Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
22
BAB III
DESAIN DAN IMPLEMENTASI
3. 1. Pendahuluan
Pada tugas akhir ini dibahas mengenai pengendalian motor stepper yang
kemudian diaplikasikan pada model crane. Motor stepper dikendalikan dengan
menggunakan L298 driver motor yang merupakan rangkaian inverter dan dikontrol
dengan mikrokontroler dsPIC30F6014A. Dengan mengendalikan pulsa-pulsa
digital secara sekuensial, maka akan didapat putaran motor yang diinginkan.
Sehingga sistem yang akan dibuat seperti pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Diagram Blok Hardware
Pada Gambar 3.1 menjelaskan catu daya digunakan untuk mensuplai
tegangan ke mikrokontroler dan L298 driver motor. Konfigurasi pensaklaran yang
telah tersimpan pada mikrokontroler akan menyampaikan informasi pada L298
Driver Motor untuk mengatur saklar mana yang on atau off, sehingga motor stepper
dapat berputar sesuai dengan konfigurasi pensaklaran yang telah dibuat. Setelah
motor sudah beroperasi dengan baik, motor tersebut diimplementasikan pada
23
konstruksi model crane yang digunakan untuk mengangkat dan atau memindahkan
barang ke lokasi yang telah ditentukan secara otomatis.
3.2. Motor Stepper Hybrid Bipolar 2 Fasa
Stator dan rotor merupakan bagian utama yang terdapat pada konstruksi
motor stepper. Pada tugas akhir ini motor stepper yang digunakan adalah motor
stepper jenis hybrid bipolar 2 fasa. Berikut merupakan konstruksi motor yang
ditunjukkan pada Gambar 3.2 dan spesifikasi motor yang ditunjukkan pada Tabel
3.1.
Gambar 3.2. Konstruksi Motor Stepper Hybrid
Tabel 3.1. Spesifikasi Motor Stepper Parameter Keterangan
Jumlah Lilitan Stator 8 Jumlah Gigi Stator 48
Jumlah Gigi Rotor 50 gigi kutub utara 50 gigi kutub selatan
Sudut Per Step 1.8 Sudut Poros 1.35 Jumlah Fasa 2 fasa Rating Tegangan 12 V Rating Arus 2 A
24
3.2.1. Stator Motor Stepper
Stator merupakan bagian pada motor berupa lilitan yang tidak bergerak.
Terdapat delapan buah lilitan stator di mana masing-masing lilitan melingkar pada
inti besi. Empat buah lilitan stator dihubung seri, demikian juga dengan empat
lilitan stator lainnya juga dihubung seri, sehingga ada empat kabel keluaran.
Dengan demikian motor tersebut memiliki jumlah fasa sebanyak dua fasa. Pada
setiap lilitan stator terdapat enam buah gigi stator, sehingga jumlah gigi pada stator
terdapat 48 buah. Gambar 3.3 menunjukkan konstruksi stator pada motor.
Gambar 3.3. Stator Motor Stepper Hybrid
3.2.2. Rotor Motor Stepper
Rotor merupakan bagian pada motor yang berputar. Karena jenis motor
yang digunakan adalah motor stepper hybrid, maka rotornya terbuat dari bahan
magnet permanen. Pada rotor terdapat dua kutub yang berlawanan yaitu utara dan
selatan. Dengan menggunakan rotor yang terbuat dari magnet permanen, maka
torka yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan rotor terbuat dari besi lunak.
25
Gambar 3.4 merupakan bentuk rotor yang terdapat pada motor stepper hybrid 2
fasa.
Gambar 3.4. Rotor Motor Stepper Hybrid (a) Sisi Samping (b) Sisi Atas
3.3. Rangkaian Driver Motor
Rangkaian driver motor merupakan rangkaian penghubung antara kontroler
dengan sistem penggerak yaitu motor stepper hybrid. Driver ini prinsip kerjanya
untuk mengendalikan TTL sesuai dengan perintah dari kontroler apakah TTL harus
on atau off.
Gambar 3.5. Rangkaian L298 Driver Motor
26
Pada Gambar 3.5 dapat dilihat bahwa rangkaian tersebut merupakan
rangkaian inverter 1 fasa. IC L298 sendiri terdapat dua rangkaian iverter 1 fasa,
sehingga pada L298 driver motor terdapat empat pin output untuk motor. Output
dari mikrokontroler dsPIC30F6014A dihubungkan ke bagian input IC L298. Ketika
logika pemrograman dijalankan, maka akan mengatur pensaklaran pada driver
tersebut sehingga motor stepper dapat beroperasi. Logika “1” untuk mengaktifkan
saklar, sedangkan logika “0’ maka saklar non aktif. Gambar 3.6 merupakan dua
rangkaian inverter 1 fasa yang digunakan untuk mengendalikan motor stepper.
Gambar 3.6. Dua Rangkaian Inverter 1 Fasa
3.4. Rangkaian Kontrol
Kontrol yang digunakan merupakan kontrol digital dengan menggunakan
mikrokontroler dsPIC30F6014A. Dalam sistem minimum, IC dsPIC30F6014A
27
dihubungkan dengan kristal 10 MHz yang berfungsi sebagai oscillator. Program
dibuat dengan menggunakan software mikroC PRO for dsPIC dimana bahasa
pemrogramannya menggunakan bahasa C.
Gambar 3.7. Skema Sistem Minimum dsPIC30F6014A
Gambar 3.7 merupakan rangkaian yang dibuat untuk mengendalikan satu
motor stepper dengan beberapa metode. Metode yang digunakan yaitu metode full
step, half step, micro step ¼, micro step 1/8, dan micro step 1/16. Pengendalian ini
dilakukan untuk menentukan posisi rotor pada sudut terterntu. Teknik ini juga
menentukan berapa jumlah step yang dilakukan untuk menempuh satu putaran
penuh.
3.4.1. Full Step
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana. Namun dikarenakan
besar sudut per stepnya besar, maka torka yang dihasilkan rendah, dan dikarenakan
28
kecepatannya yang tinggi, memungkinkan terjadinya pergeseran pada saat
pergantian step, sehingga dapat dikatakan pengaturan posisi kurang presisi. Pada
metode full step, untuk mendapatkan satu putaran penuh maka diperlukan empat
step. Sehingga satu stepnya akan berputar 90. Maka program akan dibuat
berdasarkan dari konfigurasi pensaklaran yang telah dirancang.
Tabel 3.2. Pensaklaran Full Step Step Input 1 Input 2 Input 3 Input 4
1 0 0 0 1 2 0 1 0 0 3 0 0 1 0 4 1 0 0 0
3.4.2. Half Step
Pengendalian motor stepper dengan metode half step dibutuhkan delapan
step untuk mendapatkan satu putaran penuh. Besar sudut yang dibutuhkan untuk
setiap stepnya adalah setengah kali dari besar sudut pada metode full step, sehingga
besar sudutnya yaitu 45 untuk setiap step. Metode ini menghasilkan torka yang
lebih tinggi dibanding metode full step. Konfigurasi pensaklaran untuk
mendapatkan putaran half step ditunjukkan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Pensaklaran Half Step Step Input 1 Input 2 Input 3 Input 4
1 0 0 0 1 2 0 1 0 1 3 0 1 0 0 4 0 1 1 0 5 0 0 1 0 6 1 0 1 0 7 1 0 0 0 8 1 0 0 1
29
3.4.3. Micro Step ¼
Metode ini memiliki besar sudut yang lebih kecil dibanding metode
sebelum-sebelumnya. Metode ini memiliki besar sudut 22.5 per step, sehingga
membutuhkan 16 step untuk satu putaran penuh. Torka yang dihasilkan pun lebih
tinggi dibanding metode full step dan half step. Selain itu sinyal pensaklarannya
membentuk Pulse Width Modulation (PWM).
Tabel 3.4. Pensaklaran Micro Step 1/4 Step Sudut Sumbu X Sumbu Y
1 0 1 0 2 22.5 0.92 0.38 3 45 0.71 0.71 4 67.5 0.38 0.92 5 90 1 0 6 112.5 -0.38 0.92 7 135 -0.71 0.71 8 157.5 -0.92 0.38 9 180 -1 0
10 202.5 -0.92 -0.38 11 225 -0.71 -0.71 12 247.5 -0.38 -0.92 13 270 0 -1 14 292.5 0.38 -0.92 15 315 0.71 -0.71 16 337.5 0.92 -0.38
3.4.4. Micro Step 1/8
Metode ini membutuhkan 32 step untuk menempuh satu putaran penuh
dengan besar sudut 11.25 setiap stepnya. PWM yang dihasilkan dari
pensaklarannya terlihat lebih rapat. Pada umumnya, kecepatan motor untuk metode
ini menurun. Semakin kecil besar sudut setiap stepnya, semakin menurun pula
kecepatan motor tersebut. Namun tingkat kepresisiannya untuk mencapai sudut
30
tertentu lebih maksimal. Sehingga tidak terjadi pergeseran pada saat pergantian step
ketika motor dibebani.
Tabel 3.5. Pensaklaran Micro Step 1/8 Step Sudut Sumbu X Sumbu Y
1 0 1 0 2 11.25 0.98 0.19 3 22.5 0.92 0.38 4 33.75 0.83 0.55 5 45 0.71 0.71 6 56.25 0.55 0.83 7 67.5 0.38 0.92 8 78.75 0.19 0.98 9 90 1 0
10 101.25 -0.19 0.98 11 112.5 -0.38 0.92 12 123.75 -0.55 0.83 13 135 -0.71 0.71 14 146.25 -0.83 0.55 15 157.5 -0.92 0.38 16 157.5 -0.92 0.19 17 180 -1 0 18 191.25 -0.98 -0.19 19 202.5 -0.92 -0.38 20 213.75 -0.83 -0.55 21 225 -0.71 -0.71 22 236.25 -0.55 -0.83 23 247.5 -0.38 -0.92 24 258.75 -0.19 -0.98 25 270 0 -1 26 281.25 0.19 -0.98 27 292.5 0.38 -0.92 28 303.75 0.55 -0.83 29 315 0.71 -0.71 30 326.25 0.83 -0.55 31 337.5 0.92 -0.38 32 348.75 0.98 -0.19
31
3.4.5. Micro Step 1/16
Konfigurasi pensaklaran metode micro step ini dianggap rumit, karena
diperlukan pengaturan posisi untuk besar sudut yang lebih kecil, sehingga
memerlukan jumlah step yang banyak untuk menempuh satu putaran penuh. Jumlah
step yang dibutuhkan sebanyak 64 step dan besar sudut setiap stepnya sebesar
5.625.
Tabel 3.6. Pensaklaran Micro Step 1/16 Step Sudut Sumbu X Sumbu Y
1 0 1 0 2 5.625 0.99 0.10 3 11.25 0.98 0.19 4 16.875 0.94 0.29 5 22.5 0.92 0.38 6 28.125 0.88 0.47 7 33.75 0.83 0.55 8 39.375 0.77 0.63 9 45 0.71 0.71
10 50.625 0.63 0.77 11 56.25 0.55 0.83 12 61.875 0.47 0.88 13 67.5 0.38 0.92 14 73.125 0.29 0.94 15 78.75 0.19 0.98 16 84.375 0.10 0.99 17 90 1 0 18 95.625 -0.10 0.99 19 101.25 -0.19 0.98 20 106.875 -0.29 0.94 21 112.5 -0.38 0.92 22 118.125 -0.47 0.88 23 123.75 -0.55 0.83 24 129.375 -0.63 0.77 25 135 -0.71 0.71 26 140.625 -0.77 0.63 27 146.25 -0.83 0.55 28 151.875 -0.88 0.47 29 157.5 -0.92 0.38 30 163.125 -0.94 0.29 31 157.5 -0.98 0.19
32
32 174.375 -0.99 0.10 33 180 -1 0 34 185.625 -0.99 -0.10 35 191.25 -0.98 -0.19 36 196.875 -0.94 -0.29 37 202.5 -0.92 -0.38 38 208.125 -0.88 -0.47 39 213.75 -0.83 -0.55 40 219.375 -0.77 -0.63 41 225 -0.71 -0.71 42 230.625 -0.63 -0.77 43 236.25 -0.55 -0.83 44 241.875 -0.47 -0.88 45 247.5 -0.38 -0.92 46 253.125 -0.29 -0.94 47 258.75 -0.19 -0.98 48 264.375 -0.10 -0.99 49 270 0 -1 50 275.625 0.10 -0.99 51 281.25 0.19 -0.98 52 286.875 0.29 -0.94 53 292.5 0.38 -0.92 54 298.125 0.47 -0.88 55 303.75 0.55 -0.83 56 309.375 0.63 -0.77 57 315 0.71 -0.71 58 320.625 0.77 -0.63 59 326.25 0.83 -0.55 60 331.875 0.88 -0.47 61 337.5 0.92 -0.38 62 343.125 0.94 -0.29 63 348.75 0.98 -0.19 64 354.375 0.99 -0.10
Jika melihat Tabel 3.2 hingga Tabel 3.6, maka akan terlihat perbedaan pada
konfigurasi pensaklarannya. Pada metode micro step mulai terdapat perbedaan pada
konfigurasi pensaklarannya. Di mana untuk metode full step dan half step langsung
mengaktifkan fasanya, namun untuk metode micro step diperlukan perbedaan kuat
medan antar fasanya. Dapat dilihat pada Tabel 3.4, Tabel 3.5, dan Tabel 3.6 terdapat
33
nilai X dan Y. Nilai X dan Y digunakan untuk mengatur kuat medan antar fasa
untuk memperoleh posisi sudut yang diinginkan. Perhitungan fungsi sinusoidal dan
cosinusoidal diperlukan untuk mendapatkan nilai X dan Y, dengan begitu
didapatkan putaran motor sesuai dengan metode yang telah dirancang.
3.4.6. Algoritma Pemrograman dsPIC30F6014A
Mikrokontroler dsPIC30F6014A memiliki lebar data 16 bit yang berfungsi
sebagai kontroler. Perangkat tersebut digunakan untuk mengolah sinyal digital
maupun analog. Program yang telah dibuat dan disimpan pada IC dsPIC30F6014A
akan memberikan data berupa pulsa untuk mengendalikan sistem penggerak.
Gambar 3.8 merupakan alur pemrograman yang dibuat untuk mengendalikan motor
stepper.
Gambar 3.8. Flowchart Pemrograman
34
3.5. Rangkaian Relay
Relay yang digunakan membutuhkan suplai tegangan 12 Volt. Relay ini
digunakan untuk mengaktifkan lilitan yang memanfaatkan medan magnetnya untuk
menarik atau melepas suatu benda. Terdapat komponen tambahan yaitu
optocoupler yang digunakan sebagai sensor untuk mengaktifkan dan
menonaktifkan relay.
Gambar 3.9. Rangkaian Relay
Pada Gambar 3.9 merupakan rangkaian relay yang dihubungkan dengan IC
optocoupler. Cara kerja dari rangkaian tersebut yaitu memberikan logika “1” atau
“0”, jika diberi logika “1” maka LED akan memancarkan cahaya yang kemudian
diserap oleh phototransistor. Dengan begitu transistor akan aktif untuk
mengendalikan pensaklaran pada relay.
3.6. Konstruksi Model Crane
Konstruksi model crane dibuat untuk pengaplikasian motor stepper. Model
crane dibuat menjadi tiga sumbu yaitu sumbu X, Y, dan Z. Dalam perancangan ini,
35
sumbu X dapat bergerak dari kanan ke kiri atau sebaliknya, sumbu Y dapat bergerak
dari atas ke bawah atau sebaliknya, sedangkan sumbu Z dapat bergerak maju
kemudian mundur atau sebaliknya. Pada sumbu Y dan Z dibutuhkan dua buah
motor stepper yang digunakan sebagai penggeraknya, sedangkan pada sumbu X
hanya digunakan satu buah motor stepper. Konstruksi ini juga dilengkapi dengan
elektromagnetik yang terletak di bagian tengah sumbu X.
Gambar 3.10. Desain Konstruksi Model Crane