47
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perekonomian Indonesia yang meningkat dari tahun 2008-2012, tidak lepas dari kontribusi pasar modal (Bursa Efek Indonesia) yang semakin aktif dalam menggerakkan aktivitas perekonomian di Indonesia. Aktivitas di Bursa Efek Indonesia ditunjang oleh semakin bertambahnya jumlah emiten penerbit surat berharga, khususnya intrumen saham. Aktivitas investasi saham di Bursa Efek Indonesia yang meningkat pesat juga dapat dilihat dari Indeks Harga SAham Gabungan (IHSG). Bertambahnya jumlah emiten penerbit saham serta peningkatan IHSG mengindikasikan bahwa Bursa Efek Indonesia merupakan salah satu alternatif investasi yang menguntungkan investor. Secara umum investor yang akan melakukan investasi, terlebih dahulu melakukan pengamatan dan 1

BAB I,II,III

Embed Size (px)

DESCRIPTION

return saham

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perekonomian Indonesia yang meningkat dari tahun 2008-2012, tidak

lepas dari kontribusi pasar modal (Bursa Efek Indonesia) yang semakin aktif

dalam menggerakkan aktivitas perekonomian di Indonesia. Aktivitas di Bursa

Efek Indonesia ditunjang oleh semakin bertambahnya jumlah emiten penerbit

surat berharga, khususnya intrumen saham. Aktivitas investasi saham di Bursa

Efek Indonesia yang meningkat pesat juga dapat dilihat dari Indeks Harga SAham

Gabungan (IHSG). Bertambahnya jumlah emiten penerbit saham serta

peningkatan IHSG mengindikasikan bahwa Bursa Efek Indonesia merupakan

salah satu alternatif investasi yang menguntungkan investor.

Secara umum investor yang akan melakukan investasi, terlebih dahulu

melakukan pengamatan dan penilaian terhadap perusahaan yang akan dipilih

dengan terus memantau laporan keuangan perusahaan-perusahaan tersebut

terutama perusahaan yang sudah go public. Berdasarkan laporan keuangan

tersebut dapat diketahui kinerja perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha

dan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan aktivitas usahanya secara

efisien dan efektif serta faktor di luar perusahaan ekonomi, politik, finansial dan

lain-lain. Analisis faktor fundamental didasarkan pada laporan keuangan

perusahaan yang dapat dianalisis melalui analisa rasio-rasio keuangan dan ukuran-

1

ukuran lainnya seperti cash flow untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan

(Robert Ang, 1997).

Penelitian ini merujuk kepada beberapa hal, diantaranya analisis dampak

Return on Asset (ROA), Retrun on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), Debt

to Equity Ratio (DER) dan size perusahaan terhadap return saham.

Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh

pemodal atas suatu investasi yang dilakukan (Ang, 1997). Husnan (1994) juga

menyatakan bahwa return saham merupakan hasil yang diperoleh dari

suatu investasi. Investasi harus benar-benar menyadari bahwa disamping akan

memperoleh keuntungan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami

kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan

investor menganalisis keadaan harga saham merupakan penilaian sesaat yang

dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk diantaranya kondisi (performance) dari

perusahaan, kendala-kendala eksternal, kekuatan penawaran dan permintaan

saham di pasar, serta kemampuan investor dalam menganalisis investasi saham.

Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi

yang belum terjadi tetapi yang diharapkan dimasa mendatang. Return realisasi

merupakan return yang telah terjadi, dihitung berdasarkan data historis. Return

realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari

perusahaan. Return historis ini berguna sebagi dasar penentuan return ekspektasi

dan risiko dimasa mendatang (Ang, 1997). Konsep risk dan return mempunyai

peranan yang sangat besar dimana perilaku investor seringkali didasarkan pada

konsep ini. Husnan (1998) dalam Martono (2009) mengungkapkan teori keuangan

2

yang membahas tentang analisis investasi yang memiliki risiko tinggi, para

investor mensyaratkan tingkat return yang semakin tinggi pula. Return ekspektasi

merupakan return yang belum terjadi tetapi yang diharapkan di masa mendatang.

Sebagai individu yang rasional, investor akan mempertimbangkan return yang

diharapkan akan diterima (expected return) dan besaran risiko yang harus

ditanggung sebagai konsekuensi logis dari keputusan yang telah diambil.

Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) adalah bagian dari

rasio solvabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahan

didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya

(Ang, 1997).

Earning per Share (EPS) adalah dasar akrual dalam laporan keuangan

yang memberikan kesempatan kepada manajer untuk memodifikasi laporan

keuangan untuk menghasilkan jumlah laba (earning) yang diinginkan Manajemen

laba merupakan hal yang sangat diperhatikan karena melibatkan potensi

pelanggaran, kejahatan, dan konflik yang dibuat oleh pihak manajemen

perusahaan dalam rangka menarik minat investor. Manajemen laba dilakukan oleh

manajer perusahaan dengan tujuan agar mereka dikontrak kembali untuk menjabat

sebagai manajer di perusahaan tersebut diperiode berikutnya (Kin LO, 2007:1).

Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal

sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. DER menunjukkan tentang

imbangan antara beban hutang dibandingkan modal sendiri. DER juga

memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin

3

modal sendiri. Pemilihan alternatif penambahan modal yang berasal dari hutang

karena pada umumnya hutang memiliki beberapa keunggulan (Brigham and

Gapenski, 1997:767-768): 1) bunga mengurangi pajak sehingga biaya hutang

rendah, 2) kreditur memperoleh return terbatas sehingga pemegang saham tidak

perlu berbagi keuntungan ketika kondisi bisnis sedang maju, 3) kreditur tidak

memliki hak suara sehingga pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan

dengan penyertaan dana yang kecil. Sesuai dengan EBIT-EPS Analysis (Gitman,

1994:465-468); bila biaya bunga hutang murah, perusahaan akan lebih beruntung

menggunakan sumber modal berupa hutang yang lebih banyak, karena

menghasilkan laba per saham yang makin banyak. Penggunaan hutang yang

makin banyak, yang dicerminkan oleh debt ratio (rasio antara hutang dengan total

aktiva) yang makin besar, pada perolehan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)

yang sama akan menghasilkan laba per saham yang lebih besar. Jika laba per

saham meningkat, maka akan berdampak pada meningkatkannya harga saham

atau return saham, sehingga secara teoritis DER akan berpengaruh positif pada

return saham.

Menurut Jaelani (2001) dalam Suryani (2007:42) ukuran perusahaan (size)

menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan yang

menunjukkan besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari besar kecilnya modal

yang digunakan, total aktiva yang dimiliki, atau total penjualan yang diperoleh.

Besar kecilnya perusahaan akan mempengaruhi kemampuan dalam menanggung

risiko yang mungkin timbul akibat berbagai situasi yang dihadapi perusahaan

berkaitan dengan operasinya (Ismail, 2004:52). Biasanya perusahaan yang besar

4

mempunyai kemampuan lebih baik dalam menghadapi risiko dan

mengembangkan operasi perusahaan (Jogiyanto, 2000:254). Hal ini disebabkan

karena perusahaan besar lebih menganekaragamkan lini produknya atau bidang

usahanya, yang bertujuan untuk mendiversifikasikan risiko dalam menjalankan

usahanya. Maksudnya yaitu dengan risiko yang minimal akan mendapatkan

keuntungan, atau dengan risiko tertentu untuk memperoleh keuntungan investasi

yang maksimal.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, untuk menentukan solusi yang tepat dalam

suatu permasalahan, maka terlebih dahulu permasalahan tersebut dianalisis dan

disusun ke dalam bentuk formulasi yang sistemastis. Adapun perumusan masalah

yang akan dibahas pada skripsi ini adalah:

1. Apakah Return on Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap return

saham pada perusahaan go public yang terdaftar pada Bursa Efek

Indonesia?

2. Apakah Return on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap return

saham pada perusahaan go public yang terdaftar pada Bursa Efek

Indonesia?

3. Apakah Earning per Share (EPS) mempengaruhi return saham pada

perusahaan go public yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?

4. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) mempengaruhi return saham pada

perusahaan go public yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?

5

5. Apakah size perusahaan berpengaruh positif terhadap return saham

pada perusahaan go public yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perngaruh Return

on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), Debt to

Equity Ratio (DER), dan size perusahaan terhadap return saham pada perusahaan

manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang sudah go public pada tahun 2008-2012.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada banyak

pihak, antara lain:

1. Memberikan informasi bagi investor mengenai rasio keunagan yang

sangat dominan dalam memprediksikan return saham.

2. Menambah wawasan dan bahan referensi bagi para akademisi, dosen

dan mahasiswa dalam melakukan penelitian berikutnya.

3. Sebagai baham pertimbangan bagi perusahaan dalam mengaplikasikan

variable-variabel penelitian ini untuk membantu meningkatkan nilai

return saham perusahaan serta sebagai bahan pertimbangan emiten

untuk mengevaluasi, memperbaiki, dan meningkatkan kinerja

manajemen dimasa yang akan datang.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Return Saham

Salah satu tujuan investor berinvestasi adalah untuk

mendapatkan return. Tanpa adanya tingkat keuntungan yang

dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor tidak akan

melakukan investasi. Jadi semua investasi mempunyai tujuan utama

mendapatkan return (Ang, 1997:202)

a. Pengertian Return Saham

1) Menurut Jogiyanto (2009:199), return merupakan hasil

yang diperoleh dari investasi.

2) Menurut Samsul (2006:291), return adalah pendapatan

yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal

investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini

merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli

saham, dimana jika untung disebut capital gain dan jika

rugi disebut capital loss.

3) Menurut Brigham dan Houston (2006:215), return atau

tingkat pengembalian adalah selisih antara jumlah yang

diterima dan jumlah yang diinvestasikan, dibagi dengan

jumlah yang diinvestasikan. Dari beberapa definisi di atas

7

dapat disimpulkan bahwa return saham merupakan

tingkat pengembalian berupa imbalan yang diperoleh dari

hasil jual beli saham.

b. Jenis-jenis Return Saham

Menurut Jogiyanto (2009:199), return saham dapat dibagi

menjadi dua yaitu:

1) Return realisasian

Return realisasian merupakan return yang telah

terjadi yang dihitung berdasarkan data historis.

2) Return ekspektasian

Return ekspektasian adalah return yang diharapkan

akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang.

c. Komponen Return Saham

Menurut Tandelilin (2001:48), return saham terdiri dari

dua komponen, yaitu:

a. Capital gain (loss)

Capital gain (loss) yaitu kenaikan (penurunan) harga

suatu saham yang bisa memberikan keuntungan

(kerugian) bagi investor.

b. Yield

Yield merupakan komponen return yang mencerminkan

aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik

dari suatu investasi saham.

8

d. Rumus Menghitung Return Saham

Secara sistematis, perhitungan return saham adalah

sebagai berikut:

1) Return saham =

(Jogiyanto, 2009:201)

2) Return saham =

(Brigham dan Houston, 2006:410)

Keterangan:

𝑃𝑡 atau 𝑃1 = Price, yaitu harga untuk waktu t

𝑃𝑡−1 atau 𝑃0 = Price, yaitu harga untuk waktu

sebelumnya

𝐷𝑡 = Dividen periodik

Karena pada laporan keuangan telah diketahui harga

penutupan pada perusahaan setiap tahunnya dan karena tidak

semua perusahaan membagikan dividen secara periodik

sehingga pada penelitian ini penulis menggunakan rumus return

saham yang di ambil dari Brigham dan Houston (2006:410)

untuk memudahkan peneliti dalam menghitung return saham

tersebut. Pada penelitian sebelumnya juga banyak peneliti yang

menggunakan rumus tersebut.

2. Return on Asset (ROA)

a. Pengertian Return On Asset (ROA)

9

Pt – Pt – 1 + Dt

Pt – 1

P1 – P0

P0

Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio

profitabilitas yang penting digunakan untuk mengetahui

sejauhmana kemampuan aktiva yang dimiliki perusahaan bisa

menghasilkan laba (Tandelilin, 2001:240). Return On Asset

(ROA) digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di

dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva

yang dimilikinya (Husnan, 1998:340). Return On Asset (ROA)

merupakan rasio antara laba bersih terhadap total aktiva.

Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin

baik. Investor percaya bahwa manajemen perusahaan telah

menggunakan aktiva perusahaan secara efektif untuk

menghasilkan laba bagi para pemiliknya. Keadaan ini akan

direspon positif oleh investor sehingga permintaan saham

perusahaan meningkat dan dapat menaikkan harga saham

sehingga akan berdampak pada return yang meningkat pula.

(Husnan, 1998:340).

Return On Asset (ROA) merupakan perkalian antara faktor

margin laba dengan perputaran total aktiva. Margin laba

menunjukkan kemampuan memperoleh laba bersih dari setiap

penjualan yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan

perputaran total aktiva menunjukkan seberapa jauh perusahaan

mampu menciptakan penjualan dari total aktiva yang

dimilikinya (Brigham dan Houston, 2006:114). Apabila salah

10

satu faktor tersebut meningkat (atau keduanya), maka ROA juga

akan meningkat. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas

perusahaan juga meningkat, sehingga dampaknya adalah

peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham.

b. Rumus Menghitung Return on Asset (ROA)

Terdapat beberapa macam rumus untuk menghitung ROA yaitu:

1) Return On Asset =

(Brigham dan Houston, 2006:115)

2) Return On Asset =

(Husnan, 2001:339)

3) Return On Asset =

(Kasmir, 2008:202)

Pada penelitian ini penulis menggunakan rumus ROA dari

Brigham dan Houston (2006:115) karena pada laporan keuangan

telah diketahui laba bersih dengan total aktiva yang dimiliki oleh

setiap perusahaan pada setiap tahunnya, sehingga memudahkan

peneliti untuk menghitung ROA. Pada penelitian sebelumnya

juga banyak peneliti yang menggunakan rumus tersebut.

3. Return on Equity (ROE)

a. Pengertian Return on Equity (ROE)

Profitabilitas modal sendiri dalam hal ini adalah

pengembalian atas ekuitas saham yang biasa digunakan untuk

mengukur tingkat laba yang dihasilkan dari investasi pemegang

11

Laba BersihTotal Aktiva

Laba Setelah PajakTotal Aktiva

Earning After Interest and TaxTotal Assets

saham. Investasi memandang bahwa return on equity (ROE)

merupakan indicator untuk mengukur keberhasilan manajemen

dalam melakukan tugasnya, yakni menghasilkan modal yang

maksimal.

Return on equity (ROE) sering disebut rate of return of

network, merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan

dalam menghitung profitabilitas perusahaan independen

terhadap dana yang dipakai. ROE secara eksplisit menganalisis

profitabilitas perusahaan bagi pemilik saham biasa.

Adapun pendapat para ahli adalah sebagai berikut:

1) Menurut Gitman (2012:82), return on equity secara

umum mengukur pengembalian yang diperoleh atas

investasi pemegang saham biasa.

2) Menurut Kasmir (2008:204), return on equity atau

rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk

mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri.

b. Rumus Menghitung Return on Equity (ROE)

Rumus untuk menghitung ROA, yaitu:

Return on Equity =

(Gitman, 2012:82)

Dengan demikian return on equity (ROE) yang tinggi

mempunyai arti bahwa perusahaan tersebut memiliki peluang

12

Earning After TaxModal Sendiri X 100%

untuk memberikan pendapatan yang besar bagi para

pemegang saham.

4. Earning per Share (EPS)

a. Pengertian Earning per Share (EPS)

Tandelilin (2001:241) mendefinisikan Earning Per Share

(EPS) sebagai perbandingan antara jumlah laba (dalam hal ini

laba bersih yang siap dibagikan bagi pemegang saham) dengan

jumlah saham yang beredar. Darmaji dan Fakhruddin (2006:195)

mendefinisikan Laba Per Saham sebagai rasio yang

menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. Earning Per Share

menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada

setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja

menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan

jumlah dividen yang diterima pemegang saham. Hal ini akan

menarik perhatian investor sehingga banyak investor membeli

saham perusahaan tersebut yang akan berpengaruh terhadap

meningkatnya harga saham dan return saham yang akan

meningkat pula.

b. Faktor-faktor Penyebab Kenaikan dan Penurunan Earning

per Share (EPS)

Menurut Brigham dan Houston (1993: 23), faktor-faktor

penyebab kenaikan dan penurunan Earnings Per Share (EPS)

adalah:

13

a) Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa

yang beredar tetap.

b) Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa

yang beredar turun.

c) Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa

yang beredar turun.

d) Persentase kenaikan laba bersih lebih besar

daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham

biasa yang beredar.

e) Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa

yang beredar lebih besar daripada persentase

penurunan laba bersih.

Jadi bagi suatu perusahaan, nilai laba per saham akan

meningkat apabila persentase kenaikan laba bersihnya lebih

besar daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa

yang beredar, begitu pula sebaliknya.

c. Rumus Menghitung Earning per Share (EPS)

Terdapat beberapa macam rumus untuk menghitung EPS, yaitu:

1) Earning per Share =

(Brigham dan Houston, 2006:19)

2) Earning per Share =

(Kasmir, 2008:207)

14

Laba BersihJumlah Saham Beredar

Laba Saham BiasaSaham Biasa yang Beredar

3) Earning per Share =

(Tandelilin, 2001:242)

5. Debt to Equity Ratio (DER)

a. Pengertian Debt to Equity Ratio (DER)

Salah satu aspek yang dinilai dalam mengukur kinerja

perusahaan adalah aspek leverage atau utang perusahaan. Utang

merupakan komponen penting perusahaan, khususnya sebagai

salah satu sarana pendanaan. Penurunan kinerja sering terjadi

karena perusahaan memiliki utang yang cukup besar dan kesulitan

dalam memenuhi kewajiban tersebut.

Debt to equity ratio adalah rasio yang mengukur

sejauhmana besarnya utang dapat ditutupi oleh modal sendiri.

(Darmadji dan Fakhruddin, 2006: 200). Rasio ini menunjukkan

komposisi atau struktur modal dari total utang terhadap total modal

yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi debt to equity ratio

menunjukkan komposisi total utang (jangka pendek dan jangka

panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri,

sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap

pihak luar (kreditur) (Ang, 1997: 38). Debt to equity ratio

mengukur kemampuan modal sendiri perusahaan untuk dijadikan

jaminan semua utang. Menurut Brigham (2006: 103) perusahaan

dengan debt to equity yang rendah akan memiliki risiko kerugian

15

Laba Bersih Setelah Bunga dan PajakJumlah Saham Beredar

yang kecil ketika keadaan ekonomi mengalami kemerosotan,

namun ketika kondisi ekonomi membaik, kesempatan dalam

memperoleh laba juga rendah. Sebaliknya perusahaan dengan rasio

leverage yang tinggi memang menanggung risiko kerugian yang

besar pula ketika perekonomian sedang merosot, tetapi dalam

keadaan baik, perusahaan ini memiliki kesempatan memperoleh

laba besar. Perusahaan dengan laba yang lebih tinggi akan mampu

membayar dividen yang lebih tinggi, sehingga berkaitan dengan

laba perlembar saham yang akan naik karena tingkat utang yang

lebih tinggi, maka leverage akan dapat menaikkan harga saham

(Brigham dan Houston, 2006: 24). Menurut Wild (2005: 213), dua

motivasi menmperoleh pendanaan usaha melalui utang adalah

karena bunga sebagian besar utang jumlahnya tetap dan, jika bunga

lebih kecil dari pengembalian yang diperoleh dari pendanaan

utang, selisih lebih atas pengembalian akan menjadi keuntungan

bagi investor ekuitas. Yang kedua, bunga merupakan beban yang

dapat mengurangi pajak sedangkan dividen tidak. Beban bunga

yang ditimbulkan dari utang dapat mengurangi pajak yang dapat

digunakan untuk meningkatkan arus kas bagi perusahaan yang

berdampak pada meningkatnya kinerja perusahaan. Apabila kinerja

perusahaan meningkat maka hal ini dapat menarik perhatian

investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut, sehingga hal

ini berakibat pada naiknya harga saham dan kemudian berdampak

16

pada meningkatnya return saham (Wild, 2005: 213). Menurut teori

pertukaran struktur modal yang dikembangkan oleh Modigliani

dan Miller menunjukkan bahwa utang adalah suatu hal yang

bermanfaat karena bunga merupakan pengurang pajak, tetapi utang

juga membawa serta biaya-biaya yang dikaitkan dengan

kemungkinan atau kenyataan kebangkrutan. Menurut teori MM,

struktur modal yang optimal adalah keseimbangan antara manfaat

pajak dari utang dan biaya-biaya yang berhubungan dengan

kebangkrutan. Saat mencapai struktur modal yang optimal,

penggunaan utang akan meningkatkan nilai saham.

b. Rumus menghitung Debt to Equity Ratio (DER)

Terdapat beberapa macam rumus untuk menghitung DER, yaitu:

1) Debt To Equity Ratio =

(Wild, 2005: 220)

2) Debt To Equity Ratio =

(Kasmir, 2008:158)

3) Debt To Equity Ratio =

(Husnan dan Pudjiastuti, 2002: 70)

Pada penelitian ini penulis menggunakan rumus DER dari

Kasmir (2008: 158) karena pada laporan keuangan telah diketahui

total utang dengan ekuitas yang dimiliki oleh setiap perusahaan

pada setiap tahunnya, sehingga memudahkan peneliti untuk

menghitung DER.

17

Total HutangEkuitas Pemegang Saham

Total HutangEkuitas

Total HutangModal Sendiri

6. Size Perusahaan

a. Pengertian Size Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih

untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal

ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap,

maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak.

Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan

biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham

dan Houston 2001).

Menurut Riyanto (1995), suatu perusahaan yang besar

yang sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham

hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap

kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak

yang dominan terhadap perusahaan bersangkutan. Sebaliknya,

perusahaan yang kecil, dimana sahamnya tersebar hanya di

lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai

pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol

pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.

Miswanto dan Husnan (1999) dalam penelitiannya

mengenai pengaruh ukuran perusahaan pada risiko bisnis

menemukan bahwa besar kecilnya perusahaan mempengaruhi

risiko bisnis. Dari penelitiannya diperoleh bukti empiris bahwa

18

perusahaan kecil memiliki risiko dan return yang lebih tinggi

dibanding perusahaan besar.

Mutchler (1985) menyatakan bahwa auditor lebih sering

mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil,

karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat

menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya

daripada perusahaan kecil.

b. Rumus Menghitung Size Perusahaan

Ukuran perusahaan mengukur besarnya perusahaan,

diukur dengan rumus sebagai berikut:

Ukuran (size) Perusahaan = Ln (Total Aktiva)

B. KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual adalah kesimpulan yang bersifat sememtara dari

tinjauan teoritis yang mencerminkan hubungan antar variabel yang sedang diteliti.

Menurut Sugiyono (2004:49), kerangka konseptual merupakan sintesa tentang

hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah

dideskripsikan.

Berikut ini adalah kerangka konseptal dari penelitian yang akan peneliti

lakukan:

19

Return on Asset(ROA)

Return on Equity(ROE)

Earning per Share(EPS)

Debt on Equity Ratio(DER)

Size Perusahaan

Return Saham

C. PERUMUSAN HIPOTESIS

Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu yang menganalisa

pengaruh ROA, ROE, EPS, DER, dan size perusahaan terhadap return

saham, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Return Saham

Return on Asset (ROA) merupakan ukuran seberapa besar laba

bersih yang dapat diperoleh dari seluruh kekayaan (aktiva) yang

dimiliki perusahaan. Dengan meningkatnya ROA berarti kinerja

perusahaan semakin baik dan sebagai dampaknya harga saham

perusahaan semakin meningkat. Dengan meningkatnya harga saham,

20

maka return saham perusahaan yang bersangkutan juga meningkat.

Dengan demikian ROA berhubungan positif terhadap return saham.

Gordon (1996) meneliti tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi harga saham perusahaan industri. Hasil dari

penelitian menunjukkan bahwa ROA berpengaruh terhadap harga

saham. Berdasarkan konsep teori tersebut, maka dapat diajukan

hipotesis alternatif yang pertama (H1) sebagai berikut:

H1: ROA mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

return saham

2. Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Return Saham

ROE juga merupakan ukuran kinerja perusahaan ditinjau dari

segi profitabilitasnya. Kemampuan menghasilkan laba bersih setelah

pajak dari modal yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan

kinerja yang semakin baik. ROE yang semakin meningkat, maka

investor semakin tertarik untuk menanamkan dananya ke dalam

perusahaan, sehingga harga saham cenderung meningkat. Sebagai

dampaknya return saham juga meningkat, dengan demikian ROE

berhubungan positif dengan return saham. Berdasarkan konsep teori

tersebut, maka dapat diajukan hipotesis alternatif yang kedua (H2)

sebagai berikut:

H2: ROE mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return

saham.

21

3. Pengaruh Eaning per Share (EPS) terhadap Return Saham

EPS merupakan perbandingan antara jumlah earning after tax

(EAT) dengan jumlah saham yang beredar. EPS merupakan salah

satu rasio keuangan yang sering digunakan oleh investor untuk

menganalisa kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan

saham yang dimiliki (Mamduh Hanafi, 1996). EPS merupakan

komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisa

perusahaan, karena informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan

besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua

pemegang saham dengan kata lain menggambarkan prospek earning

perusahaan di masa mendatang. Besarnya EPS dapat diketahui dari

informasi laporan keuangan perusahaan (Tandelilin, 2001).

EPS ini akan sangat membantu investor karena informasi EPS

ini bisa menggambarkan prospek earning suatu perusahaan dimasa

yang akan datang karena EPS menunjukkan laba bersih perusahaan

yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan,

maka semakin besar EPS akan menarik investor untuk melakukan

investasi diperusahaan tersebut. Oleh karena itu, hal tersebut akan

mengakibatkan permintaan akan saham meningkat dan harga saham

akan meningkat, dengan demikian EPS berpengaruh positif terhadap

return saham.

Berdasarkan konsep teori tersebut, maka dapat diajukan

hipotesis alternatif yang ketiga (H3) sebagai berikut:

22

H3: EPS mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return

saham.

4. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham

Debt to Equity Ratio dipergunakan untuk mengukur tingkat

penggunaan utang terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki

perusahaan. Total debt merupakan total liabilities (jangka

pendek/jangka panjang), sedangkan total shareholder equity

menunjukkan total modal sendiri yang dimiliki perusahaan.

Perusahaan yang sedang berkembang dan tumbuh hampir pasti

akan memerlukan sumber pendanaan untuk mendanai operasional

perusahaan. Perusahaan tersebut memerlukan banyak dana

operasional yang tidak mungkin dapat dipenuhi hanya dari modal

sendiri yang dimiliki perusahaan. Sumber pendanaan yang bagi

perusahaan diantaranya berasal dari hutang karena mempunyai

kelebihan diantaranya; 1) bunga mengurangi pajak sehingga biaya

hutang rendah, 2) kreditur memperoleh return terbatas sehingga

pemegang saham tidak perlu berbagi keuntungan ketika kondisi

bisnis sedang maju, 3) kreditur tidak memliki hak suara sehingga

pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan dengan

penyertaan dana yang kecil.

Penggunaan hutang yang makin banyak, yang dicerminkan

oleh debt ratio (rasio antara hutang dengan total aktiva) yang makin

besar, pada perolehan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang

23

sama akan menghasilkan laba per saham yang lebih besar. Jika laba

per saham meningkat, maka akan berdampak pada meningkatkannya

harga saham atau return saham, sehingga secara teoritis DER akan

berpengaruh positif pada return saham.

Berdasarkan konsep teori tersebut, maka dapat diajukan

hipotesis alternatif yang keempat (H4) sebagai berikut:

H4: DER mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return

saham.

5. Pengaruh Ukuran (Size) Perusahaan terhadap Return Saham

Size (ukuran) suatu perusahaan dapat di-proxy-kan dengan nilai

kapitalisasi sahamnya di pasar modal. Saham-saham dengan nilai

kapitalisasi kecil dan besar mempunyai perbedaan sensitivitas

terhadap faktor risiko yang merupakan faktor penting untuk

memberikan pricing asset (Jogiyanto, 2007). Perusahaan kecil ini

marginal dalam kemampuan, sehingga harga sahamnya cenderung

lebih sensitif untuk berubah dalam bidang ekonomi dan perusahaan

ini mempunyai kecenderungan yang kecil untuk berkembang dalam

kondisi ekonomi yang sulit. Selain itu dikemukakan pula bahwa

perusahaan-perusahaan kecil lebih terbuka terhadap penciptaan

risiko dan perubahan-perubahan dalam premi risiko (Theodossiou,

2009).

Berdasarkan konsep teori tersebut, maka dapat diajukan

hipotesis alternatif yang kelima (H5) sebagai berikut:

24

H5: Size perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan

terhadap return saham.

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. POPULASI, SAMPEL DAN DATA PENELITIAN

Populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah seluruh

perusahaan yang masuk dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia,  periode

Agustus 2008-Januari 2012, dari populasi yang sudah ditentukan terdapat 65

perusahaan. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

Purposive Sampling. Metode Purposive Sampling adalah metode penentuan

sampel dengan berdasarkan atas kriteria-kriteria tertentu.

B. METODE ANALISIS DATA

Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor fundamental yang

mempengaruhi return saham maka dalam penlitian ini model  yang  digunakan 

untuk  menguji  hipotesis  adalah  Regresi  Linier  Berganda.

C. PENGUJIAN HIPOTESIS

1. Uji Asumsi Klasik

Untuk  melihat  apakah  model regresi linear berganda di atas  sudah

dapat diterima secar ekonometrika jika  memenuhi  kriteria  Best  Linear 

Unbias  Estimator  (BLUE)/penaksiran tak bias linear, dan dengan asumsi

kenormalan, didistribusikan secara normal. Maka  perlu  dilakukan 

beberapa  pengujian  asumsi  klasik  yang  meliputi:

26

a. Uji Multikolinearitas

Untuk  pendeteksian multikolinieritas  pada  model  yang 

diajukan,  maka  dapat dilihat pada hasilCollinearity Statistics

pada tabel Coefficiens. Pada Collinearity Statistics terdapat nilai

Variance Infitation Factor (VIF) dan Tolerance. Jadi tolerance

yang rendah sama dengan nilai VIF tingggi (karena

VIF=1/Tolerance). Jika nilai Tolerance < 0.10 dan jika nilai VIF >

10 maka terjadi multikolineritas yang serius (Ghozali, 2009).

b. Uji Heteroskendastisitas

Cara untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat

dilihat pada grafik Scatterplot, jika tidak ada pola yang jelas, serta

titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka (0) pada sumbu Y

secara acak, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2009).

c. Uji Autokorelasi

Deteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan uji

Durbin-Watson (DW test). Uji DW hanya digunakan untuk

autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept

(konstanta) dalam model regresi, untuk melihat ada tidaknya

autokorelasi dapat dijelaskan berikut ini (Ghozali, 2009).

2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Membuat  kriteria  pengujian  hipotesis  keputusan  menerima  atau 

menolak  hipotesis  dilakukan  dengan  melihat  tingkat  signifikansi 

95% atau α = 5%.

27

a. Jika signifikansi t hitung ≤ α, maka Ha diterima.

b. Jika signifikansi t hitung > α, maka Ha ditolak.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwiratama, Jundan. 2012. “PENGARUH INFORMASI LABA, ARUS KAS DAN SIZE PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

28

TERDAFTAR DI BEI)”. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika Vol.2, No. 1, Desember 2012.

Adung, Fachrul Reza. “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM INDEKS LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2004-2008”

Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Mediasoft Indonesia,Jakarta.

Arista, Desy dan Astohar. 2012. “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM (Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI periode tahun 2005 - 2009)”. Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 3 Nomor 1, Mei 2012.

Bambang Riyanto, 1995, Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta. Yayasan Penerbit Gajah Mada.

Brigham, Eugene dan Joel F Houston, 2001. Manajemen Keuangan II. Jakarta:Salemba Empat.

Brigham, Eugene F and Joel F.Houston, 2006. Dasar-Dasar ManajemenKeuangan, alih bahasa Ali Akbar Yulianto, Buku satu, Edisi sepuluh, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Budialim, Giovanni. 2013. “PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN RISIKO TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR CONSUMER GOODS DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007 – 2011”. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 2, No. 1 (2013).

Darmadji, T dan Fakhrudin M.H. 2006. Pasar Modal di Indonesia PendekatanTanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat.

Davis, B. Gordon. 1996. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Gahalia Indo.

Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Keempat, Penerbit Universitas Diponegoro.

Gitman, Lawrence J dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. 13th Edition. Global Edition: Pearson Education Limited.

Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim, 1996, Analisis Laporan Keuangan, UPP-AMP YPKN: Yogyakarta.

Hartono, Jogiyanto, 2007. Model Kesuksesan Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi.

29

Husnan, Suad. 1994. Dasar-dasar Teori Portofolio ; Edisi 2. Yogyakarta : AMP YKPN.

Husnan, Suad. 1998. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. EdisiKedua. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.

Husnan, Suad. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga. Yogyakarta : UPP AMP YKPN

Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Enny. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi ke tiga.Yogyakarta: AMP YKPN.

Jogiyanto, HM. (2009). Analisis dan Desain. Yogyakarta : Andi OFFSET.

Kasmir, (2008). Analisis Laporan Keuangan, Jakarta:Rajawali Pers.

Lo, Kin, 2007. Earning Management and Earning Quality, Journal of Accountingand Economics, page 1-8.

Miswanto dan Suad Husnan, 1999, “The Effect of Operating Leverage, Cyclicality and Firm Size on Business Risk”, Gadjah Mada International Journal of Business, Vol. 1.

Mutchler, J. 1985. A Multivariate Analysis of The Auditors Going Concern Opinion Decision. Journal of Accounting Research Autumn.

Rasmin. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham. Skripsi. Program Strata 1 STIE Totalwin. Semarang.

Samsul, Muhammad.2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta :Erlangga.

Solechan, Achmad. “PENGARUH EARNING, MANAJEMEN LABA, IOS, BETA, SIZE, DAN RASIO HUTANG TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG GO PUBLIC DI BEI”. STMIK HIMSYA, Semarang.

Sugiarto, Agung. 2011. “ANALISA PENGARUH BETA, SIZE PERUSAHAAN, DER DAN PBV RATIO TERHADAP RETURN SAHAM”. Jurnal Dinamika Akuntansi Vol. 3, No. 1, Maret 2011, pp. 8-14.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis: Penerbit CV. Alfabeta: Bandung

Suharli, Michell. 2004. “STUDI EMPIRIS TERHADAP DUA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA INDUSTRI FOOD & BEVERAGES DI BURSA EFEK JAKARTA”.

Susilowati, Yeye dan Tri Turyanto. 2011. “REAKSI SIGNAL RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO SOLVABILITAS TERHADAP

30

RETURN SAHAM PERUSAHAAN”. Dinamika Keuangan dan Perbankan, Mei 2011, Hal: 17 - 37 , Vol. 3, No. 1.

Tandelilin, Eduardus. (2001). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Weston J. Fred dan Eugene F. Brigham. 1993. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jilid 2, Edisi Kesembilan, Terjemahan oleh Alfonsus Sirait, Jakarta: Erlangga.

Wild, John 2005. General Accounting. Translation. Penerbit Penada Media Group. Jakarta.

.

31