Upload
natasya-renata
View
22
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
return saham
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perekonomian Indonesia yang meningkat dari tahun 2008-2012, tidak
lepas dari kontribusi pasar modal (Bursa Efek Indonesia) yang semakin aktif
dalam menggerakkan aktivitas perekonomian di Indonesia. Aktivitas di Bursa
Efek Indonesia ditunjang oleh semakin bertambahnya jumlah emiten penerbit
surat berharga, khususnya intrumen saham. Aktivitas investasi saham di Bursa
Efek Indonesia yang meningkat pesat juga dapat dilihat dari Indeks Harga SAham
Gabungan (IHSG). Bertambahnya jumlah emiten penerbit saham serta
peningkatan IHSG mengindikasikan bahwa Bursa Efek Indonesia merupakan
salah satu alternatif investasi yang menguntungkan investor.
Secara umum investor yang akan melakukan investasi, terlebih dahulu
melakukan pengamatan dan penilaian terhadap perusahaan yang akan dipilih
dengan terus memantau laporan keuangan perusahaan-perusahaan tersebut
terutama perusahaan yang sudah go public. Berdasarkan laporan keuangan
tersebut dapat diketahui kinerja perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha
dan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan aktivitas usahanya secara
efisien dan efektif serta faktor di luar perusahaan ekonomi, politik, finansial dan
lain-lain. Analisis faktor fundamental didasarkan pada laporan keuangan
perusahaan yang dapat dianalisis melalui analisa rasio-rasio keuangan dan ukuran-
1
ukuran lainnya seperti cash flow untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan
(Robert Ang, 1997).
Penelitian ini merujuk kepada beberapa hal, diantaranya analisis dampak
Return on Asset (ROA), Retrun on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), Debt
to Equity Ratio (DER) dan size perusahaan terhadap return saham.
Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh
pemodal atas suatu investasi yang dilakukan (Ang, 1997). Husnan (1994) juga
menyatakan bahwa return saham merupakan hasil yang diperoleh dari
suatu investasi. Investasi harus benar-benar menyadari bahwa disamping akan
memperoleh keuntungan tidak menutup kemungkinan mereka akan mengalami
kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan
investor menganalisis keadaan harga saham merupakan penilaian sesaat yang
dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk diantaranya kondisi (performance) dari
perusahaan, kendala-kendala eksternal, kekuatan penawaran dan permintaan
saham di pasar, serta kemampuan investor dalam menganalisis investasi saham.
Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi
yang belum terjadi tetapi yang diharapkan dimasa mendatang. Return realisasi
merupakan return yang telah terjadi, dihitung berdasarkan data historis. Return
realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari
perusahaan. Return historis ini berguna sebagi dasar penentuan return ekspektasi
dan risiko dimasa mendatang (Ang, 1997). Konsep risk dan return mempunyai
peranan yang sangat besar dimana perilaku investor seringkali didasarkan pada
konsep ini. Husnan (1998) dalam Martono (2009) mengungkapkan teori keuangan
2
yang membahas tentang analisis investasi yang memiliki risiko tinggi, para
investor mensyaratkan tingkat return yang semakin tinggi pula. Return ekspektasi
merupakan return yang belum terjadi tetapi yang diharapkan di masa mendatang.
Sebagai individu yang rasional, investor akan mempertimbangkan return yang
diharapkan akan diterima (expected return) dan besaran risiko yang harus
ditanggung sebagai konsekuensi logis dari keputusan yang telah diambil.
Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) adalah bagian dari
rasio solvabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahan
didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya
(Ang, 1997).
Earning per Share (EPS) adalah dasar akrual dalam laporan keuangan
yang memberikan kesempatan kepada manajer untuk memodifikasi laporan
keuangan untuk menghasilkan jumlah laba (earning) yang diinginkan Manajemen
laba merupakan hal yang sangat diperhatikan karena melibatkan potensi
pelanggaran, kejahatan, dan konflik yang dibuat oleh pihak manajemen
perusahaan dalam rangka menarik minat investor. Manajemen laba dilakukan oleh
manajer perusahaan dengan tujuan agar mereka dikontrak kembali untuk menjabat
sebagai manajer di perusahaan tersebut diperiode berikutnya (Kin LO, 2007:1).
Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal
sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. DER menunjukkan tentang
imbangan antara beban hutang dibandingkan modal sendiri. DER juga
memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin
3
modal sendiri. Pemilihan alternatif penambahan modal yang berasal dari hutang
karena pada umumnya hutang memiliki beberapa keunggulan (Brigham and
Gapenski, 1997:767-768): 1) bunga mengurangi pajak sehingga biaya hutang
rendah, 2) kreditur memperoleh return terbatas sehingga pemegang saham tidak
perlu berbagi keuntungan ketika kondisi bisnis sedang maju, 3) kreditur tidak
memliki hak suara sehingga pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan
dengan penyertaan dana yang kecil. Sesuai dengan EBIT-EPS Analysis (Gitman,
1994:465-468); bila biaya bunga hutang murah, perusahaan akan lebih beruntung
menggunakan sumber modal berupa hutang yang lebih banyak, karena
menghasilkan laba per saham yang makin banyak. Penggunaan hutang yang
makin banyak, yang dicerminkan oleh debt ratio (rasio antara hutang dengan total
aktiva) yang makin besar, pada perolehan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)
yang sama akan menghasilkan laba per saham yang lebih besar. Jika laba per
saham meningkat, maka akan berdampak pada meningkatkannya harga saham
atau return saham, sehingga secara teoritis DER akan berpengaruh positif pada
return saham.
Menurut Jaelani (2001) dalam Suryani (2007:42) ukuran perusahaan (size)
menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan dapat dilihat dari besar kecilnya modal
yang digunakan, total aktiva yang dimiliki, atau total penjualan yang diperoleh.
Besar kecilnya perusahaan akan mempengaruhi kemampuan dalam menanggung
risiko yang mungkin timbul akibat berbagai situasi yang dihadapi perusahaan
berkaitan dengan operasinya (Ismail, 2004:52). Biasanya perusahaan yang besar
4
mempunyai kemampuan lebih baik dalam menghadapi risiko dan
mengembangkan operasi perusahaan (Jogiyanto, 2000:254). Hal ini disebabkan
karena perusahaan besar lebih menganekaragamkan lini produknya atau bidang
usahanya, yang bertujuan untuk mendiversifikasikan risiko dalam menjalankan
usahanya. Maksudnya yaitu dengan risiko yang minimal akan mendapatkan
keuntungan, atau dengan risiko tertentu untuk memperoleh keuntungan investasi
yang maksimal.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, untuk menentukan solusi yang tepat dalam
suatu permasalahan, maka terlebih dahulu permasalahan tersebut dianalisis dan
disusun ke dalam bentuk formulasi yang sistemastis. Adapun perumusan masalah
yang akan dibahas pada skripsi ini adalah:
1. Apakah Return on Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap return
saham pada perusahaan go public yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia?
2. Apakah Return on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap return
saham pada perusahaan go public yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia?
3. Apakah Earning per Share (EPS) mempengaruhi return saham pada
perusahaan go public yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?
4. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) mempengaruhi return saham pada
perusahaan go public yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?
5
5. Apakah size perusahaan berpengaruh positif terhadap return saham
pada perusahaan go public yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perngaruh Return
on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Earning per Share (EPS), Debt to
Equity Ratio (DER), dan size perusahaan terhadap return saham pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang sudah go public pada tahun 2008-2012.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada banyak
pihak, antara lain:
1. Memberikan informasi bagi investor mengenai rasio keunagan yang
sangat dominan dalam memprediksikan return saham.
2. Menambah wawasan dan bahan referensi bagi para akademisi, dosen
dan mahasiswa dalam melakukan penelitian berikutnya.
3. Sebagai baham pertimbangan bagi perusahaan dalam mengaplikasikan
variable-variabel penelitian ini untuk membantu meningkatkan nilai
return saham perusahaan serta sebagai bahan pertimbangan emiten
untuk mengevaluasi, memperbaiki, dan meningkatkan kinerja
manajemen dimasa yang akan datang.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Return Saham
Salah satu tujuan investor berinvestasi adalah untuk
mendapatkan return. Tanpa adanya tingkat keuntungan yang
dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor tidak akan
melakukan investasi. Jadi semua investasi mempunyai tujuan utama
mendapatkan return (Ang, 1997:202)
a. Pengertian Return Saham
1) Menurut Jogiyanto (2009:199), return merupakan hasil
yang diperoleh dari investasi.
2) Menurut Samsul (2006:291), return adalah pendapatan
yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal
investasi. Pendapatan investasi dalam saham ini
merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli
saham, dimana jika untung disebut capital gain dan jika
rugi disebut capital loss.
3) Menurut Brigham dan Houston (2006:215), return atau
tingkat pengembalian adalah selisih antara jumlah yang
diterima dan jumlah yang diinvestasikan, dibagi dengan
jumlah yang diinvestasikan. Dari beberapa definisi di atas
7
dapat disimpulkan bahwa return saham merupakan
tingkat pengembalian berupa imbalan yang diperoleh dari
hasil jual beli saham.
b. Jenis-jenis Return Saham
Menurut Jogiyanto (2009:199), return saham dapat dibagi
menjadi dua yaitu:
1) Return realisasian
Return realisasian merupakan return yang telah
terjadi yang dihitung berdasarkan data historis.
2) Return ekspektasian
Return ekspektasian adalah return yang diharapkan
akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang.
c. Komponen Return Saham
Menurut Tandelilin (2001:48), return saham terdiri dari
dua komponen, yaitu:
a. Capital gain (loss)
Capital gain (loss) yaitu kenaikan (penurunan) harga
suatu saham yang bisa memberikan keuntungan
(kerugian) bagi investor.
b. Yield
Yield merupakan komponen return yang mencerminkan
aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik
dari suatu investasi saham.
8
d. Rumus Menghitung Return Saham
Secara sistematis, perhitungan return saham adalah
sebagai berikut:
1) Return saham =
(Jogiyanto, 2009:201)
2) Return saham =
(Brigham dan Houston, 2006:410)
Keterangan:
𝑃𝑡 atau 𝑃1 = Price, yaitu harga untuk waktu t
𝑃𝑡−1 atau 𝑃0 = Price, yaitu harga untuk waktu
sebelumnya
𝐷𝑡 = Dividen periodik
Karena pada laporan keuangan telah diketahui harga
penutupan pada perusahaan setiap tahunnya dan karena tidak
semua perusahaan membagikan dividen secara periodik
sehingga pada penelitian ini penulis menggunakan rumus return
saham yang di ambil dari Brigham dan Houston (2006:410)
untuk memudahkan peneliti dalam menghitung return saham
tersebut. Pada penelitian sebelumnya juga banyak peneliti yang
menggunakan rumus tersebut.
2. Return on Asset (ROA)
a. Pengertian Return On Asset (ROA)
9
Pt – Pt – 1 + Dt
Pt – 1
P1 – P0
P0
Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio
profitabilitas yang penting digunakan untuk mengetahui
sejauhmana kemampuan aktiva yang dimiliki perusahaan bisa
menghasilkan laba (Tandelilin, 2001:240). Return On Asset
(ROA) digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva
yang dimilikinya (Husnan, 1998:340). Return On Asset (ROA)
merupakan rasio antara laba bersih terhadap total aktiva.
Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin
baik. Investor percaya bahwa manajemen perusahaan telah
menggunakan aktiva perusahaan secara efektif untuk
menghasilkan laba bagi para pemiliknya. Keadaan ini akan
direspon positif oleh investor sehingga permintaan saham
perusahaan meningkat dan dapat menaikkan harga saham
sehingga akan berdampak pada return yang meningkat pula.
(Husnan, 1998:340).
Return On Asset (ROA) merupakan perkalian antara faktor
margin laba dengan perputaran total aktiva. Margin laba
menunjukkan kemampuan memperoleh laba bersih dari setiap
penjualan yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan
perputaran total aktiva menunjukkan seberapa jauh perusahaan
mampu menciptakan penjualan dari total aktiva yang
dimilikinya (Brigham dan Houston, 2006:114). Apabila salah
10
satu faktor tersebut meningkat (atau keduanya), maka ROA juga
akan meningkat. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas
perusahaan juga meningkat, sehingga dampaknya adalah
peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham.
b. Rumus Menghitung Return on Asset (ROA)
Terdapat beberapa macam rumus untuk menghitung ROA yaitu:
1) Return On Asset =
(Brigham dan Houston, 2006:115)
2) Return On Asset =
(Husnan, 2001:339)
3) Return On Asset =
(Kasmir, 2008:202)
Pada penelitian ini penulis menggunakan rumus ROA dari
Brigham dan Houston (2006:115) karena pada laporan keuangan
telah diketahui laba bersih dengan total aktiva yang dimiliki oleh
setiap perusahaan pada setiap tahunnya, sehingga memudahkan
peneliti untuk menghitung ROA. Pada penelitian sebelumnya
juga banyak peneliti yang menggunakan rumus tersebut.
3. Return on Equity (ROE)
a. Pengertian Return on Equity (ROE)
Profitabilitas modal sendiri dalam hal ini adalah
pengembalian atas ekuitas saham yang biasa digunakan untuk
mengukur tingkat laba yang dihasilkan dari investasi pemegang
11
Laba BersihTotal Aktiva
Laba Setelah PajakTotal Aktiva
Earning After Interest and TaxTotal Assets
saham. Investasi memandang bahwa return on equity (ROE)
merupakan indicator untuk mengukur keberhasilan manajemen
dalam melakukan tugasnya, yakni menghasilkan modal yang
maksimal.
Return on equity (ROE) sering disebut rate of return of
network, merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan
dalam menghitung profitabilitas perusahaan independen
terhadap dana yang dipakai. ROE secara eksplisit menganalisis
profitabilitas perusahaan bagi pemilik saham biasa.
Adapun pendapat para ahli adalah sebagai berikut:
1) Menurut Gitman (2012:82), return on equity secara
umum mengukur pengembalian yang diperoleh atas
investasi pemegang saham biasa.
2) Menurut Kasmir (2008:204), return on equity atau
rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk
mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal
sendiri.
b. Rumus Menghitung Return on Equity (ROE)
Rumus untuk menghitung ROA, yaitu:
Return on Equity =
(Gitman, 2012:82)
Dengan demikian return on equity (ROE) yang tinggi
mempunyai arti bahwa perusahaan tersebut memiliki peluang
12
Earning After TaxModal Sendiri X 100%
untuk memberikan pendapatan yang besar bagi para
pemegang saham.
4. Earning per Share (EPS)
a. Pengertian Earning per Share (EPS)
Tandelilin (2001:241) mendefinisikan Earning Per Share
(EPS) sebagai perbandingan antara jumlah laba (dalam hal ini
laba bersih yang siap dibagikan bagi pemegang saham) dengan
jumlah saham yang beredar. Darmaji dan Fakhruddin (2006:195)
mendefinisikan Laba Per Saham sebagai rasio yang
menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. Earning Per Share
menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada
setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja
menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan
jumlah dividen yang diterima pemegang saham. Hal ini akan
menarik perhatian investor sehingga banyak investor membeli
saham perusahaan tersebut yang akan berpengaruh terhadap
meningkatnya harga saham dan return saham yang akan
meningkat pula.
b. Faktor-faktor Penyebab Kenaikan dan Penurunan Earning
per Share (EPS)
Menurut Brigham dan Houston (1993: 23), faktor-faktor
penyebab kenaikan dan penurunan Earnings Per Share (EPS)
adalah:
13
a) Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa
yang beredar tetap.
b) Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa
yang beredar turun.
c) Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa
yang beredar turun.
d) Persentase kenaikan laba bersih lebih besar
daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham
biasa yang beredar.
e) Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa
yang beredar lebih besar daripada persentase
penurunan laba bersih.
Jadi bagi suatu perusahaan, nilai laba per saham akan
meningkat apabila persentase kenaikan laba bersihnya lebih
besar daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa
yang beredar, begitu pula sebaliknya.
c. Rumus Menghitung Earning per Share (EPS)
Terdapat beberapa macam rumus untuk menghitung EPS, yaitu:
1) Earning per Share =
(Brigham dan Houston, 2006:19)
2) Earning per Share =
(Kasmir, 2008:207)
14
Laba BersihJumlah Saham Beredar
Laba Saham BiasaSaham Biasa yang Beredar
3) Earning per Share =
(Tandelilin, 2001:242)
5. Debt to Equity Ratio (DER)
a. Pengertian Debt to Equity Ratio (DER)
Salah satu aspek yang dinilai dalam mengukur kinerja
perusahaan adalah aspek leverage atau utang perusahaan. Utang
merupakan komponen penting perusahaan, khususnya sebagai
salah satu sarana pendanaan. Penurunan kinerja sering terjadi
karena perusahaan memiliki utang yang cukup besar dan kesulitan
dalam memenuhi kewajiban tersebut.
Debt to equity ratio adalah rasio yang mengukur
sejauhmana besarnya utang dapat ditutupi oleh modal sendiri.
(Darmadji dan Fakhruddin, 2006: 200). Rasio ini menunjukkan
komposisi atau struktur modal dari total utang terhadap total modal
yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi debt to equity ratio
menunjukkan komposisi total utang (jangka pendek dan jangka
panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri,
sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap
pihak luar (kreditur) (Ang, 1997: 38). Debt to equity ratio
mengukur kemampuan modal sendiri perusahaan untuk dijadikan
jaminan semua utang. Menurut Brigham (2006: 103) perusahaan
dengan debt to equity yang rendah akan memiliki risiko kerugian
15
Laba Bersih Setelah Bunga dan PajakJumlah Saham Beredar
yang kecil ketika keadaan ekonomi mengalami kemerosotan,
namun ketika kondisi ekonomi membaik, kesempatan dalam
memperoleh laba juga rendah. Sebaliknya perusahaan dengan rasio
leverage yang tinggi memang menanggung risiko kerugian yang
besar pula ketika perekonomian sedang merosot, tetapi dalam
keadaan baik, perusahaan ini memiliki kesempatan memperoleh
laba besar. Perusahaan dengan laba yang lebih tinggi akan mampu
membayar dividen yang lebih tinggi, sehingga berkaitan dengan
laba perlembar saham yang akan naik karena tingkat utang yang
lebih tinggi, maka leverage akan dapat menaikkan harga saham
(Brigham dan Houston, 2006: 24). Menurut Wild (2005: 213), dua
motivasi menmperoleh pendanaan usaha melalui utang adalah
karena bunga sebagian besar utang jumlahnya tetap dan, jika bunga
lebih kecil dari pengembalian yang diperoleh dari pendanaan
utang, selisih lebih atas pengembalian akan menjadi keuntungan
bagi investor ekuitas. Yang kedua, bunga merupakan beban yang
dapat mengurangi pajak sedangkan dividen tidak. Beban bunga
yang ditimbulkan dari utang dapat mengurangi pajak yang dapat
digunakan untuk meningkatkan arus kas bagi perusahaan yang
berdampak pada meningkatnya kinerja perusahaan. Apabila kinerja
perusahaan meningkat maka hal ini dapat menarik perhatian
investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut, sehingga hal
ini berakibat pada naiknya harga saham dan kemudian berdampak
16
pada meningkatnya return saham (Wild, 2005: 213). Menurut teori
pertukaran struktur modal yang dikembangkan oleh Modigliani
dan Miller menunjukkan bahwa utang adalah suatu hal yang
bermanfaat karena bunga merupakan pengurang pajak, tetapi utang
juga membawa serta biaya-biaya yang dikaitkan dengan
kemungkinan atau kenyataan kebangkrutan. Menurut teori MM,
struktur modal yang optimal adalah keseimbangan antara manfaat
pajak dari utang dan biaya-biaya yang berhubungan dengan
kebangkrutan. Saat mencapai struktur modal yang optimal,
penggunaan utang akan meningkatkan nilai saham.
b. Rumus menghitung Debt to Equity Ratio (DER)
Terdapat beberapa macam rumus untuk menghitung DER, yaitu:
1) Debt To Equity Ratio =
(Wild, 2005: 220)
2) Debt To Equity Ratio =
(Kasmir, 2008:158)
3) Debt To Equity Ratio =
(Husnan dan Pudjiastuti, 2002: 70)
Pada penelitian ini penulis menggunakan rumus DER dari
Kasmir (2008: 158) karena pada laporan keuangan telah diketahui
total utang dengan ekuitas yang dimiliki oleh setiap perusahaan
pada setiap tahunnya, sehingga memudahkan peneliti untuk
menghitung DER.
17
Total HutangEkuitas Pemegang Saham
Total HutangEkuitas
Total HutangModal Sendiri
6. Size Perusahaan
a. Pengertian Size Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih
untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal
ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap,
maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak.
Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan
biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham
dan Houston 2001).
Menurut Riyanto (1995), suatu perusahaan yang besar
yang sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham
hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap
kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak
yang dominan terhadap perusahaan bersangkutan. Sebaliknya,
perusahaan yang kecil, dimana sahamnya tersebar hanya di
lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol
pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan.
Miswanto dan Husnan (1999) dalam penelitiannya
mengenai pengaruh ukuran perusahaan pada risiko bisnis
menemukan bahwa besar kecilnya perusahaan mempengaruhi
risiko bisnis. Dari penelitiannya diperoleh bukti empiris bahwa
18
perusahaan kecil memiliki risiko dan return yang lebih tinggi
dibanding perusahaan besar.
Mutchler (1985) menyatakan bahwa auditor lebih sering
mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil,
karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat
menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya
daripada perusahaan kecil.
b. Rumus Menghitung Size Perusahaan
Ukuran perusahaan mengukur besarnya perusahaan,
diukur dengan rumus sebagai berikut:
Ukuran (size) Perusahaan = Ln (Total Aktiva)
B. KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual adalah kesimpulan yang bersifat sememtara dari
tinjauan teoritis yang mencerminkan hubungan antar variabel yang sedang diteliti.
Menurut Sugiyono (2004:49), kerangka konseptual merupakan sintesa tentang
hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan.
Berikut ini adalah kerangka konseptal dari penelitian yang akan peneliti
lakukan:
19
Return on Asset(ROA)
Return on Equity(ROE)
Earning per Share(EPS)
Debt on Equity Ratio(DER)
Size Perusahaan
Return Saham
C. PERUMUSAN HIPOTESIS
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu yang menganalisa
pengaruh ROA, ROE, EPS, DER, dan size perusahaan terhadap return
saham, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Return Saham
Return on Asset (ROA) merupakan ukuran seberapa besar laba
bersih yang dapat diperoleh dari seluruh kekayaan (aktiva) yang
dimiliki perusahaan. Dengan meningkatnya ROA berarti kinerja
perusahaan semakin baik dan sebagai dampaknya harga saham
perusahaan semakin meningkat. Dengan meningkatnya harga saham,
20
maka return saham perusahaan yang bersangkutan juga meningkat.
Dengan demikian ROA berhubungan positif terhadap return saham.
Gordon (1996) meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham perusahaan industri. Hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa ROA berpengaruh terhadap harga
saham. Berdasarkan konsep teori tersebut, maka dapat diajukan
hipotesis alternatif yang pertama (H1) sebagai berikut:
H1: ROA mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
return saham
2. Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Return Saham
ROE juga merupakan ukuran kinerja perusahaan ditinjau dari
segi profitabilitasnya. Kemampuan menghasilkan laba bersih setelah
pajak dari modal yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan
kinerja yang semakin baik. ROE yang semakin meningkat, maka
investor semakin tertarik untuk menanamkan dananya ke dalam
perusahaan, sehingga harga saham cenderung meningkat. Sebagai
dampaknya return saham juga meningkat, dengan demikian ROE
berhubungan positif dengan return saham. Berdasarkan konsep teori
tersebut, maka dapat diajukan hipotesis alternatif yang kedua (H2)
sebagai berikut:
H2: ROE mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return
saham.
21
3. Pengaruh Eaning per Share (EPS) terhadap Return Saham
EPS merupakan perbandingan antara jumlah earning after tax
(EAT) dengan jumlah saham yang beredar. EPS merupakan salah
satu rasio keuangan yang sering digunakan oleh investor untuk
menganalisa kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan
saham yang dimiliki (Mamduh Hanafi, 1996). EPS merupakan
komponen penting yang harus diperhatikan dalam analisa
perusahaan, karena informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan
besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua
pemegang saham dengan kata lain menggambarkan prospek earning
perusahaan di masa mendatang. Besarnya EPS dapat diketahui dari
informasi laporan keuangan perusahaan (Tandelilin, 2001).
EPS ini akan sangat membantu investor karena informasi EPS
ini bisa menggambarkan prospek earning suatu perusahaan dimasa
yang akan datang karena EPS menunjukkan laba bersih perusahaan
yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham perusahaan,
maka semakin besar EPS akan menarik investor untuk melakukan
investasi diperusahaan tersebut. Oleh karena itu, hal tersebut akan
mengakibatkan permintaan akan saham meningkat dan harga saham
akan meningkat, dengan demikian EPS berpengaruh positif terhadap
return saham.
Berdasarkan konsep teori tersebut, maka dapat diajukan
hipotesis alternatif yang ketiga (H3) sebagai berikut:
22
H3: EPS mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return
saham.
4. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham
Debt to Equity Ratio dipergunakan untuk mengukur tingkat
penggunaan utang terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki
perusahaan. Total debt merupakan total liabilities (jangka
pendek/jangka panjang), sedangkan total shareholder equity
menunjukkan total modal sendiri yang dimiliki perusahaan.
Perusahaan yang sedang berkembang dan tumbuh hampir pasti
akan memerlukan sumber pendanaan untuk mendanai operasional
perusahaan. Perusahaan tersebut memerlukan banyak dana
operasional yang tidak mungkin dapat dipenuhi hanya dari modal
sendiri yang dimiliki perusahaan. Sumber pendanaan yang bagi
perusahaan diantaranya berasal dari hutang karena mempunyai
kelebihan diantaranya; 1) bunga mengurangi pajak sehingga biaya
hutang rendah, 2) kreditur memperoleh return terbatas sehingga
pemegang saham tidak perlu berbagi keuntungan ketika kondisi
bisnis sedang maju, 3) kreditur tidak memliki hak suara sehingga
pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan dengan
penyertaan dana yang kecil.
Penggunaan hutang yang makin banyak, yang dicerminkan
oleh debt ratio (rasio antara hutang dengan total aktiva) yang makin
besar, pada perolehan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang
23
sama akan menghasilkan laba per saham yang lebih besar. Jika laba
per saham meningkat, maka akan berdampak pada meningkatkannya
harga saham atau return saham, sehingga secara teoritis DER akan
berpengaruh positif pada return saham.
Berdasarkan konsep teori tersebut, maka dapat diajukan
hipotesis alternatif yang keempat (H4) sebagai berikut:
H4: DER mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap return
saham.
5. Pengaruh Ukuran (Size) Perusahaan terhadap Return Saham
Size (ukuran) suatu perusahaan dapat di-proxy-kan dengan nilai
kapitalisasi sahamnya di pasar modal. Saham-saham dengan nilai
kapitalisasi kecil dan besar mempunyai perbedaan sensitivitas
terhadap faktor risiko yang merupakan faktor penting untuk
memberikan pricing asset (Jogiyanto, 2007). Perusahaan kecil ini
marginal dalam kemampuan, sehingga harga sahamnya cenderung
lebih sensitif untuk berubah dalam bidang ekonomi dan perusahaan
ini mempunyai kecenderungan yang kecil untuk berkembang dalam
kondisi ekonomi yang sulit. Selain itu dikemukakan pula bahwa
perusahaan-perusahaan kecil lebih terbuka terhadap penciptaan
risiko dan perubahan-perubahan dalam premi risiko (Theodossiou,
2009).
Berdasarkan konsep teori tersebut, maka dapat diajukan
hipotesis alternatif yang kelima (H5) sebagai berikut:
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. POPULASI, SAMPEL DAN DATA PENELITIAN
Populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan yang masuk dalam Indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia, periode
Agustus 2008-Januari 2012, dari populasi yang sudah ditentukan terdapat 65
perusahaan. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
Purposive Sampling. Metode Purposive Sampling adalah metode penentuan
sampel dengan berdasarkan atas kriteria-kriteria tertentu.
B. METODE ANALISIS DATA
Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi return saham maka dalam penlitian ini model yang digunakan
untuk menguji hipotesis adalah Regresi Linier Berganda.
C. PENGUJIAN HIPOTESIS
1. Uji Asumsi Klasik
Untuk melihat apakah model regresi linear berganda di atas sudah
dapat diterima secar ekonometrika jika memenuhi kriteria Best Linear
Unbias Estimator (BLUE)/penaksiran tak bias linear, dan dengan asumsi
kenormalan, didistribusikan secara normal. Maka perlu dilakukan
beberapa pengujian asumsi klasik yang meliputi:
26
a. Uji Multikolinearitas
Untuk pendeteksian multikolinieritas pada model yang
diajukan, maka dapat dilihat pada hasilCollinearity Statistics
pada tabel Coefficiens. Pada Collinearity Statistics terdapat nilai
Variance Infitation Factor (VIF) dan Tolerance. Jadi tolerance
yang rendah sama dengan nilai VIF tingggi (karena
VIF=1/Tolerance). Jika nilai Tolerance < 0.10 dan jika nilai VIF >
10 maka terjadi multikolineritas yang serius (Ghozali, 2009).
b. Uji Heteroskendastisitas
Cara untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat
dilihat pada grafik Scatterplot, jika tidak ada pola yang jelas, serta
titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka (0) pada sumbu Y
secara acak, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2009).
c. Uji Autokorelasi
Deteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan uji
Durbin-Watson (DW test). Uji DW hanya digunakan untuk
autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept
(konstanta) dalam model regresi, untuk melihat ada tidaknya
autokorelasi dapat dijelaskan berikut ini (Ghozali, 2009).
2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Membuat kriteria pengujian hipotesis keputusan menerima atau
menolak hipotesis dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi
95% atau α = 5%.
27
a. Jika signifikansi t hitung ≤ α, maka Ha diterima.
b. Jika signifikansi t hitung > α, maka Ha ditolak.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwiratama, Jundan. 2012. “PENGARUH INFORMASI LABA, ARUS KAS DAN SIZE PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
28
TERDAFTAR DI BEI)”. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika Vol.2, No. 1, Desember 2012.
Adung, Fachrul Reza. “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM INDEKS LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2004-2008”
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Mediasoft Indonesia,Jakarta.
Arista, Desy dan Astohar. 2012. “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM (Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI periode tahun 2005 - 2009)”. Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol 3 Nomor 1, Mei 2012.
Bambang Riyanto, 1995, Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta. Yayasan Penerbit Gajah Mada.
Brigham, Eugene dan Joel F Houston, 2001. Manajemen Keuangan II. Jakarta:Salemba Empat.
Brigham, Eugene F and Joel F.Houston, 2006. Dasar-Dasar ManajemenKeuangan, alih bahasa Ali Akbar Yulianto, Buku satu, Edisi sepuluh, PT. Salemba Empat, Jakarta.
Budialim, Giovanni. 2013. “PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN RISIKO TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR CONSUMER GOODS DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007 – 2011”. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 2, No. 1 (2013).
Darmadji, T dan Fakhrudin M.H. 2006. Pasar Modal di Indonesia PendekatanTanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat.
Davis, B. Gordon. 1996. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Gahalia Indo.
Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Keempat, Penerbit Universitas Diponegoro.
Gitman, Lawrence J dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. 13th Edition. Global Edition: Pearson Education Limited.
Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim, 1996, Analisis Laporan Keuangan, UPP-AMP YPKN: Yogyakarta.
Hartono, Jogiyanto, 2007. Model Kesuksesan Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi.
29
Husnan, Suad. 1994. Dasar-dasar Teori Portofolio ; Edisi 2. Yogyakarta : AMP YKPN.
Husnan, Suad. 1998. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. EdisiKedua. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.
Husnan, Suad. 2001. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Ketiga. Yogyakarta : UPP AMP YKPN
Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Enny. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi ke tiga.Yogyakarta: AMP YKPN.
Jogiyanto, HM. (2009). Analisis dan Desain. Yogyakarta : Andi OFFSET.
Kasmir, (2008). Analisis Laporan Keuangan, Jakarta:Rajawali Pers.
Lo, Kin, 2007. Earning Management and Earning Quality, Journal of Accountingand Economics, page 1-8.
Miswanto dan Suad Husnan, 1999, “The Effect of Operating Leverage, Cyclicality and Firm Size on Business Risk”, Gadjah Mada International Journal of Business, Vol. 1.
Mutchler, J. 1985. A Multivariate Analysis of The Auditors Going Concern Opinion Decision. Journal of Accounting Research Autumn.
Rasmin. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham. Skripsi. Program Strata 1 STIE Totalwin. Semarang.
Samsul, Muhammad.2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta :Erlangga.
Solechan, Achmad. “PENGARUH EARNING, MANAJEMEN LABA, IOS, BETA, SIZE, DAN RASIO HUTANG TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG GO PUBLIC DI BEI”. STMIK HIMSYA, Semarang.
Sugiarto, Agung. 2011. “ANALISA PENGARUH BETA, SIZE PERUSAHAAN, DER DAN PBV RATIO TERHADAP RETURN SAHAM”. Jurnal Dinamika Akuntansi Vol. 3, No. 1, Maret 2011, pp. 8-14.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis: Penerbit CV. Alfabeta: Bandung
Suharli, Michell. 2004. “STUDI EMPIRIS TERHADAP DUA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA INDUSTRI FOOD & BEVERAGES DI BURSA EFEK JAKARTA”.
Susilowati, Yeye dan Tri Turyanto. 2011. “REAKSI SIGNAL RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO SOLVABILITAS TERHADAP
30
RETURN SAHAM PERUSAHAAN”. Dinamika Keuangan dan Perbankan, Mei 2011, Hal: 17 - 37 , Vol. 3, No. 1.
Tandelilin, Eduardus. (2001). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Weston J. Fred dan Eugene F. Brigham. 1993. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Jilid 2, Edisi Kesembilan, Terjemahan oleh Alfonsus Sirait, Jakarta: Erlangga.
Wild, John 2005. General Accounting. Translation. Penerbit Penada Media Group. Jakarta.
.
31