23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB IV ANALISA TEORI KOHERENSI DALAM PENAFSIRAN DARRAZ A. Analisa Terhadap Kaidah Ilmu Munasabah. Sebagaimana pembahasan sebelumnya bahwa kaidah yang harus dilalui dalam proses munasabah al-Qur’an adalah: 1. Memperhatikan tujuan (tema) yang dimaksud oleh surat tersebut. Dalam hal ini, Darraz sedikit berbeda. Menurutnya, di dalam setiap surat terdapat sistematika yang berupa muqaddimah, tujuan pokok surat, kemudian penutup. Dengan kata lain, Darraz lebih menjadikan ayat-ayat awal dalam surat sebagai pendahuluan/pengantar sebelum memasuki tema surat dan kemudian menjadikan ayat-ayat akhir dalam surat sebagai penutup dari tema surat tersebut. Sehingga pada akhirnya, Darraz berupaya menemukan keserasian antara muqaddimah dan penutupnya. Kaidah pertama ini diterapkan oleh Darraz dengan menambah tema muqaddimah pada ayat-ayat permulaan dan penutup pada ayat-ayat terakhir. Lebih jelasnya adalah sebagai berikut, Darraz menentukan tema Pendahuluan (مقدمة); tentang al-Qur’an” yang mencakup ayat 1-20 surat al-Baqarah. Kemudian tema “Tujuan Pertama: Ajakan umum untuk memeluk Islam” yang mencakup ayat 1-25, kemudian “Tujuan Kedua: Ajakan khusus ahli kitab untuk meninggalkan kebatilan dan ikut memeluk Islam”.

BAB IV ANALISA TEORI KOHERENSI DALAM PENAFSIRAN …digilib.uinsby.ac.id/4468/6/Bab 4.pdfANALISA TEORI KOHERENSI DALAM PENAFSIRAN DARRAZ ... 4. Membahas hal-hal yang mungkin dipertanyakan

  • Upload
    dokiet

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB IV

ANALISA TEORI KOHERENSI DALAM

PENAFSIRAN DARRAZ

A. Analisa Terhadap Kaidah Ilmu Munasabah.

Sebagaimana pembahasan sebelumnya bahwa kaidah yang harus dilalui

dalam proses munasabah al-Qur’an adalah:

1. Memperhatikan tujuan (tema) yang dimaksud oleh surat tersebut.

Dalam hal ini, Darraz sedikit berbeda. Menurutnya, di dalam setiap surat

terdapat sistematika yang berupa muqaddimah, tujuan pokok surat, kemudian

penutup. Dengan kata lain, Darraz lebih menjadikan ayat-ayat awal dalam

surat sebagai pendahuluan/pengantar sebelum memasuki tema surat dan

kemudian menjadikan ayat-ayat akhir dalam surat sebagai penutup dari tema

surat tersebut. Sehingga pada akhirnya, Darraz berupaya menemukan

keserasian antara muqaddimah dan penutupnya.

Kaidah pertama ini diterapkan oleh Darraz dengan menambah tema

muqaddimah pada ayat-ayat permulaan dan penutup pada ayat-ayat terakhir.

Lebih jelasnya adalah sebagai berikut, Darraz menentukan tema “Pendahuluan

.tentang al-Qur’an” yang mencakup ayat 1-20 surat al-Baqarah ;(مقدمة)

Kemudian tema “Tujuan Pertama: Ajakan umum untuk memeluk Islam” yang

mencakup ayat 1-25, kemudian “Tujuan Kedua: Ajakan khusus ahli kitab

untuk meninggalkan kebatilan dan ikut memeluk Islam”.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

86

mencakup ayat 40-162, lalu tema “Tujuan Ketiga: Syariat Islam” mencakup

ayat 178-283, kemudian tema “Tujuan Keempat: Orang yang menghalangi

muslim dalam menjalankan syariat” mencakup ayat 284, dan tema terakhir

“Penutup (خاتوت)” mencakup ayat 285-286.

Darraz tidak membuat satu tema besar yang mencakup seluruh ayat dalam

surat al-Baqarah. Menurut Darraz, karena banyaknya ayat-ayat dalam al-

Baqarah maka tema yang ditentukan menjadi empat tema pokok.

2. Memikirkan dan memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh tema

tersebut dalam muqaddimah surat.

Darraz juga menerapkan kaidah ini, salah satu contohnya yang terdapat

pada pembahasan “muqaddimah”. Pada bagian muqaddimah yang memiliki

tema “al-Qur‟an”, Darraz memikirkan ayat-ayat yang dibutuhkan oleh tema

tersebut, kemudian pada akhirnya Darraz menyebutkan bahwa yang

dibutuhkan oleh tema ini adalah ayat 1-20. Karena menurutnya, bahasan yang

dicakup oleh ayat 1-20 ini adalah mengenai al-Qur‟an dan orang-orang yang

merespon adanya al-Qur‟an.

3. Memperhatikan susunan muqaddimah tersebut untuk mendapatkan

keterkaitan dengan tema, baik keterkaitan itu bersifat jauh ataupun

dekat.

Setelah Darraz menentukan bahwa ayat 1-20 surat al-Baqarah itu dicakup

oleh tema “al-Qur‟an” lalu Darraz memilah ayat-ayat yang memiliki

keterkaitan dekat dan ayat-ayat yang memiliki keterkaitan jauh dengan tema

“al-Qur‟an”. Darraz menjadikan ayat 1-2 ke dalam ayat yang memiliki

keterkaitan dekat, dan ayat 3-20 dimasukkan ke dalam ayat yang memiliki

keterkaitan jauh.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

87

4. Membahas hal-hal yang mungkin dipertanyakan oleh

pendengar/pembaca menyangkut kandungan ayat.

Dengan kata lain, Ketika membahas keterkaitan ayat dalam muqaddimah

tersebut, hendaknya memperhatikan hal-hal yang mungkin dipertanyakan oleh

pendengar mengenai hukum-hukum atau hal-hal penting yang berkaitan

dengan ayat itu sehingga tepenuhilah balagah (kesempurnaan penjelasan),

hilanglah dahaga, sehingga pendengar tidak lagi membutuhkan pertanyaan

karena uraiannya sudah jelas.

Kaidah terakhir ini tidak terlalu diprioritaskan oleh Darraz. Menurut

penulis, salah satu alasannya adalah karena Darraz lebih memfokuskan

kajiannya terhadap keserasian serta keterkaitan antar ayat saja. sedangkan

pada saat yang sama, pasti ada ayat-ayat yang dipertanyakan maksud

kandungannya oleh pembaca al-Qur‟an. Contoh seperti ayat 222, yang

membahas tentang darah haid, dalam hal ini Darraz tidak menjelaskan

bagaimana perbedaan haid dan istihadah. Juga tentang Salat, ia tidak

menjelaskan hal-hal yang mungkin menjadi pertanyaan para pembaca

menyangkut salat tersebut.

Dalam hal munasabah, Darraz menawarkan teori baru yang lebih

menekankan kepada sistematika penulisan. Menurutnya, setiap surat al-Qur‟an

itu memiliki sistematisasi pembahasan yang berupa; muqaddimah, tujuan

pokok surat, dan penutup. Sistematika inilah yang kemudian

diimplementasikan terhadap surat al-Baqarah. Teori yang ditempuh Darraz ini,

sebenarnya tidak bertolak belakang dengan teori atau kaidah munasabah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

88

sebelumnya khususnya sebagaimana yang ditempuh oleh Imam al-biqa‟i,

hanya saja Darraz ini memberikan gaya baru yang lebih menonjolkan

sistematika penulisan.

Menurut hemat penulis, Teori atau kaidah munasabah yang ditempuh

Darraz belum bisa diterapkan begitu saja. Teori ini bisa diterima apabila objek

yang akan dibahas merupakan surat-surat panjang seperti al-Baqarah, Ali

Imran, al-Nisa, dan lain sebagainya. Apabila yang menjadi objek bahasannya

merupakan surat-surat pendek, teori ini dirasa tidak bisa diimplementasikan.

Contoh apabila surat al-Ikhlas menjadi objek pembahasannya. Surat yang

terdiri dari empat ayat ini berbicara tentang keEsaan Allah. Ayat pertama

sampai keempat berbicara langsung (to the point) akan keEsaan Allah. Sulit

rasanya untuk menerapkan atau membagi surat ini dengan sistematika;

muqaddimah, tujuan pokok surat, penutup. Karena menurut hemat penulis, itu

hanya berlaku untuk surat-surat panjang yang pembahasannya bermacam-

macam.

B. Analisa Penafsiran Darraz.

Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Darraz

berpendapat bahwa dalam setiap surat memiliki sistematika yang berupa,

Muqaddimah, Tujuan Pokok Surat, dan Penutup. Kemudian teori ini

diimplementasikan terhadap surat al-Baqarah yaitu:

1. Pendahuluan (مقدمة), membahas tentang al-Qur’an (ayat 1-20).

Pada bagian ini, Darraz mampu mengaitkan semua ayat-ayat (1-20)

dengan tema “al-Qur‟an”. Memang pada ayat 1 dan 2 surat al-Baqarah ini

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

89

jelas membicarakan tentang adanya al-Qur‟an sebagai petunjuk bagi orang-

orang yang bertaqwa. Namun di ayat ketiga, surat ini berbicara tentang ciri-

ciri orang yang bertaqwa, kemudian ayat 5-7 membicarakan ciri-ciri orang

kafir, dan ayat selanjutnya sampai 20 membahas tentang orang-orang munafik

(mukha>di’).

Ketika ayat 3 sampai 20 ini tidak lagi membicarakan secara khusus

tentang al-Qur‟an maka Darraz menemukan solusi untuk mendapatkan

munasabah dengan tema yang sudah ditentukan. Menurut Darraz, ayat 3-20 itu

merupakan cermin dari macam-macam orang yang merespon adanya al-

Qur‟an sebagai petunjuk. Dengan kata lain, setelah al-Qur‟an mengumumkan

bahwa dirinya adalah petunjuk kebenaran maka orang-orang yang mendengar

disekitarnya memiliki tanggapan yang berbeda-beda, ada yang percaya, ada

yang menolak, dan ada yang ragu-meragukan (mukha>di’). Dalam tema ini-

yang dicakup oleh ayat 1-20-, Darraz berhasil menemukan munasabah dan

hikmah peletakan ayat-ayatnya.

2. Uraian yang berisi empat tujuan pokok (أربع مقاصد), yaitu:

a. Tujuan Pertama: Ajakan umum untuk memeluk Islam (ayat 21-25).

Menurut Darraz, Tujuan Pertama ini mengandung beberapa ajakan, yaitu:

1) Ajakan untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukannya.

2) Ajakan untuk meyakini kebenaran kitab yang diturunkan kepada nabi

Muhammad.

3) Ajakan untuk menjauhi/menghindari azab pedih Allah, dan mencari

pahala Allah sebanyak banyaknya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

90

Darraz berupaya mengaitkan pembahasan sebelumnya (tentang al-

Qur‟an) dengan pembahan kali ini. Menurutnya, pembahasan lalu tidak

satupun mengandung domir mukhatab (kata ganti orang kedua) hal ini

menunjukkan bahwa pembahasan lalu memberi pengumuman secara tidak

langsung (علي أسلىب غيبت). Oleh karena itu pantaslah kalau ayat selanjutnya

memberi pengumuman secara langsung.

Tema kali ini (Ajakan umum untuk memeluk Islam) memang secara

langsung memberi pengumuman kepada manusia, ini dibuktikan dengan ayat

21 yang diawali dengan kalimat “wahai manusia…” (...ياآيها الاط). Pada tema

kali ini, menurut penulis, Darraz tidak begitu menemukan kesulitan dalam

mengaitkan keseluruhan ayat 21-25, karena ayat 21-25 ini secara keseluruhan

memang memiliki keterkaitan dekat dengan tema kali ini.

Kembali ke Awal ayat 26-39 (عود علي بدء)

Menurut Darraz ayat 26-39 merupakan pendukung dari ide pokok pada

pembahasan muqaddimah. Dalam tradisi penulisan ilmiyah, setelah

memaparkan ide pokok diteruskan dengan memaparkan kalimat-kalimat

pendukung ide poko tersebut.

Dalam ayat 26-39 berisi tentang cara al-Qur‟an dalam menyampaikan

kebenaran, yaitu jelas, gamblang, dan apa adanya. Penjelasan al-Qur‟an dalam

bagian ini menceritakan tentang wanita-wanita yang akan dijanjikan bagi

orang yang beriman. Masalah wanita erat sekali dengan kenikmatan biologis.

Al-Qur‟an menceritakan secara terang-terangan tanpa rasa malu.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

91

Pengungkapan secara terang-terangan ini menjadi salah satu bukti bahwa

ungkapan tersebut benar adanya, karena suatu kebenaran tidak akan malu

untuk menyampaikan kebenarannya. Bagaian ini (26-39) menjadi pendukung

untuk tema muqaddimah (1-20) yang menjelaskan bahwa tidak ada keraguan

di dalam al-Qur‟an.

b. Tujuan Kedua: Ajakan khusus ahli kitab untuk meninggalkan kebatilan

dan ikut memeluk Islam (ayat 40-162).

Tema sebelumnya (21-25) merupakan pengumuman secara langsung dan

bersifat umum, dengan kata lain tanpa menyebutkan golongan tertentu. Maka

tema kali ini (40-162) merupakan ajakan khusus untuk golongan Yahudi.

Kalau diperhatikan, tema sebelumnya dicakup oleh ayat 21-25 dan tema kali

ini dicakup oleh ayat 40-162, lalu kemana ayat 26-39?. Ayat 26-39 ini

menurut Darraz merujuk kepada muqaddimah (tema al-Qur‟an), itu sebabnya

ayat 26-39 ini beri tema “kembali ke muqaddimah (عىد علي بذء)”.

Menurut hemat penulis, ayat 26-39 ini bisa dikaitkan ke dalam tema

sebelumnya (Tujuan Pertama: Ajakan umum untuk memeluk Islam) yang

berbicara langsung kepada manusia untuk mempercayai kebenaran al-Qur‟an

dan memeluk Islam. Nah, di ayat 26-39 ini merupakan respon dari orang-

orang yang telah diajak untuk mempercayai kebenaran firman Allah. Kalau

pada tema “muqaddimah” membicarakan al-Qur‟an dan para respondennya

dengan tidak langsung uslub gaibah (kata ganti orang ketika) dan pada “tujuan

pertama” berbicara secara langsung, maka tidak lengkap rasanya tanpa

tanggapan langsung kepada para responden tersebut. itu sebabnya pada ayat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

92

29 disebutkan “bagaimana kamu masih menolak kebenaran Allah! Padahal

Allahlah yang menghidupkan kamu….”. inilah yang menjadi isyarat bahwa al-

Qur‟an menghadap langsung dengan responden lalu mengatakannya.

Kembali pada pembahasan tema kali ini yaitu “Tujuan Kedua” yang berisi

ajakan khusus Yahudi untuk meninggalkan kebatilan mereka dan kembali

memeluk agama Islam. Tema ini menurut Darraz mencakup ayat 40-162, ayat

yang cukup banyak. Kalau kita pahami nama surat ini “al-Baqarah” yang

berarti sapi betina, maka jelaslah kiranya kalau surat terpanjang ini memang

sebagian besar pembahasannya ditujukan kepada bangsa Yahudi, karena

sejarah sapi betina itu memang pernah terjadi kepada mereka pada masa

kenabian Musa a.s.

Pada “tujuan kedua” ini Darraz membaginya menjadi beberapa sub tema,

yaitu:

1. Yahudi Klasik

Pemberian sub tema “Yahudi Klasik” ini disimpulkan dari ayat 40-74.

Kalau ditelusuri lebih jauh, maka akan jelas bahwa ayat 40-74 sangat

berkaitan dengan sub tema “Yahudi Klasik”. Coba perhatikan!, mulai dari ayat

40-48 berisi tentang peringatan kepada Yahudi, ayat 49-60 bercerita tentang

nikmat Allah yang diterima Yahudi, salah satunya adalah dibebaskannya dari

kejahatan Fir‟aun. Pembicaraan mengenai Fir‟aun ini menjadi bukti bahwa

yang dimaksud Yahudi di sini adalah Yahudi Klasik yang pernah hidup di

zaman Fir‟aun. Kemudian ayat 61-66 berisi tentang pembalasan kepada

Yahudi karena sikap-sikapnya yang membangkang serta melanggar perjanjian.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

93

Kemudian ayat 67-74 bercerita tentang kisah Sapi Betina yang pernah terjadi

diantara mereka. Semua ayat-ayat di atas sangatlah jelas dan memiliki

keterkaitan dekat dengan sub tema “Yahudi Klasik”.

2. Yahudi Modern

Di dalam ayat 74 (akhir ayat Yahudi Klasik) terdapat kalimat “هي بعذ رلك”

artinya “mulai dari pasca kejadian itu”, kalimat inilah yang menunjukkan

bahwa akan ada Yahudi selanjutnya pasca kejadian Yahudi Klasik tersebut, itu

sebabnya pembahasan kali ini memiliki sub tema “Yahudi Modern”.

Menurut Darraz, sub tema “Yahudi Modern” ini dicakup oleh ayat 75-

121. Kalau lebih diperinci yaitu:

a. ayat 75-82 tentang keimanan Yahudi yang sukar diharapkan oleh Nabi

Muhammad. hal ini menjadi isyarat bahwa Yahudi di sini hidup di masa Nabi

Muhammad.

b. ayat 83-86 berisi tentang pengingkaran janji yang dilakukan tetap dilakukan

hingga Yahudi Modern.

c. ayat 87-91 membahas sikap Yahudi ketika diperintah mempercayai rasul dan

kitab-kitab yang diturunkan Allah khususnya al-Qur‟an.

d. ayat 92-96 yang menceritakan penyembahan sapi yang pernah dilakukan oleh

nenek moyangnya dulu.

e. ayat 97-101 membahas permusuhan Yahudi terhadap Jibril. Ini juga menjadi

isyarat bahwa yang dibicarakan adalah Yahudi Modern, karena kebencian

mereka kepada Jibril timbul ketika Jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi

yang bukan dari golongan mereka (Muhammad).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

94

f. ayat 102-103 membicarakan kesibukan Yahudi mempelajari Sihir.

g. Ayat 104-105 menggambarkan ketidak sopanan terhadap Nabi Muhammad

dan para sahabatnya.

h. Ayat 106-113 tentang perdebatan Yahud berebut benar.

i. Ayat 114-118 tentang tindakan Yahudi menghalangi ibadah umat Islam.

j. Ayat 119-121 tentang larangan mengikuti Yahudi.

Dari perincian di atas, bisa disimpulkan bahwa sub tema “Yahudi Modern” ini

memang bisa dicakup oleh ayat 75-121. Karena semua ayat-ayatnya memiliki

keterkaitan dekat dengan sub tema tersebut.

3. Muslim Klasik

Menurut Darraz, sub tema “muslim klasik” ini dicakup oleh ayat 122-

134. Selain itu sub tema ini memiliki keterkaitan dengan sub tema sebelumnya

(Yahudi Modern). Keterkaitan itu terletak pada ayat 121 yang menjelaskan

bahwa diantara orang-orang Yahudi ada yang benar-benar membaca kitabnya

(taurat) dan menyakini akan datangnya Nabi Muhammad yang

menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya. Orang-orang itulah yang kemudian

menjadi pengikut Islam. Ayat 121 ini seakan menjadi pintu untuk membahas

orang yang membaca dan menyakini isi Taurat tersebut.

Ayat 122-134 ini kemudian dimasukkan ke dalam sub tema “Muslim

Klasik”. Abdullah Darras dalam hal ini tidak terlalu menemukan kesulitan

karena sebagian besar pembahasan yang dikandung oleh ayat 122-134 adalah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

95

Kisah Nabi Ibrahim dan anak cucunya seperti Nabi Ya‟qub, Ismail, dan Ishaq.

Nabi Ibrahim dan cucunya inilah yang digambarkan sebagai Muslim Klasik.

4. Muslim Modern

Sub tema ini dicakup oleh ayat 135-162. Pada sub tema kali ini, Darraz

berupaya mengaitkan dengan sub tema sebelumnya. Menurut Darraz,

keterkaitannya terletak pada Millah atau ajaran yang sama antara Muslim

Klasik dan Muslim Modern yang dipimpin oleh Nabi Muhammad.

Sub tema kali ini apabila diuraikan pembahasannya maka akan menjadi

sebagai berikut:

a. Ayat 135-141 tentang millah Nabi Ibrahim

b. 142-152 tentang ke-Esa-an Allah yang akan menang

c. 153-157 tentang cobaan berat dalam menegakkan kebenaran

d. 158 tentang Manasik Haji

e. 159-162 tentang laknat bagi yang menyembunyikan Ayat-ayat Allah.

Kalau merujuk kepada kaidah munasabah yang sudah dijelaskan

sebelumnya. Maka sub tema ketiga dan keempat merupakan keterkaitan jauh

dengan tema “Tujuan Kedua: Ajakan khusus ahli kitab untuk meninggalkan

kebatilan dan ikut memeluk Islam”. Menurut kaidah, ketika ingin menarik

pembahasan maka harus tetap memperhatikan hal-hal penting yang

terkandung dalam ayat sehingga kandungan aslinya masih tetap terjaga.

Dalam hal ini, Darraz memberikan alasan bahwa dakwah yang dilakukan

Allah seperti halnya seorang petani yang ingin bercocok tanam. Sebelum

menancapkan benih terlebih dahulu melihat kondisi tanah dan membersihkan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

96

dari sesuatu yang membahayakan benihnya. Oleh Karena itu, sebelum

menanamkan keimanan terlebih dahulu meperlihatkan keburukan-keburukan

yang pernah dilakukan dahulu agar kemudian dibuang jauh-jauh dengan

tujuan supaya iman yang ditanamkan bisa tumbuh dan tidak rusak.

Tujuan pertama dan kedua ini sebenarnya adalah gambaran dari iman.

Atau domain iman, karena sebagian banyak ayat-ayatnya membahas mengenai

hal-hal yang abstrak, bukan teknis yang kongkrit. Bukankah iman itu

merupakan hal yang tidak bisa lihat hakikatnya? Tanda-tanda Iman hanya bisa

dilihat dan diduga dari outputnya, output iman tersebut adalah tingkah laku.

Tingkah laku merupakan hal yang kongkrit, bisa dilihat, dan merupakan

bagian dari bukti adanya iman di dalam hati. Setelah iman kokoh baru

kemudian meneruskan kepada masalah tingkah laku yang dicakup oleh

pembahasan selanjutnya.

Pintu Masuk Menuju Tujuan Ketiga (163-177)

Pada bagian ini, Darraz menjelaskan bahwa sebelum memasuki wilayah

syariat, terlebih dahulu melewati lorong sepanjang tiga langkah. Langkah

pertama berisi tentang ke-Esaan Allah sekaligus bantahan terhadap orang kafir

yang mengatakan bahwa umat Islam menyembah Ka‟bah. Pada bagian ini

menegaskan bahwa hanya Allahlah yang patut disembah. Ka‟bah bukanlah

sesuatu yang disembah melainkan hanya untuk menjalankan perintah Allah.

Langkah kedua menjelaskan bahwa hanya Allahlah yang harus dan wajib

ditaati. Hal ini menjadi pendukung bahwa menghadap ke Ka‟bah merupakan

perintah dan umat Islam harus menta‟ati perintah Allah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

97

Langkah ketiga berisi tentang garis-garis besar perintah yang harus ditaati

yaitu; Beriman kepada Allah, Hari Kiamat, Malaikat, Kitab-Kitab, Para Nabi,

dan memberikan harta yang dicintai kepada kerabat, anak yatim, orang miskin,

musafira dan orang-orang yang meminta-minta, memerdekakan budak,

mendirikan salat, menunaikan zakat, menepati janji, sabar dalam kesempitan,

sabar dalam penderitaan, dan sabar dalam peperangan.

Menurut hemat penulis, Darraz cukup cermat memperhatikan ayat 163-

177 ini. Awalnya, penulis ingin memasukkan bagian ini ke dalam Tujuan

Ketiga dengan pertimbangan bahwa bagian ini juga membahas beberapa

pokok syariat. akan tetapi pada awal bagian ini memaparkan mengenai Iman

kepada Allah, Kiamat, Malaikat, Kitab, dan Para Nabi. Kesemuanya ini

bukanlah wilayah syariat melainkan wilayah Iman. Setelah ditelusuri lebih

dalam, ternyata bagian ini memang mengandung pokok Iman dan pokok

syariat. Bagaian ini seakan menjadi jembatan dari pembahasan sebelumnya

menuju pembahasan selanjutnya. Sangat cerdas kiranya Darraz menamakan

bagian ini sebagai lorong menuju Tujuan Ketiga.

c. Tujuan Ketiga: Syariat Islam

Tema Syariat dicakup oleh ayat 178-283. Menurut Darraz, setelah

menanamkan iman maka saatnya menanamkan syariat Islam agar syariat yang

dilakukan berdiri di atas pondasi keimanan yang kuat. Apabila diperinci maka

sebagai berikut;

1) Ayat 178-179 tentang qisas dan hikmahnya

2) Ayat 180-182 tentang wasiat

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

98

3) Ayat 183-188 tentang puasa

4) Ayat 189-195 tentang berjihad dengan jiwa dan harta

5) Ayat 196-203 tentang haji

6) Ayat 204-210 tentang perbuatan orang-orang munafik

7) Ayat 211-214 tentang hikmah diutusnya rasul dan cobaan-cobaan yang

dihadapi pengikutnya

8) Ayat 215 tentang orang-orang yang diberi nafkah

9) Ayat 216-218 tentang hukum perang dalam Islam

10) Ayat 219-220 tentang minuman keras, judi, harta yang dinafkahkan, dan

menyantuni anak yatim

11) 221-237 tentang perkawinan dan keluarga

12) Ayat 238-239 tentang kewajiban mengerjakan salat

13) Ayat 240-242 tentang wasiat untuk istri dan mut‟ah

14) Ayat 243-252 tentang kewajiban berjihad dan mengeluarkan harta di jalan

Allah

15) Ayat 253 tentang derajat para rasul

16) Ayat 254 tentang anjuran membelanjakan harta

17) Ayat 255 ayat kursi

18) Ayat 256-257 tentang tidak ada paksaan memasuki agama Islam

19) Ayat 258-260 tentang kebangkitan kembali orang-orang mati

20) Ayat 261-274 tentang cara memanfaatkan harta

21) Ayat 275-281 tentang riba

22) Ayat 282-283 tentang kewajiban bermuamalah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

99

Tujuan ketiga ini berisi ayat-ayat yang hampir semuanya membahas

tentang syariah Islam. Hanya sebagian kecil saja yang memiliki keterkaitan

jauh dengan tema syariat.

Ada tiga poin yang memiliki keterkaitan jauh, yaitu: poin f yang

membahas tentang orang-orang munafik, dan poin g yang membahas hikmah

adanya rasul dan cobaan yang dihadapi pengikutnya. Kemudian poin s yang

membahas tentang kebangkitan orang-orang mati. Menurut Darraz, poin f dan

g ini dikategorikan sebagai istijma>mat yang akan dibahas setelah ini.

Istijma>mat (استجمامة) ayat 204-214

Kata istijma>mat memiliki arti istirahat. Pemberian sub tema ini

merupakan upaya Darraz dalam menghadapi ayat-ayat yang dirasa memiliki

keterkaitan jauh dengan tema syariat. Setelah diteliti, ternyata ayat 204-214 itu

berisi tentang perbuatan orang-orang munafik, juga tentang hikmah diutusnya

seorang rasul, dan tentang cobaan yang dihadapi pengikut rasul. Konten ini

jelas memiliki keterkaitan jauh dengan pembahasan syariat.

Kenapa harus memilih kata istijma>mat untuk menghimpun ayat 204-214?

Kenapa tidak yang lain?. Dalam masalah ini, Darraz cukup teliti dan benar-

benar mendalami keseluruhan ayat surat al-Baqarah. Ayat 204-214 dijadikan

tempat beristirahat setelah melewati lebih dari separuh surat al-Baqarah ini.

Pendapat Darraz ini bisa diterima akal, karena pembaca benar-benar telah

lelah membahas mengenai iman, dan syariat yang cukup panjang.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

100

Kalau diumpakan sebuah perjalanan, maka beristirahat boleh jadi bisa

bermanfaat untuk menambah stamina, dengan catatan istirahat yang dilakukan

harus berkualitas. Apabila Istirahat yang dilakukan tidak berkualitas, justru

akan membuat stamina semakin menurun.

Dalam bagian istijma>mat ini, memaparkan beberapa cerita zaman dahulu.

Cerita itu mengenai para pengikut rasul yang kerapkali mengalami berbagai

macam cobaan. Para pengikut rasul kala itu sering mendapat celaan dan

dianggap hina oleh kaum kafir. Dengan kesabaran tingkat tinggi, para

pengikut rasul mampu melewati tantangan dan cobaan-cobaan yang menimpa

mereka.

يا ويس خشوى هي الزيي آهىا صيي للزيي كفشوا الحياة الذ

يشصق هي يشاء بغيش والزيي اتقىا فىقهن يىم القياهت وللا

(212حساب )

“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan

mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang

yang bertaqwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah

memberi rizki kepada orang-orang yang dikehendakiNya tanpa batas”

Cerita ini merupakan nutrisi yang sangat berharga untuk menambah

stamina kaum muslim. Selain itu, konten bagian ini merupakan motivasi yang

cukup kuat untuk menggugah hati dan membakar semangat serta optimisme

kaum muslim, sehingga mereka bangun dan melangkah melanjutkan

perjuangan di jalan Allah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

101

Setelah istirahat cukup dan mendapat motivasi, kemudian poin-poin

selanjutnya-menurut Darraz- merupakan penegasan tentang pentingnya

membelanjakan harta di jalan Allah.

Tujuan ketiga ini merupakan pembahasan mengenai syariat yang

mengatur tingkah laku manusia. Syariat ini merupakan hakikat dari Islam.

Pembahasan mengenai hakikat Islam sudah semestinya diletakkan setelah

pembahasan mengenai hakikat Iman. Dengan kata lain, sesudah membuat

pondasi maka gilirannya membangun tembok bagian luar, karena syariat ini

merupakan bagian luar/tubuh dari pondasi yang berupa keimanan. Setelah

membahas Iman dan Islam, sudah lengkapkah pembahasan ini? Iman dan

Islam dirasa belum sempurna apabila hakikat ihsan belum dijelaskan. Hakikat

ihsan ini akan dibahas pada pembahasan selanjutnya.

d. Tujuan Keempat: Orang yang menghalangi muslim dalam menjalankan

syariat.

Tujuan keempat ini hanya dicakup oleh ayat 284. Pada tujuan ini

menceritakan orang-orang yang mempunyai niat jahat untuk menghalang-

halangi kaum muslimin dalam menjalankan syariat-syariat agamanya. Dalam

hal ini Allah menegaskan bahwa Dia mengetahui apa yang dipendam di dalam

hati mereka, kemudian Allah akan mengadakan perhitungan terhadap apa

yang telah mereka lakukan.

Di dalam ayat ini terdapat kalimat yang berbunyi:

(482...)فسكم أو تفوه ياسبكم به الله وإن ت بدوا ما ف أن ...

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

102

“dan jika hatimu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu

menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu

tentang perbuatanmu”

Kalimat di atas merupakan hakikat dari Ihsan. Sebagaimana dijelaskan di

dalam hadis bahwa pengertian ihsan adalah beribadah seakan melihat Allah

atau Allah yang melihat ibadah kita.1

3. Penutup (خاتمة), Tentang Orang-Orang Yang Memeluk Islam

Dan Harapan Mereka (ayat 285-286).

Pada bagian penutup ini, Darraz mengupayakan untuk mengaitkan dengan

tema muqaddimah yang lalu. Pembahasan kali ini memiliki dua pembahasan

yaitu, tentang orang-orang yang memeluk Islam dan apa yang diharapkan

mereka di dunia dan akhirat nanti. Menurut Darraz ayat 285 merupakan

jawaban dari ayat ketiga pada pembukaan surat ini. Ayat ketiga pada

pembukaan ini menjelaskan bahwa al-Qur‟an ini merupakan petunjuk bagi

orang yang bertaqwa, sedangkan orang yang bertaqwa adalah orang-orang

yang beriman kepada yang gaib dan mendirikan salat, berinfak, percara

kepada kitab-kitab Allah. Setelah menjelaskan ini, timbullah pertanyaan

“adakah orang-orang yang menghiraukan ajakan ini? Adakah yang beriman?”

dijawablah dengan ayat 285 ini yaitu “Rasul telah beriman kepada al-Qur‟an

yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang

1 Ibn Ma>jat}, Sunan Ibn Ma>jat} (t.t.: t.p., t.th.), 1, 72., Abu ‘Abdillah Ahmad al-Nasa>iy, Sunan al-

Nasa>’iy (), 15176., Muhammad bin Ahmad ibn Hibba>n, Sah}i>h Ibn Hibba>n bi Tarti>b ibn Bilba>n

(Madinah: Muassasat} al-Risa>lat}, t.th.), 1, 135., Muhammad bin Isha>q bin Khuzaimat}, Sah}i>h Ibn Khuzaimat} (Beirut: al-Maktab al-Isla>my, 1980), 4, 5., Muhammad bin Isma>’il al-Bukha>ry, al-Ja>mi’ al-S}ahi>h (t.t.: t.p., t.th.), 1, 87., Muslim bin al-Hajjaj al-Naisa>bury, S}ahi>h Muslim (t.t.: t.p.,

t.th.), 1, 88., Abu Muhammad bin Hanbal al-Shaiba>ny, Musnad Ah}mad (t.t.: t.p., t.th.,), 1, 350.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

103

beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-

kitabNya, dan rasul-rasulNya. Mereka mengatakan „kami tidak membeda-

bedakan antara seseorangpun dari rasul-rasul,…‟”. Sampai disini,

Implementasi ilmu munasabah (teori koherensi) yang dilakukan Darraz benar-

benar logis dan diterima akal.

Selanjutnya ayat 286 yang merupakan ayat terakhir surat ini menurut

Darraz memiliki keterkaitan dengan ayat kelima surat ini. Menurutnya, ayat

kelima tersebut berisi janji Allah bahwa orang-orang yang beriman akan

mendapatkan keuntungan dari Allah. Sebelum dikaitkan dengan ayat penutup,

Darraz memberi pertanyaan, “mana janji itu?”. Dengan pertanyaan inilah

akhirnya Nampak adanya keterkaitan. Di ayat terakhir ini disebutkan “ia

mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa

dari kejahatan yang dikerjakannya.”

Sebagaiman sudah dijelaskan di atas bahwa tujuan Pokok atau tema

sentral surat al-Baqarah ini menurut Darraz terdiri dari empat pembahasan

yaitu; Ajakan umum untuk memeluk Islam (21-25), Ajakan khusus ahli kitab

(40-162), Syariat Islam (178-283), Orang yang menghalangi Muslim dalam

menjalankan syariat (284). Empat tujuan pokok ini kemudian lebih

dikerucutkan oleh Darraz menjadi; Iman, Islam, Ihsan. Tema iman dicakup

oleh tujuan pertema dan kedua, kemudian tema Islam dicakup oleh tujuan

ketiga, dan tema Ihsan dicakup oleh tujuan keempat.

Menurut hemat penulis, penggunaan sistematika muqaddimah dan

penutup bisa saja diterapkan pada surat al-Baqarah ini, karena surat ini

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

104

memang memuat 286 ayat, surat yang panjang dan pembahasannya

bermacam-macam. Akan tetapi, tema sentral atau tujuan pokok yang

ditentukan oleh Darraz ini dirasa belum begitu menggambarkan holistisitas

surat al-Baqarah karena masih memiliki empat tujuan pokok. Seharusnya

empat tujuan pokok itu lebih dikerucutkan kembali sehingga memiliki satu

tema sentral. Imam al-Shatiby pernah membuktikan terhadap surat al-

Mu‟minun yang memiliki 118 ayat. Menurut al-Shatiby, tema pokok yang bisa

mencakup surat al-Mu‟minun tersebut adalah “Pengingkaran Orang-orang

Kafir Terhadap Kenabian”.2 Walaupun pada saat yang sama, Imam al-Shatiby

berpendapat bahwa tidak semua surat itu memiliki satu tema sentral,

contohnya seperti surat al-Baqarah dan Ali Imran.3

Penafsiran Darraz ini memiliki kesamaan dengan penafsiran yang pernah

dilakukan oleh oleh Muhammad Abduh, Khususnya pada bagian pendahuluan.

Pada bagian pendahuluan, Muhammad Abduh menjelaskan bahwa surat al-

Baqarah ini berisi tentang dakwah Islam secara umum kemudian disebutkan

pembagian para responden ajakan Islam tersebut menjadi tiga; Mukmin, Kafir,

dan Munafiq.4

Terlepas dari itu semua, surat al-Baqarah ini merupakan fust}a>t} al-Qur‟an

sebagaimana yang disebutkan beberapa kitab tafsir.5 Yang dimaksud fust}a>t}

2 Al-Shatiby, al-Muwafaqa>t (t.t.: Da>r Ibn ‘Affa>n, t.th.), 4, 270., M. Quraish Shihab, Tafsir al-

Misbah:pesan, kesan dan keserasian al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 1, xxvii. 3 Ibid.

4 Muhammad Abduh, Muhammad Rashi>d Rid}a>, Tafsi>r al-Manna>r (Cairo: Da>r al-Manna>r, 1947),

1, 105-106. 5 Ibn ‘Aji>bat, Tafsi>r Ibn ‘Ajibat (t.t.: t.p., t.th.), 1, 244., al-Zamakhshary, Tafsi>r al-Kashsha>f (t.t.:

t.p., t.th.), 1, 252., Abu Ish}aq al-Tha’laby, al-Kashf wa al-Baya>n (Beirut: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>th al-

‘Araby, 2002), 2, 310., al-Ma>wardy, al-Nakt wa al-‘Uyu>n (t.t.: t.p., t.th.), 1, 214., al-Baid}a>wy,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

105

disini adalah puncak representasi dari al-Qur‟an. Penamaan surat ini dengan

“al-Baqarah” yang berarti sapi betina adalah karena di dalamnya terdapat

kisah tentang seekor sapi dan Bani Isra‟il. Kisah ini bermula dari seseorang

yang mati terbunuh dan tidak diketahui pembunuhnya. Lalu orang-orang Bani

Israil saling melemparkan tuduhan tanpa ada bukti. Pada akhirnya, mereka

meminta solusi kepada Nabi Musa agar memohon kepada Allah untuk

menjawab semua kecurigaan ini. Kemudian diperintahlah mereka Bani Israil

untuk menyembelih sapi betina.6

Menurut pakar ilmu munasabah, Imam al-Biqa>’iy, surat al-Baqarah ini

merupakan uraian atau paparan bukti bahwa al-Qur‟an adalah petunjuk dan

puncak petunjuknya adalah percaya kepada yang gaib (a’z}amu ma> yahdiy

ilaihi al-I<ma>n bi al-Ghaib).7

Menurut al-Fara>hy, surat al-Baqarah ini merupakan surat tentang iman

yaitu iman kepada terutusnya Nabi Muhammad sedangkan surat Ali Imran

adalah surat islam yaitu ketaatan kepada Nabi Muhammad.8 memang dua

surat ini memiliki hubungan dekat. Dua surat ini sama-sama diawali dengan

alif, lam, mim (آلن).9 Selain itu, dua surat ini sama-sama dijuluki al-Zahrawain

yang berarti terang benderang, yang bisa menerangi jalan hidup menuju

Anwa>r al-Tanzi>l wa Asra>r al-Ta’wi>l (t.t.: t.p., t.th.), 1, 316., Muhammad al-Sharbi>ny, al-Sira>j al-Muni>r (t.t.: t.p., t.th.), 1, 427., Abu Mans}u>r al-Sam’a>ny, Tafsi>r al-Qur’a>n (Riyad}: Da>r al-Wat}n,

1997), 1, 40., al-Qut}uby, al-Ja>mi’ li Ah}ka>m al-Qur’a>n (Riya>d}: Da>r A<lam al-Kutub, 2003), 1, 152.,

Isma’i>l al-Khalwaty, Ru>h al-Baya>n (Beirut: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>th al-‘Araby, t.th.), 1, 18., al-Alu>sy,

Ru>h al-Ma’a>ny (Beirut: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>th al-‘Araby, t.th.), 1, 98. 6 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…, 1, 100.

7 Al-Biqa>’iy, Naz}m al-Durar…, 1, 55.

8 Al-Fara>hy, Dala>il al-Niz{a>m (t.t.: al-Mat}ba’at al-H{ami>diyyat, 1388 H), 93.

9 Muhammad ‘Ina>yatullah Asad Sabh}a>ny, Im’a>n al-Naz}r fi Niz}a>m al-A<y wa al-Suwar (t.t.: Da>r

‘Amma>r, t.th.), 298.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

106

kebahagiaan di dunia dan di akhirat.10

Sebagaimana sabda Rasulullah yang

berbunyi:

اقشؤوا الضهشويي: البقشة وسىسة آل عوشاى11

“bacalah zahrawain (yang terang benderang): al-Baqarah dan Ali Imran”

Kalau surat al-Baqarah ini merupakan uraian bukti bahwa al-Qur‟an

adalah petunjuk, lantas surat yang lain bagaimana? Bukankah seluruh ayat al-

Qur‟an merupakan uraian bukti bahwa al-Qur‟an ini benar-benar petunjuk?

Kalau surat ini merupakan surat iman lalu bagaimana dengan ayat-ayat

syariatnya?

Menurut hemat penulis, surat al-Baqarah ini merupakan uraian tentang

hakikat taqwa. Pada pendahuluan surat ini disebutkan bahwa orang-orang

yang bertaqwa adalah; 1. Orang yang beriman kepada hal gaib, puncak gaib

adalah Allah dan cabang-cabangnya adalah malaikat, kitab-kitab Allah, dan

utusan-utusan Allah. Poin pertama ini mewakili “iman” yang pembahasannya

banyak disebut di dalam surat ini., 2. Orang yang mendirikan sholat,

penyebutan poin ini karena sholat adalah ibadah yang langsung berkaitan dan

berinteraksi dengan Allah (hablun minAllah) selain itu sholat di sini mewakili

syariat-syariat yang lain., kemudian yang ke-3 adalah Orang yang

menginfakkan sebagian hartanya. Setelah beribadah yang langsung

berhubungan dengan Allah maka di poin ini merupakan ibadah yang ada

10

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…, 1, 100. 11

al-Nawa>wy, al-Minha>j fi Sharh} Muslim al-Hajja>j (t.t.: Bait al-Ifka>r al-Dauliyyat}, t.th.), 538.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

107

kaitannya dengan manusia (hablun min al-Nas)., dan ke-4 adalah Orang yang

beriman kepada kitab-kitab Allah, karena kitab-kitab itu merupakan salah satu

media yang digunakan untuk menyampaikan firman Allah kepada manusia.,

dan ke-5 adalah mempercayai akan adanya hari kiamat.

Setelah ayat-ayat di surat ini menjelaskan tentang hakikat taqwa barulah

kemudian diakhir surat ini disebutkan bahwa orang-orang yang bertaqwa

adalah Rasulullah Muhammad SAW dan umat islam. Mereka adalah orang-

orang yang bertaqwa karena mereka beriman, mengerjakan sholat, infaq, dan

percaya serta menjalankan isi kitab Allah (sami’na> wa at}a’na>) dan pastilah

mereka mempercayai datangnya hari kiamat.

Surat al-Baqarah merupakan surat tentang hakikat taqwa. Seseorang yang

memahami dan menjalankan isi surat ini bisa dikategorikan termasuk

golongan orang-orang yang bertaqwa, dan orang-orang yang mencapai

kedudukan taqwa akan menyadari dan merasakan bahwa al-Qur‟an itu adalah

petunjuk (z}a>lika al-Kita>b hudan), petunjuk ke jalan yang benar menuju

kebahagiaan di dunia dan akhirat.