Upload
irwin-jaya
View
239
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dasar teori alat
Citation preview
BAB IIIKAJIAN PUSTAKA
3.1 Perencanaan TambangPerencanaan adalah penentuan persyaratan teknik pencapaian sasaran
kegiatan serta urutan teknis pelaksanaan dalam berbagai macam anak kegiatan
yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan (Irwandi &
Adisoma, 2002 : I.1 – I.2).
Ada berbagai macam perencanaan antara lain :
a. Perencanaan jangka panjang, yaitu suatu perencanaan kegiatan yang jangka
waktunya lebih dari lima tahun secara berkesinambungan.
b. Perencanaan jangka menengah, yaitu suatu perencanaan kerja untuk jangka
waktu antara 1 – 5 tahun.
c. Perencanaan jangka pendek, yaitu suatu perencanaan kerja untuk jangka
waktu kurang dari setahun demi kelancaran perencanaan jangka menengah
dan panjang.
d. Perencanaan penyangga atau alternatif ; bagaimanapun baiknya suatu
perencanaan telah disusun, kadang‐kadang karena kemudian terjadi hal‐hal
tak terduga atau ada perubahan data dan informasi atau timbul hambatan
(kendala) yang sulit untuk diatasi, sehingga dapat menyebabkan kegagalan,
maka harus diadakan perubahan dalam perencanaannya.
Fungsi perencanaan secara umum antara lain (Irwandi & Adisoma, 2002 :
I.7):
- Pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan dalam
mencapai tujuan.
- Perkiraan terhadap masalah pelaksanaan, kemampuan, harapan, hambatan,
dan kegagalan yang mungkin terjadi.
- Usaha untuk mengurangi ketidakpastian.
- Kesempatan untuk memilih kemungkinan terbaik.
- Penyusunan urutan kepentingan tujuan.
- Alat pengukur atau dasar ukuran dalam pengawasan dan penilaian.
3-1
- Cara penggunaan dan penempatan sumber daya secara berdaya guna dan
berhasil guna.
Tujuan dari pekerjaan perencanaan tambang adalah membuat suatu
rencana produksi tambang untuk satu cebakan bijih yang akan :
- Menghasilkan tonase bijih pada tingkat produksi yang telah ditentukan
dengan biaya-biaya semurah mungkin.
- Menghasilkan aliran kas (cash flow) yang akan memaksimalkan beberapa
kriteria ekonomi, seperti rate of Return atau Net Present value.
Terdapat 3 faktor utama dalam proses perencanaan (Atkinson, 1983
dalam Hartman, 1987 : 154).
a. Faktor geologi dan alam : kondisi geologi, bentuk endapan, kondisi hidrologi,
topografi, dan karateristik metalurgi.
b. Faktor ekonomi : kadar, tonnase, nisbah pengupasan, kadar batas, biaya
operasi, biaya investasi, keuntungan yang diharapkan, tingkat produksi, dan
kondisi pasar.
c. Faktor teknologi : peralatan, kemiringan lereng penambangan, tinggi jenjang,
kemiringan jalan, batas kuasa pertambangan, dan batas penambangan.
3.2 Alat Gali Muat
Jenis alat ini dikenal juga dengan excavator. Beberapa alat mekanis
digunakan untuk menggai tanah dan batuan. Yang termasuk dalam kategori ini
adalah power shovel, backhoe, dragline dan clamshell (Basuki, 2004 : 2)
Alat gali ini mempunyai bagian-bagan utama, antara lain:
a. Bagian atas yang dapat berputar (revolving unit)
b. Bagian bawah untuk berpindah tempat (travelling unit)
c. Bagian-bagian tambahan (attachment) yang dapat diganti sesuai pekerjaan
yang akan dilaksanakan.(Wigroho, 1992 : 49)
3.3 Alat Angkut
Alat angkut adalah alat yang digunakan untuk memindahkan material
hasil penambangan ke tempat penimbunan atau pengolahan.
Pengangkutan batuan, endapan bijih, waste, dan lain-lain merupakan
suatu hal yang sangat mempengaruhi operasi penambangan. Untung rugi suatu
3-2
perusahaan tambang terletak juga pada lancar tidaknya pengangkutan yang
tersedia.
Untuk pengukuran jarak dekat (kurang dari 5 km) dapat dipakai truck dan
power scraper. Untuk pengangkutan jarak sedang (5 – 20 km) dapat dipakai truk
berukuran besar, dan belt conveyor. Sedangkan untuk jarak jauh (> 20 km)
dipergunakan kereta api atau pipa. (Partanto,1989 : 29 ).
3.4 Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat Angkut
3.4.1 Alat Gali Muat Untuk menghitung produktivitas back hoe, pertama-tama kita harus
membatasi terhadap kondisi yang ada pada setiap keadaan pekerjaan.
Back hoe sama seperti power shovel dimana jenis material
mempengaruhi didalam perhitungan produktivitas. Penentuan waktu siklus
backhoe didasarkan pada pemilihan kapasitas bucket (Basuki, 2004 : 35 )
Untuk perhitungan produksi per siklus alat gali muat dapat
menggunakan persamaan dibawah ini: (Anonim, 2002 : 15A-9)
Keterangan :
q = Produksi per siklus (m3)
q1 = Kapasitas Munjung Bucket (m3)
K = Bucket Fill Factor
Kemudian untuk perhitungan produktivitas alat gali muat dapat
menggunakan persamaan dibawah ini : (Anonim, 2002: 15A-9)
x q x E
Keterangan :
Q = Produktivitas alat gali muat (m3/jam)
q = Produksi per siklus (m3)
E = Efisiensi Kerja
CT = Cycle time (detik)
3-3
q = q1 x K…….Persamaan 3.1
…….Persamaan 3.2
3.4.2 Alat AngkutProduktivitas dari truk dipengaruhi oleh waktu siklusnya. Waktu siklus
dump truck terdiri dari waktu pemuatan, waktu pengangkutan, waktu
pembongkaran muatan, waktu perjalanan kembali dan waktu antri (Basuki,
2004 : 83)
Untuk perhitungan produksi per siklus alat gali muat dapat
menggunakan persamaan dibawah ini: (Anonim, 2002: 15A-13)
Keterangan :
q = Produksi per siklus alat angkut (m3)
q1 = Kapasitas Munjung Bucket (m3)
K = Bucket Fill Factor
n = Jumlah pengisian bak oleh bucket /Passing
Kemudian untuk perhitungan produktivitas alat angkut dapat
menggunakan persamaan dibawah ini : (Anonim, 2002 : 15A-19)
x q x E
Keterangan :
Q = Produktivitas alat Angkut (m3/jam)
q = Produksi per siklus (m3)
Eff = Efisiensi Kerja
CT = Cycle time (detik)
3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Alat Mekanis
3.5.1. Waktu edar (Cycle Time)a. Waktu Edar Alat Gali Muat
Terdiri dari waktu untuk menggali, waktu ayunan bermuatan, waktu
untuk menumpahkan muatan, waktu ayunan kosong. (Anonim, 2002: 15A-10)
3-4
Cycle time = ET + STL + DT + STE
q = n x q1 x K…….Persamaan 3.3
…….Persamaan 3.4
….Persamaan 3.5
Keterangan :
ET = Excavating time (detik) DT = Dumping Time (detik)
STL = Swing time Loaded (detik) STE = Swing time empty (detik)
Sedangkan pada beberapa jenis alat telah ditentukan besar cycle time
standar yang dilihat dari beberapa parameter. Cycle time standar alat gali
muat untuk merk Komatsu dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1.Cycle Time Standar untuk Excavator Merk Komatsu Edisi 23
Model Swing Angle (s) Model Swing Angle (s)45o – 90o 90o –
180o45o – 90o 90o – 180o
PC80 10 - 13 13 - 16 PC300, PC350 15 - 18 18 - 21PC100 11 - 14 14 - 17 PC380 16 - 19 19 - 22
PW100,PW130ES
11 - 14 14 - 17 PC400,PC450 16 - 19 19 - 22PC120, PC130 11 - 14 14 - 17 PC750 18 - 21 21 - 24
PC150 13 - 16 16 - 19 PC800 18 - 21 21 - 24PW170ES 13 - 16 16 - 19 PC1250 22 - 25 25 - 28
PC180 13 - 16 16 - 19 PC1800 24 - 27 27 - 30PC200,PC210 13 - 16 16 - 19 PC1400 24 - 30 30 - 37
PW210 14 - 17 17 - 20 PC3000 24 - 30 30 - 37PC220,PC230 14 - 17 17 - 20 PC4000 24 - 30 30 - 37
PC240 15 - 18 18 - 21 PC5500 25 - 31 31 - 38PC250 15 - 18 18 - 21 PC8000 25 - 31 31 - 38
(Sumber : Anonim, 2002 :
Tabel 3.2
Model Swing Angle (s) Model Swing Angle (s)45o – 90o 90o – 180o 45o – 90o 90o – 180o
PC 78 10 ~ 13 13 ~ 16 PC270,PC290 15 ~ 18 18 ~ 21PW140 11 ~ 14 14 ~ 17 PC300,PC350 15 ~ 18 18 ~ 21
PC120, PC130 11 ~ 14 14 ~ 17 PC400,PC450 16 ~ 19 19 ~ 22PC160 13 ~ 16 16 ~ 19 PC600 17 ~ 20 20 ~ 23
PW160,PW180 13 ~ 16 16 ~ 19 PC750,PC800,PC850 18 ~ 21 21 ~ 24
PC180 13 ~ 16 16 ~ 19 PC1250 22 ~ 25 25 ~ 28PC200,PC210 13 ~ 16 16 ~ 19 PC2000 24 ~ 27 27 ~ 30
PW200,220 14 ~ 17 17 ~ 20PC220,PC230,PC24
0 14 ~ 17 17 ~ 20
Cycle Time Standar untuk Excavator Merk Komatsu Edisi 28(Sumber : Anonim, 2007 : 15A-10)
3-5
b. Waktu Edar Alat Angkut
Waktu edar alat angkut pada umumnya terdiri dari waktu menunggu
alat untuk dimuat, waktu diisi muatan, waktu mengangkut muatan, waktu
dumping, waktu kembali kosong. Persamaan waktu edar alat angkut adalah
sebagai berikut : (Anonim, 2007 : 15A-13 )
Keterangan :
LT = Loading Time (detik)
HLT = Hauling Time (detik)
DT = Dumping Time plus time expended (detik)
RT = Return Time (detik)
SLT = Spoting Time (detik)
3.5.2. Pola PemuatanSecara umum klasifikasi pola pemuatan dibagi menjadi tiga kelompok
besar, yaitu :
a. Berdasarkan dari jumlah penempatan posisi truk untuk dimuati terhadap posisi
backhoe
b. Berdasarkan dari posisi truk untuk dimuati hasil galian backhoe
c. Berdasarkan cara manuvernya
Dilihat dari jumlah penempatan posisi truck untuk dimuati terhadap posisi
back hoe (biasa disebut pola gali muat), maka ada 2 pola yaitu:
a. Single Back up, truck memposisikan untuk dimuati pada satu tempat
b. Double Back Up, truck memposisikan diri untuk dimuati pada dua tempat
c. Triple Back Up, truck memposisikan diri untuk dimuati pada tiga tempat.
Berdasarkan dari posisi truck untuk dimuati hasil galian backhoe (pola
galian muat), maka terdapat 2 pola, yaitu :
a. Bottom Loading, dimana posisi backhoe dan truk pada satu level (sama-sama
diatas jenjang)
b. Top Loading, dimana posisi backhoe diatas jenjang dan truk berada dibawah
jenjang.
3-6
Cycle time = LT + HLT + DT + RT + SLT …….Persamaan 3.6
Berdasarkan cara manuvernya, pola muat dapat dibedakan menjadi :
a. Frontal Cut, dimana backhoe berhadapan dengan muka jenjang atau front
penggalian. Pada pola ini alat mulai memuat pertama kali pada truk sebelah
kiri sampai penuh, kemudian dilanjutkan pemuatan pada truk sebelah kanan.
Sudut putar backhoe antara 10o – 110o.
b. Parallel Cut With Drive By, dimana backhoe bergerak melintang dan sejajar
dengan front penggalian. Pola ini diterapkan apabila lokasi pemuatan memiliki
2 (dua) akses dan berdekatan dengan lokasi penimbunan (Indonesianto, 2008
: III.37-38)
3.5.3. Bucket Fill FactorKarakteristik ukuran material memiliki peranan penting dalam menentukan
proses pemuatan. Produksi dari alat muat sangat dipengaruhi oleh material yang
dimuatnya. Disini dikenal istilah faktor pengisian bucket yaitu perbandingan
antara volume material nyata yang dimuat bucket dengan kapasitas munjung
bucket.
Faktor pengisian mangkuk alat muat (F) dapat dinyatakan sebagai
perbandingan volume nyata (Vn) dengan volume munjung teoritis (Vt), seperti
yang dinyatakan dalam persamaan (Anjar, 1997 : 3-2) :
Dimana :
F = Faktor pengisian mangkuk (%)
Vn = Volume nyata atau kapasitas nyata mangkuk (m3)
Vt = Volume munjung teoritis mangkuk (m3)
Sedangkan berdasarkan teoritis bucket fill factor dapat diperoleh dengan
mengacu pada parameter kondisi penggalian, yang terlihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2.Bucket Fill Factor Standar untuk Berbagai Tipe Material
Condition Excavating ConditionsBucket Fill
FactorEasy Excavating natural ground of clayey soil, clay, or soft soil 1.1 – 1.2
Average Excavating natural ground of soil such as sandy soil and dry soil
1.0 – 1.1Rather Difficult
Excavating natural ground of sandy soil with gravel 0.8 – 0.9Difficult Loading Blasted Rock 0.7 – 0.8
3-7
…….Persamaan 3.7
Sumber : Anonim, 2007 : 15A-9
3.5.4. Lebar Jalan Angkut Salah satu sasaran yang penting dalam kelangsungan operasi
penambangan terutama dalam pergerakan alat-alat mekanis berupa alat muat
dan alat angkut adalah kondisi jalan tambang yang akan digunakan. Jalan
tambang yang dimaksud disini adalah jalan angkut yang menghubungkan antara
lokasi penggalian dan lokasi penimbunan.
Fungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk menunjang
kelancaran operasi penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan.
Medan berat yang mungkin terdapat disepanjang rute jalan tambang harus
diatasi dengan mengubah rancangan jalan untuk meningkatkan aspek manfaat
dan keselamatan kerja (Suwandhi, 2004 : 1)
- Lebar Pada Jalan Lurus
Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih,
menurut Aasho Manual Rural High Way Design, harus ditambah dengan
setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan jalan (lihat Gambar
3.1).
Seandainya lebar kendaraan dan jumlah lajur yang direncanakan
masing-masing adalah Wt dan n, maka lebar jalan angkut pada jalan lurus
dapat dirumuskan sebagai berikut (Suwandhi, 2004 : 2):
Dimana :
L min = Lebar jalan angkut minimum, m
n = Jumlah lajur
Wt = Lebar alat angkut, m
3-8
…….Persamaan 3.8
Gambar 3.1Lebar Jalan Angkut Dua Lajur Pada Jalan Lurus
- Lebar Pada Jalan Tikungan
Lebar jalan angkut pada belokan atau tikungan selalu lebih besar
daripada lebar jalan lurus. Untuk lajur ganda, maka lebar jalan minimum pada
belokan didasarkan atas:
Lebar jejak ban
Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan
belakang pada saat membelok;
Jarakantar alat angkut atau kendaraan pada saat bersimpangan;
Jarak dari kedua tepi jalan.
Dengan menggunakan ilustrasi pada Gambar 3.2 dapat dihitung lebar
jalan minimum pada belokan, yaitu seperti terlihat di bawah ini (Suwandhi,
2004 : 3)
di mana :
Wmin = lebar jalan angkut minimum pada belokan, m
U = lebar jejak roda (center to center tires), m
Fa = lebar juntai (overhang) depan, m
Fb = lebar juntai belakang, m
Z = lebar bagian tepi jalan, m
C = jarak antar kendaraan (total lateral clearance), m
3-9
…….Persamaan 3.9
h
x
Gambar 3.2Lebar Jalan Angkut Dua Lajur Pada Belokan
3.5.5. Grade ResistanceGrade resistance adalah tahanan yang timbul dan harus diatasi oleh pull
(gaya) dari mesin, sehubungan dengan kendaraan bergerak menaik (up hill)
(Indonesianto, 2008 : IV-6)
Kemiringan atau “grade” jalan angkut merupakan satu faktor penting yang
harus diamati secara detail dalam kegiatan kajian terhadap kondisi jalan
tambang tersebut. Hal ini dikarenakan kemiringan jalan angkut berhubungan
langsung dengan kemampuan alat angkut, baik dari pengereman maupun dalam
mengatasi tanjakan.
Gambar 3.3Grade Resistance
Kemiringan (grade) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
3-10
…….Persamaan 3.11
Keterangan :
Δh = beda tinggi antara dua titik yang diukur
Δx = jarak datar antara dua titik yang diukur.
Secara umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik
oleh alat angkut besarnya berkisar antara 10%–15%. Akan tetapi untuk jalan naik
maupun turun pada bukit, lebih aman kemiringan jalan maksimum sebesar 8%
atau 4.5o (Suwandi ,2008 : 11)
3.5.6. Cross SlopeCross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan
terhadap bidang horizontal. Pada umumnya jalan angkut mempunyai bentuk
penampang melintang cembung. Dibuat demikian dengan tujuan untuk
memperlancar penyaliran. Apabila turun hujan atau sebab lain, maka air yang
ada pada permukaan jalan akan segera mengalir ke tepi jalan angkut, tidak
berhenti dan mengumpul pada permukaan jalan. Hal ini penting karena air yang
menggenang pada permukaan jalan angkut akan membahayakan kendaraan
yang levat dan mempercepat kerusakan jalan.
Gambar 3.4Penampang Melintang Jalan Angkut
Angka cross slope dinyatakan dalam perbandungan jarak vertical (b) dan
horizontal (a) dengan satuan mm/m. Jalan angkut yang baik memiliki cross slope
3-11
antara 1/50 sampai 1/25 atau 20 mm/m sampai 40 mm/m. (Suwandhi, 2004 : 12-
13).
3.5.7. Swell Factor “Swell” adalah pengembangan volume suatu material setelah digali dari
tempatnya. Di alam, material didapati dalam keadaan padat dan terkonsolidasi
dengan baik, sehingga hanya sedikit bagian-bagian kosong (void) yang terisi
udara di antara butir-butirnya, lebih-lebih kalau butir-butir itu halus sekali.
Apabila material digali dari tempat aslinya, maka akan terjadi
pengembangan volume (swell). Untuk menyatakan berapa besarnya
pengembangan volume itu dikenal dua istilah yaitu : Faktor pengembangan
(Swell factor) dan Persen pengembangan (Percent swell)
Angka-angka faktor pengembangan (swell factor) setiap klasifikasi tanah
atau material berbeda sesuai dengan jenis tanahnya seperti terlihat pada tabel
swell factor berikut ini :
Tabel 3.4.Representative Swell For Different Classes of Earth
Class of Earth Percent Swell (%)
Clean Sand or Gravel 5 – 15
Top Soil 10 - 25
Loamy Soil 10 - 35
Common Earth 20 - 45
Clay 30 - 60
Solid Rock 50 - 80
Sumber : Indonesianto, 2008
Sedangkan Percent Swell adalah perbandingan antara densitas dari material
sesudah digali (loose) dan material sebelum digali (insitu) yang dinyatakan dalam
persen .
SF =
Densitas loose ( ton /m3)Densitas insitu ( ton/m3 ) x 100 % ……persamaan 3.12
3.5.8. Efisiensi Kerja (Job Efficiency)
3-12
Dalam pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan alat berat terdapat
faktor yang mempengaruhi produktivitas alat yaitu efisiensi kerja. Efektivitas alat
tersebut bekerja tergantung dari beberapa hai yaitu:
- kemampuan operator pemakai alat,
- pemilihan dan pemelihara an alat,
- perencanaan dan pengaturan letak alat,
- topografi dan volume pekerjaan,
- kondisi cuaca,
- metode pelaksanaan alat.
Dalam kenyataannya, penentuan besarnya efisiensi kerja sulit diukur,
tetapi dengan dasar pengalaman dapat ditentukan efisiensi kerja yang mendekati
kenyataan.
Untuk penentuan efisiensi teoritis dapat ditentukan berdasarkan tabel
efisiensi kerja seperti pada tabel 3.5.
Tabel 3.5.Tabel Efisiensi Kerja Untuk Berbagai Kondisi
Kondisi Operasi Alat
Pemeliharaan MesinBaik
Sekali Baik Sedang Buruk Buruk Sekali
Baik Sekali 0,83 0,81 0,76 0,70 0,63Baik 0,78 0,75 0,71 0,65 0,60
Sedang 0,72 0,69 0,65 0,60 0,54Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 0,45
Buruk Sekali 0,52 0,50 0,47 0,42 0,32Sumber : Nurhakim, 2004
Cara yang sangat umum dipakai untuk menentukan efisiensi alat adalah
dengan menghitung berapa menit alat tersebut bekerja secara efektif dalam satu
jam, diformulasikan sebagai (Nurhakim, 2004 : 5):
E= CTCT +WT
x100 %
Dimana :
E = Efisiensi Kerja (%)
CT = Cycle Time (sekon)
3-13
…….Persamaan 3.13
WT = Waktu Tunda (sekon)
3.6 Ketersediaan (Avaibility)
Dengan mengetahui tingkat kesediaan dan pemakaian efektif alat maka
dapat diketahui sejauh mana efesiensi alat yang telah operasi. Penunjuk
keadaan alat mekanis dan efektivitas penggunaan dapat dilihat: (Indonesianto,
2008 : III-107)
c. Mechanical Avaibility
Persamaan untuk mechanical availability adalah :
mechanical availability (%) =
Hours worked atau operation hours di mulai dari operator/crew berada di
satu alat dan alat tersebut berada dalam kondisi operable (mesin dan bagian~
bagian lain siap dipakai operasi). Hours worked ini termasuk delay time. Delay
time tersebut meliputi :
a. Kehilangan waktu saat dari dan menuju tempat kerja
b. Moving time
c. Waktu untuk lubrikasi, pengisian bahan bakar, pemeliharaan alat
d. Waktu untuk safety meeting
Repair hours adalah waktu yang dipergunakan untuk: Actual repair,
Waiting for repair, Waiting for part, Waktu yang hilang untuk
maintenance/perawatan
a. Physical of availability
Persamaan untuk Physical availability adalah :
Physical availability (%) =
Stand by hours adalah waktu di mana alat siap pakai (tidak rusak), tetapi
karena satu dan lain hal tidak dipergunakan ketika operasi penambangan sedang
3-14
...persamaan 3.14
.. persamaan 3.15
berlangsung. Perlu diingat bahwa off shift tidak diperhitungkan sebagai stand by
time.
Scheduled hours adalah waktu di mana tambang dikerjakan (the pit is
worked). Dan hal ini meliputi hours worked + repair hours + stand by hours.
Selain kedua cara di atas (mechanical availability dan physical
availability), masih ada dua faktor lagi untuk mengoreksi jam kerja alat yang
sesungguhnya, yaitu: (Indonesianto, 2008 : III-110)
1. Used of availability (UA)
Istilah untuk hours worked, repair hours dan stand by hours sama dengan
yang sudah diterangkan sebelumnya.
2. Effective utilization (EU)
Effective utilization sangat mirip dengan used of availability dan berbeda
hanya dalam hubungan hours worked dengan total hours dibandingkan dengan
available hours (Indonesianto, 2008 : III-110)
3.7 Produktivitas Motor Grader
Untuk melakukan perhitungan produktivitas motor grader pada pekerjaan
tahap akhir, akan sangat dipengaruhi oleh bagan yang dikerjakan, kecakapan
operator dan kondisi medan. Beberapa pabrik pembuat alat mempunyai formula
hitungan yang berbeda dalam menentukan produksi. (Wigroho, 1992 : 100)
Motor grader digunakan untuk banyak tujuan seperti perawatan jalan,
tahap akhir dari kegiatan pemindahan material, pembuatan trench ataupun
pemotongan. Ada banyak cara untuk menghitung besar kapasitas operasi dari
motor grader , (Anonim, 2010 : 15-20) :
QA = V x (Le – Lo) x 1000 x E
3-15
.... persamaan 3.16
.... persamaan 3.17
…….Persamaan 3.18
Dimana :
QA : Produktivitas Motor Grader (m2/jam)
Le : Panjang efektif blade (m)
E : Job efficiency
V : Kecepatan (km/hr)
Lo : Lebar overlap (m)
3.8 Metode Statistik Untuk Menentukan Jumlah Data Yang Dibutuhkan
Dalam menentukan jumlah data yang harus diambil agar hasil yang
diperoleh lebih teliti, maka digunakan metode statistik distribusi student dengan
tingkat konfidensi 90%. Penentuan jumlah data pengamatan tersebut dapat
ditentukan berdasarkan rumus-rumus sebagai berikut (Maulana, 2010 : III.15-16):
a. Jumlah data minimal yang harus diambil :
N =
4 t2 R2
I 2 d2
b. Interval ketelitian dari jumlah data pengamatan :
IM = 2 x to ,90 x δ
√M
c. Standar deviasi :
=
Rd
Keterangan :
N : jumlah data minimal yang harus diambil.
t : suatu harga untuk distribusi student pada C = 90 % (tabel).
R : selisih antara nilai terbesar dan terkecil dari data yang diambil.
I : interval konfidensi untuk tingkat kebenaran 90 %.
d : suatu faktor yang nilainya tergantung dari jumlah data pengamatan
yang diambil (tabel).
3-16
…….
Persamaan 3.19
…….
Persamaan 3.20
…….Persamaan 3.21
IM : interval konfidensi dari jumlah data yang diambil.
: standart deviasi.
M : jumlah data pengamatan yang diambil .
Dengan menggunakan rumus-rumus di atas, maka dapat ditentukan
cukup atau tidaknya jumlah data pengamatan dengan ketentuan : N < M,
sehingga jumlah data pengamatan yang diambil telah mencukupi. (Peurifoy
dalam Maulana, 2010 : III.16)
Tabel 3.6Harga “t” Untuk Distribusi Student Dengan C = 0,90
M t M t5 2,13 19 1,746 2,20 20 1,737 1,94 21 1,738 1,90 22 1,729 1,86 23 1,72
10 1,83 24 1,7111 1,81 25 1,7112 1,80 26 1,7113 1,78 27 1,7114 1,77 28 1,7015 1,76 29 1,7016 1,76 30 1,7017 1,75 > 30 1,6518 1,75 31 1,65
Sumber : Peurifoy dalam Maulana, 2010 : III.16
Tabel 3.7Nilai Faktor “d”
M d M d5 2,326 18 1,6406 2,534 19 3,6407 1,704 20 3,6898 1,847 21 3,7359 1,970 22 3,77810 1,074 23 3,81811 1,173 24 3,85612 1,258 25 3,89113 1,336 26 3,92514 1,407 27 3,95615 1,472 28 3,98516 1,532 29 4,012
3-17
17 1,588 30 4,053Sumber : Peurifoy dalam Maulana, 2010 : III.16
3-18