18
Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 44 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan penelitian dalam rangka penyusunan tesis. Pokok bahasan dalam bab ini adalah pendekatan dan metode penelitian, populasi dan sampel, partisipan penelitian, pengembangan instrumen, pengembangan kisi-kisi, uji coba instrumen, pengembangan bimbingan sosial, analisis data dan prosedur penelitian. 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian 3.1.1 Pendekatan penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data diperoleh dengan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan dimaksudkan untuk menguji hipotesis (Sugiyono, 2012, hlm. 11). Pendekatan kuantitatif menekankan analisis pada data numerikal yang diolah dengan metode statistik. Melalui pendekatan kuantitatif memungkinkan dilakukannya pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka, sehingga memudahkan analisis dan penafsiran data dengan menggunakan pendekatan statistik. Dalam hal ini, pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh data numerikal berupa gambaran perilaku prososial siswa SMP dan keefektifan program bimbingan sosial dalam mengembangkan perilaku prososial siswa. 3.1.2 Metode dan Desain Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan bimbingan sosial yang efektif untuk mengembangkan perilaku prososial. Metode penelitian yang digunakan ntuk mencapai tujuan tersebut adalah eksperimen. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen yaitu quasi-experimental design. Pada penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/47625/6/T_BK_1602889_Chapter3.pdfDalam penelitian ini, aspek pikiran disebut juga aspek peka terhadap lingkungan sekitar. Aspek perasaan

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    44

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Bab ini membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan

    penelitian dalam rangka penyusunan tesis. Pokok bahasan dalam bab ini adalah

    pendekatan dan metode penelitian, populasi dan sampel, partisipan penelitian,

    pengembangan instrumen, pengembangan kisi-kisi, uji coba instrumen,

    pengembangan bimbingan sosial, analisis data dan prosedur penelitian.

    3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

    3.1.1 Pendekatan penelitian

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan

    kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang

    berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada

    populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data diperoleh dengan

    instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan

    dimaksudkan untuk menguji hipotesis (Sugiyono, 2012, hlm. 11). Pendekatan

    kuantitatif menekankan analisis pada data numerikal yang diolah dengan

    metode statistik.

    Melalui pendekatan kuantitatif memungkinkan dilakukannya pencatatan

    data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka, sehingga

    memudahkan analisis dan penafsiran data dengan menggunakan pendekatan

    statistik. Dalam hal ini, pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh

    data numerikal berupa gambaran perilaku prososial siswa SMP dan

    keefektifan program bimbingan sosial dalam mengembangkan perilaku

    prososial siswa.

    3.1.2 Metode dan Desain Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan bimbingan sosial yang

    efektif untuk mengembangkan perilaku prososial. Metode penelitian yang

    digunakan ntuk mencapai tujuan tersebut adalah eksperimen.

    Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode

    eksperimen yaitu quasi-experimental design. Pada penelitian dengan

  • 45

    Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    menggunakan metode penelitian quasi-experimental design ini terdapat

    kelompok kontrol, tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol

    variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen

    (Sugiyono, 2012, hlm. 116).

    Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian adalah

    nonequivalent control group design. Ciri utama dari nonequivalent control

    group design adalah terdapat dua kelompok yaitu kelompok eksperimen

    dan kelompok kontrol yang tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2012,

    hlm. 118). Desain eksperimen nonequivalent control group design digunakan

    untuk mengetahui seberapa besar pengaruh program bimbingan sosial dapat

    mengembangkan perilaku prososial siswa. Dengan demikian, metode

    penelitian yang cocok dalam penelitian ini adalah metode penelitian

    eksperimen kuasi dengan desain nonequivalent (pretest dan posttest) control

    group design, serta kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak

    dipilih secara acak. Proses pelaksanaan eksperimen pada penelitian ini yaitu:

    (1) kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan pretest, (2) perlakuan berupa

    pelaksanaan bimbingan sosial diberikan kepada kelas eksperimen, sedangkan

    kelas kontrol tidak diberikan perlakuan, (3) kelas eksperimen dan kelas

    kontrol diberikan posttest. Adapun desain eksperimen nonequivalent control

    group design yaitu digambarkan sebagai berikut.

    Gambar 3.1

    Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design (Sugiyono,

    2012, hlm. 79)

    Keterangan:

    : Pretest kepada kelompok eksperimen dalam mengungkap kondisi

    awal perilaku perilaku prososial sebelum diberikan intervensi

    (perlakuan).

    X : Intervensi (perlakuan) kepada kelompok eksperimen berupa

    bimbingan sosial untuk mengembangkan perilaku prososial.

    ………………..

    ------------------------

    --------

  • 46

    Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    : Posttest kepada kelompok eksperimen dalam mengungkap

    kondisi akhir perilaku prososial setelah diberikan intervensi

    (perlakuan)

    : Pretest kepada kelompok kontrol (tidak diberi perlakuan)

    :Posttest kepada kelompok kontrol (tidak diberi perlakuan)

    3.1.3 Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Kartika Bandung. Selanjutnya

    populasi penelitian adalah kelas VII SMP Kartika Bandung yang berjumlah

    124 siswa. Populasi tersebut dipilih atas pertimbangan siswa SMP Kelas VII

    berada pada rentang usia 12-13 tahun pada usia remaja yang berada pada

    tingkat prososial emphatic of transitional dan strongly internalized, yaitu

    mulai menunjukkan respon simpatik, merasa bersalah dan mulai

    menjustifikasi untuk membantu berdasarkan nilai, norma, pengaruh dan

    tanggung jawab (Eisenberg dan Mussen, 1989). Pada usia 11-13 tahun sedang

    mengalami tahap peralihan antara presosialization, yaitu tahap anak mulai

    menyadari perlunya menolong orang lain (Sears, 1999).

    2. Sampel

    Pada penelitian ini tidak semua siswa yang termasuk ke dalam populasi

    terjangkau mendapatkan intervensi, namun yang mendapatkan intervensi

    hanya diberikan kepada sebagian siswa yang menjadi sampel penelitian.

    Adapun teknik pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan tidak secara

    acak (nonrandom sampling), melainkan dipilih berdasarkan anggota kelas

    yang memiliki karakteristik yang sama dengan populasi. Kelas yang dipilih

    menjadi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen ini disebut dengan

    kelompok nonartifisial (alami).

    Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMP

    Kartika yang dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan

    kelompok kontrol. Dasar pertimbangan pengambilan sampel dalam penelitian

    adalah kelas yang memiliki karakteristik profil yang sama dengan populasi

  • 47

    Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    penelitian, yaitu skor rata-rata persentase perilaku prososial populasi tidak

    signifikan berbeda dengan skor rata-rata perilaku prososial kelas.

    Hasil skor kelas VII-C dan kelas VII-A memiliki karakteristik yang sama

    dengan populasi. Sehingga kelas VII-C sebanyak 29 siswa dipilih sebagai

    kelas eksperimen karena memiliki skor yang merepresentasikan skor populasi,

    juga memiliki skor tinggi, sedang dan rendah. Sedangkan kelas VII-A dipilih

    sebagai kelas kontrol.

    3.2 Pengembangan Instrumen Penelitian

    Pengembangan instrumen ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang

    akurat, maka dikembangkan instrumen perilaku prososial yang layak. Tahap-

    tahap pengembangan instrumen ini meliputi penyususnan definisi konseptual,

    definisi operasional, kisi-kisi instrumen, pedoman skoring dan penafsiran,

    serta pengujian instrumen.

    3.2.1 Penyusunan Definisi Konseptual

    Perilaku prososial remaja dapat disebut juga sebagai perilaku yang

    menguntungkan orang lain (Eisenberg, Fabes, dan Spinrad, 2006). Perilaku

    prososial disebut membawa dampak-dampak positif, yaitu diantaranya harga

    diri yang tinggi, keberhasilan akademik, dan hubungan yang baik (Laible,

    dkk. 2004; Padilla-Walker dan Carlo, 2014 ; Wentzel, 1993).

    Perilaku prososial didefinisikan sebagai perilaku sukarela yang

    menguntungkan orang lain, seperti memberi bantuan secara altruistik, sharing

    atau berbagi, dan kerja sama (Eisenberg, Fabes dan Spinrad, 2006, hlm. 646).

    Perilaku prososial adalah perilaku yang memberikan manfaat kepada orang

    lain, seperti berbagi (memberikan barang atau perasaan), menolong (melakukan

    sesuatu untuk memudahkan pihak kedua), menunjukkan kasih sayang secara

    fisik agar pihak kedua merasa lebih nyaman dan tenang, memberikan dukungan

    (memberikan semangat atau kesempatan kepada orang lain), serta kerjasama

    (Eisenberg dan Mussen, 1989). Baron dan Byrne (2005) mendefinisikan

    perilaku prososial (Prosocial Behavior) sebagai segala tindakan apapun yang

    menguntungkan orang lain. Perilaku prososial dapat diukur dengan tingkat

    membantu, berbagi, menghibur, dan perilaku altruistik (Eisenberg dan Fabes,

    https://translate.googleusercontent.com/translate_c?act=url&depth=1&hl=en&ie=UTF8&prev=_t&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&tl=id&u=https://link.springer.com/article/10.1007/s10964-017-0786-1&xid=17259,15700022,15700124,15700149,15700168,15700186,15700190,15700201,15700208&usg=ALkJrhhGedFPt69WUE874nVfCIxCq_WWcQ#CR51https://translate.googleusercontent.com/translate_c?act=url&depth=1&hl=en&ie=UTF8&prev=_t&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&tl=id&u=https://link.springer.com/article/10.1007/s10964-017-0786-1&xid=17259,15700022,15700124,15700149,15700168,15700186,15700190,15700201,15700208&usg=ALkJrhhGedFPt69WUE874nVfCIxCq_WWcQ#CR62https://translate.googleusercontent.com/translate_c?act=url&depth=1&hl=en&ie=UTF8&prev=_t&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&tl=id&u=https://link.springer.com/article/10.1007/s10964-017-0786-1&xid=17259,15700022,15700124,15700149,15700168,15700186,15700190,15700201,15700208&usg=ALkJrhhGedFPt69WUE874nVfCIxCq_WWcQ#CR78

  • 48

    Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    1998). Perilaku prososial tidak hanya berkaitan secara emosional, tapi juga

    berkaitan dengan (a) faktor keturunan; (b) dasar neourologis untuk memahami

    dan menanggapi keadaan orang lain; (c) pengembangan keterampilan sosio-

    kognitif yang berperan munculnya perilaku prososial; (d) empati dan menolong

    (Eisenberg, Spinrad, dan Knafo-noam, 2015).

    Menurut Bierhoff (2002), perilaku prososial biasanya mengacu pada

    tindakan sukarela yang dimaksudkan untuk menolong atau menguntungkan

    individu atau kelompok individu lain. Perilaku prososial didefinisikan sebagai

    bentuk perilaku yang dilakukan secara sukarela (tanpa ada paksaan) dan tidak

    dimotivasi sebagai dorongan kewajiban. Kegiatan seperti menyumbang,

    berbagi, membantu, dan memberikan dukungan kepada orang lain dianggap

    sebagai perilaku prososial, sedangkan kegiatan berbayar di sektor jasa biasanya

    dikecualikan (Eisenberg dan Mussen, 1989). Altruisme merupakan salah satu

    jenis perilaku prososial khusus, mengacu pada tindakan sukarela yang

    dimaksudkan untuk menguntungkan orang lain dan termotivasi secara intrinsik,

    yaitu tindakan yang dimotivasi oleh motif internal seperti perhatian, simpati,

    atau oleh nilai-nilai altruistik (Bierhoff, 2002). Carlo, dkk (Carlo dan Randall,

    2002) menemukan enam jenis kecenderungan prososial (niat untuk membantu

    orang lain): compliant, dire, emotional, altruistic, anonim dan publik.

    Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan prososial

    merupakan perilaku yang menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan orang

    lain, menguntungkan orang lain serta kesediaan untuk terlibat dan memberikan

    pengaruh positif dalam melakukan interaksi sosial, yang meliputi aspek

    pikiran, perasaan dan tindakan. Aspek pikiran yaitu dengan menunjukkan

    kepekaan terhadap kebutuhan orang lain, yang ditandai dengan memahami

    orang lain, memahami situasi lingkungan. Aspek perasaan yaitu kesediaan

    terlibat secara emosi dan memberi dukungan, yang ditandai dengan bermurah

    hati, tulus, empati dan memberikan dukungan positif pada orang lain. Aspek

    tindakan yaitu kesediaan melakukan tindakan untuk mensejahterakan orang

    lain yang ditandai dengan menolong tanpa pamrih, memberi bantuan saat tidak

    ada yang mengamati, dan mampu bekerja sama dengan orang lain.

    https://translate.googleusercontent.com/translate_f#5https://translate.googleusercontent.com/translate_f#5

  • 49

    Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    3.2.2 Penyusunan Definisi Operasional

    Perilaku prososial secara operasional diartikan sebagai perilaku siswa kelas

    VII SMP dapat memberikan manfaat dan nilai positif kepada orang lain,

    sehingga mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan sosial, yang

    ditandai dengan dapat memahami situasi darurat, memahami kebutuhan orang

    lain, memberikan dukungan, menunjukan kepedulian pada orang lain, memberi

    bantuan tanpa pamrih (altruis), bersedia memberi bantuan saat tidak ada yang

    mengamati, dan berkontribusi dalam melakukan aktivitas bersama orang lain.

    Dalam penelitian ini, aspek pikiran disebut juga aspek peka terhadap

    lingkungan sekitar. Aspek perasaan yaitu aspek keterlibatan secara emosi, dan

    aspek tindakan adalah aspek kesediaan melakukan tindakan untuk membantu

    orang lain. Setiap aspek perilaku prososial didefinisikan secara operasional

    sebaga berikut:

    a. Aspek pikiran adalah kemampuan siswa SMP Kartika untuk

    menyadari kebutuhan orang lain. Indikator dari aspek peka terhadap

    lingkungan meliputi memahami kebutuhan orang lain, memahami

    lingkungan sekitar.

    b. Aspek perasaan adalah kemampuan siswa SMP Kartika untuk terlibat

    secara emosi dengan orang lain. Indickator dari aspek keterlibatan

    secara emosi meliputi memberikan dukungan pada orang lain dan

    empati.

    c. Aspek tindakah adalah kemampuan siswa SMP Kartika dalam

    melakukan tindakan membantu pada orang lain. Indikator dari aspek

    ini meliputi menolong tanpa pamrih, memberi bantuan saat tidak ada

    yang mengamati, dan kerjasama.

    3.2.3 Pengembangan Kisi-kisi

    Kisi-kisi instrumen untuk mengungkapkan perilaku prososial

    dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Kisi-kisi instrumen

    dimaksudkan sebagai acuan dalam penyusunan instrumen agar tetap sesuai

    tujuan penelitian.

  • 50

    Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Berikut dijabarkan lebih rinci kisi-kisi instrumen yaitu dalam bentuk

    angket yang akan digunakan sebagai instrumen penelitian.

    Tabel 3.1

    Kisi-kisi Instrumen Penelitian

    No Aspek Indikator No. Item

    ∑ (+) (-)

    1 Aspek Pikiran

    1.1. Memahami orang lain Mampu menyadari (peka)

    yang dibutuhkan orang lain

    1.2. Memahami situasi darurat Mampu menyadari situasi

    darurat

    1-2

    5-7

    3-4

    8-10

    4

    6

    2 Aspek Perasaan

    2.1. Memberi dukungan Memberikan dukungan positif

    dalam bentuk verbal

    2.2. Empati Menunjukkan kepedulian

    terhadap orang lain

    11-12

    15-16

    13-14

    17-18

    4

    4

    3 Aspek Tindakan

    3.1. Altruis Mampu memberi bantuan

    tanpa pamrih

    3.2. Menolong

    Membantu saat tidak ada yang

    mengamati

    3.3. Kerjasama Mampu berkontribusi

    melakukan aktivitas bersama

    orang lain untuk mencapai

    suatu tujuan

    19-22

    26-28

    32-33

    23-25

    29-31

    34-38

    7

    6

    7

    Jumlah 38

    3.2.4 Penyusunan Pedoman Skoring dan Penafsiran

    a. Skoring

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket

    tertutup (angket berstruktur), yang merupakan alat pengumpul data

    sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan penelitian. Responden hanya

    perlu menjawab dengan memilih alternatif pilihan yang telah disediakan.

    Angket dalam penelitian ini mengguanakn format rating scale

    (skala penilaian) dengan tiga alterantif jawaban yang sudah disediakan.

    Ketiga alternatif jawaban tersebut sudah disediakan dari nilai terendah

  • 51

    Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    sampai tertinggi, yaitu: 1) Rendah (R), 2) Sedang (S), dan 3) Tinggi (T),

    yang tertuang dalam pilihan jawaban A, B dan C secara acak pada setiap

    butir pernyataan. Tiap alternatif jawaban mengandung arti dan nilai skor

    yang tercantum pada table sebagai berikut

    Tabel 3.2

    Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

    Pernyataan Skor Alternatif Respon

    SS S TS STS

    Positif 4 3 2 1

    Negatif 1 2 3 4

    Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1-4 dengan

    bobot tertentu. Bobotnya sebagai berikut:

    a) Untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada

    pernyataan positif dan skor 4 pada pernyataan negatif.

    b) Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 2 pada

    pernyataan positif dan skor 3 pada pernyataan negatif.

    c) Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 3 pada pernyataan

    positif dan skor 2 pada pernyataan negatif.

    d) Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 4 pada

    pernyataan postif dan skor 1 pada pernyataan negatif.

    b. Penafsiran

    Data hasil responden dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu

    tinggi, sedang dan rendah. Penentuan kelompok siswa dengan kategori

    tinggi, sedang dan rendah dalam penelitian dilakukan dengan

    menjumlahkan seluruh skor dari setiap item pernyataan untuk

    mendapatkan skor total. Kemudian dilakukan konversi skor mentah

    menjadi skor matang dengan menggunakan batas nilai aktual dengan

    langkah-langkah sebagai berikut.

    1) menghitung skor total masing-masing responden.

    2) menghitung rata-rata dari skor total responden (µ).

  • 52

    Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    3) menentukan standar deviasi dari skor total responden (σ) dengan

    rumus:

    SD (σ): 1/6 ( )

    4) mengelompokkan data menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan

    rendah dengan pedoman sebagai berikut.

    Tabel 3.3

    Kategorisasi Rentang Skor Perilaku Prososial Siswa

    No Kategori Kriteria

    1 Tinggi X > µ + 1,0 σ

    2 Sedang µ - 1,0 σ ≤ X ≥ µ + 1,0 σ

    3 Rendah X< µ - 1,0 σ

    Interpretasi dari setiap kategori perilaku prososial adalah sebagai berikut:

    Tabel 3.4

    Interpretasi Kategori Perilaku Prososial

    Kategori Kriteria Interpretasi

    Tinggi X > µ + 1,0 σ

    Dalam kehidupan sehari-hari siswa yang memiliki

    perilaku prososial pada kategori tinggi ditandai

    dengan sudah mampu memahami orang lain (peka

    terhadap kebutuhan orang lain), menyadari situasi

    darurat, mampu menunjukkan dalam memberi

    dukungan positif dalam bentuk verbal, memberikan

    kepedulian terhadap orang lain (empati), mampu

    memberi bantuan tanpa pamrih (altruis), memberi

    pertolongan saat tidak ada yang mengamati, serta

    mampu berkontribusi melakukan aktivitas bersama

    orang lain untuk mencapai tujuan (kerja sama).

    Sedang µ - 1,0 σ ≤ X ≤ µ +

    1,0 σ

    Dalam kehidupan sehari-hari siswa yang memiliki

    perilaku prososial pada kategori sedang ditandai

    dengan cukup mampu memahami orang lain (peka

    terhadap kebutuhan orang lain) dan menyadari

    situasi darurat; cukup mampu menunjukkan dalam

    memberi dukungan positif dalam bentuk verbal dan

    memberikan kepedulian terhadap orang lain

    (empati); cukup mampu memberi bantuan tanpa

    pamrih (altruis), memberi pertolongan saat tidak ada

    yang mengamati, serta cukup dapat berkontribusi

    melakukan aktivitas bersama orang lain untuk

    mencapai tujuan (kerja sama).

    Rendah X< µ - 1,0 σ Dalam kehidupan sehari-hari siswa yang memiliki

    perilaku prososial pada kategori rendah ditandai

  • 53

    Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    dengan belum mampu memahami orang lain (peka

    terhadap kebutuhan orang lain) dan menyadari

    situasi darurat; belum dapat menunjukkan dalam

    memberi dukungan positif dalam bentuk verbal dan

    memberikan kepedulian terhadap orang lain

    (empati); belum mampu memberi bantuan tanpa

    pamrih (altruis), memberi pertolongan saat tidak ada

    yang mengamati, serta belum dapat berkontribusi

    melakukan aktivitas bersama orang lain untuk

    mencapai tujuan (kerja sama).

    3.3 Uji Coba Instrumen

    3.3.1 Uji Kelayakan Instrumen

    Uji kelayakan instrumen ditempuh melalui uji validitas rasional yang

    bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa,

    konstruk dan isi. Penimbangan atau uji validitas rasional dilakukan oleh dosen

    ahli di Prodi Bimbingan dan Konseling. Uji rasional validitas dilakukan dosen

    ahli dengan memberikan penilaian pada setiap item pernyataan dengan

    kualifikasi memadai (M) dan tidak memadai (TM). Item dengan kualifikasi M

    menandakan item pernyataan dapat digunakan, sedangkat item pernyataan

    dengan item kualifikasi TM memiliki dua kemungkinan yaitu item pernyataan

    tersebut tidak dapat digunakan atau dapat digunakan dengan revisi terlebih

    dahulu.

    Instrumen penelitian ditimbang oleh dua dosen ahli dari Prodi Bimbangan

    dan Konseling yaitu Prof. Syamsu Yusuf LN, M.Pd dan Dr. Ipah Saripah,

    M.Pd. Berdasarkan penimbangan yang dilakukan terhadap instrumen

    penelitian, terdapat beberapa pernyataan yang harus diperbaiki sebanyak 3

    item, yaitu: 1) saya mengolok-olok teman yang mendapat nilai jelek,

    diperbaiki menjadi saya mengolok-ngolok teman yang mendapat nilai kecil

    (aspek perasaan, indikator memberi dukungan; 2) saya mengacuhkan teman

    yang bertengkar di kelas karena tidak mau ikut campur, diperbaiki menjadi

    saya membiarkan teman bertengkar di kelas karena tidak mau ikut campur

    (aspek tindakan, indikator altruis); 3) saya sering membantu orang lain ketika

    mereka tidak tahu siapa yang membantu, diperbaiki menjadi saya membantu

    orang lain ketika mereka tidak tahu siapa yang membantu (aspek tindakan,

  • 54

    Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    indikator menolong). Dengan demikian jumlah item yang diuji coba

    seluruhnya sebanyak 38 item.

    3.3.2 Uji Keterbacaan Intrumen

    Sebelum uji validitas statistik dilakukan pada instrumen, terlebih dahulu

    dilakukan uji keterbacaan terhadap butir item yang dimaksudkan untuk

    mengukur setiap pernyataan yang terdapat di dalam instrumen yang dapat

    dipahami oleh responden. Uji keterbacaan ini dilaksanakan pada tanggal 20

    September 2018 kepada 5 siswa kelas VII SMP Kartika.

    Berdasarkan hasil uji keterbacaan, terdapat beberapa kata yang kurang

    dimengerti siswa seperti kata mengolok-olok pada butir item pernyataan “Saya

    mengolok-olok teman yang mendapat nilai kecil”, diperbaiki menjadi “Saya

    mengejek teman yang mnadapat nilai kecil. Kemudian pada butir item

    pernyataan “Saya mengganggu teman yang sedang murung”, diperbaiki menjadi

    “Saya mengganggu teman yang sedang bersedih.

    Uji keterbacaan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

    pemahaman siswa terhadap pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam angket.

    3.3.3 Uji Validitas

    Pengujian validitas alat pengumpul data dilakukan melalui pengujian

    butir-butir item pernyataan yang disesuaikan dengan kisi-kisi untuk

    mengungkapkan perilaku prososial siswa. Suatu instrumen dikatakan valid

    apabila mampu mengetahui yang diinginkan apabila dapat mengungkap data

    variabel diteliti secara tepat. Instrumen dapat dikatakan valid atau sahih apabila

    memiliki validitas tinggi dan instrumen yang kurang valid berarti memiliki

    validitas rendah (Arikunto, 2006. hlm. 168).

    Pengolahan data dalam penelitian menggunakan program SPSS for

    windows versi 20.0. Validitas item dilakukan dengan prosedur pengujian

    Spearmean’s rho. Hasil uji validitas menunjukkan sebanyak 32 item dari 38

    item dinyatakan valid.

    Tabel 3.5

    Hasil Uji Validitas Instrumen Perilaku Prososial

  • 55

    Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Kesimpulan Item Jumlah

    Memadai 1,2,3,4,5,6,7,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,

    20,21,22,23,24,25,26,27,28,30,31,32,33,34,

    35,

    32

    Tidak Memadai 8,19,29,36,37,38 6

    3.3.4 Uji Realiabilitas Instrumen

    Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji keterandalan instrumen perilaku

    prososial siswa. Reliabilitas instrumen menunjukkan tingkat kepercayaan

    instrumenn. Arikunto (2006, hlm. 221) menyebutkan reliabilitas berarti suatu

    instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.

    Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan terhadap item terpakai sebanyak

    32 item yang valid pada angket perilaku prososial dengan menggunakan

    Microsoft Excel for windows dengan metode Alpha. Berikut merupakan rumus

    korelasi.

    [

    ] [

    ∑ ]

    Keterangan :

    = nilai reliabilitas instrumen

    ∑ = jumlah varians skor tiap item

    = varians total

    = jumlah item.

    Klasfikasi reliabilitas yang digunakan sebagai acuan adalah sebagai berikut.

    0,00-0,199 : derajat keterandalan sangat rendah

    0,20-0,399 : derajat keterandalan rendah

    0,40-0,599 : derajat keterandalan sedang

    0,60-0,799 : derajat keterandalan tinggi

    0,80-1,00 : derajat keterandalan sangat tinggi

    (Arikunto, 2006, hlm. 276)

    Hasil pengolahan uji reliabilitas instrumen perilaku prososial dapat

    dilihat pada Tabel 3.7, sebagai berikut.

  • 56

    Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Tabel 3.6

    Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Perilaku Prososial Siswa

    Reliability Statistics

    Cronbach's

    Alpha

    N of

    Items

    .706 32

    Berdasarkan pengolahan data uji reliabilitas dapat diperoleh hasil sebesar

    0,706, artinya derajat kerterandalannya tinggi. Intrumen perilaku prososial yang

    digunakan sudah baik dan dapat dipercaya untuk dijadikan alat pengumpul data.

    3.4 Pengembangan Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku

    Prososial

    Pengembangan bimbingan sosial untuk mengembangkan perilaku

    prososial berdasarkan hasil survey kondisi perilaku prososial siswa.

    Pengembangan bimbingan sosial meliputi: 1) kajian teoritis; 2) penyusunan

    struktur bimbingan sosial; dan 3) uji coba bimbingan sosial.

    3.4.1 Kajian Teoretis

    Dalam pengembangan bimbingan sosial untuk mengembangkan perilaku

    prososial dilakukan kajian secara teoritis yaitu dengan melakukan studi

    pustaka sebagai landasan penyusunan bimbingan sosial untuk

    mengembangkan perilaku prososial.

    Pada penelitian ini bimbingan sosial untuk mengembangkan perilaku

    prososial siswa diartikan sebagai program yang diberikan oleh konselor atau

    guru BK untuk membantu individu dalam berperilaku baik, bersikap positif

    dan memperhatikan kepentingan orang lain dalam interaksi sosial agar

    terciptanya keharmonisan, baik dengan diri sendirivmaupun dengan orang

    lain.

    3.4.2 Penyusunan Struktur Bimbingan Sosial

    Struktur bimbingan sosial untuk mengembangkan perilaku prososial siswa

    mengacu pada Depertemen Pendidikan Nasional (2008) adalah sebagai

    berikut.

  • 57

    Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Tabel 3.7

    Struktur Bimbingan Sosial

    No Struktur Isi

    1 Rasional Latar belakang secara teori dan praktis

    berkenaan dengan pentingnya penyelenggaraan

    bimbingan sosial untuk mengembangkan

    perilaku prososial.

    2 Deskripsi Kebutuhan Hasil need assessment dari instrument perilaku

    prososial

    3 Tujuan Tujuan dari penyelenggaraan layanan

    bimbingan sosial untuk mengembangkan

    perilaku prososial.

    4 Kompetensi konselor Kemampuan-kemampuan konselor dalam

    melaksanakan bimbingan sosial untuk

    mengembangkan perilaku prososial.

    5 Tahapan Rincian tahapan, tujuan, deskripsi kegiatan,

    dan sistem penunjang pelaksanaan bimbingan

    sosial.

    6 Evaluasi Evaluasi proses dan hasil

    3.4.3 Penyusunan Struktur Bimbingan Sosial

    Uji kelayakan bimbingan sosial dinilai oleh pakar yaitu dua dosen ahli

    yaitu Prof. Dr. Juntika Nurhisan, M.Pd dan Dr. Ipah Saripah, M.Pd. Masukan

    dari kedua dosen adalah mengenai perbaikan rasional agar lebih operasional,

    deskrispi kebutuhan agar lebih diperinci, evaluasi hasil agar lebih disesuaikan

    kembali dengan tujuan.

    Uji kelayakan juga dilakukan oleh guru BK SMP Kartika yaitu Selvya

    Mandarina, M.Pd, masukannya adalah pada bagian struktur RPL perlu

    diperinci tahapan pelaksanaan kegiatan.

    3.4.4 Uji Coba

    Pelaksanaan bimbingan sosial untuk mengembangkan perilaku prososial

    didasarkan pada tingkat perilaku prososial yang memiliki skor tinggi, sedang

    dan rendah serta merepresentasikan skor populasi perilaku prososial SMP

    Kartika kelas VII. Populasi yang digunakan adalah siswa kelas VII SMP

    Kartika Bandung yang berjumlah 124 siswa, yang terbagi menjadi empat kelas

    yaitu VII-A, VII-B, VII-C dan VII-D, dan kelas yang dapat merepresentasikan

    skor populasi adalah kelas VII-C.

  • 58

    Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Uji coba dilaksanakan pada kelas VII-C dengan tahapan kegiatan sebagai

    berikut.

    Tabel 3.8

    Tahapan Kegiatan Uji Coba

    Tahap Sesi Kegiatan Sistem Penunjang

    Tahap Awal

    (Orientasi)

    1 Need assessment Metode: penugasan

    Penunjang: instrumen

    perilaku prososial

    2 Sosialisasi program

    bimbingan sosial untuk

    mengembangkan perilaku

    prososial

    Metode: diskusi dan

    tanya jawab

    Penunjang: hasil

    intrumen perilaku

    prososial, program

    bimbingan sosial

    Tahap Inti

    (Intervensi)

    3 Diskusi kelompok

    “Pemahaman peka terhadap

    diri dan orang lain”

    Metode: diskusi, tanya

    jawab dan presentasi

    4 Permainan menyusun

    menara

    Metode: permainan,

    lembar kerja dan

    refleksi

    Penunjang: korek api

    5 Diskusi kelompok “empati” Metode: diskusi,

    presentasi dan refleksi

    6 Permainan giring bola Metode: permainan

    dan refleksi

    Penunjang: bola

    7 Diskusi “tolong menolong” Metode: diskusi,

    presentasi dan refleksi

    Tahap Akhir

    (Evaluasi)

    8 Evaluasi Metode: penugasan

    Penunjang: instrumen

    perilaku prososial

    3.5 Prosedur Penelitian

    Prosedur penelitian yang ditempuh terdiri dari tiga tahapan, yaitu:

    persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Ketiga prosedur dan tahapan penelitian

    tersebut secara lebih rinci dapat dilihat pada uraian berikut.

    1. Persiapan

    Tahapan persiapan penelitian adalah sebagai berikut.

  • 59

    Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    a. Penyususan proposal.

    b. Pengajuan persetujuan proposal penelitian setelah melakukan seminar

    proposal penelitian.

    c. Seminar proposal penelitian.

    d. Pengajuan permohonan pengangkatan dosen pembimbing tesis.

    e. Pengajuan permohonan izin untuk melakukan penelitian.

    2. Pelaksanaan

    Tahapan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut.

    a. Penyusunan instrumen dan pengujian kelayakan instrumen.

    b. Uji coba instrumen.

    c. Pelaksanaan pengumpulan data penelitian dari siswa kelas VII SMP

    Kartika Bandung Tahun Ajaran 2018/2019.

    d. Analisis data hasil penelitian.

    e. Penentuan subyek penelitian yaitu kelas VII SMP Kartika Bandung

    Tahun Ajaran 2018/2019 yang berjumlah 59 siswa terdiri dari 2 kelas.

    Kelas eksperimen berjumlah 29 siswa dan kelas kontrol berjumlah 30

    siswa.

    f. Pengembangan bimbingan sosial untuk mengembangkan perilaku

    prososial siswa berdasarkan hasil analisis data. Pengembangan

    program intervensi meliputi kegiatan-kegiatan berikut.

    1) Penyusunan rancangan program bimbingan sosial untuk

    mengembangkan perilaku prososial pada siswa berdasarkan kajian

    teoritik dan empirik.

    2) Pengujian kelayakan atau judgement rancangan program

    bimbingan sosial kepada pakar dan praktisi lapangan. Tujuan dari

    kegiatan ini adalah untuk mengetahui kelayakan program

    bimbingan sosial yang akan digunakan sebagai acuan dalam

    mengembangkan perilaku prososial siswa kelas VII SMP Kartika

    Bandung.

    3) Pelaksanaan eksperimen untuk mengembangkan perilaku prososial

    sesuai dengan program yang telah disusun.

  • 60

    Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    3. Pelaporan

    Tahapan terakhir dari prosedur penelitian adalah tahap pelaporan.

    Tahapan pelaporan ini meliputi analisis seluruh kegiatan, hasil penelitian,

    dan pembahasan kemudian dilaporkan dalam bentuk karya tulis ilmiah

    (tesis) untuk selanjutnya dipertanggungjawabkan dalam sidang tahap I dan

    II.

    3.6 Teknik Analisis Data

    Penelitian ini menggunakan analisis data dengan statistik deskriptif dan

    statistik inferensial. Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk

    menjawab pertanyaan penelitian “seperti apa profil perilaku prososial siswa

    Kelas VII SMP Kartika Bandung?”

    Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik

    non parametric karena data yang digunakan dalam penelitian ini berskala

    ordinal. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “bimbingan sosial efektif untuk

    mengembangkan perilaku prososial siswa kelas VII SMP Kartika Tahun

    Ajaran 2018/2019”

    Hipotesis penelitian ini adalah program bimbingan sosial sebagai

    independent variable dan perilaku prososial sebagai dependent variable.

    Mengetahui terdapat perbedaan bimbingan sosial untuk mengembangkan

    perilaku prososial pada siswa, maka dilakukan analisis data menggunakan uji

    statistic non parametric Mann-Whitney U Test dengan bantuan software SPSS

    versi 20.0 for windows. Berikut merupakan langkah-langkah perhitungan uji

    statistik.

    1) Mengajukan Hipotesis

    a.

    Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku prososial

    kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah pemberian bimbingan

    sosial.

    b.

    Perilaku prososial kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan

    kelas kontrol, setelah pemberian bimbingan sosial.

    2) Menentukan Dasar Pengambilan Keputusan

  • 61

    Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

    Untuk menentukan hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak,

    maka ditentukan dasar pengambilan keputusan dengan melihat

    Asymtop Signifikasi pada uji Mann whitney u test.

    Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut.

    Hipotesis Statistik :

    H0 : μ1 = μ2

    H1 : μ1 > μ2

    Kriteria pengujiannya, Ho ditolak jika: harga μ1 yang diperoleh

    berdasarkan data empirik, lebih kecil dari p, dalam penelitian harga p

    ditetapkan sebesar 0.05.