51
BAB III URAIAN PROSES PRODUKSI Setiap proses produksi pada umunmnya terdiri dari beberapa tahap proses untuk menghasilkan suatu produk diantaranya terdiri dari tahap-tahap proses bahan baku utama pembuatan urea, ammonia, karbondioksida, bahan baku lainnya adalah air yang digunakan sebagai steam serta gas alam. Sedangkan bahan penolong adalah aluminium sulfat, kaosti soda,asam sulfat dan clorin. Pada proses pengolahan dari bahan baku mentah menjadi pupuk urea di PT. Pupuk Iskandar Muda terdapat tiga unit proses pengolahan yaitu: 1. Unit Utility 2. Unit Ammonia 3. Unit Urea 3.1 Unit Utility Unit Utility merupakan unit penunjang bagi kelancaran proses produksi unit-unit yang lain dalam suatu pabrik/ produksi atau merupakan suatu sarana penunjang untuk menjalankan suatu pabrik dari tahap awal sampai akhir suatu produksi. Unit utilitas pabrik PIM-2 tidak berbeda jauh dari utilitas PIM-1. Perbedaannya terletak pada kapasitas produksinya. Pada unit utilitas PIM-1 memproduksi Polish Water, Filter Water, dan Potable Water dengan Kapasitas yang mampu mencukupi

BAB III Uraian Proses

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pupuk, uraian proses pembuatan pupuk

Citation preview

BAB III

URAIAN PROSES PRODUKSI

Setiap proses produksi pada umunmnya terdiri dari beberapa tahap proses untuk menghasilkan suatu produk diantaranya terdiri dari tahap-tahap proses bahan baku utama pembuatan urea, ammonia, karbondioksida, bahan baku lainnya adalah air yang digunakan sebagai steam serta gas alam. Sedangkan bahan penolong adalah aluminium sulfat, kaosti soda,asam sulfat dan clorin. Pada proses pengolahan dari bahan baku mentah menjadi pupuk urea di PT. Pupuk Iskandar Muda terdapat tiga unit proses pengolahan yaitu:

1. Unit Utility

2. Unit Ammonia

3. Unit Urea

3.1 Unit Utility

Unit Utility merupakan unit penunjang bagi kelancaran proses produksi unit-unit yang lain dalam suatu pabrik/ produksi atau merupakan suatu sarana penunjang untuk menjalankan suatu pabrik dari tahap awal sampai akhir suatu produksi. Unit utilitas pabrik PIM-2 tidak berbeda jauh dari utilitas PIM-1. Perbedaannya terletak pada kapasitas produksinya. Pada unit utilitas PIM-1 memproduksi Polish Water, Filter Water, dan Potable Water dengan Kapasitas yang mampu mencukupi pabrik amoniak, urea PIM-1, dan kompleks perumahan. Sedangkanunit utilitas PIM-2 hanya memproduksi Polish Water untuk kebutuhan pabrik amoniak dan urea PIM-2. Masukan utama unit utilitas adalah air dan bahan bakar. Gambaran singkat mengenai penyediaan utilitas yang dilakukan oleh Pabrik Utilitas di PT. PIM ditunjukkan oleh Gambar 3.1 sebagai berikut

Gambar 3.1 Gambaran singkat penyediaan utilitas oleh Unit Utilitas

Pada PT. Pupuk Iskandar Muda Unit Utility meliputi :

1) Area Water Intake.

2) Area Pengolahan Air

3) Area Pembangkit Steam

4) Area Pembangkit Listrik

5) Area Instrument / Plant Air

6) Area Air Sparation Plant

7) Area gas Matering Station

8) Area Pengolahan CO2 dan Dry Ice

9) Area Pengolahan Air Buangan.

3.1.1Area Water Intake

Area Water Intake meliputi sumber pengambilan air baku dari sungai Peusangan yang dipompakan kedalam Bak (Reservoar) sebelum air tersebut dipompakan ke Area Pengolahan Air PT. PIM. Peralatan yang ada di Water Intake mencakupi 4 (empat) unit genset dan beberapa unit pompa termasuk unit penunjang lainnya/perumahan karyawan adapun kapasitas peralatan sbb :

a) Kapasitas Diesel Engine Generator per Unit, 750 Kw, 2,4 KV

b) ID pipa, 30 inchi, flow air baku sebesar 1.700 2500 m3/jam

c) Pompa intake kapasitas max. 1700 ton/jam, head 6-8 meter, 28 A, 3 unit

d) Pompa transfer kapasitas max 1600 ton/jam, 118 A, 3 unit dan operasi 1 unit.

e) Fuel oil tank FB 4003 = 331 m3, FB 4002 AB = 36 m3, FB 412 AD = 2000 ltr.

3.1.2 Area Pengolahan Air

Gambar 3.2. Flow Diagram Unit pengolahan Air PIM-1

Air yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan PT.PIM-1 yang diambil dari Water Intake (Sungai Peusangan) yang berjarak sekita 25 Km dari lokasi pabrik PT.PIM. Air ini dipompakan dengan laju alir normalnya sekita 700 800 ton/jam untuk kebutuhan PT. PIM pada tekanan minimum 2 kg/cm2G. Kebutuhan Air didalam pabrik diperlukan untuk bahan pembantu proses berupa Filter Water kapasitas = 450 ton/jam dan Polish Water = 175 ton/jam, disamping itu diproduksi pula Potable Water sebagai Air Minum dengan kapasitas 125 ton/jam. Pengolahan Air Baku di PT. PIM dibagi dalam beberapa tahap sebagai berikut :

3.1.2.1Clarifier (53- FD 1001)

Clarifier berfungsi sebagai tempat pengolahan Air tahap pertama untuk proses penjernihan air / menghilangkan zat padat yang ada dalam bentuk suspensi yang dapat menyebabkan kekeruhan (turbidity sekitar 20 ppm) terhadap air.

Kapasitas clarifair 1330 ton/jam sedangkan kebutuhan air baku masuk 600 800 ton / jam, untuk penjernihan air menggunakan bahan kimia Alum Sulfat, Coustic Soda, Clorice dan Coagulant Aid. Clarifair dilengkapi dengan Agitator berfungsi mempercepat terjadinya gumpalan lumpur, agar gumpalan tidak pekat didalam clarifair digunakan rake.

Raw water yang berasal dari sungai Peusangan dipompakan kedalam Clarifier (53-FD-1001) untuk memperoleh kualitas air yang memenuhi persyaratan selanjutnya menurunkan turbiditinya. Pada bagian masuk clarifier diinjeksikan bahan-bahan kimia yaitu alum sulfat, chlorine, caustic soda, sedangkan coagulant aid ditambahkan ke dalam clarifier karena jika dimasukkan secara bersamaan dapat menggumpalkan bahan kimia yang diinjeksikan sebelumnya.

Adapun fungsi dari bahan-bahan kimia tersebut adalah :

a) Alum Sulfat (Al2(SO4)3)

Berfungsi untuk mengendapkan kotoran-kotoran yang ada dalam air atau untuk membentuk flok-flok dari partikel-partikel yang tersuspensi dalam air. Penambahan alum tergantung pada kekeruhan (turbidity) dan laju alir air umpan.

Reaksi yang terjadi adalah :

Al2(SO4)3 . 18 H2O + 6 H2O 2 Al(OH)3 + 3H2SO4 + 18 H2O

Gumpalan Al(OH)3 yang berupa koloid akan mengendap bersama kotoran lain yang terikut kedalam air dan H2SO4 akan mengakibatkan air bersifat asam. Untuk itu perlu dinetralkan dengan penambahan caustik soda.

b) Caustik Soda (NaOH)

Berfungsi untuk menetralkan asam akibat reaksi pada proses sebelumnya, Konsentrasi caustik soda yang ditambahkan bergantung pada keasaman larutan. pH diharapkan antara 6 8. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

3H2SO4 + 6NaOH3Na2SO4 + 6 H2O

c) Klorin (Cl2)

Penambahan klorin untuk mematikan mikroorganisme dalam air, juga untuk mencegah tumbuhnya lumut pada dinding clarifier yang mengganggu proses selanjutnya.

d) Coagulant Aid (Polymer)

Coagulant aid berfungsi untuk mempercepat proses pengendapan, bahan ini akan mengikat partikel-partikel yang menggumpal sebelumnya menjadi gumpalan yang lebih besar (flok) sehingga lebih cepat mengendap pada clarifier.

Clarifier dilengkapi dengan pengaduk dan rake (sikat) keduanya bekerja secara kontinyu. Pengaduk berfungsi untuk mempercepat terjadinya gumpalan lumpur dan bekerja dengan kecepatan 1,05 4,2 rpm. Sedangkan rake berfungsi mencegah agar gumpalan lumpur tidak menumpuk di dasar clarifier dan bekerja dengan kecepatan 0,033 rpm. Kotoran yang mengendap / lumpur (sludge) dibuang (blow down) ke Waste Water Pound melalui 4 (empat) saluran dan 3 (tiga) saluran continous blow down.

3.1.2.2Garvity Sand Filter (53-FD-1002 A/D)

Gravity Sand Filter terdiri 6 (enam) unit, dan yang beroperasi 5 (lima) unit kapasitas per unit = 222 M3, 1 (satu) Unit standby. Komponen Utama dari Sand Filter adalah pasir yang ukurannya berbeda-beda, dengan adanya pasir tadi maka air dari Clarifair masuk ke Sand Filter yang bekerja secara kontinyu, maka kotoran-kotoran akan menggumpal di filter, untuk itu harus dilakukan back wash secara berkala.

3.1.2.3Filter Water Reservoir (53 FB-1006)

Air dari Gravity sand filter (53-FD-1002) ditampung di Filter Water Reservoir (53-FB-1006), kemudian dibagi ketiga tangki yaitu :

a. Potable Water Tank (63-FB-1002), air yang ada dalam tanki ini, diinjeksikan klorin untuk mematikan mikroorganisme yang ada didalam air kemudian air ini didistribusikan untuk kebutuhan air minum ke perumahan, kantor, kapal, dan emergency shower.

b. Filter Water Tank (63-FB-1008), digunakan sebagai air pemadam,penambah air pendingin (cooling water) dan pembersih (backwash).

c. Recycle Water Tank (63-FB-1008), digunakan sebagai umpan demin. Air ini diperoses lebih lanjut untuk menghasilkan air yang bebas mineral sebagai umpan boiler (Demin).

3.1.2.4Activated Carbon Filter (53-FD-1003 A/D)

Activated Carbon Filter suatu proses adsorbsi air dari Recycle Tank dimasukan kedalam AC Filter dari bagian atas dilewati distributor, selanjutnya dikontakan dengan karbon active volume = 65 Bag / train (banyak train 4 dan opearsi normal 3 train , 1 train stand by) sehingga terjadi peristiwa penyerapan. Zat-zat organik yang ada dalam filter water termasuk residual clorine dari air tersaring sebelum masuk ke sistim deionisasi (Demineralizer).

3.1.2.5Demineralizer

Demineralizer berfungsi untuk membebaskan air dari unsur-unsur mineral (silica, sulfat,clorida dan carbonat) dengan menggunakan resin.

Unit Utility PT. PIM mempunyai 3 (tiga) train A, B dan C pada posisi normal 1 (satu) unit standby adapun fungsinya sebagai berikut :

a) Cation Tower (53-DA-1001)

Proses ini bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur logam yang berupa ion-ion positif yang terdapat dalam air dengan menggunakan resin kation R- SO3H (tipe Dowex Upcore Mono A-500). Proses ini dilakukan dengan melewatkan air melalui bagian bawah, dimana akan terjadi pengikatan logam-logam tersebut oleh resin. Resin R-SO3H ini bersifat asam kuat, karena itu disebut asam kuat cation exchanger resin.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai :

CaCl2 + 2R SO3H (R SO3)2Ca + 2 HCl

MgCl2 + 2R SO3H (R SO3)2Mg +2 HCl

NaCl2 + 2R SO3H (R SO3)2Na + 2 HCl

CaSO4 + 2R SO3H (R SO3)2Ca +2 HCl

MgSO4 + 2R SO3H (R SO3)4Mg +2 HCl

NaSO4 + 2R SO3H (R SO3)4Na + 2 HCl

Na2SiO4 + 2R SO3H (R SO3)4Na + 2 HCl

CaCO3 + 2R SO3H (R SO3)4Ca + 2 HCl

Proses ini menghasilkan asam seperti : HCl, H2SO4 dan lain-lain, keasaman berkisar antara pH 2,8-3,5. Untuk memperoleh resin yang aktif kembali dilakukan regenerasi dengan menambahkan H2SO4 pada resin tersebut. Air yang keluar dari bagian atas Cation Tower dilewatkan ke degasifier.

b) Degasifier (53-DA-1002)

Degasifier berfungsi untuk menghilangkan gas CO2 yang terbentuk dari asam karbonat pada proses sebelumnya, dengan reaksi sebagai berikut :

H2CO3H2O + CO2

Proses Degasifier ini berlangsung pada tekanan vakum 740 mmHg dengan menggunakan steam ejektor, tangki ini terdapat netting ring sebagai media untuk memperluas bidang kontak antara air yang masuk dengan steam bertekanan rendah yang diinjeksikan. Sedangkan keluaran steam ejektor dikondensasikan dengan injeksi air dari bagian atas dan selanjutnya ditampung dalam seal pot sebagai umpan Recovery Tank.

c) Anion Tower (53 -DA-1003)

Air dari Degasifier dipompakan masuk kedalam Anion Tower melalui bagian bawah yang tujuannya untuk menyerap atau mengikat ion-ion negatif yang terdapat dalam air dan mendapatkan kualitas air yang bebas asam keluar dari Degasifier dengan menggunakan resin pada anion exchanger adalah R = NOH (Tipe Dowex Upcore Mono C-600).

Reaksi yang terjadi adalah :

H2SO4 + 2 R = N OH (R = N)2SO4+ 2 H2O

HCl + R = N OH R = N Cl +H2O

H2SiO3 + 2 R = N OH (R = N)2SiO3 + 2 H2O

H2CO3 + R = N OH (R = N NO3 + H2O

HNO3 + R = N OH R = N NO3 +H2O

Reaksi ini menghasilkan H2O, oleh karena itu air demin selalu bersifat netral. Air keluar tangki ini memiliki pH = 7,5 8,5 konduktifitas kurang dari 3.

Untuk mendapatkan resin aktif kembali, dilakukan regenerasi dengan menambahkan NaOH pada resin anion tersebut, dan selanjutnya outlet air dari anion tower masuk ke Mix Bed Polisher (53-DA-1004).

d) Mix Bed Polisher (53-DA-1004)

Pada Mix Bed Polisher ini dimurnikan lebih lanjut untuk digunakan sebagai umpan ketel. Adapun fungsinya untuk menyerap sisa-sisa ion yang lolos dari proses sebelumnya. Didalam mix bed polisher digunakan 2 macam resin yaitu resin kation dan resin anion untuk menghilangkan sisa kation dan anion, terutama natrium dan sisa asam sebagai senyawa silika, dengan reaksi sebagai berikut :

Reaksi Kation :

Na2SiO3 + 2 R SO3H 2 RSO3Na+ H2SiO3

Reaksi Anion :

Na2SiO3 + 2 R = N OH2 RSO3Na+ H2SiO3

Air yang telah bebas mineral (air demin) tersebut dimasukkan ke Polish Water Tank (53-FB-1004) dan digunakan untuk air umpan boiler. Karakteristik Air demin yang diharapkan sesuai dengan desain seperti tertera pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Karakteristik Air Demin

Spesifikasi

Kuantitas

Satuan

Keluaran penukar kation

0,5

ppm TDS (max)

Keluaran penukar anion

0,1

ppm TDS (max)

Silika

0,05

ppm silika (max)

3.1.3Area Pembangkit Steam

Steam sangat diperlukan untuk operasi pabrik. Kegunaan steam diantaranya adalah:

a. Penggerak turbin-turbin pada pompa atau kompresor

b. Sumber proses panas

c. Media pelucut

d. Pembantu sistem pemvakuman

Pembangkit steam pada unit utilitas ini terdiri dari package boiler (53-BF-4001) dengan sumber panas dari pembakaran fuel gas dan waste heat boiler (WHB) dengan pemanfaatan panas buangan general main electric (pembangkit listrik).

Air dari polish water tank dimasukkan kedalam dearator untuk menghilangkan gas CO2 dan O2 yang dapat menyebabkan korosi pada pipa dengan menginjeksikan hydrazine (N2H4).

Reaksinya adalah sebagai berikut :

N2H4+O22 H2O+ N2

Pada outlet Deaerator juga diinjeksikan ammonia yang berfungsi untuk mengatur pH dari boiler feed water.

3.1.3.1 Package Boiler (53-BF-4001) kapasitas = 120 Ton/Jam

Dalam Package boiler ini, panas yang dipakai seluruhnya dari burner yaitu hasil pembakaran fuel gas. Air dari dearator masuk lebih dahulu ke economizer (pemanasan awal), kemudian air dialirkan kesteam drum dan selanjutnya ke mud drum. Sirkulasi berlangsung secara natural atau alami karena perbedaan density antara uap dan cairan. Untuk mengatir suuhu steam maka steam tersebut dispray dengan boiler feed Water dalam Desupreheater sampai suhu 385oC dan tekanan 41 kg/Cm2G

3.1.3.2 Waste Heat Boiler (53-BF-4002) kapasitas = 120 Ton/Jam

Fungsi waste heat boiler sebenarnya sama dengan package Boiler, yaitu memproduksi steam pada temperature 358oC dan tekana 41 kg/cm2G. perbedaan yang paling utama adalah pada WHB memanfaatkan panas gas buang dari hasil pembakaran gas turbin generator 15 Mw, sehingga secara ekonomis sangat menguntungkan. Disini dilakukan sirkulasi paksa dengan menggunakan pompa, kemudian air masuk ke Economizer. Steam yang diproduksi keluar lewat superheater dan untuk meengatur suhu steam, sispray dengan Boiler Feed Water sehingga temperature steam menjadi 385oC, tekanan 41 kg/cm2G

Prinsip kerja dan komponen penyusun package boiler dan waste heat boiler pada dasarnya sama, hanya berbeda pada sumber panas yang diperoleh. Flow diagram boiler water treatment diilustrasikan pada Gambar 3.4

Gambar 3.3 Flow diagram boiler water treatment

Pembangkit steam didesain oleh MACCHI, yang dilakukan dengan membakar bahan bakar gas didalam ruang pembakaran sehingga menghasilkan panas untuk water tube boiler. Keistimewaan dari water tube boiler adalah waktu yang di butuhkan untuk menaikkan tekanan steam lebih singkat, fleksibel terhadap perubahan beban, dan fleksibel pada operasi beban tinggi dari pembangkit steam.

Sistem operasinya adalah air yang dari deaerator masuk ke economizer lalu dialirkan ke steam drum, dalam steam drum diinjeksikan Na3PO4 untuk mengikat komponen hardness serta untuk menaikkan pH air boiler. Sirkulasi antara steam drum dan coil-coil pemanas berlangsung secara alami karena perbedaan berat jenis air dalam pipa.

Steam drum juga dilengkapi cyclone separator yang berguna untuk memberikan pemisahan tingkat pertama dari steam dan air dengan pemisahan tambahan screen sebelum steam meninggalkan steam drum.

Steam yang dihasilkan oleh unit utility diantaranya:

a) Steam bertekanan sedang, bertekanan 44 kg/cm2G dan temperatur 390 5oC, diproduksi dari waste heat boiler (WHB) dan packed boiler (PB) untuk melayani pabrik urea, offsite dan untuk start-up pabrik ammonia. Package boiler pada PIM-2 mampu menyediakan superheated steam pada temperatur 390 5oC dan tekanan 44 kg/cm2G dengan kapasitas sebesar 120 ton/jam.

b) Steam tekanan rendah, bertekanan 3,5 kg/cm2.G dan temperatur 220 oC, dihasilkan dari blow down flash drum, letdown valve, dan keluaran turbin di unit utility yang digunakan untuk deaerator, instrument air dryer, unit stripper ammonia dan peralatan lainnya yang memerlukan panas.

c) Steam jenuh bertekanan rendah, bertekanan 3,2 kg/cm2G dihasilkan dari desuperheater yang digunakan untuk ammonia heater dan water heater.

3.1.4Area Pembangkit Listrik

Untuk memenuhi kebutuhan listrik, pabrik PT. Pupuk Iskandar Muda mensuplai listrik dan beberapa generator sebagai sumber tenaga pembangkit listrik yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Main Generator-1 (53-EG-7001)

Generator ini merupakan generator utama sumber tenaga listrik di unit utility yang digerakkan dengan turbin berbahan bakar gas alam, fungsinya adalah untuk menyalurkan listrik ke seluruh pabrik dan perumahan.

Daya: 20MW

Tegangan: 13,8 KV

b. Main Generator-2 (54-GI-7001)

Generator ini merupakan generator utama sumber tenaga listrik di utility-1 yang digerakkan dengan turbin berbahan bakar gas alam atau, fungsinya sama dengan main generator-2 dan hanya salah satu main generator saja yang beroperasi.

Daya: 15 MW

Tegangan: 13,8 KV

c. Standby Generator (53-GI-7002)

Merupakan generator pendamping, dioperasikan apabila terjadi gangguan pada main generator. Bahan bakarnya bisa solar atau gas alam.

Daya: 1,5 MW

Tegangan: 2,4 KV

Tegangan: 480 V

d. Uninterrupted Power Supply (UPS) (53-GH-7001)

Merupakan generator cadangan, yang dipakai dalam keadaan mendadak apabila terjadinya gangguan pada main generator dan pada saat peralihan ke standby generator.

Daya: 350 Kw

Tegangan: 480 V

3.1.5Area Udara Instrument / Udara Pabrik (53-FA-5001)

Kebutuhan Udara pada awal pabrik dioperasikan dengan Kompressor Udara, setelah pabrik beroperasi udara diambil dari 51-101 J (Kompressor Udara Amonia dengan tekanan 35 kg/CmG.

Udara ini masih belum kering / murni dan dibersihkan pada Dryer untuk menghilangkan H2O nya dengan mengunakan Silica Alumina Gel (Silicagel).

Dryer terdiri dari 2 (dua) tanki yang digunakan secara bergantian udara yang telah bebas H2O dipergunakan untuk udara instrument dengan tekanan 8 kg/Cm2G, suhu 40 derajat celsius.

3.1.6 Area Air Seperation Unit (53-GB-8001)

Gambar. 3.4 Flow Diagram Air Separation Plant

Pada prinsipnya unit pemisahan Udara (N2 dan O2) ini bekerja berdasarkan titik cairnya. Udara baku disaring melalui filter kemudian dimampatkan/ditekan dengan kompressor udara sampai tekanan 14 kg/Cm2G seterusnya didinginkan dengan After Cooler sampai suhu lebih kurang 41 derajad celsius untuk memisahkan air dari udara, pendinginan dilanjutkan dalam Precooler Unit sampai suhu 5 derajat celsius. Udara yang telah mengembun dikeluarkan lewat Drain Seperator dan dialirkan ke M/S Absorben untuk menyerap CO2 dan H2O yang selanjutnya Udara ini dialirkan kedalam Cold Box dan disini N2 dan O2 dipisahkan dengan tiga macam metode.

a. Metode I adalah produksi N2 gas Maksimal 300Nm3/hr, O2 < 10 ppm

b. Metode II adalah produksi N2 liquid, maksimal 50 Nm3/hr, O2 < 10 ppm

c. Metode III adalah produksi O2 gas, maksimal 75 Nm3/hr, O2 > 99,5 %

Kegunaan didalam pabrik untuk udara flussing dan untuk mengisi vesel menghindari masuknya udara bebas serta untuk star up pabrik Ammonia (NH3)

3.1.7Area Gas Matering Station (53-FA-1001)

Gas Alam yang berasal dari Pertamina dengan flow = 0 75.000 Nm3 / Jam yang bertekanan 28,1 kg/Cm3G sampai 45,7 kg/Cm3G dan suhu 26 60 derajat celsius dan masuk kedalam Knock Out Drum yang berfungsi untuk memisahkan hidro carbon berat dan hidrokarbon ringan.

Gambar 3.5 Diagram alir Metering Station

Hidrokarbon berat keluar dari Bagian bawah dan hidrokarbon ringan (gas) keluar di bagian atas dan selanjutnya dialirkan ke pabrik Ammonia , dan Utility (Gas Turbin /Boiler) setelah dipanaskan dalam gas Superheater, serta digabung dengan drain Hidrokarbon berat yang telah dipanaskan dalam Natural Gas Drain Evaporator (53-EA-1002).

3.1.8Area Pabrik CO2 / Dry Ice

Pabrik CO2 ini kapasitas = 250 kg/jam adalah menghasilkan CO2 cair dan Dry Ice kapasitas = 100 kg / jam untuk usaha sampingan / komersil PT.PIM dengan melalui tahapan proses sbb :

CO2 gas yang berasal dari Pabrik Urea dengan tekanan 25 kg/Cm2G diturunkan tekanannya menjadi 17 kg/Cm2G yang selanjutnya dimasukan kedalam Deodorizer yang berfungsi untuk menyerap bau dan air yang ada dalam CO2 gas. Media penyerapnya dipakai Karbon Aktif, Deoderizer ini ada dua buah yang satu beroperasi dan yang satunya lagi stand by (siap untuk dioperasikan sewaktu-waktu). CO2 keluar dari dari Deodorizer selanjutnya dikeringkan dalam Dryer untuk menghilangkan air yang masih terikut bersama CO2 .

Gas CO2 ini selanjutnya dikondensasikan dalam kondenser, disini gas CO2 kontak dengan gas Freon sehingga gas CO2 gas berubah menjadi CO2 cair yang selanjutnya hasil kondensasi ini akan turun ke storage, dari storage CO2 cair dimasukan kedalam Botol , Truk khusus kapasitas = 5.000 kg atau diubah ke Dry Ice yang selanjutnya dipasarkan secara komersil .

3.1.9Area Pengolahan Buangan

Menghindari pencemaran terhadap lingkungan, buangan dari proses produksi diolah terlebih dahulu. Unit penampungan air limbah ini terdiri dari Waste Water Pond (WWP) (Kolam Air Limbah) dan Kolam Penampungan dan Pengendalian Limbah (KPPL).

1) Kolam Air Limbah (WWP)

Kolam air limbah ini merupakan unit penampungan limbah yang berasal dari :

a) Tangki netralisasi pada unit demineralizer

b) Tangki sllury pada unit pengolahan air

c) Pabrik Amonia

d) Pabrik urea

Air limbah tersebut dinetralkan dengan menambah acid atau caustic sampai mencapai pH 6 8. Setelah pH air netral, air limbah tersebut dialirkan ke laut. Untuk Zat Pengotor dan karekteristik serta

2) Kolam Penampungan dan Pengendalian Limbah (KPPL)

Kolam penampungan dan pengendalian limbah (KPPL) mempunyai kapasitas 5.250 m3. Fungsi dari KPPL adalah untuk mengatur komposisi air limbah dan kecepatan buangannya, pengendapan padatan yang masih terkandung dalam air dan melepaskan ammonia yang terlarut dalam air limbah.

1

2

3

3.1

Unit Ammonia

Kelangkaan dan mahalnya bahan baku gas menyebabkan sistesis ammonia di PT PIM hanya dilakukan oleh Pabrik Ammonia-2. Pabrik Ammonia-2 digunakan karena memiliki teknologi yang lebih canggih dan memberikan konversi yang lebih baik daripada Pabrik Ammonia-1. Pabrik Ammonia-2 menggunakan teknologi proses Kellog Brown & Root dari Amerika Serikat dengan kapasitas desain 1.200 ton ammonia/hari atau 396.000 ton ammonia/tahun. Untuk mencapai produksi dengan kapasitas tersebut, dibutuhkan 50 MMBTU gas alam setiap harinya.

Proses pembuatan ammonia di PT. Pupuk Iskandar Muda menggunakan teknologi Kellog Brown and Root (KBR) dari Amerika Serikat. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi ammonia adalah gas alam, steam dan udara.

Proses produksi ammonia terdiri dari lima tahap utama, yaitu:

1. Tahap persiapan gas umpan (Pretreatment)

a) Pemisahan Sulfur Organik

b) Pemisahan Merkuri

c) Pemisahan awal CO2

d) Pemisahan Akhir Sulfur

2. Tahap Reforming dan Shift

a) Primary Reformer

b) Secondary Reformer

c) High Temperature Shift Converter (HTSC)

d) Low Temperature Shift Converter (LTSC)

3. Tahap pemurnian gas sintesis (Syn gas purification)

a) Main CO2 Removal Unit

b) Methanator

4. Tahap sintesis amoniak (Synthesis loop)

a) Kompresi gas sintesis

b) Sintesis amoniak (Syn loop)

5. Tahap pendinginan dan pemurnian produk

a) Refrigerant system unit

b) Purge Gas Recovery unit

c) Process Condensate Stripper unit

d) Steam System unit

Unit Persiapan Gas Umpan Baku

Gas alam dari kilang PT. Arun NGL. CO dialirkan ke dalam Natural Gas Knock Out Drum (61-200-F) untuk memisahkan senyawa hidrokarbon berat yang terbawa sebagai bahan bakar dan overflow dari KO- Drum sebagai bahan baku proses yang selanjutnya akan dialirkan ke sistem persiapan gas umpan baku terdiri dari beberapa tahapan proses, yaitu penghilangan sulfur, penghilangan mercury, dan penghilangan CO2. Akan tetapi, karena gas yang di suplai dari PT.ARUN merupakan gas yang telah mendapatkan treament, sehingga gas tersebut langsung dikirim ke final desulfulizer untuk memastikan tidak terdapat lagi kandungan pengotornya. Sistem persiapan bahan baku terdiri dari beberapa proses yaitu:

Desulfurizer (51-102 DA/DB)

Gas alam sebagai bahan baku proses dialirkan ke dalam Desulfurizer (61-201-DA/DB/DC) yang berisikan sponge iron, yang berfungsi menyerap sulfur yang ada dalam gas alam. Masing-masing Desulfurizer mempunyai volume 68,8 m3. Umur operasinya diperkirakan 90 hari untuk kandungan H2S didalam gas alam maksimum 80 ppm dan keluar dari Desulfurizer diharapkan kandungan H2S dalam gas menjadi 5 ppm. Reaksi yang terjadi adalah :

Fe2O3 + 3H2S Fe2S3 + 3H2O

Mercury Guard Vessel (61-202-D)

Gas dari Desulfurizer mengalir ke Mercury Guard Vessel (61-202-D) yang berisi 6,7 m3 katalis Sulfur Impregnated Activated Carbon berfungsi untuk menyerap Hg yang terdapat dalam gas alam. Mercury dirubah menjadi senyawa Mercury Sulfida dan kemudian diserap pada permukaan karbon aktif. Reaksi yang terjadi adalah :

Hg+H2S HgS

CO2 Pretreatment Unit (CPU)

CO2 Removal bertujuan untuk mengurangi beban energi di Primary Reformer dengan mengurangi kandungan CO2 dari gas umpan. Gas alam yang mengandung CO2 sekitar 23% diturunkan konsentrasinya di CO2 Pretreatment Unit (CPU) hingga kandungan CO2-nya sekitar 4%v dengan menggunakan larutan 50%w aMDEA (activated Mono Diethylamine) sebagai zat penyerap. Penyerapan berlangsung pada temperatur 70-90oC dan tekanan sistem. Dalam penyerapan dan pelepasan CO2 temperatur dan tekanan sangat berpengaruh karena penyerapan (absorpsi) berlangsung baik pada temperatur rendah dan tekanan tinggi, sedangkan pelepasan (stripping) bekerja dengan baik pada temperatur tinggi dan tekanan rendah.

Reaksi yang terjadi adalah :

CO2 +H2OH2CO3

H2CO3 + aMDEA(MDEAH) + (HCO3)

Final Desulfurizer

Final Desulfurizer (61-108-D) merupakan vessel yang berisi dua bed katalis, bed bagian atas berisi katalis Nickel Molibdate yang berfungsi untuk mengubah sulfur organik yang terdapat di dalam gas umpan menjadi sulfur anorganik (H2S) dengan mereaksikannya dengan hidrogen, dan bed bagian bawah berisi katalis ZnO yang berfungsi untuk menyerap H2S yang terbentuk dari bed pertama.

(CoMo)Reaksinya adalah :

RSH+H2 RH + H2S

H2S + ZnO ZnS + H2O

Umur ZnO lebih kurang 5 tahun dengan keluaran dari 61-108-D diharapkan kandungan H2S di dalam gas < 0.1 mgram/m3 .

3.2.2 Sistem Pembuatan Gas Sintesa

Sistem ini bertujuan untuk mengubah gas yang berasal dari sistem persiapan gas umpan baku menjadi gas CO, CO2 dan H2 melalui tahapan proses sebagai berikut:

3.2.2.1 Primary Reformer (61-101-B)

Primary Reformer (61-101-B) terdiri dari dua seksi, yaitu seksi radiant dan seksi konveksi. Seksi radiant merupakan tempat terjadinya reaksi sedangkan Konveksi adalah pemanfaatan panas dari seksi radiant. Gas proses masuk ke Primary Reformer bersama dengan superheated steam dengan perbandingan steam dengan karbon 3,5 : 1 untuk mengubah hidrokarbon menjadi CO, CO2 dan H2.

Pada Primary Reformer (61-101-B), reaksi gas umpan dan kukus dilakukan dengan bantuan katalis berbasis katalis nikel (ICI 57 4) pada bagian atas dan nikel (ICI 24 5) pada bagian bawah. Untuk melindungi katalis nikel dari deposit karbon, diisi dengan potash. dan dilakukan pemanasan dengan pembakaran bahan bakar gas alam. Pemberian kalor ini dikarenakan proses reaksi reformasi kukus merupakan reaksi endotermis. Untuk memberikan kecepatan reaksi dan konversi yang tinggi, reaksi dilakukan pada temperatur dan tekanan tinggi, yakni pada 780-820oC dan tekanan sekitar 37,19 kg/cm2G. Efisiensi termal unit Primary Reformer ini dapat mencapai 93%. Proses-proses reaksi yang berlangsung ditunjukkan pada persamaan reaksi Di bawah ini:

CH4 + O2CO2 + H2O

CxHy + H2OCH4 + CO2

CH4 + H2O CO + 3 H2 (endotermik)

CO + H2OCO2 + 2 H2 (eksotermik)

3.2.2.2 Secondary Reformer

Untuk menyempurnakan reaksi reforming yang terjadi di Primary Reformer (61-101-B), gas dialirkan ke Secondary Reformer (61-103-D) yang juga berfungsi untuk membentuk gas H2, CO dan CO2. Aliran gas ini dicampurkan dengan aliran gas udara yang mengandung O2 dan N2. Gas, steam dan udara mengalir ke bawah melalui suatu unggun yang berisi katalis nikel, sehingga mengakibatkan suhu gas sebelum masuk katalis bertambah tinggi. Reaksinya adalah sebagai berikut :

2H2 + O2 2H2O

CH4+H2O CO + 3H2 + Q

CO+H2OCO + H2 + Q

Secondary Reformer beroperasi pada suhu 1000oC dan tekanan 31 kg/cm2G. Panas yang dihasilkan dari reaksi di atas dimanfaatkan oleh Secondary Reformer Waste Heat Boiler (61-101-C) dan High Pressure Steam Superheater (61-102-C) sebagai pembangkit steam (boiler feed water). Gas yang keluar dari Secondary reformer setelah didinginkan oleh dua buah waste heat exchanger tersebut suhunya menjadi 371oC.

3.2.2.3 Shift Converter

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, reaksi reformasi kukus akan menghasilkan produk H2 dan CO2 dan produk samping gas CO. Gas CO2 tersebut akan dipisahkan dengan menggunakan absorben. Namun gas CO akan sulit dipisahkan dari campuran, karena itu gas CO harus dikonversikan menjadi gas CO2 pada shift converter agar mudah dipisahkan. Shift converter terdiri atas dua bagian yaitu :

a) High Temperature Shift Converter (61-104 D1)

b) Low Temperature Shift Converter(61- 104-D2)

HTS (61-104-D1) beroperasi pada suhu 350-420 oC dan terkanan 30 kg/cm2G, berfungsi mengubah CO dalam proses menjadi CO2 dengan kecepatan reaksi berjalan cepat sedangkan laju perubahannya (konversi) rendah. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

CO+H2OCO2 + H2 + Q

Gas proses yang keluar dari HTS (61-104-D1), sebelum masuk ke LTS (61-104-D2) diturunkan suhunya di dalam alat penukar panas. Proses yang terjadi pada LTS (61-104-D2) sama dengan proses yang ada di HTS. Kondisi operasi pada LTS yaitu pada tekanan 33 kg/cm2G dan suhu 246oC dengan kecepatan reaksi berjalan lambat sedangkan laju perubahannya tinggi.

Pada HTSC, digunakan katalis berbasis besi-krom. Setelah HTSC, reaksi dilangsungkan pada LTSC dengan temperatur yang lebih rendah agar meningkatkan konversi reaksi. Katalis yang digunakan pada LTSC adalah Cu/Zn. Hasil keluaran dari LTSC diharapkan berkadar CO dibawah 0,5%mol.

3.2.3Unit Pemurnian Gas Sintesa

Pada unit ini CO dan CO2 dipisahkan dari gas sintesa, karena CO dan CO2 dapat meracuni katalis ammonia converter (61-105-D). Proses pemurnian gas sintesa ini terdiri dari dua tahap proses, yaitu:

3.2.3.1 Main CO2 Removal (MCR)

Tujuan dari CO2 removal adalah untuk menyerap CO2 yang terbentuk dari primary dan secondary reformer serta hasil konversi di shift converter. CO2 merupakan produk samping (side product) dari pabrik ammonia dan digunakan sebagai bahan baku pabrik urea. Kemurnian produk CO2 pada seksi ini adalah 99,9 %vol. Proses absorpsi CO2 ini dilakukan dengan menggunakan larutan aMDEA (activated Methyl Diethanol Amine), bahan ini merupakan campuran dari MDEA dan piperazin.

Peralatan utama main CO2 Removal terdiri dari :

a) CO2 Absorber (61-101-E)

b) CO2 Stripper (61- 102-E)

Gas sintesis dari hasil LTSC dialirkan ke absorber dan dikontakkan langsung dengan larutan aMDEA dengan Tekanan tinggi dan temperature rendah, kemudian aMDEA yang telah kaya CO2 diregenerasi pada tekanan rendah dan temperatur tinggi di stripper.

3.2.3.2 Methanator (61-101-D)Gas sintesis yang masih mengandung sedikit CO dan CO2 harus diolah lagi sehingga CO dan CO2 benar-benar hilang dan tidak meracuni katalis. Untuk menghilangkan gas-gas ini, dilakukan proses di unit Methanator (61-101-D). Pada Methanator, CO dan CO2 direaksikan agar membentuk metana kembali, karena metana tidak meracuni katalis. Reaksi metanasi ini dilangsungkan pada temperatur 280-300oC dan tekanan sekitar 25 kg/cm2G dengan memanfaatkan katalis berbasis nikel-alumina. Keluaran Methanator diharapkan hanya mengandung CO dan CO2 di bawah 5 ppm. Reaksi yang terjadi adalah :

CO + 3H2 CH4 + H2O + Q

CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O + Q

Gambar 3.6 Methanator

Gas sintesis yang keluar dari Methanator masih mengandung uap air dari kelebihan kukus dan reaksi metanasi. Kandungan air ini harus disingkirkan karena akan membeku saat dilakukan proses refrigerasi pada proses selanjutnya. Proses penghilangan kadar air ini dilakukan dengan Molecular Sieve Dryer (61-109-DA/DB).

3.2.4 Unit Sintesa Ammonia Gas sintesis keluaran Molecular Sieve Dryer yang mengandung H2, N2, dan sedikit CH4, dimasukkan ke reaktor sintesis ammonia atau Ammonia Converter (61-105-D). Dengan perbandingan volume H2 dan N2 sebesar 3 : 1, sebelum dialirkan ke ammonia converter (61-105-D) terlebih dahulu tekanannya dinaikkan dengan syn gas compressor (61-103-J) sampai tekanan 150 kg/cm2G. Compressor ini bekerja dengan dua tingkatan kompresi dengan penggerak turbin uap (steam turbine). Tingkatan pertama disebut Low Pressure Case (LPC) dan tingkatan kedua disebut High Pressure Case (HPC).

Gas sintesa masuk ke LPC dengan temperatur 38oC dan tekanan 24,1 kg/cm2G, kemudian dikompresikan menjadi 63,4 kg/cm2G dan temperatur 67,4oC. Sedangkan pada bagian HPC, gas sintesa bercampur dengan gas recycle dari ammonia converter. Gas sintesa umpan memasuki ammonia converter dengan temperatur 141oC dan tekanan 147 kg/cm2G melalui bagian samping reaktor.

Reaktor ini dibagi menjadi dua bagian berdasarkan fungsinya, yaitu ruang katalis atau ruang konversi dan ruang penukar panas (heat exchanger). Reaksi yang terjadi pada ammonia converter adalah sebagai berikut :

N2+3H22NH3 + Q

Ammonia converter dioperasikan pada suhu 480oC dan tekanan 150 kg/cm2G.

Gambar 3.7 Diagram Alir DCS Ammonia Converter

3.2.5 Sistem Pendinginan AmmoniaAmmonia yang dihasilkan dari Ammonia Converter harus dimurnikan dari zat inert seperti CH4 dan sisa reaktan N2 serta H2. Pemurnian ini dilakukan dengan proses pendinginan dan penurunan tekanan gas. Proses pendinginan ammonia dilakukan secara bertahap dengan menggunakan fluida pendingin air umpan boiler, umpan reaktor, serta air pendingin, dari temperatur 440oC hingga 52-65oC. Gas sintesis ini kemudian didinginkan hingga 17,8oC dengan Unitized Chiller.

Steam ammonia didinginkan dan dikondensasikan terlebih dahulu pada Ammonia Unitized Chiller (61-120-C) sebelum masuk ke refrigerant reservoir (61-109-F). Uap yang tidak terkondensasi dikembalikan ke sistem dan zat yang tidak bereaksi dari chiller dikirim ke unit Ammonia Recovery. Steam ammonia yang terbentuk pada berbagai chiller, flush drum, dan storage tank dimasukkan dalam centrifugal refrigerant compressor (61-105-J). Kompressor ini bekerja berdasarkan sistem pemampatan bertingkat untuk memanfaatkan ammonia sebagai media pendingin. Kompresor ini dioperasikan untuk memenuhi kebutuhan tekanan pada stage flush drum (61-120-CF). Disamping itu juga dapat menaikkan tekanan dari aliran ammonia yang mengalami flushing, sehingga memungkinkan ammonia terkondensasi setelah terlebih dahulu didinginkan dalam refrigerant condenser (61-127-C).

Pada Unitized Chiller (61-120-CF4/3/2/1), ammonia diekspansi empat tahap agar mencapai temperatur sekitar -33oC. Ekspansi dilakukan pada unit 61-120-CF4 hingga unit 61-120-CF1 dengan capaian tekanan keluaran masing-masing 15, 6, 2,5, dan 0,3 kg.G/cm2 dengan capaian temperatur keluaran masing-masing 13,1, -1,9, -13,1, dan -32,2oC. Produk keluaran Unitized Chiller ini disebut cold product dan dikirim ke tangki penyimpanan ammonia cair. Sedangkan uap ammonia yang terbentuk dikompresi ulang untuk kemudian dialirkan menuju Refrigerant Receiver dan kemudian didinginkan kembali.

3.2.6 Unit Daur Ulang Ammonia Unit ini berfungsi untuk menyerap NH3 yang terkandung didalam gas buang sehingga diperoleh effisiensi produk ammonia yang lebih tinggi. Penyerapan kandungan ammonia yang ada dalam campuran gas buang dilakukan dalam dua packed absorber dengan sirkulasi yang berlawanan arah antara gas-gas dengan air.

HP Ammonia Scrubber (61-104-E) menyerap ammonia yang terikut dalam purge gas tekanan tinggi dari sintesa loop dengan temperatur 28,8oC. Gas-gas yang keluar dari menara absorber dikirim ke unit daur ulang hidrogen (HRU).

LP Ammonia Scrubber (61-103-E) menyerap ammonia yang terikut di dalam purge gas dari Ammonia Letdown Drum (61-107-F) dan refrigerant receiver (61-109-F) yang bertemperatur -17 OC. Gas-gas yang keluar dari menara absorber dikirim ke primary reformer sebagai bahan bakar.Larutan aquas ammonia dari HP ammonia scrubber dan LP ammonia scrubber serta kondensat dari HRU dipanaskan sampai 165oC di ammonia stripper feed/effluent exchanger (61-141-C) lalu dialirkan ke ammonia stripper (61-105-E). Pada column ini terjadi pelepasan ammonia dari aquas Ammonia, ammonia yang telah dipisahkan dikirim kembali ke refrigerant system. Untuk menjaga temperatur ammonia keluar dari top column dispray ammonia cair dari produk panas melalui inlet sparger di top column. Untuk memberi panas ke column digunakan ammonia stripper reboiler (61-140-C) dengan menggunakan steam.

Gambar 3.8 Diagram Alir DCS Pure Gas dan Condensate Recovery Unit

3.2.7 Unit Daur Ulang Hidrogen

Unit daur ulang hidrogen (HRU) ini menggunakan teknologi membran separation yang diproduksi oleh Air Product U.S.A. Tujuan daur ulang hidrogen adalah untuk memisahkan gas hidrogen yang terdapat dalam purge gas dari HP Ammonia Scrubber (61-104-E) sebelum dikirim ke fuel sistem. Sedangkan hidrogen yang diperoleh dikembalikan ke sintesa loop untuk diproses kembali menjadi ammonia.

Prism separator merupakan inti dari peralatan pada HRU. Prism separator menggunakan prinsip pemilihan permeation (perembesan) gas melalui membran semi permeabel. Molekul gas akan berpindah melalui batas membran jika tekanan parsial dari gas lebih rendah dari tekanan disebelahnya. Membran ini terdiri dari hollow fiber yang terdiri dari sebuah bundle hollow fiber yang mempunyai seal pada setiap ujungnya dan melalui tube sheet. Bundle ini dipasang dalam bentuk pressure vessel. Setiap separator mempunyai 3 buah nozzles, satu di bagian inlet dan dua buah di bagian outlet.

Dalam operasi gas memasuki inlet nozzle dan melewati bagian luar hollow fiber. Hidrogen permeate melalui membran lebih cepat dari pada gas lain. Gas yang akan di daur ulang memasuki HP prism separator 103-LL1A dan 103-LL1B secara paralel melalui bottom nozzle dan didistribusikan ke bundle hollow fiber di shell sidenya. Gas kaya hidrogen permeate lewat melalui pori hollow fiber, melewati internal tube sheet, dan keluar melalui nozzle outlet. Hidrogen yang keluar dari kedua prism tersebut merupakan produk high pressure permeate dan dialirkan ke syn gas compressor 1st stage cooler (61-130-C) dengan tekanan 57 kg/cm2g.

Aliran tail gas yang meninggalkan shell side dari HP prism separator di letdown, kemudian mengalir ke LP prism separator (61-103-LL2A, 2B, 2D, 2E, 2F) untuk proses pemisahan selanjutnya. Permeate dari LP prism seperator ini merupakan produk low pressure permeate dan dikirim ke up stream methanator effluent cooler (61-115-C) dengan tekanan 31 kg/cm2g. Tail gas kemudian meninggalkan shell side LP prism separator dengan kondisi minimum hidrogen dan gas non-permeate. Gas non-permeate terdiri dari inert gas methan dan argon yang di buang dari Ammonia Synthesis Loop, dan digunakan sebagai bahan bakar di primary reformer.

Gambar 3.9 Diagram Alir Hydrogen Recovery Unit (HRU)

3.3 Unit Urea

Akibat kelangkaan dan mahalnya bahan baku gas, hanya Pabrik Urea-1 yang diaktifkan. Sebenarnya Pabrik Urea-2 sudah lebih modern dan memberikan konversi yang lebih baik daripada Pabrik Urea-1, namun karena masih ada kendala teknis, Pabrik Urea-2 belum bisa diaktifkan. Pabrik Urea-1 masih menggunakan teknologi lama, yakni teknologi proses Mitsui Toatsu Total Recycle C Improved dengan kapasitas produksi urea berbentuk prill sebesar 1.725 ton/hari atau 570.000 ton/tahun. Proses ini dipilih karena mempunyai beberapa kemudahan dan keuntungan antara lain:

a) Murah ongkos pembuatannya

b) Mudah untuk mengoperasikannya

c) Memberi hasil produk yang tinggi

Secara umum proses di Pabrik Urea-1 dapat diilustrasikan pada Gambar 3.12

Gambar 3.10 Block Diagram Proses Urea

3.2.1Sintesis Urea

Gas CO2 yang didatangkan dari Pabrik Ammonia-2 diolah terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke reaktor urea.Gas CO2 ini dikeringkan terlebih dahulu oleh Suction Separator (52-FA-161-3). Gas CO2 kering kemudian dikompresi bertahap dengan CO2 Booster Compressor (52-GB-101, tipe sentrifugal) dari 0,7 kg/cm2G hingga 30 kg/cm2G kemudian ditekan lagi menjadi 250 kg/cm2G pada CO2 Compressor (52-GB-102, tipe resiprokal dua tahap).

Ammonia cair dari Pabrik Ammonia-2 juga diolah terlebih dahulu. Ammonia cair ini awalnya dicampurkan dengan ammonia hasil recovery,yang didatangkan dari kondensor (52-EA-202A-D), ke dalam Ammonia Reservoir (52-FA-401). Disini gas inert dilepaskan melalui Gas Releaser. Ammonia kemudian dinaikkan tekanannya dan dipompakan dengan Liquid Ammonia Feed Pump (52-GA-101) dari 17 kg/cm2G menjadi 24 kg/cm2G, kemudian dipompa lagi sampai tekanan mencapai 250 kg/cm2G. Untuk mencapai temperatur yang dibutuhkan, ammonia dipanaskan oleh Ammonia Preheater (52-E-101/102) hingga temperaturnya menjadi 80oC

Sintesis urea dilakukan dengan reaktor urea (52-DC-101) berupa silinder tegak setinggi 30 meter dengan lapisan logam titanium di bagian dalam. Umpan ammonia dan gas CO2, serta karbamat hasil recovery, dimasukkan dari bagian bawah reaktor. Reaksi dilakukan pada tekanan 250 kg/cm2G dan temperatur 200oC. Produk campuran urea, karbamat, air, dan sisa reaktan, akan keluar dari atas reaktor secara overflow. Reaksi yang terlibat:

2 NH3 + CO2NH2COONH4 (karbamat) (4.8)

NH2COONH4CO(NH2)2 (urea) + H2 (4.9)

2 CO(NH2)2 NH2CONHCONH2 (biuret)+NH3 (4.10)

Reaksi pada Persamaan 4.8 berlangsung secara cepat dan eksoterm, sementara reaksi pada Persamaan 4.9 berlangsung dengan lambat dan eksoterm.Karena itulah reaksi sintesis urea sangat bergantung pada reaksi pada Persamaan 4.9 yang berlangsung lambat.Akibatnya, untuk menghasilkan konversi yang tinggi, reaksi sintesis urea di industri dilakukan pada temperatur tinggi untuk meningkatkan dehidrasi karbamat menjadi urea.Reaksi juga dilakukan pada tekanan tinggi dan rasio NH3/CO2 yang tinggi untuk mendorong pembentukan karbamat sesuai Persamaan 4.8.

Reaksi pada Persamaan 4.10 merupakan reaksi samping dan terbentuknya produk biuret.Reaksi samping ini sangat tidak diharapkan karena biuret bersifat racun dan dapat membunuh tanaman.Salah satu cara mencegah terbentuknya biuret adalah dengan menggunakan rasio NH3/CO2 yang tinggi sehingga reaksi pada Persamaan 4.10 terdorong ke pembentukan urea.

3.2.2Purifikasi Produk

Produk dari hasil reaksi sintesa terdiri dari urea, biuret, air, ammonia karbamat dan ammonia berlebih. Proses selanjutnya diperlukan untuk memisahkan urea dan produk reaksi yang lain. Pemindahan dilakukan dengan menurunkan tekanan sehingga ammonium carbamat terurai menjadi gas-gas ammonia dan CO2.

a) Reaksi Dekomposisi Amonium Carmbamat

NH2 COONH4 2NH3 + CO2

Reaksi berlangsung pada temperatur 151oC 165oC. Pengurangan tekanan akan menaikkan temperatur sehingga akan memperbesar konversi. Selama dekomposisi reaksi, hidrolisa urea merupakan faktor penting yang harus diperhatikan, karena hidrolisa menyebabkan berkurangnya urea yang dikehendaki sebagai produk.

b) Reaksi Hidrolisa Udara

NH2 CONH2 + H2O CO2 + 2NH3

Hidrolisa mudah terjadi pada suhu tinggi, tekanan rendah dan residence time yang lama. Pembentukan biuret adalah faktor lain yang harus diperhatikan baik dalam proses dekomposisi, maupun dalam proses berikutnya (kristalisasi dan pembutiran).

c) Reaksi Pembentukan Biuret

2NH2 CONH2 NH2CONHCONH2 + NH3

Reaksi ini bersifat reversible dan berlangsung pada temperatur di atas 90oC, dan tekanan parsial ammonia yang rendah. Pembentukan biuret dapat ditekan dengan adanya kelebihan ammonia. Jumlah biuret yang terbentuk juga dipengaruhi oleh residence time yang lama. Dekomposisi berlangsung pada saat larutan keluar dari top reaktor urea (52-DC-101) dengan temperatur 126oC melalui suction expantion yang disebut let down valve, pada saat tersebut sebagian besar karbamat akan terurai menjadi ammonia dan CO2 yang disebabkan turunnya tekanan sebesar 17 kg/cm2G.

Ammonia dan ammonium carbamat yang tersisa selanjutnya dipisahkan dari larutan dalam dekomposer tahap II yaitu Low Pressure Dekomposer (52-DA-202). Untuk LPD beroperasi dengan tekanan 2,5 kg/cm2G dan temperatur 235oC, sedangkan untuk gas separator terdiri dari 2 bagian yaitu: bagian atas dioperasikan pada temperatur 107oC, dengan tekanan 0,3 kg/cm2G dan bagian bawah dioperasikan pada 92oC dan tekanan atmosfir

3.3.3Unit Recovery

Campuran gas yang berupa ammonia, karbon dioksida serta sedikit uap air yang dihasilkan dari pemisahan urea yang terbentuk di dalam reaktor pada seksi dekomposisi dikembalikan sebagai gas, larutan atau slurry untuk selanjutnya digunakan sebagai umpan reaktor urea adalah tidak ekonomis untuk membuang gas-gas tersebut ke udara luar atau memasukkannya ke tempat pembuangan, di samping akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Di dalam seksi recovery gas-gas tersebut diserap dengan larutan urea. Larutan urea yang dipergunakan di sini diperoleh sebagai cairan induk dari seksi kristalisasi dan pembutiran.

Gas-gas ammonia dan CO2 yang diserap bergabung kembali menjadi ammonium carbamat. Larutan yang diperoleh dikirim kembali ke reaktor sebagai recycle solution sebagian ammonia cair dan dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku, agar sebanyak mungkin gas diperoleh kembali di dalam seksi ini, maka penyerapan dilakukan dalam beberapa tahap. Gas yang keluar dari High Pressure Decomposer (52-DA-201) diserap berturut-turut di dalam High Pressure Absorber Cooler (52-EA-401) dan High Pressure Absorber (52-DA-401).

Gas yang keluar dari high pressure absorber sebagian besar terdiri atas ammonia dan dicairkan kembali di dalam ammonia condenser dan diperoleh ammonia cair. Sedangkan sisa gas yang belum cair diserap di dalam ammonia recovery absorber dengan air.

Gas yang keluar dari low pressure dekomposer diserap berturut-turut di dalam low pressure absorber dan off gas absorber, sehingga gas yang keluar dari low pressure absorber hanya mengandung sedikit gas pereaksi. Gas tersebut dicampur dengan udara dan dikirim ke gas separator untuk membantu menghalau gas dari larutan urea.

Gas dari gas separator dipisahkan menjadi ammonia, karbamat cair dan gas sisa di dalam off gas condenser. Gas tersebut diserap di dalam off gas absorber bersama-sama dengan gas yang berasal dari low pressure absorber dengan menggunakan cairan dari off gas absorber.

Cairan ini sebagian di kirim ke Low Pressure Absorber sebagai cairan induk penyerap gas berturut-turut di dalam Low Pressure Absorber dan High Pressure Absorber dan menghasilkan larutan karbamat yang dipakai sebagai recycle solution.

3.3.4 Unit Kristalisasi dan Pembutiran

Larutan urea yang keluar dari gas separator (52-DA-203) dengan konsentrasi 70 75% dikirim ke crystallizer (52-FA-201) dengan pompa urea (52-GA-205), di sini urea divakumkan untuk mengurangi kandungan air yang ada dalam larutan urea. Kristal-kristal yang terbentuk dalam vakum crystalizer dikirim ke centrifuge (52-GF-201) untuk dipisahkan dari mother liquor, kemudian dikeringkan melalui dryer (52-FE-301) sampai kadar airnya 0,3% dengan menggunakan udara panas.

Panas yang diperlukan untuk menguapkan air dalam Crystallizer diperoleh dari 3 sumber yaitu Panas sensibel dari larutan urea dari gas separator (DA-203), panas kristalisasi urea yang sedang mengkristal, panas yang di dapat oleh slury yang disirkulasi melalui High Pressure Absorber Cooler (EA-401).

Kristal-kristal urea kering dikirim ke atas prilling tower (52-IA-301) dengan pneumatic conveyor melalui fluidizing dryer (52-FF-301) di situ kristal dilelehkan di dalam melter (52-EA-301), dan lelehan tersebut turun ke head tank (52-FA-301), melalui distributor (52-PF-301) dan spraying nozzle granulator di dalam prilling tower dan di bawahnya dihembus dengan udara dingin sebagai media pendingin sehingga dihasilkan butiran urea.

Urea keluar dari bagian bawah prilling tower (fluidizing cooler) diayak melalui tromel (52-FD-303) untuk dipisahkan over sizenya dan yang memenuhi spesifikasi selanjutnya dikirim ke gudang (bulk storage) dengan menggunakan belt conveyer. Butiran urea yang over size dilarutkan di dalam disolving tank, selanjutnya dikirim ke crystalizer dan sebagian lagi dikirim ke recovery. Debu urea dan udara bersih yang tidak terserap dibuang ke atmosfir melalui urethane foam filter. Butiran urea yang dihasilkan berkadar air yang relatif rendah yaitu 0,3% berat maximum.

Urea yang dihasilkan oleh PT. PIM harus memenuhi spesifikasi sebagai berikut:

- Kadar nitrogen46 % berat minimum

- Kadar air0,3 % berat maksimum

- Kadar biuret0,5 % Berat maksimum

- Kadar besi0,1 ppm maksimum

- Ammonia bebas150 ppm maksimum

- Abu15 ppm maksimum

- Fe (Iron)1,0 ppm maksimum

Gambar 3.11 Diagram Alir Seksi Recovery, Kristalisasi dan Pembutiran

3.3.5Bagging Unit dan Gudang Urea Bulk

Urea prill yang telah dihasilkan harus dijaga dengan baik agar tidak terjadi kerusakan yang mengakibatkan turunnya kualitas produk. Hal ini sangat potensial terjadi pada saat transportasi, pada saat pengantongan atau pada saat penyimpanan. Urea prill yang berasal dari prilling tower diangkut dengan belt conveyor ke splitter. Belt conveyor ini mempunyai kemampuan angkut 72 ton/jam. Dari splitter sebagian urea prill dialirkan ke gudang penyimpanan sedangkan sebagian lagi dikirim ke splitter pada bagian pengantongan (bagging).

Pada gudang penyimpanan ini tumpukan urea prill diatur dengan menggunakan tripper, sehingga tumpukan urea prill dalam gudang merata. Di dalam gudang terdapat portal scrubber yang dilengkapi pengatur kecepatan. Alat ini berfungsi untuk mengeruk dan memindahkan urea prill ke belt conveyor, untuk seterusnya dikirimkan ke spilter. Spilter membagi urea prill tersebut menjadi dua bagian, sebagian dikapalkan sedangkan sebagian lagi dikirim ke bagging.

Pada belt conveyer, yang mengirim urea prill ke kapal dipasang alat pengukur flow rate. Agar urea prill yang disimpan dalam gudang terjaga kelembaban dan kekerasannya, maka kelembaban harus dijaga antara 65 70% dan suhu gudang harus 5 10oC di atas suhu lingkungan kondisi seperti ini diatur dengan memakai aliran steam yang dialirkan ke dalam gudang.

Pada bagging, urea prill dibagi oleh splitter ke dalam dua buah hopper. Pada alat ini terdapat weight total counter untuk mengukur berat urea yang dikantongkan pada setiap kantong. Hooper ini berfungsi untuk memasukkan urea ke dalam kantong dan kemudian menjahit kantong tersebut. Alat ini bekerja semi-otomatis. Alat ini dapat menghasilkan 720 kantong urea/hari dengan kapasitas 50 kg urea pada tiap kantongnya. Kantong-kantong urea tersebut lalu dipak dengan bantuan palletizer.Untuk mengatasi debu-debu yang banyak timbul pada saat penyimpanan dan pengantongan maka digunakan bag filter. Debu-debu yang timbul diserap oleh alat ini, kemudian diproses lebih lanjut sehingga udara yang dibuang ke atmosfir telah bersih dari debu.

4

5

5.1

STEAM SH

BFW

STEAM SL

GAS & STEAM

INHIBITOR &

DISPERSANT

DEAERATOR

BOILER

O2 & CO2

SCAVANGER

STEAM SH

BFW

STEAM SL

GAS & STEAM

INHIBITOR & DISPERSANT

DEAERATOR

BOILER

O2 & CO2 SCAVANGER

Mullite

Ball

Distributor

Gas Outlet

CATALYST

Mullite Ball

Distributor

Gas Outlet

SYNTHESIS

SECTION

PURIFICATION

SECTION

CRYSTALLIZATION

SECTION

PRILLING

SECTION

CO

2

NH

3

BULKSTORAGERECOVERY

SECTION

Mix Gas

Mother LiquorAmmoniumCarbamate Ship loader BAGGINGMACHINE

SYNTHESIS

SECTION

PURIFICATION

SECTION

CRYSTALLIZATION

SECTION

PRILLING

SECTION

CO2

NH3

BULK

STORAGE

RECOVERY

SECTION

Mix Gas

Mother Liquor

Ammonium

Carbamate

Ship loader

BAGGING

MACHINE

SYNTHESIS

SECTION

PURIFICATION

SECTION

CRYSTALLIZATION

SECTION

PRILLING

SECTION

CO

2

NH

3

BULK

STORAGE

RECOVERY

SECTION

Mix Gas

Mother Liquor

Ammonium

Carbamate

Ship loader

BAGGING

MACHINE

SYNTHESIS

SECTION

PURIFICATION

SECTION

CRYSTALLIZATION

SECTION

PRILLING

SECTION

CO2

NH3

BULK

STORAGE

RECOVERY

SECTION

Mix Gas

Mother Liquor

Ammonium

Carbamate

Ship loader

BAGGING

MACHINE

GAS BUMIAIR BAKU

NH

3

UREA ( NH

2

CONH

2

)

UNIT UTILITYUNIT AMMONIAUNIT UREA

CO

2

GAS BUMILISTRIKUAP AIRLISTRIKP W & FWN

2

N

2

IA & PAP W & FWIA & PA

GAS BUMI

AIR BAKU

NH3

UREA ( NH2CONH2 )

UNIT UTILITY

UNIT AMMONIA

UNIT UREA

CO2

GAS BUMI

LISTRIK

UAP AIR

LISTRIK

P W & FW

N2

N2

IA & PA

P W & FW

IA & PA