Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
43
BAB III
DESKRIPSI UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1 Deskripsi Wilayah Penelitian
1. Sejarah Desa Pulukan
Pulukan adalah desa yang penduduknya mayoritas beragama Muslim
dan Hindu, yang terkenal dengan kerukunan dan keharmonisan antar umat
beragamanya. Desa pulukan merupakan satu bagian dari kecamatan
Pekutatan dan berbatasan langsung dengan dua desa yaitu Desa Medewi di
sebelah Barat dan Desa Pekutatan di sebelah timur, sedangkan batas Utara
dan Selatan terdapat Hutan Pulukan yang merupakan hutan negara dan
Samudra Indonesia. Ada 3 banjar yang tedapat di Desa Pulukan yakni Banjar
Pulukan, Banjar Arca dan Banjar Pangkung Medahan.
Menurut sebagian versi catatan sejarah, Pada tahun 1874 Desa
Pulukan masih merupakan kawasan hutan belantara sama dengan desa
lainnya. Kemudian atas usaha dan penelitian oleh Pak Daris dan Pak Rais
dari Desa Air Kuning, Kecamatan Negara dapat menarik kesimpulan bahwa
tanah yang dimiliki cocok untuk dijadikan lahan pertanian. Oleh karena
ketertarikannya akan tanah tersebut maka dimohonlah lokasi tersebut kepada
pemerintah Belanda (Kontrolir) yang dibantu oleh Tuanku Raja dan atas ijin
Kontrolir dan Tuanku Raja, maka Pak Daris dengan rombongan 100 orang
berangkat ke daerah tujuan dengan menggunakan jukung dan sebagian lagi
menyusuri bibir pantai dengan berjalan kaki. Dengan segala ketabahan hati
44
mereka optimis wilayah yang mereka garap akan mampu merubah nasib diri
serta anak cucunya kelak. Dijadikan lahan pertanian, maka datanglah
kontrolir melihat keadaan tanah dan rombongan pada saat itu kontrolir
berpesan agar rombongan segera membuat pos penjagaan untuk mencegah
keluar masuknya orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Agar di “vool”
kan saja disatu tempat sehingga mudah untuk mengawasi. Atas saran dan
kebulatan tekad untuk bersatu dikalangan rombongan itu, maka dari kata
“Vool” dengan akhiran kan, akhirnya populer dan membudaya dengan
ucapan “Voolkan” dan masyarakat lebih sering mengucapkan kata Voolkan
tersebut dengan kata Pulukan, sehingga sebutan itu menjadi abadi sampai
sekarang. (Modul profil Desa Pulukan, 2009).
Kemudian tahun 1899 datanglah rombongan kedua sebanyak ± 75
orang yang berasal dari Jawa Timur yang dipimpin oleh Pak Suro dan Pak
Sopowiro, setelah mendapat ijin dari pemerintahan Belanda dan Tuanku Raja
mereka membuka hutan disebelah utara. Kemudian sekitar tahun 1910
dengan semakin berkembangnya kebutuhan, baik orang-orang yang dari Air
Kuning maupun Jawa Timur sepakat untuk membentuk sebuah desa demi
terjalinnya kerukunan, keutuhan rasa senasib sepenangguhan, maka secara
bulat mereka menamakan desanya Desa Pulukan.
Desa Pulukan di era kemerdekaan dipimpin oleh Pak Daris sebagai
Kepala Desa Periode pertama mulai tahun 1910-1916, sudah mengalami
pergantian Kepala Perbekel/Kepala Desa sebanyak 17 kali. (Modul profil
45
Desa Pulukan, 2009). Berturut Jabatan Kepala Desa Di Desa Pulukan adalah
tercantum dalam table sebagai berikut :
Tabel 1
Urutan Jabatan Kepala Desa Pulukan
No Kepala Desa/Perbekel Periode
1 Pak Daris 1910-1916
2 Pak Alil 1916-1920
3 Pak Alpiyah 1920-1935
4 Pak Wiryo Utomo 1935-1938
5 Pak Sarilah 1938-1956
6 I Gusti Made Suditha 1956-1960
7 Pan Kasih 1960-1967
8 I Ketut Wendra, B.Sc. 1985-1993
9 I Nyoman Landrat 1977-1985
10 I Ketut Purwa S. Pd. 1985-1993
11 I Wayan Suada 1993-1993
12 Drs. I Ketut Yatna 1993-1998
13 Drs. I Ketut Kariadi Erawan 1998-1998
14 Drs. Toto Sugiantoro 1998-1999
15 M. Masani 1999-2007
16 I Ketut Sarya 2007-2007
17 I Wayan Armawa 2007-sekarang
3.2 Keadaan Geografis
a. Lokasi dan Keadaan Alam
Kabupaten Jembrana adalah satu dari sembilan Kabupaten dan Kota
yang ada di Propinsi Bali, terletak di belahan barat pulau Bali, membentang
dari arah barat ke timur pada 8°09'30" - 8°28'02" LS dan 114°25'53" -
114°56'38" BT. Luas wilayah Jembrana 841.800 Km² atau 14,96% dari luas
wilayah pulau Bali. Letaknya di ujung barat pulau Bali dengan batas – batas
wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara Pegunungan yang berbatasan dengan Kabupaten Buleleng
2. Sebelah Selatan Samudra Indonesia
46
3. Sebelah Barat Selat Bali
4. Sebelah Timur Kabupaten Tabanan
Gambar 4
Peta Pulau Bali
(Sumber dokumntasi: kumpulanilmu.com Diunduh Pada Tanggal 04 Desember 2016)
Kabupaten Jembrana Secara administratif terbagi menjadi lima
kecamatan, lima puluh satu desa atau kelurahan dengan luas wilayah 841,800
km² atau 14,96% dari luas wilayah pulau Bali. (Badan Pusat Statistik
Kabupaten Jembrana, 2015). Lima kecamatan itu antara lain Kecamatan
Jembrana, Melaya, Mendoyo, Negara dan Kecamatan Pekutatan. Desa
pulukan yang menjadi lokasi penelitian ini termasuk salah satu dari delapan
desa di Kecamatan Pekutatan. Kabupaten Jembrana, tepatnya sebagai pusat
pemerintah atau ibukota Kabupaten Jembrana terletak di Negara.
47
Topografi wilayah perencanaan meliputi daerah pegunungan di bagian utara
dan pendataran (pantai) di bagian selatan yang berbatasan dengan Samudera
Indonesia.
Bagian tengah merupakan daerah perkotaan. Berdasarkan ketinggian
tanah di bagian utara wilayah Kabupaten Jembrana mempunyai morfologi dan
fisiografi pegunungan yang dibentuk oleh deretan pegunungan Penginuman,
Gunung Klatakan, Gunung Bakungan, Gunung Nyangkrut, Gunung Sanggang
dan Gunung Batas. Ketinggian tempat bervariasi antara 250 – 700 m dpl.
Sedangkan di bagian selatan wilayah Kabupaten Jembrana topografinya relatif
datar hingga bergelombang, ketinggian tempat ini berkisar antara 1 – 250 m
dpl. Jarak Ibu Kota Kabupaten Jembrana/Kota Negara dengan Kota Denpasar
95,16 Km. Jarak Desa Pulukan dengan Kecamatan Pekutatan 3 km dengan
waktu tempuh tujuh menit, sedangkan dengan ibu Kota Kabupaten 26 km
dengan waktu tempuh tiga puluh menit, jarak dengan ibu Kota Provinsi/Kota
Denpasar 74 km dengan waktu tempuh 3 jam. Desa ini berada pada
ketinggian kurang lebih seratus dua puluh meter di atas permukaan laut.
Lokasi Desa Pulukan terletak diantara Desa Medewi di sebelah barat
dan Desa Pekutatan di sebelah timur, sedangkan batas Utara dan Selatan
terdapat Hutan Pulukan yang merupakan Hutan negara dan Samudra
Indonesia. Desa Pulukan Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana secara
geografis terletak di 110º 48΄ 55,12″ BT dan terletak di 7º 02΄ 27,52″ LS.
48
Adapun batas-batas wilayah Desa Pulukan Kecamatan Pekutatan Kabupaten
Jembrana, yaitu:
Sebelah Utara : Hutan Negara.
Sebelah Timur : Sungai Pulukan, Desa Pekutatan.
Sebelah Selatan : Samudra Indonesia.
Sebelah Barat : Sungai Medewi, Desa Medewi
Gambar 5
Peta Desa Pulukan
(Sumber Dokumentasi: Modul profil Desa Pulukan)
B S
S B A N J A R A u
u N n
D
n P A N G K U N G n J g
E
g a a
S h
a M E D A H A N a R i
A d
i e
M
S u n g a i P a n g k u n g
M P
M A
E u
e
D C l
d A
E u
e
W k
w B A
I A a
i N T
J n
A A
R P
U N
L
U
K
A
N
S a m u d e r a I n d o n e s i a Hind '09
KETERANGAN.
KANTOR PERBEKEL JALAN KAB/DESA
KANTOR / BALAI BANJAR DINAS HOTEL/PENGINAPAN/VILLA
MASJID KANTOR POS
PURA RUMAH MAKAN/RESTAURAN
PUSKESMAS SEKOLAH DASAR
BATAS DESA JEMBATAN
BATAS BANJAR/DUSUN MUSHOLLA
JALAN RAYA GILIMANUK-DENPASAR POS KAMLING.
SAMUDRA INDONESIA
SUNGAI
PETA desa pulukan
A
U
E
K
U
D
E
R
A
P
S
T
49
Desa Pulukan ditinjau dari letak geografis serta sosial budaya
masyarakatnya sangat strategis sekali dalam upaya meningkatkan serta
memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan desa secara
berkesinambungan. Secara administratif, Desa Pulukan terbagi ke dalam 3
(Tiga) wilayah Banjar. Adapun jumlah Banjar, sebagaimana tercantum dalam
pembagian wilayah administrasi Desa Pulukan:
Tabel 2
Jumlah Banjar Desa Pulukan
NO DUSUN / BANJAR JUMLAH
KELIAN
JUMLAH JURU
1 Banjar Pulukan 1 12
2 Banjar Arca 1 9
3 Banjar Pk. Medahan 1 7
Jumlah 3 28
(Sumber: Monografi Desa Pulukan Tahun 2016)
Topografi Desa Pulukan termasuk dalam kategori Daerah dataran
rendah dengan ketinggian ±50 meter dari permukaan laut. Desa Pulukan
beriklim muson dari dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau
dengan curah hujan rata-rata 1.748 mm per tahun serta tempratur antara 25ºC
- 29ºC. Jika dilihat dari struktur geografis, wilayah desa ini dapat digolongkan
menjadi beberapa bagian yaitu: Komplek pola menetap, Komplek
perkebunan, Komplek persawahan, daerah aliran sungai dan hamparan laut
lepas. Pola permukiman penduduk Desa Pulukan yakni memanjang,
permukiman berupa deretan memanjang karena mengikuti jalan dan sungai.
Tanah persawahan dan perkebunan atau tegal, baik milik program maupun
50
milik kolektif terletak di kawasan tertentu yakni berdekatan dengan area
pengairan seperti sungai yang mengalir sepanjang desa tersebut.
Sektor pembangunan desa pulukan yang sudah tercapai meliputi
bidang-bidang sebagai berikut: dalam bidang pertanian yakni sebagai sumber
mata pencarian utama masyarakat desa, pemerintahan desa beserta
masyarakat berusaha semaksimal mungkin mengembangkan berbagai cara
untuk memaksimalkan hasil produksi pertanian. Dengan salah satunya
membangun saluran irigasi, memberikan penyuluhan-penyuluhan pertanian
dsb. Dalam bidang keagamaan yakni, Dengan meningkatkan sarana
keagamaan yaitu membangun ataupun merenovasi sarana keagamaan
peribatan seperti Pura, Masjid / Musholla dan Rumah Mengaji.
Bidang keagamaan Desa Pulukan yakni Dengan meningkatkan sarana
keagamaan yaitu membangun ataupun merenovasi sarana keagamaan
peribatan seperti Pura, Masjid / Musholla dan Rumah Mengaji. Dalam bidang
keamanan yakni dengan terbentuknya wadah Pertahanan Sipil (Hansip) dan
mendirikan pos-pos keamanan setiap dusun terdapat tiga pos dan peningkatan
peran Pecalang beserta BANSER di setiap kegitan upaca Ke Agamaan. Dalam
bidang pendidikan yakni dengan memperbanyak dan memperluas sarana
pendidikan baik sarana formal maupun informal baik keagamaan dan umum,
serta meringankan kebutuhan pendidikan untuk masyarakat kurang mampu.
51
Tabel 3
Luas Wilayah Desa Pulukan Menurut Penggunaan
No Jenis Penggunaan Tanah Luas (Hektar)
1 Luas pemukiman 9,000
2 Luas persawahan 84,000
3 Luas perkebunan 522,075
4 Luas kuburan 4,000
5 Luas pekarangan 24,105
6 Luas taman -
7 Perkantoran -
8 Luas prasarana umum lainnya 1,000
Total luas 635,180
Sumber: Monografi Desa Pulukan Tahun 2016
Desa Pulukan memiliki luas wilayah 635,180 hektar menghampar dari
Selatan ke Utara dengan ketinggian diwilayah utara rata-rata seratus sampai
seratus dua puluh meter di atas permukaan laut dengan kemiringan tanah rata-
rata nol sampai empat puluh lima derajat serta kondisi dua puluh persen datar
dan delapan puluh persen landai atau bergelombang, jenis tanah latosol
alluvia dengan warna merah kehitaman dan atau kelabu, struktur remah dan
berbatu, struktur remah dan berbatu, memiliki tekstur lempung berpasir dan
lempung liat dengan pH 5,8-6,5.
52
Tabel 4
Jumlah Penduduk Menurut Agama
AGAMA LAKI-LAKI PEREMPUAN
Islam 1.006 orang 1.020 orang
Kristen 7 orang 10 orang
Katholik 0 orang 0 orang
Hindu 1.165 orang 1.189 orang
Budha - -
Khonghucu - -
Jumlah 2178 orang 2219 orang
Sumber: Monografi Desa Pulukan Tahun 2016
Desa Pulukan menganut agama Islam, Hindu dan Kristen, namun dari
ketiga agama yang ada, agama Hindu yang paling dominan diteruskan agama
Islam. Komposisi pemeluk agama di desa Pulukan adalah Hindu 2354 pemeluk
(53.53%) Islam 2026 pemeluk (46.07%) dan Kristen 17 pemeluk (0,3%). (data
survey 2016). Jumlah penduduk desa Pulukan yakni berjumlah 4397 jiwa. (data
survey 2016). Berikut gambar tabel dari banyaknya penduduk menurut agama
berdasarkan sensus penduduk 2016:
b. Mata Pencaharian
Tjondronegoro (2008) membuat tipologi masyarakat perdeesaan atas
dua basis, yaitu topografi dan pola pertanian (usaha). Berdasarkan basis
tofografis, masyarakat perdesaan dibagi atas desa pegunungan, desa dataran
rendah, desa dataran tinggi, dan desa pantai. Adapun berdasarkan atas pola
pertanian masyarakat pedesaan dibagi atas: desa petani sawah menetap
(pengairan atau tadah hujan), kampung peladang berpindah-pindah, desa
perkebunan rakyat, dan desa nelayan. (Damsar dan Indrayani, 2016: 86).
53
Mata pencarian penduduk Desa Pulukan jika dilihat secara mayoritas adalah
bertani dan berkebun, namun ada pula berwiraswata, nelayan, berternak,
pegawai negeri sipil, pegawai swata, sopir, TNI dan POLRI. Sebagian besar
adalah bertani dan berkebun, karena hal ini di lihat dari tata guna tanahnya
untuk lahan tegalan dan tanan sawah serta perkebunan. Tanah tegal dan
perkebunan berlokasi dikawasan dataran rendah yang terletak sebelah barat,
timur, utara desa. Sedangkan tanah sawah berlokasi disebelah selatan dan
utara dikawasan dataran rendah. Jenis tanah yang sebagian besar bertekstur
lampungan atau pasiran dikawasan persawahan dan hutan desa dengan
keadaannya yang cukup potensial, selain menghasilkan tanaman pangan
seperti padi sawah dan buah – buah juga menghasilkan tanaman apotik
seperti jahe kunyit dan lengkuas. Lingkungan alam yang masih terjaga
keasriannya nilai ekonomi, nilai sosial, dan nilai alamiah sehingga sangat
dijaga kelestarianya. Disamping pertanian dan perkebunan, mata pencarian
lain adalah perternakan serta jasa/ perdagangan.
Melihat keberadaan pembangunan di Desa Pulukan yang semakin
meningkat, maka sudah barang tentu juga harus di dukung oleh potensi
sumber daya manusia yang mempunyai kapasitas (kemampuan) dan
kompetensi yang tinggi didalam mengelolah potensi sumber daya alam
secara optimal untuk mendukung pembangunan disegala bidang.
Demikian dapat dikatakan masyarakat Desa Pulukan sudah dapat
juga mengelolah sumber daya alam dengan memperhatikan keseimbangan
dan keserasian lingkungan yang telah ada hal itu dapat dilaksanakan berkat
54
adanya bimbingan teknis dari instansi yang berwenang. Dengan menimbang
kenyataan itu maka Penduduk Desa Pulukan merupakan penduduk yang
sangat potensial dalam menunjang pembangunan.
c. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Pulukan
Desa Pulukan merupakan kesatuan wilayah administratif yang berada
dibawah pemerintahan kecamatan, kabupaten, dan provinsi. Setiap desa dinas
diperintah oleh pemerintah desa yang dipimpin oleh seorang perbekel.
Dalam melaksanakan tugasnya perbekel diawasi oleh BPD yang merupakan
55
perwakilan dari masyarakat desa yang bertugas mengontol kinerja perbekel
dalam melaksanakan tugas pemerintahan desa. Perbekel dalam melaksanakan
tugasnya dibantu oleh secretariat desa yang terdiri dari sekertaris dan kaur-
kaur. Selain itu yang masuk dalam secretariat desa adalah Kelian Banjar
Dinas yang bertugas membantu pemerintah desa dalam hal mengkoordinir
masyarakat dimasing- masing Banjar Dinas yang dipimpinnya dan
bertanggungjawab kepada perbekel.
Aparat desa memiliki tugas dan tanggung jawab yang luas, antara lain
menyelengarakan administrasi desa dengan memberikan pelayanan kepada
masyarakat dan menciptakan suasana yang aman dan kondusif. Pemerintahan
desa juga diharapkan mampu menggalang partisifasi masayakat dalam
menigkatkan kesejahteraan hidup warganya. Pemerintah Desa Pulukan sudah
memiliki kantor perbekel yang sangat strategis yang terletak dipinggiran jalan
raya dekat dengan permukiman warga sehingga mempermudah memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
Masing-masing desa memiliki struktur atau susunan organisasi yang
berbeda-beda. Hal ini tergantung pada kebutuhan serta keadaan dari masing-
masing desa. Sistem pemerintahan Desa Pulukan juga didasarkan atas
seseorang yang telah berkeluarga dan bertempat tinggal di wilayah desa
tersebut. Desa Pulukan yang dipimpin oleh Perbekel/kepala desa, sekertaris
desa, Kelian Banjar/Kepala Dusun tugasnya adalah mengatur jalannya
pemerintahan yakni mengurus hal-hal yang bersifat administratif, seperti
pembuatan KTP, Kipem, juga mengatur pelaksanaan program-program
56
pemerintah Republik Indonesia bagi masyarakat sekitar, misalnya kegiatan
Posyandu, PKK, sampai dengan kegiatan pemungutan suara ketika jadwal
pelaksanaan Pilkada s.d Pilpres tiba, Kelian Adat bertugas mengurus hal-hal
seputar kegiatan adat, misalnya penjadwalan aneka upacara adat seperti
upacara perkawinan, upacara kematian, juga mengatur pengadaan aneka
pertunjukan kesenian tradisional yang bersifat ritual. .Dalam hal ini
kedudukan yang mereka peroleh adalah berdasarkan ascribed status, yaitu
status yang diperoleh seseorang berdasarkan wewenang atau kekuasaan yang
diakui secara resmi atau yang dinyatakan.
Kemampuan seseorang untuk terjun sebagai anggota Desa Pulukan
sangat tergantung dari ketaatan dalam tingkat penyesuaian diri terhadap
norma-norma dan aturan-aturan dalam suatu lingkungan sosial tempat
berdomisili. Anggota Desa Pulukan sebelumnya menempati posisi yang
paling tinggi. Eksistensi ini disebabkan adanya pergeseran-pergeseran dalam
struktur anggota desa yang diakui dan dinyatakan secara resmi menurut aturan
adat dan dibarengi dengan pelaksanaan upacara adat di tingkat desa.
d. Sosial Budaya Masyarakat Desa Pulukan
Rahman dan Yuswadi (2005: 15) memberi batasan sistem sosial
budaya sebagai suatu bentuk kompleksitas perilaku masyarakat yang relatif
konstan dan dapat diterima oleh sebagian besar masyarakat karena bersumber
dari nilai-nilai budaya yang telah menjadi bagian pola hidup kehidupan
berbangsa dan bernegara. (Damsar dan Indrayani, 2016: 96).
57
Masyarakat Desa Pulukan yang pada umumnya ramah tamah, dengan
pola kehidupan yang bhineka atau plurarisme dan tidak terlalu banyak aturan
ataupun fanatik terhadap suatu paham, memiliki adat istiadat yang selalu
mereka pegang teguh dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka bisa
hidup dengan kedamaian. Keseharian kehidupan di desa ini masih diatur oleh
hukum adat yang disebut awig-awig (peraturan desa), yang sejak dulu
dipatuhi oleh masyarakat setempat sehingga jarang munculnya konflik di desa
tersebut. Desa ini terdapat tiga banjar dinas/dusun yakni Banjar Pulukan,
Banjar Arca dan Banjar Pangkung Medahan yang masing-masing banjar
memiliki juru adat dan juru dinas. Dilihat dari sistem pemerintahan desa ini
termasuk seperti desa adat yang masih kental di bali, namun dilihat dari
gambaran tempat tinggal desa ini sudah mengalami pergeseran karena sudah
tidak seperti desa adat yang kental di beberapa daerah di Bali, tempat tinggal
penduduk desa ini sama seperti tempat tinggal pada umumnya.
Bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat Desa Pulukan adalah
Bahasa Bali Kepara (modern, baru) merupaka bahasa Bali yang masih hidup
dan terpakai dalam konteks komunikasi lisan dan tulis bagi masyarakat Bali
sampai sekarang. Istilah bahasa Bali Kepara dalam bahasa Bali berarti ketah,
lumbrah dan dalam bahasa Indonesia berarti umum. Kepara mengenal adanya
tingkatan-tingkatan berbahasa yang disebut dengan “anggah-ungguhin basa”
atau “sor-singgih basa”. Dalam anggah-ungguhing basa tersebut dibagi
kembali menjadi beberapa kelas yang sering disebut basa kasar, basa alus
madia dan basa alus mider. Sedangkan untuk kata-kata yang digunakan di
58
dalamnya dinamakan kruna mider (kata netral), kruna kasar, kruna alus
madia, kruna alus sor, kruna alus mider dan kruna alus singgih. Pada
umumnya masyarakat desa pulukan mengunakan bahasa alus untuk
berkomunikasi dalam kesehariannya.
Masyarakat desa Pulukan sampai sekarang masih menjaga dan
melestarikan tari Sanghyang Jaran, kesenian Gong Kebyar Istri, Gong
Kebyar Lanang, dan kesenian Samroh. Sanghyang Jaran adalah tarian yang
bersifat sakral dan religius, dipentaskan untuk menolak bala karena adanya
suatu wabah penyakit. Tari Sang Hyang ini merupakan tari trance (kerauhan)
oleh roh-roh Hyang seperti Bidadari ataupun dari binatang. Dan salah satunya
adalah Sanghyang Jaran (kekuatan roh dari kuda dewata). Tarian ini ditarikan
oleh seorang pria, bisa juga oleh seorang pemangku atau orang yang dianggap
suci yang mengendarai kuda-kudaan dari pelepah daun kelapa. Sebelumnya
dimulai dengan rangkaian upacara dan pada akhirnya sang penari kemasukan
roh kuda yang merupakan tunggangan dewata kahyangan.
Kesenian Gong Gebyar Istri dan Gong Gebyar Lanang adalah sebuah
barungan baru. Sesuai denag nama yang diberikan kepada barungan baru ini
(kebyar yang bermakna cepat, tiba-tiba dank eras) gamelan ini menghasilkan
music-musik keras dan dinamis. Gamelan ini dipakai untuk mengiringi tari-
tarian atau memakaikan tabuh-tabuhan instrumental. Gong Kebyar istri
dimaikan oleh para wanita dan Gong Kebyar Lanang dimainkan oleh para
lelaki. Kesenian Sambroh adalah sejenis budaya yang hampir sama dengan
hadrah yang dimana alat musik yang digunakan seperti rebana dan sejenisnya
59
yang didalamnya ada kombinasi-kombinasi tarian yang dilakukan oleh kaum
hawa (perempuan), khususnya bagi perempuan muda.
Relasi sosialnya Desa Pulukan menganut konsep menyama braya
dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai kekayaan yang utama dalam hidup,
jalan untuk menggapai kebahagian dan keharmonisan hidup (dharma santhi)
dan kearifan lokal (lokal wisdom) yang dipahami dan diyakini secara luas
sebagai sebuah kearifan yang cukup efektif dalam menjaga integrasi sosial.
Masyarakat Desa Pulukan mengajarkan dan memegang teguh konsep
Tri Hita Karana (konsep dalam ajaran Hindu) dan mewujudkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Tri berarti tiga dan Hita Karana berarti penyebab
kebahagiaan untuk mencapai keseimbangan dan keharmonisan. Tri Hita
Karana terdiri dari Perahyangan (hubungan yang seimbang antara manusia
dengan Tuhan), Pawongan (hubungan harmonis antara manusia dengan
manusia lainnya), dan Palemahan (hubungan harmonis antara manusia dengan
lingkungan alam sekitarnya).
3.3 Sarana dan Prasarana
a. Sarana Prasarana Peribadatan
Tempat peribadatan adalah sebuah tempat yang digunakan oleh umat
beragama untuk beribadah menurut ajaran agama mereka masing-masing.
Berikut jumlah tempat peribadatan di Desa Pulukan:
60
Tabel 5
Jumlah Tempat Peribadatan
Tempat Peribadatan Jumlah
Masjid 3
Mushola 4
Pura 9
Sumber: Monografi Desa Pulukan Tahun 2016
Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Islam.
Masjid artinya tempat sujud, dan mesjid berukuran kecil disebut musholla,
langgar atau surau. Selain tempat ibadah masjid juga merupakan pusat
kehidupan komunitas muslim. Kegiatan - kegiatan perayaan hari besar,
diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar Al Qur'an sering dilaksanakan di
Masjid.
Gambar 6
Tempat Beribadah Umat Muslim Desa Pulukan
(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Maret 2017)
Masjid Nurul Huda
61
Gambar 7
Tempat Beribadah Umat Muslim Desa Pulukan
(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Maret 2017)
Pura merupakan sarana peribadatan bagi umat Hindu dalam usahanya
melakukan penyerahan diri dan mendekatkan diri kehadapan Sang Hyang
Widhi Wasa sehingga dapat meningkatkan kualitas umat manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Di tempat suci seperti Pura, diharapkan
manusia dapat mengembangkan dirinya untuk saling mengenal diantara
sesama umat sehingga kerukunan intern umat Hindu dapat terwujud. Selain
tempat ibadah pura merupakan pusat kehidupan komunitas Hindu. Pura juga
digunakan oleh umat Hindu untuk melakukan upacara–upacara yang bersifat
keagamaan, antara lain: upacara potong gigi, otonan, ngaben, piodalan dan
upacara lainnya.
Masjid Al Muslimun
62
Gambar 8
Tempat Beribadah Umat Hindu Desa Pulukan
Gambar 9
Tempat Beribadah Umat Hindu Desa Pulukan
(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Maret 2017)
Pura Dalem Lan Pura Prajatapati
Pura Subak
63
b. Bale Banjar
Bale (bahasa Bali), juga berarti “balai” (bahasa Indonesia) yang artinya
gedung, rumah (umum), atau bangunan terbuka. Bale banjar mengandung arti
suatu bangunan terbuka yang digunakan untuk kepentingan bersama
warganya. Bale banjar juga merupakan balai atau bangunan tempat
memusyawarahkan suatu masalah yang dihadapi oleh krama (masyarakat)
banjar. Desa Pulukan memiliki tiga bale banjar, yakni terletak pada masing-
masing banjar: banjar Arca, Banjar Pulukan, dan Banjar Pangkung Medahan.
Gambar 10
Bale Banjar Desa Pulukan
Bale Banjar
64
(Sumber: Dokumentasi Peneliti, 20 Maret 2017)
Bale banjar sebagai sebuah pusat kegiatan sangat memegang peranan
penting dalam perjalanan lembaga banjar. Bale banjar juga dapat
dipergunakan untuk melakukan suatu aktivitas oleh krama banjar, seperti
kegiatan sosial maupun religius. Di bale banjar adalah tempat berkumpulnya
komunitas Muslim dan Hindu dalam kegiatan tertentu, di tempat ini interaksi
sosial antar komunitas berlangsung dalam berbagai kegiatan sosial yang
diselengarakan desa tersebut. Berikut beberapa kegaiatan sosial yang
berlangsung di bale banjar yakni:
Gambar 11
Beberapa kegiatan di Bale Banjar
Kegiatan Musyawarah Desa
65
(Sumber: www.jembranakab.go.id diunduh pada tanggal 24 Nov 2013)
Selain itu tempat ini juga digunakan warga desa terutama laki – laki
yang berkedudukan sebagai kepala rumah tangga berkumpul dan membahas
tentang kegiatan desa. Contohnya gotong royong, membersihkan saluran air,
memperbaiki jalan desa, dll. Umumnya lokasi bale banjar terletak pada lokasi
yang mudah dicapai oleh krama (masyarakat) banjar.
Acara Syukuran Subak