pendekatan dilakukan KPK Gorontalo Utara, pemerintah

kabupaten dan pemerintah Provinsi Gorontalo kepada pemerintah pusat untuk

mempercepat pembentukan kabupaten Gorontalo Utara.

Akhirnya perjuangan pembentukan kabupaten gorontalo utara selama 40

tahun memberikan hasil kepada segenap masyarakat khsunya ketua komite

Page 23: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

70

pembentukn kabupaten (KPK Pantura), dengan disahkanya undang-undang tentang

pembentukan Kabupaten Gorontalo pada pukul 12:05 dalam sidang marathon pada

tanggal 8 desember 2006.

Tanggal 26 Desember 2006, KPK Gorontalo Utara mengadakan musyawarah

besar (MUBES II) yang menghimpun aspirasi gagasan dan kehendak rakyat

Gorontalo tentang arah pembangunan kabupaten Gorontalo Utara, musyawarah ini

merupakan kelanjutan dari pembangunan daerah kabupaten Gorontalo utara pada

tanggal 15-17 Desember 1966 yang merupakan MUBES pertama. Produk mubes

pertama yaitu resolusi tuntutan menjadi kabupaten Gorontalo Utara sedangkan mubes

ke 2 adalah resolusi amanah pernyataan tuntutan rakyat atau resolusi pantura serta

terbentuknya komite pembentukan kabupaten pantura atau yang dikenal KPK Gorut

sebagai upaya penguatan civil socaity.

Kemudian Pada tanggal 14 februari 2007, KPK Gorut melaksanakan dialog

interaktif yang mengusung tema “menegaskan kembali cita – cita pembentukan

Kabupaten Gorontalo Utara sekaligus penguatan komitmen untuk mewujudkan “dan

disiarkan oleh RRI Gorontalo berada di rumah salah satu tokoh pejuang pembentukan

Kabupaten Gorontalo Utara “Alm. Husain Urid” Ketua 1 komite pembentukan

kabupaten Gorontalo Utara dan dilanjutkan ke jiarah kuburan Almarhum.

(Wawancara: Ketua KPK Gorontalo Utara: Thoriq Modanggu, Juni 2013)

Page 24: BAB III - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/6396/7/2013-2-2-87201-231409053-bab3... · dari para pendahulu keturunan keluarga Blongkod-Pulumoduyo mengenai silsilah keluarga dari

71

Selanjutnya Pada tanggal 5 Februari-26 April 2007 KPK GORUT melakukan

3 agenda yakni memprsesentasikan dan menyerahkan resolusi pantura dari KPK

Gorut kepada Bupati Gorontalo, calon pejabat Bupati Gorontalo Utara DPRD

Provinsi Gorontalo dan kasupit 3 direktur pejabat Negara Departemen dalam Negri

RI. selain itu mengadakan dialog fokus bertema prospek dan strategi pengembangan

ekonomi bersama H. Soharso Monoarfa kemudian bersama-sama pemerintah

mempersiapkan peresmian dan pejabat Bupati Gorontalo Utara.

Akhirnya Pada tanggal 26 April 2007 Kabupaten Gorontalo mempersiapkan

peresmian sekaligus pelantikan pejabat Bupati Gorotalo Utara (Drs H. Hamdan

Datungsolang) oleh menteri Dalam Negeri At Interen. Widodo As meresmikan

pembentukan Kabupaten Gorontalo Utara di Provinsi Gorontalo dan pejabat Bupati

Gorontalo Utara Berdasarkan UU RI No. 11 tahun 2007 tanggal 2 Januari 2007 guna

meningkatkan penyelengaaran pemerintah dan pelaksanaan pembangunan untuk

kesejahteraan rakyat.