44
71 BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF Tindak tutur permohonan maaf merupakan tindak tutur yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hampir setiap orang telah melakukan kesalahan dalam kehidupannya, baik yang disadari ataupun tidak. Seperti halnya lupa melakukan sesuatu yang dianggap penting orang lain atau melakukan suatu hal yang tidak disenangi orang lain. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat dibayar dengan tuturan permohonan maaf. Tindak tutur permohonan maaf merupakan tindak tutur yang ditujukan untuk memperbaiki suatu tindak pelanggaran dan mengembalikan keharmonisan hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur. Untuk mencapai tujuan tersebut, penutur perlu memilih strategi yang sesuai. Pemilihan strategi ini akan berbeda dari setiap individu, karena gaya bahasa dan kondisi penuturnyapun juga berbeda. Bab ini membahas tentang realisasi strategi tindak tutur permohonan maaf sebagaimana yang telah dipaparkan dalam landasan teori. Tindak tutur permohonan maaf digunakan ketika ada beberapa perilaku yang dianggap melanggar. Ketika suatu tindakan atau ucapan telah menganggap diri mereka merasa telah menyinggung orang lain dan menjadi orang bersalah, maka ia perlu memohon maaf. Tindak tutur permohonan maaf dapat dipicu oleh situasi tertentu. Seseorang perlu untuk memohon maaf ketika menyakiti orang lain secara tidak sengaja. Namun, derajat keparahan dalam situasi berbeda berbeda sesuai dengan jenis kesalahan. Kesalahan tersebut

BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

  • Upload
    others

  • View
    25

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

71

BAB III

STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF

Tindak tutur permohonan maaf merupakan tindak tutur yang sering dijumpai

dalam kehidupan sehari-hari. Hampir setiap orang telah melakukan kesalahan dalam

kehidupannya, baik yang disadari ataupun tidak. Seperti halnya lupa melakukan

sesuatu yang dianggap penting orang lain atau melakukan suatu hal yang tidak

disenangi orang lain. Kesalahan-kesalahan tersebut dapat dibayar dengan tuturan

permohonan maaf. Tindak tutur permohonan maaf merupakan tindak tutur yang

ditujukan untuk memperbaiki suatu tindak pelanggaran dan mengembalikan

keharmonisan hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur. Untuk mencapai tujuan

tersebut, penutur perlu memilih strategi yang sesuai. Pemilihan strategi ini akan

berbeda dari setiap individu, karena gaya bahasa dan kondisi penuturnyapun juga

berbeda.

Bab ini membahas tentang realisasi strategi tindak tutur permohonan maaf

sebagaimana yang telah dipaparkan dalam landasan teori. Tindak tutur permohonan

maaf digunakan ketika ada beberapa perilaku yang dianggap melanggar. Ketika suatu

tindakan atau ucapan telah menganggap diri mereka merasa telah menyinggung orang

lain dan menjadi orang bersalah, maka ia perlu memohon maaf. Tindak tutur

permohonan maaf dapat dipicu oleh situasi tertentu. Seseorang perlu untuk memohon

maaf ketika menyakiti orang lain secara tidak sengaja. Namun, derajat keparahan

dalam situasi berbeda berbeda sesuai dengan jenis kesalahan. Kesalahan tersebut

Page 2: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

72

mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang

berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20).

Olshtain dan Cohen (1983: 22-23) menyebutkan lima strategi yang berpotensi

muncul dalam tuturan permohonan maaf, yaitu ekspresi permohonan maaf,

penjelasan keadaan, pertanggungjawaban, tawaran perbaikan, dan janji untuk tidak

mengulangi. Cohen dkk (1986: 52) menyebutkan bahwa kelima strategi tersebut

dapat berdiri sendiri atau bergabung dengan strategi lain, tergantung pada situasi dan

budaya tertentu. Penelitian ini menemukan adanya strategi yang berdiri sendiri dan

yang bergabung dengan strategi lainnya. Strategi tersebut akan dijelaskan sebagai

berikut:

A. PERSEBARAN STRATEGI PERMOHONAN MAAF

1. Strategi Tuturan Permohonan Maaf dengan Menggunakan Ekspresi

Permohonan Maaf

Pengungkapan ekspresi permohonan maaf oleh setiap individu berbeda

beda, tergantung pada perbendaharaan kata yang dimiliki oleh tiap individu.

Strategi permohonan maaf ini ditemukan dalam data yang telah terjaring. Ada

Sembilan macam kata permohonan maaf yang digunakan dalam strategi ini, yaitu

‘afwan, al-‘afwu, asta’fi>, ‘adzran, ma’dzirah, a’tadzir, i’tadzir, a>sif, dan sa>michni>

seperti pada diagram 1 di bawah ini.

Page 3: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

Diagram 1

Di

maaf oleh

dalam me

gaya baha

Di

jumlah res

mengguna

yang tidak

Sehingga

digunakan

Be

muncul be

1

1. Persentas

iagram 1 di

h setiap ind

emilih kata

asa masing-m

iagram di a

sponden dan

akan dua ma

k menggun

dari 48 data

n.

erdasarkan

erjumlah 12

2%

7%

Persenta

se Pemilihan

i atas menu

dividu yang

a untuk me

masing untu

atas terbentu

n delapan s

acam ekpre

nakan ekspr

a tuturan res

diagram di

2 tuturan ata

9%

20%

ase PemilihaBerek

n Ekspresi P

unjukkan ba

g berbeda b

emohon ma

uk mengung

uk dari 46

situasi. Pada

si permoho

resi permoh

sponden, di

i atas, terli

au sebanyak

11%

an Strategi dkspresi Perm

Permohonan

ahwa pengu

beda, terlih

aaf, terlihat

gkapkan per

data tuturan

a data terseb

nan maaf d

honan maaf

idapati 46 e

ihat bahwa

k 26% adala

26%

4%

dengan Menmohonan Ma

n Maaf

ungkapan ek

hat dari gam

jelas setiap

rmohonan m

n permohon

but, terdapa

dalam satu tu

f dan ada d

kspresi perm

ekspresi y

ah ‘afwan. S

9%

2%%

nggunakan Kaaf

kspresi perm

mbar di ata

p individu

maaf.

nan maaf d

at tujuh tutu

uturan, tuju

dua data ya

mohonan m

yang yang

Selanjutnya

Kata

ʿAfwa

al-ʿAf

Asta'f

ʿAdzra

Ma'dz

A'tadz

I'tadzi

A>sif

Sa>mic

73

mohonan

as bahwa

memiliki

dari enam

uran yang

uh tuturan

ang eror.

maaf yang

dominan

al-‘afwu

an

fwu

fi>

ran

zirah

zir

ir

chni>

Page 4: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

berjumlah

2%, ‘adzr

atau seba

berjumlah

dan sa>mic

2. Strate

Keada

Pe

yang telah

tutur aga

hukuman

penelitian

berikut.

Diagram 2

h 4 tuturan

ran berjuml

anyak 11%

h 1 tuturan a

chni> yang m

egi Tutura

aan

enjelasan ke

h diperbuat

r memaafk

yang diterim

ini ditemu

2. Strategi p

atau sebany

ah 2 tutura

%, a’tadzir

atau sebany

muncul berju

an Permoh

eadaan adal

, penjelasan

kan kesalah

ma penutur

ukan hamp

penjasalan k

14%

19%

0%

yak 9%, a

an atau seba

berjumlah

yak 2%, a>si

umlah 9 tutu

honan Maa

lah cara pem

n keadaan i

han penutu

r atas kesala

pir disetiap

keadaan

9%

19%

10%

asta’fi> berju

anyak 4%,

4 tuturan

if berjumlah

uran atau se

af denga

mbelaan di

ini bertujua

ur dan unt

ahannya. St

situasi, se

10%

19%

umlah 1 tut

ma’dzirah b

n atau seba

h 8 tuturan

ebanyak 20%

n Menggu

iri oleh pen

an untuk m

tuk mering

trategi penje

eperti halny

turan atau s

berjumlah 5

anyak 9%,

atau sebany

%.

unakan Pe

nutur atas k

engambil h

gankan beb

elasan kead

ya pada di

74

sebanyak

5 tuturan

i’tadzir

yak 17%,

enjelasan

kesalahan

hati mitra

ban atau

daan pada

iagram 2

situasi 1

situasi 2

situasi 3

situasi 4

situasi 5

situasi 6

situasi 7

situasi 8

Page 5: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

75

Pada diagram di atas, terlihat bahwa strategi penjelasan situasi paling sering

digunakan pada situasi ketiga, keempat dan keenam, yaitu masing-masing berjumlah

4 tuturan atau sebanyak 19%. Pada situasi ketiga penutur tidak mengetahui jika ia

harus menggunakan karcis ketika memasuki tempat parkir akan tetapi ia tidak

membawa karcis karena ketidaktahuannya, maka ia telah melakukan kesalahan yang

tidak ia sengaja. Situasi keempat merupakan kejadian antara dua orang yang tidak

mengenal. Penutur tidak sengaja melakukan kesalahan, karena diawal pertemuan

penutur mengira bahwa mitra tutur adalah teman dekatnya. Sedangkan pada situasi

keenam adalah ketika penutur terlambat memasuki kelas karena kecelakaan.

Kecelakaan tersebut terjadi secara tiba-tiba dan tidak diharapkan oleh penutur. Oleh

karena itu, keterlambatan penutur untuk memasuki kelas bukanlah sebuah kesengaja.

Dominasi penggunaan strategi penjelasan keadaan pada ketiga situasi di atas

dikarenakan pada ketiga situasi tersebut terjadi kesalahan yang tidak disengaja dan

dapat digunakan untuk mendukung alasan permohonan maaf. Ketiga situasi tersebut

menunjukkan bahwa kesalahan yang dilakukan oleh penutur bukan karena

kemauannya. Penjelasan keadaan muncul dikarenakan suatu kesalahan yang

dilakukan penutur saat situasi yang terjadi dapat menyelamatkan muka penutur.

Page 6: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

76

Selanjutnya, situasi kelima dengan jumlah 14% kemudian situasi pertama, kedua dan

kedelapan yang masing-masing berjumlah 9%.

Pada penelitian ini juga didapati situasi yang tidak memakai strategi

penjelasan situasi, situasi tersebut adalah situasi ketujuh. Penjelasan keadaan tidak

digunakan pada situasi ini dikarenakan pada situsi ini kesalahan terjadi karena

kelalaian penutur, sehingga penutur menganggap tidak perlu menjelaskan keadaan

yang terjadi.

3. Strategi tuturan permohonan maaf dengan menggunakan Tuturan

pertanggungjawaban

Tuturan ini juga sering muncul dalam tindak tutur permohonan maaf, karena

penutur merasa bersalah atas perbuatan yang telah ia lakukan. Tuturan

pertanggungjawaban ini adalah sebagai sarana untuk memperbaiki kesalahan yang

telah dilakukan oleh penutur. Tuturan tanggungjawab ini dapat berupa perilaku yang

hendak penutur lakukan agar kondisi antara penutur dan mitra tutur dapat kembali

normal. Penggunaan strategi pertanggungjawaban dalam setiap situasi berbeda-beda,

seperti yang terlihat pada grafik 1 berikut.

Page 7: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

Grafik 1. P

Be

menyeluru

diantara s

dikarenak

temannya.

penutur m

dengan m

situasi ket

enam mas

serta keem

Sit

pertanggu

strategi p

Ju

Jumlah Tuturan

Penggunaan

erdasarkan g

uh berdasar

situasi yang

an penutur

. Perjanjian

melupakann

menggungka

tiga dan ket

sing-masing

mpat 3,1%.

tuasi keem

ungjawaban.

ertanggungj

umlah Tutura

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

n strategi pe

grafik 1, ter

rkan situasi

g lain, yaitu

r telah mel

n tersebut t

nya, untuk

apkan sifat

tujuh yang m

g berjumlah

mpat merup

. Pada situ

gjawaban. H

situasi 1

s

n 9

ertanggungj

rlihat pengg

. Situasi pe

u berjumlah

upakan jan

elah disepa

menyelama

diri sebaga

masing-mas

h 12,5%, ke

pakan situa

uasi ini dite

Hal ini dik

situasi 2

situa3

2 5

awaban.

gunaan strat

ertama meru

h 9 tuturan

nji yang tel

akati oleh k

atkan muka

ai bentuk pe

sing berjum

edua dan k

asi yang j

emukan sat

karenakan p

si  situasi 4

1

egi pertang

upakan situ

atau seban

lah ia sepa

kedua belah

a penutur,

ertanggungj

mlah 15,6 %

edelapan m

jarang men

tu tuturan

pada situas

situasi 5

situ6

4 4

gungjawaba

uasi paling

nyak 28,1%

akati denga

h pihak, ak

ia memoh

jawaban. K

%, situasi ke

masing-masin

nggunakan

yang meng

si ini penut

asi  situasi 7

4 5

77

an secara

dominan

%. Hal ini

an teman

kan tetapi

hon maaf

Kemudian

elima dan

ng 6,3%,

strategi

ggunakan

tur tidak

situasi 8

2

Page 8: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

sengaja

tanggungj

untuk mel

dalam men

4. Strate

perba

Ta

telah ia p

rugi, atau

materi. St

penutur a

dalam tiap

penggunaa

Diagram 3

situasi 37%

situasi 40%

melakukan

awab. Selai

lakukan tan

nyapa seseo

egi Tutura

aikan

awaran perb

erbuat. Stra

pernyataan

trategi ini

atas kesalah

p situasi, h

an strategi t

3. Pengguna

situasi 229%

4 situa29%

n kesalaha

in itu, situas

nggungjawa

orang.

an Permoh

baikan adala

ategi ini da

n usaha perg

bertujuan u

hannya. Pen

hal tersebut

tawaran per

aan strategi

situ7

asi 5%

O

an, sehing

si keempat

ab, karena j

honan Ma

ah usaha pe

apat berbent

gantian yang

untuk mey

nggunaan s

dipengaruh

rbaikan pada

tawaran pe

uasi 17%

Other29%

gga penutu

pada peneli

jenis kesala

aaf deng

enutur untuk

tuk pemeca

g gagal dan

yakinkan m

strategi taw

hi oleh kon

a tiap situas

erbaikan.

ur tidak

itian ini tida

ahan tersebu

gan Mengg

k memperba

ahan masala

dapat berup

mitra tutur a

waran perb

nteks tutura

si.

situasi 67%

situ2

harus m

ak menuntu

ut adalah k

gunakan T

aiki kerusak

ah, penawar

pa tindakan

agar ia me

aikan berb

an. Berikut

6

uasi 71%

situa0

78

elakukan

ut penutur

kesalahan

Tawaran

kan yang

ran ganti

n ataupun

emaafkan

eda-beda

diagram

asi 8%

Page 9: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

79

Pada diagram di atas terlihat bahwa strategi ini dominan digunakan pada

situasi kedua dan kelima dengan jumlah masing-masing empat tuturan, atau sebanyak

29%. Selanjutnya secara berturut-turut adalah situasi ke tujuh dengan jumlah tiga

tuturan atau sebanyak 21%, situasi pertama, ketiga dan keenam yang masing-masing

berjumlah satu tuturan atau sebanyak 7%, kemudian yang terakhir adalah pada situasi

keempat dan kedelapan, tidak ditemukan penggunaan strategi tawaran perbaikan pada

kedua situasi ini.

Penggunaan strategi tawaran perbaikan pada kedua situasi dominan yang telah

disebutkan dikarenakan potensi kemunculan strategi tawaran perbaikan pada kedua

situasi tersebut besar. Situasi kedua adalah pada saat seorang sekretaris mengerjakan

tugas dari direktur. Akan tetapi, tugas tersebut belum sesuai, untuk menyelamatkan

muka dari mitra tutur, maka strategi ini cocok digunakan untuk memohon maaf.

Begitu juga dengan situasi kelima, situasi ini terjadi disaat seorang dosen sebagai

penutur telah memiliki janji dengan mahasiswa,akan tetapi pada waktu yang

bersamaan penutur mendapatkan kabar bahwa ada acara mendadak yang

membutuhkan kehadirannya, untuk menyelamatkan muka penutur dan memperbaiki

keadaan, maka strategi ini juga dapat digunakan untuk memohon maaf.

Berbeda dengan kedua situasi sebelumnya, pada situasi keempat dan

kedelapan strategi ini tidak digunakan. Hal ini dikarenakan pada situasi keempat,

hanya terjadi kesalahpahaman antara penutur dan mitra tutur yang baru saja bertemu,

sehingga kemunculan strategi tawaran perbaikan tidak terlalu berpengaruh kepada

kedua belah pihak. Begitu juga pada situasi kedelapan, penutur menganggap tidak

Page 10: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

80

ada tawaran yang diberikan, karena ia menganggap ia telah memiliki kekasih yang

sesuai harapannya dan mitra tutur dapat mencari pengganti lain sesuai harapannya

pula.

5. Strategi Tuturan Permohonan Maaf dengan Menggunakan Pernyataan Janji

Sama halnya dengan yang lain, strategi ini adalah untuk mengambil hati mitra

tutur untuk memaafkan kesalahan penutur, strategi ini biasanya muncul ketika

kesalahan yang dilakukan adalah kesalahan yang besar dan butuh sesuatu hal untuk

meyakinkan mitra tutur untuk memaafkan kesalahan penutur.

Pada penelitian ini, ditemukan dua tuturan pernyataan janji, yaitu pada situasi

pertama dan ketiga. Kedua tuturan menggunakan strategi pernyataan janji yang

bergabung dengan strategi lainnya.

B. STRATEGI TUNGGAL PERMOHONAN MAAF

Strategi tunggal permohonan maaf merupakan permohonan maaf yang

menggunakan satu strategi dalam sebuah tuturan, sebagaimana yang telah disebutkan,

terdapat lima strategi dalam permohonan maaf. Akan tetapi, hanya ditemukan tiga

strategi tunggal. Berikut penjelasannya:

1. Strategi Tuturan Permohonan Maaf dengan Menggunakan Ekspresi

Permohonan Maaf.

Cohen, Olshtain, dan Rosentain (1986: 51-52) menyebutkan bahwa strategi

ekspresi permohonan maaf terjadi ketika seorang penutur menggunakan ekspresi atau

kalimat yang relevan dengan verba performatif.

Page 11: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

81

Penggunaan strategi ekspresi permohonan maaf ini hampir dijumpai dalam

setiap data, karena strategi ini telah mewakili sebagian besar keinginan penutur untuk

meminta maaf kepada mitra tutur. Jumlah data dalam penelitian ini sebanyak 46 data,

dari 46 data tersebut hampir seluruhnya menggunakan strategi ini, yaitu sebanyak 84,

8% atau berjumlah 39 data. Penggunaan strategi tunggal dengan menggunakan

ekspresi permohonan maaf hanya ditemukan sebanyak 3 data dari 39 data tersebut,

data sisanya sebanyak 36 data menggunakan strategi kombinasi permohonan maaf.

Berikut contoh penggunaan strategi tunggal ekspresi permohonan maaf.

Tuturan 39:

(P: M: 6)ا إين آسف جدّ )39(

/Inni> a>sif jiddan/. ‘Saya mohon maaf dengan sangat’. Pada tuturan tersebut, penutur menggunakan strategi tunggal, yaitu ekspresi

permohonan maaf dengan menggunakan ekspresi “inni> a>sif” dengan intensitas

permohonan maaf yaitu “jiddan” yang digunakan untuk bentuk penyangatan.

2. Strategi Tuturan Permohonan Maaf dengan Menggunakan Penjelasan

Keadaan

Penggunaan strategi penjelasan keadaan yang telah dijelaskan di atas, hanya

didapati satu data yang menggunakan strategi tunggal penjelasan keadaan, 20 data

sisanya menggunakan strategi kombinasi penjelasan keadaan. Berikut data tuturan

tersebut:

Page 12: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

82

Tuturan 40:

)P: M: 8 (ليس يف قليب احلّبان :إن تستمع إستمع جّيدا: أول واجبات احلب(40) Pokok Tambahan

/Awwalu wa>jiba>ti al-chubbu: in tastami’ istami’ jayyidan: laisa fi>qalbi> al-chubba>na/. ‘Kewajiban pertama dalam cinta: apabila kamu ingin mendengarkan maka dengarkanlah: tidak ada didalam diriku cinta yang menggebu’. Konteks tuturan terjadi saat penutur menjadi seorang idola dan banyak orang

yang menginginkannya untuk menjadi seorang kekasih, sedangkan ia sudah

mempunyai seorang kekasih pilihan, pada saat tersebut, penutur merasa bersalah dan

menuturkan permohonan maaf. Berikut contoh tuturan tersebut.

Tuturan 40 tersebut terdiri dari dua macam kalimat, kalimat pokok pada

tuturan tersebut terdapat pada bagian akhir, yaitu “laisa fi>qalbi> al-chubba>na”. Kalimat

ini merupakan kalimat inti dari strategi penjelasan keadaan. Pada tuturan di atas,

penutur menjelaskan keadaan dengan kalimat “laisa fi>qalbi> al-chubba>na”. Penutur

menjelaskan bahwa didalam hatinya tidak ada banyak cinta. Anggapan dari tuturan di

atas adalah penutur telah memiliki kekasih dan ia tidak mengisi hatinya kecuali

dengan satu cinta.

Kalimat kedua adalah kalimat tambahan yang terletak pada bagian awal, yaitu

“awwalu wa>jiba>ti al-chubbu: in tastami’ istami’ jayyidan”. Kalimat ini merupakan

kalimat pembuka yang berfungsi sebagai tambahan dari kalimat pokok.

Page 13: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

83

3. Strategi Tuturan Permohonan Maaf dengan Menggunakan Tawaran

perbaikan

Pada penjelasan sebelumnya telah diberikan pemaparan tentang keseluruhan

data yang menggunakan strategi tawaran perbaikan. Dapat dilihat, jumlah data yang

terjaring menggunakan strategi tawaran perbaikan sejumlah 14 data. akan tetapi dari

seluruh data yang terjaring, hanya terdapat satu data yang menggunakan strategi

tunggal tawaran perbaikan, 13 data sisanya menggunakan strategi tawaran perbaikan

yang bergabung dengan strategi yang lain. Berikut tuturan yang mengandung strategi

tunggal tawaran perbaikan.

Tuturan 41:

أرجع P: M: 5( (41)(مث تأيت غداPokok tambahan

/Arji’ tsumma ta'ti> ghaddan/. ‘Saya pulang kemudian datanglah besok’. Konteks tuturan situasi tersebut terjadi pada saat seorang dosen yang berposisi

sebagai penutur, ia mempunyai janji kepada mahasiswa untuk konsultasi pukul

13.00, tetapi karena ada acara mendadak dan tidak bisa ditinggalkan ia tidak bisa

memenuhi janji tersebut. Sedangkan saat itu jam telah menunjukkan jam 12.50.

Pada tuturan tersebut terdapat dua unsur,yaitu pokok dan tambahan. Usur

pertama adalah unsur tambahan sebagai penjelasan bahwa penutur akan pulang

karena ada acara yang mendadak. Unsur kedua adalah unsur pokok yang menjelaskan

perbaikan yang ditawarkan oleh penutur.

Page 14: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

84

Penutur memberikan pilihan kepada mitra tutur untuk datang kembali pada

esok hari. Unsur pokok pada tuturan tersebut bukanlah kalimat perintah, melainkan

sebuah tawaran, yaitu apabila mitra tutur luang, maka silahkan datang menemui

penutur sebagai ganti kesalahan yang telah diperbuat.

C. KOMBINASI STRATEGI PERMOHONAN MAAF

Permohonan maaf juga dapat dilakukan dengan menggunakan kombinasi

strategi. Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Cohen dkk (1986: 52) bahwa dalam

memohon maaf, dapat menggunakan kombinasi antar strategi, tergantung pada situasi

dan budaya tertentu. Penelitian ini menemukan kombinasi strategi dengan jumlah

strategi yang bermacam-macam, berikut penjelasannya:

1. Kombinasi dua strategi

Kombinasi dua strategi yang ditemukan pada penelitian ini sebanyak lima

macam kombinasi, yaitu:

a. Strategi ekspresi permohonan maaf dan penjelasan keadaan

Penggunaan kombinasi ekspresi permohonan maaf dan penjelasan

keadaan dalam penelitian ini ditemukan dalam empat tuturan. Berikut contoh

tuturan tersebut:

Tuturan 42:

عفواM: Sa: 4( (42)( ظننتك رجل الذي أعرفهPK EPM

/‘Afwan./ /zhanantuka rajulu al-ladzi> a’rifuhu/. EPM PK

Page 15: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

85

‘Maaf’ ‘saya kira kamu adalah orang yang saya kenal’. EPM PK

Konteks situasi ini adalah saat penutur sedang menghadiri sebuah acara

reuni SMA, ketika acara dimulai, ia seakan melihat teman dekatnya. Kemudian ia

mendekati dan menyapa orang tersebut. Ketika orang tersebut berbalik arah,

ternyata orang tersebut bukanlah teman yang penutur.

Pada tuturan (42) di atas, penutur menggunakan ‘afwan sebagai strategi

permohonan maaf secara eksplisit. Selain itu, pada tuturan di atas, penutur juga

menggunakan strategi penjelasan keadaan. Penutur menggunakan fi’il ظننتك

/zhanantuka/, yang mengandung dhamir muttahil “ana”> sebagai fa’il dan anta

sebagai maf’ul bihi. Fi’il tersebut menjelaskan pemikiran penutur tentang mitra

tutur. Ia menduga mitra tuturan adalah temannya, dan ternyata dugaannya salah.

Dhamir muttashil “tu” pada fi’il tersebut merupakan kata ganti orang pertama

tunggal yang berarti fi’il tersebut dituturkan oleh penutur. Selain dhamir, dhamir

muttashil “ka” merupakan kata ganti orang kedua, yaitu mitra tutur.

b. Strategi ekspresi permohonan maaf dan pertanggungjawaban

Penggunaan strategi ekspresi permohonan maaf dan

pertanggungjawaban pada penelitian ini ditemukan dalam empat tuturan,

berikut contoh tuturan tersebut:

Page 16: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

86

Tuturan 43:

أستعفي منكمU: Sa:1( (43)( نسيت الوعد

TJ (PSD) EPM

/Asta’fi> minkum/, /nasi>tul-wa’da/. EPM TJ (PSD)

‘Saya mohon maaf kepada kalian’, ‘ saya lupa akan janji itu’. EPM TJ (PSD)

Konteks tuturan pada situasi ini adalah saat penutur lupa akan janji untuk

berkumpul dengan teman-temannya dan mengerjakan tugas bersama. Ia

mengingat janji tersebut setelah satu jam dari waktu perjanjian berlalu.

Tuturan di atas menggunakan permohonan maaf secara eksplisit dengan

menggunakan ungkapan “asta’fi> minkum”. Selain itu, tuturan tersebut juga

menggunakan strategi yang lainnya, yaitu strategi pertanggungjawaban dengan

menggunakan substrategi pengungkapan sifat diri.

Substrategi pertanggungjawaban ini dapat dilakukan dengan

memunculkan kata yang mengandung sifat diri. Tuturan di atas, mengandung

ungkapan sifat diri, ungkapan tersebut disebutkan dengan menggunakan kata

/tu/ ت nasiya/ dan dhamir/ نسي nasi>tu/yang merupakan gabungan dari fi’il/نسيت

yang merupakan dhamir muttasil taqdiruhu ana>, dhamir ini berasal dari kata ganti

orang pertama أنا/ ana> / yang berubah bentuk karena bergabung dengan fi’il.

Fi’il نسيت/nasi>tu/ merupakan fi’il muta’adi, yaitu fi’il yang membutuhkan

objek. Pada tuturan di atas, penutur menggunakan ism ma’rifah الوعد /al-wa’da/

Page 17: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

87

sebagai objek. Ism tersebut berupa ma’rifah karena janji yang dibicarakan sudah

dipahami oleh penutur dan mitra tutur.

Tuturan 44:

آسف P: M: 7( (44)( لست معتمد TJ (EKM) EPM

/A>sif/. /Lastu mu’tamidan/ EPM TJ (EKM) ‘Maaf’, ‘saya tidak sengaja’. EPM TJ (EKM)

Konteks tuturan tersebut terjadi pada saat penutur sebagai sekretaris.

Ketika ia hendak meminta tanda tangan kepada Pembina, ternyata nama yang ia

tulis salah, sehingga ia harus memohon maaf dan mengganti surat yang hendak

ditanda tangani.

Tuturan di atas menggunakan dua kombinasi strategi, yaitu strategi

permohonan maaf secara eksplisit dengan menggunakan ekspresi permohonan

maaf, “a>sif” dan strategi pertanggungjawaban dengan menggunakan substrategi

ekspresi ketiadaan maksud.

Subtrategi ini merupakan strategi pertanggungjawaban penutur atas

ketidaksengajaan atau ketiadaan maksud penutur atas kesalahan yang terjadi.

Kesalahan tersebut terjadi bukan atas kemauan penutur. Ekspresi ketiadaan

maksud pada tuturan di atas terlihat pada kalimat “lastu mu’tamidan”. Kalimat

lastu berasal dari dua morfem, yaitu laisa dan dhami>r “tu”. Dhami>r “tu” pada

kalimat tersebut merupakan ism laisa, sedangkan khabaru laisa terdapat pada kata

“mu’tamidan”.

Page 18: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

88

c. Strategi ekspresi permohonan maaf dan tawaran perbaikan.

Penggunaan kombinasi dua strategi ini ditemukan dalam empat

tuturan. Berikut contoh tuturan tersebut:

Tuturan 45:

ساحمين M: Sa: 2 ( (45)( أن أحسن هذا االمر TP EPM

/Sa>michni>/ /an achsina ha>dza>l-amra/. EPM TP ‘Maafkan saya’ ‘saya akan perbaiki perkara ini’. EPM TP

Konteks tuturan tersebut adalah ketika penutur berprofesi sebagai kepala

departemen di suatu organisasi. Seorang direktur organisasi tersebut memintanya

untuk mengerjakan tugas yang ia berikan selama satu minggu, setelah satu

minggu berakhir, tugas yang ia kerjakan ternyata tidak sesuai harapan direktur

tersebut.

Tuturan di atas menggunakan strategi ekspresi permohonan maaf

“sa>michni”> yang berkombinasi dengan strategi tawaran perbaikan. “An achsina

ha>dza>l-amra” merupakan tuturan tawaran perbaikan dari penutur, ia akan

memperbaiki kesalahan yang telah ia perbuat. Anggapan tersebut ditunjukkan dari

penggunaan charf shillah “an” yang berfungsi untuk menegaskan bahwa penutur

akan melakukan sesuatu, yaitu untuk memperbaiki kesalahan yang ia perbuat.

d. Strategi ekspresi permohonan maaf dan perhatian kepada mitra tutur.

Kombinasi kedua strategi ini ditemukan pada satu tuturan, berikut

tuturan tersebut.

Page 19: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

89

Tuturan 46:

...عفوا (46) ...فيمن تنتظرين لتكون زوجة يل )R: S: 8( و اخلري خرية اهللا

PM

EPM

/‘Afwan…/ /fi>man tantazhiruni> litaku>na zaujatan li>/ EPM /wal-khairu khairatulLah/ PM ‘Maaf’, ‘ada yang menungguku untuk menjadi kekasihku’, EPM ‘dan kebaikan itu adalah kebaikan dari Allah’. PM

Konteks tuturan tersebut adalah saat penutur menjadi seorang idola

dan banyak orang yang menginginkannya untuk menjadi seorang kekasih,

sedangkan ia sudah mempunyai seorang kekasih pilihan, pada saat tersebut,

penutur merasa bersalah dan menuturkan permohonan maaf.

Ekspresi permohonan maaf yang digunakan pada tuturan tersebut

adalah “‘afwan”. Ekspresi tersebut telah mewakili permohonan maaf penutur.

Tidak hanya menggunakan strategi permohonan maaf, penutur juga

menggunakan intensitas strategi permohonan maaf, yaitu dengan

menggunakan perhatian pada mitra tutur.

Perhatian untuk mitra tutur pada tuturan di atas menggunakan

perhatian yang berupa do’a, yaitu doa yang diucapkan oleh penutur untuk

menyenangkan hati mitra tutur. “Wal-khairu khairatulLah” adalah do’a yang

dituturkan penutur, agar Allah memberikan kebaikan kepada mitra tutur.

Page 20: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

90

e. Strategi penjelasan keadaan dan tawaran perbaikan.

Kombinasi strategi penjelasan keadaan dan tawaran perbaikan pada

penelitian ini ditemukan sebanyak tiga tuturan. Berikut contoh tuturan

tersebut:

Tuturan 47:

لتقينبكرة U: Sa: 5( (47)( هذه الوقت عندي حاجة

PK TP

/Bakrata naltaqi>/, /Hadzihi’l-waqta ‘indi> cha>jatun/. TP PK

‘Segera kita bertemu’, ‘saat ini saya punya kepentingan’. TP PK

Konteks tuturan di atas terjadi ketika penutur berprofesi sebagai

seorang dosen, ia mempunyai janji kepada mahasiswa untuk konsultasi pukul

13.00, tetapi karena ada acara mendadak dan tidak bisa ditinggalkan ia tidak

bisa memenuhi janji tersebut. Sedangkan saat itu jam telah menunjukkan jam

12.50.

Tuturan di atas menggunakan strategi penjelasan keadaan. Penutur

menjelaskan bahwa pada waktu yang sama, ia memiliki acara yang mendadak.

Keadaan tersebut terlihat pada tuturan “hadzihi’l-waqta ‘indi> cha>jati”. Penutur

tidak menjelaskan kepentingan yang akan ia lakukan, karena kepentingan

tersebut tidak berhubungan dengan mitra tutur.

Selain strategi penjelasan situasi, penutur juga memberikan tawaran

untuk mengganti waktu pertemuan yang telah gagal. Penutur menawarkan

perbaikan secara jelas, akan tetapi waktu yang ditawarkan tidak ditentukan.

Page 21: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

91

Pada tuturan di atas, tawaran perbaikan yang dituturkan penutur adalah “bakrata

naltaqi>”. Sebuah tuturan yang tidak mengandung batasan waktu, sehingga

disaat mitra tutur mempunyai waktu luang, maka penutur berharap pada saat itu

sesegera mungkin mitra tutur dapat bertemu dengan penutur dan memperbaiki

keadaan.

2. Kombinasi tiga strategi

Penggunaan kombinasi tiga strategi pada penelitian ini ditemukan

sebanyak tiga macam kombinasi, berikut penjelasannya:

a. Kombinasi ekspresi permohonan maaf, penjelasan keadaan dan

pertanggungjawaban.

Kombinasi strategi ekspresi permohonan maaf, penjelasan keadaan dan

pertanggungjawaban ditemukan sebanyak dua tuturan, berikut contoh tuturan

tersebut:

Tuturan 48:

و مل أعرف ... أنا طالب جديد : "و أقول هلا ببيان .. أنا أسلم عليه و أعرف نفسي(48)

…أحوال اجلامعة

PK

..أعرتف على عدم معرفيتو ... مث أقدم ملفايت و رسالة القبول

TJ (MDS)

Page 22: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

92

) R: S: 3( أطلب عفوا منهو

EPM

/Ana> aslamu alaihi wa a’rifu nafsi>.. wa aqu>lu laha> bibaya>ni “ ana> thalibun jadi>dun, wa lam a’rif achwa>la’l-ja>mi’ata”/

PK /tsumma uqaddimu malfa>ti> wa risa>latal-qabu>l../ /wa a’tarifu a’la> adami ma’rifati>/.

TJ (MDS) /Wa athlubu ‘afwan minhu/. EPM

‘Saya memberikan salam dan memperkenalkan diri padanya.. dan saya berkata kepadanya dengan penjelasan “saya seorang murid baru dan saya tidak mengetahui hal-hal tentang kampus”’

PK 

‘kemudian saya berikan kepadanya suratku’. ‘saya mengakui atas ketidaktahuanku...’

TJ (MDS)

‘saya minta maaf atas itu’. EPM

Konteks tuturan pada situasi ini adalah saat penutur berprofesi sebagai

seorang mahasiswa baru yang belum mengetahui peraturan kampus. Suatu hari,

penutur hendak memarkirkan motor di fakutlas, saat itu pula penutur tidak tahu

jikalau harus menggunakan karcis. Saat penutur keluar dari fakultas, petugas

parkir meminta karcis dari penutur, oleh karena itu penutur menuturkan

permohonan maafnya kepada petugas.

Tuturan di atas mengandung tiga kombinasi strategi, yaitu strategi ekspresi

permohonan maaf dengan menggunakan kalimat “athlubu ‘afwan minhu”,

kalimat tersebut berupa jumlah fi’liyah yang terdiri dari fi’il mudha>ri’ marfu’

Page 23: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

93

dengan kata ganti orang pertama dan maf’ul muthlaq yaitu “‘afwan”. Strategi

penjelasan keadaan pada tuturan di atas terlihat pada tuturan “ana> thalibun

jadi>dun, wa lam a’rif achwa>la’l-ja>mi’ata”. Penutur menjelaskan bahwa ia

mahasiswa baru yang belum mengetahui aturan kampus, sehingga pada saat

memasuki parkiran, ia tidak tahu bahwa didalam parkiran tersebut terdapat aturan

yang harus ditaati.

Strategi terakhir dalam kombinasi strategi ini adalah strategi

pertanggungjawaban. Pada tuturan di atas, penutur menggunakan substrategi

penyalahan diri sendiri sebagai bentuk pertanggungjawabnnya. Ia menyalahkan

diri dengan mengakui bahwa dirinya telah bersalah, dengan demikian, ia akan

menanggung hukuman yang akan diberikan kepadanya.

b. Kombinasi ekspresi permohonan maaf, penjelasan keadaan dan tawaran

perbaikan.

Kombinasi ketiga strategi ini ditemukan sebanyak satu tuturan. Berikut

tuturan tersebut:

Tuturan 49:

من مدير اللجنة هلذا الربناميج و قد طلب مين أن ةأنا كاتب جديد و معي رسالة رمسيّ (49)

بأن امسك املكتوب ال يناسب الرمسية من معايل املدير االكرب وال أدري أضع التوقيع مع اخلتم

,باسم املدير اجلديد

                               PK

Page 24: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

94

انتنظرين حلظة سأغري اخلطأ من الكلمة يف هذه الرسالة مث آتك بنسخة آخر أطلب منك

....التوقيع

TP 

)M: Sa: 7(عفوا EPM

/Ana> ka>tibun jadi>dun wa ma’i> risa>latun rasmiyyatun min mudi>ril-lajnati li hadza>l-barna>mija, wa qad thalaba minni> an adhi>’at-tauki>’a ma’al-khatmir-rasmiyata min ma’a>li>m-mudi>ral-akbara. Wala> adr>i bi anna ismukal-maktu>bla> yuna>sibu bismil-mudi>ral-jadi>da/.

PK /Intandirni> lakhdhatan, sa ughayyiru al-khatha'a minal-kalimati fi> hadzihir-risa>lata tsumma a>tika binaskhati a>khara athlubu minka a’t-tauqi>’a…/

TP /‘afwan/. EPM Saya adalah sekretaris baru, saya membawa surat resmi dari ketua panitia. Ia memintaku untuk memintakan tanda tangan kepada direktur. Saya tidak tahu jika nama yang tertulis dalam surat tersebut tidak sesuai dengan nama direktur yang baru.

PK Mohon tunggu sebentar, akan saya ganti kalimat yang salahdalam surat ini, kemudian saya akan datang kembali dengannaskah yang baru dan meminta tanda tangan kembali kepadaanda.

TP Maaf EPM

Konteks tuturan data di atas adalah saat penutur sebagai mahasiswa aktifis

di salah satu UKM kampus, ia menjabat sebagai sekretaris. Ketika ia hendak

meminta tanda tangan kepada pembina, ternyata nama yang ia tulis salah.

Page 25: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

95

Tuturan di atas menggunakan ungkapan “‘afwan” untuk menyatakan

permohonan maaf dari penutur. Penutur mengkombinasikan strategi tersebut

dengan menggunakan penjelasan keadaan. Ia menjelaskan bahwa pada saat ia

meminta tanda tangan, ia adalah seorang sekretaris yang baru dan tidak

mengetahui bahwa nama yang ia tuliskan salah. Setelah penutur mengetahui

kesalahannya, ia juga memohon maaf dengan menawarkan perbaikan agar mitra

tutur dapat mempercayainya.

kalimat “intandirni> lakhdhatan, sa ughayyiru al-khatha'a minal-kalimati fi>

hadzihir-risa>lata tsumma a>taka binaskhati a>khara athlubu minkat-tauqi>’a” adalah

tawaran perbaikan yang dituturkan penutur. Ia berharap dengan memohon maaf,

menjelaskan keadaan yang terjadi dan menawarkan perbaikan mitra tutur akan

memaafkannya dan menerima tawaran yang ia berikan.

c. Kombinasi ekspresi permohonan maaf, penjelasan keadaan dan perhatian

kepada mitra tutur.

Kombinasi jenis ini ditemukan dalam tujuh tuturan. Berikut contoh tuturan

tersebut:

Tuturan 50:

ساحمنا (50) ,دييا سيّ PM EPM

جديد يف هذه اجلامعة و مل أعرف األنظمة اجلامعة و باألخص ما يتصل بشأن أنا طالب ) A: S:3( نظام املوقف للسيارات أو الدراجات

PK

Page 26: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

96

/Sa>michna>/ /Ya> sayyidi> / EPM PM /ana> tha>libun jadi>dun fi> ha>dzihil-ja>mi’ata wa lam a’rif al-andhimatal-ja>mi’ata wa bi akhshi ma> yattashilu bi sya'ni nidha>mal-mauqifi lis-sayya>ra>ti au a’d-daraja>ti/.

PK

‘Maafkan kami’ ’uankuT‘ EPM PM

‘saya mahasiswa baru di kampus ini dan saya tidak mengetahui peraturan kampus, khususnya yang bersangkutan dengan peraturan parkiran untuk mobil atau sepeda’.

PK

Konteks tuturan pada situasi ini adalah saat penutur berprofesi sebagai

seorang mahasiswa baru yang belum mengetahui peraturan kampus. Suatu hari,

penutur hendak memarkirkan motor di fakutlas, saat itu pula penutur tidak tahu

jikalau harus menggunakan karcis. Saat penutur keluar dari fakultas, petugas

parkir meminta karcis dari dari penutur, oleh karena itu penutur menuturkan

permohonan maafnya kepada petugas.

Pada tuturan di atas, penutur menggunakan strategi ekspresi permohonan

maaf “sa>michna>” ekspresi tersebut merupakan fi’il amr dengan maf’ul yang

berupa dha>mir muttashil yaitu “na”>. Dha>mir tersebut merupakkan kata ganti

orang kedua jama’, akan tetapi bermakna tunggal. Pernutur menggunakan

permohonan maaf dengan bentuk jama’ dikarenakan kesungguhannya memohon

maaf.

“Ana> tha>libun jadi>dun fi> ha>dzihil-ja>mi’ata wa lam a’rif al-andhimatal-

ja>mi’ata wa bi akhshi ma> yattashilu bi sya'ni nidha>mal-mauqifa lis-sayya>ra>ti au

a’d-daraja>ti”. Merupakan penjelasan keadaan pada tuturan (50). Penutur

Page 27: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

97

menjelaskan bahwa ia adalah mahasiswa baru di universitas tersebut, sehingga ia

tidak mengetahui peraturan kampus. Penutur bermaksud untuk memberitahukan

kepada mitra tutur bahwa kejadian tersebut adalah karena ketidaktahuannya,

bukan karena kesengajaan untuk melanggar peraturan. Penjelasan keadaan

tersebut juga dimunculkan dalam bentuk fi’il mudhari’ “a’rif” didahului oleh

charf nafi “lam”, yang berarti untuk tidak tahu. Alasan tersebut dapat dimaklumi,

karena penutur tidak mengetahui peraturan, sehingga kejadian tersebut terjadi

bukan atas kehendak penutur.

Selain kedua strategi tersebut, penutur juga menggunakan strategi

perhatian kepada mitra tutur, perhatian tersebut terlihat pada sapaan yang

digunakan oleh penutur. Penutur menggunakan charf “ya”> untuk menyapa mitra

tutur. Charf tersebut digunakan ketika memanggil seseorang yang berada pada

jarak dekat. Muna>da yang digunakan penutur adalah muna>da yang berbentuk

ism mufrad karena mitra tutur adalah orang tunggal yaitu “sayyidi”> . Ism tersebut

diidha >fahkan pada ya’ mutakallim. Ya’ mutakallim tersebut berasal dari dha>mir

ana>. Dha>mir tersebut berubah bentuk karena bergabung dengan ism, dhamir ini

dinamakan dhamir muttashil, dengan i’rab mabni ala> al-suku> fi> machalli ja>r

taqdiruhu ana>.

Tuturan 51:

آسف، أنا سعيدة جدا مبحادثتك، و لكين يا صديقيت العزيزة(51)

Page 28: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

98

EPM PM

. .لقد ظننت أنك فاطمة، ألن مظهرك هذا اليوم تشبهها كثريا

PK

)F: M:4. (و شكرا لك ألنك قد تذكرتين إياها

PM

Ya> shadi>qati> al-azi>zati/. /ana> sai>datun jiddan bimucha>datsatiki/. PM 

/Wa lakinni> a>sif/ EPM 

/laqad zhanantu annaki fa>thimah. Li'anna mazhharuki hadzal-yauma tasyabahuha> katsiran/.

PK 

/Wa syukran laki li'annaki qad tadzakkartini> iyyaha>/

PM 

‘Wahai saudaraku yang mulia’. ‘Saya sangat bahagia dapat bercakap-cakap denganmu’.

PM ‘Akan tetapi saya mohon maaf’. EPM ‘Saya kira kamu adalah Fatimah. Karena penampilanmu hari ini sangat mirip dengannya’. PK

‘Terimakasih karena kamu telah mengingatkanku padanya’. PM

Konteks situasi ini adalah saat penutur sedang menghadiri sebuah acara

reuni SMA, ketika acara dimulai, ia seakan melihat teman dekatnya. Kemudian ia

mendekati dan menyapa orang tersebut. Ketika orang tersebut berbalik arah,

ternyata orang tersebut bukanlah teman yang penutur.

Page 29: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

99

Pada tuturan (51) penutur menggunakan ungkapan a>sif untuk

mengungkapkan ekspresi permohonan maafnya. Penutur juga enggunakan charf

taukid “lam” dan “qad” pada awal penjelasan untuk menegaskan tuturannya

yaitu laqad yang bersambung dengan fi’il “zhanantu”, yang mengandung

dhamir muttahil ana> sebagai fa’il. Fi’il tersebut menjelaskan pemikiran penutur

tentang mitra tutur. Ia menduga mitra tuturan adalah temannya, dan ternyata

dugaannya salah. Dhamir muttashil pada fi’il tersebut merupakan kata ganti

orang pertama tunggal yang berarti fi’il tersebut dituturkan oleh penutur. Penutur

juga menjelaskan kepada mitra tutur tentang siapa yang sebenarnya ia maksud, ia

menggunakan nama Fathimah yang didahului dengan charfu taukid kata “anna”

sebagai penguat bahwa Fathimah adalah orang yang ia maksudkan. Penutur juga

menjelaskan alasan terjadinya kesalahan. Pada saat itu, penampilan mitra tutur

sangat mirip dengan orang yang penutur maksud. Karena kemiripan tersebut,

penutur melakukan kesalahan. Hal tersebut terdapat pada kalimat “Li'anna

madzharaki hadzal-yauma tasyababuha> katsiran”.

Selain kedua strategi tersebut, penutur juga menggunakan strategi lainnya,

yaitu strategi perhatian kepada mitra tutur. Strategi ini ditemukan pada dua

macam, yaitu sapaan dan ucapan terimakasih. Penutur menyapa mitra tutur

dengan ungkapan “ya> shadi>qati>”, ia menggunakan charfu “ya>” untuk

menunjukkan bahwa mitra tutur berada di dekatnya, sedangkan muna>da yang

dipakai berbentuk ism mufrad sesuai dengan jumlah mitra tutur. Pada tuturan

tersebut, ism “shadi>qati” merupakan mudhaf sedangkan mudha>f ilaihnya adalah

Page 30: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

100

ya’ mutakallim. Idha>fah semacam ini memiliki makna la>miyah atau kepemilikan.

Ya’ mutakallim pada tuturan tersebut berasal dari dha>mir/ kata ganti orang

pertama tunggal, yaitu “ana>”. I’rab dhamir tersebut adalah dhamir muttasil mabni

ala> as-suku>ni fi> machalli ja>r taqdiruhu ana>.

Perhatian kepada mitra tutur yang kedua adalah berkomentar dengan

komentar yang mengandung ucapan terimakasih. Penutur menggunakan strategi

ini untuk menyelamatkan mukanya akibat salah menyangka orang. Komentar

yang digunakan penutur adalah dengan cara berkomentar terhadap situasi yang

ada. Ia menuturkan “wa syukran laki li'annaki qad tadzakkartini> iyyaha>” sebagai

komentar atas situasi yang ia alami. Ia berterimakasih kepada mitra tutur dan

merasa senang karena pada saat melihat mitra tutur, ia teringat sesosok teman

dekatnya.

3. Kombinasi empat strategi

Kombinasi empat strategi dalam penelitian ini ditemukan sebanyak lima

macam kombinasi. Berikut penjelasannya:

a. Kombinasi ekspresi permohonan maaf, penjelasan keadaan,

pertanggungjawaban dan perhatian kepada mitra tutur.

Kombinasi ekspresi permohonan maaf, penjelasan keadaan,

pertanggungjawaban dan perhatian kepada mitra tutur pada penelitian ini

ditemukan sebanyak empat tuturan. Berikut contoh tuturan tersebut:

Page 31: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

101

Tuturan 52:

عذرا52)( , علي التخلف, أصدقائيا ي لكثرة األشغال و تزاحم األفكار

PK PM EPM

.الشيطان أن أذكرهه إال و ما أنسانيّ فقنا عليه ما اتّ نسيت

TJ (PSD)

) A: S:1(و مساح ف عذرلاآلولكم مّنا

EPM

/‘Adzran/ /ya> asdiqa>’i/, /ala>t-takhlifi/,     EPM PM /li katsratil-asygha>li wa taza>chumul-afka>ri/ PK 

/nasi>tu ma> ittafaqna> alaihi/ /wa ma> ansa>niyyati illa asy-syaitha>ni. An adzkuruhu/.

. TJ (PSD) /Wa lakum minna> al-a>laf ‘adzra wa sama>cha/. EPM ‘Maaf’ ‘hai teman-temanku’, ‘atas kesalahanku’. EPM PM ‘Karena banyaknya kesibukan dan fikiran’

PK ‘aku lupa atas apa yang telah kita sepakati dan tidak ada kelupaan kecuali datangnya dari setan, aku ingat itu’.

TJ (PSD) ‘Saya memohon beribu maaf dan ketulusanmu’.

EPM

Konteks situasi pertama pada penelitian ini adalah saat penutur lupa

terhadap janji untuk mengerjakan tugas kelompok bersama teman-temannya.

Setelah beberapa jam berlalu, ia teringat terhadap janji tersebut. Penutur merasa

bersalah terhadap teman-temannya, oleh karena itu ia berusaha memohon maaf

kepada teman temannya.

Page 32: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

102

Strategi permohonan maaf pada tuturan di atas adalah dengan

mengungkapkan ekspresi permohonan maaf dengan menggunakan ungkapan

“‘adzran” di awal dan di akhir tuturan. Kemudian disusul dengan menggunakan

strategi perhatian kepada mitra tutur. Penutur menggunakan strategi ini dengan

memunculkan sapaan. Sapaan tersebut adalah “ya> asdiqa>’i” yang menggunakan

charf “ya>” untuk muna>da dekat sedangkan muna>da pada sapaan tersebut berupa

mudha>f ism “asdiqa>’” kepada ya’ mutakallim.

Selanjutnya penutur menggunakan strategi penjelasan keadaan. Pada

tuturan tersebut penutur menjelaskan keadaan dengan menggunakan lamut-ta’lil

(lam yang digunakan untuk menunjukkan alasan atau sebab) yang bergabung

dengan penyebab kesalahan penutur. Saat kesalahan tersebut terjadi, ia sedang

dalam keadaan yang lelah dan banyak fikiran sehingga ia lupa untuk memenuhi

janjinya. Penutur juga mengungkapkan sifat dirinya, yaitu lupa sebagai sebuah

strategi pertanggungjawaban. Lupa merupakan sebuah alasan yang dapat diterima,

karena seorang yang lupa tidak dapat dibebani hukuman sampai ia sadar dari

kelupaannya. Dua situasi tersebut adalah faktor lupanya penutur terhadap

perjanjian yang telah ia sepakati.

b. Kombinasi ekspresi permohonan maaf, pertanggungjawaban, tawaran

perbaikan dan perhatian kepada mitra tutur.

Kombinasi empat strategi ini hanya ditemukan dalam satu tuturan saja.

Tuturan tersebut adalah sebagai berikut:

Page 33: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

103

Tuturan 53:

يا زمياليت(53) أنا آسف، نسيت موعد لقائنا،

TJ (PSD) EPM PM

) F: M:1(سآيت إليكن فور ما ميكن

TP

/Ya> zami>la>ti> / /ana> a>sif/. /Nasi>tu mau’ida liqa>'ana>/.

PM EPM TJ (PSD) /Sa'a>ti> ilaikunna fauran ma> yumkinu/.

TP  ‘Aku mohon maaf’ ‘hai teman-temanku’. PM EPM ‘Aku lupa akan janji pertemuan kita’. TJ (PSD) ‘Aku akan datang menemui kalian secepat mungkin’. TP

Konteks tuturan tersebut terjadi saat penutur berprofesi sebagai kepala

departemen di suatu organisasi. Seorang direktur organisasi tersebut memintanya

untuk mengerjakan tugas yang ia berikan selama satu minggu, setelah satu

minggu berakhir, tugas yang ia kerjakan ternyata tidak sesuai harapan direktur

tersebut.

Tuturan permohonan maaf di atas diwali dengan menggunakan strategi

perhatian kepada mitra tutur, yaitu dengan menggunakan charf nida>’ “ya” > yang

digunakan untuk muna>da dekat. Muna>da yang digunakan pada tuturan di atas

berbentuk mudha>f, yaitu ism “zami>la>ti>” yang diidhafahkan kepada ya’

mutakallim.

Page 34: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

104

Kemudian disusul dengan menggunakan strategi pengungkapan ekspresi

permohonan maaf dengan menggunakan ungkapan “ana> a>sif”. Ungkapan tersebut

terdiri dari dha>mir munfashil “ana>” dan fi’il mudha>ri’ yang mengandung dhamir

ana>. Kemunculan dua dha>mir tersebut berfungsi untuk penegasan permohonan

maaf dari penutur.

Strategi ketiga yang digunakan adalah strategi pertanggungjawaban

dengan mengungkapkan sifat diri penutur. Ungkapan tersebut disebutkan dengan

menggunakan kata “nasi>tu” yang merupakan gabungan dari fi’il نسي /nasiya/ dan

dhamir ت/tu/ yang merupakan dhamir muttasil taqdiruhu ana>, dhamir ini

berasalah dari kata ganti orang pertama أنا/ ana> / yang berubah bentuk karena

bergabung dengan fi’il. Fi’il نسيت/nasi>tu/ merupakan fi’il muta’adi, yaitu fi’il

yang membutuhkan objek. Objek pada kedua tuturan di atas berbeda-beda. Pada

tuturan di atas, penutur menggunakan “mau’ida liqa>'ana>” sebagai objek dengan

bentuk mudha>f dan mudha>f ilaih.

Kombinasi strategi yang terakhir adalah strategi pertanggungjawaban.

Pada tuturan tersebut, penutur menggunakan charf istiqba>l, yaitu charf س /sin/.

Charf ini dinamakan charf istiqba>l, karena huruf tersebut telah memindahkan

waktu yang sempit, waktu sekarang, ke waktu yang lebih luas, yaitu waktu yang

akan datang. Huruf ini hanya bergabung dengan fi’il mudha>ri’ saja. Jika huruf

“sin” bergabung dengan fi’il mudha>ri’ maka makna yang terkandung dalam

Page 35: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

105

susunan tersebut adalah sesuatu yang akan dilakukan di waktu yang akan datang,

dengan kata lain, susunan tersebut berfungsi untuk menunjukkan bahwa penutur

akan melakukan sesuatu. Hal yang akan dilakukan penutur adalah sebuah

perbaikan. Perbaikan yang ditawarkan penutur adalah dengan menemui mitra

tutur secepat mungkin, tawaran tersebut terdapat pada kalimat “sa'a>ti> ilaikunna

fauran ma> yumkinu”. Sehingga dengan kehadirannya maka muka penutur dapat

diselamatkan dari ancaman penutur.

c. Kombinasi ekspresi permohonan maaf, penjelasan keadaan, tawaran

perbaikan dan perhatian kepada mitra tutur.

Jenis kombinasi ini ditemukan sebanyak empat tuturan. Berikut contoh

tuturan tersebut.

Tuturan 54:

. معذرة، ساحمين يا أستاذ،(54)EPM PM

.مل خالل أسبوع، وتبني أين عاجزة عن إمتامهلقد حاولت إجناز هذا الع PK

(F:M:2) ?من فضلك هل ميكنين أن أطلب تأجيل الوقت إىل أسبوع القادم TP

/Ya> usta>dz/. /ma’dzirata. samichni>/. PM EPM /Laqad cha>waltu inja>zi ha>dza>l-amala khila>la usbu>’a, wa tubayyinu anni> a>jizata an itma>mihi/.

PK /Min fadzlika hal yumkinuni> an athluba ta'ji>lal-waqta ila> usbu>’il-qa>dimi?/

TP

Page 36: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

106

‘Ustadz.’ ‘Maaf. Maafkan saya’. PM EPM ‘Saya telah mengerjakan tugas ini selama satu minngu, anda menjelaskan bahwa saya tidak mampu untuk menyelesaikan tugas ini’.

PK ‘Jika anda berkenan,mungkinkah saya meminta waktu sampai minggu depan?’

TP Konteks tuturan pada situasi kedua ini penutur berprofesi sebagai kepala

departemen di suatu organisasi. Seorang direktur organisasi tersebut memintanya

untuk mengerjakan tugas yang ia berikan selama satu minggu, setelah satu

minggu berakhir, tugas yang ia kerjakan ternyata tidak sesuai harapan pimpinan

tersebut.

Seperti dengan tuturan sebelumnya, tuturan ini juga menggunakan strategi

perhatian kepada mitra tutur dengan sapaan yang menggunakan huruf nida>’ يا

/ya’/. Huruf nida’ pada tuturan ini, digunakan untuk munada dekat. Huruf nida>’

tersebut diikuti oleh muna>da yang berbentuk nakirah maqshu>dah. Muna>da

nakirah maqshu>dah yang terdapat pada tuturan ini adalah kata “usta>dz”, muna>da

tersebut tergolong nakirah karena kata tersebut merupakan kata yang masih

umum, dan termasuk maqshu>dah karena kata tersebut mempunyai acuan yang

sudah jelas, yaitu seseorang yang sedang bertutur dengan penutur.

Strategi selanjutnya adalah strategi penjelasan keadaan. Ungkapan

penjelasan keadaan diucapakan dengan kalimat “laqad cha>waltu inja>zi ha>dza>l-

amala khila>la usbu>’a, wa tubayyinu anni> ‘a>jizata an itma>mihi”. Tuturan tersebut

Page 37: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

107

diawali dengan charfu taukid yaitu laqad, charf tersebut berfungsi untuk

menegaskan bahwa alasan yang penutur ucapkan benar adanya. Penutur

menjelaskan bahwa ia telah mengerjakan tugas sebagaimana arahan dari direktur,

tetapi ternyata tugas yang ia kerjakan belum sesuai dengan apa yang dimaksud

oleh direktur. Penutur juga menjelaskan bahwa sebelum tugas tersebut dikerjakan,

mitra tutur telah memberi tahu penutur bahwa ia tidak sanggup

menyempurnakannya, seperti pada tuturan “wa tubayyinu anni> a>jizata an

itma>mihi”. Oleh karena itu, jika terjadi kesalahan, maka mitra tutur harap

memakluminya.

Strategi terakhir adalah strategi tawaran perbaikan. Penutur menggunakan

strategi tawaran perbaikan agar keadaan menjadi baik seperti semula. Pada

tuturan tersubut, penutur menggunakan kalimat “min fadzlika hal yumkinuni> an

athluba ta'ji>lal-waqta ila> usbu>’i al-qa>dimi?” untuk menawarkan perbaikan.

Penutur menawarkan perbaikan dengan menuturkan permintaan agar mitra tutur

memberikan sedikit waktu untuk penutur membenarkan kesalahnnya.

d. Kombinasi ekspresi permohonan maaf, pertanggungjawaban, janji untuk tidak

mengulangi, dan perhatian kepada mitra tutur.

Penggunaan tuturan yang menggunakan kombinasi ekspresi permohonan

maaf, pertanggungjawaban, janji untuk tidak mengulangi, dan perhatian kepada

mitra tutur ditemukan sebanyak dua. Berikut contoh tuturan tersebut:

Page 38: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

108

Tuturan 55:

،على التأخر أن أستعفي منكم و أعتذركم ما أريد أن أقول لكم إالّ ....يا إخواين )55(PM EPM

.... (R: S:1) كرر مرة ثانيةأو لعل ال ... ا هذا من نسياينرمبّ

TJ (PSD) JTM /Ya> ikhwa>ni>../ /ma> uri>du an aqu>la lakum/ PM /illa> an asta’fi> minkum wa a’tadzirukum ala> ta'akhkhuri/, EPM /rubbama> hadza> min nisya>ni>… / TJ (PSD) /wa la’alla la> ukarriru marratan tsa>niyatan./ JTM ‘Wahai saudara-saudaraku, tak ada yang ingin aku ucapkan’ PM ‘kecuali aku memohon maaf atas keterlambatanku’. EPM ‘Mungkin ini karena kelalaianku’, TJ (PSD) ‘semoga aku tidak mengulanginya lagi. JTM’

Konteks tuturan situasi tuturan di atas adalah kejadian saat penutur lupa

terhadap janji yang telah ia sepakati dengan teman-temannya untuk mengerjakan

tugas kelompok bersama.

Penutur memulai permohonan maafnya dengan menggunakan strategi

perhatian kepada mitra tutur dengan menggunakan sapaan. Penutur menggunakan

sapaan “ya>” dengan muna>da mudha>f. Muna>da tersebut adalah ism jama>’

“ikhwa>ni” yang diidhafahkan kepada ya’ mutakallim. Kemudian dilanjutkan

menggunakan strategi pengungkapan ekspresi permohonan maaf, yaitu “asta’fi>

Page 39: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

109

minkum” dan “a’tadzirukum”. Kemunculan dua ekspresi ini digunakan untuk

memperkuat permohonan maaf yang dilakukan oleh penutur.

Strategi selanjutnya adalah strategi pertanggungjawaban dengan cara

mengungkapkan sifat diri. Strategi tersebut diungkapkan dengan menggunakan

kata “nisya>ni>” yang merupakan ism masdar dari dari fi’il نسي /nasiya/ yang

berarti lupa.

Strategi terakhir adalah strategi pernyataan janji untuk tidak

mengulanginya lagi. Tuturan tersebut berbunyi “la’alla la> ukarriru marratan

tsa>niyatan”. Tuturan tersebut terdapat la> nafi yang berfungsi untuk meniadakan

dan diikuti oleh fi’il mudhari’ “ukarriru” sehingga jika digabungkan, maka akan

bermakna tidak aku ulangi. Selain haruf la> penutur juga menggunakan “la’alla”,

sebagai bentuk janji dan harapan agar kesalahan tersebut tidak terulang kembali.

e. Kombinasi ekspresi permohonan maaf, penjelasan keadaan, janji untuk tidak

mengulangi, dan perhatian kepada mitra tutur.

Penggunaan kombinasi empat strategi ini hanya ditemukan pada satu

tuturan saja. Tuturan tersebut adalah sebagai berikut:

Tuturan 56:

فبذلك ال أعرف هذه النضامكنت طالبا جديدا يف هذه اجلامعة يا عمّ العفو )56(EPM PM PK

(U: Sa:3) إن شاء اهللا ال أكّرر ثانيةJTM

/al-‘Afwu/ /ya> ‘am./ EPM PM

Page 40: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

110

/Kuntu tha>liban jadi>dan fi> ha>dzihil-ja>mi’ati fa bidza>lika la> a’rifu hadza> nida>ma./

PK /Insya'alLah la> ukarriru tsa>niyatan/.

JTM ‘Maaf’ ‘paman’ EPM PM ‘saya mahasiswa baru di kampus ini maka dari itu saya tidak tahu peraturan ini’.

PK ‘Jika Allah menghendaki saya tidak mengulanginya lagi’.

JTM

Konteks tuturan di atas terjadi saat penutur adalah seorang mahasiswa

baru yang belum mengetahui peraturan kampus. Suatu hari, penutur hendak

memarkirkan motor di fakutlas, saat itu pula penutur tidak tahu harus

menggunakan karcis. Saat penutur keluar dari fakultas, petugas parkir meminta

karcis dari dari penutur, oleh karena itu penutur menuturkan permohonan

maafnya kepada petugas.

Tuturan tersebut diawali dengan menggunakan strategi pengungkapan

ekspresi permohonan maaf dengan menggunakan ungkapan “al-‘afwu”.

Kemudian diikuti dengan strategi perhatian kepada mitra tutur dengan

menggunakan charf nida>’ “ya>” dengan muna>da nakirah maksu>dah, yaitu “ya>

‘am”.

Selanjutnya penutur menggunakan strategi penjelasan keadaan bahwa ia

adalah mahasiswa baru yang tidak mengetahui aturan kampus. Penjelasan

keadaan tersebut terlihat dari tuturan “kuntu tha>liban jadi>dan fi> ha>dzihil-ja>mi’ati

fa bidza>lika la> a’rifu hadza> nida>ma”.

Page 41: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

111

Strategi terakhir yang digunakan adalah strategi pernyataan janji untuk

tidak mengulangi. Penutur menggunakan kata “la>” dan “ukarriru” yang berarti

tidak mengulangi. Pernyataan tersebut didahului oleh ungkapan harapan

“insya'alLah” (jika Allah menghendaki). Harapan ini bermaksud bahwa ada

kemungkinan janji itu akan terlupakan, oleh karena itu penutur menggunakan

“insya’alLah” agar tidak ada kemungkinan terlupanya janji tersebut.

4. Kombinasi lima strategi.

Kombinasi lima strategi dalam penelitian ini hanya ditemukan satu macam

kombinasi, yaitu Kombinasi ekspresi permohonan maaf, penjelasan keadaan,

pertanggungjawaban, tawaran perbaikan dan perhatian kepada mitra tutur. Berikut

penjelasannya:

Tuturan 57:

الطالب أيها )57(PM . معكم االجتماع مينعين طارئ أمر هناك أن أخربكم و الساعة هذه يف معكم موعًدا لديّ أن أعرف

PK ,ذلك يقتضي األمر هذا لكن موعدكم من أختلف أن قصدي فليس

TJ (EKM) S: :(A (5منكم والعفو, اهللا مبشيئة آخر وقتا لكم سأختار

TP EPM /Ayyuhath-thulla>b/ PM /a’rifu anna ladayya mau’idan ma’akum fi> ha>dzihis-sa>’ata wa ukhbirukum anna huna>ka amra tha>ri' yamna’ani> al-ijtima>’a ma’akum/. PK /Fa laisa qasadi> an akhtalifa min mau’idikum lakinna hadzal-amra yaqtadhi dza>lika,/ TJ (EKM)

Page 42: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

112

/sa'akhta>ru lakum waqtan a>khar bimasyi'atilLah/, TP /Wal-‘afwu minkum/ EPM

‘Wahai murid-murid’ PM

‘saya tahu bahwa saya telah memiliki janji dengan kalian pada jam ini dan disini saya akan mengabarkan bahwa pada saat ini saya mempunyai acara mendesak yang melarangku untuk bertemu dengan kalian’. PK ‘Saya tidak bermaksud untuk mengingkari janji dengan kalian akan tetapi acaraku ini menghendaki demikian’. TJ (EKM) ‘Saya akan mencarikan waktu untuk dapat bertemu kalian dengan izin Alla. TP ‘Saya mohon maaf kepada kalian’. EPM

Konteks tuturan pada situasi tersebut ketika penutur adalah seorang dosen,

iamemiliki janji dengan mahasiswanya untuk bimbingan. Akan tetapi, penutur

mendapatkan kabar untuk menghadiri acara yang sangat penting dan tidak dapat

ditinggalkan. Acara tersebut bersamaan dengan waktu perjanjiannya dengan

mahasiswanya.

Tuturan permohonan maaf di atas diawali dengan menggunakan strategi

perhatian kepada mitra tutur. Perhatian yang digunakan adalah dalam bentuk sapaan,

yaitu “ayyuhath-thulla>b”. kemudian dilanjutkan dengan menggunakan strategi

penjelasan keadaan. Pada saat itu, penutur menjelaskan dengan tuturan “a’rifu anna

ladayya mau’idan ma’akum fi> hadzihis-sa>’ata wa ukhbairukum anna huna>ka amra

tha>ri' yamna’ani> al-ijtima>’a ma’akum”. Pada tuturan tersebut, terlihat bahwa ia sadar

Page 43: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

113

jika pada saat itu ia telah memiliki janji dengan mitra tutur. Oleh karena itu, penutur

menjelaskan keadaan yang terjadi dengan mengabari mitra tutur bahwa pada jam

yang sama, ia memiliki keperluan lain yang akan menghalangi perjanjian yang telah

ia buat dengan mitra tutur.

Strategi selanjutnya adalah strategi pertanggungjawaban dengan

menggunakan ekspresi ketiadaan maksud. Ekspresi tersebut terlihat pada kalimat “fa

laisa qasadi> an akhtalifa min mauidukum lakinna hadzal-amra yaqtadhi dza>lika”.

Penutur menggunakan “laisa” yang digabungkan dengan “qasadi>” sehingga

bermakna ketiadaan maksud. Pada tuturan di atas, penutur telah merencanakan

perjanjian dengan mitra tutur, akan tetapi, diluar dugaan ternyata ada acara yang lebih

penting yang harus dihadiri oleh penutur. Demikian, tanpa adanya maksud untuk

mengingkari janji, penutur terpaksa tidak dapat menemui mitra tutur.

Strategi tawaran perbaikan juga digunakan penutur pada tuturan di atas.

Penutur menawarkan perbaikan dengan tuturan “sa'akhta>ru lakum waqtan a>khar

bimasyi'atilLah”, Pada tuturan tersebut, penutur menggunakan charf istiqba>l “sin”.

Huruf ini hanya bergabung dengan fi’il mudha>ri’ saja. Jika huruf sin bergabung

dengan fi’il mudha>ri’ maka makna yang terkandung dalam susunan tersebut adalah

sesuatu yang akan dilakukan di waktu yang akan datang, dengan kata lain, susunan

tersebut berfungsi untuk menunjukkan bahwa penutur akan melakukan sesuatu. Hal

yang akan dilakukan penutur adalah sebuah perbaikan. Perbaikan yang ditawarkan

penutur adalah dengan mencari waktu lain untuk bertemu.

Page 44: BAB III STRATEGI TUTURAN PERMOHONAN MAAF - … · mungkin membutuhkan berbagai jenis strategi permohonan maaf dan intensitas yang berbeda (Olshtain dan Cohen 1983: 19-20). Olshtain

114

Strategi permohonan maaf yang terakhir adalah dengan mengungkapkan

ekspresi permohonan maaf. Ekspresi yang digunakan dalam tuturan ini adalah “al-

‘afwu minkum”, yang berarti penutur memohon maaf dari diri mitra tutur.