Upload
truonghanh
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
31
BAB III
MEKANISME PEMBIAYAAN MURABAHAH
DI BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) HUDATAMA SEMARANG
A. Profil Baitul Mal Wa Tamwil Hudatama Semarang
1. Sejarah Perkembangan Baitul Mal Wa Tamwil Hudatama Semarang
Baitul Mal Wa Tamwil Hudatama Semarang pada awalnya berkantor
pusat di Jl Tumpang Raya No.50 Semarang, didirikan pada tanggal 2
Oktober 1998 Masehi, dan baru memperoleh status Badan Hukum
Koperasi pada tanggal 25 Maret 1999 Masehi. Akta pendirian BMT
Hudatama tersebut dibuat di Semarang dan disahkan oleh Menteri
Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia dengan
Surat Keputusan No. 033/ BH/ KWK.11-30/ III/ 99.BMT Hudatama telah
di daftarkan dalam Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia Kota Semarang pada tanggal 25 Maret 1999 Masehi.
Anggaran dasar BMT Hudatama belum pernah mengalami perubahan
sejak saat berdiri.
Seiring dengan perkembangannya pada tahun 2001 BMT Hudatama
telah mempunyai kantor kas di Jl Tumpang raya No.104 Semarang, hal ini
di karenakan untuk memudahkan para nasabah yang ingin menyetorkan
uangnya dan mengambil uang kepada BMT, karena sebagian besar
nasabah adalah Masyarakat yang bermukim di daerah Sampangan selain
itu juga kantor yang ada di Jl. Tumpang raya No.50 sudah tidak mampu
32
lagi menampung nasabah yang semakin hari semakin banyak. Seiring
dengan adanya Kantor baru maka bertambah pula karyawan yang di
butuhkan oleh BMT dari karyawan yang hanya berjumlah enam orang
bertambah menjadi delapan orang demi pelayanan kepada nasabah. Akan
tetapi, pada tahun 2006 pihak pengurus memutuskan untuk memperbesar
kantor yang ada di Jl.Tumpang raya No.104 dengan demikian maka kantor
yang sebelumnya yaitu di Jl. Tumpang rya No.50 tidak di pergunakan lagi
lagi karena yang di Jl. Tmpang raya No. 104 dianggap lebih representatif
dan menimbulkan rasa nyaman bagi nasabah. Dengan demikian maka
kantor pengurus maupun pengelola sekarang berkantor di Jl. Tumpang
raya No.104 Semarang
Baitul Mal Wa Tamwil Hudatama Semarang ini adalah koperasi
yang berdasarkan pada syari’ah Islam dan tidak mengakui bunga yang
dilarang keras dalam ajaran Islam. BMT Hudatama menerapkan sistem
bagi hasil dan mark-up dalam menyalurkan dana yang diperoleh.
Berdasarkan peraturan pemerintah No.9 tahun 1995 tentang
pelaksanaan kegiatan Unit Simpan Pinjam Koperasi, BMT Hudatama telah
memperoleh ijin untuk melaksanakan kegiatan simpan pinjam yang
termasuk di dalamnya adalah memberikan pembiayaan. Berdasarkan surat
keputusan Menteri Koperasi dan Pengusaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia No. 194/ KEP/ M/ IX/ 1998 tentang penilaian kesehatan
Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pimnjam, BMT Hudatama di
nyatakan sehat dalam usahanya. Pada tahun 2002 dalam rangka Hari Jadi
33
Kota Semarang ke – 455 BMT Hudatama mendapatkaan Juara III Lomba
Koperasi Berprestasi dan mendapat bantuan modal bergulir dari
Pemerintah Kota Semarang.
Adapun tujuan dari BMT Hudatama Semarang sebagaimana yang
tertuang dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ ART)
adalah sebgai berikut:1
1. Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial dengan
cara:
a. Meningkatkan kesempatan kerja.
b. Meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan usaha.
c. Meningkatkan pendapatan
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membangun tatanan
perekonomian nasional yang maju dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945.
3. Mengembangkan lembaga Koperasi dan sistem perekonomian yang
sehat berdasarkan efesiensi dan keadilan serta mampu meningkatkan
partisipasi masyarakat dengan cara menggalakkan usaha-usaha
ekonomi rakyat/ usaha ekonomi kecil.
1 Wawancara dengan Bapak Khoirudin, Manajer umum BMT Hudatama, hari selasa 7 Mei
2006 jam 09.00 WIB
34
4. Mendidik dan membimbing masyarakat untuk berfikir secara
ekonomis, berperilaku bisnis dalam meningkatkan kualitas hidup
mereka.
Adapun prinsip-prinsip yang digunakan dalam
mengoperasionalkannya BMT Hudatama berada dalm koridor-koridor
sebagai berikut:2
a. Keadilan.
Prinsip ini tercermin dalam penerapan imbalan dasar bagi hasil
dan pengambilan margin yang didasarkan pada keuntungan yang di
sepakati bersama antara pihak BMT Hudatama dan nasabah.
b. Kemitraan
Nasabah, Investor, Pengusaha dan BMT berada dalam hubungan
yang sejajar sebagai mitra yang saling menguntungkan dan
bertanggung jawab.
c. Transparan
Hal ini dapat diwujudkan melalui laporan keuntungan yang
terbuka secara berkesinambungan, sehingga nasabah dapat mengetahui
dengan segera kondisi keuangan dan kualitas manajemen yang baik.
d. Universal
BMT Hudatama bertekad menjadi alat yang ampuh untuk
mendukung perkembangan usaha masyarakat tanpa membedakan suku,
agama, ras dan status sosial.
2 Ibid
35
2. Visi dan Misi Baitul Mal Wa Tamwil Hudatama Semarang3
a. Visi Baitul Mal Wa Tamwil Hudatama Semarang.
Menjadi Lembaga Keuangan Syari’ah kebanggaan umat yang
amanah, sehat, dan propesional dengan mengembangkan pola
kemitraan untuk pemberdayaan ekonomi ummat dalam rangka
dakwah.
b. Misi Baitul Mal Wa Tamwil Hudatama Semarang
• Memberikan layanan jasa keuangan syari’ah yang amanah dan
profesional.
• Meningkatkan peran pemberdayaan ekonomi ummat.
• Mengokohkan peran dakwah Bil Khall kepada masyarakat.
3. Struktur Organisasi dan Job Description Baitul Mal Wa Tamwil
Hudatama Semarang
Struktur organisasi pada Baitul Mal Wa Tamwil Hudatam Semarang
terdiri atas:
1. Manager: berwenang dan bertanggung jawab dalam keseluruhan
progam BMT dan membawahi secara langsung bagian Administrasi
Pembukuan (AP), teller, dan bagian marketing.
2. Administrasi Pembukuan: bertanggung jawab dan berwenang mengatsi
pendokumentasian (kearsipan), kelengkapan data/ bukti-bukti mutasi
untuk kebenaran pencatatan transaksi sesuai dengan prinsip akutansi
3 ibid
36
Islam tepat pada waktunya. Mengendalikan biaya operasioanal BMT
guna menjamin kegiatan operasional dan administrasi BMT agar
berjalan efektif dan efesien agar sesuai dengan kebijakan yang telah
digariskan oleh BMT sendiri. Begian ini langsung membawahi urusan
administrasi pembiayaan, urusan administrasi keuangan, dan
administrasi intern.
3. Teller/ Kasir: bertanggung jawab melaksanakan seluruh aktifitas yang
berhubungan dengan transaksi kas, mengatur dan bertanggung jawab
atas pelaksanaan administrasi danlaporan perincian kas setiap hari.
4. Marketing: bertanggung jawab menjual produk dan meningktkan citra,
pelayanan BMT baik pembiayaan maupun tabungan dan membina,
mengatur serta mengawasi serta melaksanakan kegiatan mengamankan
posisi BMT dalam hal pembiayaan dan simpanan anggota sesuai
dengan AD/ ART.
Adapun Struktur Organisasi Baitul Maal Wa Tamwil Hudatama
Semarang adalah:
1. Pengurus dan Pengawas.
Pengurus:
Ketua : Ir. H. Mohammad Saleh, M.Si
Sekertaris : Ir. Hj. Lies Herawati
Drs. Sutanto, Apt.
Bendahara : Dra. Suhermi, M.Si
Dra. Hj.Widyawati Afifah, Msi.
37
Pengawas
Ketua : Drs. H. Sriyadi
Anggota : Drs. H. Mahno Raharjo
H. Abdulrachman Hz
2. Pengelola
Manajer : Khoirudin, S.pd
Kabag. Op. Lapangan : Darojat Nugroho Agung N, SE
Kabag. Op. Kantor : Bancol, SE
Teller/ member Care : Rahmawati N
Indah K, Amd.
Petugas Lapangan : Gunawan
Maryatun
29
STRUKTUR ORGANISASI BMT HUDATAMA
Rapat Anggota Tahunan
Dewan Pengurus Dewan Pengwas Syari’ah
Manajer
Dewan Audit
Marketing Manajemen Administrasi
Custemer Service
Urusan Pengalangan dana
Urusan pemb Anggota
TELLER
Mnajemen Umum
Urusan Pemby Maal wa tamwil
39
4. Produk-produk Baitul Mal Wa Tamwil Hudatama Semarang
Sesuai dengan tujuan BMT tersebut diatas, maka BMT berusaha
untuk menjalankan kegiatannya dan sekaligus mengembangkan usahanya
semaksimal mungkin, sejauh tidak melanggar batasan-batasan syari’ah.
Mengingat segala aktiviatas, mulai dari pendirian sampai operasional
perusahaan adalah berdasarkan prinsip syari’ah.
Sebagai konskwensinya, dalam menjalankan kegiatan usaha-
usahanyapun perusahaan mengembangkan produk dan jasa yang
disesuaikan dengan landasan syari’ah antara lain:4
1. Penghimpunan Dana (Funding)
a. Simanan Usaha Banyak Manfaat (SAHABAT)
Simpanan ini merupakan simpanan yang menggunakan akad
Mudharabah dimana nasabah akan memperoleh keuntungan dari
BMT berdasarkan laba yang di peroleh oleh BMT. Tabungan ini
merupakan tabungan yang banyak sekali digunakan oleh nasabah
dalam menyimpan uangnya di BMT, hal ini dikarenakan banyak
sekali keunggulan dan kemudahaan yang di tawarkan oleh pihak
BMT. Adapun kelebihan yang dapat di rasakan oleh nasabah antara
lain: dapat digunakan sebagai jaminan apabila nasabah ingin
mengajukan pembiayaan kepada BMT, tersedianya antara jemput
pengambilaan dan penyetoran, dikeola dengan prinsip saling tolong
4 Brosur BMT Hudatama Semarang
40
antar sahabat, tersedia hadiah menarik bagi nasabah dan penarikan
dapat dilakukan sewaktu-waktu
b. Simpanan Suka Rela lancar (SI SUKA)
Simpanan ini merupakan simpanan yang menggunakaan akad
Mudharabah dalam melakukan transaksinya, simpanan ini sering
di gunakan oleh para Nasabah yang notabene masih siswa atau
kepada para perkumpulan pengajian karena sifat dari simpananini
adalah diberuntukkan bagi mereka yang penyetorannya tetap dan
skalanya kecil.
c. Simpanan Qurban (SI QUSUR)
Simapanan Qurban merupakan simpanan yang mana
diperuntukkan bagi mereka yang ingin berqurban pada Hari Raya
Qurban, kerena tabungan ini dapat diambil hanya pada waktu Hari
Raya Qurban, dan nasabah bisa langsung mendapatkan kambing
atau sapi yang ingin diqurbankan atau nasabah juga dapat membeli
sendiri hewan tersebut tanpa melalui pihak BMT.
d. Simpanan Suka Rela Berjangka (SI SUKA)
Simpanan suka rela berjangka merupakan simpanan yang
metodenya sama dengan metode pada deposito. Tabungan ini
dikelola dengan prinsip Mudharabah Mutlaqoh. Dengan prinsip
ini, dana tabungan diperlakukan sebagai investasi yang selanjutnya
disalurkan untuk aktivitas pembiayaan. Dari investsi tersebut BMT
Hudatama bertekad memberikan keuntungan dari pembiayaan
41
tersebut dengan formula bagi hasil yang disepakati oleh pihak
nasabah dengan BMT Hudatama Semarang
2. Penyaluran Dana (Financing)
a. Mudharabah
Pembiayaan Mudharabah merupakan pembiayaan untuk
proyek-proyek jangka pendek maupun jangka panjang dengan
sistem bagi hasil. Dalam hal ini pihak BMT Hudatama bertindak
sebagai shohibul mal (pemilik modal) yang menyediakan modal
100% dan nasbah bertindak sebagai mudhorib (pengelola). Jika
proyek mendapat keuntungan maka keuntungan dibagi berdasarkan
kesepakatan awal. Sedangkan jika terjadi kerugian yang
disebabkan karena bukan kelalaian dari nasabah, maka hal itu
menjadi resiko bank.
b. Musyarokah
Pembiayaan Musyarokah di lakukan apabila nasabah
memiliki sebagian modal proyek dan pihak BMT menyediakan
modal sebagian lagi. Dalam hal ini berlaku kaidah “ Keuntungan di
bagi menurut porsi modal masing-masing “
c. Murabahah
Pembiayaan Murabahah merupakan jenis pembiyaan yang
sering digunakan oleh nasabah dalam mengajukan pembiayaan.
Pembiayaan ini adalah pembiayaan dimanapihak BMT bertindak
42
sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Dari transaksi ini
pihak BMT memperoleh keuntungan dari kesepakatan yang telah
disepakati oleh nasabah dengan BMT dalam perjanjian jual beli
barang tersebut atau dari selisih harga jual dan harga beli.
d. Bai’ Bisaman Ajil
Pembiayaan ini merupakan jenis pembiayaan yang sama
dengan pembiayaan Murabahah akan tetapi, perbedaan dari
pembiayaan Murabahah dengan pembiayaan ini adalah model
pembayaran utangnya. Dalam pebiayaan ini nasabah dalam
melakukan pembayaran utang mengunakan cicilan yang dapat
diangsur setiap bulannya.
e. Ijaroh
Pembiayaan ijaroh merupakan pembiayaan untuk
kepemilikan yang merupakan jangka panjang dapat diterapkan
sistem sewa menyewa atau dikenal dengan akad ijaroh. BMT
Hudatama bertindak sebagai pemberi sewa dan nasabah bertindak
sebagai penyewa, pada ahir masa sewa pihak BMT dapat
menjualnya kepada nasabah.
43
B. Mekanisme Pembiayaan Murabahah di Baitul Mal Wa Tamwil
Hudatama Semarang
1. Pengertian Pembiayaan Murabahah.
Pembiyaan Murabahah adalah salah satu produk unggulan yang ada
di BMT Hudatama Semarang dalam lending product. Prinsip dasar BMT
adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana dari dan
untuk masyarakat. Untuk itu, BMT sebagai lembaga keuangan dalam
bentuk Koperasi Simpan pinjam unit syari’ah tidak lepas dari prinsip
operasional tersebut, diantaranya melalui pembiayaan Murabahah, sebagai
langkah untuk menyalurkan dana yang dihimpun oleh BMT.
Pembiayaan Murabahah merupakan interpretasi dari pembiayaan
berdasarkan prinsip jual beli, hal ini dimungkinkan untuk menghindari
praktek sistem bunga yang di praktekkan di bank konvensional.
BMT Hudatama mengartikan pembiayaan Murabahah sebagai
bentuk jual beli dengan keuntungan yang disepakati bersama antara pihak
BMT dengan pihak nasabah,5 dalam hal ini pihak BMT diartikan sebagai
penjual dan nasabah sebagai pembeli, yang mana dalam pengadaan barang
yang akan dibeli oleh nasabah pihak BMT mewakilkan kepada nasabah
untuk membeli barang dari suplaier yang dikehendaki dengan penuh
tanggung jawab.
Dalam akad Murabahah tertuang berapa pembiayaan yang akan
disetujui, besarnya angsuran dan mark up yang diambil oleh pihak BMT,
5 Wawancara dengan Bapak Darojat Nugroho Agung N, SE. Staf Keuangan BMT
Hudatama, tanggal 14 Mei 2006 jam 09.00 Wib.
44
seperti yang ada dalam surat perjanjian akad Murabahah pasa 1 yaitu:
pihak I setuju untuk memberikan pembiayaan kepada pihak ke II sebesar:,
dan pasal II yang menyebutkan pembelian barang tersebut pada pasal I
oleh pihak I dikuasakan penuh kepada pihak II dengan penuh tanggung
jawab, pasal III berbunyi selanjutnya barang tersebut dibeli oleh pihak II
dari pihak I dengan harga: dan dalam pasal IV menyebutkan tanggal jatuh
tempo serta model pelunasan yang akan dilakukan oleh nasabah, serta
besarnya angsuran pokok dan angsuran mark up yang harus dibayar oleh
nasabah setiap bulannya. Apabila kita melihat dari pasal III tersebut
disanya mengisyaratkan adanya praktek jual-beli, hal ini tidaklah lepas
dari prinsip Murabahah yaitu jual-beli.
Syarat utama dalam pembiayaan Murabahah adalah mengetahui
harga dasar dan keuntungan yang disepakati. Dalam mengartikan harga
dasar BMT Hudatama mengartikan sebagai harga yang sesungguhnya dari
suplaier, hal ini tentunya dibuktikan dengan menunjukkan kwitansi dari
pihak suplaier. Adapun mengenai rincian biaya-biaya yang terkait dengan
pengadaan barang tersebut seperti biaya tranportasi, akomodasi dan
administrasi merupakan tanggungan dari pihak BMT Hudatama yang
mana biaya tersebut tidak ditambahkan menjadi harga dasar dari suatu
barang.
Dalam pembebanan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh BMT terkait
dengan pengadaan barang yang diinginkaan oleh nasabah tersebut tidak
ditambahkan dalam harga dasar suatu barang akan tetapi dimasukkan
45
dalam biaya administrasi yang besarnya 2% dari total pembiayaan yang
dikeluarkan oleh BMT hudatama, biaya administrasi tersebut dibayarkan
ketika nasabah sudaah disetujui permohonan pembiayaannya dan sudah
dapat dicairkan oleh nasabah.6
Biaya administrasi tersebut diambil oleh manajemen BMT dengan
mengasumsikan biaya apa saja yang akan dikeluarkan oleh pihak BMT
dalam setiap tahunnya untuk keperluan administrasi BMT dan biaya yang
harus ditanggung oleh BMT dalam menjalani bisnis ini, dengan asumsi
tersebut maka tidak adanya standar yang menyatakan tentang biaya-biaya
yang terkait dengan pembiayaan suatu nasabah. Selain itu hal ini juga
ditempuh untuk menutupi dari pengeluaran yang dikeluarkan oleh BMT
kepada nasabah yang permohonan pembiayaannya tidak disetujui oleh
BMT.
Keuntungan yang disepakati dalam pembiayaan Murabahah adalah
hasil dari pembicaraan dari pihak nasabah dengan pihak BMT Hudatama
dimana dalam pembicaraan tersebut menentukan berapa besar keuntungan
yang akan diambil oleh pihak BMT, hal ini dikarenakan Murabahah
merupakan pembiayaan dengan prinsip jual beli. Akan tetapi, setiap
lembaga keuangan pastilah mempunyai batas limit dari keuntungan yang
harus mereka peroleh kerena lembaga keuangan tetntunya membutuhkan
dana yang cukup untuk menggaji karyawan dan operasionaal kantor.
6 Wawancara dengan Ibu Rahmawati, Staf Bagian Teller, tanggal 16 Mei 2006 jam 10.00
Wib.
46
Adapun batas limit yang diterapkan di BMT Hudatama Semarang yaitu
sebanding denganr 2% perbulan dari harga dasar suatu barang tersebut.
Dalam pembiayaan Murabahah terutama yang bertujuan untuk
pembelian kendaraan bermotor nasabah dapat memberikan uang muka
kepada BMT dalam pembelian kendaraan bermotor, dan besarnya uang
muka yaitu 30% dari harga pembelian motor. Hal ini terkait dengan sifat
dari pembiayaan ini yang menggunakan prinsip jual beli dalam
operasionalnya, maka dari itu pihak BMT hanya memberikan pembiayaan
menurut besarnya kekurangan dari pembelian kendaraan bermotor
tersebut. Mark up dari pembiayaan yang menggunakan uang muka adalah
disesuaikan dengan besarnya kekurangan dari pembelian tersebut.
Dalam pembebanan mark up kepada nasabah tentunya setiap
lembaga keuangan mempunyai standarisasi yang berbeda-beda. Demikian
pula yang ada di BMT Hudatama dimana standarisari mark up mengalami
perubahan dari semenjak berdiri BMT ini. Standarisasi mark up BMT dari
semenjak berdiri sampai tahun 2004 sebesar sebanding dengan 2,3%
perbulan dari pembiayaan yang disetujui. Akan tetapi ketika tahun 2005
sampai sekarang pihak BMT memberikan standar sebesar sebanding
dengan 2% perbulan dari pembiayaan yang disetujui. Turunnya
standarisasi tersebut tidak lepas dari turunnya SBI pada waktu itu. 7
Sebuah lembaga keuangan yang beroperasi dengan sistem syari’ah
BMT Hudatama dalam mengucurkan dana kepada masyarakat berupa
7 Wawancara dengan Bapak Darojat Nugroho Agung N, SE, Loc. cit
47
pembiayaan juga berprisip syari’ah. Seperti kita ketahui pembiayaan
Murabahah adalah pembiayaan yang berprinsip sesuai dengan jual beli,
maka dari itu dalam pelaksanaannya pun haruslah demikian. Dalam jual
beli adanya tawar menawar dari pihak penjual dan pembeli, ini juga
berlaku di BMT Hudatama yang menggunakan pembiayaan ini dimana
pihak nasabah diberikan hak untuk menawar mark up yang akan
ditentukan oleh pihak BMT.
Sistem pembayaran dari pembiayaan Murabahah dapat dilakuakan
secara tunai dan angsuran. Secara tunai yaitu ketika nasabah pesan barang
dan barang sudah ada maka pihak nasabah dapat langsung membayarnya
dengan kontan, adapun secara angsuran yaitu nasabah dapat mengangsur
setiap bulannya sampai batas waktu pembayaran yang disepakati selesai.
Adapun untuk jatuh tempo pembayaran pihak BMT memberikan batas
maksimal jatuh tempo adalah dua tahun, karena pembiayaan ini adalah
pembiayaan kepemilikan barang yang mana sifat dari pembiayaan ini rata-
rata untuk kepentingan konsutif.
Untuk perhitungan angsuran dibedakan antara angsuran pokok dan
angsuran mark up, angsuran pokok adalah angsuran dari kekurangan untuk
pembelian barang, adapun angsuran mark up adalah angsuran keuntungan
yang diterima oleh BMT sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Khusus untuk pembiayaan dengan tujuan pembelian sepeda motor dengan
menggunakan uang muka terjadi perbedaan dalam angsuran, akan tetapi
48
perbedaan terebut tidak pada mark up akan tetapi dikarenakan jatuh tempo
yang disepakati berbeda.8
Contoh dari perbedan tersebut yaitu: tuan sukiswanto mau membeli
motor dengan harga Rp.10.000.000. dengan uang muka Rp.3.000.000.
dengan kekurangan uang sebesar Rp.7.000.000. daei kekurangan tersebut
setelah melalui prosedur dan penelitian lebih lanjut pihak BMT telah
menyetujui untuk memberikan pembiayaan kepada tuan sukiswanto
berdasarkan kekurangan dari pembelian kendaraan bermotor tersebut
diatas. Dari kekurangan tersebut tuan sukiswanto telah menyetujui mark
up yang akan diberikan kepada BMT sebesar Rp.1.680.000. dengan
angsuran selama 12 bulan, dengan begitu maka cicilan mark up perbulan
sebesar Rp.140.000. dengan angsuran pokok perbulan adalah Rp.583.400.
maka angsuran yang harus dibayar perbulan sebesar Rp.723.400. dan total
yang harus dibayar oleh tuan sukiswanto ketika jatuh tempo sebesar
Rp.8.680.000. Akan tetapi, apabila tuan sutarno mengambil angsuran 24
bulan maka maka beban mark up yang dibebankan kepada tuan
sukiswanto sebesar Rp.3.360.000. dengan angsuran pokok perbulan
sebesar Rp.291.700 dan angsuran mark up perbulan sebesar
Rp.140.000.dengan begitu total angsuran yang harus dibayar ketika jatuh
tempo sebesar Rp.10.360.000. dengan demikian yang membedakan adalah
angsuran pokok perbulan karena jatuh temponya yang diminta oleh
nasabah berbeda. Adapun mark up nya tetaplah sama biarpun orang
8 Ibid
49
tersebut menggunakan uang muka. Untuk lebih memperjelas maka bisa
dilihat dalam tabel berikut ini:
Contoh angsuran tuan sukiswanto jika mengambil masa angsuran 12 bulan
No Bulan Angsuran Pokok
Angsuran Mark up
Total Angsuran
1 Januari 583.400. 140.000. 723.400. 2 Pebuari 583.400 140.000. 723.400. 3 Maret 583.400 140.000. 723.400. 4 April 583.400 140.000. 723.400. 5 Mei 583.400 140.000. 723.400. 6 Juni 583.400 140.000. 723.400. 7 Juli 583.400 140.000. 723.400. 8 Agustus 583.400 140.000. 723.400. 9 September 583.400 140.000. 723.400. 10 Oktober 583.400 140.000. 723.400. 11 November 583.400 140.000. 723.400. 12 Desember 583.400 140.000. 723.400.
Total 7.000.000. 1.680.000. 8.680.000.
Contoh angsuran tuan sukiswanto jika mengambil 24 bulan
No Bulan Angsuran Pokok
Angsuran mark up
Total Angsuran
1 Januari 291.700. 140.000. 431.700. 2 Pebuari 291.700. 140.000. 431.700. 3 Maret 291.700. 140.000. 431.700. 4 April 291.700. 140.000. 431.700. 5 Mei 291.700. 140.000. 431.700. 6 Juni 291.700. 140.000. 431.700. 7 Juli 291.700. 140.000. 431.700. 8 Agustus 291.700. 140.000. 431.700. 9 September 291.700. 140.000. 431.700. 10 Oktober 291.700. 140.000. 431.700. 11 November 291.700. 140.000. 431.700. 12 Desember 291.700. 140.000. 431.700. 13 Januari 291.700. 140.000. 431.700. 14 Pebuari 291.700. 140.000. 431.700. 15 Maret 291.700. 140.000. 431.700. 16 April 291.700. 140.000. 431.700.
50
17 Mei 291.700. 140.000. 431.700. 18 Juni 291.700. 140.000. 431.700. 19 Juli 291.700. 140.000. 431.700. 20 Agustus 291.700. 140.000. 431.700. 21 September 291.700. 140.000. 431.700. 22 Oktober 291.700. 140.000. 431.700. 23 November 291.700. 140.000. 431.700. 24 Desember 291.700. 140.000. 431.700.
Total 7.000.000. 3.360.000. 10.360.000.
Jaminan merupakan sesuatu yang harus ada dalam suatu
pembiayaan. Karena, jaminan merupakan suatu bentuk keterikatan antara
pihak lembaga penyedia dana dengan pihak pemuhon dana. Hal ini juga
yang berlaku di BMT Hudatama Semarang dimana seseorang yang
mengajukan pembiayaan haruslah melampirkan jaminan yang akan
dijaminkan kepada pihak BMT. BMT Hudatama dalam mengartikan
jaminan adalah segala sesuatu yang dapat dinominalkan, adapun besarnya
jaminan adalah sesuai dengan batas limit dari pengajuan pembiayaan oleh
pemohon pembiayaan.
Bentuk dari jaminan yang biasa digunakan oleh pemohon dalam
mengajukan pembiayaan bisa berupa BPKB ataupun sertifikat tanah dari
pemohon, selain dari jaminan tersebut pihak pemohon juga bisa
menjaminkan barang seperti TV, kulkas dll. Akan tetapi, untuk jaminan
yang berupa TV atau kulkas tersebut hanya dibolehkan untuk jenis
pembiayaan yang nominalnya tidak lebih dari Rp.500.000. hal ini
dikarenakan nilai jaminan haruslah sesuai dengan batas limit dari
permohonan pembiayaan.9
9 Ibid
51
Apabila nantinya terjadi kemacetan dalam pengangsuran maka posisi
jaminan akan tetap, akan tetapi, ketika waktu jatuh tempo belum dapat
melunasinya dan dilakukan proses rescuduling maka nilai dari jaminan
tersebut akan ditaksir ulang sesuai dengan sisa dari angsuran yang harus
dibayarkan oleh nasabah tersebut. Apakah masih sesuai dengan batas limit
dari pembiayaan atau tidak sesuai dan diperlukan tambahan jaminan lagi.
Penyitaan atau penarikan jaminan oleh pihak BMT dapat dilakukan
apabila setelah dilakukan penelitian pihak nasabah dianggap tidak adanya
suatu niatan untuk melunasinya. Adapun jaminan yang berupa kendaraan
bermotor proses rescuduling hanya boleh dilakukan sebanyak dua kali,
setelah dua kali maka nasabah diwajibkan untuk membayar kekuarangan
dari angsuran atau akan ada penarikan dari jaminan, hal ini dikarenakan
nilai dari motor tersebut semakin tahun maka akan semakin turun dan hal
itu tidak sesuai lagi dengan batas limit jaminan yang ditetapkan. Adapun
yang menggunakan jaminan berupa sertifikat tanah maka proses
rescuduling dapat dilakukan sampai tiga kali dan dari pihak nasabah
ataupun dari keluarga diwajibkan untuk menebus apa yang menjadi
jaminan. Adapun besarnnya tebusan yaitu sesuai dengan kekurangan dari
angsuran nasabah.
Murabahah sebagai penganut prinsip jual beli di BMT apabila dilihat
dari rantingnya terhadap produk-produk pembiayaan lainnya menempati
orsi yang tertinggik ke dua setelah pembiayaan BBA. Hal ini dapat dilihat
dalam laporan keuangan yang dkelurkan BMT dalam rapat anggota
52
tahunan dimana BMT mengeluarkan pembiayaan Murabahah pada tahun
2003 sebesar Rp.214.350.000, pada tahun 2004 BMT mengeluarkan
pembiayaan sebesar Rp. 168.576.637 dan pada tahun 2004 BMT
mengeluarkan pembiayaan Murabahah sebesar Rp.51.897.000 10
Hal ini membuktikan bahwa banyaknya nasabah yang menggunakan
akad Murabahah dalam melakukan pembiayaan di BMT Hudatama. Hal
ini juga tidak lepas dari kebijakan BMT sendiri yang meproitaskan pada
pembiayaan Murabahah, ini dilakukan dengan alasan beban operasional
yang ditanggung oleh BMT sangatlah besar. Maka dari itu, pihak BMT
banyak mengarahkan untuk menggunakan akad ini dalam melakukan
pembiayaannya. Selain itu, dengan pembiayaan Murabahah keuntungan
yang akan di dapat BMT sudah pasti dan tidak perlu melakukan
pengawasan yang ketat ketika orang tersebut melunasi hutangnya.
Di BMT Hudatama aplikasi Murabahah di terapkan pada dua macam
pembiayaan:
a. Pembiayaan Modal Usaha.
Pembiayaan Modal Usaha di berikan kepada mereka yang ingin
memperoleh barang yang digunakan untuk menunjang usaha mereka
atau untuk berwirausaha. Seperti untuk pembelian motor yang
nantinya digunakan untuk bekerja sebagai tukang ojek atau untuk
pembelian alat-alat kantor yang mana digunakan untuk memperluas
dan mepernyaman kantor yang digunakan untuk usaha dan juga
10 Laporan Keuangan Tahun 2003, 2004, 2005 BMT Hudatama pada Rapat Anggota
Tahunan tahun 2004 dan 2005.
53
pembelian komputer untuk mendirikan usaha rental komputer. Adapun
mekanismenya sama dengan pembiayaan yang lain hanya di tambah
dengan anggunan yang akan di jaminkan kepada pihak BMT.
b. Pembiayaan Pemilikan Barang
Pembiayaan Pemilikan Barang diberikan kepada mereka yang
membutuhkan barang untuk kepentingan konsumtif seperti pembelian
sepeda motor untuk digunakan sendiri dan renovasi rumah baik dari
segi bahan bangunannya atau perabotnya.adapun mekanismenya sama
dengan pembiayaan yang diberikan dengan akad lainnya, hanya kalau
itu di lakukan oleh kelompok atau perusahan maka harus menyertakan
data kelompoknya dan slip gaji mereka serta akta pendirian suatu
perusahaan tersebut.
2. Ketentuan Pembiayaan Murabahah.
Adapun ketentuan pembiayaan Murabahah adalah sebgai berikut:11
a. Sumber pendapatan tetap.
b. Domisili di Semarang
c. Barang tersebut berguna bagi nasabah
d. Barang tersebut dapat melancarkan usahanya.
e. Bersedia di survei
f. Mengajukan permohonan pembiayaan yang berisi:
- Nama dan alamat yang jelas.
11 Formulir Permohonan Pembiayaan Murabahah BMT Hudatama Semarang
54
- Tujuan Penggunaan dana
- Rencana kebutuhan pembiayaan
- Kondisi Ekonomi
- Anggunan
g. Dapat dipercaya.
h. Ada anggunan.
i. Telah menjadi anggota BMT Hudatama.
j. Menyertakan kwitansi atau brosur dari barang yang akan dibeli oleh
nasabah (digunakan untuk kepentikan penelitian dan memperoleh
informasi tentang harga dasar dari pembiayaan yang akan disetujui)
3. Mekanisme Pembiayaan Murabahah
Berdasarkan data yang kami peroleh dari staff bagian operasional
lapangan yaitu Bapak Darojat Nurjono Agung N. SE. bahwa pada
dasarnya seseorang yang akan mengajukan pembiayaan Murabahah harus
melalui mekanisme yang telah ditentukan oleh pihak BMT Hudatama
sebagai berikut :12
a. Nasabah datang ke BMT hudatama dengan membawa surat
permohonan Murabahah. Dalam surat permohonan tersebut,
dilampirkan jenis barang yang dibutuhkan, tujuan pembiayaan, jangka
waktu, sumber dana dan cara untuk melunasi hutang. Selain data
tersbut juga di cantumkan data seperti: nama, alamat lengkap, KTP/
12 Wawancara dengan Bapak Agung Darojat Nurjono Agung pada tanggal 22 mei 2006
55
SIM/ Pasport, Kartu Keluarga, pekerjaan pemohon dan status rumah
pemohon.
b. Nasabah mengisi data survei yang telah disediakan oleh pihak BMT,
data tersebut digunakan untuk melakukan survei oleh pihak BMT.
Data survei ini harus diisi dengan benar karena akan menentukan
kelayakan dari nasabah.
c. Nasabah mengisi formulir untuk menjadi calon anggota koperasi,
karena BMTmerupakan lembaga koperasi yang mana dalam syarat
untuk mendapatkan pembiayaan haruslah menjadi anggota koperasi
terlebih dahulu.
d. Nasabah memberikan keterangan tentang tujuan pengajukan
pembiayaan pada pihak BMT. Serta, memberikan jenis akad apa yang
akan digunakan oleh nasabah apabila disetuji permohonannya oleh
BMT.
e. Bagian marketing akan datang ke rumah pemohon untuk melakukan
survei sesuai dengan data yang diisi oleh nasabah pada waktu
pengajuan pembiayaan. Dalam hal ini pihak marketing harus jeli dalam
melakukan pengamatan kerena hal ini yang dijadikan sebagai dasar
dalam melakukan kelayakan pembiayaan.
f. Pihak BMT melakukan analisa kelayakan pembiayaan apakah pantas
nasabah tersebut diberikan pembiayaan atau tidak.
g. Pihak BMT Hudatama melakukan akad Murabahah yakni jual beli
antara pihak BMT dengan nasabah untuk menjual barang yang diatas
56
namakan pihak BMT kepada nasabah. Dalam hal ini barang yang
diperjual belikan telah dibeli oleh nasabah dengan penuh tanggung
jawab.
h. Setelah melakukan akad maka nasabah dapat langsung mencairkan
dana yang telah disetujui dalam pembiayaan dengan membayar uang
sebesar 2% dari pembiayaan yang nasabah peroleh untuk biaya
administrasi.
i. Setelah nasabah melakukan akad maka sesuai dengan spefikasi yang
diminta, selanjutnya sesuai dengan isi perjanjian Murabahah,
pelunasan hutang nasabah dilaksanakan oleh nasabah sesuai dengan
jangka waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
C. Proses Rescuduling di Baitul Mal Wa Tamwil Hudatama Semarang
Dalam suatu pembiayaan tidak selamanya suatu pembiayaan yang
dilakukan akan berjalan dengan lancar. BMT Hudatama merupakan lembaga
yang beroperasi dengan prinsip syari’ah. Maka dari itu, dalam penyelesaian
kredit macet tidak bisa langsung ditarik apa yang telah menjadi jaminan oleh
nasabah. Apabila terjadi hal yang demikian ini maka pihak BMT akan
melakukan penelitian bagaimana hal ini bisa tejadi. Apakah orang tesebut
mampu untuk membayar akan tetapi tidak punya etikat baik dari nasabah
untuk membayarkan apa yang menjadi tanggungannya atau orang tersebut
memang tidak mempunyai kemampuan yang disebabkan oleh sebab-sebab
57
tertentu sehingga orang tersebut tidak mampu lagi untuk membayar hutannya
kepada BMT.
Apabila diketahui orang tersebut memang dalam kenyataanya tidak
mempu lagi untuk melunasinya karena sebab tertentu seperti: bangkrut,
mengalami musibah atau lainnya, maka pihak BMT melakukan akad baru
yang di sebut dengan rescuduling. Hal ini dimaksudkan supaya tidak merusak
akad karena dalam rescuduling berarti perpanjangan angsuran dengan
melakukan akad baru dan margin keuntungan yang baru, dengan kata lain
kekurangan hutang yang ada dibuat akad baru dengan kesepakatan yang baru
pula.
Seseorang nasabah dapat dikatakan macet dalam angsurannya yaitu
ketika orang tersebut belum melunasi apa yang menjadi kwajibanya pada
BMT setelah jatuh tempo yang pembayaran yang disepakati antara kedua
belah pihak telah habis. Pembiayaan pada BMT ketika terjadi kemacetan
dalam angsuran haruslah secara administrasi dan evaluasi. Yang dimaksudkan
dengan evaluasi yaitu ketika belum jatuh tempo pihak BMT telah
mengevaluasi apa yang terjadi kepada nasabah mengalai penunggakan
pembayaran setiap bulannya. Adapun sistemnya yaitu pihak BMT mendatangi
rumah nasabah dan menanyakan apa yang terjadi pada nasabah sehingga
mereka tidak melaksanakan angsurannya pada waktu penunggakan, hal ini
dimaksudkan karena dari hasil evaluasi ini yang menjadi patokan dari pihak
BMT untuk melakukan kebijakan selanjutnya apakah akan dilakukan proses
resceduling dengan akad yang sama atau akan dilakukan resceduling dengan
58
akad Qordul Hasan, dan dari evaluasi ini juga dapat diketahui apakah orang
tersebut sengaja tidak mengangsur ataupun tidak sengaja atau karena ada
sesuatu hal yang mengakibatkan nasabah tersebut tidakdapat melaksanan
angsurannya, seperti terkena musibah kebakaran atau yag lainnya.
Adapun kriteria dari BMT Hudatama dalam menilai seseorang dapat
melakukan rescuduling adalah:13
1. Ada kesanggupan untuk membayar sisa kekurangan angsurannya.
2. Mengakui kelalaiannya karena tidak melunasi kewajibannya sesuai dengan
perjanjian yang ditentukan.
3. Bersedia dan berjanji untuk melunasi sisa kekurangan angsuran.
4. Usahanya tetap berjalan.
5. Ada potensi untuk mengembalikan sisa angsuran.
6. Persesuaian nilai nomial jaminan (apakah masih sesuai dengan nilai sisa
jaminan atau tidak)
Rescuduling dapat berlangsung sampai tiga tahap. Dengan kata lain
apabila seseorang melakukan perjanjian selama 10 bulan akan tetapi setelah
lima bulan dia tidak bisa melanjutkan karena suatu musibah, dan setelah di
nyatakan macet oleh pihak BMT maka nasabah akan di panggil ke BMT dan
dilakukan akad baru, dengan akad baru maka perjanjian baru pula dengan
kesanggupan membayar yang baru dan jangka waktu yang baru.
Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan nasabah belum
sanggup untuk membayar lagi, maka dapat dilakukan proses rescuduling lagi
13 Ibid
59
sampai terjadi tiga kali, apabila sampai tiga kali dilakukan rescuduling
nasabah belum mampu untuk membayarnya lagi, maka pihak BMT
melakukan penelitian lagi apakah benar orang tersebut memang tidak mampu
untuk membayar. Apabila terjadi yang demikian maka pihak BMT
menganggap orang tersebut memang layak untuk dibantu karena mereka
dianggap orang yang berhutang dan tidak mampu lagi untuk membayar
hutangnya. Maka, dilakukan akad baru pula akan tetapi akad ini berbeda
dengan sebelumya, apabila dalam akad yang lalu masih menggunakan akad
Murabahah maka akad yang baru ini menggunakan akad Qordul Hasan dan si
nasabah di wajibkan hanya membayar pokok dari pinjamannya saja.
Apabila seseorang telah melakukan resceduling sebanyak tiga kali
maka pihak BMT akan melakukan penelitian lagi apakah orang tersebut
termasuk dalam golongan orang yang tidak mampu membayar sehingga
berhak menerima dana zakat atau nasabah tersebut memang sengaja tidak
melunasi kewajibannya. Apabila nasabah tersebut tidak mampu lagi untuk
membayarnya karena terjadinya suatu musibah yang menimpa nasabah
tersebut maka dilakukan proses rescuduling dengan menggunakan akad
Qordul Hasan dengan artian dibebaskan dari sisa angsuran. Dengan suatu
mekanisme dimana asabah di panggil ke kantor BMT dan ditanya kembali
apakah masih sanggup apabila tidak, maka diberikan keringanan dengan
menyatakan bahwa utang tersebut telah dilunasi oleh pihak ketiga. Dana untuk
melunasi utang tersebut diambilkan dari dana Bina Hasan yang mana dana
terebut berasal dari pengelolaan zakat oleh BMT.
60
Adapun kriteria dari pemberian dana Qordul Hasan tersebut adalah:
ketika seseorang tersebut tidak mempunyai potensi atau tidak memungkinkan
untuk membayar sisa dari angsuran terebut karena musibah yang ia terima.
Sebagai contoh dari proses rescuduling ini yaitu: Tuan Zaenal
mengajukan pembiayaan kepada BMT Hudatama sebesar Rp.986.000 dengan
akad Murabahah, setelah dilakukan penelitian maka dianggap layak dan
mendapatkan pembiayaan sebesar Rp.986.000. untuk pembelian komputer
guna modal kerja rental, pembelian barang dilakukan oleh nasabah dengan
penuh tanggung jawab. Selanjutnya barang tersebut dinyatakan di beli oleh
Tuan Zaenal dengan harga Rp.1.064.000. dan pembayarannya di lakukan
dengan cicilan selama empat bulan dengan cicilan pebulannya sebesar
Rp.246.500. untuk angsuran pokok dan Rp.19.700 untuk angsuran mark up.
Jadi, angsuran toatal Tuan Zaenal sebesar Rp.266.200. dibayar setiap
bulannya. Akan tetapi setalah melakukan angsuran selama dua bulan Tuan
Zaenal mengalami musibah kebakaran sehinnga dia tidak mampu lagi untuk
melunasinya.
Pada waktu jatuh tempo pelunasan Tuan Zaenal di berikan peringatan
untuk segera melunasi apa yang telah menjadi tanggungan dia, karena Tuan
Zaenal tidak mampu lagi untu melunasi maka oleh pihak BMT Tuan Zaenal
dinyatakan macet. Karena dinyatakan macet maka Tuan Zaenal dianggil pihak
BMT untuk melunasi, karena memang tidak sanggup untuk melunasinya pada
waktu jatuh tempo yang telah di tentukan pada perjanjian yang pertama maka
dilakukan proses rescuduling. Karena Tuan Zaenal telah mengangsur
61
sebanyak dua kali maka sisa yang harus dibayar adalah Rp.534.000 maka
pihak BMT menganggap Tuan Zaenal memiliki etikat baik untuk membayar
serta karena mendapatkan musibah yang tidak terduga sehingga menyebabkan
dia tidak mampu membayar lagi.
Dalam kasus tersebut pihak BMT melakukan rescuduling kepada Tuan
Zaenal dengan melakukan akad baru dengan proses yang baru pula, dengan
akad baru Tuan Zaenal memiliki hutang kepada BMT sebesar Rp.534.000.
dengan akad Murabahah dengan jatuh tempo selama tiga bulan. Karena ini
proses rescuduling maka diadakan perjanjian baru lagi oleh pihak BMT
dengan sisa hutang dari nasabah dijadikan sebagai harga asal. Dari perjanjian
baru itu pula diperoleh kesepakatan pihak nasabah sanggup meneruskan sisa
kewajiban dengan mengangsur sebanyak tiga kali, dengan mark up sebesar
Rp.32.100. dari situ dapat diperoleh bahwa angsuran pokok Rp.178.000.
dengan agsuran mark up sebesar Rp.10.700. jadi total angsuran sebesar
Rp.188.700.
Dalam pengangsuran selama dua bulan Tuan Zaenal mengalami
musibah lagi sehingga ketika jatuh tempo yaitu tiga bulan dari Tuan Zaenal
tidak dapat melakukan lagi dan dianggap macet, maka pihak BMT melakukan
proses rescuduling lagi kepada Tuan Zaenal. Dari perjanjian yang baru Tuan
Zaenal sanggup untuk melunasi selama dua bulan, dari sisa kewajiban yang
harus dibayarkan kepada BMT sebesar Rp.188.700. karena Tuan Zaenal telah
mengangsur sebanyak dua kali dari rescuduling yang pertama. Dari
kekurangan tersebut dijadikan sebagai harga dasar dalam proses pembiayaan
62
dan Tuan Zaenal sanggup untuk melunasinya dalam tempo dua bulan dengan
dua kali cicilan. Dari perjanjian Tuan Zaenal menyepakati pemberian mark up
Rp.7.600. dari situ diperoleh bahwa angsuran pokok perbulan sebesar
Rp.94.350. dengan angsuran mark up Rp.3.800. dan total angsuran perbulan
Rp.98.150. jadi total yang harus dibayar oleh Tuan Zaenal ketika jatuh tempo
Rp.196.300.
Akan tetapi sampai batas waktu terahir Tuan Zaenal tidak mampu
mencicil sekalipun, maka pihak BMT melakukan proses rescuduling sekali
lagi kepada Tuan Zaenal. Dari perjanjian baru Tuan Zaenal mampu untuk
membayar selama satu bulan dan menyetujui untuk memberikan mark up
kepada BMT Rp.3.950. dengan begitu total yang harus dibayar oleh Tuan
Zaenal pada waktu jatuh tempo Rp.200.250.
Apabila sudah tiga kali melakukan rescuduling akan tetapi Tuan
Zaenal belum mampu untuk membayar maka Tuan Zaenal dianggap orang
yang memerlukan bantuan, maka dari itu Tuan Zaenal di penggil lagi untuk
melakukan akad baru lagi akan tetapi, pada akad kali ini tidak melakukan
dengan akad Murabahah akan tetapi dengan akad Qordul Hasan. Dengan
begitu Tuan Zaenal hanya membayar angsuran pokok dari kekurangan
tersebut sebesar Rp 196.300. dengan jangka waktu yang telah ditentukan oleh
pihak BMT dan Tuan Zaenal.
Akan tetapi sampai dengan batas waktu yang telah ditentukan Tuan
Zaenal masih belum mapu untuk melunasinya maka pihak BMT melakukan
penelitian lagi apakah orang terebut berhak diberikan dana zakat untuk
63
melunasinya atau tidak. Dari penelitian yang dilakukan oleh BMT ternyata
Tuan Zaenal memang tidak mampu lagi untuk membayar hutang tersebut
karena musibah yang ia terima. Maka dari tiu pihak BMT memutuskan untuk
memanggil Tuan Zaenal di panggil ke kantor dan diberi pengertian bahwa
hutangnya telah dilunasi oleh pihak ke tiga, dimana pihak ketiga yang
dimaksud adalah dengan melunasi hutang Tuan Zaenal dengan dana Bina
Hasan atau dana zakat yang dihimpun oleh BMT demi kepentingan ummat.
Apabila nantinya terjadi kemacetan dalam pengangsuran maka posisi
jaminan akan tetap. Akan tetapi, ketika waktu jatuh tempo belum dapat
melunasinya dan dilakukan proses rescuduling maka nilai dari jaminan
tersebut akan ditaksir ulang sesuai dengan sisa dari angsuran yang harus
dibayarkan oleh nasabah tersebut. Apakah masih sesuai dengan batas limit
dari pembiayaan atau tidak sesuai dan diperlukan tambahan jaminan lagi.
Penyitaan atau penarikan jaminan oleh pihak BMT dapat dilakukan
apabila setelah dilakukan penelitian pihak nasabah dianggap tidak adanya
suatu niatan untuk melunasinya. Adapun jaminaan yang berupa kendaraan
bermotor proses rescuduling hanya boleh dilakukan sebanyak dua kali, setelah
dua kali maka nasabah diwajibkan untuk membayar kekuarangan dari
angsuran atau akan ada penarikan dari jaminan, hal ini dikarenakan nilai dari
motor tersebut semakin tahun maka akan semakin turun dan hal itu tidak
sesuai lagi dengan batas limit jaminan yang ditetapkan. Adapun yang
menggunakan jaminan berupa sertifikat tanah maka proses rescuduling dapat
dilakukan sampai tiga kali dan dari pihak nasabah ataupun dari keluarga
64
diwajibkan untuk menebus apa yang menjadi jaminan. Adapun besarnnya
tebusan yaitu sesuai dengan kekurangan dari angsuran nasabah.
Adapun mekanisme dalam rescuduling adalah sama dengan
mekanisme pada waktu melakukan pembiayaan pada pertama kali. Adapun
proses mekanismenya adalah:
a. Nasabah datang ke BMT hudatama dengan membawa surat
permohonan Murabahah. Dalam surat permohonan tersebut,
dilampirkan jenis barang yang dibutuhkan, tujuan pembiayaan, jangka
waktu, sumber dana dan cara untuk melunasi hutang. Selain data
tersbut juga di cantumkan data seperti: nama, alamat lengkap, KTP/
SIM/ Pasport, Kartu Keluarga, pekerjaan pemohon dan status rumah
pemohon.
b. Nasabah mengisi data survei yang telah disediakan oleh pihak BMT,
data tersebut digunakan untuk melakukan survei oleh pihak BMT.
Data survei ini harus diisi dengan benar karena akan menentukan
kelayakan dari nasabah.
c. Nasabah mengisi formulir untuk menjadi calon anggota koperasi,
karena BMT merupakan lembaga koperasi yang mana dalam syarat
untuk mendapatkan pembiayaan haruslah menjadi anggota koperasi
terlebih dahulu.
d. Nasabah memberikan keterangan tentang tujuan pengajukan
pembiayaan pada pihak BMT. serta, memberikan jenis akad apa yang
65
akan digunakan oleh nasabah apabila disetuji permohonannya oleh
BMT.
e. Bagian marketing akan datang ke rumah pemohon untuk melakukan
survei sesuai dengan data yang diisi oleh nasabah pada waktu
pengajuan pembiayaan. Dalam hal ini pihak marketing harus jeli dalam
melakukan pengamatan kerena hal ini yang dijadikan sebagai dasar
dalam melakukan kelayakan pembiayaan.
f. Pihak BMT melakukan analisa kelayakan pembiayaan apakah pantas
nasabah tersebut diberikan pembiayaan atau tidak.
g. Pihak BMT Hudatama melakukan akad Murabahah yakni jual beli
antara pihak BMT dengan nasabah untuk menjual barang yang diatas
namakan pihak BMT kepada nasabah. Dalam hal ini barang yang
diperjual belikan telah dibeli oleh nasabah dengan penuh tanggung
jawab.
h. Setelah melakukan akad Murabahah maka nasabah bisa mencairkan
dana di kasir dengan membayar uang administrasi sebesar 2% dari
jumlah pembiayaan yang diberikan
i. Setelah nasabah melakukan akad maka sesuai dengan spefikasi yang
diminta, selanjutnya sesuai dengan isi perjanjian Murabahah,
pelunasan hutang nasabah dilaksanakan oleh nasabah sesuai dengan
jangka waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.