Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
48
BAB IV
ENTITAS DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
4.1. Ruang Belajar Aqil (RBA)
Ruang Belajar Aqil (RBA) adalah sebuah entitas socio-enterprise di bidang
pemberdayaan. Sifat RBA adalah not-for-profit. Sifat tersebut tergambarkan
melalui aktivitas RBA yang seluruhnya bertujuan untuk memberikan manfaat
kepada masyarakat tanpa mengambil keuntungan dalam bentuk apa pun. Seluruh
kegiatan RBA pun dilaksanakan secara tidak berbayar.
Cikal bakal RBA adalah program Kelompok Riset Sahaja+ (KRS+) yang
dimulai pada tahun 2010. Saat ini, RBA menempati situs di Jalan Cempaka no. 1
Malang. Pada tahun 2015, tiga program mulai dijalankan yaitu KRS+, Ruang
Baca dan Literasi (RBL), dan Ruang Kreasi dan Diseminasi (RKD). Pada saat
observasi, program RKD sedang dinonaktifkan untuk sementara.
Pemilihan nama Ruang Belajar Aqil (RBA) dinilai cukup tepat untuk
menggambarkan kegiatan entitas. Kata “Ruang” diartikan sebagai sesuatu yang
tidak terbatas oleh dinding atau pembatas lainnya. Ruang tersebut adalah wadah
untuk melakukan kegiatan utama RBA yaitu pembelajaran. Oleh karena itu,
kegiatan pembelajaran RBA tidak hanya dilakukan di satu ruang saja. Kegiatan
pembelajaran RBA bahkan mencapai beberapa wilayah di Kabupaten Malang
melalui kolaborasi dengan Taman Baca Masyarakat (TBM) setempat. Kata “Aqil”
digunakan untuk menggambarkan bahwa RBA adalah ruang belajar bagi manusia
yang berakal. Pemilihan kata ini juga mengandung harapan bahwa mereka yang
49
belajar di RBA senantiasa menggunakan akal ketika menghadapi realitas
kehidupan.
RBA memiliki sebuah visi yaitu menjadikan bangsa yang lebih baik dengan
kepedulian dan penerapan nilai pembelajaran melalui pemberdayaan pemuda
Indonesia. Visi tersebut tertuang dalam beberapa misi yaitu (Laporan Tahunan
RBA, 2016):
1. Menginspirasi, memotivasi, dan memberdayakan pemuda, selaras dengan
potensi serta cita-cita diri dan bangsa
2. Membudayakan membaca, membaca lagi, memampukan menulis, dan
membiasakan diskusi sebagai nilai pembelajaran
3. Membangun sistem diseminasi informasi yang bermanfaat dan relevan
untuk memperluas cakrawala pengetahuan dan mewujudkan manfaat ilmu.
4. Mewujudkan kepedulian dan keterlibatan masyarakat dalam aktivitas
berdaya guna serta bermanfaat bagi masyarakat.
Pengelolaan RBA dilakukan oleh enam orang pengelola yang masing-
masing memiliki peran tersendiri. Selain jajaran pengelola, RBA memiliki
relawan dengan beragam latar belakang. Mahasiswa anggota KRS+ secara
otomatis menjadi relawan yang membantu RBA dalam melaksanakan kegiatan.
Selain itu, para alumni program KRS+, mahasiswa, dosen, dan perwakilan
masyarakat turut menjadi relawan aktif.
Peneliti melakukan observasi selama bulan Mei – Agustus 2017 di situs
penelitian. Situs tempat RBA berkegiatan terbagi ke dalam beberapa ruangan yang
menjadi pusat aktivitas. Ruang belajar utama menempati area yang paling luas.
Lima meja panjang ditata mengelilingi ruangan dengan kursi-kursi yang
50
menghadap ke dinding. Meja-meja tersebut digunakan oleh para mahasiswa
anggota KRS+ untuk mengerjakan penelitian masing-masing. Sementara, di ujung
belakang ruangan terdapat satu buah meja dan tiga buah kursi. Di situlah founder
sekaligus penasihat dan mentor beraktivitas.
Terdapat tiga ruangan lain di dalam ruang belajar utama yaitu ruang kantor,
ruang logistik dan mushola. Ruang kantor berfungsi sebagai tempat untuk
melakukan tugas administratif dan menyimpan dokumen-dokumen seperti laporan
keuangan tahunan, laporan kegiatan, dan laporan pembelajaran. Ruang logistik
digunakan untuk menyimpan berbagai perlengkapan untuk project sosial.
Mushola digunakan sebagai tempat ibadah.
Ruang Baca dan Literasi (RBL) berada di sisi kiri bangunan. Ruangan
tersebut berisi beraneka ragam buku yang ditempatkan dalam rak-rak kayu yang
mengelilingi ruangan. Selain buku, terdapat meja kecil untuk belajar dan beberapa
mainan tradisional yang ditata di atas sebuah rak. Sehingga, selain membaca,
pengunjung dapat menggunakan mainan-mainan yang tersedia.
Ruang Baca dan Literasi dibuka setiap hari Senin hingga Sabtu mulai pukul
12.00 hingga 17.00. Ruangan ini bebas diakses oleh siapa saja dengan gratis.
Anak-anak Sekolah Dasar (SD) yang tinggal di sekitar RBA kerap berkunjung ke
ruangan ini untuk mengerjakan tugas atau sekadar bermain dengan didampingi
anggota KRS+ yang sedang piket. Seperti yang terlihat saat peneliti melakukan
observasi. Dua orang anak kelas 4 SD sedang mengerjakan soal persiapan ujian
kenaikan kelas dengan didampingi seorang anggota KRS+.
Sebagai sebuah entitas socio-enterprise, RBA memperoleh sumber daya
dari para donatur. Jenis donatur yang memberikan bantuan untuk RBA antara lain
51
donatur tetap dan donatur tidak tetap. Kriteria donatur tetap pun perlu
didefinisikan lebih lanjut. Terdapat donatur tetap yang memberikan bantuan
selama tiga bulan berturut-turut kemudian berhenti. Selain itu, terdapat juga jenis
donatur yang tidak memiliki jadwal pasti dalam memberikan bantuan, tetapi
berkomitmen untuk membantu secara insidental dalam satu periode (Diskusi
penasihat 27 Mei 2017).
Pertanggungjawaban atas donasi yang diterima disampaikan oleh pengelola
RBA melalui laporan yang rutin diterbitkan setiap tahunnya. Laporan tersebut
merupakan gabungan dari laporan keuangan bulanan dan laporan kegiatan.
Kaleidoskop kegiatan ditampilkan sebagai informasi atas aktivitas RBA yang
dijalankan selama satu tahun laporan (Laporan tahunan RBA, 2016).
4.1.1. Kelompok Riset Sahaja+ (KRS+)
Kelompok Riset Sahaja+ (KRS+) adalah sebuah program pembelajaran
bagi pemuda yang bertujuan untuk menambah pengetahuan melalui penelitian dan
kegiatan pembelajaran lainnya. Kegiatan KRS+ berlangsung setiap hari Senin
hingga Jumat sejak pukul 07.50 hingga 16.00. Sedangkan, pada hari Sabtu,
kegiatan KRS+ berlangsung pukul 07.50 hingga 12.00.
Saat ini, terdapat 11 orang mahasiswa yang menjadi anggota KRS+. Para
mahasiswa ini berasal dari berbagai jurusan dan universitas di Kota Malang.
Umumnya, mahasiswa yang bergabung di KRS+ adalah mereka yang tengah
mengerjakan skripsi, thesis, dan penelitian lainnya.
Setiap anggota KRS+ diwajibkan untuk mempresentasikan penelitiannya
untuk ditinjau oleh anggota lain dan dewan mentor. Setelah presentasi, anggota
52
KRS+ sebagai peneliti akan menerima umpan balik berupa pertanyaan dan saran
tentang penelitiannya. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa penelitian yang
dilakukan telah memenuhi kaidah penelitian dan dapat dipahami oleh
penggunanya.
Ketika tidak terdapat jadwal presentasi pada satu hari, sesi tersebut akan
dimanfaatkan oleh mentor dan anggota KRS+ untuk berdiskusi mengenai
berbagai topik. Senin (29/5/2017), para anggota KRS+ duduk mengelilingi
ruangan untuk berdiskusi bersama mentor. Anggota KRS+ terlihat menikmati
diskusi tersebut. Mereka sesekali tertawa ketika mentor menyelipkan candaan
ketika menyampaikan materi.
Salah satu topik yang dibahas dalam diskusi tersebut adalah akad. Mentor
menjelaskan bahwa akad adalah perjanjian untuk memenuhi hak dan kewajiban
antara dua pihak. Akad membutuhkan komitmen dari kedua pihak untuk
melaksanakan apa yang telah disepakati. Mentor mengatakan bahwa RBA
berusaha menerapkan komitmen dalam mengelola seluruh aktivitasnya. Sebagai
contoh, ketika seorang mahasiswa hendak bergabung menjadi anggota KRS+,
mahasiswa tersebut akan ditanya mengenai kebutuhan belajarnya. Setelah berikrar
untuk menjadi anggota KRS+, mahasiswa tersebut harus mematuhi peraturan di
kelompok. Sebaliknya, mentor juga akan memenuhi kewajiban untuk membagi
ilmu dan mendampingi proses penelitian.
4.1.2. Ruang Baca dan Literasi (RBL)
Ruang Baca dan Literasi adalah salah satu program RBA yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan dan memberdayakan masyarakat melalui
53
literasi. Program RBL mengelola ribuan buku yang berasal dari donasi agar dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat.
Selain KRS+, RBA juga menjalankan beragam proyek sosial di bawah
naungan program RBL. Proyek sosial yang telah berjalan selama bulan April –
Agustus 2017 antara lain lokakarya pembuatan big book, decoupage, kolase,
festival permainan tradisional, RBA Berbagi, aneka penyuluhan, dan beragam
kegiatan lainnya. Seluruh kegiatan terbuka untuk umum dan tidak berbayar.
RBA melibatkan para anggota KRS+ sebagai panitia dalam proyek sosial
yang dilaksanakan. Selain itu, RBA kerap berkolaborasi dengan Taman Baca
Masyarakat (TBM), lembaga kemahasiswaan, dan komunitas di Malang Raya
dalam melaksanakan proyek sosialnya.
Selama periode observasi, peneliti terlibat aktif dalam beberapa proyek
sosial yang dinaungi RBL. Salah satunya adalah lokakarya pembuatan big book
yang telah dilakukan sebanyak tiga kali. RBA berkolaborasi dengan TBM yang
tersebar di wilayah Malang Raya untuk menyelenggarakan lokakarya tersebut.
Lokakarya pembuatan big book bertujuan untuk memberikan ilmu pembuatan big
book sebagai media preservasi pengetahuan. RBA dan kolaborator selaku
penyelenggara mengharapkan bahwa peserta akan mampu membuat big book
sendiri dan menggunakannya sebagai media pembelajaran.
Pihak RBA berperan sebagai pengajar yang diwakili oleh anggota KRS+.
Sementara, peserta lokakarya umumnya adalah guru Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) dan ibu-ibu di lingkungan TBM penyelenggara. Para peserta dibagi ke
dalam beberapa kelompok dan didampingi oleh seorang anggota KRS+. Setelah
penyampaian materi, peserta diberi kesempatan untuk berkreasi dengan bahan-
54
bahan big book yang disediakan oleh RBA. Segera setelah big book selesai dibuat,
peserta diperkenankan untuk mempresentasikan hasil karyanya. Anggota KRS+
membagikan kertas kepada peserta untuk menyampaikan pesan dan kesan atas
kegiatan yang diikuti. Pesan dan kesan tersebut menjadi bahan evaluasi dan
dilaporkan dalam laporan kegiatan.
Gambar 4.1
Berita Acara Lokakarya Big Book Berisi Pesan dan Kesan
Sumber: Dokumentasi Peneliti (2017)
4.1.3. Ruang Kreasi dan Diseminasi (RKD)
Ruang Kreasi dan Diseminasi (RKD) adalah sebuah program pembelajaran
yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan daya cipta serta persebaran
informasi yang bermanfaat. Program ini terdiri atas beberapa proyek sosial seperti
Virtual Sharing, kunjungan UKM, Cakramuda Wirausaha, dan beberapa proyek
lain.
Selama periode observasi, peneliti hanya mengikuti kegiatan Virtual
Sharing yang rutin diselenggarakan setiap minggu selama satu bulan. Sementara,
55
kegiatan lain belum berlangsung selama periode observasi. Virtual Sharing adalah
sebuah kegiatan diseminasi informasi tematik yang dilakukan secara virtual.
Setiap minggu, seorang pemateri membagikan pengetahuan sesuai bidang yang
ditekuninya melalui panggilan video. Metode ini memungkinkan peserta diskusi
untuk berinteraksi dengan pemateri yang berada di tempat lain.
Ketika diskusi berlangsung, peserta duduk berbaris menghadap ke dinding
yang difungsikan sebagai layar. Sebuah laptop, proyektor, dan kamera digunakan
sebagai media interaksi. Hari itu, Sabtu, 8 April 2017, pemateri Virtual Sharing
adalah pekerja pemerintahan sebuah negara bagian Amerika Serikat. Pemateri
membagikan pengetahuan mengenai riset dan pekerjaan sehari-hari. Setelah
pemaparan materi usai, peserta bergantian melakukan tanya jawab dengan
pemateri dengan dipandu oleh seorang moderator.
Pemaparan di atas adalah sekilas gambaran mengenai kegiatan RKD yang
rutin dilaksanakan. RKD memiliki beberapa target untuk dicapai selama tahun
2017 seperti sharing praktisi dan riset program Pemuda Ujung Negeri (Laporan
Tahunan RBA, 2016).
4.2. Tanggung Jawab Sosial di Ruang Belajar Aqil (RBA)
4.2.1 Pemahaman atas Tanggung Jawab Sosial
Sebagai sebuah socio-enterprise, Ruang Belajar Aqil (RBA) memandang
tanggung jawab sosial sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keseharian
mereka. Tanggung jawab sosial dilakukan sebagai wujud kepedulian untuk
memberikan manfaat kepada masyarakat. Pengertian tersebut tergambarkan
melalui koordinator relawan berikut:
56
“Ya tanggung jawab sosial itu kalau menurutku gimana sih kita berperan
kepada masyarakat. Memberi manfaat kepada masyarakat karena kita hidup
bermasyarakat. Kita tidak hanya menerima sesuatu dari masyarakat, tapi
juga kita memberikan sesuatu kepada masyarakat. Itu sih
pertanggungjawaban sosial sebagai makhluk sosial tentunya.” (Wawancara
12 Juni 2017).
Sebagai bagian dari pengelola RBA, koordinator relawan secara eksplisit
mengungkapkan bahwa tanggung jawab sosial adalah kewajiban yang melekat
dalam diri manusia sebagai makhluk sosial. Saat sekelompok manusia beraktivitas
sebagai sebuah entitas di tengah masyarakat, mereka memiliki peran untuk
memberikan manfaat bagi masyarakat.
Peran tersebut diwujudkan RBA dalam pengelolaan dukungan masyarakat
yang diperoleh. Dukungan disalurkan kepada masyarakat melalui beragam proyek
sosial yang dilaksanakan secara terjadwal. Tujuan proyek-proyek tersebut adalah
memberikan manfaat kepada masyarakat melalui proses pembelajaran.
Selain itu, tanggung jawab sosial di RBA dipahami sebagai bentuk
kesadaran kolektif anggotanya untuk mewujudkan nilai sosial dan manfaat di
masyarakat. Pemahaman akan pentingnya melakukan tanggung jawab sosial
ditanamkan kepada anggota dalam aktivitas sehari-hari sehingga tanggung jawab
sosial tidak lagi dianggap sebagai kewajiban melainkan kesadaran. Salah satu
aktivitas yang menjadi media dalam penyampaian pemahaman tersebut adalah
diskusi pagi di program KRS+.
Pada Rabu, 31 Mei 2017, mentor menyampaikan tentang latar belakang
pendirian program KRS+ yang menjadi cikal bakal RBA. Mentor melihat adanya
kebutuhan akan pendidikan yang tidak selalu dipenuhi oleh lembaga pendidikan
formal. KRS+ hadir untuk membantu memenuhi kebutuhan pendidikan,
57
khususnya di bidang penelitian, dengan cara informal dan bersifat sosial. Konsep
kesadaran akan tujuan penciptaan manusia yaitu rahmatan lil alamin (bermanfaaat
bagi semesta alam) melandasi pelaksanaan aktivitas di KRS+ maupun RBA secara
keseluruhan. Konsep tersebut turut menjadi dasar RBA untuk bertahan
menjalankan berbagai kegiatannya yang bersifat tidak berbayar.
Satu prinsip yang tidak terlewatkan ketika menjalankan tanggung jawab
sosial di RBA adalah amanah. Kata amanah berarti memegang teguh kepercayaan
yang diberikan. Prinsip amanah diterapkan dalam pengelolaan donasi atau
bantuan publik. Kegiatan tanggung jawab sosial yang dijalankan sesuai dengan
amanah masyarakat menjadi bermanfaat. Hal tersebut tersampaikan dalam
ungkapan bendahara RBA berikut:
“… Aku berprinsip gitu, kalau aku sebagai manusia, hidup di dunia ini
hanyalah amanah yang aku punya. Jadi, kalau amanahnya itu ya…
amanahnya diberikan gitu ya aku sebisa mungkin
mempertanggungjawabkan itu. Karena itu juga akan menghasilkan
kebaikan. Kebaikannya sangat banyak gitu. Misalkan, kebahagiaan untuk
masyarakat, timbulnya nilai kejujuran yang saat ini hilang dari masyarakat
gitu ya.” (Wawancara 11 Juni 2017).
Bendahara berusaha menjaga amanah masyarakat dalam tugasnya sebagai
bendahara RBA karena setiap amanah yang diberikan harus
dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban amanah dilakukan melalui
pengelolaan donasi atau bantuan publik yang diterima. Amanah disampaikan oleh
donatur kepada RBA melalui akad atau perjanjian pemberian donasi.
Pengelolaan setiap donasi harus dilakukan sesuai akad. Hal ini bertujuan
untuk memastikan bahwa donasi disampaikan sesuai dengan peruntukannya dan
bermanfaat bagi penerimanya. Donasi yang masuk ke RBA dikelola sebagai
58
sumber daya dalam melakukan kegiatan sehingga donasi tersebut dapat diterima
manfaatnya oleh masyarakat.
Pengelolaan tanggung jawab sosial sesuai amanah diyakini bisa
memberikan kebaikan kepada pemangku kepentingan yang terlibat. Ungkapan
bendahara di atas memuat salah satu kebaikan yang mungkin timbul yaitu
kemunculan kembali nilai kejujuran di masyarakat.
4.2.2 Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial
RBA memiliki tiga nilai utama yang melandasi setiap kegiatannya yaitu
kepedulian (awareness), pembelajaran (learning), dan pemberdayaan
(empowerment) (Laporan Tahunan RBA, 2016). Kepedulian adalah titik awal
untuk melakukan sebuah tanggung jawab sosial. Selanjutnya, kegiatan
pembelajaran bisa diwujudkan saat kepedulian telah muncul. Proses pembelajaran
memberikan kemampuan kepada pihak-pihak yang terlibat untuk melakukan
sesuatu sehingga membuat mereka menjadi berdaya.
Sebagaimana dijelaskan di awal, kegiatan yang dirancang oleh RBA
seluruhnya merupakan wujud tanggung jawab sosial RBA untuk memberikan
manfaat kepada masyarakat. Oleh karena itu, RBA merancang setiap kegiatan
atau proyek sosialnya dengan seksama agar manfaat yang diharapkan dapat
tersampaikan dengan baik.
Langkah awal yang dilakukan sebelum merancang sebuah kegiatan atau
proyek adalah riset awal (preliminary research). RBA mencari tahu kebutuhan
masyarakat di bidang literasi dan diseminasi. Riset dilakukan melalui observasi
fenomena di lingkungan yang hendak dituju. Selain riset oleh RBA, informasi
59
akan kebutuhan masyarakat juga dapat diperoleh saat kolaborator menawarkan
kepada RBA untuk berkolaborasi dalam melaksanakan sebuah kegiatan. Data
yang diperoleh dari hasil observasi atau permintaan kolaborasi dijadikan dasar
untuk proses berikutnya yaitu diskusi.
Diskusi perencanaan kegiatan umumnya dilakukan pada rapat pengelola
yang dilaksanakan pada minggu kedua dan keempat setiap bulan. Pengelola
memaparkan data kebutuhan masyarakat yang diperoleh. Kemudian, pengelola
mulai membahas bentuk dan tujuan kegiatan yang hendak dilaksanakan. Setiap
kegiatan yang hendak dilaksanakan harus sejalan dengan visi dan misi yang
diusung oleh RBA dan memiliki dampak positif bagi masyarakat.
Setelah bentuk kegiatan ditentukan, pengelola mulai menentukan jadwal
pelaksanaan kegiatan. Jadwal tersebut dicatat oleh sekretaris dan ditempelkan di
kalender yang ditempatkan di ruang belajar utama. Kemudian, pengelola memilih
penanggung jawab kegiatan yaitu salah seorang anggota KRS+.
Penanggung jawab kegiatan adalah orang yang diberi kepercayaan untuk
memimpin eksekusi kegiatan. Tugas penanggung jawab kegiatan adalah
membentuk tim, melakukan koordinasi mengenai konsep hingga teknis
pelaksanaan, mencari, mengelola, dan mencatat sumber daya, melakukan evaluasi,
dan menyusun laporan kegiatan sebagai bentuk pertanggungjawaban. Seorang
pengelola ditugaskan untuk mendampingi penanggungjawab dalam merencanakan
kegiatan. Pendamping membuka kesempatan bagi penanggung jawab untuk
berkonsultasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan yang
diamanahkan. Pendamping juga memastikan bahwa proses persiapan hingga
evaluasi kegiatan sejalan dengan nilai-nilai RBA.
60
Layaknya entitas yang menjalankan program tanggung jawab sosial pada
umumnya, RBA memiliki indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan
pelaksanaan sebuah kegiatan. RBA tidak menggunakan ukuran kuantitatif untuk
menilai keberhasilan kegiatan. Hal tersebut diekspresikan koordinator program
Ruang Baca dan Literasi (RBL) melalui ungkapan berikut:
“Nah, ini yang beda [tersenyum]. Kalau di (tempat) lain, indikatornya kan
dari kuantitas. Kalau kita, lebih ke kualitas. Jadi, misal nih kita targetnya
tiga puluh orang. Kalau yang datang tiga puluh, tapi kualitasnya yang
disampaikan nggak bagus, ya itu yang kita masalahkan. Tapi, kalau yang
datang lima, tapi benar-benar adik-adik ini punya impact, berdampak, itu
yang kita hitung bagus. Tahu dampaknya dari kesan pesan. Kesan pesan
adiknya gimana. Kesan pesan orang tuanya gimana.” (wawancara 13 Juni
2017)
Berdasarkan pernyataan di atas, RBA mengutamakan kualitas untuk
mengukur dampak yang diberikan kepada peserta kegiatan. RBA memastikan
bahwa baik peserta maupun panitia mendapatkan proses pembelajaran yang
mereka butuhkan. Jumlah peserta tidak dipermasalahkan selama proses
pembelajaran yang terdapat dalam sebuah kegiatan dapat diterima dengan baik.
Proses pengukuran dampak dari sebuah kegiatan di RBA dilakukan secara
sederhana. Panitia kegiatan berbicara dengan peserta dan meminta pendapat
mereka tentang kegiatan yang sedang diikuti. Selain melalui lisan, panitia juga
meminta peserta untuk menyampaikan pesan dan kesannya melalui lembaran
kertas yang dibagikan setelah kegiatan selesai. Konten pada pesan dan kesan yang
tertulis pada lembaran tersebut menjadi bahan evaluasi kegiatan oleh panitia dan
pengelola. Hasil evaluasi dijadikan bahan pertimbangan untuk mengadakan
kegiatan di masa mendatang.
61
Gambar 4.2
Skema Pengelolaan Sumber Daya Ruang Belajar Aqil (RBA)
Sumber: Data diolah (2017)
Tanggung jawab sosial di RBA juga menjadi landasan dalam pengelolaan
sumber daya. Sejalan dengan nilai kepedulian, RBA berupaya untuk
menumbuhkan kepedulian masyarakat melalui penerimaan donasi yang disalurkan
kepada masyarakat lainnya. Donasi yang diterima oleh RBA dikelola sebagai
sumber daya untuk menjalankan kegiatan sosial yang telah direncanakan.
RBA menerima donasi finansial dan non finansial. Donasi finansial
umumnya berupa uang zakat, infaq, shadaqah, dan lain-lain seperti selisih dana
kegiatan. Sementara, donasi non finansial yang diterima berupa keahlian, barang,
buku, dan jejaring. Kedua jenis donasi wajib dipertanggungjawabkan
penggunaannya dan dilaporkan kepada masyarakat.
Proses pengelolaan donasi di RBA (lihat gambar 4.1) dilakukan melalui
empat skema yaitu
1. Sumber daya dari masyarakat (donasi/bantuan publik) disalurkan melalui
pengelola untuk diubah menjadi manfaat bagi masyarakat.
Kolaborator
Pengelola
Pelaksana
Masyarakat Masyarakat
Masyarakat – pengelola - masyarakat
Masyarakat – pengelola – kolaborator
- masyarakat
Masyarakat – pengelola –
pelaksana - masyarakat
- masyarakat
Masyarakat – pelaksana - masyarakat
62
2. Sumber daya dari masyarakat (donasi/bantuan publik) disalurkan melalui
pelaksana atau penanggung jawab kegiatan untuk diubah menjadi
manfaat bagi masyarakat.
3. Sumber daya dari masyarakat (donasi/bantuan publik) disalurkan melalui
pengelola. Selanjutnya, pengelola menurunkan bantuan tersebut kepada
pelaksana atau penanggung jawab proyek sosial untuk diubah menjadi
manfaat bagi masyarakat.
4. Sumber daya dari masyarakat (donasi/bantuan publik) disalurkan melalui
pengelola. Selanjutnya, pengelola bersama kolaborator mengubah
sumber daya yang diperoleh menjadi manfaat bagi masyarakat.
Sebelum menentukan jumlah donasi yang diupayakan, pengelola terlebih dahulu
menentukan anggaran yang dibutuhkan. RBA sendiri memiliki tiga anggaran yang
dirancang pada rapat pengelola. Anggaran tersebut adalah anggaran rutin,
anggaran program, dan anggaran proyek sosial.
Anggaran rutin adalah anggaran berhubungan dengan operasional RBA
sehari-hari dan rutin dikeluarkan setiap periode tertentu. Komponen yang
termasuk ke dalam anggaran rutin antara lain biaya listrik, internet, dan air setiap
bulan. Anggaran program adalah anggaran yang digunakan untuk menjalankan
program seperti Seribu Buku Anak dan rangkaian lokakarya literasi. Komponen
anggaran program antara lain biaya yang digunakan untuk membeli alat gambar,
alat tulis, dan beragam buku anak. Anggaran terakhir adalah anggaran proyek
sosial. Anggaran ini berbentuk subsidi sebesar Rp 100.000,00. Keunikan dari
anggaran proyek sosial adalah pemberiannya yang hanya boleh dilakukan ketika
sebuah proyek sosial benar-benar mengalami keterbatasan dalam memenuhi
63
kebutuhannya. Tujuannya adalah agar tim panitia proyek sosial dapat
memaksimalkan upaya mereka dalam melibatkan masyarakat melalui donasi.
Tabel 4.1
Matriks Analisis Indeksikalitas dan Refleksivitas
Objek Penelitian Analisis Indeksikalitas Analisis Reflektivitas
Akuntansi
pertanggungjawaban
sosial
Akad atau perjanjian
dengan donatur dalam
mengelola donasi
Tanggung jawab sosial adalah
tentang menjaga kepercayaan
yang diberikan donatur melalui
akad
Sumber daya dikelola
dan dicatat sesuai
kebutuhan
Tidak ada sumber daya yang
terbuang karena dikelola secara
efektif dan efisien untuk
memenuhi kebutuhan dan dapat
dipertanggungjawabkan
Struktur laporan
mengikuti kebutuhan
informasi masyarakat
Esensi laporan adalah
kebermanfaatan informasi bagi
masyarakat
Pelaporan
Kebermanfaatan
Orientasi RBA adalah
memberikan manfaat sebesar-
besarnya kepada masyarakat,
bukan memperoleh keuntungan
Saldo akhir yang ideal
adalah nol rupiah
Pengamalan nilai
kepedulian,
pembelajaran,
pemberdayaan dalam
proses pelaporan
Nilai-nilai tidak hanya tertulis
dalam laporan, melainkan
diimplementasikan dalam
pembuatan laporan itu sendiri
Sumber: Data diolah (2017)