Upload
dokiet
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB IV
ANALISA TEORI KOHERENSI DALAM
PENAFSIRAN DARRAZ
A. Analisa Terhadap Kaidah Ilmu Munasabah.
Sebagaimana pembahasan sebelumnya bahwa kaidah yang harus dilalui
dalam proses munasabah al-Qur’an adalah:
1. Memperhatikan tujuan (tema) yang dimaksud oleh surat tersebut.
Dalam hal ini, Darraz sedikit berbeda. Menurutnya, di dalam setiap surat
terdapat sistematika yang berupa muqaddimah, tujuan pokok surat, kemudian
penutup. Dengan kata lain, Darraz lebih menjadikan ayat-ayat awal dalam
surat sebagai pendahuluan/pengantar sebelum memasuki tema surat dan
kemudian menjadikan ayat-ayat akhir dalam surat sebagai penutup dari tema
surat tersebut. Sehingga pada akhirnya, Darraz berupaya menemukan
keserasian antara muqaddimah dan penutupnya.
Kaidah pertama ini diterapkan oleh Darraz dengan menambah tema
muqaddimah pada ayat-ayat permulaan dan penutup pada ayat-ayat terakhir.
Lebih jelasnya adalah sebagai berikut, Darraz menentukan tema “Pendahuluan
.tentang al-Qur’an” yang mencakup ayat 1-20 surat al-Baqarah ;(مقدمة)
Kemudian tema “Tujuan Pertama: Ajakan umum untuk memeluk Islam” yang
mencakup ayat 1-25, kemudian “Tujuan Kedua: Ajakan khusus ahli kitab
untuk meninggalkan kebatilan dan ikut memeluk Islam”.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
86
mencakup ayat 40-162, lalu tema “Tujuan Ketiga: Syariat Islam” mencakup
ayat 178-283, kemudian tema “Tujuan Keempat: Orang yang menghalangi
muslim dalam menjalankan syariat” mencakup ayat 284, dan tema terakhir
“Penutup (خاتوت)” mencakup ayat 285-286.
Darraz tidak membuat satu tema besar yang mencakup seluruh ayat dalam
surat al-Baqarah. Menurut Darraz, karena banyaknya ayat-ayat dalam al-
Baqarah maka tema yang ditentukan menjadi empat tema pokok.
2. Memikirkan dan memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh tema
tersebut dalam muqaddimah surat.
Darraz juga menerapkan kaidah ini, salah satu contohnya yang terdapat
pada pembahasan “muqaddimah”. Pada bagian muqaddimah yang memiliki
tema “al-Qur‟an”, Darraz memikirkan ayat-ayat yang dibutuhkan oleh tema
tersebut, kemudian pada akhirnya Darraz menyebutkan bahwa yang
dibutuhkan oleh tema ini adalah ayat 1-20. Karena menurutnya, bahasan yang
dicakup oleh ayat 1-20 ini adalah mengenai al-Qur‟an dan orang-orang yang
merespon adanya al-Qur‟an.
3. Memperhatikan susunan muqaddimah tersebut untuk mendapatkan
keterkaitan dengan tema, baik keterkaitan itu bersifat jauh ataupun
dekat.
Setelah Darraz menentukan bahwa ayat 1-20 surat al-Baqarah itu dicakup
oleh tema “al-Qur‟an” lalu Darraz memilah ayat-ayat yang memiliki
keterkaitan dekat dan ayat-ayat yang memiliki keterkaitan jauh dengan tema
“al-Qur‟an”. Darraz menjadikan ayat 1-2 ke dalam ayat yang memiliki
keterkaitan dekat, dan ayat 3-20 dimasukkan ke dalam ayat yang memiliki
keterkaitan jauh.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
87
4. Membahas hal-hal yang mungkin dipertanyakan oleh
pendengar/pembaca menyangkut kandungan ayat.
Dengan kata lain, Ketika membahas keterkaitan ayat dalam muqaddimah
tersebut, hendaknya memperhatikan hal-hal yang mungkin dipertanyakan oleh
pendengar mengenai hukum-hukum atau hal-hal penting yang berkaitan
dengan ayat itu sehingga tepenuhilah balagah (kesempurnaan penjelasan),
hilanglah dahaga, sehingga pendengar tidak lagi membutuhkan pertanyaan
karena uraiannya sudah jelas.
Kaidah terakhir ini tidak terlalu diprioritaskan oleh Darraz. Menurut
penulis, salah satu alasannya adalah karena Darraz lebih memfokuskan
kajiannya terhadap keserasian serta keterkaitan antar ayat saja. sedangkan
pada saat yang sama, pasti ada ayat-ayat yang dipertanyakan maksud
kandungannya oleh pembaca al-Qur‟an. Contoh seperti ayat 222, yang
membahas tentang darah haid, dalam hal ini Darraz tidak menjelaskan
bagaimana perbedaan haid dan istihadah. Juga tentang Salat, ia tidak
menjelaskan hal-hal yang mungkin menjadi pertanyaan para pembaca
menyangkut salat tersebut.
Dalam hal munasabah, Darraz menawarkan teori baru yang lebih
menekankan kepada sistematika penulisan. Menurutnya, setiap surat al-Qur‟an
itu memiliki sistematisasi pembahasan yang berupa; muqaddimah, tujuan
pokok surat, dan penutup. Sistematika inilah yang kemudian
diimplementasikan terhadap surat al-Baqarah. Teori yang ditempuh Darraz ini,
sebenarnya tidak bertolak belakang dengan teori atau kaidah munasabah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
88
sebelumnya khususnya sebagaimana yang ditempuh oleh Imam al-biqa‟i,
hanya saja Darraz ini memberikan gaya baru yang lebih menonjolkan
sistematika penulisan.
Menurut hemat penulis, Teori atau kaidah munasabah yang ditempuh
Darraz belum bisa diterapkan begitu saja. Teori ini bisa diterima apabila objek
yang akan dibahas merupakan surat-surat panjang seperti al-Baqarah, Ali
Imran, al-Nisa, dan lain sebagainya. Apabila yang menjadi objek bahasannya
merupakan surat-surat pendek, teori ini dirasa tidak bisa diimplementasikan.
Contoh apabila surat al-Ikhlas menjadi objek pembahasannya. Surat yang
terdiri dari empat ayat ini berbicara tentang keEsaan Allah. Ayat pertama
sampai keempat berbicara langsung (to the point) akan keEsaan Allah. Sulit
rasanya untuk menerapkan atau membagi surat ini dengan sistematika;
muqaddimah, tujuan pokok surat, penutup. Karena menurut hemat penulis, itu
hanya berlaku untuk surat-surat panjang yang pembahasannya bermacam-
macam.
B. Analisa Penafsiran Darraz.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Darraz
berpendapat bahwa dalam setiap surat memiliki sistematika yang berupa,
Muqaddimah, Tujuan Pokok Surat, dan Penutup. Kemudian teori ini
diimplementasikan terhadap surat al-Baqarah yaitu:
1. Pendahuluan (مقدمة), membahas tentang al-Qur’an (ayat 1-20).
Pada bagian ini, Darraz mampu mengaitkan semua ayat-ayat (1-20)
dengan tema “al-Qur‟an”. Memang pada ayat 1 dan 2 surat al-Baqarah ini
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
89
jelas membicarakan tentang adanya al-Qur‟an sebagai petunjuk bagi orang-
orang yang bertaqwa. Namun di ayat ketiga, surat ini berbicara tentang ciri-
ciri orang yang bertaqwa, kemudian ayat 5-7 membicarakan ciri-ciri orang
kafir, dan ayat selanjutnya sampai 20 membahas tentang orang-orang munafik
(mukha>di’).
Ketika ayat 3 sampai 20 ini tidak lagi membicarakan secara khusus
tentang al-Qur‟an maka Darraz menemukan solusi untuk mendapatkan
munasabah dengan tema yang sudah ditentukan. Menurut Darraz, ayat 3-20 itu
merupakan cermin dari macam-macam orang yang merespon adanya al-
Qur‟an sebagai petunjuk. Dengan kata lain, setelah al-Qur‟an mengumumkan
bahwa dirinya adalah petunjuk kebenaran maka orang-orang yang mendengar
disekitarnya memiliki tanggapan yang berbeda-beda, ada yang percaya, ada
yang menolak, dan ada yang ragu-meragukan (mukha>di’). Dalam tema ini-
yang dicakup oleh ayat 1-20-, Darraz berhasil menemukan munasabah dan
hikmah peletakan ayat-ayatnya.
2. Uraian yang berisi empat tujuan pokok (أربع مقاصد), yaitu:
a. Tujuan Pertama: Ajakan umum untuk memeluk Islam (ayat 21-25).
Menurut Darraz, Tujuan Pertama ini mengandung beberapa ajakan, yaitu:
1) Ajakan untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukannya.
2) Ajakan untuk meyakini kebenaran kitab yang diturunkan kepada nabi
Muhammad.
3) Ajakan untuk menjauhi/menghindari azab pedih Allah, dan mencari
pahala Allah sebanyak banyaknya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
90
Darraz berupaya mengaitkan pembahasan sebelumnya (tentang al-
Qur‟an) dengan pembahan kali ini. Menurutnya, pembahasan lalu tidak
satupun mengandung domir mukhatab (kata ganti orang kedua) hal ini
menunjukkan bahwa pembahasan lalu memberi pengumuman secara tidak
langsung (علي أسلىب غيبت). Oleh karena itu pantaslah kalau ayat selanjutnya
memberi pengumuman secara langsung.
Tema kali ini (Ajakan umum untuk memeluk Islam) memang secara
langsung memberi pengumuman kepada manusia, ini dibuktikan dengan ayat
21 yang diawali dengan kalimat “wahai manusia…” (...ياآيها الاط). Pada tema
kali ini, menurut penulis, Darraz tidak begitu menemukan kesulitan dalam
mengaitkan keseluruhan ayat 21-25, karena ayat 21-25 ini secara keseluruhan
memang memiliki keterkaitan dekat dengan tema kali ini.
Kembali ke Awal ayat 26-39 (عود علي بدء)
Menurut Darraz ayat 26-39 merupakan pendukung dari ide pokok pada
pembahasan muqaddimah. Dalam tradisi penulisan ilmiyah, setelah
memaparkan ide pokok diteruskan dengan memaparkan kalimat-kalimat
pendukung ide poko tersebut.
Dalam ayat 26-39 berisi tentang cara al-Qur‟an dalam menyampaikan
kebenaran, yaitu jelas, gamblang, dan apa adanya. Penjelasan al-Qur‟an dalam
bagian ini menceritakan tentang wanita-wanita yang akan dijanjikan bagi
orang yang beriman. Masalah wanita erat sekali dengan kenikmatan biologis.
Al-Qur‟an menceritakan secara terang-terangan tanpa rasa malu.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
91
Pengungkapan secara terang-terangan ini menjadi salah satu bukti bahwa
ungkapan tersebut benar adanya, karena suatu kebenaran tidak akan malu
untuk menyampaikan kebenarannya. Bagaian ini (26-39) menjadi pendukung
untuk tema muqaddimah (1-20) yang menjelaskan bahwa tidak ada keraguan
di dalam al-Qur‟an.
b. Tujuan Kedua: Ajakan khusus ahli kitab untuk meninggalkan kebatilan
dan ikut memeluk Islam (ayat 40-162).
Tema sebelumnya (21-25) merupakan pengumuman secara langsung dan
bersifat umum, dengan kata lain tanpa menyebutkan golongan tertentu. Maka
tema kali ini (40-162) merupakan ajakan khusus untuk golongan Yahudi.
Kalau diperhatikan, tema sebelumnya dicakup oleh ayat 21-25 dan tema kali
ini dicakup oleh ayat 40-162, lalu kemana ayat 26-39?. Ayat 26-39 ini
menurut Darraz merujuk kepada muqaddimah (tema al-Qur‟an), itu sebabnya
ayat 26-39 ini beri tema “kembali ke muqaddimah (عىد علي بذء)”.
Menurut hemat penulis, ayat 26-39 ini bisa dikaitkan ke dalam tema
sebelumnya (Tujuan Pertama: Ajakan umum untuk memeluk Islam) yang
berbicara langsung kepada manusia untuk mempercayai kebenaran al-Qur‟an
dan memeluk Islam. Nah, di ayat 26-39 ini merupakan respon dari orang-
orang yang telah diajak untuk mempercayai kebenaran firman Allah. Kalau
pada tema “muqaddimah” membicarakan al-Qur‟an dan para respondennya
dengan tidak langsung uslub gaibah (kata ganti orang ketika) dan pada “tujuan
pertama” berbicara secara langsung, maka tidak lengkap rasanya tanpa
tanggapan langsung kepada para responden tersebut. itu sebabnya pada ayat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
92
29 disebutkan “bagaimana kamu masih menolak kebenaran Allah! Padahal
Allahlah yang menghidupkan kamu….”. inilah yang menjadi isyarat bahwa al-
Qur‟an menghadap langsung dengan responden lalu mengatakannya.
Kembali pada pembahasan tema kali ini yaitu “Tujuan Kedua” yang berisi
ajakan khusus Yahudi untuk meninggalkan kebatilan mereka dan kembali
memeluk agama Islam. Tema ini menurut Darraz mencakup ayat 40-162, ayat
yang cukup banyak. Kalau kita pahami nama surat ini “al-Baqarah” yang
berarti sapi betina, maka jelaslah kiranya kalau surat terpanjang ini memang
sebagian besar pembahasannya ditujukan kepada bangsa Yahudi, karena
sejarah sapi betina itu memang pernah terjadi kepada mereka pada masa
kenabian Musa a.s.
Pada “tujuan kedua” ini Darraz membaginya menjadi beberapa sub tema,
yaitu:
1. Yahudi Klasik
Pemberian sub tema “Yahudi Klasik” ini disimpulkan dari ayat 40-74.
Kalau ditelusuri lebih jauh, maka akan jelas bahwa ayat 40-74 sangat
berkaitan dengan sub tema “Yahudi Klasik”. Coba perhatikan!, mulai dari ayat
40-48 berisi tentang peringatan kepada Yahudi, ayat 49-60 bercerita tentang
nikmat Allah yang diterima Yahudi, salah satunya adalah dibebaskannya dari
kejahatan Fir‟aun. Pembicaraan mengenai Fir‟aun ini menjadi bukti bahwa
yang dimaksud Yahudi di sini adalah Yahudi Klasik yang pernah hidup di
zaman Fir‟aun. Kemudian ayat 61-66 berisi tentang pembalasan kepada
Yahudi karena sikap-sikapnya yang membangkang serta melanggar perjanjian.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
93
Kemudian ayat 67-74 bercerita tentang kisah Sapi Betina yang pernah terjadi
diantara mereka. Semua ayat-ayat di atas sangatlah jelas dan memiliki
keterkaitan dekat dengan sub tema “Yahudi Klasik”.
2. Yahudi Modern
Di dalam ayat 74 (akhir ayat Yahudi Klasik) terdapat kalimat “هي بعذ رلك”
artinya “mulai dari pasca kejadian itu”, kalimat inilah yang menunjukkan
bahwa akan ada Yahudi selanjutnya pasca kejadian Yahudi Klasik tersebut, itu
sebabnya pembahasan kali ini memiliki sub tema “Yahudi Modern”.
Menurut Darraz, sub tema “Yahudi Modern” ini dicakup oleh ayat 75-
121. Kalau lebih diperinci yaitu:
a. ayat 75-82 tentang keimanan Yahudi yang sukar diharapkan oleh Nabi
Muhammad. hal ini menjadi isyarat bahwa Yahudi di sini hidup di masa Nabi
Muhammad.
b. ayat 83-86 berisi tentang pengingkaran janji yang dilakukan tetap dilakukan
hingga Yahudi Modern.
c. ayat 87-91 membahas sikap Yahudi ketika diperintah mempercayai rasul dan
kitab-kitab yang diturunkan Allah khususnya al-Qur‟an.
d. ayat 92-96 yang menceritakan penyembahan sapi yang pernah dilakukan oleh
nenek moyangnya dulu.
e. ayat 97-101 membahas permusuhan Yahudi terhadap Jibril. Ini juga menjadi
isyarat bahwa yang dibicarakan adalah Yahudi Modern, karena kebencian
mereka kepada Jibril timbul ketika Jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi
yang bukan dari golongan mereka (Muhammad).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
94
f. ayat 102-103 membicarakan kesibukan Yahudi mempelajari Sihir.
g. Ayat 104-105 menggambarkan ketidak sopanan terhadap Nabi Muhammad
dan para sahabatnya.
h. Ayat 106-113 tentang perdebatan Yahud berebut benar.
i. Ayat 114-118 tentang tindakan Yahudi menghalangi ibadah umat Islam.
j. Ayat 119-121 tentang larangan mengikuti Yahudi.
Dari perincian di atas, bisa disimpulkan bahwa sub tema “Yahudi Modern” ini
memang bisa dicakup oleh ayat 75-121. Karena semua ayat-ayatnya memiliki
keterkaitan dekat dengan sub tema tersebut.
3. Muslim Klasik
Menurut Darraz, sub tema “muslim klasik” ini dicakup oleh ayat 122-
134. Selain itu sub tema ini memiliki keterkaitan dengan sub tema sebelumnya
(Yahudi Modern). Keterkaitan itu terletak pada ayat 121 yang menjelaskan
bahwa diantara orang-orang Yahudi ada yang benar-benar membaca kitabnya
(taurat) dan menyakini akan datangnya Nabi Muhammad yang
menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya. Orang-orang itulah yang kemudian
menjadi pengikut Islam. Ayat 121 ini seakan menjadi pintu untuk membahas
orang yang membaca dan menyakini isi Taurat tersebut.
Ayat 122-134 ini kemudian dimasukkan ke dalam sub tema “Muslim
Klasik”. Abdullah Darras dalam hal ini tidak terlalu menemukan kesulitan
karena sebagian besar pembahasan yang dikandung oleh ayat 122-134 adalah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
95
Kisah Nabi Ibrahim dan anak cucunya seperti Nabi Ya‟qub, Ismail, dan Ishaq.
Nabi Ibrahim dan cucunya inilah yang digambarkan sebagai Muslim Klasik.
4. Muslim Modern
Sub tema ini dicakup oleh ayat 135-162. Pada sub tema kali ini, Darraz
berupaya mengaitkan dengan sub tema sebelumnya. Menurut Darraz,
keterkaitannya terletak pada Millah atau ajaran yang sama antara Muslim
Klasik dan Muslim Modern yang dipimpin oleh Nabi Muhammad.
Sub tema kali ini apabila diuraikan pembahasannya maka akan menjadi
sebagai berikut:
a. Ayat 135-141 tentang millah Nabi Ibrahim
b. 142-152 tentang ke-Esa-an Allah yang akan menang
c. 153-157 tentang cobaan berat dalam menegakkan kebenaran
d. 158 tentang Manasik Haji
e. 159-162 tentang laknat bagi yang menyembunyikan Ayat-ayat Allah.
Kalau merujuk kepada kaidah munasabah yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Maka sub tema ketiga dan keempat merupakan keterkaitan jauh
dengan tema “Tujuan Kedua: Ajakan khusus ahli kitab untuk meninggalkan
kebatilan dan ikut memeluk Islam”. Menurut kaidah, ketika ingin menarik
pembahasan maka harus tetap memperhatikan hal-hal penting yang
terkandung dalam ayat sehingga kandungan aslinya masih tetap terjaga.
Dalam hal ini, Darraz memberikan alasan bahwa dakwah yang dilakukan
Allah seperti halnya seorang petani yang ingin bercocok tanam. Sebelum
menancapkan benih terlebih dahulu melihat kondisi tanah dan membersihkan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
96
dari sesuatu yang membahayakan benihnya. Oleh Karena itu, sebelum
menanamkan keimanan terlebih dahulu meperlihatkan keburukan-keburukan
yang pernah dilakukan dahulu agar kemudian dibuang jauh-jauh dengan
tujuan supaya iman yang ditanamkan bisa tumbuh dan tidak rusak.
Tujuan pertama dan kedua ini sebenarnya adalah gambaran dari iman.
Atau domain iman, karena sebagian banyak ayat-ayatnya membahas mengenai
hal-hal yang abstrak, bukan teknis yang kongkrit. Bukankah iman itu
merupakan hal yang tidak bisa lihat hakikatnya? Tanda-tanda Iman hanya bisa
dilihat dan diduga dari outputnya, output iman tersebut adalah tingkah laku.
Tingkah laku merupakan hal yang kongkrit, bisa dilihat, dan merupakan
bagian dari bukti adanya iman di dalam hati. Setelah iman kokoh baru
kemudian meneruskan kepada masalah tingkah laku yang dicakup oleh
pembahasan selanjutnya.
Pintu Masuk Menuju Tujuan Ketiga (163-177)
Pada bagian ini, Darraz menjelaskan bahwa sebelum memasuki wilayah
syariat, terlebih dahulu melewati lorong sepanjang tiga langkah. Langkah
pertama berisi tentang ke-Esaan Allah sekaligus bantahan terhadap orang kafir
yang mengatakan bahwa umat Islam menyembah Ka‟bah. Pada bagian ini
menegaskan bahwa hanya Allahlah yang patut disembah. Ka‟bah bukanlah
sesuatu yang disembah melainkan hanya untuk menjalankan perintah Allah.
Langkah kedua menjelaskan bahwa hanya Allahlah yang harus dan wajib
ditaati. Hal ini menjadi pendukung bahwa menghadap ke Ka‟bah merupakan
perintah dan umat Islam harus menta‟ati perintah Allah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
97
Langkah ketiga berisi tentang garis-garis besar perintah yang harus ditaati
yaitu; Beriman kepada Allah, Hari Kiamat, Malaikat, Kitab-Kitab, Para Nabi,
dan memberikan harta yang dicintai kepada kerabat, anak yatim, orang miskin,
musafira dan orang-orang yang meminta-minta, memerdekakan budak,
mendirikan salat, menunaikan zakat, menepati janji, sabar dalam kesempitan,
sabar dalam penderitaan, dan sabar dalam peperangan.
Menurut hemat penulis, Darraz cukup cermat memperhatikan ayat 163-
177 ini. Awalnya, penulis ingin memasukkan bagian ini ke dalam Tujuan
Ketiga dengan pertimbangan bahwa bagian ini juga membahas beberapa
pokok syariat. akan tetapi pada awal bagian ini memaparkan mengenai Iman
kepada Allah, Kiamat, Malaikat, Kitab, dan Para Nabi. Kesemuanya ini
bukanlah wilayah syariat melainkan wilayah Iman. Setelah ditelusuri lebih
dalam, ternyata bagian ini memang mengandung pokok Iman dan pokok
syariat. Bagaian ini seakan menjadi jembatan dari pembahasan sebelumnya
menuju pembahasan selanjutnya. Sangat cerdas kiranya Darraz menamakan
bagian ini sebagai lorong menuju Tujuan Ketiga.
c. Tujuan Ketiga: Syariat Islam
Tema Syariat dicakup oleh ayat 178-283. Menurut Darraz, setelah
menanamkan iman maka saatnya menanamkan syariat Islam agar syariat yang
dilakukan berdiri di atas pondasi keimanan yang kuat. Apabila diperinci maka
sebagai berikut;
1) Ayat 178-179 tentang qisas dan hikmahnya
2) Ayat 180-182 tentang wasiat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
98
3) Ayat 183-188 tentang puasa
4) Ayat 189-195 tentang berjihad dengan jiwa dan harta
5) Ayat 196-203 tentang haji
6) Ayat 204-210 tentang perbuatan orang-orang munafik
7) Ayat 211-214 tentang hikmah diutusnya rasul dan cobaan-cobaan yang
dihadapi pengikutnya
8) Ayat 215 tentang orang-orang yang diberi nafkah
9) Ayat 216-218 tentang hukum perang dalam Islam
10) Ayat 219-220 tentang minuman keras, judi, harta yang dinafkahkan, dan
menyantuni anak yatim
11) 221-237 tentang perkawinan dan keluarga
12) Ayat 238-239 tentang kewajiban mengerjakan salat
13) Ayat 240-242 tentang wasiat untuk istri dan mut‟ah
14) Ayat 243-252 tentang kewajiban berjihad dan mengeluarkan harta di jalan
Allah
15) Ayat 253 tentang derajat para rasul
16) Ayat 254 tentang anjuran membelanjakan harta
17) Ayat 255 ayat kursi
18) Ayat 256-257 tentang tidak ada paksaan memasuki agama Islam
19) Ayat 258-260 tentang kebangkitan kembali orang-orang mati
20) Ayat 261-274 tentang cara memanfaatkan harta
21) Ayat 275-281 tentang riba
22) Ayat 282-283 tentang kewajiban bermuamalah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
99
Tujuan ketiga ini berisi ayat-ayat yang hampir semuanya membahas
tentang syariah Islam. Hanya sebagian kecil saja yang memiliki keterkaitan
jauh dengan tema syariat.
Ada tiga poin yang memiliki keterkaitan jauh, yaitu: poin f yang
membahas tentang orang-orang munafik, dan poin g yang membahas hikmah
adanya rasul dan cobaan yang dihadapi pengikutnya. Kemudian poin s yang
membahas tentang kebangkitan orang-orang mati. Menurut Darraz, poin f dan
g ini dikategorikan sebagai istijma>mat yang akan dibahas setelah ini.
Istijma>mat (استجمامة) ayat 204-214
Kata istijma>mat memiliki arti istirahat. Pemberian sub tema ini
merupakan upaya Darraz dalam menghadapi ayat-ayat yang dirasa memiliki
keterkaitan jauh dengan tema syariat. Setelah diteliti, ternyata ayat 204-214 itu
berisi tentang perbuatan orang-orang munafik, juga tentang hikmah diutusnya
seorang rasul, dan tentang cobaan yang dihadapi pengikut rasul. Konten ini
jelas memiliki keterkaitan jauh dengan pembahasan syariat.
Kenapa harus memilih kata istijma>mat untuk menghimpun ayat 204-214?
Kenapa tidak yang lain?. Dalam masalah ini, Darraz cukup teliti dan benar-
benar mendalami keseluruhan ayat surat al-Baqarah. Ayat 204-214 dijadikan
tempat beristirahat setelah melewati lebih dari separuh surat al-Baqarah ini.
Pendapat Darraz ini bisa diterima akal, karena pembaca benar-benar telah
lelah membahas mengenai iman, dan syariat yang cukup panjang.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
100
Kalau diumpakan sebuah perjalanan, maka beristirahat boleh jadi bisa
bermanfaat untuk menambah stamina, dengan catatan istirahat yang dilakukan
harus berkualitas. Apabila Istirahat yang dilakukan tidak berkualitas, justru
akan membuat stamina semakin menurun.
Dalam bagian istijma>mat ini, memaparkan beberapa cerita zaman dahulu.
Cerita itu mengenai para pengikut rasul yang kerapkali mengalami berbagai
macam cobaan. Para pengikut rasul kala itu sering mendapat celaan dan
dianggap hina oleh kaum kafir. Dengan kesabaran tingkat tinggi, para
pengikut rasul mampu melewati tantangan dan cobaan-cobaan yang menimpa
mereka.
يا ويس خشوى هي الزيي آهىا صيي للزيي كفشوا الحياة الذ
يشصق هي يشاء بغيش والزيي اتقىا فىقهن يىم القياهت وللا
(212حساب )
“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan
mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang
yang bertaqwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah
memberi rizki kepada orang-orang yang dikehendakiNya tanpa batas”
Cerita ini merupakan nutrisi yang sangat berharga untuk menambah
stamina kaum muslim. Selain itu, konten bagian ini merupakan motivasi yang
cukup kuat untuk menggugah hati dan membakar semangat serta optimisme
kaum muslim, sehingga mereka bangun dan melangkah melanjutkan
perjuangan di jalan Allah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
101
Setelah istirahat cukup dan mendapat motivasi, kemudian poin-poin
selanjutnya-menurut Darraz- merupakan penegasan tentang pentingnya
membelanjakan harta di jalan Allah.
Tujuan ketiga ini merupakan pembahasan mengenai syariat yang
mengatur tingkah laku manusia. Syariat ini merupakan hakikat dari Islam.
Pembahasan mengenai hakikat Islam sudah semestinya diletakkan setelah
pembahasan mengenai hakikat Iman. Dengan kata lain, sesudah membuat
pondasi maka gilirannya membangun tembok bagian luar, karena syariat ini
merupakan bagian luar/tubuh dari pondasi yang berupa keimanan. Setelah
membahas Iman dan Islam, sudah lengkapkah pembahasan ini? Iman dan
Islam dirasa belum sempurna apabila hakikat ihsan belum dijelaskan. Hakikat
ihsan ini akan dibahas pada pembahasan selanjutnya.
d. Tujuan Keempat: Orang yang menghalangi muslim dalam menjalankan
syariat.
Tujuan keempat ini hanya dicakup oleh ayat 284. Pada tujuan ini
menceritakan orang-orang yang mempunyai niat jahat untuk menghalang-
halangi kaum muslimin dalam menjalankan syariat-syariat agamanya. Dalam
hal ini Allah menegaskan bahwa Dia mengetahui apa yang dipendam di dalam
hati mereka, kemudian Allah akan mengadakan perhitungan terhadap apa
yang telah mereka lakukan.
Di dalam ayat ini terdapat kalimat yang berbunyi:
(482...)فسكم أو تفوه ياسبكم به الله وإن ت بدوا ما ف أن ...
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
102
“dan jika hatimu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu”
Kalimat di atas merupakan hakikat dari Ihsan. Sebagaimana dijelaskan di
dalam hadis bahwa pengertian ihsan adalah beribadah seakan melihat Allah
atau Allah yang melihat ibadah kita.1
3. Penutup (خاتمة), Tentang Orang-Orang Yang Memeluk Islam
Dan Harapan Mereka (ayat 285-286).
Pada bagian penutup ini, Darraz mengupayakan untuk mengaitkan dengan
tema muqaddimah yang lalu. Pembahasan kali ini memiliki dua pembahasan
yaitu, tentang orang-orang yang memeluk Islam dan apa yang diharapkan
mereka di dunia dan akhirat nanti. Menurut Darraz ayat 285 merupakan
jawaban dari ayat ketiga pada pembukaan surat ini. Ayat ketiga pada
pembukaan ini menjelaskan bahwa al-Qur‟an ini merupakan petunjuk bagi
orang yang bertaqwa, sedangkan orang yang bertaqwa adalah orang-orang
yang beriman kepada yang gaib dan mendirikan salat, berinfak, percara
kepada kitab-kitab Allah. Setelah menjelaskan ini, timbullah pertanyaan
“adakah orang-orang yang menghiraukan ajakan ini? Adakah yang beriman?”
dijawablah dengan ayat 285 ini yaitu “Rasul telah beriman kepada al-Qur‟an
yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang
1 Ibn Ma>jat}, Sunan Ibn Ma>jat} (t.t.: t.p., t.th.), 1, 72., Abu ‘Abdillah Ahmad al-Nasa>iy, Sunan al-
Nasa>’iy (), 15176., Muhammad bin Ahmad ibn Hibba>n, Sah}i>h Ibn Hibba>n bi Tarti>b ibn Bilba>n
(Madinah: Muassasat} al-Risa>lat}, t.th.), 1, 135., Muhammad bin Isha>q bin Khuzaimat}, Sah}i>h Ibn Khuzaimat} (Beirut: al-Maktab al-Isla>my, 1980), 4, 5., Muhammad bin Isma>’il al-Bukha>ry, al-Ja>mi’ al-S}ahi>h (t.t.: t.p., t.th.), 1, 87., Muslim bin al-Hajjaj al-Naisa>bury, S}ahi>h Muslim (t.t.: t.p.,
t.th.), 1, 88., Abu Muhammad bin Hanbal al-Shaiba>ny, Musnad Ah}mad (t.t.: t.p., t.th.,), 1, 350.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
103
beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-
kitabNya, dan rasul-rasulNya. Mereka mengatakan „kami tidak membeda-
bedakan antara seseorangpun dari rasul-rasul,…‟”. Sampai disini,
Implementasi ilmu munasabah (teori koherensi) yang dilakukan Darraz benar-
benar logis dan diterima akal.
Selanjutnya ayat 286 yang merupakan ayat terakhir surat ini menurut
Darraz memiliki keterkaitan dengan ayat kelima surat ini. Menurutnya, ayat
kelima tersebut berisi janji Allah bahwa orang-orang yang beriman akan
mendapatkan keuntungan dari Allah. Sebelum dikaitkan dengan ayat penutup,
Darraz memberi pertanyaan, “mana janji itu?”. Dengan pertanyaan inilah
akhirnya Nampak adanya keterkaitan. Di ayat terakhir ini disebutkan “ia
mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa
dari kejahatan yang dikerjakannya.”
Sebagaiman sudah dijelaskan di atas bahwa tujuan Pokok atau tema
sentral surat al-Baqarah ini menurut Darraz terdiri dari empat pembahasan
yaitu; Ajakan umum untuk memeluk Islam (21-25), Ajakan khusus ahli kitab
(40-162), Syariat Islam (178-283), Orang yang menghalangi Muslim dalam
menjalankan syariat (284). Empat tujuan pokok ini kemudian lebih
dikerucutkan oleh Darraz menjadi; Iman, Islam, Ihsan. Tema iman dicakup
oleh tujuan pertema dan kedua, kemudian tema Islam dicakup oleh tujuan
ketiga, dan tema Ihsan dicakup oleh tujuan keempat.
Menurut hemat penulis, penggunaan sistematika muqaddimah dan
penutup bisa saja diterapkan pada surat al-Baqarah ini, karena surat ini
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
104
memang memuat 286 ayat, surat yang panjang dan pembahasannya
bermacam-macam. Akan tetapi, tema sentral atau tujuan pokok yang
ditentukan oleh Darraz ini dirasa belum begitu menggambarkan holistisitas
surat al-Baqarah karena masih memiliki empat tujuan pokok. Seharusnya
empat tujuan pokok itu lebih dikerucutkan kembali sehingga memiliki satu
tema sentral. Imam al-Shatiby pernah membuktikan terhadap surat al-
Mu‟minun yang memiliki 118 ayat. Menurut al-Shatiby, tema pokok yang bisa
mencakup surat al-Mu‟minun tersebut adalah “Pengingkaran Orang-orang
Kafir Terhadap Kenabian”.2 Walaupun pada saat yang sama, Imam al-Shatiby
berpendapat bahwa tidak semua surat itu memiliki satu tema sentral,
contohnya seperti surat al-Baqarah dan Ali Imran.3
Penafsiran Darraz ini memiliki kesamaan dengan penafsiran yang pernah
dilakukan oleh oleh Muhammad Abduh, Khususnya pada bagian pendahuluan.
Pada bagian pendahuluan, Muhammad Abduh menjelaskan bahwa surat al-
Baqarah ini berisi tentang dakwah Islam secara umum kemudian disebutkan
pembagian para responden ajakan Islam tersebut menjadi tiga; Mukmin, Kafir,
dan Munafiq.4
Terlepas dari itu semua, surat al-Baqarah ini merupakan fust}a>t} al-Qur‟an
sebagaimana yang disebutkan beberapa kitab tafsir.5 Yang dimaksud fust}a>t}
2 Al-Shatiby, al-Muwafaqa>t (t.t.: Da>r Ibn ‘Affa>n, t.th.), 4, 270., M. Quraish Shihab, Tafsir al-
Misbah:pesan, kesan dan keserasian al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 1, xxvii. 3 Ibid.
4 Muhammad Abduh, Muhammad Rashi>d Rid}a>, Tafsi>r al-Manna>r (Cairo: Da>r al-Manna>r, 1947),
1, 105-106. 5 Ibn ‘Aji>bat, Tafsi>r Ibn ‘Ajibat (t.t.: t.p., t.th.), 1, 244., al-Zamakhshary, Tafsi>r al-Kashsha>f (t.t.:
t.p., t.th.), 1, 252., Abu Ish}aq al-Tha’laby, al-Kashf wa al-Baya>n (Beirut: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>th al-
‘Araby, 2002), 2, 310., al-Ma>wardy, al-Nakt wa al-‘Uyu>n (t.t.: t.p., t.th.), 1, 214., al-Baid}a>wy,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
105
disini adalah puncak representasi dari al-Qur‟an. Penamaan surat ini dengan
“al-Baqarah” yang berarti sapi betina adalah karena di dalamnya terdapat
kisah tentang seekor sapi dan Bani Isra‟il. Kisah ini bermula dari seseorang
yang mati terbunuh dan tidak diketahui pembunuhnya. Lalu orang-orang Bani
Israil saling melemparkan tuduhan tanpa ada bukti. Pada akhirnya, mereka
meminta solusi kepada Nabi Musa agar memohon kepada Allah untuk
menjawab semua kecurigaan ini. Kemudian diperintahlah mereka Bani Israil
untuk menyembelih sapi betina.6
Menurut pakar ilmu munasabah, Imam al-Biqa>’iy, surat al-Baqarah ini
merupakan uraian atau paparan bukti bahwa al-Qur‟an adalah petunjuk dan
puncak petunjuknya adalah percaya kepada yang gaib (a’z}amu ma> yahdiy
ilaihi al-I<ma>n bi al-Ghaib).7
Menurut al-Fara>hy, surat al-Baqarah ini merupakan surat tentang iman
yaitu iman kepada terutusnya Nabi Muhammad sedangkan surat Ali Imran
adalah surat islam yaitu ketaatan kepada Nabi Muhammad.8 memang dua
surat ini memiliki hubungan dekat. Dua surat ini sama-sama diawali dengan
alif, lam, mim (آلن).9 Selain itu, dua surat ini sama-sama dijuluki al-Zahrawain
yang berarti terang benderang, yang bisa menerangi jalan hidup menuju
Anwa>r al-Tanzi>l wa Asra>r al-Ta’wi>l (t.t.: t.p., t.th.), 1, 316., Muhammad al-Sharbi>ny, al-Sira>j al-Muni>r (t.t.: t.p., t.th.), 1, 427., Abu Mans}u>r al-Sam’a>ny, Tafsi>r al-Qur’a>n (Riyad}: Da>r al-Wat}n,
1997), 1, 40., al-Qut}uby, al-Ja>mi’ li Ah}ka>m al-Qur’a>n (Riya>d}: Da>r A<lam al-Kutub, 2003), 1, 152.,
Isma’i>l al-Khalwaty, Ru>h al-Baya>n (Beirut: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>th al-‘Araby, t.th.), 1, 18., al-Alu>sy,
Ru>h al-Ma’a>ny (Beirut: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>th al-‘Araby, t.th.), 1, 98. 6 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…, 1, 100.
7 Al-Biqa>’iy, Naz}m al-Durar…, 1, 55.
8 Al-Fara>hy, Dala>il al-Niz{a>m (t.t.: al-Mat}ba’at al-H{ami>diyyat, 1388 H), 93.
9 Muhammad ‘Ina>yatullah Asad Sabh}a>ny, Im’a>n al-Naz}r fi Niz}a>m al-A<y wa al-Suwar (t.t.: Da>r
‘Amma>r, t.th.), 298.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
106
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.10
Sebagaimana sabda Rasulullah yang
berbunyi:
اقشؤوا الضهشويي: البقشة وسىسة آل عوشاى11
“bacalah zahrawain (yang terang benderang): al-Baqarah dan Ali Imran”
Kalau surat al-Baqarah ini merupakan uraian bukti bahwa al-Qur‟an
adalah petunjuk, lantas surat yang lain bagaimana? Bukankah seluruh ayat al-
Qur‟an merupakan uraian bukti bahwa al-Qur‟an ini benar-benar petunjuk?
Kalau surat ini merupakan surat iman lalu bagaimana dengan ayat-ayat
syariatnya?
Menurut hemat penulis, surat al-Baqarah ini merupakan uraian tentang
hakikat taqwa. Pada pendahuluan surat ini disebutkan bahwa orang-orang
yang bertaqwa adalah; 1. Orang yang beriman kepada hal gaib, puncak gaib
adalah Allah dan cabang-cabangnya adalah malaikat, kitab-kitab Allah, dan
utusan-utusan Allah. Poin pertama ini mewakili “iman” yang pembahasannya
banyak disebut di dalam surat ini., 2. Orang yang mendirikan sholat,
penyebutan poin ini karena sholat adalah ibadah yang langsung berkaitan dan
berinteraksi dengan Allah (hablun minAllah) selain itu sholat di sini mewakili
syariat-syariat yang lain., kemudian yang ke-3 adalah Orang yang
menginfakkan sebagian hartanya. Setelah beribadah yang langsung
berhubungan dengan Allah maka di poin ini merupakan ibadah yang ada
10
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…, 1, 100. 11
al-Nawa>wy, al-Minha>j fi Sharh} Muslim al-Hajja>j (t.t.: Bait al-Ifka>r al-Dauliyyat}, t.th.), 538.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
107
kaitannya dengan manusia (hablun min al-Nas)., dan ke-4 adalah Orang yang
beriman kepada kitab-kitab Allah, karena kitab-kitab itu merupakan salah satu
media yang digunakan untuk menyampaikan firman Allah kepada manusia.,
dan ke-5 adalah mempercayai akan adanya hari kiamat.
Setelah ayat-ayat di surat ini menjelaskan tentang hakikat taqwa barulah
kemudian diakhir surat ini disebutkan bahwa orang-orang yang bertaqwa
adalah Rasulullah Muhammad SAW dan umat islam. Mereka adalah orang-
orang yang bertaqwa karena mereka beriman, mengerjakan sholat, infaq, dan
percaya serta menjalankan isi kitab Allah (sami’na> wa at}a’na>) dan pastilah
mereka mempercayai datangnya hari kiamat.
Surat al-Baqarah merupakan surat tentang hakikat taqwa. Seseorang yang
memahami dan menjalankan isi surat ini bisa dikategorikan termasuk
golongan orang-orang yang bertaqwa, dan orang-orang yang mencapai
kedudukan taqwa akan menyadari dan merasakan bahwa al-Qur‟an itu adalah
petunjuk (z}a>lika al-Kita>b hudan), petunjuk ke jalan yang benar menuju
kebahagiaan di dunia dan akhirat.