17
Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEIC Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Belawan 2014 BAB III PEMBAHASAN 3.1 PHEIC dan IHR 3.1.1 Justifikasi Pemberlakuan IHR Sejalan dengan perkembangan globalisasi serta semakin mudah dan lancarnya perjalanan lintas dunia untuk wisata, bisnis, transportasi barang, maupun perdagangan, maka permasalahan lokal dapat secara cepat menjadi perhatian dan masalah dunia. 1 Pertimbangan tersebut di atas menjadi dasar bagi negara – negara di dunia untuk memberlakukan IHR, termasuk dalam menghadapi situasi atau keadaan krisis, seperti : 1 1. Mencegah penyebaran penyakit yang berisiko tinggi terhadap kesehatan masyarakat. 2. Menghindari kerugian akibat pembatasan atau larangan perjalanan atau perdagangan yang diakibatkan oleh masalah kesehatan mayarakat,

BAB III Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEIC

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kedokteran

Citation preview

Page 1: BAB III Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEIC

Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEICKantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Belawan2014

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 PHEIC dan IHR

3.1.1 Justifikasi Pemberlakuan IHR

Sejalan dengan perkembangan globalisasi serta semakin mudah dan

lancarnya perjalanan lintas dunia untuk wisata, bisnis, transportasi barang,

maupun perdagangan, maka permasalahan lokal dapat secara cepat menjadi

perhatian dan masalah dunia.1

Pertimbangan tersebut di atas menjadi dasar bagi negara – negara di dunia

untuk memberlakukan IHR, termasuk dalam menghadapi situasi atau keadaan

krisis, seperti :1

1. Mencegah penyebaran penyakit yang berisiko tinggi terhadap kesehatan

masyarakat.

2. Menghindari kerugian akibat pembatasan atau larangan perjalanan atau

perdagangan yang diakibatkan oleh masalah kesehatan mayarakat, seperti

penyebaran penyakit potensial wabah maupun PHEIC lainnya.

3.1.2 Notifikasi (Pemberitahuan)

Setiap negara anggota diwajibkan untuk menginformasikan kepada WHO

tentang seluruh kejadian yang berpotensi menimbulkan PHEIC dan memberikan

verifikasi dari infomasi tersebut. Hal ini dimaksudkan agar WHO menjamin

Page 2: BAB III Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEIC

Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEICKantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Belawan2014

kerjasama yang baik untuk perlindungan yang efektif serta menginformasikan

risiko kesehatan masyarakat dan tindakan cepat dan tepat yang dapat

dilaksanakan.

3.1.3 Kemampuan Dasar

Setiap negara anggota diwajibkan untuk mengembangkan, memperkuat,

dan mempertahankan kem ampuan dasar pada setiap level administrasi, agar dapat

mendeteksi melaporkan, serta menangani risiko kesehatan masyarakat yang

berpotensi menimbulkan PHEIC. Di samping itu, juga dibutuhkan kemampuan

khusus untuk melaksanakan pemeriksaan di bandara, pelabuhan dan lintas batas

darat.

3.1.4 Pemeriksaan yang Direkomendasikan

WHO merekomendasikan pemeriksaan yang dapat dilaksanakan oleh

suatu negara yang mengalami PHEIC, negara lainnya, dan pengelola transportasi.

Rekomendasi keadaan PHEIC sementara (temporary recommendation) dibuat

oleh WHO secara khusus dalam waktu yang terbatas, dan didasarkan pada risiko

yang spesifik, sebagai jawaban dari PHEIC.

Rekomendasi (standing recommendation) mengindikasikan pemeriksaan

yang tepat untuk pemeriksaan rutin terhadap risiko kesehatan masyarakat yang

sedang berlangsung di bandara, pelabuhan, lintas batas darat, yang dilakukan

secara rutin maupun periodik. Pemeriksaan dapat dilakukan kepada manusia,

barang, kargo, kontainer, kapal, pesawat, transportasi darat, barang dan paket pos.

Page 3: BAB III Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEIC

Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEICKantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Belawan2014

3.1.5 PHEIC dalam IHR (2005)

Untuk membantu suatu negara mengidentifikasi apakah suatu keadaan

merupakan PHEIC, IHR (2005) mempersiapkan instrumen (lampiran 2) yang

mengarahkan negara untuk mengkaji suatu kejadian di wilayahnya dan

menginformasikan kepada WHO setiap kejadian yang merupakan PHEIC sesuai

dengan kriteria sebagai berikut :

1. Berdampak/berisiko tinggi bagi kesehatan masyarakat

2. KLB atau sifat kejadian tidak diketahui

3. Berpotensi menyebar secara internasional

4. Berisiko terhadap perjalanan ataupun perdagangan

Apabila suatu kejadian dianggap sebagai PHEIC, WHO akan membentuk

Emergency Commitee yang independen untuk mengkaji dan menginformasikan

perkembangannya dengan memberi saran kepada Direktur Jenderal WHO.

Page 4: BAB III Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEIC

Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEICKantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Belawan2014

Gambar 4. Kriteria Penentuan PHEIC

Sumber : Global Health, Buku Saku IHR, pdf

Page 5: BAB III Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEIC

Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEICKantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Belawan2014

3.1.6 Upaya Pencegahan Masuk dan Keluarnya PHEIC

Penyakit menular terkait PHEIC adalah penyakit yang disebabkan ketika

seorang individu terinfeksi oleh organisme patogen, baik virus, bakteri, jamur,

ragi, protozoa atau parasit lain. Dalam menangani penyakit menular pada

umumnya tidak hanya memikirkan bagaimana penderita sembuh tetapi ada yang

sama pentingnya yaitu mencegah agar tidak ada yang tertular. Upaya

penanggulangan wabah penyakit menular meliputi :5

a. Penyelidikan epidemiologis

b. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk

tindakan karantina

c. Pencegahan dan pengebalan

d. Pemusnahan penyebab penyakit

e. Penanganan jenazah akibat wabah

f. Penyuluhan kepada masyarakat

Untuk merespons kejadian yang dapat menimbulkan PHEIC, dapat dilakukan

upaya:11

1. Menyediakan respon emergensi kesehatan masyarakat yang memadai

dengan menetapkan dan memantapkan rencana kontingensi emergensi

kesehatan masyarakat, termasuk penunjukan koordinator dan contact-point

yang berhubungan dengan pintu masuk, layanan kesehatan masyarakat dan

layanan agen lainnya;

Page 6: BAB III Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEIC

Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEICKantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Belawan2014

2. Melakukan penilaian dan perawatan bagi pelaku perjalanan atau hewan

yang terjangkit oleh pengaturan yang tepat pada fasilitas medis dan

kesehatan hewan setempat dalam pengisolasian, pengobatan dan layanan

pendukung lainnya yang diperlukan;

3.  Menyediakan ruangan yang memadai, dan dipisahkan dari pelaku

perjalanan lain, untuk mewawancarai orang yang terjangkit atau tersangka;

4. Menyediakan sarana diagnosis dan, bila perlu, karantina terhadap pelaku

perjalanan yang diduga, lebih baik bila di sarana kesehatan yang jauh dari

pintu masuk;

5. Menerapkan tindakan yang direkomendasikan bila perlu untuk hapus

serangga, hapus tikus, hapus hama, dekontaminasi atau penanganan

bagasi, kargo, peti kemas, alat angkut, barang dan paket pos, di lokasi

khusus yang ditunjuk dan dilengkapi untuk keperluan ini.

6. Menerapkan pengawasan masuk dan keluarnya pelaku perjalanan; dan

7. Menyediakan akses berupa peralatan yang dirancang khusus dan personel

terlatih dengan alat pelindung diri yang memadai, dalam merujuk pelaku

perjalanan yang membawa atau terkontaminasi penyakit menular.

Page 7: BAB III Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEIC

Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEICKantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Belawan2014

3.2 Upaya Pencegahan Masuk dan Keluarnya Lassa Fever di Pintu Masuk

Negara

Pencegahan demam berdarah Lassa dapat dilakukan dengan melakukan

promosi tentang kebersihan masyarakat yaitu dengan melakukan pengendalian

tikus.12

a. Pemberantasan Tikus di Wilayah Pelabuhan

Dilaksanakan di daerah perimeter (dalam) dan buffer (pemukiman sekitar)

pelabuhan dengan teknik pemasangan perangkap, baik perangkap hidup (cage

trap), maupun perangkap mati (back break trap) , dengan memelihara predator,

memberikan poisoning (rodentisida), dan lokal fumigasi (dengan Posphine).

b. Pemberantasan Tikus di Kapal dan di Pesawat

Di kapal, dilakukan dengan fumigasi menggunakan fumigant yang

direkomendasikan yaitu SO2 dan HCN (WHO, 1972), namun di Indonesia sesuai

dengan SK DirJen PPM&PLP No. 716-I/PD.03.04.EI tanggal 19 November 1990,

tentang fumigan yang digunakan untuk fumigasi kapal dalam rangka penerbitan

SKHT bagi kapal, adalah HCN, CH3Br (methyl bromida), dan SO2. Pada tahun

1998/1999 telah diterbitkan 42 sertifikat DC/SKHT dan 1.217 DEC/SKBHT.12

Di pesawat bahan fumigan yang direkomendasikan oleh WHO, hanyalah HCN

(WHO, 1984). Selain itu, pengendalian infeksi juga dapat dilakukan untuk

mengurangi kejadian demam berdarah lassa yaitu Anggota keluarga dan petugas

layanan kesehatan harus selalu berhati-hati untuk menghindari kontak dengan

Page 8: BAB III Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEIC

Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEICKantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Belawan2014

darah dan cairan tubuh sambil merawat orang sakit. Pencegahan dengan

menggunakan pelindung untuk perawat harus dilakukan secara rutin terhadap

penularan virus Lassa. Namun, untuk keselamatan sebaiknya pasien yang diduga

demam Lassa harus dirawat di diruangan khusus “tindakan isolasi,” yang meliputi

mengenakan pakaian pelindung seperti masker, sarung tangan, gaun, dan perisai

wajah, dan sistematis sterilisasi peralatan yang terkontaminasi.12

Cara – cara lain pencegahan demam Lassa dapat dilakukan dengan :14

a. Upaya Pencegahan dengan meakukan upaya pemberantasan binatang

pengerat secara spesifik.

b. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar dengan cara:

1. Laporan kepada instansi kesehatan setempat: Kasus individu harus

dilaporkan

2. Isolasi: segera lakukan isolasi di ruangan terpisah di RS yang bebas

dari lalu lalang manusia. Staf dan orang yang tidak berkepentingan

dilarang masuk. Karena insidensi infeksi nosokomial rendah, seperti

yang dilaporkan dari RS di Afrika maka penderita tidak perlu dirawat

di Unit isolasi khusus. Namun kalau terjadi infeksi nosokomial maka

prosedur ketat kewaspadaan universal terhadap cairan tubuh dan

ekskreta harus dilaksanakan. Perlu disediakan ruang perawatan dengan

tekanan negatif dan sediakan juga PPE (Personel Protection

Equipment).

3. Disinfeksi serentak : ekskreta, sputum, darah dari pasien dan semua

benda-benda yang telah kontak dengan pasien termasuk alat-alat

Page 9: BAB III Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEIC

Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEICKantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Belawan2014

laboratorium yang telah digunakan untuk pemeriksaan darah harus

didesinfesikan dengan cairan 0,5% sodium hipoklorit atau phenol 0,5%

dengan deterjen dan bila memungkinkan lakukkan pemanasan dengan

suhu yang tepat seperti dengan otoklaving, insenerator atau merebus.

Disinfeksi menyeluruh dan seksama dengan cairan sodium hipoklorit

0,5% atau dengan phenol sudah mencukupi. Sedangkan fumigasi

dengan formaldehid dapat dipertimbangkan untuk dilakukan.

4. Karantina : hanya kegiatan Surveilans yang direkomendasikan untuk

dilakukan terhadap kontak dekat.

5. Imunisasi kontak : tidak ada

6. Investigasi kontak dan sumber infeksi: Lakukan identifikasi terhadap

semua kontak dekat (dengan siapa mereka tinggal, mereka yang

merawat, asal spesimen laboratorium dari penderita atau dari mereka

yang kontak dengan pasien) paling sedikit dalam 3 minggu. Lakukan

tindakan surveilans yang ketat terhadap kontak sebagai berikut :

periksa suhu tubuh paling tidak 2 kali sehari selama paling tidak 3 kali

seminggu setelah terpajan. Bila suhunya diatas 38,3 0C (101 0F),

segera dibawa ke RS untuk dirawat dengan isolasi ketat. Cari tahu

tempat tinggal pasien selama 3 minggu sebelum terinfeksi dan lakukan

penyelidikan terhadap kasus yang tidak dilaporkan atau yang tidak

terdiagnosa.

7. Pengobatan spesifik : Ribavirin (Virazole®, paling efektif kalau

diberikan dalam 6 hari pertama sakit diberikan melalui intravena, pada

Page 10: BAB III Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEIC

Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEICKantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Belawan2014

awalnya 30 mg/kg BB, kemudian 15 mg/kg BB setiap 6 jam selama 4

hari, 8 mg/kg BB setiap 8 jam dalam 6 hari berikutnya sebagai

tambahan.

8. Tindakan Internasional: Lakukan notifikasi negara asal penderita dan

kepada negara tujuan apabila ditemukan penderita di kalangan para

wisatawan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya

penyebarluasan lebih lanjut

3.3 Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEIC

Salah satu tujuan IHR (2005) yakni mencegah, melindungi terhadap dan

menanggulangi penyebaran penyakit antar negara tanpa pembatasan perjalanan

dan perdagangan yang tidak perlu. Penyakit yang dimaksud ialah penyakit

menular yang sudah ada, baru dan yang muncul kembali serta penyakit tidak

menular yang bisa menyebabkan Public Health Emergency of International

Concern (PHEIC ) / Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan

Dunia.1

Makin canggihnya alat transportasi dan komunikasi. Hal ini menyebabkan

dunia manusia bebas bergerak dan bepergian keseluruh pelosok dunia dengan

mudah dan cepat. Hal ini antara lain mengakibatkan makin mudah berpindahnya

penyakit menular khususnya Lassa Fever sehingga berpotensi sebagai PHEIC.

Kasus demam berdarah Lassa dilaporkan telah mengalami perkembangan

perjalanan penyakit hingga beberapa negara di luar Afrika Barat seperti Amerika

Serikat, Inggris, Belanda, dan Jerman sehingga memungkinkan penyebaran yang

Page 11: BAB III Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEIC

Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEICKantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Belawan2014

lebih jauh termasuk ke Indonesia mengingat arus transportasi lintas negara yang

semakin pesat. Kemungkinan masuknya Lassa Fever di Indonesia harus diawasi

dengan ketat sebab penyakit tersebut belum atau tidak dapat dicegah dengan

imunisasi dikarenakan ketiadaan vaksinnya sehingga imunitas seseorang terhadap

penyakit tersebut tidak ada.

Implikasi PHEIC terkait demam berdarah Lassa apabila tmemasuki

Indonesia yakni dampak negatif ekonomi yang hebat terhadap turisme,

perdagangan, dan perjalanan. Selain itu, implikasi sosial, penderitaan manusia

baik secara fisik maupun psikologis, gangguan terhadap kehidupan normal, serta

ancaman terhadap kesehatan dan sistem kesejahteraan masyarakat dapat menjadi

permasalahan.

Berdasarkan hasil pembelajaran demam berdarah Lassa yang telah

menjadi wabah di Nigeria, dapat diidentifikasi bahwa demam berdarah lassa ini

juga dapat terjadi di Indonesia. Hal tersebut didasarkan sebab virus memang

mudah untuk menular dari orang ke orang yang lain. Selain itu, hewan reservoir

virus Lassa ini adalah tikus yang juga banyak terdapat di Indonesia terutama di

daerah dengan sanitasi lingkungan yang buruk, serta terdapatnya tikus yang luput

dari pengawasan di dalam kapal memungkinkan transmisi penyakit ini semakin

berpeluang besar.

Untuk mengendalikan populasi tikus sebagai reservoir virus Lassa (baik

mencegah maupun memberantas) dilakukan dengan beberapa cara seperti perbaikan lingkungan

(habitat control) yaitu dengan menciptakan sanitasi yang baik dan bangunan aman tikus (rodent

Page 12: BAB III Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEIC

Telaah Lassa Fever Terkait Potensial PHEICKantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Belawan2014

proof). Di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), pengendalian tikus yang lazim dilakukan adalah

memasang perangkap tikus di willayah perimeter (dalam) dan buffer (pemukiman sekitar)

Pelabuhan/Bandara, melakukan fumigasi di kapal dengan zat aktif, serta melakukan pengawasan

sanitasi kapal dan pesawat agar tercipta sanitasi yang baik dan terhindar dari perkembang biakan

tikus.