Upload
heather-bell
View
33
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Peran dan Prinsip Kerja Menara Pendingin (Cooling Tower)
Proses perpindahan panas merupakan salah satu proses yang sangat penting.
Perpindahan panas merupakan peristiwa yang dijumpai hampir dalam setiap operasi
dalam kegiatan teknik kimia. Salah satu perangkat yang menerapkan prinsip perpindahan
panas ini adalah menara pendingin (cooling tower).
Dari segi istilah menara pendingin (cooling tower) memiliki arti sistem
pendinginan kembali air yang digunakan pada water cooled condenser. Menara
pendingin (cooling tower) ini merupakan suatu sistem pendinginan dengan prinsip air
yang disirkulasikan. Air digunakan sebagai medium pendingin, misalnya pendingin
kondenser, AC (air conditioner), diesel generator maupun mesin-mesin lainnya. Jika air
mendinginkan suatu unit mesin maka hal ini akan berakibat air pendingin tersebut akan
naik temperaturnya, misalnya air dengan temperature awal ( T1 ) setelah digunakan
untuk mendinginkan mesin maka temperaturnya berubah menjadi ( T2 ). Disini fungsi
cooling tower adalah untuk mendinginkan kembali T2 menjadi T1 dengan blower / fan
dengan bantuan angin. Demikian proses tersebut berulang secara terus menerus.
Adanya sentuhan air dan udara serta evaporasi air di dalam menara pendingin
akan menurunkan temperatur air yang selanjutnya kembali disirkulasikan ke kondensor
mesin refrigerasi. Air penambah (make up water) digunakan untuk mengganti sejumlah
air yang menguap selama proses pendinginan di dalam menara pendingin. Selain
menggunakan menara pendingin, kondensor mesin refrigerasi bisa juga didinginkan
menggunakan air dari sungai, danau, ataupun laut. Yik dkk (2001). Menara pendingin
(cooling tower) umumnya digunakan untuk sistem pendinginan kondensor yang
menggunakan air. Cooling tower merupakan sistem heat exchanger fluida ke udara,
dimana umumnya zat yang didinginkan adalah fluida cair.
Proses pelepasan panas pada cooling tower mengandalkan pada volume air yang
banyak, serta evaporasi (penguapan air) dengan semburan fan. Cooling tower terbukti
mampu mengatasi panas jauh lebih baik daripada radiator, oleh karena itu pada skala
industri besar seperti mesin pabrik dan reaktor nuklir, pendinginannya harus
menggunakan cooling tower. Bahkan reaktor nuklir menggunakan volume air danau
untuk mendinginkannya.
Selama ini radiator adalah alat yang paling sering digunakan untuk mendinginkan
air pada sistem watercooling. Namun dalam dunia industri skala besar, radiator sudah
jarang digunakan. Pabrik-pabrik dan mesin industri lebih cenderung menggunakan
cooling tower. Ini membuktikan bahwa cooling tower lebih mampu mengatasi panas
dibanding radiator. Sistem radiator hanya mengandalkan pada volume air yang kecil dan
ini berbeda dengan sistem cooling tower yang mengandalkan pada volume air dalam
jumlah besar. Air dalam jumlah banyak akan lebih sulit untuk berubah temperaturnya,
sebagai contoh 100 liter air akan lebih lama mendidih dibandingkan dengan 10 liter air.
Jadi dengan kata lain, volume air yang banyak akan membuat temperatur sangat stabil.
3.2 Karakteristik Menara Pendingin (Cooling Tower)
Besarnya kemampuan transfer panas yang terjadi di dalam cooling tower
tergantung pada beberapa faktor antara lain :
1. Perbedaan suhu air masuk dan suhu wet bulb temperature udara saat itu.
2. Luas permukaan air yang kontak secara langsung dengan pergerakan udara.
3. Kecepatan relatif antara udara dan air.
4. Waktu terjadinya kontak antara air dan udara.
3.3 Manfaat Untuk Lingkungan
1. Pengurangan Limbah Padat
Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan kembali
barang yang seharusnya menjadi barang lain yang bernilai ekonomi.
2. Pengurangan Pencemaran Udara
Teknologi yang digunakan adalah teknologi lebih maju untuk peleburan besi, yaitu :
menggunakan induksi listrik pada tungku leburnya dengan keunggulannya dari
pemanas kokas yaitu mempunyai temperatur yang lebih tinggi serta waktu peleburan
yang lebih pendek sehingga dihasilkan kualitas leburan baik dengan kandungan
karbon yang lebih rendah dan jumlah produk leburan besi per hari dapat meningkat.
Cooling tower untuk memaksimalkan kerja mesin produksi dan cerobong asap
dengan ketinggian 2 m dari atap pabrik dilengkapi penangkap debu ini akan
menyalurkan emisi gas pada peleburan sehingga terdispersi dengan baik di udara,
sedangkan debu-debu yang keluar akan ditangkap oleh water scrubber yang akan
dapasang pada salah satu bagian kolom cerobong.
3.4 Tipe Sistem Pendingin (Air Cooling)
.Sistem air cooling dapat dikategorikan dua tipe dasar, sebagai berikut :
1. Sistem air cooling satu aliran
Sistem air cooling satu arah adalah satu diantara aliran air yang hanya
melewati satu kali penukar panas. Dan lalu dibuang kepembuangan atau tempat
laindalam proses. Sistem tipe ini mempergunakan banyak volume air. Tidak ada
penguapan dan mineral yang terkandung didalam air masuk dan keluar penukar panas.
Sistem air cooling satu arah biasa digunakan pada terminal tenaga besar dalam situasi
tertutup dari air laut atau air sungai dimana persediaan air cukup tinggi.
2. Sistem air cooling sirkulasi
Pada sistem sirkulasi terbuka ini, air secara berkesinambungan bersikulasi
melewati peralatan yang akan didinginkan dan menyambung secara seri. Transfer
panas dari peralatan ke air, dan menyebabkan terjadinya penguapan ke udara.
Penguapan menambah konsentrasi dan padatan mineral dalam air dan ini adalah efek
kombinasi dari penguapan dan endapan, yang merupakan konstribusi dari banyak
masalah dalam pengolahan dengan sistem sirkulasi terbuka.
3.5 Masalah yang Timbul dalam Air Cooling
Masalah yang sering timbul dalam pada seluruh sistem air cooling adalah :
1. Korosif
Pada pH yang rendah menyebabkan terjadinya korosi pada logam. Begitu juga
nitrifying. Penyebab lain adalah dengan adanya bakteri yang dapat menghasilkan
asam sulfat. Bakteri yang memiliki kemampuan untuk mengubah hydrogen sulfide
menjadi sulfur kemudian mengubah menjadi asam sulfat. Bakteri ini menyerang
logam besi, logam lunak dan steiless steel, hidup sebagai anaerobic ( tanpa udara ).
2. Kerak
Pembentukan kerak diakibatkan oleh kandungan padatan terlarut dan material
anorganik yang mencapai limit control. Metode yang digunakan untuk mencegah
terjadinya pembentukan kerak antara lain :
a. Menghambat kerak dengan mengontrol pH
Dalam keadaan asam lemah ( kira – kira pH 6,5 ). Asam sulfat yang paling
sering digunakan untuk ini, memiliki dua efek dengan memelihara pH dalam
daerah yang benar dan mengubah kalsium karbonat, ini memperkecil resiko
terbentuknya kerak kalsium sulfat. Ini memperkecil resiko terbentuknya kerak
kalsium karbonat dan membiarkan cycle yang tinggi dari konsentrasi dalam sistem.
b. Mengontrol kerak dengan bleed off
Bleed off pada sirkulasi air cooling terbuka sangat penting untuk memastikan
bahwa air tidak pekat sebagai perbandingan untuk mengurangi kelarutan dari
garam mineral yang kritis. Jika kelarutan ini berkurang kerak akan terbentuk pada
penukar panas.
c. Mengontrol kerak dengan bahan kimia penghambat kerak
Bahan kimia umumnya berasal dari organic polimer, yaitu polyacrilik dan
polyacrilik buatan.
3. Masalah mikrobiologi
Microorganisme juga mampu membentuk deposit pada sembarangan
permukaan. Hampir semua jasad renik ini menjadi kolektor bagi debu dan kotoran
lainnya. Hal ini dapat menyebabkan efektivitas kerja cooling tower menjadi
terganggu.
4. Masalah kontaminasi
Keadaan cooling tower yang terbuka dengan udara bebas memungkinkan
organisme renik untuk tumbuh dan berkembang pada sistem, belum lagi kualitas air
make up yang digunakan.