Upload
doancong
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
47
BAB III
IDENTIFIKASI DATA
A. Kota Pacitan
1. Kondisi Geografis
Gambar 1. Peta Geografis Kota Pacitan
(sumber: Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga)
Pacitan adalah sebuah Kecamatan yang menjadi Ibu Kota Kabupaten
pacitan, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota Pacitan terletak di Lembah, di
tepi Teluk Pacitan, hilir Sungai Grindulu. Sebelah Utara Kabupaten Pacitan
berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur), sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur), sebelah Selatan
berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah).
Kabupaten Pacitan merupakan bagian wilayah provinsi Jawa Timur
paling selatan, yang berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah. Terletak 267
km, sebelah barat kota Surabaya dengan letak geografis 405’ bujur timur dan
48
755’ 817’ lintang selatan, wilayah Pacitan juga berdekatan dengan
Yogyakarta, dengan jarak tempuh 120 Km.
Pacitan merupakan salah satu dari 38 Kabupaten di provinsi Jawa
Timur yang terletak dibagian Selatan Barat Daya. Wilayah Administrasi
Kabupaten Pacitan terbagi dalam 12 Kecamatan, 19 Kota, 166 Desa dan 5
Kelurahan. Posisi koordinat Kabupaten Pacitan terletak antara 7,55°-8,17°
Lintang Selatan dan 110,55°-111,25° Bujur Timur. Luas Kabupaten Pacitan
adalah 1.389,87 Km2 dengan luas tanas sawah sebesar 130,15 Km
2 atau
sekitar 9,36% dan luas tanah kering adalah 1.259,72 Km2 atau sekitar 90,64%.
Dalam kondisi Topografi, Pacitan adalah satu wilayah yang unik.
Sekilas nampak ketika memperhatikan wilayah Pacitan, dimana dataran
rendah terpadu dengan pegunungan yang mengelilinginya. Dataran rendah
terbentang diseluruh pesisir pantai, dari Pantai paling barat adalah Pantai
Klayar sampai dengan Pantai Tawang dan Taman di wilayah Timur.
Sementara pegunungan Pacitan terbentang dari perbatasan dengan
Yogyakarta, yang masuk wilayah Pegunungan Sewu sampai perbukitan di
wilayah Kecamatan Tegalombo dan Kecamatan Bandar yang berbatasan
dengan Kabupaten Ponorogo dan Wonogiri.
Model topografi Pacitan menunjukkan bentang daratannya dengan
kemiringannya, yaitu: model kemiringan wilayah datar (kelas kelerengan 0-
5%) dengan luas 55,59 Km2 meliputi ± 4,36 dari luas wilayah merupakan tepi
pantai atau pesisir, seperti di wilayah Kecamatan Donorojo, Punung,
Pringkuku, Pacitan, Kebonagung, Ngadirojo dan Sudimoro. Model
kemiringan wilayah yang berombak (kelas kelerengan 6-10%) dengan luas
49
138,99 Km2 atau 10% dari luas wilayah Kabupaten Pacitan, baik
dimanfaatkan untuk sektor pertanian dan memperhatikan usaha pengawetan
tanah dan air, model kemiringan bergelombang (kelas kelerengan 11-30%)
dengan luas 333,57 Km2
atau 24% dari luas wilayah Kabupaten Pacitan 15-40
% meliputi ±25,87 dari luas wilayah sebaiknya untuk usaha tanaman tahunan,
model wilayah berbukit (kelas kelerengan 31-50%) dengan luas 722,73 Km2
atau 52% dari luas Kabupaten Pacitan yang merupakan daerah yang
difungsikan sebagai daerah penyanggaan tanah dan air serta menjaga
keseimbangan ekosistem di Kabupaten Pacitan dan model kemiringan
bergunung (kelass kelerengan > 52%) dengan luas 138,99 Km2 atau 10% dari
luas wilayah di Kabupaten Pacitan.
B. Identifikasi Batik Pacitan
1. Sejarah Batik Pacitan
Kabupaten Pacitan terletak di pesisir pantai selatan Jawa Timur.
Ketandusan wilayah Pacitan yang diimbangi oleh keindahan alam pantai serta
gua-gua pra sejarah. Karena Pacitan merupakan daerah pantai sehingga para
wanita mengisi waktu luang untuk membatik. Kegiatan membatik itu dilakukan
secara turun temurun sampai sekarang. Seiring berjalannya waktu batik Pacitan
mengalami perkermbangan, sehingga muncullah berbagai macam motif, salah
satunya adalah motif Pace. Dimana motif Pace tersebut menjadi ciri khas motif
batik Pacitan.
Asal mula motif Pace tidak lepas dari sejarah asal kota Pacitan itu
sendiri. Dimana dalam sejarahnya pada tahun 1746-1755 M di Pacitanterjadi
50
Perang Palihan Nagari untuk melawan VOC Belanda. Perang tersebut dipimpin
oleh Pangeran Mangkubumi. Tetapi Pangeran Mangkubumi mengalami
kekalahan disertai 12 orang pengikutnya mundur ke arah selatan sambil
mencari dukungan untuk membantu perjuangan perang tersebut. Kekalahan
tersebut menyebabkan Pangeran Mangkubumi hampir meninggal. Namun pada
akhirnya kesehatannya pulih kembali setelah Pangeran Mangkubumi memakan
buah Pace (buah Mengkudu) yang dibawa abdinya yaitu Setroketipo. Sehingga
di daerah itu kemudian diingat dengan pace sapengetan yang biasa disingkat
dengan pace-tan yang kemudian menjadi sebuah nama Pacitan.
Sejarah batik tulis dengan motif Pace di Pacitan dibuat dan digagas
pada tahun 2004 berdasarkan riwayat lahirnya kabupaten Pacitan tersebut.
Selain itu, motif Pace dipilih sebagai motif khas batik Pacitan karena untuk
menghargai dan mengenang perjuangan para pahlawan terdahulu dalam
memperjuangkan tanah Pacitan. Batik dengan motif buah Pace yang dibuat
seolah membentuk segi empat. Motif tersebut memiliki arti sebuah ketulusan
dan pengabdian seseorang kepada yang dikasihi agar terhindar dari berbagai
macam musibah atau penyakit.
2. Kemerosotan Batik Pacitan
Pacitan merupakan daerah yang berada di pesisir laut selatan.
Masyarakat kota Pacitan sendiri menopang hidup dengan mengolah tanah dan
bercocok tanam. Ada sebagian yang bekerja sebagai nelayan. Para wanita lebih
banyak mengisi hari dan waktu luangnya dengan membatik.Kegiatan
membatik sendiri telah dilakukan secara turun-temurun. Kegiatan tersebut juga
menjadikan pendapatan bagi masyarakat Pacitan untuk bertahan hidup dan
51
melestarikan warisan budaya bangsa.Batik Pacitan sudah terkenal karena
kehalusan batikannya. Cecek-ceceknya yang kecil dan rumit menandakan
sangat hati-hati dalam pembuatannya.
Akan tetapi di tahun 1960an,batik tulis Pacitan tak mampu bersaing
harga dengan murahnya jenis kain batik cap dan batik printing bikinan pabrik.
Para industri batik tulis Pacitan banyak yang terpuruk dan mengalami
kemerosotan dalam memproduksi dan memasarkan batik tulis Pacitan, bahkan
keluarga pembatik lain yang jumlahnya tak seberapa juga terpaksa menutup
usahanya. Batik Pacitan ini semakin surut di era tahun 1980, hal ini disebabkan
begitu derasnya batik printing yang masuk kedaerah Pacitan, dan semakin
berkurangnya pemakai batik.
3. Kebangkitan Batik Pacitan
Diera tahun setelah 1980an sedikit mengalami perubahan, perubahan
yang menonjol adalah fungsi batik-batik yang diproduksi pada masa itu.
Bergesernya penggunaan batik yang semula untuk kain panjang menjadi bahan
baju baik pria maupun wanita. Motif, corak dan warna yang dibuat mengarah
pada motif-motif tekstil yang ada di pasaran. Detail pada batik belum seberapa
diperhatikan, hal ini disebabkan permintaan pasar pada waktu itu
menginginkan batik yang berharga murah dan cepat pembuatannya.
Pemerintah pada saat itu juga berperan dalam melatih dan
mengembangkan batik Pacitan, mulai dari pelatihan pewarnaan sampai pada
kegiatan pameran.Permintaan batik untuk bahan baju semakin
meningkat,utamanya permintaan dari pulau Bali.Namun pemasaran ke Bali
surut drastis setelah pulau Bali diguncang bom. Di era tahun 1990an motif
52
sederhana, pembuatan relatif cepat, belum seberapa memperhatikan kwalitas
batikan. Variasi motif sudah mulai berkembang hal ini disebabkan pengaruh
dari batik-batik lain daerah.
Di era 2000an, sudah mulai menampakkan eksistensinya. Pengrajin
muda dan baru mulai bermunculan. Mereka rata-rata para lulusan perguruan
tinggi yang bersedia kembali kedaerah dan ikut berpartisipasi dalam
mengembangkan batik Pacitan. Motif dan variasi batik sudah mulai muncul
dan beragam. Para seniman-seniman dengan senanghati mulai mendesain
motif-motif batik yang baru. Salah satu even penting tahun 2002,
diselenggarakannya lomba desain batik khas Pacitan dan tahun
2003diselenggarakannya acara batik kolosal sepanjang 400 meter yang berhasil
mencatat rekor MURI.
Batik Pacitan hingga kini terus berkembang, menjadikan daerah-daerah
yang semula tidak pernah terdengar oleh daerah luar sekarang sudah mulai
diperhitungkan.Batik-batik yang bernuansa alamidengan detail yang halus
sudah mulai bermunculan, seniman (pendesain ), pembatik, berusaha keras
untuk menyamakan mutu dan kwalitas batik Pacitan dengan batik-batik dari
daerah lain.
4. Perkembangan Batik Pacitan
Perkembangan batik tulis Pacitan di antara lain, yaitu:
a. Motif
Muncul bermacam-macam motif baru yang lebih variatif sesuai
dengan kebutuhan dan selera pengrajin batik tulis yang memadukan motif
53
khas batik tulis pacitan dengan flora dan fauna maupun mengikuti
perkembangan zaman dan teknologi.
b. Teknik Pewarnaan
Pada awalnya warna batik tulis Pacitan hanyalah warna biru nila dan
coklat soga seperti ciri khas batik keraton Surakarta dan Yogyakarta pada
umumnya. Sedangkan pewarna sintetis juga tetap mengacu pada warna
tersebut. Seiring berkembangnya waktu dan teknologi, sekarang muncul
berbagai warna sintetis dan warna alam yang lebih beragam dan lebih
bervariatif seperti kayu mahoni, kayu tegeran, akar pace, tawas, biji-bijian
melinjo, daun mangga, saren kapur, sarem tunjung, bunga jambe, bunga
pisang, buah biksa, buah joho atau jolawe, buah talok, ketapang dan
sebagainya. Sesuai dengan tema dan kebutuhan yang di kerjakan oleh para
pengrajin batik tulis Pacitan tersebut.
c. Media batik
Media batik yang awalnya hanya menggunakan kain mori atau katun
sebagai media batik. Kini telah berkembang dengan beragamnya media,
seperti kain yang digunakan yaitu sutra, dll.
d. Jenis Produk
Beberapa produk batik tulis Pacitan yang dulu hanya memproduksi
kain panjang/jarik. Kini telah mengalami perkembangan dan perubahan
yang telah merambah ke segala jenis kebutuhan antara lain, baju (kaos,
kemeja, seragam sekolah, seragam dinas PNS maupun kantor dll), tablak
meja, slendang, sawalan, sprei, ikat kepala, dan sarung.
54
5. Motif Batik Pacitan
Berikut ini adalah motif-motif batik tulis Pacitan khas buah pace yang
di kombinasikan dengan flora dan fauna yang menyesuaikan perkembangan
dan modernisasi zaman di era sekarang ini, seperti
a. Batik motif khas buah Pace
Gambar 2. Batik motif khas buah pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik Saji), 2016
Pengrajin : Tuni
Pewarnaan : Pewarna Sintetis
Jenis Kain : Prima
Ide/Gagasan : Buah Pace dan daun
Tahun Pembuatan : 2007
Proses Batik : Proses Celupan
Ukuran : 125 cm × 200 cm
b. Batik motif Sekar Jagad Pace
Gambar 3. Batik motif sekar jagad pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik Saji), 2016
Pengrajin : Inem
Pewarnaan : Pewarna Sintetis
Jenis Kain : Prima
55
Ide/Gagasan : Buah Pace yang dikombinasikan
dengan Sekar Jagad
Tahun Pembuatan : 2007
Proses Batik : Proses Celupan
Ukuran : 125 cm × 200 cm
c. Batik motif burung Murai Pace
Gambar 4. Batik motif murai pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik Saji), 2016
Pengrajin : Sartin
Pewarnaan : Pewarna Sintetis
Jenis Kain : Prima
Ide/Gagasan : Buah Pace yang dikombinasikan
dengan burung Murai
Tahun Pembuatan : 2008
Proses Batik : Proses Celupan
Ukuran : 125 cm × 200 cm
d. Batik motif ikan Lele Pace
Gambar 5. Batik motif lele pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik Saji), 2016
Pengrajin : Dewi Surati
Pewarnaan : Pewarna Sintetis
Jenis Kain : Prima
Ide/Gagasan : Buah dan daun Pace yang
dikombinasikan dengan ikan Lele
56
Tahun Pembuatan : 2008
Proses Batik : Proses Celupan
Ukuran : 125 cm × 200 cm
e. Batik motif Kupu-Kupu Pace
Gambar 6. Batik motif kupu-kupu pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik Saji), 2016
Pengrajin : Sri Hartati
Pewarnaan : Pewarna Sintetis
Jenis Kain : Prima
Ide/Gagasan : Daun Pace yang dikombinasikan
dengan Kupu-kupu
Tahun Pembuatan : 2008
Proses Batik : Proses Celupan
Ukuran : 125 cm × 200 cm
f. Batik motif Cuping Pace
Gambar 7. Batik motif cuping pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik Saji), 2016
Pengrajin : Siti Purnawati
Pewarnaan : Pewarna Sintetis
Jenis Kain : Prima
Ide/Gagasan : Buah dan daun Pace yang
57
dikombinasikan dengan Cuping
Tahun Pembuatan : 2010
Proses Batik : Proses Celupan
Ukuran : 125 cm × 200 cm
g. Batik motif Teratai Pace
Gambar 8. Batik motif teratai pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik Saji), 2016
Pengrajin : Atun
Pewarnaan : Pewarna Sintetis
Jenis Kain : Prima
Ide/Gagasan : Buah dan daun Pace yang
dikombinasikan dengan bunga
Teratai
Tahun Pembuatan : 2012
Proses Batik : Proses Celupan
Ukuran : 125 cm × 200 cm
h. Batik motif Anggur Pace
Gambar 9. Batik motif anggur pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik Saji), 2016
Pengrajin : Tutik
Pewarnaan : Pewarna Sintetis
Jenis Kain : Prima
Ide/Gagasan : Buah dan daun Pace yang
58
dikombinasikan dengan buah
Anggur
Tahun Pembuatan : 2013
Proses Batik : Proses Celupan
Ukuran : 125 cm × 200 cm
i. Batik motif Sirih Pace
Gambar 10. Batik motif sirih pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik Saji), 2016
Pengrajin : Tiyem
Pewarnaan : Pewarna Sintetis
Jenis Kain : Prima
Ide/Gagasan : Buah dan daun Pace yang
dikombinasikan dengan daun Sirih
Tahun Pembuatan : 2013
Proses Batik : Proses Celupan
Ukuran : 125 cm × 200 cm
j. Batik motif Terompet Pace
Gambar 11. Batik motif terompet Pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik Saji), 2016
Pengrajin : Atik
Pewarnaan : Pewarna Sintetis
Jenis Kain : Prima
Ide/Gagasan : Buah Pace yang dikombinasikan
59
dengan bunga Terompet dan Ris
(batuan yang disusun)
Tahun Pembuatan : 2013
Proses Batik : Proses Celupan
Ukuran : 125 cm × 200 cm
k. Batik motif Jumput Pace
Gambar 12. Batik motif jumput Pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik Saji), 2016
Pengrajin : Ningsih
Pewarnaan : Pewarna Sintetis
Jenis Kain : Prima
Ide/Gagasan : Buah Pace yang dikombinasikan
dengan tehnik Jumputan
Tahun Pembuatan : 2015
Proses Batik : Proses Celupan
Ukuran : 125 cm × 200 cm
l. Batik motif Mawar Pace
Gambar 13. Batik motif mawar pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik Saji), 2016
Pengrajin : Yatini
Pewarnaan : Pewarna Sintetis
Jenis Kain : Prima
Ide/Gagasan : Buah Pace yang dikombinasikan
60
dengan bunga Mawar
Tahun Pembuatan : 2015
Proses Batik : Proses Celupan
Ukuran : 125 cm × 200 cm
m. Batik motif Ayam Pace
Gambar 14. Batik motif ayam pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik Saji), 2016
Pengrajin : Surti
Pewarnaan : Pewarna Sintetis
Jenis Kain : Prima
Ide/Gagasan : Buah Pace yang dikombinasikan
dengan Ayam
Tahun Pembuatan : 2016
Proses Batik : Proses Celupan
Ukuran : 125 cm × 200 cm
n. Batik motif Rantai Pace
Gambar 15. Batik motif rantai pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik Saji), 2016
Pengrajin : Nuning
Pewarnaan : Pewarna Sintetis
Jenis Kain : Prima
Ide/Gagasan : Buah Pace yang dikombinasikan
dengan rantai
Tahun Pembuatan : 2016
61
Proses Batik : Proses Celupan
Ukuran : 125 cm × 200 cm
o. Batik motif Flora Puri Pace
Gambar 16. Batik motif flora puri pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik puri), 2016
Pengrajin : Siti Cahyani
Pewarnaan : Pewarna Sintetis
Jenis Kain : Prima
Ide/Gagasan : Buah Pace yang dikombinasikan
dengan bunga Mekar
Tahun Pembuatan : 2012
Proses Batik : Proses Celupan
Ukuran : 100 cm × 150 cm
p. Batik motif Flora Puri Pace
Gambar 17. Batik motif flora puri pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik puri), 2016
Pengrajin : Nurlela
Pewarnaan : Pewarna Sintetis
Jenis Kain : Prima
Ide/Gagasan : Buah Pace yang dikombinasikan
dengan Lung (daun muda)
62
Tahun Pembuatan : 2012
Proses Batik : Proses Celupan
Ukuran : 100 cm × 150 cm
q. Batik motif Flora Puri Pace
Gambar 18. Batik motif flora puri pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik puri), 2016
Pengrajin : Narti
Pewarnaan : Pewarna Sintetis
Jenis Kain : Prima
Ide/Gagasan : Buah Pace yang dikombinasikan
dengan tumbuhan Tapak Liman
Tahun Pembuatan : 2007
Proses Batik : Proses Celupan
Ukuran : 100 cm × 150 cm
r. Batik motif Fauna Puri Pace
Gambar 19. Batik motif fauna puri pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik puri), 2016
Pengrajin : Dwi Puspita
Pewarnaan : Pewarna Sintetis
Jenis Kain : Prima
Ide/Gagasan : Buah Pace yang dikombinasikan
dengan tumbuhan dan hewan
63
Tahun Pembuatan : 2014
Proses Batik : Proses Celupan
Ukuran : 100 cm × 150 cm
s. Batik motif Fauna Puri Pace
Gambar 20. Batik motif fauna puri pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik puri), 2016
Pengrajin : Lastri
Pewarnaan : Pewarna Sintetis
Jenis Kain : Prima
Ide/Gagasan : Buah Pace yang dikombinasikan
dengan burung
Tahun Pembuatan : 2015
Proses Batik : Proses Celupan
Ukuran : 100 cm × 150 cm
t. Batik motif Wayang Puri Pace
Gambar 21. Batik motif wayang puri pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik puri), 2016
Pengrajin : Tarmi
Pewarnaan : Pewarna Sintetis
Jenis Kain : Prima
Ide/Gagasan : Tanaman Pace yang
dikombinasikan dengan tokoh
wayang Krisna
Tahun Pembuatan : 2014
64
Proses Batik : Proses Celupan
Ukuran : 100 cm × 150 cm
u. Batik motif Nilo Telo Tigo
Gambar 22. Batik motif nilo pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik nilo), 2016
Pengrajin : Tin
Pewarnaan : Biru (indigo), Cokelat (kulit maoni,
tingi, jambal), Kuning (buah
jolawe)
Jenis Kain : Primisima
Ide/Gagasan : Tanah kering dan pecah-pecah
Tahun Pembuatan : 2016
Proses Batik : Proses remuk’an
Ukuran : 125 cm × 200 cm
v. Batik motif Nilo Suruh
Gambar 23. Batik motif nilo pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik nilo), 2016
Pengrajin : Yatin Yati
Pewarnaan : Biru (indigo), Merah Bata (kulit
65
maoni), Merah Manggis (tingi) dan
Kuning (kayu teger), Kuning (buah
jolawe)
Jenis Kain : Primisima
Ide/Gagasan : Jamu Tradisional
Tahun Pembuatan : 2016
Proses Batik : Proses bledak
Ukuran : 125 cm × 200 cm
w. Batik motif Nilo Pinangkar
Gambar 24. Batik motif nilo pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik nilo), 2016
Pengrajin : Nunik
Pewarnaan : Biru (indigo), Cokelat (kulit maoni
tingi, jambal), Kuning (buah
jolawe)
Jenis Kain : Primisima
Ide/Gagasan : Penangkaran
Tahun Pembuatan : 2014
Proses Batik : Proses remuk’an
Ukuran : 125 cm × 200 cm
66
x. Batik motif Nilo Mekar Sore
Gambar 25. Batik motif nilo pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik nilo), 2016
Pengrajin : Susi Haryati
Pewarnaan : Biru (indigo), Merah Bata (kulit
maoni), Merah Manggis (tingi) dan
Kuning (buah Joho)
Jenis Kain : Primisima
Ide/Gagasan : Bunga Kemuning (alam) yang
mekar saat sore hari baunya lebih
wangi
Tahun Pembuatan : 2016
Proses Batik : Proses bledak
Ukuran : 125 cm × 200 cm
y. Batik Gambiran
Gambar 26. Batik motif Gambiran
Sumber : dokumentasi pribadi (batik Saji), 2016
Pengrajin : Nurma Sari
Pewarnaan : Bahan alam biru (indigo)
67
Jenis Kain : Primisima
Ide/Gagasan : Lung ngayu yang di kombinasikan
dengan gambiran
Tahun Pembuatan : 2015
Proses Batik : Proses celup
Ukuran : 125 cm × 200 cm
z. Batik Lung Ngayu SS
Gambar 27. Batik motif Lung Ngayu SS
Sumber : dokumentasi pribadi (batik Saji), 2016
Pengrajin : Imah
Pewarnaan : Bahan alam biru (indigo)
Jenis Kain : Primisima
Ide/Gagasan : Lung ngayu yang di kombinasikan
dengan huruf S
Tahun Pembuatan : 2015
Proses Batik : Proses celup
Ukuran : 125 cm × 200 cm
aa. Batik motif Mukel
Gambar 28. Batik motif Mukel
Sumber : dokumentasi pribadi (batik Saji), 2016
68
Pengrajin : Sarinah
Pewarnaan : Bahan alam biru (indigo)
Jenis Kain : Primisima
Ide/Gagasan : Tanaman Pace yang di
kombinasikan dengan motif mukel
Tahun Pembuatan : 2015
Proses Batik : Proses celup
Ukuran : 125 cm × 200 cm
bb. Batik Daun Pace Suruhan
Gambar 29. Batik motif Daun Pace Suruhan
Sumber : dokumentasi pribadi (batik Saji), 2016
Pengrajin : Sumiyati
Pewarnaan : Bahan alam Maoni (merah bata)
Jenis Kain : Primisima
Ide/Gagasan : Daun Pace yang di
kombinasikan dengan daun sirih
Tahun Pembuatan : 2014
Proses Batik : Proses celup
Ukuran : 125 cm × 200 cm
cc. Batik motif Tanaman Pace burung Emprit
Gambar 30. Batik motif tanaman Pace burung Emprit
Sumber : dokumentasi pribadi (batik Saji), 2016
69
Pengrajin : Ratna
Pewarnaan : Bahan kayu Jolawe
Jenis Kain : Primisima
Ide/Gagasan : Tanaman Pace yang di
kombinasikan dengan burung
Emprit
Tahun Pembuatan : 2014
Proses Batik : Proses celup
Ukuran : 125 cm × 200 cm
dd. Batik motif Nilo Burung dan Lung
Gambar 31. Batik motif nilo pace
Sumber : dokumentasi pribadi (batik nilo), 2016
Pengrajin : Mbak Yati Pager
Pewarnaan : Biru (indigo), Cokelat (kulit maoni,
tingi, jambal), Kuning (buah
jolawe)
Jenis Kain : Primisima
Ide/Gagasan : Pergantian Musim
Tahun Pembuatan : 2014 (motif), 2016 (Pewarnaan)
Proses Batik : Proses remuk’an dan bledak
Ukuran : 125 cm × 200 cm
6. Alat dan Bahan Pembuatan Batik
a. Alat dalam Pembuatan Batik
a) Canting tulis: untuk membatik di atas kain
b) Wajan dan kompor: untuk mencairkan lilin batik
c) Canting cap dan meja cap: untuk membuat motif cap di atas kain
d) Timbangan: untuk menimbang warna
70
e) Stik besi: untuk menghilangkan tetesan lilin
f) Dingklik: untuk duduk pada waktu membatik tulis
g) Gawangan: untuk membentangkan kain/mori batik
h) Meja pola: untuk memindahkan gambar dari kertas ke kain
i) Gelas ukur: untuk mengukur kebutuhan air/larutan
j) Sarung tangan: untuk pelindung tangan pada saat mewarna kain
k) Mangkok, gelas dan sendok: untuk tempat melarutkan warna batik
l) Ember: untuk tempat mewarna kain batik
m) Gunting: untuk memotong kain
n) Penghapus, pensil, spidol, rautan, dan penggaris: untuk menggambar pola
o) Meteran: untuk mengukur panjang atau lebar kain
p) Scrap: untuk membersihkan lilin yang menetes di lantai
q) Seterika dan meja seterika: untuk menghaluskan kain
r) Jemuran: untuk menjemur kain batik
s) Parang: untuk memotong lilin batik
t) Kuas: untuk mencolet kain batik
u) Rak kompor: untuk tempat kompor dan wajan cap pada waktu membatik
cap
b. Bahan dalam Pembuatan Batik
a) Lilin klowong: untuk membatik (klowong/garis motif)
b) Lilin Tembok: untuk menembok/menutup bagian yang tidak dikehendaki
berwarna
c) Parafin: untuk membuat motif pecahan pada kain batik
d) Soda Abu: untuk obat bantu melorod
71
e) TRO: untuk pembasah
f) Kostik: obat bantu zat warna napthol
g) Natrium nitrit: untuk obat bantu zat warna indigosol
h) HCl: untuk obat bantu pembangkit warna Indigosol
i) Garam biru BB: pembangkit zat warna Napthol
j) Garam kuning GC: pembangkit zat warna Napthol
k) Garam orange GC: pembangkit zat warna Napthol
l) Indigosol violet B: untuk zat warna Batik
m) Indigosol kuning IGK: zat warna untuk batik
n) Napthol AS: sebagai warna dasar
o) Napthol AS-0L: sebagai warna dasar
p) Napthol AS-BS: sebagai warna dasar
q) Napthol ASG: sebagai warna dasar
r) Waterglass: untuk obat bantu nglorod
s) Kertas roti: untuk menggambar pola batik
t) Selendang sutera: bahan untuk batik
u) Selendang katun: bahan untuk batik
v) Kain sutera: bahan untuk batik
w) Mori primisima: bahan untuk batik
x) Blaco dan santung: bahan untuk batik
y) Kain untuk kaos: bahan untuk batik
z) Kain untuk kaos: bahan untuk batik
7. Proses Pembuatan Batik Pacitan
a. Membuat pola pada kertas.
72
b. Memindahkan pola ke kain.
c. Membatik klowongan atau menempelkan malam sesuai dengan pola yang
dibuat.
d. Membatik tembokan, yaitu menutup bidang luas diluar motif agar tetap
putih.
e. Membuat isen, yaitu membuat isian pada dalam motif utama.
f. Membuat terusan batik, yaitu mengulang batikan pada bagian sebaliknya.
g. Mewarna, yaitu memberi warna pada motif hias yang diinginkan.
h. Mbiron,yaitu memberi warna biru pada latar motif hias
i. Ngerok, yaitu menghilangkan malam pada bagian-bagian tertentu yang
ingin diberi warna.
j. Menyoga, yaitu mencelupkan kain pada adonan soga.
k. Melorod, yaitu menghilangkan lilin secara keseluruhan.
l. Mencuci kain menggunakan air bersih.
m. Menjemur.
n. Menyetrika
o. Melipat dan membungkus.
73
Bagan 2
Skema Proses Pembuatan Batik
Sumber Data : Perusahaan Batik Tulis Puri Pacitan.
C. Target
1. Target Market
a. Segmen Geografis : Kota Pacitan, Solo dan Sekitarnya.
b. Segmen Demografi
Kelompok Usia : 25 tahun ke atas
Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan
Agama : Semua Agama dan Kepercayaan
Pendidikan : SMA, Perguruan Tinggi, dan Sederajatnya
Ekonomi : Menengah ke atas
2. Target Audiens
a. Segmen Geografis : Kota Pacitan, Solo dan Sekitarnya.
b. Segmen Demografi
Kelompok Usia : 17-60 tahun
Membatik
tembokan
Membuat pola Memindahkan
pola ke kain
Membatik
klowongan
Membatik
cecekan
Membuat
terusan batik Mewarnai
Mengerok
Melorod Menyoga
Mbiron
Mencuci Menjemur Menyetrika Melipat dan membungkus
74
Jenis Kelamin :Laki-laki dan Perempuan
Agama :Semua Agama dan Kepercayaan
Pendidikan :SMA, Perguruan Tinggi dan Sederajatnya
Ekonomi :Menengah ke atas
c. Segmen Psikografis :Masyarakat yang gemar membaca buku dan
masyarakat yang ingin mengetahui tentang batik Pacitan.
D. Identifikasi Penerbit CV. Lintang Pustaka Utama
1. Data Perusahaan
CV. Lintang Pustaka Utama adalah perusahaan yang bergerak dakam
bidang percetakan dan penerbitan buku. Perusahaan ini berdiri pada tahun
2011.
Adapun produk-produk dari perusahaan CV. Lintang Pustaka Utama
antara lain:
a. Brosur, Poster, Spanduk
b. Kop Surat, nota
c. Buletin
d. Buku, Jurnal
e. Kalender
f. Seminar Kit dan lain-lain
Berikut data lengkap dari CV. Lintang Pustaka Utama:
a. Nama Perusahaan : CV. Lintang Pustaka Utama
75
b. Alamat : Karangjati RT 19 RW 42, Sinduadi, Mlati,
Sleman, Yogyakarta
c. No. Telp. : (0274) 624801
d. E-mail : [email protected]
e. Website : www.lintangpustakautama.com
2. Izin Usaha
CV. Lintang Pustaka Utama telah didaftarkan ke Dinas Perindustrian
Perdagangan Dan Koperasi serta ke Departemen Keuangan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pajak untuk mendapatkan legalitas perusahaan.
a. No. SIUP : 503/0760/PK/2011
Tanggal 5 Desember 2011
b. No. TDP : No. 120231803507
Tanggal 06 Desember 2011
c. No. Ijin Gangguan (HO) : No. 503/15667/HO/2011
Tanggal 31 Oktober 2011
3. Akta Perusahaan
a. Nomor Akta : 03
b. Tanggal : 07 Oktober 2011
c. Nama Notaris : Siti Asmaul Khusnah, S.H.
d. No. NPWP : 31.398.005.4-542.000
Tanggal 17 Oktober 2011
76
4. Motto Perusahaan
“Kepuasan Pelanggan Modal Utama Kami”. Kepuasan yang dimaksud
adalah kepuasan pada kualitas produk serta ketepatan waktu dalam pengiriman.
5. Struktur Organisasi Perusahaan
Bagan 3.
Struktur Organisasi CV. Lintang Pustaka Utama
Sumber: CV. Lintang Pustaka Utama, 2016
KOMISARIS
DIREKTUR 2 DIREKTUR 1
SEKRETARIS
MANAJER SDM
& UMUM
MANAJER
ADM &
KEUANGAN
MANAJER
PEMASARAN
MANAJER
PRODUKSI
STAF BMGIAN
UMUM STAF CUSTOMER
SERVIS
STAF
PEMASARAN
DIVISI PRA
CETAK
DIVISI
CETAK
DIVISI
FINISHING
STAF PRA
CETAK
STAF CETAK STAF
FINISHING
77
E. Komparasi
1. Batik Garutan Koleksi Hartono Sumarsono
Coffee table book ini menceritakan tentang batik daerah Garut yang
sering disebut batik Garutan. Buku ini berisi tentang mulai dari sejarah kota
Garut di masa lalu hingga kehidupan perbatikan di daerah Garut dan daerah
sekitarnya seperti Tasikmalaya. Buku ini juga menjelaskan mengenai pengaruh
batik lain hingga motif-motif batiknya, semuanya telah tersaji dengan adanya
karya fotografi dan narasinya.
Identifikasi data buku Batik Batik Garutan Koleksi Hartono Sumarsono
sebagai berikut :
a. Penulis :Hartono Sumarsono, Helen Ishwara, L.R.
Supriyapto Yahya, dan XeniaMoeis
b. Tahun Terbit :2016
c. Penerbit :PT Gramedia
d. Cetakan :Hard cover dan berisi 264 halaman
Menurut analisis penulis untuk buku karya Hartono Sumarsono, Helen
Ishwara, dkk ini dari isinya sudah bagus dengan menjelaskan tentang sejarah
kota Garut, batik Garutan, motif-motif batiknya. Buku ini juga menjelaskan
tentang keindahan atau estetika dari batik garutan tersebut.
Kemudian dari segi desain, penataan teks dalam buku ini kurang
tersusun dengan rapi dan ada beberapa foto yang diletakkan pada satu halaman
sehingga menjadikan kurang fokus saat melihat dan membaca buku ini. Buku
ini juga dilengkapi akan adanya ilustrasi gambar dari setiap motif-motif batik
Garutan termasuk Tasikmalaya. Buku ini juga didesain dengan menampilkan
78
beragam foto-foto masa lalu dan foto-foto masa sekarang sehingga buku ini
lebih menarik dan lebih bervariasi.Namun ukuran buku ini terlalu besar dari
ukuran buku pada umumnya sehingga terlalu banyak membuang kertas. Buku
ini terasa berat saat akan di baca karena jumlah halaman yang terlalu banyak
sehingga membuat capek saat di baca dan di letakkan di atas telapak tangan.
Dari Pemilihan font untuk setiap judul pada buku jelas dan mudah di baca
sehingga tidak mengganggu saat di baca. Buku ini di finishing dengan hard
cover dan dijilid jahit serta menggunakan kertas art paper sehingga membuat
lebih awet dan tidak mudah rusak.
Dari segi fotografi, buku ini begitu menonjolkan tentang batik Garutan
dan detail dari setiap nama motif batiknya hingga nama pembatiknya.
Pencahayaan dan angle dari sudut pengambilan foto setiap motif sudah pas dan
bagus. Dengan adanya foto-foto selain motif batik dan kain batik akan lebih
membuat coffee table book ini lebih bervariasi dan lebih menarik untuk di
nikmati oleh pembaca buku ini. Foto-foto yang ada didalam buku ini di sajikan
dengan detail sehingga membuat pembaca lebih fokus dalam membaca dan
lebih dapat memahami informasi yang dituangkan dalam coffee table book
tersebut. Buku ini juga dilengkapi dengan kegiatan dan kehidupan masyarakat
Garut dalam membatik dan tradisi budaya yang ada di kota Garut.
79
Gambar 32. Cover coffee table book Batik Garutan Koleksi Hartono Sumarsono
Sumber: dokumentasi Pribadi, 2016
33. Gambar Halaman isi coffee table book Batik Garutan Koleksi Hartono Sumarsono
Sumber: dokumentasi Pribadi, 2016
2. Batik Kudus The Heritage
Buku Kudus the heritage ini menceritakan tentang cerita perbatikan
dari batik Kudus. Buku ini juga menjelaskan gambaran secara umum mengenai
sejarah batik, keadaan batik di era modern sekarang hingga filosofi dari setiap
motif Kudus yang disajikan di dalam buku ini. Hal tersebut tersajikan dalam
karya berupa fotografi dan narasi penjelasan sebagai pelengkap buku tersebut
yang akan memberikan informasi kepada para pembaca.
Identifikasi data dari buku Batik Kudus The Heritage:
a. Penulis : Miranti Serad Ginanjar
b. Tahun Terbit : 2015
80
c. Penerbit : PT Hastabrata Nawala Kencana
d. Cetakan : Hard cover dan berisi 287 halaman
Dari segi desain, penataan teks dalam buku ini kurang menarik karena
terlalu monoton dengan gaya penataan teks rata kanan-kiri dan desain
penjelasan motif-motif yang kurang menarik karena diletakkan diatas gambar
batik yang rame sehingga kurang menarik dan pusing saat dibaca.
Dari segi fotografi, buku ini sangat menonjolkan dan memperlihatkan
akan detail setiap motif batik Kudus yang hampir setiap halaman diisi dengan
Foto yang berukuran besar yang memenuhi satu halaman. Teknik fotografi di
buku ini sudah baik, Akan tetapi menurut penulis foto-foto yang ada dalam
buku ini masih kurang khususnya dalam melibatkan interaksi manusia. Penulis
merasa akan lebih baiknya jika penempatan foto lebih bervariasi dan
menyajikan foto tentang adanya interaksi kehidupan perbatikan di Kudus.
Dengan adanya foto yang melibatkan komunikasi dan interaski dari manusia
akan menjadikan foto menjadi lebih hidup dan berkesan dalam artian foto
tersebut memiliki sebuah cerita yang lebih menarik dengan adanya kegiatan-
kegiatan dari masyarakat Kudus. Komposisi dan penataan pencahayaan juga
benar-benar ditata dan diatur dengan baik.
Buku ini juga memiliki ukuran yang pas untuk sebuah buku dan tidak
membuang banyak potongan kertas saat proses produksinya. Namun penulis
merasa buku ini terlalu tebal sehingga berat saat dibaca dan dipegang. Buku ini
di finishing dengan hard cover dan dijilid jahit. Buku ini juga menggunakan
kertas art paper, kemudian lengkapi dengan penggunaan bahasa bilingual
Indonesia - Inggris. Sehingga membuat buku ini menarik dan terkesan mewah.
81
Gambar 34. Cover coffee table book batik Kudus The Heritage
Sumber: dokumentasi Pribadi, 2016
Gambar 35. Halaman isi dalam coffee table book batik Kudus The Heritage
Sumber: dokumentasi Pribadi, 2016
82
F. ANALISA SWOT
Tabel 1.
Analisa SWOT
Coffe Table BookBatik Tulis
Pacitan
Coffee Table BookBatik Garutan Coffee Table Book Batik Kudus
Strenght
( kekuatan)
Coffee table book ini di kemas
dengan cara yang berbeda
menggunakan inner box
sebagai pengganti cover
selimut akan lebih menarik dan
buku tersebut lebih awet dan
tidak mudah rusak.
Isi dari buku dilengkapi
dengan peta, motif-motif batik,
suasana para pengrajin batik
dan pekerja batik tulis pacitan
Buku ini memiliki desain yang
menarik dengan adanya fotografi,
ilustrasi dan penataan layout dan
teks yang tersusun dengan baik.
Foto-foto yang disajikan juga
bervariasi mulai dari kisah masa
lalu hinggan era modern sekarang
Ukuran buku yang lebih irit
tentunya membuat biaya produksi
lebih irit dan tidak membuang
banyak potongan kertas.
Buku ini menjelaskan setiap
filosofi motif secara detail dan
lengkap.
83
sehingga lebih beragam, hidup
dan menarik dengan foto-foto
yang di sajikan.
Memadukan motif khas pace
dengan benda-benda alam
maupun sekitar sehingga
semakin banyaknya desain
motif yang lebih beragam.
Weakness
(Kelemahan)
Data-data mengenai motif batik
tulis Pacitan tidak begitu detail
karena belum adanya nama
paten dan referensi yang berupa
dokumen dan arsip-arsip
mengenai motif batik tulis.
Motif dan Isi halaman dalam
Buku ini terlalu besar untuk
dibaca saat santai dan membuang
banyak potongan kertas saat
produksi.
Buku ini terlalu banyak halaman
dan terasa berat saat dipegang.
Peletakkan foto dalam buku ini
Foto-foto dalam buku ini masih
kurangnya akan adanya interaksi
dan suasana aktivitas
masyarakatnya sehingga terasa
kurang hidup.
Layout yang terkesan kaku dan
biasasehingga kurang menarik.
84
buku ini juga tidak terlalu
banyak.
Lokasi Pacitan dan sentral batik
tulis pacitan yang di pelosok
dan jauh membuat susah dalam
akses untuk berkunjung.
Masih kurangnya media
promosi batik tulis Pacitan
melalui media cetak maupun
media elektronik.
kurangbagus karena terlalu
banyak foto pada satu halaman
membuat tidak fokus saat
membaca dan melihat buku
tersebut.
Opportunity
(Kesempatan)
Mulai menyadari akan
pentingnya untuk menjaga dan
melestarikan batik tulis Pacitan
sebagai warisan bangsa.
Menjadi coffee table book
Buku ini memberikan informasi
lengkap mengenai batik Garutan
dengan adanya empat penulis dan
penerbit ternama yang membantu
dalam pembuatan dan
Buku ini dilengkapi dengan
penggunaan bahasa bilingual
Indonesia – Inggris sehingga lebih
menarik dan terlihat Mewah.
Buku ini akan membantu
85
pertama yang akan membahas
tentang batik tulis pacitan.
Coffee table book ini dilengkapi
dengan bahasa bilingual
Indonesia-Inggiris.
pemasarancoffee table book ini.
Nama pengarang dan penerbit
buku tersebut yang sudah terkenal,
membuat orang akan membeli
buku tersebut.
Dalam buku ini membantu
mempromosikan koleksi batik
Hartono Sumarsono kepada
masyarakat.
wisatawan luar negeri dalam
mengetahui informasi mengenai
batik Kudus dengan penggunaan
bahasa inggris di dalam buku
tersebut.
Terdapat peta yang melengkapi
informasi dalam buku ini
sehingga membantu para
pembaca dalam menambah
pengetahuannya.
86
Treath
(Ancaman)
Banyaknya ragam dari inovasi
dan kreatifitas yang dilakukan
oleh kompetitor dalam
menggunakan promosi yang
lebih menarik.
Semakin berkembangnya
teknik-teknik pembuatan batik
yang jauh lebih murah dan
bervariasi dengan biaya
produksi yang jauh lebih murah
membuat batik tulis mulai
ditinggalkan oleh para target
audiens.
Tidak ada cover selimut membuat
buku ini cepat lusuh dan rusak.
Buku ini sangat tebal membuat
masyarakat yang melihat buku ini
berfikir terlalu banyak narasi
sehingga tidak tertarik untuk
membeli buku tersebut.
Buku ini di isi dengan narasi yang
Ilustrasi dan desain cover depan
buku yang biasa dan terlihat gelap
membuat masyarakat yang
melihat kurang tertarik untuk
membeli dan membaca buku
tersebut.
87
G. Unique Selling Prepositioning (USP)
USP (Unique Selling Preposition) merupakan sesuatu kelebihan atau
keunggulan dari suatu karya yang keunggulannya akan diekspos dan ditonjolkan
sehingga bis menjadi satu pengingat dan menjadi ciri khas dari karya tersebut.
USP dari coffee table book ini yaitu menyajikan foto-foto dan narasi yang bahasa
lebih santai dan mudah dipahami oleh target audiens sehingga tidak bosan saat
membaca dan melihat buku batik tulis Pacitan ini. Buku ini juga didesain dan di
layout dengan menonjolkan batik khas buah pace. Buku ini juga akan dilengkapi
dengan hard cover dan inner box agar buku ini terlihat lebih mewah, awet dan
tidak mudah rusak.
Dalam buku ini akan disajikan juga mengenai dari mulai sejarah hingga
aktivitas perbatikan di kota Pacitan dan biografi singkat mengenai kota Pacitan itu
sendiri yang dilengkapi dengan foto-foto yang di bikin dengan teknik hitam putih
sebagai tujuan desain buku ini yaitu untuk kembali mengingat ke masa lalu
tentang adanya batik sebagai warisan budaya yang penting yang sudah ada secara
turun temurun sejak zaman nenek moyang dahulu dan mengajak masyarakat
untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan warisan budaya bangsa tersebut.
H. Positioning
Positioning merupakan suatu langkah dalam memposisikan sebuah karya
dalam benak masyarakat maupun target audiens sehingga positioning bertujuan
untuk membentuk dan membangun citra (image) yang positif dan menjadi
identitas karya tesebut.
88
Positioning dari coffee table book ini sebagai media yang memberikan
informasi, dokumentasi otentik dan mampu mengenalkan batik tulis Pacitan
kepada masyarakat Indonesia. Buku ini menjadi buku pertama yang mampu
menuangkan informasi mengenai batik tulis Pacitan kedalam media cetak yang
ada di kota Pacitan Khususnya. Maka dengan adanya buku ini mampu membantu
masyarakat yang ingin mengenal dan mengetahui akan adanya batik tulis Pacitan
dan dijadikan sebagai referensi bacaan yang baik dalam melestarikan dan menjaga
batik sebagai warisan budaya secara turun-temurun.