38
31 BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN 1980-2000 A. Sejarah Berdirinya Rokok Djitoe 1. Sejarah Berdirinya Di Jawa Tengah terdapat beberapa industri penghasil rokok, salah satunya di Kota Surakarta yaitu Industri Rokok Djitoe. Industri ini menghasilkan berupa rokok kretek tangan dan rokok kretek mesin yang sampai sekarang masih berproduksi di tengah munculnya persaingan dengan produk-produk rokok baru. Industri Rokok Djitoe awal perintisannya dimulai tahun 1960 oleh Soetantyo yang merupakan seorang warga keturunan Tionghoa yang bertempat tinggal di Kampung Sewu. Pada saat memulai usahanya Soetantyo meracik sendiri tembakau dan cengkeh untuk dijadikan rokok kemudian menjualnya secara berkeliling. Usaha rokok ini berkembang sedikit demi sedikit sehingga beliau mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut dalam bahasa indonesia dapat diartikan Tepat. Hal ini dimaksudkan oleh Soetanyo bahwa rokok Djitoe tepat dinikmati oleh masyarakat golongan menengah ke bawah karena harganya yang murah. 1 1 Wawancara dengan Supadi Tanggal 8Juni 2015

BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

  • Upload
    others

  • View
    22

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

31

BAB III

PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE

TAHUN 1980-2000

A. Sejarah Berdirinya Rokok Djitoe

1. Sejarah Berdirinya

Di Jawa Tengah terdapat beberapa industri penghasil rokok, salah

satunya di Kota Surakarta yaitu Industri Rokok Djitoe. Industri ini

menghasilkan berupa rokok kretek tangan dan rokok kretek mesin yang

sampai sekarang masih berproduksi di tengah munculnya persaingan

dengan produk-produk rokok baru. Industri Rokok Djitoe awal

perintisannya dimulai tahun 1960 oleh Soetantyo yang merupakan seorang

warga keturunan Tionghoa yang bertempat tinggal di Kampung Sewu.

Pada saat memulai usahanya Soetantyo meracik sendiri tembakau dan

cengkeh untuk dijadikan rokok kemudian menjualnya secara berkeliling.

Usaha rokok ini berkembang sedikit demi sedikit sehingga beliau

mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting

rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut dalam

bahasa indonesia dapat diartikan Tepat. Hal ini dimaksudkan oleh

Soetanyo bahwa rokok Djitoe tepat dinikmati oleh masyarakat golongan

menengah ke bawah karena harganya yang murah.1

1 Wawancara dengan Supadi Tanggal 8Juni 2015

Page 2: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

32

Setelah berjalan 4 tahun Soetantyo mempunyai pemikiran untuk

memperkuat dan meningkatkan usahanya. Tahun 1964 Industri Rokok

Djitoe berbentuk badan hukum Perusahaan Perorangan dengan Nomor

8124/1964, produk yang diandalkan masih berupa rokok kretek tangan.

Usaha yang dijalankan tidak sepenuhnya berjalan lancar, tahun 1968

Industri Rokok Djitoe mengalami penurunan jumlah produksi karena

kekurangan modal usaha dan alat yang digunakan masih tradisional.

Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 7/1968 tentang Pemberian

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan syarat perusahaan

harus berbadan hukum berbentuk Perseroan Terbatas, hal tersebut

merupakan dorongan dan kesempatan baik bagi perusahaan rokok Djitoe.

Pada awal tahun 1969 tepatnya tanggal 7 Mei 1969, bentuk

perusahaan ini diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) yang disahkan

dengan Akta notaris H. Moeljatmo, Nomor : 4 Tanggal 7 Mei 1969 dengan

nama PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO COY.2 Seluruh saham-

sahamnya dimiliki oleh keluarga Soetantyo, dengan ditambah modal

memperoleh kepercayaan dari pemerintah berupa kredit Penanaman Modal

Dalam Negeri (PMDN). Pada tahun 1981 Akta perusahaan diperbaharui

kembali Tanggal 12 Agustus 1981. Dengan didaftarkan menjadi Perseroan

Terbatas pada tahun 1969, Industri Rokok Djitoe pindah lokasi produksi di

Jalan LU. Adisucipto Nomor 51 Surakarta yang sebelumnya hanya

industri rumahan di Kampung Sewu. Dengan bertambahnya modal usaha

maka peralatan dan mesin-mesin ditambah, industri rokok Djitoe mampu

2 Akta Pendirian Perseoran Terbatas PT. Djitoe Indonesian Tobacco,

Kantor Notaris H. Moeljatmo, Arsip Akta Pendirian PT. Djitoe No 4.

Page 3: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

33

mengikuti perkembangan kemajuan teknik di dalam menunjang kebutuhan

pasar yang bisa dicapai, maka dari tahun ketahun industri rokok djitoe

mengalami kemajuan yang pesat baik volume penjualan maupun daerah

pemasarannya.

2. Visi Dan Misi

Industri Rokok Djitoe mempunyai Visi dan Misi yang akan

menjadi pegangan kerja maupun dalam pelaksanaan hingga pengawasan.

a. Visi Industri Rokok Djitoe

Menjadi pemimpin kategori rokok kretek terkemuka khususnya di

kota Surakarta.

b. Misi Industri Rokok Djitoe

1) Mendapatkan keuntungan yang layak sebagai sumber penghasilan.

2) Memberikan kepuasan kepada konsumen melaui produk yang

dihasilkan.

3) Membantu pemerintah dalam mengurangi pengangguran dengan

adanya lapangan pekerjaan khususnya bagi penduduk di sekitar

pabrik.3

3 Humas PT. Djitoe Indonesia Tobacco, Profile PT. Djitoe Indonesia

Tobacco, (Surakarta: PT Djitoe, 1995) hlm 4.

Page 4: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

34

3. Pemilihan Lokasi

Faktor yang penting dalam pendirian suatu industri adalah

pemilihan lokasi, dengan adanya pemilihan lokasi yang tepat akan sangat

membantu kesuksesan dalam usaha. Industri Rokok Djitoe tepatnya

berlokasi di Jalan LU. Adisucipto Nomor 51 Surakarta, dengan luas lahan

pabrik sekitar 40000 m² di tahun 1980.

Gambar 1.

Foto Bangunan Industri Rokok Djitoe

Sumber: data koleksi PT. Djitoe Indonesian Tobacco

Dilihat dari lokasinya yang terletak di pinggir jalan raya yang

merupakan jalur bus dan truk, maka akan sangat menguntungkan bagi

perusahaan. Dengan letak pabrik di pinggir jalan raya, sangat besar artinya

yang dapat menunjang kelancaran dalam bidang pengangkutan. Disekitar

perusahaan masih cukup banyak areal tanah dan harganya cukup murah

dibandingkan dengan harga tanah di dalam kota sehingga untuk perluasan

pabrik masih dapat dilakukan. Fasilitas yang dimiliki berupa kendaraan

yang berfungsi untuk mengangkut bahan-bahan yang dibeli maupun untuk

mengirim hasil produksinya ke daerah-daerah pemasarannya yang telah

Page 5: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

35

ditunjuk sebagai kantor perwakilan, dan juga kendaraan yang

dipergunakan untuk antar jemput karyawan sehingga sangat menunjang

untuk kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan.

Perusahaan mempertimbangkan beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi pemilihan lokasi perusahaan rokok Djitoe di Surakarta ini,

yaitu sebagai berikut :

a. Prasana angkutan

Lokasi pabrik berada di pinggir jalan raya yang dapat dilalui jalur

bus dan truk, maka pengangkutan bahan baku maupun hasil produksinya

sangat strategis.

b. Sumber bahan baku

Kota Surakarta dekat dengan produsen tembakau sehingga

penyortiran bahan baku lancar. Tembakau yang digunakan berasal dari

daerah Boyolali, Temanggung, Muntilan, Weleri, dan Bojonegoro yang

jaraknya tidak terlalu jauh dari kota Surakarta. Cengkeh yang digunakan

dari Purwokerto, Lampung, Sulawesi, dan Ambon. Jika sumber bahan

baku utama dari daerah tersebut habis, baru mempergunakan tembakau

dari daerah lain dan cengkeh yang digunakan adalah cengkeh impor.

Page 6: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

36

c. Tenaga kerja

Tenaga kerja pelinting, ketok, dan etiket atau pembungkus berasal

dari sekitar pabrik sehingga tidak perlu lagi fasilitas antar jemput

karyawan

d. Pasar

Pasar rokok Djitoe pada tahun 1960 sampai tahun 1970 hanya di

daerah Surakarta dan sekitarnya. Adanya keinginan berkembang yang

lebih luas maka daerah pemasarannya kemudian diperluas. Tahun 1990

sebagian produk dijual di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan

sampai keluar Jawa seperti Sumatera Utara dan Sumatera Selatan,

Kalimantan Tengah, Sulawesi bagian Utara, dan Ujung Pandang. Dengan

kantor-kantor perwakilan di Semarang, Jakarta, dan Palembang khusus

untuk pemasaran di daerah sekitarnya.

Page 7: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

37

B. Perkembangan Industri Rokok Djitoe Tahun 1980-1997

1. Tenaga Kerja

Jumlah karyawan yang dimiliki Industri Rokok Djitoe pada tahun

1980-1997 sedikit demi sedikit mengalami peningkatan, hal ini disebabkan

karena semakin banyak produksi rokok yang dihasilkan Industri Rokok

Djitoe. Peningkatan jumlah karyawan bisa dilihat dari Tabel 8 berikut:

Tabel 8.

Jumlah Tenaga Kerja Industri Rokok Djitoe

Tahun 1980-1997

Th.

Jumlah Tenaga

Kerja Jumlah Th.

Jumlah

Tenaga Kerja Jumlah

Pria wanita Pria Wanita

1980 160 201 361 1989 238 339 577

1981 171 204 375 1990 264 348 612

1982 176 225 401 1991 295 354 649

1983 201 233 434 1992 313 384 697

1984 209 238 447 1993 339 405 744

1985 194 299 493 1994 362 459 821

1986 210 298 508 1995 414 483 897

1987 214 308 522 1996 410 538 948

1988 214 324 538 1997 439 586 1025

Sumber data: Bagian Humas dan Personalia Perusahaan Rokok Djitoe

Page 8: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

38

Pada Tabel 8 dapat dijelaskan jumlah karyawan Industri Rokok

Djitoe tahun 1980 hanya 361 orang dengan 160 orang karyawan pria dan

201 orang karyawan wanita, karena jumlah produksi rokok yang semakin

meningkat Industri Rokok Djitoe terus meningkatkan jumlah karyawan

dari tahun ke tahun sampai puncaknya pada tahun 1997 Industri Rokok

Djitoe mempunyai 1025 orang karyawan dengan 439 orang karyawan pria

dan 586 orang karyawan wanita.

Industri Rokok Djitoe jumlah karyawanya bertambah banyak,

maka perlu adanya peraturan-peraturan yang disepakati antara perusahaan

dan serikat pekerja, hal juga untuk menjaga agar tidak terjadi

penyalahgunaan wewenang. Industri Rokok Djitoe telah mengatur hak-

hak pengusaha dengan hak-hak karyawan. Pada tahun 1980 perusahaan

memberlakukan karyawan sebagai tenaga harian yang akan menerima gaji

setiap minggunya. Aturan tersebut dilakukan untuk sementara, karena pada

awalnya perusahaan belum siap dengan sistem peraturan yang lebih baik.

Disamping itu jumlah karyawan pada tahun 1980 belum terlalu banyak.

Akan tetapi, tahun 1987 perusahaan mulai membagi karyawan menjadi

tiga yaitu karyawan bulanan, karyawan harian dan karyawan borongan.4

4 Wawancara dengan Supadi 8 Juni 2015.

Page 9: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

39

Industri Rokok Djitoe memiliki beberapa aturan terkait dengan jam

kerja dan jam waktu istirahat bagi karyawannya. Sesuai dengan UU No. 1

Tahun 1951 No. 12/1948, jam kerja pokok bagi karyawan di perusahaan

rokok Djitoe selama 7 jam perhari atau 40 jam perminggu namun dalam

perkembangannya mengalami beberapa kali perubahan seiring dengan

peningkatan produksinya.

Jam kerja karyawan untuk bagian produksi dan gudang adalah

sebagai berikut :

a. Senin sampai Jumat

Karyawan bulanan dari jam 07.45 s.d. 15.00 WIB

Karyawan harian dari jam 07.15 s.d. 17.15 WIB

Karyawan borongan dari jam 06.00 s.d. selesai

b. Sabtu

Karyawan bulanan dari jam 07.45 s.d. 14.00 WIB

Karyawan harian dari jam 07.15 s.d. 15.00 WIB

Karyawan borongan dari jam 06.00 s.d. selesai.5

Waktu istirahat 1 jam setelah waktu kerja 4 jam, istirahat biasa

digunakan karyawan untuk makan dan sholat bagi yang beragama islam.

Untuk keperluan tersebut perusahaan telah menyediakan fasiltas makan

dan tempat ibadah dilokasi terdekat dengan area kerja karyawan. Khusus

pada hari Jumat waktu istirahat diatur bersamaan yakni selama 1½ jam

dimulai jam 11.30 – 13.00, hal dimaksudkan untuk memberikan

kesempatan bagi karyawan muslim untuk melaksanakan sholat Jumat.

5 Humas PT. Djitoe Indonesia Tobacco, Profile PT. Djitoe Indonesia

Tobacco, (Surakarta: PT Djitoe, 1995) hlm 8.

Page 10: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

40

Pada waktu istirahat tersebut proses produksi dihentikan dan dijalankan

kembali setelah waktu istirahat berakhir.

Selain mengatur jam kerja karyawan, Industri Rokok Djitoe juga

mengatur upah atau gaji karena hal ini sangat erat hubungannya dengan

pekerjaan. Upah yang dimaksudkan disini adalah wujud penghasilan

berupa uang yang diterima oleh seseorang tenaga kerja atas prestasi kerja

yang telah dilakukan. Upah secara fungsional merupakan bagian atau sama

dengan pendapatan bagi tenaga kerja.6 Sistem pengupahan yang

digunakan oleh Industri rokok Djitoe disesuaikan dengan status

karyawannya yaitu karyawan bulanan yang mendapat upah setiap bulan

sekali, karyawan harian yang mendapat upah seminggu sekali, dan

karyawan borongan yang mendapatkan upah tiga hari sekali.7

2. Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan tenaga kerja Perusahaan Rokok Djitoe diwujudkan

dalam aturan sebagai berikut :

a. UU No. 1 tahun 1951 pasal 10 tentang waktu kerja dan waktu istirahat

ditetapkan 7 jam sehari dan 40 jam seminggu.

b. UU No. 1 tahun 1970 pasal 10 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesejahteraan Kerja (P2K3) dengan surat Keputusan Kakanwil Depnaker

Dati I propinsi Jawa Tengah No. 462/W.01/1989 dan dilengkapi

penyediaan poliklinik perusahaan yang dipimpin oleh dua orang dokter,

6 Nurimansyah Hasibuan, Upah Tenaga Kerja dan Konserasi Pada Sektor

Industri (Jakarta: LP3ES, 1981) hlm 3. 7 Wawancara dengan Wiwik Indrati Tanggal 20 Agustus 2015.

Page 11: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

41

satu dokter umum, dan satu dokter hyperkes dengan dibantu satu orang

bidan dan satu orang perawat.

c. PP No. 33 tahun 1977 pasal 3 bahwa perusahaan diwajibkan

menyelenggarakan Program Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK). Dalam

realisasinya seluruh tenaga kerja Perusahaan Rokok Djitoe menjadi

anggota ASTEK.

d. SK Menteri Tenaga Kerja No. Kep 72/Men/84 tentang Dasar Perhitungan

Upah Lembur melebihi 7 jam kerja pada hari-hari biasa dan 5 jam kerja

pada hari Sabtu dihitung lembur sesuai dengan peraturan yang berlaku.

e. PP No. 8 tahun 1981 tenang perlindungan upah sesuai dengan pasal 2 s.d.

10.

f. Selain menerima upah yang biasa diterima, untuk karyawan bulanan

dan harian mendapat makan siang satu kali pada waktu istirahat siang jam

11.30 s.d. 12.30 WIB.

g. Bagi karyawan yang istrinya melahirkan diberikan cuti haid selama 3 hari

dan karyawati yang keadaan hamil tua atau melahirkan diberikan cuti

hamil selama 3 bulan (1 bulan sebelum melahirkan dan 2 bulan setelah

melahirkan, dengan diberikan bantuan biaya melahirkan sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan dalam Kesepakatan Kerja Bersama).

Page 12: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

42

h. Cuti sakit selama karyawan dalam keadaan sakit terus menerus tidak

lebih dari 1 tahun maka upah akan dibayar sebagai berikut :

1) 3 bulan pertama dibayar 100% x upah pokok

2) 3 bulan kedua dibayar 75% x upah pokok

3) 3 bulan ketiga dibayar 50% x upah pokok

4) 3 bulan keempat dibayar 25% x upah pokok

Bila selewatnya 1 tahun karyawan masih sakit, maka segala hak dan

kewajibannya dihentikan sementara waktu dengan ketentuan statusnya

masih karyawan perusahaan rokok Djitoe dan masih berhak menerima

uang santunan kematian yang diterima melalui asuransi tenaga kerja.

i. Bagi karyawan yang dalam keadaan hamil tua atau melahirkan

diberikan cuti 1 hari. Bagi karyawan atau karyawati yang melangsungkan

pernikahan diberi cuti nikah 2 hari. Bagi karyawan atau karyawati

yang anaknya, suami atau istrinya meninggal diberikan cuti 2 hari, bagi

orang tuanya meninggal diberi cuti 1 hari. Bagi karyawan atau karyawati

yang menikahkan anaknya diberikan cuti 2 hari dan menyunatkan

anaknya diberi cuti 1 hari.

Page 13: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

43

3. Sistem Produksi

Produksi merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk merubah

bahan baku menjadi barang setengah jadi atau jadi. Seluruh produk yang

dihasilkan atau dipasarkan merupakan hasil dari serangkaian proses

produksi yang dilaksanakan oleh perusahaan.8 Dalam menyusun jadwal

produksinya, perusahaan rokok Djitoe menggunakan aturan First Come

First Served, dimana pekerjaan pertama yang datang ke stasiun kerja akan

diproses terlebih dahulu. Input penjadwalan produksi berupa permintaan

diperoleh dari marketing, permintaan tersebut berasal dari permintaan-

permintaan agen pertama, kemudian oleh departemen PPC dibuat

penjadwalan dengan memperhatikan kapasitas setiap lintasan produksi.

Kapasitas produksi perhari berbeda pada awal dan akhir minggu.9

Perbekalan produksi perlu dilakukan secara terencana yang

meliputi semua barang dan bahan yang dimiliki perusahaan dan digunakan

untuk proses produksi. Perbekalan ini akan terdiri dari, bahan baku untuk

proses produksi, bahan setengah jadi, olahan yang merupakan bagian

produk, bahan pembantu proses produksi, bahan pengemas dan pengepak,

dan bahan-bahan lain untuk keperluan pabrik.10

Produk yang dihasilkan di

Industri Rokok Djitoe berbeda-beda sehingga proses produksinya berbeda-

beda. Alur proses produksi secara garis besar untuk masing-masing jenis

rokok adalah sebagai berikut :

8 Irma Wardani, Strategi Pemasaran Produk Unggulan Jamu Ngeres Linu

PT. Nyonya Meneer Semarang, (Thesis Fakultas Pascasarjana Agribisnis

Universitas Sebelas Maret, 2011) hlm. 81. 9 Wawancara dengan Sutarno, Tanggal 3 Juli 2015.

10 Singgih Wibowo dkk, Pedoman Mengelola Perusahaan Kecil, (Jakarta:

Penebar Swadaya, 1999), hlm. 19.

Page 14: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

44

a. Alur Proses Produksi Sigaret Kretek Tangan (SKT)

Proses produksi untuk non filter atau Sigaret Kretek Tangan (SKT)

sebagian besar dikerjakan dengan menggunakan tangan, Pertama kali daun

tembakau jenis rook oven dirajang kecil-kecil dengan menggunakan mesin

lalu dijemur untuk pengeringan. Tembakau jenis rajangan rakyat yang

berupa gulungan diudal dengan menggunakan mesin udal. Setelah itu

kedua jenis tembakau tersebut itu diayak dengan maksud untuk

menghilangkan debu dan kotoran lainnya. Dari kedua jenis tembakau

tersebut, kemudian dicampur dengan cengkeh Setelah dicampur dengan

cengkeh, kemudian tembakau cengkeh tersebut disemprot dengan saos

menggunakan mesin penyemprot serta diaduk agar campuran bisa merata

tercampur, sebelum dibawa ke tempat pelintingan terlebih dahulu

diendapkan selama satu malam. Sampai tahap ini maka telah terbentuklah

tembakau masak atau bahan setengah jadi.

Bahan setengah jadi yang berupa tembakau masak tersebut

kemudian masuk ke bagian tenaga kerja pelinting untuk dilinting dengan

menggunakan bantuan alat pelinting (pengoperasian alat dilakukan secara

manual) oleh buruh sehingga menjadi rokok batangan.

Page 15: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

45

Gambar 2.

Foto proses pelintingan rokok menggunakan alat pelinting manual

Sumber: data koleksi PT. Djitoe Indonesian Tobacco

Setelah menjadi rokok batangan, kemudian rokok-rokok tersebut

dimasukkan ke bagian pemeriksaan yang sekaligus memperbaiki

apabila terjadi kelebihan kertas atau sigaret (kertas untuk

membungkus tembakau masak), operator yang melakukan tugas ini

disebut buruh ketok yang artinya buruh yang bertugas memotong

apabila terdapat kelebihan kertas sigaret di ujung-ujung batang rokok

tersebut sehingga rokok yang dihasilkan rapi sesuai ukuran, dan

selanjutnya dilakukan proses penyortiran untuk memilih rokok yang

memenuhi standar kualitas.

Page 16: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

46

Proses selanjutnya rokok yang memenuhi standar kualitas

dimasukkan ke dalam ruang pengovenan untuk mengeringkan rokok

tersebut selama kurang lebih 12 jam. Setelah keluar dari proses

pengovenan maka selama 12 jam kemudian dibawa ke bagian etiket untuk

packing serta diberi bandrol dan rokok siap untuk dibungkus. Setelah

rokok di bos, siap untuk dibawa ke gudang produk jadi untuk selanjutnya

di distribusikan ke daerah pemasaran.

Gambar 3.

Foto proses pengepakan dan pemberian bandrol harga rokok

Sumber: data koleksi PT. Djitoe Indonesian Tobacco

Page 17: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

47

b. Alur Proses Produksi Sigaret Kretek Mesin (SKM)

Proses produksi untuk rokok filter atau Sigaret Kretek Mesin

(SKM) sudah menggunakan mesin-mesin yang agak modern, sehingga

pada proses pembuatan rokok kretek filter ini tenaga manusia tidak banyak

diperlukan.11

Bahan baku yang masih berupa daun berasal dari gudang

dikeluarkan kemudian dimasukkan ke Vacum Chamber untuk diberi uap

(steam). Daun tembakau yang telah di steam tersebut kemudian

dimasukkan ke mesin Cutter Mollin untuk proses perajangan (pencacahan)

tembakau. Tembakau yang telah dirajang kemudian masuk ke mesin

Thrasser, dalam mesin ini tembakau tersebut mengalami proses

pengudalan dengan menggunakan mesin Thrasser, fungsi dari proses

pengudalan tersebut untuk memisahkan antara debu, ganggang, dan daun

(material yang digunakan).

Setelah proses pengudalan tembakau tersebut kemudian

dimasukkan ke Conditioning, fungsinya untuk menambah kadar air agar

tembakau bisa mengembang. Dalam mesin Conditioning tersebut

tembakau terdapat proses pencampuran dengan saos dasar yang fungsinya

untuk memperkuat rasa dari senterial (tembakau). Tembakau selanjutnya

di masukkan ke mesin Dryer, mesin tersebut berfungsi untuk

mengeringkan tembakau. Setelah tembakau dikeringkan selanjutnya

tembakau masuk ke mesin Culler untuk proses penyaringan debu kembali.

11

Wawancara dengan Sutarno, Tanggal 3 Juli 2015.

Page 18: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

48

Proses selanjutnya tembakau dimasukkan ke mesin Silo yang

berfungsi untuk perataan tembakau. Dari mesin Silo kemudian tembakau

masuk ke Blending Silo, di dalam Blending Silo inilah terdapat proses

pencampuran bermacam-macam bahan baku yaitu tembakau, cengkeh, dan

saos. Setelah dicampur selama kurang lebih 4 jam, tembakau diturunkan

siap untuk diproses menjadi rokok jadi. Tembakau masak tersebut masuk

ke dalam mesin pelinting untuk menjadi rokok batangan. Rokok batangan

tersebut bersama dengan filter roads dikirim ke mesin assembling untuk

disatukan sehingga terbentuklah rokok berfilter yang sering dikenal

dengan rokok filter. Masih dalam satu kesatuan mesin rokok filter tersebut

mengalir ke sub mesin pembungkus atau pengepak untuk dibungkus.

Page 19: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

49

4. Jumlah Produksi Rokok

Industri Rokok Djitoe setiap tahunnya menghasilkan produksi

batangan rokok yang banyak. Jumlah produksi dapat dilihat dari Tabel 9

berikut:

Tabel 9.

Jumlah Produksi Rokok PT Djitoe Indonesian Tobacco

Tahun 1980-1997.

Tahun

JUMLAH PRODUKSI

(BATANG) JUMLAH

SKT SKM

1980 22.069.000 63.205.000 85.274.000

1981 24.699.000 68.784.000 93.483.000

1982 32.837.000 78.885.000 111.722.000

1983 41.352.000 85.080.000 126.432.000

1984 45.739.000 86.228.000 131.967.000

1985 39.168.000 79.841.000 119.009.000

1986 40.770.000 82.866.000 123.636.000

1987 40.987.000 83.873.000 124.860.000

1988 33.119.000 76.097.000 109.216.000

1989 36.349.000 78.571.000 114.920.000

1990 44.735.000 85.026.000 129.761.000

1991 46.294.000 86.188.000 132.482.000

1992 48.336.000 88.759.000 137.095.000

1993 52.091.000 89.872.000 141.963.000

1994 53.995.000 92.229.000 146.224.000

1995 55.093.000 92.017.000 147.110.000

1996 60.389.000 97.818.000 158.207.000

1997 65.221.000 102.627.000 167.848.000

Sumber Data: Bagian Produksi PT. Djitoe ITC

Page 20: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

50

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa produksi rokok tahun 1980 hanya

85.274.000 batang kemudian di tahun 1981 sedikit mulai ada peningkatan

tapi tidak terlalu pesat. Peningkatan pesat terjadi antara tahun 1982 sampai

1984, yaitu dari 111.722.000 batang menjadi 131.967.000 batang. Dapat

pula dilihat bahwa secara keseluruhan produksi rokok di Industri Rokok

Djitoe peningkatannya tidak terlalu cepat. Tahun 1997 Industri Rokok

Djitoe mencapai puncak jumlah produksi sebesar 167.848.000 batang, ini

dikarenakan permintaan dari daerah Luar Pulau Jawa yang semakin

meningkat. Naik turunnya jumlah produksi rokok Djitoe akan terlihat

dalam Grafik 1 berikut ini.

Grafik 1.

Perkembangan Jumlah Produksi PT. Djitoe

Tahun 1980-1997

0

20.000.000

40.000.000

60.000.000

80.000.000

100.000.000

120.000.000

1980

1981

1982

1983

1984

1985

1986

1987

1988

1989

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

SKT

SKM

Page 21: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

51

Dari Grafik 1 dapat dilihat jumlah naik dan turunnya produksi

rokok Perusahaan Djitoe, dengan hasil produksi rokok Sigaret Kretek

Tangan (SKT) sebanyak 65.221.000 batang dan rokok Sigaret Kretek

Mesin (SKM) sebanyak 102.627.000 batang. Jumlah produksi Sigaret

Kretek Mesin lebih banyak daripada Sigaret Kretek Tangan, minat

konsumen terhadap rokok kretek mesin lebih besar.

5. Hasil Produksi

Industri rokok Djitoe menghasilkan beberapa produk rokok

yang digolongkan menjadi dua macam, yaitu:

a. Sigaret Kretek Tangan (SKT) adalah rokok yang pembuatanya dengan

menggunakan tangan (manual), seperti Djitoe Super dan Djitoe Golden.

Gambar 4.

Foto hasil rokok Djitoe

Sumber: data koleksi bagian produksi PT. Djitoe

Page 22: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

52

b. Sigaret Kretek Mesin (SKM) adalah rokok yang pembuatannya

dengan menggunakan mesin, seperti Djitoe Slim dan Djitoe Filter.

Gambar 5.

Foto hasil rokok Djitoe

Sumber: data koleksi bagian produksi PT. Djitoe

Page 23: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

53

6. Pengendalian Mutu Bahan Baku

Pengendalian mutu dan kualitas Industri Rokok Djitoe dilakukan

dengan beberapa uji terhadap bahan baku, yaitu:

a. Cengkeh

Adapun yang diuji dari cengkeh adalah kadar air yang terkandung

di dalam cengkeh. Untuk pengujiannya digunakan alat yang disebut Taste

Meter,12

sedangkan cara kerjanya sebagai berikut :

1) Cengkeh ditimbang dengan teliti sebanyak satu ons.

2) Kemudian dimasukkan dalam wadah khusus dari Taste Meter yang

berbentuk piringan.

3) Lalu dimasukkan dalam Taste Meter dan tombol ditekan.

4) Diamati dan catat skalanya.

5) Kemudian disesuaikan dengan tabel Taste Meter sehingga kadar air dapat

diketahui.

6) Kadar air dalam cengkeh yang memenuhi syarat adalah 1,8%.

12

Wawancara dengan Sutarno, Tanggal 3 Juli 2015.

Page 24: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

54

b. Tembakau

Dalam produksinya, Perusahaan Rokok Djitoe menggunakan

berbagai macam jenis tembakau, misalnya tembakau rajangan petani dari

berbagai macam daerah dan tembakau berbentuk daun yang juga berasal

dari berbagai daerah. Untuk mendapatkan tembakau yang baik maka perlu

diuji kualitasnya. Uji ini berdasarkan organoleptis dan kadar airnya.

Untuk uji organoleptis berdasarkan warna dan bau. Sedang untuk kadar

air digunakan alat yang disebut taste meter. Cara kerjanya sama persis

dengan penentuan kadar air pada bahan dasar cengkeh.

Dalam menentukan kualitas tembakau yang akan digunakan untuk

bahan baku pembuatan rokok, perusahaan rokok djitoe telah menentukan

standarisasi tembakau yang sangat tinggi yaitu kualitas tembakau yang

benar-benar baik. Standarisasi pemilihan yang digunakan perusahaan

rokok Djitoe seperti yang dapat dilihat dari Tabel 10 berikut:

Page 25: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

55

Tabel 10.

Tingkatan Standarisasi Tembakau Industri Rokok Djitoe

Tahun 1980-2000

NO STANDARISASI DESKRIPSI

1 AO Tembakau bewarna coklat kemerahan, kering,

berbau harum menyengat, kadarb gula rendah

20%, kadar nikotin tinggi 80%.

2 AA Tembakau berwarna coklat tua gelap, kering,

berbau harum kadar gula 30%, kadar nikotin

70%.

3 A Tembakau bewarna coklat tua tapi warna tidak

merata, berbau harum, kadar gula 40% kadar

nikotin 60%.

4 AB Tembakau bewarna coklat, kadar gula 40%,

kadar nikotin 60%, berbau lumayan harum tapi

tidak menyengat.

5 B Tembakau warna kuning kecoklatan, kadar gula

medium, kadar nikotin medium, agak cacat tidak

lebih 20%.

6 C Tembakau warna kuning, berbau hambar sedikit

apek, pucat, daun robek, kadar gula tinggi nikotin

rendah.

7 LD Kriteria tembakau yang rusak, hancur, warna

hitam, berbau apek atau tidak enak (ladek).

Sumber data: Bagian Produksi Perusahaan Rokok Djitoe

Dari Tabel 10 dapat disimpulkan bahwa ada berbagai macam

tingkatan mutu kualitas tembakau atau bisa disebut dengan grade

tembakau. Grade tembakau tersebut digunakan sebagai tolak ukur

produksi rokok PT. Djitoe Indonesia Tobacco agar bisa menentukan hasil

jenis tembakau yang berkualitas atau jenis tembakau yang dikatakan

Page 26: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

56

mutunya kurang bagus. Industri Rokok Djitoe kebanyakan mengupayakan

mutu kualitas tembakau dengan grade AO. Tak jarang pula ada tembakau

yang rusak atau hancur dapat dikriteriakan dengan mutu kualitas grade LD

atau disebut sebagai ladek. Kualitas grade LD itu diakibatkan karena disaat

proses pengolahan yang tidak benar ataupun didalam proses pengepresan

tembakau.

Adapun sebelum pembelian tembakau dari tangan petani

tembakau, perusahaan rokok Djitoe mengutus beberapa Controler dalam

melakukan penilaian mutu menggunakan penilaian berdasarkan warna,

pegangan, dan aroma, kadang-kadang juga dilengkapi dengan cara dibakar

dan dihisap asapnya untuk lebih meyakinkan (penentuan mutu dengan uji

sensori).13

Keuntungan pengujian mutu secara sensori yaitu dengan

mempercepat penyelesaian pekerjaan dan pengambilan keputusan.

Sedangkan kerugiannya, tidak terukur secara objektif yang dapat dihayati

pihak lain (bersifat subjektif). Disamping itupula adapun yang

mendefinisikan bahwa mutu tembakau adalah gabungan dari sifat fisik,

kimia, organoleptik dan ekonomi yang menyebabkan tembakau tersebut

sesuai atau tidak untuk tujuan pemakaian tertentu.14

Mutu tembakau juga

didefinisikan sebagai gabungan semua sifat kimia dan organoleptik yang

13

Wawancara dengan Supadi, Tanggal 8 Juni 2015. 14

Padilla Abdallah, Kualitas dan Mutu Tembakau (Jakarta: LP3ES, 1970)

hlm. 38.

Page 27: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

57

dapat ditransformasi oleh perusahaan, pedagang, atau perokok yang secara

ekonomis dan ditinjau dari rasa dapat diterima.15

Gambar 6.

Foto beberapa controler sedang menguji hasil tembakau yang dimiliki petani

tembakau.

Sumber: data koleksi bagian produksi PT. Djitoe.

Unsur utama penentu mutu yang digunakan untuk penguraian

sensori adalah warna, pegangan, dan aroma. Ketiga unsur penentu mutu

tersebut diduga erat kaitannya dengan komponen kimia penyusun mutu.

Kemudian warna, pegangan, dan bau tembakau ditentukan oleh

komponen kimianya, antara lain pigmen, gula, nikotin, dan total volatile

basis.16

15

Manuel Lanoscompany,(Analysis of Structure and Quality Tobacco 1985)

hlm. 13. 16

Akehurst, Determining The Grade Of Tobacco 1981, (London:

Longman, 1981) hlm. 9.

Page 28: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

58

Pasokan tembakau yang digunakan industri rokok Djitoe tahun

1980-1997 ini berasal dari sekitar Surakarta karena daerah ini berdekatan

dengan produsen penghasil tembakau antara lain daerah Boyolali,

Temanggung, Muntilan, Weleri, dan Bojonegoro. Sehingga untuk

penyediaan bahan baku tembakau ini dapat berlangsung lancar, namun

apabila pasokan tembakau dari daerah tersebut habis, baru

mempergunakan tembakau dari daerah lain.17

7. Pemasaran dan Distribusi Rokok Djitoe

a. Pemasaran

Pemasaran merupakan fungsi pokok bagi sebuah perusahaan.

Semua perusahaan berusaha memproduksi dan memasarkan produk atau

jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Banyak pengusaha kecil

dengan mengandalkan kebiasaan-kebiasaan yang telah berlaku saja.

Pemasaran merupakan salah satu unsur utama untuk mencapai

keuntungan usaha. Seorang pimpinan perusahaan harus senantiasa

memantau dan mengelola pemasaran usahanya secara terus menerus.18

Daerah pemasaran rokok Djitoe pada awal tahun 1980 sampai

tahun 1990 hanya di daerah sekitar Surakarta dan wilayah sekitar Jawa

Tengah seperti Semarang, Pekalongan, Tegal, Yogyakarta, Magelang, dan

Demak. Tahun 1991 sampai 1997 Industri Rokok Djitoe mengembangkan

daerah pemasarannya keluar wilayah Jawa Tengah, Kota-kota di Jawa

17

Wawancara dengan Sutarno, Tanggal 3 Juli 2015. 18

Singgih Wibowo dkk, Pedoman Mengelola Perusahaan Kecil, (Jakarta:

Penebar Swadaya, 1999) hlm. 63.

Page 29: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

59

Timur dan Jawa Barat seperti Surabaya, Jember, Blitar, Madiun,

Bandung, Cirebon, dan Ciamis mulai dirambah Industri Rokok Djitoe.19

Industri Rokok Djitoe dulunya mengawali usahanya dari industri

rumah tangga yang berada di Kampung Sewu. Rokok Djitoe mempunyai

cara untuk memasarkan produknya agar dikenal oleh masyarakat.

Pemasaran yang dilakukan Industri Rokok Djitoe pada tahun 1980-1989

dengan cara Getok Tular. Pemasaran yang disebut dengan Getok Tular

diartikan dengan awalnya dimulai dari mulut ke mulut karena rasa rokok

yang nikmat dan dapat memenuhi harapan masyarakat. Pemasaran rokok

Djitoe meluas dari satu wilayah kota ke kota lain.

b. Distribusi

Untuk mendukung kegiatan pemasaran pada perusahaan rokok

Djitoe diperlukan adanya penyaluran barang dari produsen kepada

konsumen. Dengan digunakan saluran distribusi yang tepat dan baik

maka perusahaan dalam memasarkan produknya tidak akan

mengalami hambatan. Bahkan produk tersebut akan lebih terjaga

kualitasnya dan tidak akan mudah rusak.

19

Wawancara dengan Mujiman Tanggal 29 Juli 2015.

Page 30: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

60

Industri Rokok Djitoe dalam menyalurkan hasil produksinya

kepada konsumen tahun 1980-1997 menggunakan dua macam cara, yaitu:

1) Melalui Kantor Perwakilan Pedagang Besar Pengecer

Melalui perwakilan PT. Djitoe yang telah ditunjuk, kemudian dari

perwakilan kepada pedagang besar dengan perantara salesman atau

penjual keliling, baru kepada pengecer dan akhirnya sampai pada

konsumen akhir.

2) Melalui Agen Utama Sub Agen Pengecer

Melalui agen utama kemudian diteruskan melalui sub agen hingga

sampai pada pengecer dan akhirnya dikonsumsi oleh konsumen akhir.20

Alat transportasi yang digunakan Industri Rokok Djitoe untuk

mendistribusikan produksinya kepada konsumen pada tahun 1980-1997

antara lain, yaitu:

1) 13 Colt, angkutan ini digunakan untuk melayani pemasaran di dalam

kota, setiap hari mobil-mobil ini berkeliling untuk menjual rokok ke toko

di sekitar wilayah Surakarta.

2) 6 Truck besar dan sedang, angkutan ini digunakan untuk melayani

pemasaran di wilayah pulau Jawa. Angkutan ini digunakan untuk

mengirim hasil rokok antar Provinsi.

20

Wawancara dengan Jumadi, tanggal 8 juli 2015.

Page 31: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

61

3) Jasa pengiriman dengan Kapal Laut, angkutan ini digunakan untuk

melayani pemasaran di wilayah Luar Pulau Jawa yaitu Kalimantan,

Sulawesi, dan Sumatera.

8. Modal Perusahaan

Modal perusahaan pada umumnya untuk Perseroan Terbatas

dilihat dari sumbernya berasal dari hutang dan modal sendiri. Modal

usaha pada awalnya hanya modal pribadi dari pemilik Djitoe yaitu

Soetantyo, tapi Tahun 1968 usaha ini mengalami kekurangan modal

usaha sehingga dalam menjalankan perusahaan tahun 1980-1997 Industri

Rokok Djitoe mendapatkan pinjaman modal dari pemerintah. Dengan

adanya Peraturan Pemerintah Nomor 7/1968 tentang Pemberian

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Selain itu modal perusahaan

didapatkan dari Saham-saham yang dimiliki oleh anggota Rapat Umum

Pemegang Saham.21

21

Salinan Akta Pendirian Perseoran Terbatas PT. Djitoe Indonesian

Tobacco, Kantor Notaris H. Moeljatmo, Arsip Akta Pendirian PT. Djitoe No 4.

Page 32: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

62

D. Perubahan Industri Rokok Djitoe Tahun 1998-2000

Di Indonesia akibat adanya krisis ekonomi sejak pertengahan tahun 1997

dan terus berlanjut hingga 1998 telah menyebabkan tingkat pendapatan penduduk

menurun drastis yang diikuti dengan terjadinya tingkat inflasi yang tinggi. Hal

tersebut bukan saja menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat sangat tajam

yang di tunjukkan oleh meningkatnya penduduk miskin yang pada akhir tahun

1998 mencapai 49,5 juta jiwa atau bertambah sekitar 27 juta jika di bandingkan

awal tahun 1996.22

Krisis moneter melanda Indonesia sejak Juli 1997, sementara itu telah

berlangsung hampir dua tahun dan telah berubah menjadi krisis ekonomi, yakni

lumpuhnya kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang tutup dan

meningkatnya jumlah pekerja yang menganggur. Dampak krisis ini dirasakan oleh

Industri Rokok Djitoe.

1. Tenaga Kerja

Penurunan jumlah produksi rokok dan semakin banyak persaingan

dari industri rokok berskala besar dari daerah lain yang masuk ke Surakarta

juga berdampak terhadap ketenagakerjaan. Semakin berkurangnya

permintaan rokok di Industri Rokok Djitoe, menjadikan perusahaan sedikit

demi sedikit mengurangi jumlah karyawannya.23

Pengurangan tenaga kerja

di Industri Rokok Djitoe dapat dilihat dari Tabel 11 berikut:

22

Sri Sayekti, Bentuk dan Respons Masyarakat Pedesaan Dalam

Mengahadapi Masa Krisis Ekonomi (Laporan Penelitian Dasar Perguruan Tinggi

UNS 2002) hlm.6. 23

Wawancara dengan Supadi, Tanggal 8 Juni 2015.

Page 33: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

63

Tabel 11.

Jumlah Tenaga Kerja Industri Rokok Djitoe

Tahun 1997-2000

Tahun Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah

Pria wanita

1997 439 586 1025

1998 319 399 718

1999 289 385 674

2000 278 381 659

Sumber data: Bagian Humas dan Personalia Perusahaan Rokok Djitoe

Dari Tabel 11 menunjukkan penurunan karyawan yang signifikan

pada tahun 1998 dengan jumlah 718 dari tahun 1997 yang berjumlah

1025, dan menurun di tahun 1999 dengan jumlah 289 karyawan pria dan

385 karyawan wanita serta pada tahun 2000 mengalami penurunan

karyawan kembali dengan jumlah 278 karyawan pria dan 381 karyawan

wanita.

Page 34: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

64

2. Jumlah Produksi

Adanya krisis ekonomi berpengaruh terhadap industri rokok yang

ada di Surakarta, produksi yang telah dihasilkan menjadi menurun.

Perkembangan produksi industri rokok di Surakarta mengalami fluktuasi.

Selain itu, masuknya rokok-rokok dari industri berskala besar ke Surakarta

membuat minat konsumen beralih. Akibatnya produksi rokok Djitoe pada

tahun 1998-2000 turun hampir 30%.24

Hal ini dapat dilihat dari Tabel 12

berikut ini:

Tabel 12.

Jumlah Produksi Rokok PT Djitoe Indonesian Tobacco

Tahun 1997-2000

Tahun

JUMLAH PRODUKSI

(BATANG) JUMLAH

SKT SKM

1997 65.221.000 102.627.000 167.848.000

1998 41.832.000 75.661.000 117.493.000

1999 35.995.000 60787.000 96.782.000

2000 30.524.000 57.516.000 88.040.000

Sumber Data: Bagian Produksi PT.Djitoe ITC

24

Wawancara dengan Sutarno, Tanggal 3 Juli 2015.

Page 35: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

65

Dari Tabel 12 dapat disimpulkan bahwa dampak krisis ekonomi

1998 di Indonesia membuat hasil produksi Industri Rokok Djitoe

mengalami penurunan yang signifikan. Dapat dilihat di Tahun 1997 yang

merupakan puncak produksi perusahaan rokok Djitoe dengan jumlah

167.848.000 batang, menurun drastis di Tahun 1998 menjadi 117.493.000

batang serta terus menurun di Tahun 1999 dan 2000 dengan masing-

masing produksi per tahun 96.782.000 dan 88.040.000. Penurunan

produksi rokok dapat digambarkan lewat Grafik 2 berikut:

Grafik 2.

Perkembangan Jumlah Produksi PT. Djitoe

Tahun 1997-2000

0

20.000.000

40.000.000

60.000.000

80.000.000

100.000.000

120.000.000

1997 1998 1999 2000

SKT

SKM

Page 36: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

66

3. Pemasaran Rokok Djitoe Tahun 1997-2000

Pemasaran Akhir Tahun 1997 peminat rokok Djitoe di daerah

Surakarta semakin kecil, hal ini membuat manajemen perusahaan berfikir

untuk menjual produksinya ke Luar Pulau Jawa. Tahun 1998 rokok Djitoe

mulai mengembangkan area penjualan ke daerah Palembang, Jambi,

Medan, Samarinda, Banjarmasin, dan Makassar. Akan tetapi, pemasaran

rokok Djitoe paling laku di Provinsi Nusa Tenggara Timur, karena belum

banyak rokok yang masuk di Provinsi tersebut.

Perubahan cara pemasaran dilakukan Industri Rokok Djitoe untuk

agar jumlah produksinya meningkat kembali. Cara pemasaran getok tular

pada tahun 1980-1989 sudah mulai pudar. Tahun 1997-2000

pemasarannya dilakukan dengan cara setiap ada pekan raya, pasar malam,

Sekatenan, rokok kretek Djitoe membuka stand dengan mempergunakan

sistem hadiah.25

4. Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan tenaga kerja Industri Rokok Djitoe tahun 1998-2000

disesuaikan dengan peraturan yang berlaku, baik yang diatur dalam

Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Tenaga Kerja

maupun yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja. Salah

satunya perusahaan harus menjamin keselamatan tenaga kerja dengan

mengikutsertakan seluruh karyawan dalam program Jaminan Sosial

Tenaga Kerja (Jamsostek). Dalam hal ini dijelaskan bahwa PT. Djitoe

25

Wawancara dengan Mujiman Tanggal 29 Juli 2015.

Page 37: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

67

Indonesia Tobacco sudah melakukan perlindungan terhadap pekerjanya.

Hal tersebut sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Undang-undang

Nomor 3 tahun 1992 tentang Jamsostek.

Pelaksanaan dan penyelenggaraan program Jamsostek bagi

karyawan PT. Djitoe Indonesia Tobacco juga telah sesuai dengan

peraturan yang berlaku yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No:Per-12/Men/VI/2007 tentang Petunjuk Teknis

Pendaftaran Kepersertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan dan

Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Sedangkan Pelaksanaan

pembayaran dan tata cara pengajuan klaim PT. Djitoe Indonesia Tobacco

dalam program Jamsostek juga telah sesuai dengan peraturan yang

berlaku, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1993 tentang

Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.26

Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) PT. Djitoe

Indonesia Tobacco meliputi, Jaminan atas kecelakaan di tempat kerja dan

Jaminan hari tua. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan dikelolah sendiri

dengan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (PJPK) diatur sesuai

dengan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) antara Pengusaha dengan

Serikat Pekerja.

26

Dimas Yunianto, Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga

Kerja Dalam Rangka Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Tenaga Kerja,

(Surakarta : Skiripsi Fakultas Hukum UMS, 2010) hlm. 81.

Page 38: BAB III PERKEMBANGAN INDUSTRI ROKOK DJITOE TAHUN …mempekerjakan saudara dan tetangganya untuk menjadi buruh linting rokok. Rokok yang dibuat ini diberi nama Djitoe, nama tersebut

68

Bagi karyawan yang menderita sakit dan tidak dapat ditangani oleh

dokter poliklinik perusahaan atau perlu rawat inap, perusahaan

bekerjasama dengan RSU Pusat Surakarta dan Swasta RSU Panti Waluyo

Surakarta. Bagi karyawan yang dirawat di RSU pemerintah, biaya

ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan selama jangka waktu tidak

kurang dari 3 bulan. Bagi karyawan yang dirawat di RSU Panti Waluyo

biaya perawatan dan pengobatan selama tidak kurang dari 3 bulan, 50%

ditanggung perusahaan dan 50% ditanggung pihak keluarga.