23
BAB III KAJIAN PUSTAKA 3.1 Perencanaan Tambang Perencanaan adalah penentuan persyaratan teknik pencapaian sasaran kegiatan serta urutan teknis pelaksanaan dalam berbagai macam anak kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan (Irwandi & Adisoma, 2002 : I.1 – I.2). Ada berbagai macam perencanaan antara lain : a. Perencanaan jangka panjang, yaitu suatu perencanaan kegiatan yang jangka waktunya lebih dari lima tahun secara berkesinambungan. b. Perencanaan jangka menengah, yaitu suatu perencanaan kerja untuk jangka waktu antara 1 – 5 tahun. c. Perencanaan jangka pendek, yaitu suatu perencanaan kerja untuk jangka waktu kurang dari setahun demi kelancaran perencanaan jangka menengah dan panjang. d. Perencanaan penyangga atau alternatif ; bagaimanapun baiknya suatu perencanaan telah disusun, kadang‐kadang karena kemudian terjadi hal‐hal tak terduga atau ada perubahan data dan informasi atau timbul hambatan 3-1

Bab III. Kajian Pustaka alat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dasar teori alat

Citation preview

Page 1: Bab III. Kajian Pustaka alat

BAB IIIKAJIAN PUSTAKA

3.1 Perencanaan TambangPerencanaan adalah penentuan persyaratan teknik pencapaian sasaran

kegiatan serta urutan teknis pelaksanaan dalam berbagai macam anak kegiatan

yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan (Irwandi &

Adisoma, 2002 : I.1 – I.2).

Ada berbagai macam perencanaan antara lain :

a. Perencanaan jangka panjang, yaitu suatu perencanaan kegiatan yang jangka

waktunya lebih dari lima tahun secara berkesinambungan.

b. Perencanaan jangka menengah, yaitu suatu perencanaan kerja untuk jangka

waktu antara 1 – 5 tahun.

c. Perencanaan jangka pendek, yaitu suatu perencanaan kerja untuk jangka

waktu kurang dari setahun demi kelancaran perencanaan jangka menengah

dan panjang.

d. Perencanaan penyangga atau alternatif ; bagaimanapun baiknya suatu

perencanaan telah disusun, kadang‐kadang karena kemudian terjadi hal‐hal

tak terduga atau ada perubahan data dan informasi atau timbul hambatan

(kendala) yang sulit untuk diatasi, sehingga dapat menyebabkan kegagalan,

maka harus diadakan perubahan dalam perencanaannya.

Fungsi perencanaan secara umum antara lain (Irwandi & Adisoma, 2002 :

I.7):

- Pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan dalam

mencapai tujuan.

- Perkiraan terhadap masalah pelaksanaan, kemampuan, harapan, hambatan,

dan kegagalan yang mungkin terjadi.

- Usaha untuk mengurangi ketidakpastian.

- Kesempatan untuk memilih kemungkinan terbaik.

- Penyusunan urutan kepentingan tujuan.

- Alat pengukur atau dasar ukuran dalam pengawasan dan penilaian.

3-1

Page 2: Bab III. Kajian Pustaka alat

- Cara penggunaan dan penempatan sumber daya secara berdaya guna dan

berhasil guna.

Tujuan dari pekerjaan perencanaan tambang adalah membuat suatu

rencana produksi tambang untuk satu cebakan bijih yang akan :

- Menghasilkan tonase bijih pada tingkat produksi yang telah ditentukan

dengan biaya-biaya semurah mungkin.

- Menghasilkan aliran kas (cash flow) yang akan memaksimalkan beberapa

kriteria ekonomi, seperti rate of Return atau Net Present value.

Terdapat 3 faktor utama dalam proses perencanaan (Atkinson, 1983

dalam Hartman, 1987 : 154).

a. Faktor geologi dan alam : kondisi geologi, bentuk endapan, kondisi hidrologi,

topografi, dan karateristik metalurgi.

b. Faktor ekonomi : kadar, tonnase, nisbah pengupasan, kadar batas, biaya

operasi, biaya investasi, keuntungan yang diharapkan, tingkat produksi, dan

kondisi pasar.

c. Faktor teknologi : peralatan, kemiringan lereng penambangan, tinggi jenjang,

kemiringan jalan, batas kuasa pertambangan, dan batas penambangan.

3.2 Alat Gali Muat

Jenis alat ini dikenal juga dengan excavator. Beberapa alat mekanis

digunakan untuk menggai tanah dan batuan. Yang termasuk dalam kategori ini

adalah power shovel, backhoe, dragline dan clamshell (Basuki, 2004 : 2)

Alat gali ini mempunyai bagian-bagan utama, antara lain:

a. Bagian atas yang dapat berputar (revolving unit)

b. Bagian bawah untuk berpindah tempat (travelling unit)

c. Bagian-bagian tambahan (attachment) yang dapat diganti sesuai pekerjaan

yang akan dilaksanakan.(Wigroho, 1992 : 49)

3.3 Alat Angkut

Alat angkut adalah alat yang digunakan untuk memindahkan material

hasil penambangan ke tempat penimbunan atau pengolahan.

Pengangkutan batuan, endapan bijih, waste, dan lain-lain merupakan

suatu hal yang sangat mempengaruhi operasi penambangan. Untung rugi suatu

3-2

Page 3: Bab III. Kajian Pustaka alat

perusahaan tambang terletak juga pada lancar tidaknya pengangkutan yang

tersedia.

Untuk pengukuran jarak dekat (kurang dari 5 km) dapat dipakai truck dan

power scraper. Untuk pengangkutan jarak sedang (5 – 20 km) dapat dipakai truk

berukuran besar, dan belt conveyor. Sedangkan untuk jarak jauh (> 20 km)

dipergunakan kereta api atau pipa. (Partanto,1989 : 29 ).

3.4 Produktivitas Alat Gali Muat dan Alat Angkut

3.4.1 Alat Gali Muat Untuk menghitung produktivitas back hoe, pertama-tama kita harus

membatasi terhadap kondisi yang ada pada setiap keadaan pekerjaan.

Back hoe sama seperti power shovel dimana jenis material

mempengaruhi didalam perhitungan produktivitas. Penentuan waktu siklus

backhoe didasarkan pada pemilihan kapasitas bucket (Basuki, 2004 : 35 )

Untuk perhitungan produksi per siklus alat gali muat dapat

menggunakan persamaan dibawah ini: (Anonim, 2002 : 15A-9)

Keterangan :

q = Produksi per siklus (m3)

q1 = Kapasitas Munjung Bucket (m3)

K = Bucket Fill Factor

Kemudian untuk perhitungan produktivitas alat gali muat dapat

menggunakan persamaan dibawah ini : (Anonim, 2002: 15A-9)

x q x E

Keterangan :

Q = Produktivitas alat gali muat (m3/jam)

q = Produksi per siklus (m3)

E = Efisiensi Kerja

CT = Cycle time (detik)

3-3

q = q1 x K…….Persamaan 3.1

…….Persamaan 3.2

Page 4: Bab III. Kajian Pustaka alat

3.4.2 Alat AngkutProduktivitas dari truk dipengaruhi oleh waktu siklusnya. Waktu siklus

dump truck terdiri dari waktu pemuatan, waktu pengangkutan, waktu

pembongkaran muatan, waktu perjalanan kembali dan waktu antri (Basuki,

2004 : 83)

Untuk perhitungan produksi per siklus alat gali muat dapat

menggunakan persamaan dibawah ini: (Anonim, 2002: 15A-13)

Keterangan :

q = Produksi per siklus alat angkut (m3)

q1 = Kapasitas Munjung Bucket (m3)

K = Bucket Fill Factor

n = Jumlah pengisian bak oleh bucket /Passing

Kemudian untuk perhitungan produktivitas alat angkut dapat

menggunakan persamaan dibawah ini : (Anonim, 2002 : 15A-19)

x q x E

Keterangan :

Q = Produktivitas alat Angkut (m3/jam)

q = Produksi per siklus (m3)

Eff = Efisiensi Kerja

CT = Cycle time (detik)

3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Alat Mekanis

3.5.1. Waktu edar (Cycle Time)a. Waktu Edar Alat Gali Muat

Terdiri dari waktu untuk menggali, waktu ayunan bermuatan, waktu

untuk menumpahkan muatan, waktu ayunan kosong. (Anonim, 2002: 15A-10)

3-4

Cycle time = ET + STL + DT + STE

q = n x q1 x K…….Persamaan 3.3

…….Persamaan 3.4

….Persamaan 3.5

Page 5: Bab III. Kajian Pustaka alat

Keterangan :

ET = Excavating time (detik) DT = Dumping Time (detik)

STL = Swing time Loaded (detik) STE = Swing time empty (detik)

Sedangkan pada beberapa jenis alat telah ditentukan besar cycle time

standar yang dilihat dari beberapa parameter. Cycle time standar alat gali

muat untuk merk Komatsu dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1.Cycle Time Standar untuk Excavator Merk Komatsu Edisi 23

Model Swing Angle (s) Model Swing Angle (s)45o – 90o 90o –

180o45o – 90o 90o – 180o

PC80 10 - 13 13 - 16 PC300, PC350 15 - 18 18 - 21PC100 11 - 14 14 - 17 PC380 16 - 19 19 - 22

PW100,PW130ES

11 - 14 14 - 17 PC400,PC450 16 - 19 19 - 22PC120, PC130 11 - 14 14 - 17 PC750 18 - 21 21 - 24

PC150 13 - 16 16 - 19 PC800 18 - 21 21 - 24PW170ES 13 - 16 16 - 19 PC1250 22 - 25 25 - 28

PC180 13 - 16 16 - 19 PC1800 24 - 27 27 - 30PC200,PC210 13 - 16 16 - 19 PC1400 24 - 30 30 - 37

PW210 14 - 17 17 - 20 PC3000 24 - 30 30 - 37PC220,PC230 14 - 17 17 - 20 PC4000 24 - 30 30 - 37

PC240 15 - 18 18 - 21 PC5500 25 - 31 31 - 38PC250 15 - 18 18 - 21 PC8000 25 - 31 31 - 38

(Sumber : Anonim, 2002 :

Tabel 3.2

Model Swing Angle (s) Model Swing Angle (s)45o – 90o 90o – 180o 45o – 90o 90o – 180o

PC 78 10 ~ 13 13 ~ 16 PC270,PC290 15 ~ 18 18 ~ 21PW140 11 ~ 14 14 ~ 17 PC300,PC350 15 ~ 18 18 ~ 21

PC120, PC130 11 ~ 14 14 ~ 17 PC400,PC450 16 ~ 19 19 ~ 22PC160 13 ~ 16 16 ~ 19 PC600 17 ~ 20 20 ~ 23

PW160,PW180 13 ~ 16 16 ~ 19 PC750,PC800,PC850 18 ~ 21 21 ~ 24

PC180 13 ~ 16 16 ~ 19 PC1250 22 ~ 25 25 ~ 28PC200,PC210 13 ~ 16 16 ~ 19 PC2000 24 ~ 27 27 ~ 30

PW200,220 14 ~ 17 17 ~ 20PC220,PC230,PC24

0 14 ~ 17 17 ~ 20

Cycle Time Standar untuk Excavator Merk Komatsu Edisi 28(Sumber : Anonim, 2007 : 15A-10)

3-5

Page 6: Bab III. Kajian Pustaka alat

b. Waktu Edar Alat Angkut

Waktu edar alat angkut pada umumnya terdiri dari waktu menunggu

alat untuk dimuat, waktu diisi muatan, waktu mengangkut muatan, waktu

dumping, waktu kembali kosong. Persamaan waktu edar alat angkut adalah

sebagai berikut : (Anonim, 2007 : 15A-13 )

Keterangan :

LT = Loading Time (detik)

HLT = Hauling Time (detik)

DT = Dumping Time plus time expended (detik)

RT = Return Time (detik)

SLT = Spoting Time (detik)

3.5.2. Pola PemuatanSecara umum klasifikasi pola pemuatan dibagi menjadi tiga kelompok

besar, yaitu :

a. Berdasarkan dari jumlah penempatan posisi truk untuk dimuati terhadap posisi

backhoe

b. Berdasarkan dari posisi truk untuk dimuati hasil galian backhoe

c. Berdasarkan cara manuvernya

Dilihat dari jumlah penempatan posisi truck untuk dimuati terhadap posisi

back hoe (biasa disebut pola gali muat), maka ada 2 pola yaitu:

a. Single Back up, truck memposisikan untuk dimuati pada satu tempat

b. Double Back Up, truck memposisikan diri untuk dimuati pada dua tempat

c. Triple Back Up, truck memposisikan diri untuk dimuati pada tiga tempat.

Berdasarkan dari posisi truck untuk dimuati hasil galian backhoe (pola

galian muat), maka terdapat 2 pola, yaitu :

a. Bottom Loading, dimana posisi backhoe dan truk pada satu level (sama-sama

diatas jenjang)

b. Top Loading, dimana posisi backhoe diatas jenjang dan truk berada dibawah

jenjang.

3-6

Cycle time = LT + HLT + DT + RT + SLT …….Persamaan 3.6

Page 7: Bab III. Kajian Pustaka alat

Berdasarkan cara manuvernya, pola muat dapat dibedakan menjadi :

a. Frontal Cut, dimana backhoe berhadapan dengan muka jenjang atau front

penggalian. Pada pola ini alat mulai memuat pertama kali pada truk sebelah

kiri sampai penuh, kemudian dilanjutkan pemuatan pada truk sebelah kanan.

Sudut putar backhoe antara 10o – 110o.

b. Parallel Cut With Drive By, dimana backhoe bergerak melintang dan sejajar

dengan front penggalian. Pola ini diterapkan apabila lokasi pemuatan memiliki

2 (dua) akses dan berdekatan dengan lokasi penimbunan (Indonesianto, 2008

: III.37-38)

3.5.3. Bucket Fill FactorKarakteristik ukuran material memiliki peranan penting dalam menentukan

proses pemuatan. Produksi dari alat muat sangat dipengaruhi oleh material yang

dimuatnya. Disini dikenal istilah faktor pengisian bucket yaitu perbandingan

antara volume material nyata yang dimuat bucket dengan kapasitas munjung

bucket.

Faktor pengisian mangkuk alat muat (F) dapat dinyatakan sebagai

perbandingan volume nyata (Vn) dengan volume munjung teoritis (Vt), seperti

yang dinyatakan dalam persamaan (Anjar, 1997 : 3-2) :

Dimana :

F = Faktor pengisian mangkuk (%)

Vn = Volume nyata atau kapasitas nyata mangkuk (m3)

Vt = Volume munjung teoritis mangkuk (m3)

Sedangkan berdasarkan teoritis bucket fill factor dapat diperoleh dengan

mengacu pada parameter kondisi penggalian, yang terlihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2.Bucket Fill Factor Standar untuk Berbagai Tipe Material

Condition Excavating ConditionsBucket Fill

FactorEasy Excavating natural ground of clayey soil, clay, or soft soil 1.1 – 1.2

Average Excavating natural ground of soil such as sandy soil and dry soil

1.0 – 1.1Rather Difficult

Excavating natural ground of sandy soil with gravel 0.8 – 0.9Difficult Loading Blasted Rock 0.7 – 0.8

3-7

…….Persamaan 3.7

Page 8: Bab III. Kajian Pustaka alat

Sumber : Anonim, 2007 : 15A-9

3.5.4. Lebar Jalan Angkut Salah satu sasaran yang penting dalam kelangsungan operasi

penambangan terutama dalam pergerakan alat-alat mekanis berupa alat muat

dan alat angkut adalah kondisi jalan tambang yang akan digunakan. Jalan

tambang yang dimaksud disini adalah jalan angkut yang menghubungkan antara

lokasi penggalian dan lokasi penimbunan.

Fungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk menunjang

kelancaran operasi penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan.

Medan berat yang mungkin terdapat disepanjang rute jalan tambang harus

diatasi dengan mengubah rancangan jalan untuk meningkatkan aspek manfaat

dan keselamatan kerja (Suwandhi, 2004 : 1)

- Lebar Pada Jalan Lurus

Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih,

menurut Aasho Manual Rural High Way Design, harus ditambah dengan

setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kiri dan kanan jalan (lihat Gambar

3.1).

Seandainya lebar kendaraan dan jumlah lajur yang direncanakan

masing-masing adalah Wt dan n, maka lebar jalan angkut pada jalan lurus

dapat dirumuskan sebagai berikut (Suwandhi, 2004 : 2):

Dimana :

L min = Lebar jalan angkut minimum, m

n = Jumlah lajur

Wt = Lebar alat angkut, m

3-8

…….Persamaan 3.8

Page 9: Bab III. Kajian Pustaka alat

Gambar 3.1Lebar Jalan Angkut Dua Lajur Pada Jalan Lurus

- Lebar Pada Jalan Tikungan

Lebar jalan angkut pada belokan atau tikungan selalu lebih besar

daripada lebar jalan lurus. Untuk lajur ganda, maka lebar jalan minimum pada

belokan didasarkan atas:

Lebar jejak ban

Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan

belakang pada saat membelok;

Jarakantar alat angkut atau kendaraan pada saat bersimpangan;

Jarak dari kedua tepi jalan.

Dengan menggunakan ilustrasi pada Gambar 3.2 dapat dihitung lebar

jalan minimum pada belokan, yaitu seperti terlihat di bawah ini (Suwandhi,

2004 : 3)

di mana :

Wmin = lebar jalan angkut minimum pada belokan, m

U = lebar jejak roda (center to center tires), m

Fa = lebar juntai (overhang) depan, m

Fb = lebar juntai belakang, m

Z = lebar bagian tepi jalan, m

C = jarak antar kendaraan (total lateral clearance), m

3-9

…….Persamaan 3.9

Page 10: Bab III. Kajian Pustaka alat

h

x

Gambar 3.2Lebar Jalan Angkut Dua Lajur Pada Belokan

3.5.5. Grade ResistanceGrade resistance adalah tahanan yang timbul dan harus diatasi oleh pull

(gaya) dari mesin, sehubungan dengan kendaraan bergerak menaik (up hill)

(Indonesianto, 2008 : IV-6)

Kemiringan atau “grade” jalan angkut merupakan satu faktor penting yang

harus diamati secara detail dalam kegiatan kajian terhadap kondisi jalan

tambang tersebut. Hal ini dikarenakan kemiringan jalan angkut berhubungan

langsung dengan kemampuan alat angkut, baik dari pengereman maupun dalam

mengatasi tanjakan.

Gambar 3.3Grade Resistance

Kemiringan (grade) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

3-10

…….Persamaan 3.11

Page 11: Bab III. Kajian Pustaka alat

Keterangan :

Δh = beda tinggi antara dua titik yang diukur

Δx = jarak datar antara dua titik yang diukur.

Secara umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik

oleh alat angkut besarnya berkisar antara 10%–15%. Akan tetapi untuk jalan naik

maupun turun pada bukit, lebih aman kemiringan jalan maksimum sebesar 8%

atau 4.5o (Suwandi ,2008 : 11)

3.5.6. Cross SlopeCross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan

terhadap bidang horizontal. Pada umumnya jalan angkut mempunyai bentuk

penampang melintang cembung. Dibuat demikian dengan tujuan untuk

memperlancar penyaliran. Apabila turun hujan atau sebab lain, maka air yang

ada pada permukaan jalan akan segera mengalir ke tepi jalan angkut, tidak

berhenti dan mengumpul pada permukaan jalan. Hal ini penting karena air yang

menggenang pada permukaan jalan angkut akan membahayakan kendaraan

yang levat dan mempercepat kerusakan jalan.

Gambar 3.4Penampang Melintang Jalan Angkut

Angka cross slope dinyatakan dalam perbandungan jarak vertical (b) dan

horizontal (a) dengan satuan mm/m. Jalan angkut yang baik memiliki cross slope

3-11

Page 12: Bab III. Kajian Pustaka alat

antara 1/50 sampai 1/25 atau 20 mm/m sampai 40 mm/m. (Suwandhi, 2004 : 12-

13).

3.5.7. Swell Factor “Swell” adalah pengembangan volume suatu material setelah digali dari

tempatnya. Di alam, material didapati dalam keadaan padat dan terkonsolidasi

dengan baik, sehingga hanya sedikit bagian-bagian kosong (void) yang terisi

udara di antara butir-butirnya, lebih-lebih kalau butir-butir itu halus sekali.

Apabila material digali dari tempat aslinya, maka akan terjadi

pengembangan volume (swell). Untuk menyatakan berapa besarnya

pengembangan volume itu dikenal dua istilah yaitu : Faktor pengembangan

(Swell factor) dan Persen pengembangan (Percent swell)

Angka-angka faktor pengembangan (swell factor) setiap klasifikasi tanah

atau material berbeda sesuai dengan jenis tanahnya seperti terlihat pada tabel

swell factor berikut ini :

Tabel 3.4.Representative Swell For Different Classes of Earth

Class of Earth Percent Swell (%)

Clean Sand or Gravel 5 – 15

Top Soil 10 - 25

Loamy Soil 10 - 35

Common Earth 20 - 45

Clay 30 - 60

Solid Rock 50 - 80

Sumber : Indonesianto, 2008

Sedangkan Percent Swell adalah perbandingan antara densitas dari material

sesudah digali (loose) dan material sebelum digali (insitu) yang dinyatakan dalam

persen .

SF =

Densitas loose ( ton /m3)Densitas insitu ( ton/m3 ) x 100 % ……persamaan 3.12

3.5.8. Efisiensi Kerja (Job Efficiency)

3-12

Page 13: Bab III. Kajian Pustaka alat

Dalam pelaksanaan pekerjaan dengan menggunakan alat berat terdapat

faktor yang mempengaruhi produktivitas alat yaitu efisiensi kerja. Efektivitas alat

tersebut bekerja tergantung dari beberapa hai yaitu:

- kemampuan operator pemakai alat,

- pemilihan dan pemelihara an alat,

- perencanaan dan pengaturan letak alat,

- topografi dan volume pekerjaan,

- kondisi cuaca,

- metode pelaksanaan alat.

Dalam kenyataannya, penentuan besarnya efisiensi kerja sulit diukur,

tetapi dengan dasar pengalaman dapat ditentukan efisiensi kerja yang mendekati

kenyataan.

Untuk penentuan efisiensi teoritis dapat ditentukan berdasarkan tabel

efisiensi kerja seperti pada tabel 3.5.

Tabel 3.5.Tabel Efisiensi Kerja Untuk Berbagai Kondisi

Kondisi Operasi Alat

Pemeliharaan MesinBaik

Sekali Baik Sedang Buruk Buruk Sekali

Baik Sekali 0,83 0,81 0,76 0,70 0,63Baik 0,78 0,75 0,71 0,65 0,60

Sedang 0,72 0,69 0,65 0,60 0,54Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 0,45

Buruk Sekali 0,52 0,50 0,47 0,42 0,32Sumber : Nurhakim, 2004

Cara yang sangat umum dipakai untuk menentukan efisiensi alat adalah

dengan menghitung berapa menit alat tersebut bekerja secara efektif dalam satu

jam, diformulasikan sebagai (Nurhakim, 2004 : 5):

E= CTCT +WT

x100 %

Dimana :

E = Efisiensi Kerja (%)

CT = Cycle Time (sekon)

3-13

…….Persamaan 3.13

Page 14: Bab III. Kajian Pustaka alat

WT = Waktu Tunda (sekon)

3.6 Ketersediaan (Avaibility)

Dengan mengetahui tingkat kesediaan dan pemakaian efektif alat maka

dapat diketahui sejauh mana efesiensi alat yang telah operasi. Penunjuk

keadaan alat mekanis dan efektivitas penggunaan dapat dilihat: (Indonesianto,

2008 : III-107)

c. Mechanical Avaibility

Persamaan untuk mechanical availability adalah :

mechanical availability (%) =

Hours worked atau operation hours di mulai dari operator/crew berada di

satu alat dan alat tersebut berada dalam kondisi operable (mesin dan bagian~

bagian lain siap dipakai operasi). Hours worked ini termasuk delay time. Delay

time tersebut meliputi :

a. Kehilangan waktu saat dari dan menuju tempat kerja

b. Moving time

c. Waktu untuk lubrikasi, pengisian bahan bakar, pemeliharaan alat

d. Waktu untuk safety meeting

Repair hours adalah waktu yang dipergunakan untuk: Actual repair,

Waiting for repair, Waiting for part, Waktu yang hilang untuk

maintenance/perawatan

a. Physical of availability

Persamaan untuk Physical availability adalah :

Physical availability (%) =

Stand by hours adalah waktu di mana alat siap pakai (tidak rusak), tetapi

karena satu dan lain hal tidak dipergunakan ketika operasi penambangan sedang

3-14

...persamaan 3.14

.. persamaan 3.15

Page 15: Bab III. Kajian Pustaka alat

berlangsung. Perlu diingat bahwa off shift tidak diperhitungkan sebagai stand by

time.

Scheduled hours adalah waktu di mana tambang dikerjakan (the pit is

worked). Dan hal ini meliputi hours worked + repair hours + stand by hours.

Selain kedua cara di atas (mechanical availability dan physical

availability), masih ada dua faktor lagi untuk mengoreksi jam kerja alat yang

sesungguhnya, yaitu: (Indonesianto, 2008 : III-110)

1. Used of availability (UA)

Istilah untuk hours worked, repair hours dan stand by hours sama dengan

yang sudah diterangkan sebelumnya.

2. Effective utilization (EU)

Effective utilization sangat mirip dengan used of availability dan berbeda

hanya dalam hubungan hours worked dengan total hours dibandingkan dengan

available hours (Indonesianto, 2008 : III-110)

3.7 Produktivitas Motor Grader

Untuk melakukan perhitungan produktivitas motor grader pada pekerjaan

tahap akhir, akan sangat dipengaruhi oleh bagan yang dikerjakan, kecakapan

operator dan kondisi medan. Beberapa pabrik pembuat alat mempunyai formula

hitungan yang berbeda dalam menentukan produksi. (Wigroho, 1992 : 100)

Motor grader digunakan untuk banyak tujuan seperti perawatan jalan,

tahap akhir dari kegiatan pemindahan material, pembuatan trench ataupun

pemotongan. Ada banyak cara untuk menghitung besar kapasitas operasi dari

motor grader , (Anonim, 2010 : 15-20) :

QA = V x (Le – Lo) x 1000 x E

3-15

.... persamaan 3.16

.... persamaan 3.17

…….Persamaan 3.18

Page 16: Bab III. Kajian Pustaka alat

Dimana :

QA : Produktivitas Motor Grader (m2/jam)

Le : Panjang efektif blade (m)

E : Job efficiency

V : Kecepatan (km/hr)

Lo : Lebar overlap (m)

3.8 Metode Statistik Untuk Menentukan Jumlah Data Yang Dibutuhkan

Dalam menentukan jumlah data yang harus diambil agar hasil yang

diperoleh lebih teliti, maka digunakan metode statistik distribusi student dengan

tingkat konfidensi 90%. Penentuan jumlah data pengamatan tersebut dapat

ditentukan berdasarkan rumus-rumus sebagai berikut (Maulana, 2010 : III.15-16):

a. Jumlah data minimal yang harus diambil :

N =

4 t2 R2

I 2 d2

b. Interval ketelitian dari jumlah data pengamatan :

IM = 2 x to ,90 x δ

√M

c. Standar deviasi :

=

Rd

Keterangan :

N : jumlah data minimal yang harus diambil.

t : suatu harga untuk distribusi student pada C = 90 % (tabel).

R : selisih antara nilai terbesar dan terkecil dari data yang diambil.

I : interval konfidensi untuk tingkat kebenaran 90 %.

d : suatu faktor yang nilainya tergantung dari jumlah data pengamatan

yang diambil (tabel).

3-16

…….

Persamaan 3.19

…….

Persamaan 3.20

…….Persamaan 3.21

Page 17: Bab III. Kajian Pustaka alat

IM : interval konfidensi dari jumlah data yang diambil.

: standart deviasi.

M : jumlah data pengamatan yang diambil .

Dengan menggunakan rumus-rumus di atas, maka dapat ditentukan

cukup atau tidaknya jumlah data pengamatan dengan ketentuan : N < M,

sehingga jumlah data pengamatan yang diambil telah mencukupi. (Peurifoy

dalam Maulana, 2010 : III.16)

Tabel 3.6Harga “t” Untuk Distribusi Student Dengan C = 0,90

M t M t5 2,13 19 1,746 2,20 20 1,737 1,94 21 1,738 1,90 22 1,729 1,86 23 1,72

10 1,83 24 1,7111 1,81 25 1,7112 1,80 26 1,7113 1,78 27 1,7114 1,77 28 1,7015 1,76 29 1,7016 1,76 30 1,7017 1,75 > 30 1,6518 1,75 31 1,65

Sumber : Peurifoy dalam Maulana, 2010 : III.16

Tabel 3.7Nilai Faktor “d”

M d M d5 2,326 18 1,6406 2,534 19 3,6407 1,704 20 3,6898 1,847 21 3,7359 1,970 22 3,77810 1,074 23 3,81811 1,173 24 3,85612 1,258 25 3,89113 1,336 26 3,92514 1,407 27 3,95615 1,472 28 3,98516 1,532 29 4,012

3-17

Page 18: Bab III. Kajian Pustaka alat

17 1,588 30 4,053Sumber : Peurifoy dalam Maulana, 2010 : III.16

3-18