43
38 BAB III SISTEM SEWA TANAH DI PERKEBUNAN TEH GOALPARA SUKABUMI Tanah merupakan komponen yang paling penting dalam sebuah perkebunan. Sewa tanah memiliki keterikatan erat dengan perkebunan, salah satunya adalah perkebunan teh Goalpara yang terletak di kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Sewa tanah di perkebunan Goalpara menggunakan hak erfpacht adalah hak untuk menggunakan tanah milik orang lain dengan kewajiban membayar sewa tiap-tiap tahun kepada pemilik tanah, baik berupa uang maupun penghasilan. Hak ini merupakan hak yang sangat dibutuhkan oleh sebuah perusahaan perkebunan swasta, karena dengan begitu mereka bisa melakukan penanaman modal. Sewa tanah yang terjadi di perkebunan teh Goalpara sudah berlangsung sejak pertama kali perkebunan ini dibuka, karena pengusaha swasta yang datang dengan modal yang besar menyewa tanah warga atau tanah pemerintah untuk dijadikan perkebunan. A. Sejarah berdirinya PT. Perkebunan Nusantara VIII Goalpara Tahun 1908 Sejak tahun 1908 sampai 1941 perkebunan Goalpara dikelola oleh pemerintah Belanda dibawah pengelolaan Cultur Maatshappij NIL. MIJ Tiedemen Van Kerchem dan sejak tahun 1942 sampai 1945 dikuasai Jepang. 1 Setelah proklamasi kemerdekaan, pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah Indonesia sampai adanya Agresi Militer 1 Company Profile Kebun Goalpara. File. Koleksi PT. Perkebunan Nusantara VIII.

BAB III SISTEM SEWA TANAH DI PERKEBUNAN TEH … · pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah Indonesia sampai adanya Agresi Militer 1 Company Profile Kebun Goalpara. File. Koleksi

  • Upload
    vubao

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

38

BAB III

SISTEM SEWA TANAH DI PERKEBUNAN TEH GOALPARA

SUKABUMI

Tanah merupakan komponen yang paling penting dalam sebuah perkebunan. Sewa

tanah memiliki keterikatan erat dengan perkebunan, salah satunya adalah perkebunan

teh Goalpara yang terletak di kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Sewa tanah di

perkebunan Goalpara menggunakan hak erfpacht adalah hak untuk menggunakan tanah

milik orang lain dengan kewajiban membayar sewa tiap-tiap tahun kepada pemilik

tanah, baik berupa uang maupun penghasilan. Hak ini merupakan hak yang sangat

dibutuhkan oleh sebuah perusahaan perkebunan swasta, karena dengan begitu mereka

bisa melakukan penanaman modal.

Sewa tanah yang terjadi di perkebunan teh Goalpara sudah berlangsung sejak

pertama kali perkebunan ini dibuka, karena pengusaha swasta yang datang dengan

modal yang besar menyewa tanah warga atau tanah pemerintah untuk dijadikan

perkebunan.

A. Sejarah berdirinya PT. Perkebunan Nusantara VIII Goalpara

Tahun 1908

Sejak tahun 1908 sampai 1941 perkebunan Goalpara dikelola oleh pemerintah

Belanda dibawah pengelolaan Cultur Maatshappij NIL. MIJ Tiedemen Van Kerchem

dan sejak tahun 1942 sampai 1945 dikuasai Jepang.1 Setelah proklamasi kemerdekaan,

pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah Indonesia sampai adanya Agresi Militer

1 Company Profile Kebun Goalpara. File. Koleksi PT. Perkebunan Nusantara VIII.

39

Belanda pada tahun 1948. Sejak nasionalisasi tahun 1958 perkebunan Goalpara menjadi

salah satu kebun dalam pengelolaan Pusat Perkebunan Negara (PPN) yang berkantor

pusat di Jl. Cikapundung Barat No 1 Bandung.

1. Sejarah singkat PT. Perkebunan XII

PT. Perkebunan XII merupakan suatu kelompok usaha Perkebunan yang

mengusahakan berbagai jenis budidaya dan berasal dari perusahaan-perusahaan

Perkebunan asing dan Perkebunan Negara. Pada sekitar tahun 1870 Pemerintah Hindia

Belanda memberikan izin kepada pihak swasta untuk membuka sebuah usaha dalam

bidang perkebunan melalui suatu Undang-undang pemberian Hak Guna Usaha (HGU

atau Erpacht), disamping perkebunan-perkebunan yang diusahakan sendiri oleh

Pemerintah Hindia Belanda Gouvernementsbedrijven.2

Setelah Undang-undang diatas berlaku, perkebunan-perkebunan swasta ini berdiri

berupa berbagai maskapai-maskapai perkebunan (Cultuur Maatschappijen) berbentuk

sebuan PT (waktu itu NV= singkatan dari Nammloze Venootschap). Diantara Cultuur

Maatschappijen yang kini bergabung menjadi PT. Perkebunan XII adalah:

a. N.V Kooy & Coster V. Voorkout

b. Fa. Th. Crone

c. N.V. Tiedemen & V. Kerchem

d. Fa. Watering & Loeber

Pada saat itu banyak sekali bangunan-bangunan pabrik yang di hancurkan. Kebun-

kebun yang dikuasai kembali oleh maskapai-maskapai swasta Belanda mulai

direhabilitir, dan sekitar tahun 1948 sudah ada yang mulai berproduksi. Setelah

2Sejarah singkat PT. Perkebunan XI Goalpara. Koleksi Perpustakaan PT. Perkebunan

VIII Goalpara

40

penyerahan kedaulatan kepada Pemerintah RIS tanpa Irian Barat, rehabilitasi

perkebunan-perkebunan tampak dengan nyata, kemudian status RIS berubah kembali

menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada waktu itu sudah berbagai macam

cara dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mempertahankan Irian Barat. Jalan

diplomasi dilakukan pemerintah Indonesia agar Irian Barat masih menjadi bagian

Indonesia, tetapi semua itu ditolak oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Sebagai akibat dari konfrontasi politik tersebut, semua perkebunan-perkebunan

swasta Belanda diambil alih oleh Pemerintah RI (terjadi pada tahun 1958). Jenis-jenis

perkebunan antara lain:

1) Perkebunan - perkebunan Negara ( bekas Gouvernement- sbedrijven) disebut

PPN lama. Geo Wehry, National Industri Landbouw Maattschappij. John Peet & Co,

National Industri Landbouw Maattschappij, Cultuur Maatschappij, Cultuur

Maatschappij Bungamelur.

Didalam perkembangannya perkebunan - perkebunan (onderneming) swasta

Belanda tersebut mengusahakan tanaman pokok seperti: Teh, Kina, dan Coklat dan

juga menarik keuntungan yang sangat besar. Lalu ketika Jepang datang pada tahun 1942

dan tentara Jepang mulai menduduki Hindia Belanda sampai waktu dengan tahun 1945,

semua perkebunan milik swasta dan juga kebun-kebun pemerintahan Hindia Belanda

praktis berada dalam tangan pemerintahan pendudukan Jepang.3

Pada masa inilah kebun-kebun tersebut mengalami kerusakan berat, karena

Jepang banyak dengan tanaman musiman seperti: jarak, jagung, haramay (bahan

karung) dan juga berbagai tanaman padi huma. Selama revolusi fisik yang terjadi

3Sejarah singkat PT. Perkebunan XI Goalpara. Koleksi Perpustakaan PT. Perkebunan

VIII Goalpara

41

pada tahun 1945, pemerintah RI tidak dapat berbuat banyak dari kebun-kebun yang

sudah rusak tersebut malahan ketika lita harus meninggalkan daerah yang kembali

akan dikuasai Pemerintah Nica.

2) Perkebunan – perkebunan negara bekas konfrontasi politik yang dinamakan PPN

Baru.

Untuk bisa selanjutnya mengawasi dan mengurus kebun – kebun tersebut

terbentuklah Badab Pimpinan Umur Perusahaan Perkebunan Negara yang disingkat

dengan BPU-PPN. Sekitar pada tahun 1963/ 1964 PPN mengalami regroesing

daerah kerja mantan Direksi lama tetapi tergantung kepada lokasi daerahnya yang

berdekatan.4 Masing-masing unit terdiri atas satu macam tanamam budidaya

(kecuali PPN Antan) yang berasal dari beberap kebun.

Terbentuklah PPN Aneka Tanaman, PPN Karet, PPN Gula di Jawa Barat

terdapat PPN Antan VII sampai Antan X PPN Karet IX sampai dengan XII PPN

Gulo Cirebon.5 Berhubung perkembangannya yang semakin baik maka terbentuklah

pada tahun 1968 gabungan- gabungan dari beberapa Antan dan Karet kecuali Gula.

PPN Antan VII, VIII sebagian Karet XI dan Karet XII menjadi Perusahaan

Negara Perkebunan XII. Berdasarkan PP Nomor 25 Tahun 1971, tanggal 11 Mei

1971 PN. Perkebunan XII dirubah bentuknya menjadi PT. Perkebunan XII (Persero)

yang realisasinya dilaksanakan dengan Akte Notaris GHS Loemban Tobing S.H.

Jakarta nomor 66 tanggal 31 Juli 1971.

4Sejarah singkat PT. Perkebunan XI Goalpara. Koleksi Perpustakaan PT. Perkebunan

VIII Goalpar. 5Company Profile Kebun Goalpara. File. Koleksi PT. Perkebunan Nusantara VIII.

42

Perubahan bentuk tersebut telah mendapat pengesahan Menteri Kehakiman No.

JA 5/182/15 tanggal 13 Oktober 1971. Telah dimuat diberita acara no. 521 tahun

1971 (tambahan berita Negara RI Nomor 63 tanggal 18 November 1971) dan telah

didaftarkan ke Pengadilan Negeri Bandung pada tanggal 23 Oktober 1971 dibawah

No. 271/1971.

Selanjutnya berdasarkan rapat luar biasa Pemegang Saham tanggal 28 Mei 1984

telah diadakan perubahan Anggaran Dasar dan Modal Perseroan yang disyahkan

oleh Notaris Imas Fatimah S.H. melalui Akte Notaris nomor 103 tanggal 13 Agustus

1984 dan telah mendapat persetujuan Menteri Kehakiman dengan keputusan No:

C2-5550-NT. 0104 tahun 1985 tanggal 3 september 1985.

Selanjutnya pada bulan Mei 1994, secara Fisik diadakan Penggabungan PTP

dari PT. Perkebunan XI, PT. Perkebunan XII, PT. Perkebunan XIII menjadi PT.

Perkebunan Group Jabar yang berkantor pusat di PT. Perkebunan XII Jalan

Sindangsirna No. 4 Bandung Telepon (022) 237 966-69.6

2. Proses pembentukan PT. Perkebunan Nusantara

Untuk memantapkan peran BUMN sektor Pertanian dalam pengembangan

perekonomian Nasional, serta dalam rangka menyongsong era globalisasi ekonomi

dunia. Pemerintah melalui Departemen Pertanian telah mengambil langkah-langkah

konsolidasi BUMN sektor Pertanian. Konsolidasi tersebut merupakan tindakan

untuk meningkatkan efisiensi produktivitas kinerja BUMN sektor pertanian. Ada

beberapa kriteria yang dipergunakan dalam proses konsolidasi antara lain:

6Sejarah singkat PT. Perkebunan XI Goalpara. Koleksi Perpustakaan PT. Perkebunan

VIII Goalpara.

43

a) Pemantapan misi BUMN sebagai dinamisator pembangunan dan

modernisasi sektor Pertanian.

b) Skala usaha konsolidasi wilayah kerja yang memungkinkan

dikembangkannya pengusahaan yang efisien.

c) Komposisi usaha baik horisontal maupun vertikal yang menjamin ketahanan

terhadap gejolak pasar.

d) Mampu mengembangkan usaha yang terintegrasi antara industri hulu dan

hilir.

e) Sehat secara finansial.

Pelaksanaan konsolidasi dilakukan antara lain memiliki dua tahap yaitu:

1. Tahap Pertama.

Pengelompokan PTP-PTP yang dilakukan berdasarkan wilayah dimana PTP

yang bersangkutan berada, setelah dilakukan pengelompokan jumlah PTP yang semula

26 buah berubah menjadi 9 buah. Dalam tahap pertama Badan Hukum dari masing-

masing PTP tersebut tetap ada belum berubah untuk membantu Direksi PTP hasil

pengelompokan antara lain pengelola PTP-PTP yang dikelompokkan ditunjuk kuasa

Direksi. Tahap pertama berjalan sejak bulan Mei 1994 sampai dengan Pembentukan PT.

Perkebunan Nusantara 1 sampai dengan XIV pada tanggal 11 Maret 1996.

2. Tahap Kedua.

Berdasarkan PP No. 6 s.d 19 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, telah

dilakukan restrukturisasi BUMN Sub sektor Perkebunan dan Peternakan yang

berjumlah 26 PT. Perkebunan dan 1 (satu) PT. Perkebunan Bina Mulya Ternak menjadi

14 PT. Perkebunan Nusantara melalui penambahan penyertaan modal negara.

44

Setelah melalui proses konsolidasi yang berjalan sejak bulan Mei 1994,

berdasarkan PP Republik Indonesia No. 13 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996

mengenai peleburan persahaan perseroan PT. Perkebunan XI, Perusahaan Perseroan PT.

Perkebunan XIII, Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan XIII maka telah dibentuk

PTPN VIII.7 Berdasarkan surat keputusan Menteri Keuangan No. 167/KMK.016/1996

tanggal 11 Maret 1996 tentang Pengangkatan Direktur Utama PTPN. VIII, SK Menteri

Keuangan No. 258/KMK. 016/1996 tanggal 8 April 1996 tentang Pengangkatan

tambahan anggota-anggota Direksi PTPN VIII adalah sebagai brikut:

a. Direktu Utama : Ir. H Sugiat

b. Direktur Produksi : Ir. H Imam Santoso S.E.

c. Direktur Keuangan : DR. H. Dudung Suryana S.E. AK. MBA

d. Direktur SDM & Umum : Ir. H Imam Wahyudi

e. Direktur Pemasaran : H. Suwadji Munawar

7Sejarah singkat PT. Perkebunan XI Goalpara. Koleksi Perpustakaan PT. Perkebunan

VIII Goalpara.

45

Gambar 5. Pabrik Teh Perkebunan Goalpara

Sumber: Koleksi PTPN VIII Goalpara

3. Visi dan Misi PTPN VIII Goalpara

Perkebunan Teh Goalpara telah menerapkan suatu visi yang merupakan suatu

pandangan kedepan yang hendak dicapai. Rumusan visi tersebut adalah „Menjadi

BUMN Perkebunan yang tangguh dalam dunia agribisnis untuk memuaskan stock

holder serta peduli akan lingkungan.‟ Disamping visi, penyataan misi yang

merupakan alasan keberadaan suatu bisnis yang membedakan dengan bisnis lainnya

ditetapkan pula oleh perkebunan yakni “Turut melaksanakan dan menunjang

kebijakan serta perogram pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan nasional

umumnya. Khususnya sub sektor perkebunan dalam arti seluas-luasnya.”

46

4. Struktur Organisasi

Perkebunan Goalpara merupakan salah satu kebun teh orthodoks PT.

Perkebunan Nusantara VIII yang dipimpin oleh seorang Administratur sebagai

penanggung jawab secara keseluruhan kegiatan. Perkebunan Goalpara mempunyai

struktur organisasi yang disusun menurut bentuk kombinasi garis, masing-masing

fungsinya mempunyai satu sumber kebijakan. Dalam sistem organisai garis,

wewenang dan tanggung jawab berjalan dari pucuk pimpinan sampai ke bawah

menurut garis vertikal.

Selama kurun waktu 40 tahun terdapat beberapa kali pergantian administratur

perkebunan teh Goalpara. Setelah nasionalisasi yang menjabat sebagai administratur

adalah R. M. Mardjono yang menjabat sebagai administratur pada tahun 1958.

Beliau menjabat sebagai administratur selama kurun waktu 15 tahun sampai tahun

1973. Setelah itu 1973 administratur perkebunan teh Goalpara diganti oleh R.

Soehardi yang menjabat selama 21 tahun sampai tahun 1994. Lamanya jabatan

tersebut dikarenakan belum adanya aturan bahwa puncak kepemimpinan hanya 5

tahun. Pada tahun 1994 administratur dijabat oleh Ir. Herman Rusmana beliau

diangkat pada saat pembentukan PTPN VIII.8

8 Wawancara dengan Hani selaku staf SDM Goalpara Tanggal 21 Mei 2016.

47

ADMINISTRATUR

SINDER KEPALA

SINDER AFDELING

MABES PANEN

MABES PEMEL

JTU KEPALA

MANDOR PANEN

MANDOR HERB / HP

MANDOR MENYIANGG

MANDOR MANGKAS

TU TIMBANG

PETUGAS PIK

TU PIK

PETUGAS BP/KES

PENJENANG KES/HP

TU BP/KES

PETUGAS UMUM JTU SEKRET

JTU PERSONALIA

PETUGAS SATPAM

PETUGAS KAS

JTU KAS

PETUGAS GUDANG

JTU GUDANG

PELAYAN GUDANG

PETUGAS PENGADAAN

JTU PENGADAAN

PETUGAS TABIN

JTU TUP

JTU TABIN

OPERATOR KOMPUTER

SINDER TUK

ASSISTEN SID. TUK

PETUGAS TANAMAN

TU TANAMAN

MANDOR MESIN/BENG

MANDOR LISTRIK

MANDOR LISTRIK

MANDOR DIESEL

MANDOR BANGUNAN

MANDOR JALAN

TU PEMBANTU

SINDER TEKNIK

PETUGAS KALIBRASI

MABES KENDARAAN

MABES LISTRIK

MABES MESIN/BENG

MABES BANGUNAN

JTU KEPALA

MANDOR SERVICE

SOPIR

KEPALA POOL

SINDER PABRIK

ASSISTEN SINDER PABRIK

JTU KEPALA

MABES KERING

TU PEMBANTU

MANDOR SORTASI

MANDOR NGEPAK

MABES BASAH

MANDOR MEBER

MANDOR LAYUAN

MANDOR GILING

MANDOR KERINGAN

Gambar 6. BaganStrukturOrganisasi PTPN VIII Goalpara

(Sumber: Arsip PTPN VIII Goalpara, koleksi PTPN VIII

Goalpara, di edit ulangberdasarkanarsip)

48

Dalam menjalankan tugasnya, Administratur dibantu oleh seorang wakil (sinder

kepala) dan beberapa staf yaitu Sinder Teknik, Sinder Pabrik, Sinder Tata Usaha

Keuangan serta Sinder-sinder Afdeling (bagian) Fungsi, Wewenang dan tanggung

jawab Sinder adlah sebagai berikut:

1) Sinder Kepala

Melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran dibidang pengelolaan

tanaman dan administrasi keagrariaan, kebun-kebun existing sesuai dengan Kebijakan

dan petunjuk Direksi wewenang Sinder Kepala mempunya wewenang untuk mengatur

tugas kelancaran pekerjaan secara efisien dan efektif termasuk melakukan koordinasi

dengan bagian lain dan kebun.

2) Sinder Tata Usaha Keuangan (TKU)

Menyusun Rencana Kerja dalam bentuk Rencana Kerja Anggaran Perusahaan

(RKAP), Penanaman Modal Kerja (PMK), Rencana Jangka Panjang (RJP) maupun

keperluan operasional lainnya sesuai pengajuan dari afdeling. Sinder Tata Usaha

Keuangan (TKU) bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaannya

kepada Administratur menyelenggarakan system administratur keuangan, melaksanakan

pembayaran utang piutang, daftar gaji dan lain-lain yang menyangkut administrasi

perusahaan.

3) Sinder Pabrik

Melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran pekerjaan dibidang

pengolahan hasil teh sesuai dengan norma ketentuan teknis pengolahan dan kebijakan

Direksi. Sinder Pabrik mempunyai wewenang untuk mengatur pelaksanaan tugas

49

pekerjaan secara efisien dan efektif termasuk melakukan koordinasi dengan bagian lain

dan kebun.

4) Sinder Teknik

Melaksanakan dan bertanggung jawab atas kelancaran tugas pekerjaan dibidang

teknologi yang meliputi pengolahan hasil keteknikkan sipil dan mesin (termasuk

keteknikkan untuk proyek sesuai dengan norma yang berlaku dan kebijakan-kebijakan

Direksi).

5) Sinder Bagian

Sinder bagian memiliki fungsi untuk menyusun, melaksanakan, merencanakan.

Mengatur, mengawasi semua bidang pekerjaan di afdeling bersama-sama Sinder Kepala

dan Administratur meliputi Rencana Kerja Jangka Pendek, Rencana Kerja Jangka

Panjang dalam bentuk Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) Penanaman Modal

Kerja (PMK) sesuai dengan pedoman dan petunjuk Direksi.

5. Letak Geografis

Perkebunan Goalpara merupakan salah satu kebun dibawah naungan PT.

Perkebunan Nusantara VIII dengan lokasi kebun terletak di 96 km dari Kantor Direksi

(Pusat Bandung) ke arah Barat, termasuk dalam Desa Cisarua KecamatanSukaraja

Kabupaten Sukabumi. Adapun batas-batas administratif perkebunan teh Goalpara

adalah sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan kehutana Gunung Gede.

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cisarua Sukaraja.

c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sangiang Cisaat.

d. Sebelah timur berbatasan dengan Perkebunan Gedeh.

50

Perkebunan Goalpara mempunyai 5 (Lima) Afdeling (bagian) yaitu:

1. Afdeling Goalpara I terletak di Desa Sukalarang.

2. Afdeling Goalpara II terletak di Desa Cisarua.

3. Afdeling Goalpara III terletak di Desa Selabintana

4. Afdeling Goalpara IV terletak di Desa Perbawati.

5. Afdeling Bungamelur.

Semuanya termasuk ke dalam wilayah Kebupaten Sukabumi kecuali Afdeling

Bungamelur yang berada di wilayah Kecamatan Takokak dan Nyalindung Kabupaten

Cianjur.

B. Periode Tahun 1958-1971

Tanah dan tenaga kerja yang murah merupakan unsur pokok dalam sistem

perkebunan. Perkebunan sering disebut “pabrik” pertanian karena proses memproduksi

hasilnya berupa output komoditi perkebunan adalah melalui proses memadukan aneka

faktor produksi (input) “modern” (tanah, tenaga kerja, dan modal serta manajemen)

laksana sebuah pabrik.9 Sejarah budidaya perkebunan, tidak bisa lepas dari peran

penjajah, terutama Belanda yang telah meletakkan dasar bagi berkembangnya

perusahaan perkebunan di indonesia. Seperti di berbagai negara berkembang lainnya,

sistem perkebunan di Indonesia juga diperkenalkan lewat kolonialisasi Barat, dalam hal

ini Belanda.10

9Mubyarto.dkk,op.cit., hlm. 3.

10Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo, Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian

Sosial Ekonomi,(Yogyakarta: Aditya Media),1991, hlm. 9.

51

Tanah dan tenaga kerja merupakan dua unsur yang sangat diperlukan dalam

pendirian sebuah perkebunan, selain kondisi alamnya yang harus dipilih dan cocok

untuk dijadikan sebagai perkebunan. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki

tanah subur. Kesuburan tanah merupakan faktor yang mendorong berkembangnya usaha

perkebunan maupun pertanian pada umumnya.

Sukabumi merupakan salah satu daerah yang memiliki tanah subur dan Sukabumi

memiliki sebagian besar dataran tanah vulkanik dari lereng Gunung Gede, Gunung

Salak dan Gunung Cakrabuana. Karena wilayahnya yang bergelombang dan juga

merupakan salah satu daerah pegunungan maka Sukabumi memiliki iklim tropis. Suhu

udaranya berkisar antara 18-31o

celcius dengan tingkat kelembaban yang cukup tinggi

yakni sekitar 85% dan relatif cukup kering, dan juga memiliki curah hujan yang

bervariasi antara 2000-4000 mm pertahunnya.11

1. Sewa Tanah di Perkebunan Teh Goalpara

Pada tahun 1811-1816 diterapkan oleh pemerintah kolonial sistem sewa tanah land

rente di semua wilayah Hindia Belanda. Land rente merupakan tanah milik pemerintah

dan rakyat hanya dapat menyewa kepada pemerintah untuk seterusnya digarap.12

Sewa

tanah yang terjadi di Sukabumi adalah sewa tanah dengan menyewa tanah dari para

pemegang hak apanage yaitu raja, sanak saudara dan pegawai-pegawainya. Para

pengusaha tidak menyewa seluruh tanah tetapi hanya meminta ½ atau 1/3 tanah yang

digunakan untuk menanam tanaman komoditi yang laku dijual dipasar Eropa.13

Selain

11

Pemda Dati II Sukabumi. Daerah Wisata Kabupaten Sukabumi. Sukabumi, 1988, hlm.

4. 12

Amanda Noviarni, “Sejarah Perkebunan Teh Indonesia: Studi Kasus Perkebunan Teh

Malabar”, Priangan 1896-1928, Artikel (Depok: FIB UI), 2012 13

Mubyarto.dkk,op.cit.,hlm. 41.

52

sewa tanah tersebut perkebunan teh Goalpara juga mempunyai hak guna usaha. Jadi

tanah yang di sewa oleh perkebunan dari masyarakat atau tanah milik pemerintah

dialihgunakan untuk produksi pengembangan perkebunan. Hak guna usaha ini juga

terdapat di dalam undang-undang agraria dan dalam pelaksanaannya juga memiliki

syarat-syarat tertentu. Dengan diberlakukannya undang-undang agraria tersebut

membuka peluang bagi pengusaha asing swasta untuk berbondong-bondong

menanamkan modalnya dengan tujuan untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.

Selain itu pengusaha diperbolehkan untuk menyewa tanah dari gubernemen dalam

jangka waktu 75 tahun.14

Setiap perusahaan perkebunan yang saat itu berdatangan ke Sukabumi harus

mempunyai Hak erfpacht. Karena hak erfpacht merupakan hak sewa turun-temurun dan

tanah yang memiliki hak tersebut bisa dijadikan jaminan kredit. Untuk pertanian besar,

batas luas tanah adalah 500 bau (350 ha) dengan jangka waktu paling lama 75 tahun.

Pemegang erfpacht diwajibkan membayar canon (sewa) maksimum f 5 tiap bau tiap

tahun dengan mulai pembayaran pada tahun ke 6, tetapi apabila selama 5 tahun berturu-

turut tidak mendapat hasil dari tanah itu, maka kewajiban membayar canon

dibebaskan.15

Agrarische Besluit ditetapkan oleh raja Belanda dan mengatur lebih rinci tentang

hak kepemilikan tanah dan jenis-jenis hak penyewaan tanah oleh pihak swasta, dengan

begitu menimbulkan banyaknya pengusaha asing yang masuk ke wilayah

Sukabumiberharap mendapatkan bahan baku maupun proses produksi dengan biaya

14

Irman “Sufi” Firmansyah, Soekaboemi The Untlold Story: Kisah Dibalik Sejarah

Sukabumi.(Jakarta: Mer C Publisihing dan Paguyuban Soekaboemi Heritages, 2016),

hlm. 115. 15

Mubyarto.dkk, op.cit., hlm. 38.

53

upah yang sangat murah. Diketahui bahwa disisi lain, sistem perkebunan yang dibawa

swasta lebih modern dibandingkan dengan sistem kebun pada pertanian yang

tradisional. Hal tersebut mengakibatkan perkembangan yang terjadi dalam sistem

perkebunan yang diwujudkan dalam bentuk usaha pertanian dalam skala yang besar dan

kompleks dengan ciri-ciri: bersifat padat modal, penggunaan lahan yang luas, terdapat

organisasi tenaga kerja besar, pembagian kerja yang sangat rinci, penggunaan tenaga

dan mesin-mesin baru menggantikan mesin tradisional, orang-orang yang terampil dan

organisasi yang modern, spesialisasi administrasi, pengerahan pekerja dengan upah

teratur, dan penanaman tanaman yang berorientasi kepada pasar dunia.16

Seiring dengan masuknya pihak swasta dalam bisnis perkebunan, maka

bermunculanlah berbagai komoditas lain di Sukabumi antara lain: kopi, teh, kina dan

juga karet. Setidaknya terdapat 20 afdeling perkebunan yang berada di Sukabumi. Di

distrik Pelabuhan untuk yang pertama kalinya berdiri perkebunan swasta yaitu Cibungur

dengan luas lahan perkebunan yakni seluas 2885 bau. Di afdeling Sukabumi seluas

10.708 bau dengan pembagian di tiap distri yang berbeda dengan komoditi masing-

masing. Di Sukabumi sudah memiliki setidaknya 474 perkebunan swasta yang berdiri

dengan hasil sewa pemerintah sebesar f. 165.486.24.17

untuk menunjang penelitian

tentang teh maka pengusaha perkebunan Sukabumi mendirikan Proefstation voor Thee

melalui Gouverment Besluit No 16 tanggal 13 April 1902 .

Tenaga kerja juga merupakan faktor yang penting dalam pendirian sebuah

perkebunan. Tanah dan tenaga kerja merupakan faktor terpenting dalam pembangunan

16

Ibid., 17

Irman “Sufi” Firmansyah,op.cit.,hlm. 117.

54

sebuah perkebunan. Dimana tenaga kerja yang banyak dan murah merupakan

keuntungan bagi pengusaha asing swasta yang sedang dalam proses pedirian

perkebunan. Dalam sebuah perkebunan teh tenaga yang sangat banyak adalah buruh

perempuan. Buruh perempuan dipekerjakan untuk memetik teh. Buruh petik teh dengan

lahan yang sangat luas tentu diperlukan dengan jumlah yang tidak sedikit. Oleh sebab

itu jika di daerah perkebunan tersebut masih kekurangan buruh pemetik teh maka bisa

di datangkan dari luar daerah tersebut.

Upaya pengerahan tenaga kerja untuk perkebunan teh dibedakan menjadi dua

bentuk, pertama adalah pengerahan tenaga kerja dalam rangka kerja wajib penduduk

desa; kedua adalah pengerahan tenaga kerja melalui perantara yang biasanya dikuasai

oleh orang Cina.18

Mereka sebagai tenaga kerja yang bekerja di perkebunan memang

mendapatkan upah tetapi mereka juga memiliki tanggung jawab desa dalam hal ini pada

pribadi penguasa. Tanggung jawab untuk penguasa biasanya tenaga kerja hanya

dibutuhkan hanya waktu panen saja. Sedangkan tenaga kerja melalui agen perantara

cina menggunakan sistem pengupahan di awal sebelum pekerjaan dilakukan atau

pemberian uang muka sebagai ikatan kerja.

Tenaga kerja wanita yang menjadi sasaran agen pencari kerja adalah wanita-wanita

yang ditinggal pergi atau merantau oleh suami mereka. jadi hal tersebut mengakibatkan

wanita untuk mencari pekerjaan untuk memiliki uang tambahan yang digunakan

diwaktu suami tidak mengirim uang yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan

sehari-hari. Menurut Nadia, terdapat 3 faktor yang menjadi pendorong masuknya buruh

18

Nadia Fatia, Tenaga Kerja Wanita di Perkebunan Teh Malabar Afdeling Cianjur

Regentschapen Priyangan Tahun 1880-1900, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Sastra

UGM) 1987,hlm. 21.

55

wanita di perkebunan teh yaitu komersialisasi tanah, itroduksi ekonomi uang dan

tingginya tingkat pengangguran.19

Perubahan yang terjadi dengan munculnya

perkebunan teh telah mengakibatkan sebagian penduduk merelakan tanah untuk disewa

oleh perusahaan perkebunan. Uang yang digunakan sebagai transaksi perjanjian sewa

tanah telah melibatkan penduduk dalam lalu lintas ekonomi uang. Terbukanya

kesempatan bagi kaum wanita untuk bekerja sebagai buruh perkebunan telah

menciptakan otonomi wanita sepenuhnya dalam keluarga.

Secara umum pembagian tenaga kerja perkebunan dibagi menjadi 4 golongan:

pertama, adminiatratur; kedua, pegawai staf; ketiga, pegawai non-staf dan keempat

buruh perkebunan.20

Pembagian tugas juga sudah ditentukan menurut golongan yang

sudah tercantum dalam struktur organisasi perkebunan. Pejabat administratur, pegawai

staf dan non staf biasanya disebut dengan kelompok pertama, sedangkan kebanyakan

kaum pribumi hanya menepati posisi sebagai buruh rendahan. Seorang administratur

merupakan penanggungjawab terbesar dalam sebuah perkebunan, dengan bantuan

seorang kontrolir dan juga seorang penasehat yang mereka sering disebut dengan staf

karena mereka tidak terjun langsung untuk mengawasi aktivitas di kebun. Lapisan

terbawah adalah buruh, baik itu buruh pabrik dan juga buruh kebun. Disetiap

perkebunan biasanya terdapat polisi-polisi khusus untuk menjaga perkebunan yang

bertanggungjawab langsung ke kontrolir yang disebut dengan mandor. Mandor

biasanya berasal dari penduduk pribumi yang berasal dari keluarga penguasa desa yang

bekerja di perkebunan.

19

Ibid., 20

Mubyarto.dkk, op.cit.,hlm. 115.

56

2. Prosedur Sewa Tanah di Perkebunan Teh Goalpara

Sewa tanah sudah dilakukan sejak perusahaan sudah berdiri, prosedurnya pun

berubah-ubah seiring dengan bergantinya tahun. Seseorang dapat menggunakan tanah

perkebunan apabila, pihak perkebunan tidak berkeberatan atas permohonan penggunaan

lahan perkebunan dengan status pinjam pakai, pemakai lahan harus menyerahkan dana

kompensasi kepada perkebunan sebanyak Rp 12.000 atau menyerahkan bagi hasil

sebesar 20% kepada pihak perkebunan, sewa ini berlaku sejak di buatnya surat

perjanjian, penyewa lahan tidak diperbolehkan memindahtangankan tanah tersebut

kepada pihak lain tanpa sepengetahuan pihak perkebunan, jika masa sewa ini sudah

selesai maka bisa diperpanjang lagi atas dasar kesepakatan kedua belah pihak, dan

apabila pidah perkebunan memerlukan tanah tersebut maka penyewa harus bersedia

menyerahkan tanah tersebut dengan suka rela.21

Selain harus mendapat persetujuan dari

pihak perkebunan, sewa tanah dapat berjalan apabila memiliki izin dari kantor agraria

kabupaten Sukabumi.

3. Penggunaan Tanah HGU

Setelah nasionalisasi perkebunan teh Goalpara memiliki sistem sewa tanah dengan

penyewaan tanah yang digunakan sebagai hak guna usaha. Artinya tanah milik

perkebunan bisa disewa oleh masyarakat dan bisa dipergunakan sebagai ladang, sawah,

bangunan rumah, bangunan sosial dan bahkan dijadikan gedung olahraga dengan syarat

yang sudah ditentukan oleh pihak perkebunan dengan pemakai HGU. Pada tahun 1971

adalah tahun dimana perkebunan menjadi persero dan pada tahun ini banyak tanah-

21

Surat Perjanjian Sewa lahan. Arsip koleksi PTPN Goalpara Sukabumi

57

tanah perkebunan yang beralih fungsi dan juga banyak tanah adat yang masih

disengketakan oleh pihak perkebunan.

Pada tahun 1971 ada beberapa desa di wilayah kabupaten Sukabumi yang tanahnya

digunakan untuk Hak Guna Usaha. Desa-desa teraebut umumnya berada di dekat

perkebunan teh Goalpara. Desa-desa tersebut antara lain: desa Cipetir, Sukalarang,

Sukaradja dan Limbangan. Desa tersebut terletak tidak jauh dari area perkebunan, maka

banyak dari petani yang menyewa tanah tanah tersebut digunakan untuk bertani yang

hasil pertaniannya juga akan disetorkan ke perkebunan teh Goalpara. Umumnya para

petani tersebut juga menanam tanaman teh karena sudah pasti akan digunakan oleh

perkebunan.

58

Gambar 7. Kondisi tanah hak erfpacht

Sumber koleksi perpustakaan PTPN VIII Goalpara

59

a. Desa Cipetir

Desa ini memiliki luas wilayah sepanjang 650 M2 dengan hak erfpacht seluas

541 M2 yang terbagi menjadi 5 bagian wilayah hak erfpacht dengan pembagian per

wilayah sebagai berikut:erfpacht. 79 Ha untuk wilayah satu, erfpacht. 115 Ha untuk

wilayah dua, erfpacht. 117 Ha untuk wilayah tiga, erfpacht. 114 Ha untuk wilayah

empat dan erfpacht. 116 Ha untuk wilayah lima. Sedangkan sisa luas tanah

merupakan tanah milik adat yang digunakan untuk keperluan masyarakat.

Masing-masing wilayah yang digunakan untuk hak erfpacht memiliki

persyaratan dan kesepakatan yang telah dibuat oleh pihak perkebunan dan juga

pemilik tanah. Dengan luas wilayah 650 M2

dan penggunaan hak erfpacht seluas

541 M2 maka tanah seluas 109 M

2 merupakan tanah milik adat atau wilayah

perkampungan warga. Jika dilihat lagi ternyata hampir seluruh wilayah desa Cipetir

merupakan lahan perkebunan teh.

Hal tersebut terjadi karena kontur tanah yang terdapat di desa Cipetir adalah

lereng, jadi lahan tersebut cocok digunakan untuk tanaman teh. Karena berkebun

sudah bukan hal yang baru untuk masyarakat desa Cipetir maka tidak heran mereka

mau bekerja di perkebunan teh Goalpara. Dengan menggarap tanah millik

perkebunan.

60

Gambar 8. Kondisi tanah hak erfpacht

Sumber koleksi perpustakaan PTPN VIII Goalpara

61

b. Desa Sukalarang

Desa ini memiliki daerah yang cukup luas yakni 30.000 M2 dengan hak erfpacht

seluas 1. 242 M2

yang terbagi menjadi 3 wilayah hak erfpacht berikut ini pembagian

tiga wilayah tersebut: erfpacht. 207 Ha untuk wilayah pertama, erfpacht. 516 Ha untuk

wilayah kedua, erfpacht. 519 Ha untuk wilayah ketiga. Sisa tanah tersebut merupakan

tanah adat yang digunakan untuk berbagai keperluan masyarakat. Dan juga ada tanah

pemerintah di wilayah desa Sukalarang tersebut.

Sukalarang merupakan bagian kabupaten Sukabumi di wilayah timur dan

merupakan sebuah desa perbatasan sebelum masuk ke wilayah kabupaten Cianjur. Di

bagian wilayah utara desa ini berbatasan langsung dengan Gunung Gede Pangrango,

maka tidak heran kalau wilayah ini juga masuk dalam hak erfpacht perkebunan teh

Goalpara.

Desa ini memiliki luas 30.000 M2 dengan penggunaan hak erfpacht seluas 1.242

M2, maka 28.758 M

2 merupakan tanah milik adat dan juga wilayah perkambungan

warga. Jika dilihat lagi luas tanah yang digunakan hak erfpacht sangat sempit, hal ini

terjadi karena banyak dari warganya yang menanam sayuran dan juga buah dan

merupakan komoditi terbanyak yang ada di wilayah kabupaten Sukabumi. Di desa ini

sekali panen bisa dijual di luar kota, dan juga diperjual belikan di pasar induk yang ada

di wilayah kabupaten Sukabumi sendiri.

Selain denga komoditi sayur-sayuran yang sangat bagus, di wilayah ini juga

terkenal dengan peternakan sapi perahnya. Maka tidak heran jika susu yang dihasilkan

di wilayah ini di pasarkan ke wilayah kabupaten Sukabumi karena susu adalah

62

minuman yang tidak tahan lama jika berada di suhu ruang. Maka dari itu pemasarannya

hanya di sekitar wilayah Sukabumi saja.

Gambar 9. Kondisi tanah hak erfpacht

Sumber koleksi perpustakaan PTPN VIII Goalpara

63

c. Desa Sukaradja

Di desa sukaradja memiliki luas wilayah yang juga luas yakni 260.350 M2 dengan

hak erfpacht seluas 423 M2 yang dibagi menjadi 5 wilayah hak erfpacht. Berikut

merupakan pembagian hak erfpacht berdasarkan wilayahnya: erfpacht. 95 Ha untuk

wilayah pertama, erfpacht. 78 Ha untuk wilayah kedua, erfpacht. 67 Ha untuk wilayah

ketiga, erfpacht. 103 Ha untuk wilayah keempat, erfpacht. 80 Ha untuk wilayah kelima.

Sisa tanah yang tidak digunakan untuk hak erfpacht merupakan tanah adat dan juga

banyak tanah yang sudah digunakan oleh masyarakat digunakan untuk berkebun sendiri

dan menghasilkan tanaman untuk dijual sebagai sumber penghasilan sendiri.

Sukaraja merupakan salah satu desa yang jaraknya tidak jauh dari pusat kota

Sukabumi yang berudara sejuk dan cocok ditanamai sayur dan juga teh. Dari luas

wilayah 260.350 M2, wilayah yang digunakan sebagai hak erfpacht hanyalah seluas 423

M2. Dan sisanya merupakan wilayah tanaman sayur dan juga perkampungan padat

penduduk. Karena letaknya yang tidak jauh dari pusat kota maka tidak banyak dari

masyarakatnya yang mengolah lahan pertanian sebagai sumber penghasilan, mereka

lebih senang untuk bekerja di pusat kota Sukabumi. Di wilayah ini juga merupakan

kantor dari perkebunan teh Goalpara.

64

Gambar 10. Kondisi tanah hak erfpacht

Sumber: koleksi perpustakaan PTPN VIII Goalpara

65

d. Desa Limbangan

Desa ini memiliki luas wilayah 324.800 M2 dengan luas hak erfpacht 25.154 M

2

yang terbagi menjadi beberapa wilayah yaitu: erfpacht. 464 Ha untuk wilayah satu,

erfpacht. 14490 Ha untuk wilayah dua, erfpacht. 10200 Ha untuk wilayah tiga. Luas

tanah yang tidak digunakan untuk hak erfpacht merupakan tanah milik adat, tanah desa

dan juga tanah milik negara.

Desa Limbangan merupakan desa yang terdapat di kecamatan Sukaraja. Dan di

wilayah ini memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan desa Sukaraja.

66

Gambar 11. Kondisi tanah hak erfpacht

Sumber: koleksi perpustakaan PTPN VIII Goalpara

67

Bagian lain dari perkebunan teh Goalpara adalah afdeling Selabintana. Daerah

ini merupakan salah satu daerah terbesar yang manghasilkan teh karena daerahnya yang

sangat lah cocok digunakan untuk ditanami teh karena juga berada di kaki gunung Gede

Pangrango. Dengan luas kebun teh seluas 22059 M2. Luas kebun tersebut terbagi

menjadi beberapa blok, karena dengan dibagi menjadi blok blok maka akan lebih

mudah bagi para pemetik teh untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan satu blok.

Wilayah yang digunakan untuk persemaian seluas 5 M2.

Wilayah pembibitan juga ada

dan dibagi menjadi dua blok dengan luas masing-masing blok adalah 2 M2. Terdapat

tanah seluas 6592 M2 merupakan tanah yang digarap oleh masyarakat terbagi menjadi

dua blok. Dan juga tanah seluas 2021 M2 merupakan tanah cadangan yang dimiliki oleh

pihak perkebunan. Tanah ini sewaktu-waktu bisa digunakan oleh pihak perkebunan

untuk daerah persemaian atau juga pembibitan dan juga bisa digunakan untuk perluasan

daerah tanaman teh.

Tanah HGU juga bisa digunakan untuk keperluan lain diluar penanaman

tanaman teh saja. Dengan ketentuan bahwa tanah tersebut memiliki jangka waktu

dengan status hak pakai dalam bentuk pinjam sesuai dengan peraturan perundang-

undangan keagrariaan yang berlaku.22

Jangka waktu pinjam pakai areal tanah hanya

sampai saat berakhirnya HGU perkebunan Goalpara, tetapi jangka waktu tersebut bisa

diperpanjang lagi sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

Pihak peminjam diharapkan tidak memperluas batas-batas daerah yang sudah

diberikan dari pihak perkebunan, terkecuali atas ijin dari pihak perkebunan yang

22

Surat perjanjian Peminjaman tanah HGU. Koleksi PT. Perkebunan Nusantara VIII

Goalpara.

68

memiliki tanggungjawab atas perjanjian tersebut. Peminjam juga tidak diperbolehkan

untuk memindahtangankan areal tanah tersebut kepada pihak ketiga. Segala pungutan

dan juga pajan-pajak merupakan beban dan harus dibayar oleh pihak peminjam tanah.

Segala biaya yang berhubungan dengan pembuatan dan pembatalan perjanjian ini,

demikian pula biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan penggunaan areal tanah ini,

sepenuhnya merupakan tanggungjawab pihak peminjam tanah.23

C. Periode Tahun 1972-1982

Sekitar tahun 1972 sampai 1982 perkebunan teh Goalpara tidak mengalami

kenaikan maupun penurunan yang signifikan. Pada tahun tersebut juga tidak ada konflik

dalam perkebunan. Sewa tanah pada tahun ini juga tidak mengalami banyak perubahan

karena sewa tanah yang ada di perkebunan teh Goalpara sebelumnya juga tidak

menimbulkan kerugian bagi perkebunan, maka dari itu sistem sewa masih digunakan

dan tidak diganti.

1. Sistem Sewa Tanah

Sistem sewa tanah yang terjadi di perkebunan teh Goalpara pada tahun 1971-

1982 tidak mengalami perubahan. Sistem sewa yang digunakan tetap menggunakan

sistem yang lama yaitu dengan pemberian hak erfpacht. Hak erfpacht pada tahun ini

memiliki peraturan yang sama dan juga perjanjian yang sama seperti pada tahun-tahun

sebelumnya. Perluasan tanah yang menjadi tanah HGU seluas kurang lebih 578 Ha di

areal afdeling perbawati.24

Perluasan tanah tersebut merupakan salah satu rencana pihak

perkebunan untuk memperluas areal tanam teh yang selanjutnya digunakan untuk

23

Surat perjanjian pinjam pakai Tanah HGU. Koleksi PT. Perkebunan Nusantara VIII

Goalpara. 24

Surat Perluasan Wilayah Budidaya Teh Afdeling Perbawati/Goalpara tahun 1981.

Koleksi PTPN VIII Goalpara.

69

menghasilkan produk teh yang lebih banyak dan menggunakan areal tanah kosong

untuk menghasilkan teh dengan kualitas yang baik. Tanah yang akan digunakan untuk

HGU sebelum melakukan perjanjian dengan pihak pengguna HGU tanah tersebut

terlebih dahulu diukur oleh pihak kantor Agraria Kabupaten Sukabumi. Pada tahun

1976 pihak perkebunan meminta kepada kantorAgraria untuk mengukur tanah di areal

afdeling Perbawati seluas 65,93 Ha.25

2. Bergabungnya kembali Afdeling Bungameleur

Afdeling Bungameleur merupakan salah satu cabang dari perkebunan teh

Goalpara yang terletak di Kabupaten Cianjur. Afdeling ini merupakan salah satu

afdeling yang terbesar area perkebunannya juga hasil produksinya. Bungameleur

melepaskan diri dari bagian perkebunan Goalpara pada tahun 1971. Hal ini ditujukan

agar pengolahan tanaman teh lebih mudah untuk diolah dan tanaman teh menghasilkan

harga yang lebih mahal jika perkebunan Bungamelur bergabung dengan perkebunan

pusat yaitu PTPN VIII Goalpara.

Pada tahun 1982 tepatnya pada 1 Januari 1982 perkebunan Bungamelur

bergabung kembali dengan PTPN VIII Goalpara. Sampai tahun 2000 perkebunan

Bungamelur tetap menjadi bagian dari PTPN VIII Goalpara, dan menjadi salah satu

afdeling terbesar dari PTPN VIII Goalpara afdeling Cianjur. Setelah tahun 1982

Bungamelur terbagi dalam beberapa areal lahan yang terbagi tidak hanya terbatas pada

areal perkebunan teh.

25

Surat permohonan pengukuran HGU kepada Kantor Agraria Kabupaten Sukabumi

Tahun 1976. Koleksi PTPN VIII Goalpara.

70

Perkebunan Bungamelur terbagi dalam beberapa konsensi wilayah, dalam

perkebuanan masih terbagi dalam beberapa areal lahan yang lain. Luas areal konsesi

Bungamelur yaitu 1.509,02 Ha yang terbagi dalam 1.018,58 Hektar tanah yang

ditanami, 60,30 Hektar tanah yang digarap rakyat, 2,08 tanah yang ditempati instansi,

2,40 Hektar tanah sawah dan rawa, 401,71 Hektar tanah cadangan / hutan, 4,95 Hektar

pesemain teh, menjadi total luas tanah 1.509,02 Hektar perkebunan Bungamelur.26

Gambar 12. Perkebunan Teh Goalpara Afdeling Bungameleur

Sumber: koleksi PTPN VIII Goalpara

26

Arsip AFD. Bungamelur keluaran perkebunan Bungamelur PTPN VIII Goalpara

lembar pertama, koleksi PTPN VIII Goalpara.

71

Gambar 13. Peta Pembagian Lahan Perkebunan Bungamelur

Sumber Arsip AFD.Bungamelur Koleksi PTPN VIII Goalpara

Penjelasan dari pembagian tanah di atas adalah tanah yang ditanami yaitu tanah

tempat penanaman teh di perkebunan Bungamelur. Tanah yang ditanami rakyat adalah

tanah yang disediakan perkebunan untuk kemudian diolah masyarakat untuk menanam

tanaman kebutuhan sehari-hari mereka dan dapat ditanami tanaman teh seperti

72

perkebunan Bungamelur. Tanah ditempati instansi adalah tanah yang dikhususkan

untuk pembangunan bangunan instansi perkebunan dan pembangunan pemukiman bagi

petinggi perkebunan seperti administratur. Tanah sawah dan rawa adalah bagian tanah

yang masih berupa areal persawahan dan rawa-rawa, biasa digunakan untuk bercocok

tanam dan membuat karamba ikan. Tanah cadangan/hutan adalah bagian tanah yang

masih berupa hutan lebat dan bertujuan sebagai tanah cadangan untuk pemekaran areal

perkebunan Bungamelur. Pesemain teh adalah tanah yang digunakan untuk menanam

bibit teh yang kemudian dikembangbiakkan dalam areal tertentu. Dengan pemanfaatan

dan penggunaan faktor-faktor produksi dengan efisien dan lebih baik. Dalam

memperoleh hasil yang maksimal, penerapan proses efisiensi merupakan suatu alternatif

dan cara yang terbaik bagi perusahaan.

Sistem persewaan tanah yang ada di afdeling tidak jauh berbeda dengan sistem

persewaan tanah yang ada di perkebunan teh Goalpara. Hal ini di sebabkan karena

Bungameleur hanyalah cabang dari perkebunan teh Goalpara, maka sistem persewaan

juga sama dengan perkebunan Goalpara. Akan tetapi disini tidak banyak lahan yang

dikelola oleh perseorangan, karena afdeling ini terletak diluar kabupaten Sukabumi jadi

tidak banyak dari masyarakatnya yang memiliki HGU.

D. Periode Tahun 1983-1994

Perkebunan teh Goalpara merupakan peninggalan dari orang Belanda yang datang

untuk mengeksploitasi sumber daya yang ada di wilayah Indonesia. Perkebunan ini

dibangun jauh sebelum Indonesia merdeka dan juga merupakan milik pengusaha swasta

Belanda yang mengelola. untuk memperlancar perekonomian negara pasca

kemerdekaan banyak perusahaan-perusahaan Belanda yang dinasionalisasi. Demikian

73

dengan perusahaan perkebunan Belanda yang di ambilalih dan kemudian ditempatkan di

bawah pengawasan Pusat Perkebunan Negara (PPN).27

Pemerintah Indonesia baru mengeluarkan undang-undang tentang aturan jalannya

pengambilalihan yang oleh pemerintah disebut nasionalisasi pada akhir tahun 1958. Hal

tersebut merupakan putusan parlemen pada 3 Desember 1958 yang menyetujui

diberlakukannya undang-undang tentang nasionalisasi perusahaan milik Belanda yang

terdapat di wilayah Indonesia. UU tersebut tentang nasionalisasi disahkan berlakunya

pada tanggal 27 Desember 1958. 28

dengan disahkannya UU tersebut maka perusahaan-

perusahaan milik Belanda sepenuhnya menjadi milik negara Republik Indonesia.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Nasionalisai memiliki arti sebuah

proses atau cara perbuatan menjadikan sesuatu, terutama milik asing menjadi milik

negara, biasanya diikuti dengan penggantian yang merupakan kompensasi.29

Perkebunan teh Goalpara merupakan salah satu perkebunan yang di nasionalisasi

menjadi milik negara pada tahun 1958, yang berbentuk Perusahaan Perkebunan Negara

(PPN) Perkebunan Goalpara, selanjutnya menjadi PT Perkebunan XII (PTP XII). Hal

tersebut diperkuat dengan dikeluarkannya UUPA No 5 Tahun 1960 pasal 1 ayat 1 dan 2

yang berbunyi:

Pasal 1 menyebutkan, bahwa seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah-

air dari seluruh rakyat Indonesia, yang bersatu sebagai bangsa Indonesia. Pasal 2

menyebutkan, seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang

27

Bondan Kanumoyoso, Nasionalisasi Perusahaan Belanda di Indonesia (Jakarta:

Pustaka sinar Harapan 2001), hlm. 46. 28

Ibid., hlm. 68. 29

http://kbbi.web.id/nasionalisasi. diunduh pada tanggal 19 November 2016 pukul 12.30

74

terkandung didalamnya dalam wilayah republik Indonesia sebagai Karunia Tuhan Yang

Maha Esa dan merupakan kekayaan nasional.30

1. Bentuk Sewa Tanah di Perkebunan Teh Goalpara

Pada tahun 1968 PPN berubah menjadi Aneka Tanaman (Antan), yang

merupakan gabungan dari Antan VII, VIII sebagian karet XI dan karet XII menjadi

Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) XII, dan selanjutnya berubah lagi menjdai PT.

perkebunan XII. Pada tahun 1982 Perkebunan Bungameleur yang terletak di kecamatan

Takokak Cianjur bergabung dengan Perkebunan Teh Goalpara, dan akhirnya menjadi

salah satu cabanng dari Perkebunan Teh Goalpara. Selanjutnya pada bulan Mei 1994

PT. perkebunan XI, XII, dan XIII digabung menjadi PT. Perkebunan Nusantara Group

Jabar dan pada bulan yang sama yaitu bulan Mei tahun 1996 sesuai dengan akta notaris

Sri Rahayu H Prsetyo, SH dirubah kembali menjadi PT. Perkebunan Nusantara VIII

yang berkantor pusat di jalan Sindangsirna No 4 Bandung.31

Dengan berbagai ketetapan dari pemerintah tersebut berdampak pula ke dalam

bagian intern perkebunan dan juga ektern perkebunan. Ditetapkannya berbagai

ketentuan diatas maka salah satu yang dipengaruhi adalah sistem sewa tanah

perkebunan. Sudah disebutkan diatas bahwa Pemerintah Belanda membuka perkebunan

swasta dengan dibukanya undang-undang pemberian Hak Guna Usaha atau hak erfpacht

. Hak erfapcht sendiri adalah hak untuk menggunakan tanah milik orang lain dengan

kewajiban membayar sewa tiap-tiap tahun kepada pemilik tanah, baik berupa uang

maupun penghasilan. Hak ini merupakan hak yang sangat dibutuhkan oleh sebuah

30Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Himpunan Peraturan-Peraturan Tanah,

(Jakarta: Djambatan, 2002), hlm. 5. 31

Sejarah singkat PT. Perkebunan XI Goalpara. Koleksi Perpustakaan PT. Perkebunan

VIII Goalpara.

75

perusahaan perkebunan swasta, karena dengan begitu mereka bisa melakukan

penanaman modal. Hak erfpacht juga merupakan hak sewa turun temurun jadi apabila

pemegang hak erfpacht meninggal dunia, hak tersebut tetap berlaku dan beralih kepada

pewarisnya. Hak erfpacht juga bisa dipindahtangankan atau dijual.32

2. Sewa Tanah antara Perkebunan dengan Pemerintah dan Masyarakat

Tanah yang disewa oleh pengusaha asing merupakan persewaan tanah

pemerintah yang tanah-tanahnya dikuasai oleh pemerintah dan tanah kosong yang sudah

tidak dikerjakan. Ada beberapa persyaratan dalm perswaan tanah ini antara lain

penyewa harus mengelola tanah sewaannya itu sendiri atau tanah tersebut tidak boleh

diserahkan kepada orang lain. Lama menyewa tanah tidak lebih dari 20 tahun berturut-

turut, apabila ingin memperpanjang kontrak penyewa minimal sudah menyewa tanah

selama ¾ dari jangka waktu yang telah disepakati.33

Dengan nasionalisai maka semua sistem yang ada di perkebunan teh Goalpara

mengalami perubahan. Sistem yang berubah mengakibatkan beberapa perusahaan atau

PT yang melakukan kerjasama dengan perkebunan teh Goalpara meminta pembukuan

akhir yang terjadi setelah nasionalisasi tahun 1958. Surat perintah tersebut diberikan

dari PT. Triangel Corporation ke perkebunan teh Goalpara. Surat perintah tersebut

berisi tentang permintaan catatan pembukuan akhir tahun 1959 perkebunan teh

32

Noer Fauzi, Petani dan Penguasa: dinamika perjalanan politik agraria Indonesia,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 36. 33

Sudikno Mertokusumo,Perundang-undangan Agraria Indonesia, (Yogyakarta:

Liberty, 1988), hlm. 56-57.

76

Goalpara pasca dilakukannya nasionalisasi perkebunan teh Goalpara.34

Dibawah ini

merupakan rincian pembukuan yang dibutuhkan oleh PT. Triangle Corporation:

Tabel 4. Girorekening Goalpara Sukabumi pada Desember 1959

Tanggal Keterangan Perubahan Sisa

Debet Kredit

28-11-1959 Stor - 1.000.000 1.000.000

1-12-1959 Cheque 712702 100.000 - 900.000

2-12-1959 Cheque 712703 180.000 - 720.000

5-12-1959 Cheque 712704 119.880 - 600.000

7-12-1959 Stor d/CV Bukit Mas

Bogor

- 55. 198 655.318

12-12-1959 Cheque 712705 150.000 - 505.318

16-12-1959 Cheque 712706 50.000 - 455. 318

17-12-1959 Cheque 712707 128.000 - 327. 318

21-12-1959 Stor d/K. Sumintan

Lurah Limbangan

- 43.500 370. 818

22-12-1959 Cheque 712708 150.000 - 220. 818

24-12-1959 Cheque 712709 220.000 - 818

1.079.880 1.098.698 818

Sumber: salinan Girorekening Atas Nama “Goalpara Sukabumi” pada akhir bulan

Desember tahun 1959.

34

Surat perintah permintaan Catatan Pembukuan Akhir Tahun PT. Triangle ke

Perkebunan Teh Goalpara bulan Desember tahun 1959. Koleksi PT. Perkebunan

Nusantara VIII Goalpara.

77

Laporan pembukuan tersebut digunakan oleh PT. Triangle Corporation untuk

melihat bahwa setelah nasionalisai perkebunan tersebut masih bisa berkembang dan

juga memberikan keuntungan bagi PT. Triangle Corporation. Dan juga pembukuan

tersebut digunakan sebagai awal dari pembuatan pembukuan baru untuk kelanjutan PT.

Triangle Corporation dalam memantau perkembangan dari perkebunan teh Goalpara.

Tabel 5. Daftar nama Penggarap HGU

Nama Pekerjaan PBB Kompensasi

Bapak Jaji Bertani 12.500 70.000

Bapak Onet Karyawan 7.885, 26 45.000

Bapak Ujang Bertani 14.018, 24 80.000

Bapak Wasma Bertani 8.761, 40 50.000

Bapak Nindik Bertani 12.265, 96 70.000

Bapak Muhtar Bertani 15.770, 52 90.000

Sumber: Koleksi perpustakaan PTPN VIII Goalpara

Tabel 5 diatas merupakan daftar penggarap tanah HGU milik perkebunan teh

Goalpara. Terdapat juga kewajiban-kewajiban yang harus dibayar oleh penggarap HGU

yang diserahkan kepada pihak Goalpara. Kewajiban yang harus dibayar kepada pihak

Goalpara berbeda jumlahnya setiap orang. Perbedaan tersebut karena perbedaan luas

lahan yang digarap oleh petani. Semakin luas lahan yang digarap oleh petani maka

semakin banyak kewajiban yang harus diserahkan petani kepada pihak pemerintah.

Karena lahan tersebut digunakan oleh petani atau masyarakat yang menyewa makan

78

PBB dari lahan tersebut menjadi tanggungjawab petani, bukan menjadi tanggungjawab

perkebunan.

Sewa tanah dari perkebunan Goalpara kepada tanah masyarakat atau tanah

pemerintah digunakan untuk memperluas wilayah produksi teh karena kebutuhan teh

yang terus meningkat dan juga membutuhkan kualitas teh yang bagus. Sewa dilakukan

jika kedua belah pihak menyetujui persyaratan yang telah dibuat dan disepakati

bersama. Sewa tanah biasanya terjadi jika dibutuhkan lagi lahan yang digunakan untuk

menanam teh lebih banyak lagi.

Sewa dilakukan jika pihak perkebunan memberikan ijin tertulis kepada petani.

Petani juga tidak boleh memperluas wilayah garapannya tanpa persetujuan dari pihak

perkebunan. Penggarap tanah HGU wajib membayarkan hasil buminya kepada pihak

perkebunan. Penggarap HGU juga memiliki kewajiban untuk membayar PBB, karena

lahan yang digunakan petani memiliki kewajiban untuk membayar pajak maka pajak

tanah merupakan tanggungjawab penuh dari pihak penyewa disini adalah pihak petani.35

3. Penyalahgunaan Tanah HGU

Beberapa perusahaan perkebunan tidak selalu berjalan dengan baik, karena didalam

perusahaan memiliki masalah-masalah yang ada. Konflik yang terjadi tidak semuanya

meerupakan kekerasan atau terjadinya demonstrasi. Pasang surut selalu ada dalam

sebuah perusahaan apalagi perusahaan perkebunan yang sangat rawan akan timbulnya

konflik. Sama halnya dengan yang terjadi di perkebunan teh Goalpara Sukabumi.

Perkebunan yang mempermudah masyarakat untuk menggarap tanah HGU perkebunan

35

Surat perjanjian pemakaian tanah HGU. Koleksi PT. Perkebunan Nusantara VIII

Goalpara.

79

dapat disalahgunakan oleh masyarakat yang bermain curang dalam melaksanakan sewa

tanah HGU perkebunan.

Tanah HGU miliki perkebunan yang digarap oleh masyarakat atau karyawan

pada saat mengadakan perjanjian sudah tercatat bahwa tanah garapan tersebut tidak

boleh diperjual belikan atau dipindah tangankan. Namun ada salah satu kasus

penyimpangan dari surat perjanjian tersebut, contoh kasus yang dialami oleh bapak

Usni selaku penggarap tanah menjual tanah garapanya kepada Sholeh seharga Rp.

90.000. Jual beli tersebut dibawah tangan tanda adanya perjanjian hitam diatas putih

dan bermaterai. Dengan kejadian tersebut Usni selaku pihak pertama yang menggarap

tanah HGU dimintai keterangan oleh pihak perkebunan dan jika benar dilakukan

pelanggaran tersebut maka hak garapan yang diterima oleh bapak Usni akan dicabut

oleh pihak perkebunan.36

Permasalahan yang dialami oleh Usni masih bisa diselesaikan

secara kekeluargaan oleh pihak perkebunan. Usni yang telah melanggar perjanjian

dengan pihak perkebunan harus merelakan tanah yang digarapnya dicabut oleh pihak

perkebunan dan tidak boleh memiliki tanah tersebut lagi.

Permasalahan tersebut tidak diselesaikan melalui jalur hukum atau kasus

tersebut tidak dibawa ke pengadilan. Tidak terjadi demo dalam penyelesaian

perasalahan tersebut ataupun terjadinya kekerasan. Masalah tersebut diselesaikan secara

kekeluargaan dengan berbagai konsekuensi yang harus dijalani oleh Usni.

Tanah HGU milik perkebunan awalnya merupakan tanah pemerintah yang

diminta hak gunanya untuk keperluan perkebunan. Pada tahun 1981, merupakan

kelanjutan usaha penguasaan kembali tanah-tanah yang telah lama digarap rakyat seluas

36

Surat Pernyataan. Koleksi PTPN Goalpara Sukabumi tahun 1985

80

kurang lebih 100 Ha belum dapat melakukan kegitan apapun diatas tanah-tanah tersebut

karena HGUnya belum keluar, karena pemerintah daerah berpendapat bahwa tanah

yang HGUnya belum dikeluarkan dianggap sebagai tanah negara. Oleh karena itu pihak

perkebunan meminta kepada pemerintah agar segera mengeluarkan HGU atas tanah-

tanah tersebut agar dapat segera dipergunakan sesuai dengan fungsinya.37

37

Surat Permohonan. Nomor: 314-39/PTP. XII/GP-XI/83. Koleksi PTPN Goalpara

Sukabumi.