Upload
rurinda-nthu-elsa
View
230
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
revisikuu
Citation preview
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek dan Setting Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 1 SMP
Negeri 8 Kediri tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa antara 30-
35 siswa.
2. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanankan di SMP Negeri 8 Kediri, dengan
mempertimbangkan SMP tersebut sebagai tempat peneliti melaksanakan
PPL 2.
B. Prosedur Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK
berkembang di Indonesia pada tahun 1990-an. Ebbut (1985) menyatakan
bahwa penelitian tindakan kelas merupakan studi sistematis yang dilakukan
oleh guru dalam memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan dengan
melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut. Ahli lain,
Carr dan Kemmis (1992) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas
sebagai bentuk penyelidikan yang dilakukan oleh partisipan (guru, siswa,
kepala sekolah) dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk
meningkatkan pertanggungjawaban dari (a) praktik sosial atau pendidikan
yang mereka geluti (b) pemahaman yang lebih baik terhadap praktik yang
mereka geluti, dan (c) situasi dan lembaga tempat praktik itu dilakukan.
Baik Ebbut maupun Carr dan kemmis secara eksplisit menyatakan bahwa
PTK merupakan penelitian partisipatoris artinya peneliti terlibat langsung
dalam kegiatan dimana penelitian itu dilakukan. Bila peneliti tersebut adalah
guru maka ketika melakukan PTK maka guru harus berpartisipasi langsung
dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut.
47
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini merupakan upaya untuk
mengkaji apa yang telah terjadi dan dihasilkan atau belum tuntas pada
langkah upaya sebelumnya. Hasil refleksi digunakan untuk mengambil
langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan penelitian. Dengan kata
lain refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan
terhadap pencapaian tujuan tindakan pembelajaran.
Bila guru dapat melakukan PTK secara berkelanjutan dan ada rasa
ingin melakukannya maka beberapa manfaat yang akan diperoleh seperti :
1. Guru dapat memperbaiki praktik pembelajaran menjadi efektif.
2. Guru juga dapat belajar secara lebih sistematis dari pengalamannya
sendiri dan dapat meningkatkan wawasan serta pemahamannya tentang
sisiwa dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran (dilihat dari
sudut pandang siswa bukan dari sudut pandang guru semata).
3. PTK tidak membuat guru meninggalkan tugasnya sehari-hari sebagai
pengajar di kelas. Guru tetap melakukan kegiatan pembelajaran seperti
biasa namun pada saat bersamaan dan secara terintegrasi guru
melaksanakan kegiatan penelitian yaitu mengumpulkan data,
melakukan observasi, membuat catatan dan mengevaluasi. Dengan
demikian PTK tidak mengganggu kelancaran proses pembelajaran.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki atau
meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan sedangkan
tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti dikalangan
guru (Mukhlis, 2000: 5).
Adapun rancangan penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang digunakan
pada penelitian ini adalah menggunakan model Kemmis dan McTaggart.
Pada model Kemmis dan McTaggart (Depdiknas, 2004: 2), pelaksanaan
tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meliputi empat langkah
yaitu :
1. Perencanaan tindakan (Planning)
Mengembangkan perencanaan tindakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki situasi yang terjadi.
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
?
SIKLUS I
SIKLUS II
48
2. Pelaksanaan tindakan (Action)
Melakukan tindakan untuk menjelaskan rencana
3. Observasi atau pengamatan (observation)
Mengamati dampak dari situasi yang disampaikan dalam konteks
kejadian.
4. Refleksi (Reflection)
Merefleksikan dampak tersebut sebagai dasar pelaksanaan dan
seterusnya sehingga terbentuk sebuah siklus.
Bila siklus I belum mencapai indikator yang ditargetkan maka
dilanjutkan dengan siklus kedua yaitu perbaikan rencana, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Siklus berikutnya selalu dimulai dengan
perbaikan tindakan dari siklus sebelumnya. Sebelum masuk pada siklus 1
dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar 3.1 Siklus PTK menurut Kemmis dan Taggart
(Sumber: Arikunto, 2010:17)Sesuai dengan siklus yang tergambar diatas, dalam penelitian tindakan
kelas ini ada dua siklus yang harus dilakukan oleh peneliti untuk mencapai
ketuntasan seperti yang diharapkan. Siklus pertama dilaksanakan
49
berdasarkan hasil observasi pertama. Jika dalam siklus pertama ketuntasan
dapat dicapai dengan sempurna, maka siklus kedua tidak perlu
dilaksanakan. Namun jika siklus pertama belum mencapai ketuntasan, siklus
kedua dilaksanakan seperti pertama hanya saja lebih ditekankan dimana
letak permasalahan yang membuat siklus pertama mengalami kegagalan.
Langkah–langkah penelitian menurut Kemmis dan Mc Taggart antara lain:
1. Refleksi awal, merupakan kegiatan penjajagan yang dimanfaatkan
untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan
dengan tema penelitian. Berdasarkan hasil refleksi awal dapat
dilakukan menfokuskan masalah yang selanjutnya dirumuskan
menjadi masalah penelitian. Setelah rumusan masalah selesai
dilakukan, selanjutnya perlu dirumuskan kerangka konseptual dari
penelitian meliputi merencanaan tujuan dan rencana tindakan,
termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat
pembelajaran.
2. Penyusunan perencanaan, berdasarkan pada hasil penjajagan refleksi
awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan
dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau mengubah
perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari
permasalahan-permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan
bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai kondisi nyata yang
ada.
3. Pelaksanaan tindakan, menyangkut apa yang dilakukan peneliti
sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang
dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan
pada PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan teoritik
dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja
dan hasil program optimal.
4. Observasi (pengamatan), observasi dalam PTK dapat disejajarkan
dengan pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam penelitian
ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang
50
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi
digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi.
5. Refleksi, merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi, terhadap
semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindaka. Dalam
kegiatan ini, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan
hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang
terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan yang lainnya
dengan teori atau penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui
refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan
tajam. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK
yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu
berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan.
Dari langkah 1 sampai 4 tersebut di atas merupakan suatu rangkaian
kegiatan pembelajaran dalam satu siklus.
2. Langkah – Langkah Penelitian
a. Perencanaan
Hal-hal yang harus dilaksanakan peneliti sebelum
melaksanakan penelitian tindakan kelas yaitu :
1) Observasi kelas yang akan diteliti, meliputi : sarana dan sumber
acuan yang digunakan, model yang digunakan guru dan hasil
belajar siswa pada materi-materi sebelumnya. Berdasarkan hasil
observasi akan dianalisis mengenai masalah yang terjadi dan
selanjutnya akan dibuat perencanaan tindakan untuk mengatasi
masalah tersebut.
2) Menyusun perangkat pembelajaran berupa silabus, rencana
pembelajaran dengan setting penerapan kolaborasi Model
Pembelajaran Problem Posing dengan Kooperatif Tipe Snowball
Throwing, bahan pengajaran yang akan diberikan kepada siswa,
menyiapkan media pembelajaran, bahan tugas untuk siswa, dan
alat evaluasi yang digunakan untuk mengetahui tingkat
51
pemahaman siswa terhadap pokok bahasan faktorisasi bentuk
aljabar.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Siklus I
a) Perencanaan Tindakan
Perencanaan yang dilakukan peneliti, yaitu :
(1) Mengidentifikasi masalah berdasarkan obserasi awal.
(2) Menyusun silabus.
(3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan kolaborasi Model Pembelajaran Problem Posing
dengan Kooperatif Tipe Snowball Throwing.
(4) Menyusun Lembar Kerja Siswa.
(5) Menyusun soal evaluasi tiap RPP.
(6) Menyusun lembar observasi kegiatan guru dan siswa.
b) Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah
melaksanakan rencana pembelajaran, yaitu :
(1) Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.
(2) Guru menyajikan informasi baik secara ceramah atau
tanya jawab selanjutnya memberi contoh cara
pembuatan soal dari informasi yang diberikan Guru
memberikan suatu masalah pada materi yang diajarkan.
(3) Guru memberikan latihan soal secukupnya
(4) Guru membentuk kelompok belajar heterogen yang
terdiri dari 4-5 siswa tiap kelompok.
(5) Guru membimbing kelompok-kelompok yang
mengalami kesulitan dalam membuat soal berdasarkan
informasi yang diberikan guru.
52
(6) Guru membimbing siswa dalam melempar kertas yang
telah dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke
siswa yang lain selama ± 5 menit..
(7) Kelompok yang mendapat satu bola diberikan
kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis
dalam kertas berbentuk bola tersebut.
(8) Guru memberikan penghargaan kepada siswa atau
kelompok yang telah menyelesaikan tugas yang
diberikan dengan baik
(9) Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari dengan cara masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil pekerjaannya
(10) Guru memberikan evaluasi akhir pembelajaran.
(11) Guru memberikan tugas rumah secara individu sebagai
penguatan
c) Observasi
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini dilakukan pemantauan
proses pembelajaran yang dilaksanakan guru setempat
dengan teman sejawat peneliti. Yang diamati yaitu keaktifan
siswa selama proses pembelajaran dan juga aktifitas guru
melalui lembar observasi. Selain itu keadaan dan situasi kelas
yang menyenangkan akan membantu dalam proses penelitian
ini. Penataan tempat duduk dalam membagi kelompok tiap
tim pun sangat membantu sekali. Setiap anak dalam satu tim
diharapkan harus sudah memiliki buku pegangan untuk
penunjang pelajaran.
d) Refleksi
Hasil observasi dijadikan sebagai acuan dalam
mengambil solusi untuk perbaikan dan penyusunan rencana
tindakan pada siklus berikutnya.
53
Pembelajaran akan dilanjutkan pada siklus berikutnya
jika hasil belajar siswa secara klasikal kurang dari 75% dari
siswa tuntas belajar, yaitu dengan nilai lebih besar atau sama
dengan 75% sesuai dengan ketentuan dari sekolah. Data
siklus akan berhenti atau pembelajaran berhasil jika hasil
belajar siswa secar klasikal lebih besar dari 75% siswa tuntas
belajar dengan nilai lebih besar atau sama dengan 75% sesuai
dengan ketentuan dari sekolah.
2) Siklus II
Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II dimaksudkan
sebagai perbaikan dari siklus I. tahapan pada siklus II sama
dengan siklus I yatu perencanaan, pemberian tindakan, observasi
(pengamatan), dan refleksi. Jika dievaluasi pada akhir siklus tidak
terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika,
dilaksanakan siklus III, sklus IV dan seterusnya yang tahap-
tahapnya seperti siklus I dan II. Siklus berhenti jika tujuan
penelitian sudah tercapai yaitu jika hasil belajar siswa kelas VIII
SMPN 8 Kediri dengan penerapan kolaborasi Model
Pembelajaran Problem Posing dengan Kooperatif Tipe Snowball
Throwing telah meningkat.
C. Instrumen Pengumpulan Data
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus
ada alat ukur yang baik. Alat ukur penelitian disebut instrumen penelitian.
Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah (Arikunto, 2010:203). Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah
variabel–variabel penelitian yang ditetapkan oleh peneliti. Dari variabel-
variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya
ditentukan indikatornya. Dari indikator kemudian dijabarkan menjadi butir-
54
butir pertanyaan atau pernyataan. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-
masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar,
tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Observasi Kemampuan Guru
Lembar observasi kemampuan guru digunakan untuk mengetahui data
tentang kemampuan guru terhadap penerapan model pembelajaran serta
dalam mengelola model pembelajaran , terutama kemampuan guru
dalam membangun dengan kolaborasi model pembelajaran Problem
Posing dengan Kooperatif Tipe Snowball Throwing pada subpokok
faktorisasi bentuk aljabar di kelas VIII SMP Negeri 8 Kediri. Lembar
observasi kemampuan guru memuat aspek sebagai berikut:
Tabel 3.1
Rencana Pengembangan Instrumen Observasi Kemampuan Guru
No
.Variabel
Model
PembelajaranDefinisi Operasional Indikator Item
1. Pendahuluan
a. Guru menyampaikan
keterkaitan antara
materi yang akan
dibahas dengan materi
sebelumnya
- Pemberian
apersepsi
1
- Kooperatif b. Guru memotivasi siswa
untuk melakukan
- Pemberian
motivasi
1
55
proses belajar
- Koopeartif
c. Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai oleh
siswa
- Penyampaian
tujuan
pembelajaran1
2. Inti - Problem
Posing
- Kooperatif
- Snowball
Throwing
a. Memberikan penjelasan
materi
- Menyajikan
materi 1
- Penjelasan
model
pembelajaran
1
- Problem
Posing
- Memberi
permasalahan
soal
1
- Kooperatif - Membagi
kelompok
secara
heterogen
1
- Problem
Posing
- Snowball
Throwing
- Membimbing
siswa dalam
membuat
pertanyaan/soal
1
- Snowball
Throwing
- Melempar bola
soal1
- Kooperatif - Membimbing
dalam kegiatan
diskusi
kelompok
1
- Problem - Mempresentasik 1
56
Posing
- Snowball
Throwing
an hasil diskusi
- Snowball
Throwing
- Kooperatif
- Mengevaluasi
materi hasil
diskusi
1
- Kooperatif - Memberikan
penghargaan1
- Memberikan
soal tes evaluasi1
3. Penutup
- Problem
Posing
- Snowball
Throwing
a. Memberikan
penyimpulan materi
yang telah dipelajari
- Menyampaikan
kesimpulan 1
- Menutup
pelajaran1
Instrumen observasi kegiatan guru ini akan diberikan kepada seorang
pengamat. Dimana pengamat itu adalah teman sejawat dengan
pertimbangan teman sejawat lebih mengerti dengan model
pembelajaran Problem Posing dan kooperatif tipe Snowball Throwing.
Pengamatan dilakukan setiap 5 menit sekali dengan cara menuliskan
penilaian atas aspek yang muncul dengan memberi tanda cek (√) pada
kolom yang sesuai selama kegiatan berlangsung.
4. Lembar Aktivitas Siswa
Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk mendapatkan data
tentang keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran serta membantu
proses pengumpulan data hasil eksperimen yang meliputi aspek–aspek :
Tabel 3.2
57
Rencana Pengembangan Instrumen Observasi Aktivitas Siswa
No VariabelDefinisi
Operasional
Model
PembelajaranAspek yang diamati
Menit
ke -
Jumlah
Item
1 Kedisplinan
Tindakan
yang
menunjukkan
perilaku
tertib dan
patuh pada
berbagai
ketentuan dan
peraturan
- Kooperatif Siswa hadir tepat
waktu
Keselur
uhan
menit
pengam
atan
5
Siswa menjawab
salam dan berdoa
bersama
- Problem
Posing
- Snowball
Throwing
- Kooperatif
Siswa
memperhatikan
semua penjelasan
guru
- Kooperatif
Siswa
berkelompok
sesuai dengan
kelompok yang
telah ditentukan
Siswa selalu
menaati semua
tata tertib yang
dibuat guru
2 Keaktifan
Giat bekerja,
giat berusaha,
dan mampu
bereaksi dan
beaksi
- Snowball
Throwing
Siswa bertanya
jika kurang
memahami
penjelasan dari
guru
Keselur
uhan
menit
pengam
atan
3
- Snowball
Throwing
Siswa dalam
melemparan soal
58
Siswa
mengerjakan soal
evaluasi
- Problem
Posing
- Snowball
Throwing
Siswa dalam
membuat
kesimpulan
kegiatan
pembelajaran
- Problem
Posing
Siswa menerima
umpan balik dari
guru
3Rasa Ingin
Tahu
Sikap dan
tindakan
yang selalu
berupaya
untuk
mengetahui
lebih
mendalam
dan meluas
dari sesuatu
yang
dipelajarinya,
dilihatnya,
dan
didengarnya.
- Problem
Posing
Siswa berani
bertanya jika
belum mengerti
tentang materi
yang telah
dipelajari Menit
ke-11
sampai
menit
ke-50
3 Siswa bertanya
tentang proses
jalannya sistem
pembelajaran
yang berlangsung
4 Kerjasama
Pekerjan
yang
biasanya
dikerjakan
- Kooperatif
Siswa mampu
dalam diskusi
kelompok
Menit
ke-50
sampai
3
59
oleh individu
tapi
dikerjakan
secara
bersama-
sama oleh
dua orang
atau lebih
dengan
tujuan agar
pekerjaan
tersebut
menjadi lebih
ringan
menit
ke-80
- Snowball
Throwing
- Problem
Posing
Siswa mampu
dalam membuat
soal
- Kooperatif
Siswa mampu
menyelesaikan
tugas kelompok
60
5Tanggung
jawab
Sikap dan
perilaku
seseorang
untuk
melaksanaka
n tugas dan
kewajibannya
, yang
seharusnya
dia lakukan,
terhadap diri
sendiri,
masyarakat,
lingkungan
(alam, sosial,
dan budaya),
negara dan
Tuhan Yang
Maha Esa
- Kooperatif
Siswa
bertanggung
jawab terhadap
hasil kelompok
Menit
ke-80
sampai
menit
ke- 90
1
Instrumen observasi kegiatan siswa diberikan kepada seorang
pengamat. Dimana pengamat itu adalah guru kelas VIII setempat
dengan pertimbangan bahwa guru lebih mengenal karakter siswa dan
pengamatan dilakukan setiap 5 menit sekali dengan cara menuliskan
penilaian atas aspek yang muncul dengan memberi tanda cek (√) pada
kolom yang sesuai selama kegiatan berlangsung.
5. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep
matematika materi Faktorisasi Bentuk Aljabar akhir putaran.
Keseluruhan soal sebanyak 4 soal dengan bobot tiap soal disesuaikan
61
dengan indikator dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan yang
diharapkan dapat dicapai siswa. Keseluruhan soal berbentuk uraian.
Bentuk soal uraian dipilih karena :
1) Mudah disiapkan dan disusun.
2) Tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berspekulasi.
3) Mampu mengukur taraf kemampuan siswa.
Kisi-kisi soal tes evaluasi sebagai berikut :
Tabel 3.3
Kisi - Kisi Pengembangan Instrument Soal EvaluasiStandar Kompete
nsi
Kompetensi Dasar
Materi Pokok
Indikator Soal
Nilai Karakter
Bentuk SoalNomor
soalPG Uraian
1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus
1.2.1 Menguraikan bentuk aljabar kedalam faktor-faktornya
Faktorisasi Bentuk Aljabar
Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya dengan hukum distributif
Rasa ingin tahu, tanggung jawab
√ 1
1.2.2 Memahami cara menguraikan aljabar bentuk x² +¿ 2xy + y² dan x² −¿ 2xy + y²
Faktorisasi Bentuk Aljabar
Menguraikan aljabar bentuk x² +¿ 2xy + y² dan x² −¿ 2xy + y²
Rasa ingin tahu, tanggung jawab
√ 2 dan 3
1.2.3 Memahami cara menguraikan aljabar bentuk selisih dua kudrat menjadi perkalian faktor
Faktorisasi Bentuk Aljabar
Menguraikan aljabar bentuk selisih dua kudrat menjadi perkalian faktor
Rasa ingin tahu, tanggung jawab
√ 4
62
Selanjutnya kisi-kisi instrumen diatas dikembangkan kedalam lembar
pengamatan. Kemudian berdasar dari kisi yang telah disusun maka
selanjunya instrumen akan divalidasi serta dicari reliabilitasnya. Untuk
lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut :
a. Validitas
Validitas (kesahihan) adalah kualitas yang menunjukkan hubungan
antara suatu pengukuran (diagnosis) dengan arti atau tujuan kriteria belajar
atau tingkah laku (Purwanto, 2010: 137).
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instument yang valid
atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang
valid berarti memiliki validitas rendah. (Arikunto, 2010:211)
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang
hendak diukur (A test is valid if it measures what it purpose to measure).
Dalam bahasa indonesia “valid” disebut dengan istilah “sahih”. (Arikunto,
2012:80)
Ada dua macam validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu
validitas eksternal dan validitas internal.
1. Validitas eksternal
Instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari
instrumen tersebut sesuai dengan data atau informasi lain yang
mengenai variabel penelitian yang dimaksud.
2. Validitas internal
Instrumen yang dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-
bagian instrument dengan instrumen secara keseluruhan. Dengan
kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas internal
apabila setiap bagian instrumen mendukung “misi” instrumen
secara keseluruhan, yaitu mengungkap data dari variabel yang
dimaksud. (Arikunto, 2010:212-215)
Instrumen sebelum diujicobakan maka divalidasi terlebih dahulu
dengan menggunakan lembar validasi ahli kepada validator, yaitu dosen,
63
guru matematika SMP Negeri 8 Kediri, atau teman sejawat dan kemudian
akan direvisi sehingga didapatkan instrument yang valid.
Instrumen-instrumen yang telah dinyatakan valid oleh validator
selanjutnya diujicobakan secara terbatas kepada siswa. Hasil ujicoba
terbatas dianalisa dengan menggunakan rumus korelasi product moment
dengan angka kasar yaitu sebagai berikut:
Dimana :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang
dikorelasikan
X = skor-skor tiap butir soal untuk setiap siswa uji coba
Y = skor total tiap siswa uji coba
N= jumlah siswa uji coba
(sumber : Arikunto, 2012:87)
Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Kriteria Validitas Instrumen Tes
Nilai r Interpretasi
0,81-1,00 Sangat Tinggi
0,61-0,80 Tinggi
0,41-0,60 Cukup
0,21-0,40 Rendah
0,00-0,20 Sangat rendah
(sumber : Arikunto, 2012 : 89)
r xy=N ∑ XY −(∑ X ) (∑ Y )
√ {N ∑ X2−(∑ X )2} {N ∑Y 2−(∑ Y )2}
64
Dari kategori tersebut diatas, dapat diketahui tingkat validasi sesuai yang
diujikan selanjutnya dalam penelitian ini instrument dikatakan valid jika
minimal berkategori cukup.
b. Reliabilitas
Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut
(instumen) dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya kapan pun alat
penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.
(Sudjana, 2012:16)
Secara garis besar ada dua jenis reliabilita, yaitu reliabilitas ekternal
dan reliabilitas internal. Seperti halnya pada pembicaraan validitas, dua
nama ini sebenarnya menunjukkan cara-cara menguji tingkat reliabilitas
instrumen. Jika ukuran atau kriteriumnya berada di luar instrumen maka
dari hasil pengujian ini diperoleh reliabilitas eksternal. Sebaliknya jika
perhitungan dilakukan berdasarkan data dari instrument tersebut saja, akan
menghasilkan reliabilitas internal.
Instrumen-instrumen yang telah dinyatakan valid oleh validator
selanjutnya diujicobakan secara terbatas kepada siswa. Hasil ujicoba
terbatas dianalisa dengan menggunakan rumus alpha, yaitu sebagai
berikut:
r=( nn−1 )(1−∑ σ
i2
σt2
)Dimana :
r = koefisien reliabilitas
∑ σi2 = jumlah varians skor tiap – tiap item
σt2 = varians total
n = jumlah butir soal uraian
(Arikunto, 2003: 109)
Dimana varians dapat dicari dengan menggunakan rumus :
65
σ 2=∑ X 2−
(∑ X )2
NN
(sumber: Arikunto, 2012:122-123)
Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen
yang dipeoleh sesuai dengan tabel berikut:
Tabel 3.5
Kriteria Reliabilitas Instrumen Tes
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,81<r≤1,00 Sangat Tinggi
0,61<r≤0,80 Tinggi
0,41<r≤0,60 Cukup
0,21<r≤0,40 Rendah
0,00<r≤0,20 Sangat rendah
(Arikunto, 2003: 75)
Dari kategori diatas, instrument dikatakan realibel jika minimal berkategori
cukup. Selanjutnya menurut Budiyono (2003: 72), hasil pengukuran yang
mempunyai indeks reliabilitas 0,70 atau lebih cukup baik nilai
kemanfaatannya dalam arti instrumennya dapat dipakai untuk melakukan
pengukuran.
D. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu model dalam kegiatan
pembelajaran perlu diadakan analisa data. Analisis data dilakukan setiap
kali setelah pemberian satu siklus tindakan. Proses analisa data diharapkan
dapat memaknai, menjelaskan dan sampai pada penyimpulan. Hasil analisis
akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram.
1. Analisis lembar observasi kemampuan guru
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dianalisis menggunakan lembar
observasi pengelolaan kelas. Persentase kemampuan guru dapat
dianalisis dengan :
66
N P= JSSM
x 100 %
Keterangan :
NP : Persentase rata – rata kemampuan guru
JS : Jumlah skor kemampuan yang dilakukan
SM : Skor maksimal yang didapat dari kemampuan guru
Tabel 3.6Kemampuan Guru
% Interval Kategori
76-100 Amat Baik
51-75 Baik
26-50 Cukup Baik
Kurang dari 26 Kurang
(Arikunto, 2010:192)
Dari kategori di atas, instrumen kemampuan guru dikatakan
mampu jika minimal berkategori baik.
2. Analisis lembar observasi aktivitas siswa
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dianalisis menggunakan lembar
observasi pengelolaan kelas. Persentase aktivitas siswa dapat dianalisis
dengan :
N P= JSSM
x 100 %
Keterangan :
NP : Persentase rata – rata aktivitas siswa
JS : Jumlah skor aktivitas yang dilakukan
SM : Skor maksimal yang didapat dari aktivitas siswa
Tabel 3.7
Aktivitas Siswa
% Interval Kategori
76-100 Amat Baik
51-75 Baik
26-50 Cukup Baik
67
Kurang dari 26 Kurang
(Arikunto, 2010:192)
Dari kategori di atas, aktivitas siswa dikatakan baik jika minimal
berkategori baik.
3. Analisis tes tertulis
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan
siswa setelah proses belajar mengajar tiap siklus dilakukan dengan cara
memberikan tes. Penilaian tes terdiri dari :
a. Ketuntasan belajar secara perorangan. Berdasarkan petunjuk
pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud,
1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah
mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas
belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai
daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung
persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
KB= TTt
x 100
Keterangan :
KB : Ketuntasan Belajar
T : Jumlah skor yang diperoleh siswa
Tt : Jumlah skor total
(Trianto dalam Ali, 2010 : 81))
Tabel 3.9
Kategori Ketuntasan Hasil Belajar Individu
% Interval Kategori
85-100 Amat Baik
70-84 Baik
50-69 Cukup Baik
0-49 Kurang
68
(Purwanto dalam Yuliarni, 2011:5)
Dari kategori di atas, ketuntasan hasil belajar dikatakan berhasil
jika minimal berkategori baik.
b. Ketuntasan Belajar secara Klasikal
Ketuntasan belajar klasikal dikatakan berhasil jika prosentase
siswa tuntas belajar adalah ≥ 85% (Pagunanto, 2010:71)). Untuk
menetukan ketuntasan klasikal digunakan rumus :
P=∑ Siswa tuntas belajar
∑ Siswax100%
(Arikunto (dalam Ali, 2010 : 81)
E. Rencana Jadwal Penelitian
No KEGIATANAgustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perencanaan
√ √ √
2 Proses pembelajaran √
3 Evaluasi √
4 Pengumpulan Data √
5 Analisis Data √
6 Penyusunan Hasil √
7 Pelaporan Hasil √