12
35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni sesungguhnya (True Experimental Research) dengan menggunakan metode The post test Only Control Group Design. Hal ini dapat dibuktikan dengan dipakai rancangan posttest dengan kelompok kontrol (The post test Only Control Group Design). Randomisasi dilakukan pada penelitian untuk menentukan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Tahap akhir penelitian, sampel dilakukan penilaian terhadap penyembuhan luka sayat yang dilakukan setiap hari secara makroskopik. Berdasarkan permasalahannya, rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian ini terdapat 5 perlakuan (3 perlakuan uji dan 2 perlakuan kontrol) dan perlakuan diulang 5 kali. Berikut denah RAL pada tabel 3.1: A1(4) A5(1) A3(4) A4(2) A4(4) A2(3) A5(3) A5(5) A4(1) A3(1) A4(3) A2(5) A1(3) A3(4) A1(5) A3(5) A5(4) A2(1) A3(3) A2(2) A5(2) A1(1) A4(4) A1(2) A3(3) Tabel 3.1 Denah Rancangan Acak Lengkap (RAL)

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitianeprints.umm.ac.id/36807/4/jiptummpp-gdl-uswatunhas-50175-4-babiii.pdf · penelitian yaitu tikus berumur rata-rata 2-3 bulan. 6. Jenis

Embed Size (px)

Citation preview

35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni sesungguhnya (True

Experimental Research) dengan menggunakan metode The post test Only Control

Group Design. Hal ini dapat dibuktikan dengan dipakai rancangan posttest dengan

kelompok kontrol (The post test Only Control Group Design). Randomisasi

dilakukan pada penelitian untuk menentukan kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol. Tahap akhir penelitian, sampel dilakukan penilaian terhadap

penyembuhan luka sayat yang dilakukan setiap hari secara makroskopik.

Berdasarkan permasalahannya, rancangan penelitian yang digunakan

adalah rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian ini terdapat 5 perlakuan (3

perlakuan uji dan 2 perlakuan kontrol) dan perlakuan diulang 5 kali. Berikut

denah RAL pada tabel 3.1:

A1(4) A5(1) A3(4) A4(2) A4(4)

A2(3) A5(3) A5(5) A4(1) A3(1)

A4(3) A2(5) A1(3) A3(4) A1(5)

A3(5) A5(4) A2(1) A3(3) A2(2)

A5(2) A1(1) A4(4) A1(2) A3(3)

Tabel 3.1 Denah Rancangan Acak Lengkap (RAL)

36

Keterangan: A1-A5 adalah perlakuan, (1)-(5) adalah ulangan

Pembagian kelompoknya adalah sebagai berikut:

Kelompok A1 : Kelompok kontrol positif dengan pemberian betadine

Kelompok A2 : Kelompok kontrol negatif tanpa pemberian perlakuan

Kelompok A3 : Kelompok perlakuan menggunakan ekstrak daun cengkeh 10%

Kelompok A4 : Kelompok perlakuan menggunakan ekstrak daun cengkeh 15%

Kelompok A5 : Kelompok perlakuan menggunakan ekstrak daun cengkeh 20%

Rancangan Penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

(RAL). Ciri-ciri rancangan jenis ini adalah dilakukan di laboratorium dimana

lingkungan laboratorium tersebut dianggap homogen. Rancangan ini merupakan

rancangan yang perlakuannya diletakkan dan dilakukan secara acak pada setiap

percobaan, hal ini berarti seluruh unit percobaan memiliki peluang yang sama

untuk menerima perlakuan. Penelitian diperlukan suatu ulangan dalam perlakuan

dikarenakan dibutuhkan derajat ketelitian terhadap suatu penelitian dengan jumlah

ulangan yang dianggap cukup baik apabila memenuhi syarat berikut:

Keterangan

r : Replikasi (jumlah ulangan)

t : Treatment (jumlah perlakuan)

(t-1) (r-1) ≥ 15

(5-1) (r-1) ≥ 15

4 (r-1) ≥ 15

4r – 4 ≥ 15

4r ≥ 19

r ≥ 4,75 atau dibulatkan r ≥ 5

Berdasarkan rumus diatas didapatkan jumlah pengulangan yang diperlukan

adalah sebanyak 5 kali.

(t-1) (r-1) ≥ 15

37

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Universitas

Muhammadiyah Malang. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 5-18 April

2017.

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan subyek penelitian. Populasi adalah

totalitas semua nilai yang mungkin hasil menghitung ataupun pengukuran,

kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota

kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana,

1996). Populasi dalam penelitian ini adalah semua tikus putih (Rattus norvegicus),

dengan berat badan rata-rata 180-300 gram dan berumur 2-3 bulan. Penelitian ini

mengunakan hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) karena memiliki struktur

kulit dan homeostatis yang serupa dengan manusia (Ratih, 2009).

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian subyek/ objek dari populasi yang diteliti. Sampel

keseluruhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 ekor tikus putih

(Rattus norvegicus) yang dibagi menjadi 5 kelompok dan tiap kelompok terdiri

dari 5 ekor tikus putih.

3.3.3 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random

sampling (acak sederhana), yaitu cara pengambilan sampel dari unit anggota

populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.

38

Peneliti menggunakan 25 ekor tikus yang dibagi dalam 5 kelompok yaitu 2

kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan ekstrak daun cengkeh dengan

konsentrasi 10%, 15% dan 20%.

3.4 Jenis Variabel

3.4.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah berbagai konsentrasi ekstrak daun cengkeh (Syzygium

aromaticum).

3.4.2 Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi sebab

akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

penyembuhan luka sayat.

3.4.3 Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan

sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi

faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah jenis

tikus, berat badan, pakan tikus, dan suhu lingkungan (suhu ruang) serta kandang.

3.5 Definisi Operasional Variabel

1. Konsentrasi ekstrak daun cengkeh adalah angka banding volume zat terlarut

terhadap volume zat pelarut atau larutan yang dinyatakan secara khusus.

39

Pelarut yang digunakan dalam ekstrak daun cengkeh dengan menggunakan

pelarut etanol 96%.

2. Penyembuhan luka sayat merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis

karena merupakan suatu kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi saling

berkesinambungan. Penyembuhan luka sayat waktu yang diperlukan untuk

penyembuhan mulai dari hari pertama dilakukan pembuatan luka sampai

dengan kulit kembali seperti semula, dengan melalui 3 fase sebagai berikut:

Fase inflamasi adanya eritema dan edema jaringan sekitar luka

Fase proliferasi adanya granulasi jaringan pada luka

Fase maturasi adanya jaringan parut dan luka kering

3. Jenis tikus pada penelitian ini yang digunakan adalah tikus putih dari spesies

Rattus norvegicus.

4. Berat badan tikus merupakan berat badan rata-rata dari tikus yang akan

digunakan dalam penelitian yaitu berat badan rata-rata adalah 180-300 gram.

5. Umur tikus merupakan umur rata-rata dari tikus yang akan digunakan dalam

penelitian yaitu tikus berumur rata-rata 2-3 bulan.

6. Jenis pakan adalah suatu yang bisa dimakan sebagai sumber energi yang

dibutuhkan oleh makhluk hidup. Pakan yang digunakan dari jenis BR-1.

7. Jenis minum adalah cairan yang dibutuhkan untuk membantu proses

metabolisme tubuh. Jenis minuman yang digunakan adalah air mineral.

8. Alas adalah suatu bahan yang terbuat serbuk kayu yang berfungsi untuk

menghangatkan tubuh tikus.

40

9. Jenis kandang tikus adalah suatu tempat yang digunakan untuk memelihara

tikus. Kandang yang digunakan berasal dari nampan plastik yang yang ditutup

dengan kawat berlubang, jumlah tikus harus sesuai dan tidak terlalu banyak

karena bila tikus berdesak-desakan dapat menyebabkan suhu badan meningkat

di atas normal sehingga dapat mengakibatkan hipertermia.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian ini

menggunakan metode observasi setelah eksperimen (posttest) yaitu teknik

pengambilan data secara langsung dengan prosedur berencana yang melibatkan

kegiatan melihat dan mencatat aktivitas atau kegiatan tertentu. Observasi

dilakukan di laboratorium terhadap obyek perlakuan yaitu variabel terikat yang

diberi perlakuan, baik perlakuan kontrol maupun perlakuan ekstrak daun cengkeh

konsentrasi 10%, 15% dan 20%, kemudian data yang diperoleh diaplikasikan ke

dalam bentuk tabel. Observasi dilakukan terhadap kecepatan penyembuhan luka

sayat yang ditunjukkan pada tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2 Rata-rata penyembuhan luka sayat (dalam hari) pada tikus putih

(Rattus norvegicus) akibat pemberian berbagai konsentrasi ekstrak daun

cengkeh (Syzygium aromaticum)

No Perlakuan Ulangan ke- Total Rerata

1 2 3 4 5

1

2

3

4

5

41

3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap persiapan,

tahap pelaksanaan, dan tahap pengamatan.

3.7.1 Tahap Persiapan

1. Menyiapkan alat yang akan digunakan dalam penelitian. Adapun alat yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Handscoon : 2 pasang

2) Sarung tangan : 2 pasang

3) Gunting : 2 buah

4) Blender : 1 buah

5) Timbangan analitik : 1 buah

6) Oven : 1 buah

7) Corong Buchner : 1 buah

8) Erlenmeyer 1000 ml : 4 buah

9) Rotaty Evaporator : 1 buah

10) Silet cukur : 2 buah

11) Silet golt : 2 buah

12) Kamera : 1 buah

13) Pipet tetes : 3 buah

14) Penggaris : 1 buah

15) Kandang : 5 buah

16) Masker : 1 pack

17) Botol flakon : 3 buah

42

18) Spatula : 1 buah

19) Beaker glass 1000 ml : 1 buah

20) Kertas saring : 1 lembar

21) Vacum : 1 buah

22) Alumunium foil : 1 lembar

2. Menyiapkan bahan yang akan digunakan dalam penelitian. Adapun bahan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Daun cengkeh : 800 gram

2) Tikus Putih : 25 ekor

3) Alkohol 70% : 500 ml

4) Pakan : 8 kg

5) Air mineral : 1 galon

6) Etanol 96% : 2 liter

7) Kertas label : 1 lembar

8) Aquades : 5 liter

9) Betadine 10% : 30 ml

3.7.2 Tahap Pelaksanaan

1. Pembuatan Serbuk Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum) lihat lampiran 1

1) Mengambil bagian tanaman yang digunakan untuk pembuatan ekstrak

adalah daun cengkeh (Syzygium aromaticum)

2) Memilih masing-masing daun yang bagus berwarna hijau tua

3) Mencuci daun cengkeh sebanyak 800 gram dengan air untuk

menghilangkan debu dan kotoran lain.

43

4) Meniriskan daun, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari langsung,

tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan ekstrak yang tidak mudah

rusak sehingga dapat disimpan lebih lama atau dioven pada suhu 40

sampai kadar airnya hilang. Menghaluskan daun yang sudah kering dengan

menggunakan blender sampai menjadi serbuk halus, kemudian disimpan

dalam erlemenyer 1000 ml.

2. Pembuatan Ekstrak dari serbuk Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum) dengan

pelarut etanol

1) Merendam serbuk daun cengkeh (Syzygium aromaticum) yang sudah halus

direndam dalam etanol 96% secukupnya. Sebanyak 800 g serbuk daun

cengkeh dibagi menjadi empat yaitu masing-masing sebanyak 200 g

direndam dalam 500 ml etanol 96%. Kemudian menutup erlenmeyer

dengan alumunium foil.

2) Menyimpan dalam lemari bahan selama 24 jam, untuk proses maserasi.

3) Menyaring ekstrak menggunakan corong buchner dan kertas saring yang

kemudian diambil filtratnya.

4) Filtrat dievaporasi dengan menggunakan rotary evaporator. Hasil

evaporasi dimasukkan dalam oven pada suhu 40 hingga diperoleh

ekstrak kental.

5) Mengencerkan ekstrak secara berseri dengan pelarut aquades sehingga

didapat konsentrasi ekstrak 10%, 15%, dan 20%. Perhitungan pembuatan

konsentrasi ekstrak daun cengkeh menggunakan rumus sebagai berikut:

N1 . V1 = N2 . V2

44

Keterangan: N1 = Konsentrasi awal

V1 = Volume yang dicari

N2 = Konsentrasi yang diinginkan

V2 = Volume yang diinginkan

Konsentrasi 10% didapatkan dari:

N1 . V1 = N2 . V2

100. V1 = 10. 20

V1 = 200/100

= 2 ml

Jadi, 2 ml ekstrak + 18 ml aquadest

Konsentrasi 15% didapatkan dari:

N1 . V1 = N2 . V2

100. V1 = 15. 20

V1 = 300/100

= 3 ml

Jadi, 3 ml ekstrak + 17 ml aquadest

Konsentrasi 20% didapatkan dari:

N1 . V1 = N2 . V2

100. V1 = 20. 20

V1 = 400/100

= 4 ml

Jadi, 4 ml ekstrak + 16 ml aquadest

3. Aklimatisasi (pengkodisian) Tikus Putih

Tahapan aklimatisasi atau pengkondisian tikus putih dimulai dengan

menyiapkan 25 ekor tikus putih jantan, yang dibagi secara acak menjadi 5

45

kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor, kemudian tikus

putih jantan ditempatkan pada kandang dan diaklimasi selama 3 hari untuk

pengkondisian habitat dan agar tikus tidak stres, rutin diberi makan dan minum

serta pengantian alas agar kandang tetap bersih.

4. Penyayatan Tikus Putih (Rattus norvegicus)

1) Membagi tikus menjadi 5 kelompok. Masing-masing kelompok disebut

kelompok A1, A2, A3, A4, A5 yang sesuai dengan matrik penelitian.

2) Menempatkan didalam kandang yang berbeda dengan memberikan makan

dan minum.

3) Mencukur bulu tikus menggunakan silet cukur tepatnya di daerah

punggung dan kulit diolesi dengan alkohol.

4) Melakukan perlakuan pada punggung tikus putih dengan membuat sayatan

dengan panjang ± 2 cm dengan kedalaman ± 2 mm menggunakan silet

golt yang tajam.

5) Mengambil ekstrak daun cengkeh secukupnya dengan kadar konsentrasi

yang berbeda yaitu 10%, 15%, 20% dengan menggunakan pipet tetes yang

steril.

6) Meneteskan ekstrak daun cengkeh sebanyak 3 tetes pada setiap tikus putih

dengan konsentrasi 10%, 15%, 20% dan betadine (kontrol) pada bagian

punggung tikus yang mengalami luka sayat setiap harinya.

7) Mengamati hasil yang diperoleh dengan cara melihat panjang luka sayat

yang telah diberi berbagai konsentrasi ekstrak daun cengkeh.

8) Melakukan perlakuan yang berikan sampai luka sayat dinyatakan sembuh.

46

3.7.3 Tahap Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada hari berikutnya mendokumentasikan kondisi

luka sayat. Dilakukan setiap hari pagi jam 09.00 WIB. Pengkajian luka yaitu

sebagai berikut:

Mengamati panjang luka dan mengamati secara makroskopis dari tiap

perlakuan yaitu pengamatan dilakukan dengan melihat morfologi dari

penyembuhan luka mulai dari pertama dilakukan pembuatan luka sampai luka

sembuh dengan melihat 3 fase sebagai berikut:

Fase inflamasi adanya eritema dan edema jaringan sekitar luka

Fase proliferasi adanya granulasi jaringan pada luka

Fase maturasi adanya jaringan parut dan luka kering

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: uji

normalitas yang berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh

berdistribusi normal, dan uji homogenitas yang berfungsi untuk mengetahui

apakah varian datanya homogen, maka data yang diperoleh di uji dahulu dengan

normalitas (Liliefors) dan uji homogenitas (Barlett) dan diteruskan dengan uji One

Way Anova yang berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh

dari perlakuan yang diberikan lihat lampiran 4.