22
Rekayasa Pelabuhan BAB III ANALISA PERENCANAAN PELABUHAN A. PERENCANAAN GUDANG Gudang digunakan untuk menyimpan barang sebelum bisa diangkut oleh kapal, atau setelah dari kapal dan menunggu pengangkutan barang ke daerah yang dituju. Gudang dibedakan atas gudang tertutup (storage) dan gudang terbuka, biasanya disebut lapangan penumpukan (open storage). A.1. Sirkulasi barang ekspor/impor pada bulan sibuk A.1.1. Prosentase Barang Ekspor/Impor Indirect Untuk penanganan bongkar muat General Cargo biasanya melalui angkutan langsung, melalui gudang dan melalui lapangan penumpukan. Pada angkutan langsung (direct), barang yang telah dibongkar dari kapal selanjutnya dapat dimasukkan dan diangkut langsung dengan menggunakan truk, dan dengan bantuan forklift dan tenaga buruh, yang selanjutnya langsung dibawa ke tempat tujuan. Tetapi apabila barang tersebut tidak memungkinkan untuk langsung dibawa, maka barang tersebut bisa langsung dimasukkan ke dalam gudang transit (undirect) atau biasa disebut juga gudang lini I, yang berada dibelakang dermaga. Berdasarkan penjelasan diatas, pergerakan barang yang akan dimuat ke kapal atau bongkar dari kapal, dalam pelaksanaannya bisa secara langsung (direct) dan tidak langsung (undirect).

Bab III Wino

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab III Wino

Rekayasa Pelabuhan

BAB III

ANALISA PERENCANAAN PELABUHAN

A. PERENCANAAN GUDANG

Gudang digunakan untuk menyimpan barang sebelum bisa diangkut oleh

kapal, atau setelah dari kapal dan menunggu pengangkutan barang ke daerah yang

dituju. Gudang dibedakan atas gudang tertutup (storage) dan gudang terbuka,

biasanya disebut lapangan penumpukan (open storage).

A.1. Sirkulasi barang ekspor/impor pada bulan sibuk

A.1.1. Prosentase Barang Ekspor/Impor Indirect

Untuk penanganan bongkar muat General Cargo biasanya melalui angkutan

langsung, melalui gudang dan melalui lapangan penumpukan. Pada angkutan

langsung (direct), barang yang telah dibongkar dari kapal selanjutnya dapat

dimasukkan dan diangkut langsung dengan menggunakan truk, dan dengan bantuan

forklift dan tenaga buruh, yang selanjutnya langsung dibawa ke tempat tujuan. Tetapi

apabila barang tersebut tidak memungkinkan untuk langsung dibawa, maka barang

tersebut bisa langsung dimasukkan ke dalam gudang transit (undirect) atau biasa

disebut juga gudang lini I, yang berada dibelakang dermaga.

Berdasarkan penjelasan diatas, pergerakan barang yang akan dimuat ke kapal

atau bongkar dari kapal, dalam pelaksanaannya bisa secara langsung (direct) dan

tidak langsung (undirect).

Tabel 3.1. Persentase Bongkar / Muat Per Tahun

Tahun 2009 2010 2011 2012 2013

Bongkar (%) 30 56 65 55 77

Muat (%) 70 44 35 45 23

Pada suatu pelabuhan, kondisi idealnya adalah jumlah barang yang masuk

(bongkar) sama dengan jumlah barang yang keluar (muat). Sehingga persentase muat

berbanding persentase bongkar adalah seimbang yaitu 50% : 50%.

Dari data yang ada, kita ketahui bahwa persentase yang paling mendekati

persentase ideal adalah pada tahun 2012, dimana persentase bongkar berbanding

persentase muat adalah 55% : 45%.

Page 2: Bab III Wino

Rekayasa Pelabuhan

Dengan demikian untuk perencanaan selanjutnya akan diambil persentase

paling optimum yang berada diantara rentang tersebut yaitu 50% untuk bongkar dan

50% untuk bongkar muat.

Jadi, waktu pelayanan kapal di dermaga dapat direncanakan sebagai berikut :

Waktu yang tersedia untuk 1 unit kapal adalah 24 jam

Waktu untuk kapal siap sandar dan siap berlayar adalah 1 jam

Waktu untuk bongkar muat adalah 23 jam

Waktu bongkar = 50% x 23 = 11,5 jam

Waktu muat = 50% x 23 = 11,5 jam

Untuk sirkulasi barang, data yang digunakan dari data hasil estimasi dan data

persentase optimum untuk kunjungan kapal diketahui yaitu sebesar 10,684%.

Barang yang dibongkar

Impor = 10.751 ton/tahun

Pergerakan barang yang terjadi pada bulan optimum adalah :

10.751 x 10,684% = 1.149 ton

Jumlah pergerakan yang terjadi di dalam 1 hari pada bulan optimum adalah :

1.149 ton : 30 hari = 38 ton/hari

Barang yang dimuat

Ekspor = 20.159 ton/tahun

Pergerakan barang yang terjadi pada bulan optimum adalah :

20.159 x 10,684% = 2.154 ton

Jumlah pergerakan yang terjadi di dalam 1 hari pada bulan optimum adalah :

2.154 ton : 30 hari = 72 ton/hari

Tabel 3.2. Peersentase Barang Direct dan Indirect

No Klasifikasi Jmlh Cargo

Ton/hari

Direct Indirect

% Ton/hari % Ton/hari

1 Bongkar (impor) 38 55 21,06 45 17,23

2 Muat (ekspor) 72 55 39,49 45 32,31

A.1.2. Prosentase Barang Ekspor/Impor untuk Open Storage dan Storage

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa untuk penanganan barang-

barang General Cargo mempunyai fasilitas yang disebut gudang. Gudang dibedakan

atas gudang tertutup (storage) dan gudang terbuka (open storage).

Page 3: Bab III Wino

Rekayasa Pelabuhan

Gudang untuk menyimpan barang-barang yang baru saja diturunkan dari

kapal dan yang akan dimuat ke kapal, sehingga barang terlindungi dari hujan dan

terik matahari. Untuk barang yang tidak terlalu memerlukan perlindungan dapat

ditempatkan pada lapangan penumpukan. Gudang hanya menyimpan barang-barang

untuk sementara waktu sambil menunggu pengangkutan lebih lanjut ke tempat tujuan

akhir.

A.2. Luasan gudang

Ada 2 macam gudang :

a. Gudang Tertutup

Gudang tertutup digunakan untuk menyimpan barang-barang yang mudah

merusak atau tidak tahan terhadap perubahan cuaca. Untuk mencari luas gudang

digunakan rumus sebagai berikut :

Dimana : b = faktor kelonggaran (1,5 – 2)

q = jumlah bongkar muat/tahun

t = waktu transit (3 hari)

P = faktor masa puncak

d = daya dukung lantai diambil 20 ton/m

Th = jumlah hari dalam 1 tahun (365 hari)

Jadi luasan gudang tertutup sebagai berikut :

L =

= ½ L

= 11,05 m2

L

Atau dicoba L = 5, maka

L = L x ½ L = 5 x ½ 5 = 12,5 m2

(gunakan luas gudang 12,5 m2)

Page 4: Bab III Wino

Rekayasa Pelabuhan

b. Gudang terbuka

Gudang terbuka digunakan untuk barang-barang yang cukup kuat dari gangguan

cuaca luar seperti panas, hujan, suhu, misalnya peti kemas (conteiner).

Sesuai buku perencanaan pelabuhan oleh Soedjono Kramadibrata hal 281 tabel

9.2 untuk peti kemas diambil kapasitas terbesar = 30 ton.

Tabel 3.1. Ukuran Pokok Peti kemas

KapasitasL (ft) W (ft) H (ft) (ton)

40 ft container 40 8 8 3030 ft container 29,825 8 8 2520 ft container 19,105 8 8 2010 ft container 9,925 8 8 10

PenyebutanDimensi

Jumlah bongkar muat dalam 3 hari = 3 x 17,23 ton

= 51,69

Jumlah peti kemas = 51,69/30

= 1,7 buah 2 buah

Luas yang diperlukan = 2 x 28 = 56 m2

dengan dimensi yang diambil = L x ½ L

= 11 m x 5,5 m = 60,5 m2

Jadi, luas gudang (A) adalah

A = Luas gudang tertutup + luas gudang terbuka

= 12,5 + 60,5

= 73 m2

A.2.1. Lamanya Barang di Gudang

Lamanya barang general Cargo masuk ke dalam gudang minimal 1 (satu) hari.

Sedangkan waktu maksimal didalam gudang selama 30 hari, dan dipungut biaya sewa

gudang. Dalam hal ini yang sangat berperan atas lamanya barang digudang adalah

pihak Bea dan Cukai. Jangka waktu 30 hari yang disediakan dianggap cukup untuk

memberi kesempatan kepada yang berkepentingan untuk segera mengeluarkan barang

tersebut, agar tidak mengganggu kelancaran arus barang di pelabuhan khususnya di

dalam gudang. Bila sampai waktu yang telah ditentukan barang tersebut belum

dikeluarkan, maka oleh pejabat Bea dan Cukai segera diberitahukan secara tertulis

Page 5: Bab III Wino

Rekayasa Pelabuhan

kepada pemilik barang bahwa barang tersebut akan dilelang jika tidak diselesaikan

dalam jangka waktu 60 hari sejak disimpan di dalam gudang.

Luasan gudang yang ada diketahui 73 m2

Kapasitas daya dukung gudang sebesar 2 ton/m2 (asumsi)

Barang impor yang masuk ke gudang sebesar 17,23 ton/hari.

Kemampuan gudang dalam 1 hari adalah :

17,23 : 3 = 5,74 m2

Efisiensi luas gudang adalah 85% (asumsi)

Waktu maksimum barang dalam gudang adalah :

= 10 hari

Barang ekspor yang masuk ke gudang sebesar 32,31 ton/hari.

Kemampuan gudang dalam 1 hari adalah :

32,31 : 3 = 10,77 m2

Efisiensi luas gudang adalah 85%

Waktu maksimum barang dalam gudang adalah :

= 5,7 hari, dibulatkan menjadi 6 hari.

A.2.2. Daya Dukung Gudang

Dari sirkulasi barang telah diketahui bahwa barang impor yang masuk ke

gudang sebesar 17,23 ton/hari dan barang ekspor 32,31 ton/hari.

Untuk mengertahui luas kebutuhan gudang pada tahun 2016 adalah :

Barang impor sebesar 17,23 ton/hari.

Kapasitas daya dukung gudang sebesar 2 ton/m2

Lamanya barang impor digudang yaitu 10 hari

Jadi, luasan gudang yang diperlukan adalah :

(10 x 17,23) : 2 ton/m2 = 86,15 m2

Page 6: Bab III Wino

Rekayasa Pelabuhan

Barang ekspor sebesar 32,31 ton/hari.

Kapasitas daya dukung gudang sebesar 2 ton/m2

Lamanya barang impor digudang yaitu 6 hari

Jadi, luasan gudang yang diperlukan adalah :

(6 x 32,31) : 2 ton/m2 = 96,93 m2

Jadi total luas gudang untuk tahun 2025 adalah :

86,15 m2 + 96,93 m2

= 183,08 m2

Dalam satu gudang (General Cargo) untuk penumpukan/ pengambilan muatan

terdiri dari muatan ekspor dan muatan impor. Jadi untuk 10 tahun yang akan datang

(2025) diperlukan adanya penambahan luas gudang sebesar 183,08 – 72 = 111,08 m2.

B. PENENTUAN TIPE DAN JUMLAH KAPAL

Dermaga General Cargo di Pelabuhan Kubu merupakan konstruksi dari beton

bertulang yang kokoh dan kuat menahan beban vertikal maupun horizontal (benturan

kapal, angin, arus, dan lain-lain).

Alur pelayaran dan perairan pelabuhan

Fungsi alur pelayaran dalam perencanaan pelabuhan adalah agar dapat

mencapai kedalaman yang sesuai dapat berjalan lancar. Selain itu juga agar terhindar

dari terjadinya benturan antara kapal yang satu dengan kapal yang lainnya.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan alur pelayaran adalah :

a. Tanah yang dikeruk harus dapat diperhatikan pada pembuatan alur kapal tersebut

tidak boleh melewati batas bidang kritis dan breakwater yang terdapat

disekitarnya, agar breakwater tidak mengalami kelongsoran.

b. Tempat putar kapal berdiameter 1,5 kali panjang kapal maksimum.

c. Adanya alur pelayaran bagi kapal yang masuk dan keluar.

Dari data yang diperoleh berdasarkan peta daerah Pelabuhan Tg. Nipah ini,

diketahui bahwa kedalaman maksimum dalam kolam pelabuhan adalah -1 m DWT.

Jadi, berdasarkan data kedalaman alur perairan tersebut, direncanakan kapal yang

akan melewati adalah kapal dengan bobot 3000 DWT (Berdasarkan tabel 1.1 hal

22,buku Bambang Triatmodjo).

C. PENENTUAN BESARAN DERMAGA DAN TIPE DERMAGA

C.1. Manajemen pelabuhan

C.1.1. Waktu Bongkar Muat Kapal

Page 7: Bab III Wino

Rekayasa Pelabuhan

Untuk menentukan waktu pelayanan optimum bagi keperluan bongkar muat

barang, berikut ini akan ditampilkan persentase muat dan persentase bongkar

terhadap total bongkar muat per tahunnya.

% muat atau % bongkar =

Jmlh muat atau jumlah bongkar

X 100%

Total Bongkar Muat

C.1.2. Jumlah Kapal yang Dapat dilayani Dalam Satu Hari

Dalam menentukan banyaknya kapal yang masuk ke pelabuhan dalah periode

1 (satu) tahun, dapat digunakan beberapa asumsi sebagai berikut dan untuk

selanjutnya didapatlah jumlah kapal yang masuk dalam 1 (satu) hari.

1. Asumsi I

Dalam waktu 4 bulan (Mei, Juni, Juli, dan Agustus) pelabuhan disinggahi

kurang lebih 75% dari seluruh kapal yang masuk per tahunnya.

2. Asumsi II

Untuk setiap bulannya + 75% kapal telah masuk ke pelabuhan dalam waktu

10 hari dari total seluruh kapal yang masuk tiap bulannya.

3. Asumsi III

Dari total DWT kapal yang bersangkutan hanya 75% yang melakukan

bongkar muat.

Jumlah barang yang masuk (impor) pada tahun 2015 adalah 8000 ton. Untuk

rencana 10 tahun mendatang dengan tingkat pertumbuhan 2% per tahun, maka

S2025 = 8000 (1 + 0,02)10

= 9751,955 ton

Dengan asumsi kapal masuk 3000 DWT (Berdasarkan tabel 1.1 hal 22,buku

Bambang Triatmodjo), didapat data-data sebagai berikut :

Panjang (Loa) = 92 m

Lebar (B) = 14,2 m

Draft (Dr) = 5,7 m

Page 8: Bab III Wino

Rekayasa Pelabuhan

Sehingga :

Jumlah kapal/tahun, setelah pelabuhan dibuka

JKT =

Jumlah Barang pada Tahun Rencana

( 75% x DWT)

JKT = = 8,96 kapal/tahun

Jumlah kapal pada 4 bulan sibuk :

JK4B = JKT x 75% = 8,96 x 0,75 = 7 kapal

Jumlah kapal pada 1 bulan sibuk :

JKB = = = 2 kapal

Jumlah kapal untuk waktu 10 hari

JK10 = = = 1 kapal

Jika pada pelabuhan tersebut, waktu putar untuk setiap pelayanan disebut sebagai

waktu putar (Wp) hari, maka jumlah kapal selama periode waktu putar adalah :

JKwp = Wp x (JK10/10)

= 1 x (1 /10) = 1 kapal/hari

C.2. Tipe Dermaga

Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yag diguakan untuk merapat dan

menambahkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan naik-turunkan

penumpang atau barang. Dibelakang dermaga terdapat halaman cukup luas,

dihalaman dermaga ini terdapat apron, gudang transit, tempat bongkar muat barang

dan jalan. Apron adalah daerah yang terletak antara sisi dermaga dan sisi depan

gudang diman terdapat pengalihan kegiatan angkutan laut (kapal) kekegiatan

angkutan darat (kereta api, truk, dan sebagainya).

Apron digunakan untuk menempatkan barang yang akan dinaikan ke kapal

atau barang yang baru saja diturunkan dari kapal. Lebar apron tergantung pada

Page 9: Bab III Wino

Rekayasa Pelabuhan

fasilitas yang ditempatkan di atasnya, seperti jalan untuk truk, alat pengangkut

lainnya seperti forklift, kran mobil, gerobak yang ditarik traktor dan sebagainya.

C.2.1. Kondisi Topografi Pantai / Laut

Dari segi topografi, untuk pemilihan lokasi pelabuhan dipilih dari segi mana

bahan-bahan mudah didapat dengan harga yang relatif murah untuk konstruksi

pelabuhan. Pada sarana komunikasi transportasi dipilih yang paling menguntungkan,

yaitu dekat dengan kota. Serta pada faktor-faktor pengendapan terjadi dari banyaknya

lumpur yang dibawa oleh sungai, dan juga jarak terhadap muara sungai.

C.2.2. Luas Areal Pelabuhan

Ukuran pelabuhan ditentukan oleh jumlah dan ukuran-ukuran kapal yang akan

menggunakannya serta kondisi lapangan yang ada. Dari segi ekonomis, ukuran

pelabuhan harus sekecil mungkin, tetapi harus memungkinkan pengoperasiannya

mudah.

Luas minimum pelabuhan adalah ruang yang diperlukan untuk dermaga

ditambah dengan kolam putar (turnin basin), yang terletak didepannya. Ukuran kolam

putar tergantung pada ukuran kapal dan kemudahan gerak dan berputar kapal, yang

dapat dibedakan dalam 4 macam :

1. Ukuran ruang optimum untuk dapat berputar dengan mudah memerlukan

diameter 4 kali panjang kapal yang menggunakannya.

2. Ukuran menengah ruang putar dengan sedikit kesulitan dalam berputar

mempunyai 2 meter 2 kali dari panjang kapal terbesar yang menggunakannya.

Gerak putaran akan lebih lama dan dapat dilakukan oleh kapal dan bantuan kapal

tunda.

3. Ruang putaran kecil yang mempunyai diameter kurang dari 2 kali panjang kapal.

Gerakan berputar dapat dilakukan dengan menggunakan jangkar dan bantuan

kapal tunda.

4. Ukuran minimum ruang putaran kapal harus mempunyai diameter 20% lebih

panjang dari panjang kapal terbesar yang menggunakanya. Dalam hal ini untuk

membantu perputaran, kapal harus ditambatkan pada 1 titik tetap. Misalnya pada

pelampung, dermaga, atau jangkar.

Diketahui jenis kapal DWT 3000

L = 92 m

Page 10: Bab III Wino

Rekayasa Pelabuhan

B = 14,2 m

Draft = 5,7 m

Jarak ujung kapal dengan kapal lain = 15 m

Jarak ujung kapal dengan ujung dermaga = 25 m

Panjang total dermaga (D) :

n = 2 kapal

Lp = n . L + (n – 1).15 + 50

= 2 . 92 + (2 – 1).15 + 50

= 249 m

Dari data yang diketahui, lebar apron untuk dua jalur kendaraan adalah 7,5 m,

sedangkan untuk lebar jalan tersebut adalah 8 m.

d = Lp – (2e)

= 249 – (2 . 8)

= 233 m

Lebar gudang (b) :

b =

=

= 0,95 m

Karena lebar minimum gudang sebesar 30 m, jadi perhitungan lebar gudang tidak

memenuhi syarat tersebut. maka lebar gudang diambil sebesar 30 m.

Lebar dermaga (BD)

Untuk menentukan lebar dermaga secara keseluruhan direncanakan sebagai berikut :

BD = 2a+b

= 2 . 8 + 30

= 46 m

Luas dermaga (AD)

AD = Lp x BD

Page 11: Bab III Wino

Rekayasa Pelabuhan

= 249 x 46

= 11.454 m2

C.3. Besaran dan Panjang Dermaga yang dibutuhkan

C.3.1. Tipe Dermaga

Bentuk dermaga dipilih bentuk campuran antara tipe marginal dan finger,

karena dilihat dari bentuk daratannya ada dermaga yang merata disepanjang tepian

daratan, dan ada juga dermaga yang mengharuskan kapal untuk masuk lebih dauh

sedikit ke perairan yang agak menjorok ke daratan.

C.3.2. Jumlah Kapal yang dilayani

Dari hasil perhitungan sebelumnya, didapat bahwa jumlah kapal general cargo

yang merapat dalam 1 hari pada tahun 2028 berjumlah 1 unit kapal.

Hal ini berati bahwa ditinjau dari jumlah dermaga pada saat ini untuk 15 tahun

yang akan datang masih dapat melayani kapal-kapal general cargo yang akan merapat

di dermaga dan akan melakukan kegiatan bongkar muat barang. Selain itu dimensi

dari dermaga itu sendiri juga untuk 15 tahun yang akan datang mungkin akan

diadakan pelebaran untuk bagian gudang, tapi tidak menutup kemungkinan jika

nantinya akan diperlukan pelebaran dermaga. Maka dari itu akan direncanakan pada

pembahasan dibawah ini.

C.4. Fender dan tambatan kapal

Fender

Kapal yang merapat ke dermaga masih mempunyai kecepatan baik yang

digerakan oleh mesinnya sendiri (kapal kecil) maupun ditarik oleh kapal tunda

(untuk kapal yang besar). Pada waktu merapat tersebut akan terjadi benturan antara

kapal dan dermaga. Walaupun kecepatan kapal kecil tetapi karena masanya sangat

besar, maka energi yang terjadi karena benturan akan sangat besar. Untuk

menghindari kerusakan pada kapal dan dermaga karena benturan tersebut maka di

depan dermaga diberi bantalan yang berfungsi sebagai penyerap energi benturan.

Bantalan yang ditempatkan di depan dermaga disebut fender.

V V sin

E2

Page 12: Bab III Wino

Rekayasa Pelabuhan

W

s d/2

Pada kecepatan kapal v, maka energi yang timbul akibat benturan adalah :

E = (Ws/2g) . (v . sin )²

Pada kapal besar yang merapat v = 7,5 – 15 cm/dt

Pada kapal kecil v = 30 cm/dt

Jika F adalah resultan gaya fender dan d adalah pergeseran fender, maka didapat

persamaan :

½ . E = ½ . F . d

F . d = (Ws/2g) . (v². sin² )

dimana : F = Gaya benturan yang diserap oleh fender

d = Pergerakan fender

v = Kecepatan kapal arah merapat

Ws = Massa kapal (bermuatan penuh)

= Sudut antara tepi kapal dengan tepi dermaga

g = Gravitasi bumi.

Di samping itu energi yang timbul tergantung juga pada panjang kapal yang

menyentuh dermaga.

E = (Ws/2g) . v2 . k

Dimana : k = 0,45

Diketahui perbedaan pasang surut = 1,27 m, karena relatif besar, maka yang

akan dipakai adalah fender karet tipe bridgestok super arch.

Untuk Kapal Barang General Cargo (3000 DWT)

Diketahui : L = 92 m

B = 14,2 m

Draft = 5,7 m

v = 15 cm/dtk

= 100 sin = 0,1736

Page 13: Bab III Wino

Rekayasa Pelabuhan

Sehingga :

Ws = L . B . D .0,774

= 92. 14,2 . 5,7 . 0,774

= 5.763,575 ton

E = (Ws / 2g) . (v. Sin )2

= (5.763,575 / (2 x 9,81)) x (0,15 x 0,1736)2

= 0,2 tm

E = (Ws / 2g) . (v2.k)

= (5.763,575 / (2 x 9,81)) x (0.152 x 0,45)

= 2,974 tm

Diambil E terbesar = 2,974 tm

Energi akibat tekanan angin = 15,7 kg/m

Tinggi kapal diatas permukaan = 4 m

Gaya akibat tekanan angin :

K = 4 . L . 15,7

= 4 . 92 . 15,7

= 5777,6 kg = 5,78 ton

Dicoba fender tipe FV005 1-3, dimana : (berdasarkan tabel B-6, hal 295 buku

Bambang Triatmodjo)

A = 100cm Kop. R = 23 ton

B = 120 cm Energi E = 3 ton

C = 90 cm Luas kotak = 0,262 m2

Maka :

1/d = R/E = 23/3 = 7,67 meter

Energi total yang diserap fender :

Etotal = ½ . [E + (K/(1/d))]

= ½ . [2,974 + (5,78/7,67)]

= ½ . [2,974 + 0,754]

Page 14: Bab III Wino

Rekayasa Pelabuhan

= 1,864 tm

Gaya yang timbul = Etotal .(R/E)

= 1,864 . (7,67)

= 14,29 ton

Fender cukup kuat menahan tumbukan 19,29 < R = 23 ton..........oke

TAMBATAN KAPAL

Untuk kapal yang telah merapat pada dermaga perlu ditambat dengan tali

tambat kapal tujuan, dan tambatan kapal ini adalah jika kapal telah merapat tidak lagi

goyang oleh pengaruh tiupan angin dan pengaruh gelombang, sehingga kapal dapat

melakukan bongkar muat dengan aman. Tipe tambatan kapal adalah Tipe Bollard.

Untuk kolam dengan 3000 DWT = Kapal Barang (General Cargo)

Diketahui : L = 92 m

s B = 14,2 m

Draft = 5,7 m

v = 15 cm/dtk

= 100 sin = 0,1736

Gaya tekan angin > pada saat kapal kosong diperkirakan h = 5 m diatas muka

air.

Tekanan air = 15,7 kg/m2

SF = 1,5 (sebagai koreksi untuk kapal sebenarnya)

Jadi :

Tekanan angin (K) = L . Tekanan Air . h . SF

= 92 . 15,7 . 5 . 1,5

= 10.833 kg

Jarak tambatan diambil 25 m

tg = (1/2 . B)/25

= (1/2 . 14,2)/25

Page 15: Bab III Wino

Rekayasa Pelabuhan

= 0,284 sin = 0,273

k1 = k2 = (1/2 P)/sin

10.833 = (1/2 . P)/0,273

10.833 = 1,832P

P = 5913,21 kg = 5,91 ton

Tipe Bollrad dimensi diketahui :

h = 60 cm = 0,6 m

e = 40 cm = 0,4 m

d = 90 cm = 0,9 m

W = 1/6 . d . h2

= 1/6 . 0,9 . 0,62

= 0,054 m3

Kontrol Tegangan Beton

M/W = (P.e)/W

= (5,91. 0,4)/0,054

= 43,78 t/m2

= 4,378 kg/cm2 < = 75 kg/cm2

Menentukan diameter baut :

T = M/h

= (P.e)/h

= (5,91 . 0,4)/0,6

= 3,94 ton

= 3940 kg

Setiap baut menerima gaya = 1/3 T

= 1/3 x 3940

Page 16: Bab III Wino

Rekayasa Pelabuhan

= 1.313,33 kg

¼ . . d2 = 1/3 . T/baut

¼ . . d2 = 1.313,33 /1.600

¼ . . d2 = 0,82

d2 = 1,04

d = 1,02, maka dipakai baut diameter 1/2” = 1,270 cm