38
BAB II LANDASAN TEORI A. Laba dan Pertumbuhan Laba 1. Pengertian dan Karakteristik Laba Tiap perusahaan memiliki tujuan untuk memaksimumkan penerimaan laba. Laba merupakan hasil kelebihan dari pendapatan yang diperoleh selama tahun berjalan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan yang berkaitan dengan menghasikan pendapatan tersebut. Menurut Sofyan S. Harahap (2008:241), laba merupakan kelebihan (defisit) penghasilan di atas biaya selama satu periode akuntansi. FASB Statement (Harahap, 2008:241) menyatakan bahwa laba akuntansi sebagai perubahan dalam ekuitas dari suatu entitas selama satu periode tertentu yang diakibatkan oleh 9

BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

Citation preview

Page 1: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Laba dan Pertumbuhan Laba

1. Pengertian dan Karakteristik Laba

Tiap perusahaan memiliki tujuan untuk memaksimumkan

penerimaan laba. Laba merupakan hasil kelebihan dari pendapatan yang

diperoleh selama tahun berjalan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan

perusahaan yang berkaitan dengan menghasikan pendapatan tersebut.

Menurut Sofyan S. Harahap (2008:241), laba merupakan kelebihan

(defisit) penghasilan di atas biaya selama satu periode akuntansi. FASB

Statement (Harahap, 2008:241) menyatakan bahwa laba akuntansi sebagai

perubahan dalam ekuitas dari suatu entitas selama satu periode tertentu yang

diakibatkan oleh transaksi dan kejadian atau peristiwa yang berasal bukan

dari pemilik.

Menurut Harahap (2008:296), laba merupakan suatu informasi

penting yang disajikan dengan angka dalam suatu laporan keuangan karena:

sebagai dasar pengenaan pajak yang akan diterima negara, menghitung

deviden yang akan dibagikan kepada pemilik dan yang akan ditahan di dalam

perusahaan, menjadi pedoman dalam mempertimbangkan kebijakan

9

Page 2: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

10

investasi, menjadi dasar peramalan laba dan kejadian ekonomi di masa

mendatang, menjadi dasar perhitungan dan penilaian efisiensi, menilai

prestasi atau kinerja perusahaan, serta sebagai perhitungan untuk membayar

zakat. Laba yang stabil lebih diminati oleh para investor, karena pada saat

laba stabil menandakan bahwa perusahaan dapat memaksimumkan

pendapatan dan melakukan efisiensi biaya yang dikeluarkan untuk

memperoleh pendapatan.

Karakteristik laba menurut Belkauli (dalam buku Harahap, 2008:305)

adalah sebagai berikut:

a. Laba didasarkan pada transaksi-transaksi yang benar-benar terjadi, yang

timbul dari hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut.

b. Laba didasarkan pada postulat periodisasi yang merupakan prestasi

perusahaan di periode tertentu.

c. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan batasan

tersendiri mengenai definisi, pengukuran, serta pengakuan pendapatan.

d. Laba memerlukan perhitungan terhadap biaya,dalam bentuk biaya historis

yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil tertentu.

e. Laba didasarkan pada prinsip perbandingan antara pendapatan dan biaya.

Page 3: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

11

2. Pertumbuhan Laba

Bagi tiap perusahaan, kenikan tingkat laba yang stabil sangat

diinginkan oleh manajemen karena merupakan suatu indikator dalam

menentukan baik tidaknya suatu perusahaan dalam memaksimalkan faktor

produksinya. Para pemegang saham pun menyukai kenaikan laba yang stabil

daripada laba yang berfluktuasi.

Perbandingan antara pendapatan dan biaya tergambar di dalam

laporan laba komprehensif. Perusahaan akan memaksimumkan pendapatan

dan mengefisiensi pengeluaran biaya agar dapat menghasilkan laba yang

maksimal karena penilaian perusahaan dinilai dari kinerja perusahaan yang

menghasilkan laba yang terus dapat tumbuh tiap periodenya.

Pertumbuhan laba dihitung dari laba periode sekarang dikurang

dengan laba tahun sebelumnya dibagi dengan laba tahun sebelumnya.

∆ Y ¿=Y ¿−Y ¿−1

Y ¿−1

Di mana : ΔYit = pertumbuhan laba pada periode tertentu

Yit = laba perusahaan i pada periode t

Yit-1 = laba perusahaan i pada periode t-1

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba

menurut Angkoso (2006), antara lain:

Page 4: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

12

a. Besarnya perusahaan

Semakin besar suatu perusahaan, maka semakin tinggi tingkat

pertumbuhan laba yang diharapkan.

b. Umur perusahaan

Perusahaan yang baru berdiri masih kurang memiliki pengalaman

dalam meningkatkan laba sehingga ketepatannya masih rendah.

c. Tingkat leverage

Apabila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka

manajemen cenderung untuk memanipulasi laba sehingga dapat

mengurangi tingkat ketepatan pertumbuhan laba.

d. Tingkat penjualan

Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi memicu peningkatan

penjualan yang tinggi di tahun berikutnya maka semakin tinggi pula

pertumbuhan laba yang diharapkan.

e. Perubahan laba masa lalu

Semakin besar perubahan laba di masa lalu maka semakin tidak pasti

laba yang akan diperoleh di masa mendatang.

Tiap perusahaan menginginkan pertumbuhan laba yang stabil. Kenaikan

pada margin laba akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh

dana internal. Menurut Stephan A. Ross, Radolph W. Westerfield, dan Bradford

Page 5: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

13

D.Jordan (2009:152) salah satu faktor kemampuan perusahaan untuk

mempertahankan pertumbuhan secara eksplisit yaitu kebijakan deviden karena

penurunan persentase laba bersih yang dibayarkan sebagai deviden akan

meningkatkan rasio retensi. Hal ini dapat meningkatkan ekuitas yang dihasilkan

secara internal sehingga mengakibatkan pertumbuhan laba meningkat.

B. Ruang Lingkup Deviden Perusahaan

Kebijakan deviden yang optimal sebuah perusahaan harus mencapai

sebuah keseimbangan di antara deviden saat ini dan pertumbuhan di masa depan

sehingga dapat memaksimalkan harga saham.

Salah satu alasan investor lebih menyukai pembayaran deviden rendah

daripada pembayaran deviden yang tinggi pada teori preferensi pajak adalah

pertumbuhan laba mungkin akan mengarah pada kenaikan harga saham, dan pada

akhirnya keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan deviden

yang pajaknya lebih tinggi.

1. Pengertian Kebijakan Deviden

Kebijakan deviden bagi seorang manajer di sebuah perusahaan

merupakan salah satu fungsi utama dalam membuat suatu kebijakan

Page 6: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

14

mengenai keputusan keuangan perusahaan. Berikut ini adalah beberapa

definisi dari kebijakan deviden menurut para ahli, yaitu:

Menurut Sheridan Titman, Arthur J. Keown, dan Jhon D. Martin

(2011:537):

“A firm’s dividend policy determines how much cash it will distribute

to it’s shareholders and when these distribution will be made”. (Kebijakan

dividen suatu perusahaan menentukan berapa banyak kas yang akan

dibagikan kepada pemegang saham itu dan ketika pembagian ini akan

diberikan).

Menurut Weston dan Copeland (1997:657):

“Dividend policy determines the divisions of earning between payment

to stockholder and reinvestment in the firm. Retained earning are one of the

most significant sources of funds for financing cooperate growth, but

dividend constitute the cash flows thatoccure to stockholder”. (Kebijakan

deviden menentukan pembagian laba antara pembayaran kepada pemegang

saham dan investasi kembali perusahaan. Saldo laba merupakan salah satu

sumber dana paling penting untuk membiayai pertumbuhan sebuah

perusahaan, tetapi deviden merupakan arus kas yang disisihkan untuk

pemegang saham).

Dalam kamus istilah Pasar Modal ditulis bahwa :

Page 7: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

15

“Deviden adalah bagian keuntungan perusahaan yang diberikan

kepada pemegang saham”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebijakan deviden

merupakan suatu kebijakan yang menetapkan bagian dari laba bersih yang

akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai deviden dan seberapa

besar dari laba bersih yang akan ditanamkan kembali untuk reinvestasi

dalam bentuk laba.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden

Terdapat beberapa faktor kebijakan deviden untuk menentukan

seberapa besar deviden yang dibagikan kepada para investor. Menurut

Weston dan Copeland, faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden

adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang

Undang-undang menetapkan bahwa deviden harus dibayar dari

laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu laba ditahan di

dalam neraca.

b. Proses Likuiditas

Perusahaan dalam menjalankan usaha, laba ditahan biasanya

diinvestasikan dalam bentuk aktiva untuk memaksimalkan faktor

Page 8: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

16

produksinya, namun tidak disimpan dalam bentuk kas. Kondisi tersebut

membuat perusahaan mungkin tidak dapat membayar tunai deviden

meskipun memiliki catatan atas laba yang diperoleh.

c. Kebutuhan untuk Melunasi Hutang

Perusahaan yang memilih hutang untuk membiayai ekspansi

berkeputusan untuk membayar hutang tersebut, maka akan dilakukan

penahanan laba sehingga deviden yang dibagikan menjadi lebih kecil.

d. Pembatasan dalam Perjanjian Hutang

Perjanjian hutang, khususnya apabila merupakan hutang jangka

panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar

deviden tunai. Larangan yang dibuat untuk melindungi kedudukan

pemberi pinjaman menyatakan bahwa :

(1) Deviden di masa yang akan datang hanya dapat dibayarkan dari laba

yang diperoleh sesudah penandatanganan perjanjian hutang, sehingga

tidak dapat dibayarkan dari laba tahun sebelumnya.

(2) Deviden tidak dapat dibayarkan apabila modal bersih berada di suatu

jumlah yang telah ditentukan.

e. Tingkat ekspansi Aktiva

Page 9: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

17

Semakin cepat pertumbuhan suatu perusahaan berkembang,

maka semakin besar kebutuhan untuk membiayai ekspansi aktivanya,

sehingga perusahaan akan cenderung untuk menahan laba daripada

membayarkannya.

f. Tingkat laba dan Stabilitasi Laba

Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan

pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk deviden

kepada pemegang saham atau digunakan di dalam perusahaan tersebut.

Suatu perusahaan yang memiliki laba stabil seringkali dapat

memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang sehingga

cenderung membayar deviden dengan persentase lebih tinggi

dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki laba stabil.

g. Peluang ke Pasar Modal

Kemampuan perusahaan untuk menaikkan modal atau dana

pinjaman dari pasar modal akan terbatas, dan perusahaan seperti ini

akan lebih banyak menahan laba untuk membiayai operasionalnya.

h. Posisi Pemegang Saham Sebagai Pembayar Pajak

Posisi pemilik perusahaan sebagai pembayar pajak sangat

mempengaruhi keinginan untuk memperoleh deviden.

i. Pajak atas Laba yang Diakumulasi Secara Salah

Page 10: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

18

Untuk mencegah pemegang saham hanya menggunakan

perusahaan sebagai suatu “perusahaan penyimpan uang” yang dapat

digunakan untuk menghindari tarif penghasilan pribadi yang tinggi,

peraturan perpajakan perusahaan menentukan suatu pajak tambahan

khusus terhadap penghasilan yang diakumulasikan secara tidak benar.

3. Jenis-Jenis Kebijakan Deviden

Secara umum ada tiga dasar dari kebijakan deviden (Dewi Astuti,

2004:146), yaitu:

a. Kebijakan deviden dengan presentase tetap pembayaran deviden tunai

Kebijkan ini dikenal dengan nama constan – payout – ratio

dividend policy. Rumus dividend – payout – ratio policy atau DPR yaitu:

DPR= Deviden tunai per lembar sa h amlaba per lembar sah am

Dengan kebijakan ini, perusahaan akan tergantung kepada laba

per lembar saham dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas

untuk dibagikan berupa deviden. Oleh karena iu, perusahaan kurang

dapat memperkirakan pembagian deviden yang akan dilakukan tiap

periode. Jumlah pembayaran deviden dengan persentase tetap EPS akan

mempengaruhi besarnya posisi harga saham.

b. Kebijakan deviden biasa (Regular Dividend Policy)

Page 11: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

19

Perusahaan membayar deviden per lembar saham dalam jumlah

rupiah yang tetap tiap periode. Kebijakan ini meniadakan keraguan

pemegang saham sekaligus menginformasikan bahwa perusahaan masih

dalam keadaan yang baik dan lancar.

c. Kebijakan deviden rendah plus ekstra (Low Regular and Extra Dividend

Policy)

Pada kebijakan ini, perusahaan membayar rutin deviden tunai

tiap periode dalam jumlah yang tetap dan rendah. Jika perusahaan dalam

keadaan baik, maka perusahaan dapat membayarkan deviden ekstra

kepada pemegang saham. Hal ini akan menentramkan perusahaan karena

laba yang akan dibagikan rendah dan memberi rasa aman kepada

pemegang saham karena akan merasakan kepastian dalam pembayaran

deviden.

4. Kebijakan Deviden pada Perusahaan BUMN

Perusahaan milik negara atau yang disebut dengan BUMN dimiliki

dan dikelola oleh pemerintah untuk memberikan sumbangan kepada

perekonomian nasional pada umumnya dan memperoleh keuntungan sebagai

salah satu pendapatan negara pada khususnya sesuai dengan UU no 19 tahun

2003 tentang BUMN. Pendapatan utama negara berasal dari pajak dan

Page 12: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

20

pendapatan lain selain pajak. Sumbangan BUMN kepada negara salah

satunya dalam bentuk deviden dan masuk ke dalam Pendapatan Negara

Bukan Pajak (PNBP). Pembayaran deviden dilakukan jika perusahaan tidak

memiliki kerugian, dan atau memiliki akumulasi rugi tahun sebelumnya.

Pembagian deviden kepada negara cukup memberatkan perusahaan

BUMN karena akan memperkecil laba ditahan, sehingga perusahaan kurang

berinovasi dan menghambat pertumbuhan laba. Pertimbangan utama

pemerintah dan DPR adalah untuk optimalisasi PNBP terkadang kurang

sejalan dengan upaya BUMN dalam menciptakan pertumbuhan laba.

Penetapan pembayaran deviden dalam penerimaan APBN ditetapkan oleh

pemerintah dan DPR tidak hanya melihat besar kecilnya deviden, melainkan

juga memperhitungkan besarnya modal ditahan untuk pertumbuhan

perusahaan.

C. Gambaran Umum Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan ringkasan dari proses pencatatan dan

transaksi-transaksi yang terjadi selama satu periode akuntansi atau selama satu

tahun buku. Menurut Standar Akuntansi Keuangan No.1 (revisi 2009), laporan

keuangan merupakan laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi

kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan.

Page 13: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

Tujuan Laporan KeuanganAPBN No.4

Tujuan KhususMenyajikan Laporan

Posisi KeuanganHasil usaha

Perubahan posisi keuangan secarawajar

Karakteristik KualitatifRelevance

UnderstandabilityVerifiabilityNeutralityTimeliness

Comparabilitycompleteness

Tujuan UmumMemberikan informasi

Sumber EkonomiKewajiban

Kekayaan bersihProyeksi laba

Perubahan harta dan kewajiban

Informasi relevan

Laporan Keuangan

21

Tujuan dari laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan no.1

(revisi 2009) adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja

keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan

pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga

menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber

daya yang dipercayakan kepada mereka.

Laporan keuangan dapat dinilai baik jika dapat memenuhi beberapa

karakterisik kualitatif laporan keuangan. Karakteristik kualitatif ini yang

merupakan ciri khas yang dapat menjadikan laporan keuangan berguna bagi

pemakai.

Gambar 2.1Tujuan dan Karakteristik Laporan Keuangan

Page 14: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

22

Diolah dari Sumber: Sofyan S. Harahap, Teori Akuntansi Ed. Revisi

Laporan keuangan perusahaan menggambarkan hasil aktivitas manajemen

sebuah perusahaan dalam mengelola sumber daya yang ada. Menurut Standar

Akuntansi Keuangan No.1 (revisi 2009) Laporan keuangan yang lengkap adalah

laporan yang terdiri dari:

a. Laporan Posisi Keuangan

Laporan ini mengambarkan posisi keuangan pada suatu tanggal tertentu.

b. Laba Komprehensif

Laporan laba komprehensif menggambarkan kinerja perusahaan dalam

bentuk pendapatan dan beban perusahaan pada periode tertentu.

c. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan ini menunjukkan penyebab perubahan modal pada awal tahun

menjadi modal pada akhir tahun.

d. Laporan Perubahan Posisi Keuangan Arus Kas

Laporan ini menujukkan arus kas dana dan perubhan posisi keuangan selama

periode tertentu.

e. Laporan posisi Keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika

entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau

membuat penyajian kembali pos-pos dalam laporan keuangannya.

Page 15: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

23

Laporan keuangan berguna bagi pemakai laporan keuangan dalam

mengambil sebuah keputusan. Pengguna laporan keuangan terdiri dari pengguna

internal dan eksternal. Pengguna internal perusahaan yaitu pemilik perusahaan

atau pemegang saham, manajemen perusahaan, dan karyawan. Sedangkan

pengguna laporan keuangan dari eksternal yaitu kreditur, pemerintah, analis,

akademis, dan pusat data bisnis.

D. Karakteristik Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

Kata manufaktur berasal dari bahasa latin manus factus yang artinya

dibuat dengan tangan. Manufaktur merupakan proses mengubah bahan baku

menjadi barang jadi yang siap digunakan atau dijual kepada masyarakat.

Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang kegiatannya membeli bahan

baku dan diolah menjadi barang jadi yang dijual di perusahaan.

Karakteristik dari perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut:

1. Produk yang dihasilkan berwujud dan dapat dilihat dengan kasat mata.

2. Konsumen tidak memiliki peran dalam proses produksi sebuah perusahaan

manufaktur.

3. Konsumen dapat menilai suatu produk saat belum menggunakan produk

tersebut atau setelah menggunakan produk tersebut.

Page 16: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

24

4. Proses penyampaian kepada konsumen bisa dilakukan tanpa memerlukan

kontak fisik.

5. Produsen memiliki kewenangan mutlak untuk menyediakan jumlah barang

di pasaran.

E. Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dapat dihubungkan dengan

variabel-variabel independen. Diantaranya penelitian Ou (1990) yang berjudul

“The Information Content of Nonearnings Accounting Numbers as arnings

Predictors” dengan metode penelitian Logit Model yang menyertakan sampel 637

perusahaan di Amerika sejak tahun 1978-1983. Variabel penelitian yang

digunakan adalah inventory to total assets (GWINVN), net sales to total assets

(GWSALE), dividend per share (CHGDPS), depresiation expense (GWDEP),

capital expenditure to total asset (GWCPX1), GWCPX1: with one year lag

(GWCPX2), income before extraordinary item (ROR), relative to the previous

year's ROR (ROR). Variabel dependennya merupakan pertumbuhan laba. Hasil

dari penelitian ini menunjukkan bahwa hanya ROR & GWSALE yang

berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba, dan variabel lainnya

berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba, salah satunya adalah CHGDPS

(dividend per share).

Page 17: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

25

Asyik dan Soelistyo (2000) meneliti tentang “Kemampuan Rasio

Keuangan dalam Memprediksi Laba” selama periode 1995-1996 pada 50

perusahaan manufaktur yang terdaftardi BEJ. Variabel independen yang

digunakan di dalam penelitian ini berjumlah 21 rasio keuangan dan variabel

dependennya pertumbuhan laba. Dari hasil discriminant analysis ini menyatakan

bahwa hanya terdapat lima rasio yang signifikan berpengaruh terhadap

pertumbuhan laba. Sales to Total Asset (S/TA), Long Term Debt to Total Asset

(LTD/TA), Net Income to Sales (NI/S) yang berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan laba. Sedangkan Dividend to Net Income (DIV/NI) dan

Plant&Equipment to Total Uses (INPPE/TU) berpengaruh negatif signifikan

terhadap pertumbuhan laba satu tahun ke depan.

Pada penelitian Epri (2007) yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan

Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba” pada 42 perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI dari tahun 2001-2005 dengan menggunakan metode Analisis

Regresi Berganda. Variabel yang digunakan yaitu Working Capital to Total Asset

(WCTA), Current Liabilities to Inventory (CLI), Operating Income to Total Asset

(OITL), Total Asset Turnover (TAT),Net profit margin (NPM),dan Gross profit

margin (GPM). Serta variabel dependennya adalah pertumbuhan laba. Dari hasil

analisis regresi berganda yang memiliki pengaruh positif signifikan terhadap

Page 18: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

26

pertumbuhan laba yaitu TAT, NPM, dan GPM. Sedangkan WCTA, CLI, OITL

tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba tahun berikutnya.

Mahfoedz (1994) meneliti tentang “Financial Ratio Analysis and The

Prediction of Earnings Change in Indonesia”. Sampel yang digunakan sebanyak

68 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama periode 1989-1992.

Variabel yang digunakan berjumlah 47 rasio keuangan untuk memprediksi

pertumbuhan laba perusahaan. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa Cash

Flow to Current Liabilities (CFCL), Net Worth and Long Term Debt to Fixed

Assets (NWTLFA), Gross Profit to Sales (GPS), Operating Income to Sales

(OIS), Net Income to Sales (NIS), Net Income to Net Worth (NINW), Quick

Assets to Inventory (QAI), dan Operating income to total liabilities (OITL)

berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan yang

berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba yaitu Net Worth to Sales (NWS),

Current Liabilities to Inventory (CLI), Net Income to Total Liabilities (NITL),

Current Liabilities to Net Worth (CLNW), dan Net Worth to Total Liabilities

(NWTL).

Penelitian Juliana & Sulardi (2003) mengenai “Manfaat Rasio Keuangan

dalam Memprediksi Perubahan Laba” selama periode 1998-2000 pada 52

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Variabel independen yang

digunakan untuk meneliti perubahan laba adalah CR, GPM, NPM, TAT, ROI,

Page 19: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

27

ROE, (Operating Profit Margin) OPM, (Leverage Ratio) LR. Hasil dari analisis

regresi berganda menunjukkan bahwa GPM dan OPM berpengaruh positif

signifikan terhadap perubahan laba, sedangkan TAT dan NPM tidak berpengaruh

signifikan terhadap perubahan laba.

Penelitian Ediningsih (2004) yang berjudul “Rasio Keuangan dan

Prediksi Pertumbuhan Laba: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ”

periode 1993-1999 mengambil sampel sebanyak 30 perusahaan. Variabel

independennya adalah Operating Income To Sales (OIS), Operating Income to

net Income Before Tax (OINBT), Earnings Before Tax, (EBTS), Quick Asset To

Inventory (QAI), Sales To Total Asset (STA), Current Asset To Total Asset

(CATA), Operating income to total liabilities (OITL), Current Liabilities To

Current Assets (TLCA), Current Assets To Sales (CAS), Net Worth To Sales

(NWS) dan Sales To Fixed Assets (SFA). Hasil dari analisis regresi berganda ini

menyatakan bahwa yang berpengaruh positif signifikan terhadap perubahan laba

adalah OIS, EBTS, dan OITL. Sedangkan CLI, TLCA, dan NWS berpengaruh

negatif signifikan terhadap perubahan laba.

Tabel 2.1Penelitian terdahulu

Peneliti Judul Penelitian Metode Analisis

Hasil Analisis

Ou (1994) The Information Content of Nonearnings Accounting Numbers as arnings Predictors

Logit Model ROR & GWSALE berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba, dan

Page 20: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

28

CHGDPS (dividend per share) dan variabel lainnya berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba.

Epri (2007) Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba

Regresi Berganda

TAT, NPM, dan GPM memiliki pengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan WCTA, CLI, OITL tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba tahun berikutnya

Asyik & Soelistyo (2000)

Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Laba

Discriminant Analysis

Dividend to Net Income (DIV/NI) dan Plant&Equipment to Total Uses (INPPE/TU) berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan laba satu tahun ke depan

Ediningsih (2004) Rasio Keuangan dan Prediksi Pertumbuhan Laba: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ

Regresi Linier Berganda

OIS, EBTS, dan OITL berpengaruh positif signifikan terhadap perubahan laba adalah. Sedangkan CLI, TLCA, dan NWS berpengaruh negatif signifikan terhadap perubahan laba

Juliana & Sulardi (2003)

Manfaat Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba

Regresi Linier Berganda

GPM dan OPM berpengaruh positif signifikan terhadap perubahan laba, sedangkan TAT dan NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba.

Page 21: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

29

Mahfoedz (1994) Financial Ratio Analysis and The Prediction of Earnings Change in Indonesia

Analisis Regresi CFCL, NWTLFA, GPS, OIS, NIS, NINW, QAI, dan OITL berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan yang berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba yaitu NWS, CLI, NITL, CLNW, NWTL.

F. Hubungan antar Variabel Independen terhadap Variabel Dependen

1. Hubungan Kebijakan Deviden terhadap Pertumbuhan Laba

Kebijakan deviden menjadi variabel utama yang akan dibahas di dalam

penelitian ini. Apabila jumlah deviden yang dibagikan oleh perusahaan

semakin besar, berarti bahwa semakin kecil laba yang ditahan, sehingga

dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan. Sebaliknya, apabila

perusahaan ingin menahan sebagian besar laba bersih yang dihasilkan untuk

pertumbuhan, maka deviden yang dibagikan akan sedikit, sehingga tujuan

perusahaan untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham tidak dapat

terwujud. Merton Miller dan Franco Modigliani berpendapat bahwa kenaikan

deviden yang lebih tinggi daripada yang diharapkan menandakan bahwa

manajemen perusahaan meramalkan laba masa depan yang baik, begitu pula

sebaliknya (Brigham & Houston, 2006). Asyik dan Soelistyo (2000) dan Ou

Page 22: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

30

(1990) di dalam penelitiannya menyatakan bahwa deviden berpengaruh

negatif terhadap pertumbuhan laba satu tahun ke depan.

Dari pemikiran di atas dapat diambil hipotesis sebagai berikut:

Ha1 : terdapat pengaruh negatif kebijakan deviden terhadap pertumbuhan

laba

2. Hubungan Leverage terhadap Pertumbuhan Laba

Selain variabel utama, terdapat beberapa variabel moderator yang juga

mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan. Salah satunya adalah tingkat

leverage. Operating income to total liabilities (OITL) merupakan rasio

solvabilitas/leverage.

Kenaikan OITL menyebabkan adanya kenaikan laba yang diperoleh

dari kegiatan penjualan sehingga pendapatan perusahaan meningkat dan

mampu membayar hutang-hutangnya karena kegiatan operasionalnya lancar.

Hal ini didukung oleh penelitian Ediningsih (2004) yang menyatakan OITL

berpengaruh positif dalam memprediksi pertumbuhan laba. Sedangkan

menurut Epri (2007), OITL tidak signifikan mempengaruhi pertumbuhan

laba.

Dari pemikiran diatas dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

Page 23: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

31

Ha2 : terdapat pengaruh positif OITL sebagai variabel moderator terhadap

pertimbuhan laba

3. Hubungan Tingkat Penjualan terhadap Pertumbuhan Laba

Variabel moderator lain dalam penelitian ini adalah tingkat penjualan.

Kegiatan utama perusahaan manufaktur adalah penjualan untuk menghasikan

pendapatan dan menutupi biaya operasionalnya. Beberapa rasio profitabilitas

yang mengindikasikan tingkat penjualan adalah Gross Profi Margin (GPM)

dan Net profit margin (NPM). GPM adalah tingkat pengembalian laba kotor

terhadap penjualan bersih. Saat pendapatan yang diperoleh meningkat dan

merupakan suatu sinyal bahwa perusahaan dalam keadaan sehat. Pada

penelitian Juliana dan Sulardi (2003) serta Epri (2007) menghasilkan GPM

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba perusahaan.

Sedangkan NPM mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan pendapatan bersih terhadap total penjualan bersihnya. Semakin

besar NPM yang dihasilkan maka semakin pula laba bersih yang dihasilkan.

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Mahfoedz (1994), Asyik &

Soelistyo (2000), dan Epri (2007). Mereka sepakat menyatakan bahwa NPM

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.

Oleh karena itu dapat diambil hipotesis sebagai berikut :

Page 24: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

32

Ha3 : NPM berpengaruh positif sebagai variabel moderator terhadap

pertumbuhan laba

Ha4 : GPM berpengaruh positif sebagai variabel moderator terhadap

pertumbuhan laba

4. Hubungan Jenis Perusahaan Terhadap Pertumbuhan Laba

Perusahaan yang dikelola oleh negara memiliki peraturan dalam

pengelolaannya menurut undang-undang mengenai BUMN sehingga

ketentuan-ketentuan dalam mengelola laba bersih antara perusahaan BUMN

dengan perusahaan swasta berbeda, sehingga dapat menimbulkan pengaruh

yang berbeda pula antara BUMN dan swasta terhadap pertumbuhan laba

perusahaan.

Oleh karena itu dapat diambil hipotesis sebagai berikut:

Ha5 : Jenis perusahaan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

laba

Page 25: BAB II_PENGARUH KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PERUSAHAAN ARTHARINI

X : Deviden

M1 : OITL

M2 : NPMY : Pertumbuhan Laba

(Laba)

M3 : GPM

DJP3 : DJP

33

Gambar 2.2Kerangka Konseptual