Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan
penelitian dalam rangka penyusunan tesis. Pokok bahasan dalam bab ini adalah
pendekatan dan metode penelitian, populasi dan sampel, partisipan penelitian,
pengembangan instrumen, pengembangan kisi-kisi, uji coba instrumen,
pengembangan bimbingan sosial, analisis data dan prosedur penelitian.
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
3.1.1 Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data diperoleh dengan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan
dimaksudkan untuk menguji hipotesis (Sugiyono, 2012, hlm. 11). Pendekatan
kuantitatif menekankan analisis pada data numerikal yang diolah dengan
metode statistik.
Melalui pendekatan kuantitatif memungkinkan dilakukannya pencatatan
data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka, sehingga
memudahkan analisis dan penafsiran data dengan menggunakan pendekatan
statistik. Dalam hal ini, pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh
data numerikal berupa gambaran perilaku prososial siswa SMP dan
keefektifan program bimbingan sosial dalam mengembangkan perilaku
prososial siswa.
3.1.2 Metode dan Desain Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan bimbingan sosial yang
efektif untuk mengembangkan perilaku prososial. Metode penelitian yang
digunakan ntuk mencapai tujuan tersebut adalah eksperimen.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode
eksperimen yaitu quasi-experimental design. Pada penelitian dengan
45
Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan metode penelitian quasi-experimental design ini terdapat
kelompok kontrol, tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen
(Sugiyono, 2012, hlm. 116).
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian adalah
nonequivalent control group design. Ciri utama dari nonequivalent control
group design adalah terdapat dua kelompok yaitu kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol yang tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2012,
hlm. 118). Desain eksperimen nonequivalent control group design digunakan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh program bimbingan sosial dapat
mengembangkan perilaku prososial siswa. Dengan demikian, metode
penelitian yang cocok dalam penelitian ini adalah metode penelitian
eksperimen kuasi dengan desain nonequivalent (pretest dan posttest) control
group design, serta kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak
dipilih secara acak. Proses pelaksanaan eksperimen pada penelitian ini yaitu:
(1) kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan pretest, (2) perlakuan berupa
pelaksanaan bimbingan sosial diberikan kepada kelas eksperimen, sedangkan
kelas kontrol tidak diberikan perlakuan, (3) kelas eksperimen dan kelas
kontrol diberikan posttest. Adapun desain eksperimen nonequivalent control
group design yaitu digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.1
Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design (Sugiyono,
2012, hlm. 79)
Keterangan:
: Pretest kepada kelompok eksperimen dalam mengungkap kondisi
awal perilaku perilaku prososial sebelum diberikan intervensi
(perlakuan).
X : Intervensi (perlakuan) kepada kelompok eksperimen berupa
bimbingan sosial untuk mengembangkan perilaku prososial.
………………..
------------------------
--------
46
Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
: Posttest kepada kelompok eksperimen dalam mengungkap
kondisi akhir perilaku prososial setelah diberikan intervensi
(perlakuan)
: Pretest kepada kelompok kontrol (tidak diberi perlakuan)
:Posttest kepada kelompok kontrol (tidak diberi perlakuan)
3.1.3 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Kartika Bandung. Selanjutnya
populasi penelitian adalah kelas VII SMP Kartika Bandung yang berjumlah
124 siswa. Populasi tersebut dipilih atas pertimbangan siswa SMP Kelas VII
berada pada rentang usia 12-13 tahun pada usia remaja yang berada pada
tingkat prososial emphatic of transitional dan strongly internalized, yaitu
mulai menunjukkan respon simpatik, merasa bersalah dan mulai
menjustifikasi untuk membantu berdasarkan nilai, norma, pengaruh dan
tanggung jawab (Eisenberg dan Mussen, 1989). Pada usia 11-13 tahun sedang
mengalami tahap peralihan antara presosialization, yaitu tahap anak mulai
menyadari perlunya menolong orang lain (Sears, 1999).
2. Sampel
Pada penelitian ini tidak semua siswa yang termasuk ke dalam populasi
terjangkau mendapatkan intervensi, namun yang mendapatkan intervensi
hanya diberikan kepada sebagian siswa yang menjadi sampel penelitian.
Adapun teknik pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan tidak secara
acak (nonrandom sampling), melainkan dipilih berdasarkan anggota kelas
yang memiliki karakteristik yang sama dengan populasi. Kelas yang dipilih
menjadi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen ini disebut dengan
kelompok nonartifisial (alami).
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMP
Kartika yang dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Dasar pertimbangan pengambilan sampel dalam penelitian
adalah kelas yang memiliki karakteristik profil yang sama dengan populasi
47
Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian, yaitu skor rata-rata persentase perilaku prososial populasi tidak
signifikan berbeda dengan skor rata-rata perilaku prososial kelas.
Hasil skor kelas VII-C dan kelas VII-A memiliki karakteristik yang sama
dengan populasi. Sehingga kelas VII-C sebanyak 29 siswa dipilih sebagai
kelas eksperimen karena memiliki skor yang merepresentasikan skor populasi,
juga memiliki skor tinggi, sedang dan rendah. Sedangkan kelas VII-A dipilih
sebagai kelas kontrol.
3.2 Pengembangan Instrumen Penelitian
Pengembangan instrumen ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang
akurat, maka dikembangkan instrumen perilaku prososial yang layak. Tahap-
tahap pengembangan instrumen ini meliputi penyususnan definisi konseptual,
definisi operasional, kisi-kisi instrumen, pedoman skoring dan penafsiran,
serta pengujian instrumen.
3.2.1 Penyusunan Definisi Konseptual
Perilaku prososial remaja dapat disebut juga sebagai perilaku yang
menguntungkan orang lain (Eisenberg, Fabes, dan Spinrad, 2006). Perilaku
prososial disebut membawa dampak-dampak positif, yaitu diantaranya harga
diri yang tinggi, keberhasilan akademik, dan hubungan yang baik (Laible,
dkk. 2004; Padilla-Walker dan Carlo, 2014 ; Wentzel, 1993).
Perilaku prososial didefinisikan sebagai perilaku sukarela yang
menguntungkan orang lain, seperti memberi bantuan secara altruistik, sharing
atau berbagi, dan kerja sama (Eisenberg, Fabes dan Spinrad, 2006, hlm. 646).
Perilaku prososial adalah perilaku yang memberikan manfaat kepada orang
lain, seperti berbagi (memberikan barang atau perasaan), menolong (melakukan
sesuatu untuk memudahkan pihak kedua), menunjukkan kasih sayang secara
fisik agar pihak kedua merasa lebih nyaman dan tenang, memberikan dukungan
(memberikan semangat atau kesempatan kepada orang lain), serta kerjasama
(Eisenberg dan Mussen, 1989). Baron dan Byrne (2005) mendefinisikan
perilaku prososial (Prosocial Behavior) sebagai segala tindakan apapun yang
menguntungkan orang lain. Perilaku prososial dapat diukur dengan tingkat
membantu, berbagi, menghibur, dan perilaku altruistik (Eisenberg dan Fabes,
https://translate.googleusercontent.com/translate_c?act=url&depth=1&hl=en&ie=UTF8&prev=_t&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&tl=id&u=https://link.springer.com/article/10.1007/s10964-017-0786-1&xid=17259,15700022,15700124,15700149,15700168,15700186,15700190,15700201,15700208&usg=ALkJrhhGedFPt69WUE874nVfCIxCq_WWcQ#CR51https://translate.googleusercontent.com/translate_c?act=url&depth=1&hl=en&ie=UTF8&prev=_t&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&tl=id&u=https://link.springer.com/article/10.1007/s10964-017-0786-1&xid=17259,15700022,15700124,15700149,15700168,15700186,15700190,15700201,15700208&usg=ALkJrhhGedFPt69WUE874nVfCIxCq_WWcQ#CR62https://translate.googleusercontent.com/translate_c?act=url&depth=1&hl=en&ie=UTF8&prev=_t&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&tl=id&u=https://link.springer.com/article/10.1007/s10964-017-0786-1&xid=17259,15700022,15700124,15700149,15700168,15700186,15700190,15700201,15700208&usg=ALkJrhhGedFPt69WUE874nVfCIxCq_WWcQ#CR78
48
Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1998). Perilaku prososial tidak hanya berkaitan secara emosional, tapi juga
berkaitan dengan (a) faktor keturunan; (b) dasar neourologis untuk memahami
dan menanggapi keadaan orang lain; (c) pengembangan keterampilan sosio-
kognitif yang berperan munculnya perilaku prososial; (d) empati dan menolong
(Eisenberg, Spinrad, dan Knafo-noam, 2015).
Menurut Bierhoff (2002), perilaku prososial biasanya mengacu pada
tindakan sukarela yang dimaksudkan untuk menolong atau menguntungkan
individu atau kelompok individu lain. Perilaku prososial didefinisikan sebagai
bentuk perilaku yang dilakukan secara sukarela (tanpa ada paksaan) dan tidak
dimotivasi sebagai dorongan kewajiban. Kegiatan seperti menyumbang,
berbagi, membantu, dan memberikan dukungan kepada orang lain dianggap
sebagai perilaku prososial, sedangkan kegiatan berbayar di sektor jasa biasanya
dikecualikan (Eisenberg dan Mussen, 1989). Altruisme merupakan salah satu
jenis perilaku prososial khusus, mengacu pada tindakan sukarela yang
dimaksudkan untuk menguntungkan orang lain dan termotivasi secara intrinsik,
yaitu tindakan yang dimotivasi oleh motif internal seperti perhatian, simpati,
atau oleh nilai-nilai altruistik (Bierhoff, 2002). Carlo, dkk (Carlo dan Randall,
2002) menemukan enam jenis kecenderungan prososial (niat untuk membantu
orang lain): compliant, dire, emotional, altruistic, anonim dan publik.
Berdasarkan pemaparan tersebut dapat disimpulkan prososial
merupakan perilaku yang menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan orang
lain, menguntungkan orang lain serta kesediaan untuk terlibat dan memberikan
pengaruh positif dalam melakukan interaksi sosial, yang meliputi aspek
pikiran, perasaan dan tindakan. Aspek pikiran yaitu dengan menunjukkan
kepekaan terhadap kebutuhan orang lain, yang ditandai dengan memahami
orang lain, memahami situasi lingkungan. Aspek perasaan yaitu kesediaan
terlibat secara emosi dan memberi dukungan, yang ditandai dengan bermurah
hati, tulus, empati dan memberikan dukungan positif pada orang lain. Aspek
tindakan yaitu kesediaan melakukan tindakan untuk mensejahterakan orang
lain yang ditandai dengan menolong tanpa pamrih, memberi bantuan saat tidak
ada yang mengamati, dan mampu bekerja sama dengan orang lain.
https://translate.googleusercontent.com/translate_f#5https://translate.googleusercontent.com/translate_f#5
49
Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.2.2 Penyusunan Definisi Operasional
Perilaku prososial secara operasional diartikan sebagai perilaku siswa kelas
VII SMP dapat memberikan manfaat dan nilai positif kepada orang lain,
sehingga mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan sosial, yang
ditandai dengan dapat memahami situasi darurat, memahami kebutuhan orang
lain, memberikan dukungan, menunjukan kepedulian pada orang lain, memberi
bantuan tanpa pamrih (altruis), bersedia memberi bantuan saat tidak ada yang
mengamati, dan berkontribusi dalam melakukan aktivitas bersama orang lain.
Dalam penelitian ini, aspek pikiran disebut juga aspek peka terhadap
lingkungan sekitar. Aspek perasaan yaitu aspek keterlibatan secara emosi, dan
aspek tindakan adalah aspek kesediaan melakukan tindakan untuk membantu
orang lain. Setiap aspek perilaku prososial didefinisikan secara operasional
sebaga berikut:
a. Aspek pikiran adalah kemampuan siswa SMP Kartika untuk
menyadari kebutuhan orang lain. Indikator dari aspek peka terhadap
lingkungan meliputi memahami kebutuhan orang lain, memahami
lingkungan sekitar.
b. Aspek perasaan adalah kemampuan siswa SMP Kartika untuk terlibat
secara emosi dengan orang lain. Indickator dari aspek keterlibatan
secara emosi meliputi memberikan dukungan pada orang lain dan
empati.
c. Aspek tindakah adalah kemampuan siswa SMP Kartika dalam
melakukan tindakan membantu pada orang lain. Indikator dari aspek
ini meliputi menolong tanpa pamrih, memberi bantuan saat tidak ada
yang mengamati, dan kerjasama.
3.2.3 Pengembangan Kisi-kisi
Kisi-kisi instrumen untuk mengungkapkan perilaku prososial
dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Kisi-kisi instrumen
dimaksudkan sebagai acuan dalam penyusunan instrumen agar tetap sesuai
tujuan penelitian.
50
Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berikut dijabarkan lebih rinci kisi-kisi instrumen yaitu dalam bentuk
angket yang akan digunakan sebagai instrumen penelitian.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
No Aspek Indikator No. Item
∑ (+) (-)
1 Aspek Pikiran
1.1. Memahami orang lain Mampu menyadari (peka)
yang dibutuhkan orang lain
1.2. Memahami situasi darurat Mampu menyadari situasi
darurat
1-2
5-7
3-4
8-10
4
6
2 Aspek Perasaan
2.1. Memberi dukungan Memberikan dukungan positif
dalam bentuk verbal
2.2. Empati Menunjukkan kepedulian
terhadap orang lain
11-12
15-16
13-14
17-18
4
4
3 Aspek Tindakan
3.1. Altruis Mampu memberi bantuan
tanpa pamrih
3.2. Menolong
Membantu saat tidak ada yang
mengamati
3.3. Kerjasama Mampu berkontribusi
melakukan aktivitas bersama
orang lain untuk mencapai
suatu tujuan
19-22
26-28
32-33
23-25
29-31
34-38
7
6
7
Jumlah 38
3.2.4 Penyusunan Pedoman Skoring dan Penafsiran
a. Skoring
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket
tertutup (angket berstruktur), yang merupakan alat pengumpul data
sekaligus alat ukur untuk mencapai tujuan penelitian. Responden hanya
perlu menjawab dengan memilih alternatif pilihan yang telah disediakan.
Angket dalam penelitian ini mengguanakn format rating scale
(skala penilaian) dengan tiga alterantif jawaban yang sudah disediakan.
Ketiga alternatif jawaban tersebut sudah disediakan dari nilai terendah
51
Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sampai tertinggi, yaitu: 1) Rendah (R), 2) Sedang (S), dan 3) Tinggi (T),
yang tertuang dalam pilihan jawaban A, B dan C secara acak pada setiap
butir pernyataan. Tiap alternatif jawaban mengandung arti dan nilai skor
yang tercantum pada table sebagai berikut
Tabel 3.2
Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban
Pernyataan Skor Alternatif Respon
SS S TS STS
Positif 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4
Pada alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 1-4 dengan
bobot tertentu. Bobotnya sebagai berikut:
a) Untuk pilihan jawaban sangat tidak sesuai (STS) memiliki skor 1 pada
pernyataan positif dan skor 4 pada pernyataan negatif.
b) Untuk pilihan jawaban tidak sesuai (TS) memiliki skor 2 pada
pernyataan positif dan skor 3 pada pernyataan negatif.
c) Untuk pilihan jawaban sesuai (S) memiliki skor 3 pada pernyataan
positif dan skor 2 pada pernyataan negatif.
d) Untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS) memiliki skor 4 pada
pernyataan postif dan skor 1 pada pernyataan negatif.
b. Penafsiran
Data hasil responden dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu
tinggi, sedang dan rendah. Penentuan kelompok siswa dengan kategori
tinggi, sedang dan rendah dalam penelitian dilakukan dengan
menjumlahkan seluruh skor dari setiap item pernyataan untuk
mendapatkan skor total. Kemudian dilakukan konversi skor mentah
menjadi skor matang dengan menggunakan batas nilai aktual dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
1) menghitung skor total masing-masing responden.
2) menghitung rata-rata dari skor total responden (µ).
52
Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) menentukan standar deviasi dari skor total responden (σ) dengan
rumus:
SD (σ): 1/6 ( )
4) mengelompokkan data menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan
rendah dengan pedoman sebagai berikut.
Tabel 3.3
Kategorisasi Rentang Skor Perilaku Prososial Siswa
No Kategori Kriteria
1 Tinggi X > µ + 1,0 σ
2 Sedang µ - 1,0 σ ≤ X ≥ µ + 1,0 σ
3 Rendah X< µ - 1,0 σ
Interpretasi dari setiap kategori perilaku prososial adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Interpretasi Kategori Perilaku Prososial
Kategori Kriteria Interpretasi
Tinggi X > µ + 1,0 σ
Dalam kehidupan sehari-hari siswa yang memiliki
perilaku prososial pada kategori tinggi ditandai
dengan sudah mampu memahami orang lain (peka
terhadap kebutuhan orang lain), menyadari situasi
darurat, mampu menunjukkan dalam memberi
dukungan positif dalam bentuk verbal, memberikan
kepedulian terhadap orang lain (empati), mampu
memberi bantuan tanpa pamrih (altruis), memberi
pertolongan saat tidak ada yang mengamati, serta
mampu berkontribusi melakukan aktivitas bersama
orang lain untuk mencapai tujuan (kerja sama).
Sedang µ - 1,0 σ ≤ X ≤ µ +
1,0 σ
Dalam kehidupan sehari-hari siswa yang memiliki
perilaku prososial pada kategori sedang ditandai
dengan cukup mampu memahami orang lain (peka
terhadap kebutuhan orang lain) dan menyadari
situasi darurat; cukup mampu menunjukkan dalam
memberi dukungan positif dalam bentuk verbal dan
memberikan kepedulian terhadap orang lain
(empati); cukup mampu memberi bantuan tanpa
pamrih (altruis), memberi pertolongan saat tidak ada
yang mengamati, serta cukup dapat berkontribusi
melakukan aktivitas bersama orang lain untuk
mencapai tujuan (kerja sama).
Rendah X< µ - 1,0 σ Dalam kehidupan sehari-hari siswa yang memiliki
perilaku prososial pada kategori rendah ditandai
53
Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan belum mampu memahami orang lain (peka
terhadap kebutuhan orang lain) dan menyadari
situasi darurat; belum dapat menunjukkan dalam
memberi dukungan positif dalam bentuk verbal dan
memberikan kepedulian terhadap orang lain
(empati); belum mampu memberi bantuan tanpa
pamrih (altruis), memberi pertolongan saat tidak ada
yang mengamati, serta belum dapat berkontribusi
melakukan aktivitas bersama orang lain untuk
mencapai tujuan (kerja sama).
3.3 Uji Coba Instrumen
3.3.1 Uji Kelayakan Instrumen
Uji kelayakan instrumen ditempuh melalui uji validitas rasional yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa,
konstruk dan isi. Penimbangan atau uji validitas rasional dilakukan oleh dosen
ahli di Prodi Bimbingan dan Konseling. Uji rasional validitas dilakukan dosen
ahli dengan memberikan penilaian pada setiap item pernyataan dengan
kualifikasi memadai (M) dan tidak memadai (TM). Item dengan kualifikasi M
menandakan item pernyataan dapat digunakan, sedangkat item pernyataan
dengan item kualifikasi TM memiliki dua kemungkinan yaitu item pernyataan
tersebut tidak dapat digunakan atau dapat digunakan dengan revisi terlebih
dahulu.
Instrumen penelitian ditimbang oleh dua dosen ahli dari Prodi Bimbangan
dan Konseling yaitu Prof. Syamsu Yusuf LN, M.Pd dan Dr. Ipah Saripah,
M.Pd. Berdasarkan penimbangan yang dilakukan terhadap instrumen
penelitian, terdapat beberapa pernyataan yang harus diperbaiki sebanyak 3
item, yaitu: 1) saya mengolok-olok teman yang mendapat nilai jelek,
diperbaiki menjadi saya mengolok-ngolok teman yang mendapat nilai kecil
(aspek perasaan, indikator memberi dukungan; 2) saya mengacuhkan teman
yang bertengkar di kelas karena tidak mau ikut campur, diperbaiki menjadi
saya membiarkan teman bertengkar di kelas karena tidak mau ikut campur
(aspek tindakan, indikator altruis); 3) saya sering membantu orang lain ketika
mereka tidak tahu siapa yang membantu, diperbaiki menjadi saya membantu
orang lain ketika mereka tidak tahu siapa yang membantu (aspek tindakan,
54
Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
indikator menolong). Dengan demikian jumlah item yang diuji coba
seluruhnya sebanyak 38 item.
3.3.2 Uji Keterbacaan Intrumen
Sebelum uji validitas statistik dilakukan pada instrumen, terlebih dahulu
dilakukan uji keterbacaan terhadap butir item yang dimaksudkan untuk
mengukur setiap pernyataan yang terdapat di dalam instrumen yang dapat
dipahami oleh responden. Uji keterbacaan ini dilaksanakan pada tanggal 20
September 2018 kepada 5 siswa kelas VII SMP Kartika.
Berdasarkan hasil uji keterbacaan, terdapat beberapa kata yang kurang
dimengerti siswa seperti kata mengolok-olok pada butir item pernyataan “Saya
mengolok-olok teman yang mendapat nilai kecil”, diperbaiki menjadi “Saya
mengejek teman yang mnadapat nilai kecil. Kemudian pada butir item
pernyataan “Saya mengganggu teman yang sedang murung”, diperbaiki menjadi
“Saya mengganggu teman yang sedang bersedih.
Uji keterbacaan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam angket.
3.3.3 Uji Validitas
Pengujian validitas alat pengumpul data dilakukan melalui pengujian
butir-butir item pernyataan yang disesuaikan dengan kisi-kisi untuk
mengungkapkan perilaku prososial siswa. Suatu instrumen dikatakan valid
apabila mampu mengetahui yang diinginkan apabila dapat mengungkap data
variabel diteliti secara tepat. Instrumen dapat dikatakan valid atau sahih apabila
memiliki validitas tinggi dan instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah (Arikunto, 2006. hlm. 168).
Pengolahan data dalam penelitian menggunakan program SPSS for
windows versi 20.0. Validitas item dilakukan dengan prosedur pengujian
Spearmean’s rho. Hasil uji validitas menunjukkan sebanyak 32 item dari 38
item dinyatakan valid.
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Instrumen Perilaku Prososial
55
Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kesimpulan Item Jumlah
Memadai 1,2,3,4,5,6,7,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,
20,21,22,23,24,25,26,27,28,30,31,32,33,34,
35,
32
Tidak Memadai 8,19,29,36,37,38 6
3.3.4 Uji Realiabilitas Instrumen
Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji keterandalan instrumen perilaku
prososial siswa. Reliabilitas instrumen menunjukkan tingkat kepercayaan
instrumenn. Arikunto (2006, hlm. 221) menyebutkan reliabilitas berarti suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.
Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan terhadap item terpakai sebanyak
32 item yang valid pada angket perilaku prososial dengan menggunakan
Microsoft Excel for windows dengan metode Alpha. Berikut merupakan rumus
korelasi.
[
] [
∑ ]
Keterangan :
= nilai reliabilitas instrumen
∑ = jumlah varians skor tiap item
= varians total
= jumlah item.
Klasfikasi reliabilitas yang digunakan sebagai acuan adalah sebagai berikut.
0,00-0,199 : derajat keterandalan sangat rendah
0,20-0,399 : derajat keterandalan rendah
0,40-0,599 : derajat keterandalan sedang
0,60-0,799 : derajat keterandalan tinggi
0,80-1,00 : derajat keterandalan sangat tinggi
(Arikunto, 2006, hlm. 276)
Hasil pengolahan uji reliabilitas instrumen perilaku prososial dapat
dilihat pada Tabel 3.7, sebagai berikut.
56
Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.6
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Perilaku Prososial Siswa
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
.706 32
Berdasarkan pengolahan data uji reliabilitas dapat diperoleh hasil sebesar
0,706, artinya derajat kerterandalannya tinggi. Intrumen perilaku prososial yang
digunakan sudah baik dan dapat dipercaya untuk dijadikan alat pengumpul data.
3.4 Pengembangan Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku
Prososial
Pengembangan bimbingan sosial untuk mengembangkan perilaku
prososial berdasarkan hasil survey kondisi perilaku prososial siswa.
Pengembangan bimbingan sosial meliputi: 1) kajian teoritis; 2) penyusunan
struktur bimbingan sosial; dan 3) uji coba bimbingan sosial.
3.4.1 Kajian Teoretis
Dalam pengembangan bimbingan sosial untuk mengembangkan perilaku
prososial dilakukan kajian secara teoritis yaitu dengan melakukan studi
pustaka sebagai landasan penyusunan bimbingan sosial untuk
mengembangkan perilaku prososial.
Pada penelitian ini bimbingan sosial untuk mengembangkan perilaku
prososial siswa diartikan sebagai program yang diberikan oleh konselor atau
guru BK untuk membantu individu dalam berperilaku baik, bersikap positif
dan memperhatikan kepentingan orang lain dalam interaksi sosial agar
terciptanya keharmonisan, baik dengan diri sendirivmaupun dengan orang
lain.
3.4.2 Penyusunan Struktur Bimbingan Sosial
Struktur bimbingan sosial untuk mengembangkan perilaku prososial siswa
mengacu pada Depertemen Pendidikan Nasional (2008) adalah sebagai
berikut.
57
Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.7
Struktur Bimbingan Sosial
No Struktur Isi
1 Rasional Latar belakang secara teori dan praktis
berkenaan dengan pentingnya penyelenggaraan
bimbingan sosial untuk mengembangkan
perilaku prososial.
2 Deskripsi Kebutuhan Hasil need assessment dari instrument perilaku
prososial
3 Tujuan Tujuan dari penyelenggaraan layanan
bimbingan sosial untuk mengembangkan
perilaku prososial.
4 Kompetensi konselor Kemampuan-kemampuan konselor dalam
melaksanakan bimbingan sosial untuk
mengembangkan perilaku prososial.
5 Tahapan Rincian tahapan, tujuan, deskripsi kegiatan,
dan sistem penunjang pelaksanaan bimbingan
sosial.
6 Evaluasi Evaluasi proses dan hasil
3.4.3 Penyusunan Struktur Bimbingan Sosial
Uji kelayakan bimbingan sosial dinilai oleh pakar yaitu dua dosen ahli
yaitu Prof. Dr. Juntika Nurhisan, M.Pd dan Dr. Ipah Saripah, M.Pd. Masukan
dari kedua dosen adalah mengenai perbaikan rasional agar lebih operasional,
deskrispi kebutuhan agar lebih diperinci, evaluasi hasil agar lebih disesuaikan
kembali dengan tujuan.
Uji kelayakan juga dilakukan oleh guru BK SMP Kartika yaitu Selvya
Mandarina, M.Pd, masukannya adalah pada bagian struktur RPL perlu
diperinci tahapan pelaksanaan kegiatan.
3.4.4 Uji Coba
Pelaksanaan bimbingan sosial untuk mengembangkan perilaku prososial
didasarkan pada tingkat perilaku prososial yang memiliki skor tinggi, sedang
dan rendah serta merepresentasikan skor populasi perilaku prososial SMP
Kartika kelas VII. Populasi yang digunakan adalah siswa kelas VII SMP
Kartika Bandung yang berjumlah 124 siswa, yang terbagi menjadi empat kelas
yaitu VII-A, VII-B, VII-C dan VII-D, dan kelas yang dapat merepresentasikan
skor populasi adalah kelas VII-C.
58
Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Uji coba dilaksanakan pada kelas VII-C dengan tahapan kegiatan sebagai
berikut.
Tabel 3.8
Tahapan Kegiatan Uji Coba
Tahap Sesi Kegiatan Sistem Penunjang
Tahap Awal
(Orientasi)
1 Need assessment Metode: penugasan
Penunjang: instrumen
perilaku prososial
2 Sosialisasi program
bimbingan sosial untuk
mengembangkan perilaku
prososial
Metode: diskusi dan
tanya jawab
Penunjang: hasil
intrumen perilaku
prososial, program
bimbingan sosial
Tahap Inti
(Intervensi)
3 Diskusi kelompok
“Pemahaman peka terhadap
diri dan orang lain”
Metode: diskusi, tanya
jawab dan presentasi
4 Permainan menyusun
menara
Metode: permainan,
lembar kerja dan
refleksi
Penunjang: korek api
5 Diskusi kelompok “empati” Metode: diskusi,
presentasi dan refleksi
6 Permainan giring bola Metode: permainan
dan refleksi
Penunjang: bola
7 Diskusi “tolong menolong” Metode: diskusi,
presentasi dan refleksi
Tahap Akhir
(Evaluasi)
8 Evaluasi Metode: penugasan
Penunjang: instrumen
perilaku prososial
3.5 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang ditempuh terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Ketiga prosedur dan tahapan penelitian
tersebut secara lebih rinci dapat dilihat pada uraian berikut.
1. Persiapan
Tahapan persiapan penelitian adalah sebagai berikut.
59
Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Penyususan proposal.
b. Pengajuan persetujuan proposal penelitian setelah melakukan seminar
proposal penelitian.
c. Seminar proposal penelitian.
d. Pengajuan permohonan pengangkatan dosen pembimbing tesis.
e. Pengajuan permohonan izin untuk melakukan penelitian.
2. Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut.
a. Penyusunan instrumen dan pengujian kelayakan instrumen.
b. Uji coba instrumen.
c. Pelaksanaan pengumpulan data penelitian dari siswa kelas VII SMP
Kartika Bandung Tahun Ajaran 2018/2019.
d. Analisis data hasil penelitian.
e. Penentuan subyek penelitian yaitu kelas VII SMP Kartika Bandung
Tahun Ajaran 2018/2019 yang berjumlah 59 siswa terdiri dari 2 kelas.
Kelas eksperimen berjumlah 29 siswa dan kelas kontrol berjumlah 30
siswa.
f. Pengembangan bimbingan sosial untuk mengembangkan perilaku
prososial siswa berdasarkan hasil analisis data. Pengembangan
program intervensi meliputi kegiatan-kegiatan berikut.
1) Penyusunan rancangan program bimbingan sosial untuk
mengembangkan perilaku prososial pada siswa berdasarkan kajian
teoritik dan empirik.
2) Pengujian kelayakan atau judgement rancangan program
bimbingan sosial kepada pakar dan praktisi lapangan. Tujuan dari
kegiatan ini adalah untuk mengetahui kelayakan program
bimbingan sosial yang akan digunakan sebagai acuan dalam
mengembangkan perilaku prososial siswa kelas VII SMP Kartika
Bandung.
3) Pelaksanaan eksperimen untuk mengembangkan perilaku prososial
sesuai dengan program yang telah disusun.
60
Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Pelaporan
Tahapan terakhir dari prosedur penelitian adalah tahap pelaporan.
Tahapan pelaporan ini meliputi analisis seluruh kegiatan, hasil penelitian,
dan pembahasan kemudian dilaporkan dalam bentuk karya tulis ilmiah
(tesis) untuk selanjutnya dipertanggungjawabkan dalam sidang tahap I dan
II.
3.6 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data dengan statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk
menjawab pertanyaan penelitian “seperti apa profil perilaku prososial siswa
Kelas VII SMP Kartika Bandung?”
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik
non parametric karena data yang digunakan dalam penelitian ini berskala
ordinal. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “bimbingan sosial efektif untuk
mengembangkan perilaku prososial siswa kelas VII SMP Kartika Tahun
Ajaran 2018/2019”
Hipotesis penelitian ini adalah program bimbingan sosial sebagai
independent variable dan perilaku prososial sebagai dependent variable.
Mengetahui terdapat perbedaan bimbingan sosial untuk mengembangkan
perilaku prososial pada siswa, maka dilakukan analisis data menggunakan uji
statistic non parametric Mann-Whitney U Test dengan bantuan software SPSS
versi 20.0 for windows. Berikut merupakan langkah-langkah perhitungan uji
statistik.
1) Mengajukan Hipotesis
a.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku prososial
kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah pemberian bimbingan
sosial.
b.
Perilaku prososial kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan
kelas kontrol, setelah pemberian bimbingan sosial.
2) Menentukan Dasar Pengambilan Keputusan
61
Yustiana Amini, 2019 Bimbingan Sosial untuk Mengembangkan Perilaku Prososial pada Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk menentukan hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak,
maka ditentukan dasar pengambilan keputusan dengan melihat
Asymtop Signifikasi pada uji Mann whitney u test.
Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut.
Hipotesis Statistik :
H0 : μ1 = μ2
H1 : μ1 > μ2
Kriteria pengujiannya, Ho ditolak jika: harga μ1 yang diperoleh
berdasarkan data empirik, lebih kecil dari p, dalam penelitian harga p
ditetapkan sebesar 0.05.