40
57 BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus pada Perum Pegadaian Pusat) IV.1 Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak Perum Pegadaian Pusat Pajak merupakan salah satu beban yang sangat material bagi perusahaan. Karena itu perencanaan pajak mutlak dilakukan secara matang dan terorganisir agar semua aspek pengeluaran biaya fiskal dapat ditekan tanpa harus melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Perbedaan laba komersial dan laba fiskal disebabkan karena adanya perbedaan antara perlakuan akuntansi dan perlakuan pajak dalam pengakuan pendapatan dan beban. Namun sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan, tidak semua beban komersial itu dapat dijadikan beban fiskal. Hal inilah yang mendorong Perum Pegadaian Pusat untuk melakukan perencanaan pajak yang efektif dan terbaik untuk meminimalkan beban pajak perusahaan. Selain itu pelaksanaan perencanaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat mengefisiensikan penggunaan data perusahaan. Dimana beban-beban fiskal yang mungkin untuk diminimalkan dapat dialihkan untuk pembayaran beban-beban lain yang lebih bermanfaat untuk perusahaan VI. 2. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak Penghasilan Pasal 21. Saat ini Perum Pegadaian Pusat memiliki jumlah pegawai sebanyak 264 orang dan seluruh karyawan telah memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

57

BAB IV

EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE UNTUK

MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN

(Studi Kasus pada Perum Pegadaian Pusat)

IV.1 Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak Perum Pegadaian Pusat

Pajak merupakan salah satu beban yang sangat material bagi perusahaan.

Karena itu perencanaan pajak mutlak dilakukan secara matang dan terorganisir

agar semua aspek pengeluaran biaya fiskal dapat ditekan tanpa harus melanggar

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Perbedaan

laba komersial dan laba fiskal disebabkan karena adanya perbedaan antara

perlakuan akuntansi dan perlakuan pajak dalam pengakuan pendapatan dan

beban. Namun sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan, tidak

semua beban komersial itu dapat dijadikan beban fiskal. Hal inilah yang

mendorong Perum Pegadaian Pusat untuk melakukan perencanaan pajak yang

efektif dan terbaik untuk meminimalkan beban pajak perusahaan. Selain itu

pelaksanaan perencanaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan

dapat mengefisiensikan penggunaan data perusahaan. Dimana beban-beban

fiskal yang mungkin untuk diminimalkan dapat dialihkan untuk pembayaran

beban-beban lain yang lebih bermanfaat untuk perusahaan

VI. 2. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak Penghasilan Pasal 21.

Saat ini Perum Pegadaian Pusat memiliki jumlah pegawai sebanyak 264

orang dan seluruh karyawan telah memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).

Page 2: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

58

Perum Pegadaian Pusat tidak memiliki pegawai kontrak, pegawai honorer dan

pegawai harian. Untuk pemenuhan tenaga pelaksana seperti supir, satpam dan

office boy, pegadaian memakai tenaga outsorcing. Sesuai dengan KEP-

545/PJ/2000 jo. PER 15/PJ/2006 pemberi kerja selaku pihak yang wajib

melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan atas pajak penghasilan

pegawainya dan Perum Pegadaian menanggung semua Pajak Penghasilan 21

yang dikenakan kepada pegawainya.

Perum Pegadaian Pusat dalam kegiatan perpajakannya memberikan sarana-

sarana kepada karyawannya baik dalam bentuk bantuan, natura/ kenikmatan

ataupun berupa tunjangan. Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Tunjangan Perusahaan

Tunjangan perusahaan ini diberikan kepada seluruh pegawai yang memiliki

prestasi baik dengan harapan agar pegawai tersebut dapat mempertahankan dan

meningkatkan kontribusi dan produktivitasnya dalam meningkatkan kinerja

perusahaan. Besar jumlah tunjangan yang diberikan tergantung dari jabatan,

golongan, koefisien zona dan indeks prestasi pegawai. Pembayaran Tunjangan

Perusahaan (TP) Merit (Indeks Prestasi Pegawai) diperhitungkan berdasarkan

Tunjangan Perusahaan dasar dikali Indeks Prestasi masing-masing pegawai

sesuai koefisien zonanya.

2. Tunjangan Jabatan Struktural dan Jabatan Fungsional dan Keahlian

Tunjangan ini diperuntukkan bagi pegawai tetap di Perum Pegadaian.

Tunjangan Jabatan Struktural diberikan kepada pejabat mulai dari eselon I

Page 3: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

59

sampai eselon IIIB. Tunjangan Jabatan Fungsional diberikan bagi pejabat yang

tidak memiliki jabatan struktural, yakni pegawai eselon IIB sampai IIIB

(Pemeriksa Madya sampai kepada Pemeriksa Muda), dan Tunjangan Keahlian

diberikan kepada pegawai Pegadaian mulai dari Penaksir Utama Cabang

Utama/Kelas I sampai ke Pemegang File Kepegawaian di kantor pusat.

3. Tunjangan Istri dan anak

Tunjangan ini diberikan bagi pegawai yang telah menikah. Tunjangan istri

diberikan sebesar 10% dari besar gaji pokok sedangkan untuk tunjangan anak

diberikan sebesar 5% dari gaji pokok dengan jumlah maksimal anak yang

ditanggung 2 orang.

4. Tunjangan Beras

Tunjangan beras itu diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai.

Besarnya tunjangan beras yang diberikan bagi pegawai Perum Pegadaian

ditetapkan sebesar 10 kg/orang dengan maksimal tanggungan 2 orang anak.

5. Tunjangan Cuti

Tunjangan cuti di sini terbagi atas 2 ( dua ) jenis, yakni :

a. Tunjangan cuti besar yang diperuntukkan bagi pegawai yang memiliki

masa kerja 6 ( tahun ) keatas. Tunjangan cuti besar diberikan 5 ( tahun )

sekali dengan besar tunjangan 2 kali gaji pokok.

Page 4: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

60

b. Tunjangan uang cuti/tahun diperuntukkan bagi seluruh pegawai Perum

Pegadaian. Besar tunjangan yang diberikan yaitu 1 kali gaji pokok

ditambah 50% tunjangan perusahaan.

6. Tunjangan Pakaian Kerja

Dalam hal ini Perum Pegadaian memberikan sarana kerja bagi pegawai

berupa pakaian kerja seragam untuk menunjukkan identitas perusahaan

(corporate uniform). Pajak penghasilan yang timbul dari biaya pembelian

pakaian kerja menjadi beban perusahaan dan diperhitungkan dalam daftar gaji

bulan berikutnya.

7. Tunjangan Hari Raya Keagamaan

Tunjangan ini diberikan setahun sekali kepada setiap pegawai Perum

Pegadaian.

Beberapa temuan yang diperoleh dari evaluasi yang dilakukan terhadap

pelaksanaan dan perencanaan PPh 21 berdasarkan rekonsiliasi fiskal Perum

Pegadaian :

1. Perusahaan melakukan perencanaan pajak sebagian besar dengan

memberikan tunjangan kepada pegawainya dengan tujuan untuk menghindari

pengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian

tunjangan yang dilakukan perusahaan itu dianggap sebagai penghasilan bagi

pegawai yang merupakan obyek PPh 21 dan bagi perusahaan merupakan

biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan (deductible

Page 5: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

61

expense). Pemberian kenikmatan berupa tunjangan-tunjangan tersebut adalah

salah satu upaya agar pengeluaran-pengeluaran tersebut dapat diakui sebagai

pengurang penghasilan bruto perusahaan untuk tujuan perhitungan fiskal

sehingga pada akhirnya akan lebih meminimalkan beban PPh badan yang

terutang.

2. Perusahaan menanggung seluruh PPh 21 pegawainya. Dalam hal ini,

karyawan tidak akan dirugikan, namun bagi pihak perusahaan hal tersebut

sangat merugikan karena PPh 21 yang ditanggung perusahaan itu tidak dapat

ditambahkan pada penghasilan pegawai sehingga tidak dapat dijadikan beban

fiskal sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku bahwa biaya tersebut

tidak diperkenankan sebagai pengurang penghasilan bruto, hal ini dijelaskan

sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-

545/PJ/2000 tanggal 29 Desember 2000 Pasal 17 huruf e, bahwa PPh Pasal

21 yang ditanggung pemberi kerja atau perusahaan termasuk dalam

pengertian kenikmatan dalam bentuk natura tidak diperlakukan sebagai

pengurang penghasilan bruto.

3. Perusahaan menanggung seluruh biaya duka atas pegawainya yang

meninggal dunia. Jadi setiap pegawai tidak mengetahui pasti berapa biaya

yang dikeluarkan perusahaan atas tanggungan tersebut.

4. Perusahaan memberikan bantuan berupa sewa rumah dan bantuan transport.

Besarnya bantuan transport tersebut disesuaikan menurut jabatan tiap

Page 6: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

62

pegawai kecuali pejabat eselon I dan eselon II/a mendapat fasilitas mobil dan

bensin. Sedangkan untuk bantuan sewa rumah hanya diberikan kepada

asisten manager sampai pihak direksi. Besar bantuan yang yang diberikan

antara Rp 500.000,- sampai dengan Rp 1.500.000,-/bulan.

5. Untuk biaya TAL ( telepon, air, dan listrik) hanya diberikan kepada pejabat

Perum Pegadaian. Hal ini tercantum dalam Pasal 4 Surat Keputusan Direksi

Nomor : 30/Sdm.300323/2008 tentang besarnya biaya telepon, air dan listrik

bagi pejabat Perum Pegadaian.

Alternatif yang dapat dilakukan oleh Perum Pegadaian yaitu, dengan

menggunakan penghitungan PPh Pasal 21 melalui metode gross up untuk

menentukan besarnya tunjangan pajak sehingga tunjangan pajak yang diberikan

oleh perusahaan sama besarnya dengan PPh Pasal 21 yang dibayar oleh pegawai.

Metode ini menguntungkan bagi pihak pegawai dan perusahaan karena jumlah

uang yang diterima ( take home pay ) bagi karyawan akan semakin besar tanpa

dipotong pajak. Selain itu tunjangan tersebut dapat dijadikan beban fiskal

(deductible expense) bagi perusahaan.

Menurut Zain (2007), Rumus Gross Up

PKP s.d. Rp 25.000.000 Pajak = 1/228,6 (PKP sebelum Tunjungan

Pajak ( PKPSTP)-0)

PKP di atas Rp 25.000.000 s.d.

Rp 50.000.000

Pajak = 1/108 ( PKPSTP – 12.500.000)

Page 7: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

63

PKP di atas Rp 50.000.000 s.d.

Rp 100.000.000

Pajak = 1/204 (3 PKPSTP – 75.000.000)

PKP di atas Rp 100.000.000 s.d.

Rp 200.000.000

Pajak = 1/36 (PKPSTP – 55.000.000)

PKP di atas Rp 200.000.000 Pajak = 10/78 (0.35 PKPSTP – 33.750.000)

*PKPSTP : Penghasilan Kena Pajak Sebelum Tunjangan Pajak.

Berdasarkan temuan-temuan diatas, maka penulis menjabarkan perhitungan

PPh pasal 21 dengan menggunakan alternatif berikut ini :

• Alternatif 1 : PPh pasal 21 ditanggung pegawai

• Alternatif 2 : PPh pasal 21 ditanggung pemberi kerja

• Alternatif 3 : PPh pasal 21 diberikan dalam bentuk tunjangan pajak

• Alternatif 4 : PPh pasal 21 di gross up

Sebagai contoh penulis mengambil salah satu sampel dari pegawai Perum

Pegadaian dalam menerapkan alternatif perencanaan pajak dalam PPh 21.

Sutarto. SE adalah seorang manajer dana pensiun di Perum Pegadaian Pusat.

Sutarto, SE berstatus menikah dan memiliki dua orang anak yang saat ini berusia

15 tahun dan 12 tahun. Saat ini Sutarto, SE bergolongan IV/a dan sudah bekerja

di Perum Pegadaian selama 21 tahun. Berikut ini adalah data penghasilan

Sutarto, SE setiap bulan:

Gaji Rp 2,279,000 Tunjangan Istri Rp 227,900 Tunjangan Anak Rp 227,900 Tunjangan Perusahaan Rp 3,150,000

Page 8: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

64

Tunjangan Jabatan Rp 2,100,000 Tunjangan Beras Rp 300,000 Tunjangan Hari Raya Rp 20,000,000 Biaya TAL Rp 800,000 Bantuan Perumahan Rp 800,000 Biaya Pemeliharaan kendaraan dinas yang dibawa pulang ke rumah Rp 1,470,000 Iuran yang dibayar oleh pemberi kerja Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 2.54% x gaji pokok Iuran Jaminan Hari Tua 3% x gaji pokok

Iuran Pensiun 11.75% x gaji

pokok Premi asuransi kesehatan (bukan Jamsostek) 60% x gaji pokok Iuran dibayar oleh Sutarto,SE Iuran jaminan Hari Tua 2% x gaji pokok Premi asuransi kesehatan (bukan Jamsostek) 40% x gaji pokok Iuran Pensiun yang dibayar sendiri 11.75% x gaji pokok

Tabel 4.1

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

PPh Pasal 21

Ditanggung Diberikan

dalam Di

Pegawai/pemberibentuk

tunjangan Gross Up Uraian kerja pajak (Rp) (Rp) (Rp)

Gaji 2,279,000 2,279,000

2,279,000

Tunjangan Istri 227,900 227,900

227,900

Tunjangan Anak 227,900

227,900

227,900

Page 9: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

65

Tunjangan Perusahaan 3,150,000 3,150,000

3,150,000

Tunjangan Jabatan 2,100,000 2,100,000

2,100,000

Tunjangan Beras 300,000 300,000

300,000

Tunjangan Hari Raya 20,000,000 20,000,000

20,000,000

Tunjangan Pajak - 6,469,938

9,953,750

Premi JKK 57,887 57,887

57,887

Penghasilan Bruto 28,342,687 34,812,625

38,296,437

Pengurang : Biaya Jabatan : 5% x 28,342,687 = 1,417,134 5% x 34,812,625 = 1.740.631

5% x 38,296,437 = 1,914,821 108,000 108,000

108,000

Iuran yang dibayar oleh pegawai

Iuran JHT 45,580 45,580

45,580

Iuran Pensiun 267,783 267,783

267,783

Jumlah Pengurangan 421,363 421,363

421,363

Penghasilan Neto sebulan 27,921,324 34,391,262

37,875,074

Penghasilan neto setahun 335,055,889 412,695,145

454,500,889

PTKP

WP Sendiri 13,200,000 13,200,000

13,200,000

Tambahan WP kawin 1,200,000 1,200,000

1,200,000

Tanggungan (2 orang) 2,400,000 2,400,000

2,400,000

Jumlah PTKP 16,800,000 16,800,000

16,800,000

PKP setahun 318,255,889

395,895,145

437,700,889

PKP setahun dibulatkan 318,255,000 395,895,000 437,700,000

Page 10: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

66

PPh Pasal 21 Setahun 77,639,250 104,813,250

119,445,000

PPh Pasal 21 Sebulan: 1/12 x 77,639,250 6,469,938

1/12 x 104,813,250 8,734,438

1/12 x 80,928,550 9,953,750

Tunjangan Pajak 6,469,938

9,953,750

PPh Pasal 21 yang harus disetor/

dipotong dari penghasilan pegawai 6,469,938 2,264,500 -

*) atau pph yang ditanggung pemberi kerja

Tabel 4.2

Tarif Progresif Perhitungan PPh pasal 21

PPh Pasal 21 PPh Pasal 21 PPh pasal 21 Ditanggung Diberikan dalam Di Pegawai/pemberi bentuk tunjangan Gross Up Uraian kerja pajak * PPh Pasal 21 Setahun 5% x 25,000,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 10% x 25,000,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 15% x 50,000,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 25% x 100,000,000 25,000,000 25,000,000 25,000,000 35% x 118,255,000 41,389,250 35% x 195,895,000 68,563,250 35% x 237,700,000 83,195,000 Jumlah 77,639,250 104,813,250 119,445,000

Page 11: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

67

Oleh karena penghasilan kena pajak sebelum tunjangan pajak berjumlah Rp

318.255.000 yang berada pada kelompok penghasilan diatas Rp 200.000.000,

maka perhitungan tunjangan pajaknya akan menggunakan rumus sebagai berikut:

Pajak = 10/78 (0.35 PKPSTP – 33.750.000)

Atau dengan angka-angka menjadi sebagai berikut :

Pajak = 10/78 (0,35 x 318.255.000 -33.750.000)

=10/78 x 77.639.250

= 9.953.750*

Perbandingan antara gaji dibawa pulang (take home pay), biaya komersial

dan biaya fiskal atas pembayaran gaji Sutarto,SE, merupakan faktor –faktor yang

mejadi pertimbangan dalam rangka pemilihan alternatif tersebut.

Tabel 4.3

Perbandingan Alternatif Perhitungan PPh pasal 21 dengan metode Gross Profit

Uraian Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Alternatif 4

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Take Home Pay

Gaji & Tunjangan 8,284,800 8,284,800 8,950,488 9,067,963

Dikurangi :

Iuran JHT 45,580 45,580 45,580 45,580

Premi JKK 57,887 57,887 57,887 57,887

Iuran Pensiun 267,783 267,783 267,783 267,783

Biaya PPh 21 terutang 665,688 - 765,550 783,163

Page 12: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

68

setahun

Jumlah Biaya Fiskal 7,247,862 7,913,550 7,813,688 7,913,550

Penghasilan Bruto 8,342,687 8,342,687 9,008,375 9,125,849

Ditambah:

Iuran pensiun 267,783 267,783 267,783 267,783

Biaya TAL 800,000 800,000 800,000 800,000

Bantuan Perumahan 800,000 800,000 800,000 800,000

Biaya Pemeliharaan

kendaraan dinas yang

dibawa pulang ke rumah 1,470,000 1,470,000 1,470,000 1,470,000

Jumlah Biaya Fiskal 11,680,470 11,680,470 10,876,158 12,463,632

Biaya komersial

Biaya Fiskal 11,680,470 11,680,470 10,876,158 12,463,632

Ditambah :

Iuran JHT 45,580 45,580 45,580 45,580

Biaya TAL 800,000 800,000 800,000 800,000

Bantuan Perumahan 800,000 800,000 800,000 800,000

Biaya Pemeliharaan

kendaraan dinas yang

dibawa pulang kerumah 1,470,000 1,470,000 1,470,000 1,470,000

PPh Pasal 21 - 665,688 - -

Jumlah Biaya Komersial 14,796,050 15,461,738 13,991,738 15,579,212

Selisih biaya Fiskal &

Komersial 3,115,580 3,781,268 3,115,580 3,115,580

Page 13: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

69

Ikhtisar dari take home pay, pada biaya komersial dan biaya fiskal serta

selisihnya merupakan faktor-faktor penentuan pemilihan alternatif seperti berikut

ini :

Tabel 4.4

Ikhtisar take home pay pada biaya komersial dan biaya fiskal

Dari berbagai pilihan alternatif – alternatif tersebut tersebut, maka

pilihan dijatuhkan pilihan pada :

1). Altenatif ke-4. Sebab dari sudut pandang pegawai gaji yang dibawa pulang

merupakan yang terbesar Rp 7.913.550, dan di lain pihak perusahaan akan

menanggung selisih antara biaya komersial dengan biaya fiskal yang tidak

berbeda dengan alternatif lainnya Rp 3.115.580, sedang pada alternatif ke-2

yang menunjukkan take home pay yang sama Rp 7.913.550 tidak dipilih,

Uraian

Take Home

Pay

(Rp)

Biaya Fiskal

(Rp)

Biaya

Komersial

(Rp)

Selisih Biaya

Fiskal &

komersial (Rp)

PPh Pasal 21

Ditanggung pegawai 7,247,862 11,680,470 14,796,050 3,115,580

Ditanggung pemberi

kerja 7,913,550 11,680,470 15,461,738 3,781,268

Diberikan dalam bentuk

tunjangan pajak 7,813,688 10,876,158 13,991,738 3,115,580

Di Gross Up 7,913,550 12,463,632 15,579,212 3,115,580

Page 14: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

70

sebab selisih antara biaya komersial dengan biaya fiskal merupakan selisih

terbesar, yaitu Rp 3.781.268.

2) Selisih terbesar yang dapat pada alternatif ke-2 tersebut, disebabkan oleh

adanya kenikmatan berupa pajak yang ditanggung pemberi kerja sebesar Rp

665.688 ditambah dengan iuran Jaminan Hari Tua, biaya TAL, bantuan

perumahan dan pemeliharaan kendaraan dinas yang dibawa pulang kerumah

yang berjumlah Rp 3.115.580 sehingga seluruhnya akan berjumlah Rp

3.781.268. Alternatif ke-2 ini merupakan alternatif yang disarankan untuk

tidak digunakan, karena akan menimbulkan koreksi fiskal sebesar Rp

3.781.268 yang berarti ada tambahan Pajak Penghasilan sekitar 15% x Rp

3.781.268 = Rp 567.190.

3). Ditinjau dari segi komersialnya, biaya fiskal yang besar tersebut tampaknya

seperti suatu pemborosan, namun harus pula diperhatikan bahwa akibat biaya

fiskal yang besar tersebut akan berdampak kepada laba sebelum pajaknya

akan menjadi lebih kecil. Selanjutnya pajak penghasilan terutang pun akan

menjadi lebih kecil, dengan catatan bahwa penyusunan strategi perpajakan

jangan sampai menghambat strategi komersial lainnya dan malahan harus

saling mendukung satu sama lainnya.

VI.3 Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak Penghasilan Pasal 23

Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah PPh yang dipotong atas penghasilan yang

diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang

berasal dari modal penyerahan jasa atau penyelenggaraan kegiatan selain yang

telah dipotong PPh pasal 21 yang dibayarkan atau terutang oleh badan

Page 15: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

71

pemerintah atau subyek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk

Usaha Tetap dan perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.

Berdasarkan Undang-undang PPh No. 17 Tahun 2000 pasal 23 ayat 1 huruf

c, perusahaan sebgai wajib pajak dalam negeri wajib melakukan pemotongan,

penyetoran dan pelaporan PPh pasal 23. Dalam hal ini pihak Perum Pegadaian

sebagai pemotong antara lain :

1. Jasa Teknik

2. Jasa Konsultan Manajemen

3. Jasa Konsultan Hukum/Legal

Atas pemakaian jasa-jasa tersebut, menimbulkan kewajiban bagi Perum

Pegadaian sebagai pihak pemotong untuk melakukan pemotongan, penyetoran

dan melaporkan PPh pasal 23. Pemotongan PPh pasal 23 tersebut dilakukan pada

saat penghasilan dibayarkan oleh pemberi penghasilan. PPh pasal 23 yang

dipotong disetorkan ke bank persepsi atau ke kantor pos dan giro dengan

menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) dan dalam SPT Masa PPh pasal 23

harus melampirkan SSP PPh pasal 23, daftar bukti pemotongan Pajak

Penghasilan pasal 23, bukti pemotongan Pajak Penghasilan dan fotokopi surat

keterangan domisili yang masih berlaku. Wajib pajak diberikan kesempatan

untuk menyetorkan pajaknya paling lambat tanggal 10 atau 15 bulan berikutnya

setelah masa pajak berakhir.

Pelaporan PPh pasal 23 dilakukan ke Kantor Pelayanan Pajak dimana

perusahaan terdaftar sebagai wajib pajak sebelum batas akhir pelaporan yaitu

tanggal 20 bulan berikutnya disertai dengan penyampaian Surat Pemberitahuan

Masa (SPT Masa). Hal ini dilakukan agar tidak mengganggu likuiditas

Page 16: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

72

perusahaan karena apabila perusahaan tidak melakukan pemotongan, maka

perusahaan beresiko untuk terkena sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%

per bulan maksimal selama 24 bulan, selain itu perusahaan juga memiliki resiko

dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100%. Pengenaan sanksi

ini diatur dalam pasal 13 UU No.16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan. Hal ini tentu akan sangat mengganggu likuiditas kas

perusahaan karena non deductible expense perusahaan akan bertambah.

Sedangkan jika perusahaan terlambat untuk menyampaikan SPT Masa maka

akan terkena sanksi administrasi sebesar Rp 50.000; sesuai dengan UU KUP

pasal 7 No.16 tahun 2000.

Beberapa temuan yang diperoleh berdasarkan hasil observasi dan wawancara

pada Perum Pagadaian Pusat berkaitan dengan evaluasi pelaksanaan dan

perencanaan PPh pasal 23 adalah :

1. Dalam mengurus perijinan tiap unit usahanya, Perum pegadaian

menggunakan jasa konsultan hukum/ legal sebesar Rp 392.162.935. Dalam

hal ini perusahaan sudah melakukan pemotongan pajak atas jasa konsultan

tersebut dan sudah melakukan penyetoran atas PPh pasal 23.

2. Aktiva perusahaan berupa kendaraan, penyejuk udara, gedung, dan aktiva

lainnya, perusahaan menggunakan jasa konsultan teknik. Dalam dalam hal ini

konsultan hanya bertindak sebagai pemberi advis dan tidak terlibat langsung

dalam melakukan kegiatan pemeliharaan/ perawatan/ perbaikan. Untuk jasa

konsultan teknik perusahaan juga sudah melakukan pemotongan atas pajak

penghasilan yang bersangkutan.

Page 17: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

73

3. Jasa konsultan manajemen merupakan pemberian advis profesional di bidang

manajemen dimana tenaga ahi tersebut tidak terlibat langsung dalam

pelaksanaan manajemen klien perusahaan perum pegadaian. Tujuannya

adalah sebagai pemberi advis manajemen dalam perum pegadaian sehingga

dapat mencapai tujuan perusahaan yang optimal. Dalam hal ini pihak perun

pegadaian juga telah melakukan pemotongan atas PPh pasal 23 yang

bersangkutan.

Dari Evaluasi yang telah dilakukan, perum pegadaian telah melakukan

perencanaan PPh pasal 23 yang tepat, dimana perusahaan sebagai pemotong

telah memenuhi kewajiban perpajakannya dengan selalu berusaha melakukan

pemotongan, penyetoran dan pelaporan atas pemakaian jasa-jasa tersebut setiap

bulan sebelum batas akhir pelaporan yang dilengkapi dengan tanda bukti

pemotongan serta menyampaikan SPT Masa sebelum masa pajak berakhir ke

Kantor Palayanan Pajak dimana perusahaan tersebut terdaftar sebagai wajib

pajak sehingga perusahaan dapat terhindar dari resiko sanksi perpajakan yang

dapat mengganggu likuiditas kas perusahaan.

Dalam hal ini perencanaan pajak yang dapat dilakukan berkaitan dengan PPh

pasal 23 adalah sebaiknya perusahaan melakukan penyetoran PPh pasal 23

tersebut tidak terlalu awal dan juga tidak melewati batas waktu, hal ini

dimaksudkan agar perusahaan dapat mengatur aliran kas (cash flow) dan

mengestimasi kebutuhan kas sehingga dapat menyusun anggaran kas secara lebih

Page 18: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

74

akurat, dimana aliran kas tersebut dapat dimanfaatkan untuk pembayaran lain

yang lebih bermanfaat bagi perusahaan.

VI.4 Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak Penghasilan Pasal 25

Berdasarkan laporan rekonsiliasi laba rugi fiskal Perum Pegadaian,

perusahaan belum melakukan perencanaan pajak yang efektif karena masih

terdapat beberapa koreksi positif atas beban-beban komersial yang dapat

menyebabkan rugi lebih kecil atau laba dan pajak penghasilan perusahaan

menjadi lebih besar. Karena itu pada bagian ini akan dilakukan evaluasi dan

alternatif-alternatif perencanaan pajak yang efektif yang tidak melanggar

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku untuk

meminimalkan beban pajak.

Sebelum melakukan koreksi fiskal, harus dilakukan analisis terhadap objek

Pajak Penghasilan dan biaya-biaya pada laporan laba rugi Perum Pegadaian,

dimana biaya-biaya yang dianalisis merupakan biaya-biaya yang memiliki

potensial untuk dilakukan koreksi fiskal. Dari hasil evaluasi terhadap Laporan

Laba Rugi Perum Pegadaian, biaya-biaya yang harus dilakukan koreksi ialah:

1. Perum Pegadaian harus melakukan koreksi positif atas PPh Pasal 21 sebesar

Rp 32,192,790,061,-. Koreksi ini dilakukan karena Perum Pegadaian

menanggung PPh Pasal 21 pegawainya. Dimana beban ini memang harus

dikoreksi karena PPh Pasal 21 ditanggung pemberi kerja bukan merupakan

pengurang (non deductible expense ) sesuai dengan Pasal 9 ayat 1 huruf h

Undang-Undang No 17 Tahun 2000 Tentang PPh dan KEP-545/PJ/2000.

Page 19: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

75

2. Biaya Pengobatan dan bantuan kacamata, biaya ini merupakan biaya yang

dikeluarkan oleh perusahaan sebagai bagian dari bentuk kepedulian

perusahaan terhadap kesehatan para karyawannya. Pemberian pengobatan ini

diberikan secara cuma-cuma oleh pihak perusahaan. Sesuai dengan UU PPh

No. 17 pasal 9 ayat 1 huruf e, Kedua biaya ini tidak termasuk dalam

deductible expense karena perpajakan menganggap hal ini sebagai

natura/kenikmatan yang diberikan oleh perusahaan dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan pegawainya. Karenanya pihak perusahaan harus

melakukan koreksi sebesar positif sebesar Rp 3.158.504.294.-.

3. Biaya Imbalan kerja karyawan lainnya, biaya ini meliputi biaya bantuan

kesehatan dan bantuan kacamata untuk seluruh karyawam Perum Pegadaian.

Pada keterangan koreksi fiskal No. 2 diatas sudah dijelaskan mengenai biaya

kesehatan ini, perusahaan menanggung pengobatan seluruh karyawannya

yang menderita sakit, baik itu sakit ringan ataupun yang membutuhkan

perawatan di rumah sakit. Sedangkan biaya bantuan kacamata merupakan

biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka memberikan biaya

bantuan kacamata kepada seluruh pegawainya, baik bagi pegawai yang sudah

memiliki kacamata maupun yang belum berkacamata (pihak perusahaan

mengantisipasi bila sewaktu-waktu pegawainya membutuhkan kacamata).

Kedua biaya ini tidak termasuk dalam deductible expense karena perpajakan

menganggap hal ini sebagai natura/kenikmatan yang diberikan oleh

perusahaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pegawainya, sesuai

dengan UU PPh No. 17 pasal 9 ayat 1 huruf e. Perum Pegadaian mengoreksi

Page 20: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

76

selisih biaya yang telah dikeluarkan pada periode sekarang dengan periode

sebelumnya. Dalam hal ini perusahaan melakukan koreksi positif sebesar

Rp 20.713.529.416.

4. Biaya rumah tangga, biaya ini terjadi karena adanya pembelian alat-alat

rumah tangga misalnya biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan rumah

tangga perusahaan seperti koran, majalah, pengharum ruangan, alat-alat

pembersih, pembelian sabun, tissu gulung, air mineral galon untuk para

pegawai dan snak untuk rapat. Biaya ini termasuk grey area yang memiliki

potensi untuk dilakukan koreksi positif, karena adanya kemungkinan bahwa

biaya tersebut merupakan biaya yang tidak dapat mengurangi penghasilan

bruto sesuai dengan Undang-Undang No.17 Tahun 2000 Tentang PPh Pasal 9

ayat 1 huruf i.

5. Biaya Promosi, biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan dalam rangka melakukan promosi atas produk-produk

perusahaan. Kegiatan promosi tersebut dilakukan oleh pihak ketiga tidak

dilakukan oleh perusahaan sendiri. Pembuatan brosur maupun spanduk

merupakan salah satu kegiatannya. Biaya ini dapat dijadikan pengurang

penghasilan bruto, apabila tidak mengandung unsur sumbangan dan biaya

promosi tersebut didukung oleh bukti-bukti berupa dokumen pembayaran

kepada pihak ketiga atas promosi yang dilakukan. Artinya hanya biaya yang

benar-benar dikeluarkan untuk biaya promosi yang boleh dikurangkan dari

Page 21: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

77

penghasilan bruto. Hal ini berdasarkan pada UU PPh No. 17 tahun 2000

pasal 6 ayat 1 huruf a.

6. Biaya Sponsor dan Entertainment, biaya ini merupakan biaya yang

dikeluarkan oleh pihak perum pegadaaian dalam rangka ikut mengambil

bagian dalam suatu event dan membiayai event tersebut. Atas biaya ini pihak

perum pegadaian harus membuat daftar nominatif yang jelas agar biaya

tersebut dapat dibiayakan. Hal ini berdasarkan pada SE-27/PJ.22/1986.

Namun pada hasil observasi penulis dilapangan pihak perum pegadaian tidak

membuat daftar nominatif yang jelas berkaitan dengan kegiatan tersebut.

7. Biaya Representasi, biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan untuk menjamu mitra bisnis sehubungan dengan pemasaran

produk perusahaan. Berdasarkan SE-27/PJ.22/1986, representasi, jamuan

tamu dan sejenisnya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, dengan syarat

dibuatkan daftar nominatif . Maka dari itu, Perum Pegadaian harus

melakukan koreksi positif atas biaya representasi sebesar Rp 546,988,916.

Hal ini dikarenakan Perum Pegadaian tidak membuat daftar nominatif

sehingga tidak dapat membuktikan bahwa biaya tersebut formal.

8. Biaya Sumbangan, Sebagai bentuk kepedulian perum pegadaian terhadap

sesama dengan ini pihak perum pegadaian memberikan bantuan sosial secara

rutin kepada anak-anak yatim piatu. Atas transaksi tersebut perusahaan

Page 22: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

78

seharusnya melakukan koreksi positif sebagaimana yang tercantum dalam

Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17 Pasal 9 ayat 1 huruf g, yaitu ”

harta hibahan, bantuan atau sumbangan , dan warisan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali zakat atas penghasilan

yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi pemeluk agama

islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau

disahkan oleh pemerintah.

9. Biaya Ulang Tahun Pegadaian dan Ulang Tahun RI, Pada tanggal 1 April

2007 merupakan hari ulang tahun Perum pegadaian, dalam hal ini perusahaan

merayakan dan menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk memeriahkan hal

tersebut. Begitu juga pada saat perayaan 17 Agustus yang merupakan hari

kemerdekaan RI. Atas biaya ulang tahun ini pihak pegadaian tidak membuat

daftar nominatif sedangkan berdasarkan SE-27/PJ.22/1986, biaya

entertaiment, representasi, jamuan tamu dan sejenisnya untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan, dapat dikurangkan dari penghasilan

bruto, dengan syarat dibuatkan daftar nominatif. Karena itu pihak perum

Pegadaian harus melakukan koreksi positif sebesar Rp 523.117.381,- dan

untuk Ulang Tahun RI melakukan koreksi positif sebesar Rp 262.711.600,-

10. Biaya pemeliharaan gedung, pagar dan taman rumah. Biaya ini

dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka meninggkatkan kesejahteraan

pejabat perum pegadaian. Atas biaya ini perusahaan harus mengkoreksi

sebesar Rp 1.251.172.990.- karena sesuai dengan UU PPh No. 17 tahun 2000

Page 23: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

79

pasal 9 ayat 1 huruf i, biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk

kepentingan pribadi wajib pajak atau orang yang menjadi tanggungannya.

11. Biaya BBM dan Pelumas, merupakan pengeluaran atas bensin dan pelumas

yang penggunaannya berkaitan dengan kegiatan perusahaan. Pihak Perum

Pegadaian menggunakan kendaraan jenis minibus dalam memperlancar

kegiatannya. Namun pada rincian beban umum termasuk didalamnya

digunakan untuk kendaraan sedan yang digunakan oleh pejabat eselon I dan

II/a. Maka atas beban tersebut sesuai dengan KEP-220/PJ./2002 dilakukan

koreksi positif 50% yaitu sebesar Rp 6.363.310.005.-.

12. Biaya Perbaikan dan suku cadang, Biaya ini diperuntukkan untuk

kendaraan pejabat Perum Pagadaian, yaitu khusus untuk pejabat eselon I dan

eselon II/a. Berdasarkan UU PPh No.17 Tahun 2000 Pasal 4 ayat 3 huruf ’d’

yang menyatakan bahwa penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau

kenikmatan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa merupakan tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima bukan dalam bentuk uang maka

penggantian atau imbalan dalam bentuk kenikmatan seperti penggunaan

mobil, rumah, fasilitas pengobatan dan lain sebagainya, bukan merupakan

objek pajak. Kecuali yang diatur khusus seperti makan dan minum yang

diberikan kepada seluruh karyawan di tempat kerja dan kendaraan dinas yang

digunakan untuk pegawai karena pekerjaannya atau jabatannya boleh

dibiayakan (deductible-non taxable). Sesuai dengan KEP-220/PJ./2002, biaya

kendaraan dinasyang dikuasai oleh karyawan hanya diakui sebesar 50%.

Page 24: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

80

Karena itu jumlah biaya yang harus dikoreksi adalah sebesar Rp

528.009.466,-

Hasil perhitungan didapat dari :

50 % x Biaya Pemeliharaan = Koreksi

50 % x Rp. 1.056.018.931 = Rp. 528.009.466

13. Biaya Air, Listrik, Telepon rumah jabatan, berdasarkan UU PPh No. 17

Pasal 9 ayat 1 huruf ’i’, maka biaya untuk keperluan pribadi wajib pajak atau

orang yang menjadi tanggungannya, pada hakekatnya merupakan

penggunaan penghasilan oleh wajib pajak yang bersangkutan. Karena itu

tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan. Maka jumlah

yang harus dikoreksi sebesar Rp 246.174.461,-.

14. Biaya Pengganti Transport, merupakan biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan kepada seluruh pegawai dan pejabatnya dengan tujuan agar

pegawai dan pejabat lebih bertanggung jawab atas kehadirannya dalam

bekerja. Berdasarkan UU PPh No.17 Tahun 2000 Pasal 9 ayat 1 huruf ’e’ ,

bahwa penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan

berkenaan dengan pekerjaan atau jasa merupakan tambahan kemampuan

ekonomis yang diterima bukan dalam bentuk uang maka penggantian atau

imbalan dalam bentuk kenikmatan seperti penggunaan mobil, rumah, fasilitas

pengobatan dan lain sebagainya, bukan merupakan objek pajak. Namun

karena penggantian tersebut berupa uang maka boleh dijadikan sebagai objek

Page 25: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

81

pajak. Dalam hal ini perusahaan harus melakukan koreksi positif sebesar Rp

23.759.532.715.-

15. Biaya Pindah Anak Sekolah, biaya ini di berikan bagi pegawai Perum

Pegadaian yang masih memiliki tanggungan anak sekolah, untuk

meringankan beban pegawainya dalam membiayai sekolah anaknya baik

yang mau mendaftar atau pun yang akan pindah sekolah. Namun,

berdasarkan UU PPh No. 17 Pasal 9 ayat 1 huruf ’i’, maka biaya untuk

keperluan pribadi wajib pajak atau orang yang menjadi tanggungannya, pada

hakekatnya merupakan penggunaan penghasilan oleh wajib pajak yang

bersangkutan. Karena itu tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto

perusahaan. Maka jumlah yang harus dikoreksi sebesar Rp 69.472.000,-

16. Biaya Administrasi Pajak, Hal ini sudah jelas harus dikoreksi karena sesuai

dengan UU PPh No. 17 Pasal 9 ayat 1 huruf ’k’ yaitu, sanksi administrasi

berupa bunga, denda, kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang

berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan

tidak boleh jadi pengurang penghasilan bruto yaitu sebesar Rp 98.209.711.

17. Biaya Penyusutan, pembebanan biaya penyusutan kepada bangunan,

inventaris kantor, dan kendaraan dilakukan berdasarkan harga perolehan.

Metode penyusutan yang diterapkan adalah garis lurus (straight line method).

Kebijakan perusahaan telah menetapkan bahwa umur produktif untuk

bangunan 20 tahun, mesin kantor 8 tahun, kendaraan dan inventaris kantor 4

Page 26: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

82

tahun. Dalam penghitungan penyusutan, Perum Pegadaian sebagian besar

telah melaksanakan sesuai dengan peraturan perpajakan. Sesuai dengan KEP-

220/PJ./2002, kendaraan perusahaan yang dibawa pulang dan dikuasai

pegawai harus dibiayakan sebesar 50%. Berikut ini rincian biaya penyusutan

aktiva tetap yang dikoreksi:

1. Biaya penyusutan gedung, pagar dan taman rumah : Rp 1.271.176.006

2. Biaya penyusutan instalasi TAL rumah : Rp 2.196.950

3. Biaya penyusutan meubel air rumah : Rp 171.011.571

4. Biaya penyusutan non meubel air rumah : Rp 22.385.327

5. Biaya penyusutan mobil ( koreksi 50%) : Rp 2.327.449.714

6. Biaya penyusutan motor ( koreksi 50%) : Rp 291.749.851

Total biaya yang dikoreksi Rp4.085.969.419

18. Biaya Penyisihan Piutang, biaya ini merupakan biaya penyisihan atas

piutang yang sewaktu-waktu tidak dapat ditagih. Berdasarkan UU PPh No.17

Pasal 9 ayat 1 huruf ’c’, pembentukan atau pemupukan dana cadangan

kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha

dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya

reklamasi untuk usaha pertambangan, yang ketentuan dan syarat-syaratnya

ditetapkan dengan keputusan menteri Keuangan. Dalam hal ini Perum

Pegadaian mengkoreksi sebesar Rp 652.478.660.

19. Pada Pendapatan lain-lain meliputi diantaranya Pendapatan Sewa dan

pendapatan jasa giro. Perum Pegadaian memiliki aktiva berupa gedung

Page 27: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

83

Langenpalikrama yang dapat disewakan baik untuk resepsi pernikahan

ataupun sebagai gedung pertemuan. Atas sewa gedung tersebut perusahaan

sudah memotong PPh pasal 23. Berdasarkan hal tersebut perusahaan

melakukan koreksi negatif sebesar Rp. 1.133.370.938,-. Sedangkan pada

Pendapatan Jasa Giro, atas jasa giro Perum Pegadaian menanggung beban

bunga yang dipotong oleh pihak bank. Pajak ini merupakan PPh final yang

tidak dapat dijadikan sebagai beban perusahaan. Karena itu pihak Perum

Pegadaian melakukan koreksi negatif atas pendapatan jasa giro sebesar

Rp.1.346.411.402.-. Dilakukannya koreksi atas pendapatan jasa giro

bertujuan untuk menghindari pembayaran pajak berganda yang dilakukan

oleh perusahaan. Jadi total biaya yang harus dilakukan koreksi negatif adalah

sebesar Rp 2.479.782.304.-.

20. Perusahaan menanggung beban atas pajak final yang dipotong bank. Pajak

atas jasa giro merupakan PPh final dan tidak bisa dijadikan beban dalam

laporan laba rugi fiskal. Untuk itu harus dilakukan koreksi positif sebesar

20% dari pendapatan jasa giro , yaitu sebesar Rp 269.282.280 jumlah

tersebut didapat dari:

20% x Pendapatan jasa giro = Koreksi positif

20% x Rp 1.346.411.402 = Rp 269.282.280

VI.5 Perencanaan Pajak Yang Dapat Diterapkan Pada Perum Pegadaian Pusat

Perum Pegadaian Pusat belum melaksanakan perencanaan pajak yang efektif,

hal ini dilihat dari rekonsiliasi laba rugi fiskal Perum Pegadaian Pusat, dimana

Page 28: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

84

banyak terdapat koreksi positif atas beban-beban komersial yang menyebabkan

laba perusahaan menjadi besar. Untuk itu, Perum Pegadaian Pusat harus

melakukan perencanaan pajak yang efektif dengan tujuan untuk dapat

meminimalkan laba sebelum pajak. Perencanaan-perencanaan yang mungkin

dapat diterapkan dalam perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Pajak Penghasilan Pasal 21

Perum Pegadaian Pusat dapat melakukan perencanaan pajak atas PPh pasal

21 dengan menggunakan metode gross up dengan memberikan sejumlah

tunjangan pajak penghasilan kepada karyawan yang dapat dijadikan beban

fiskal. Beban PPh pasal 21 sebelum perencanaan pajak adalah sebesar Rp

32.192.790.061,- dan dilakukan koreksi positif. Setelah perencanaan pajak,

tunjangan pajak penghasilan akan diberikan kepada karyawan sebesar Rp

32.192.790.061,-. Dengan ini beban perusahaan akan bertambah sebesar

tunjangan PPh pasal 21 yang akan diberikan kepada karyawan.

2. Biaya pengganti transport yang diberikan kepada karyawan sebaiknya diganti

dengan memberikan tunjangan transportasi kepada karyawan sehingga akan

menjadi penghasilan bagi karyawan dan dapat dijadikan sebagai objek pajak

PPh Pasal 21. Atas pemberian tunjangan tersebut, dapat dijadikan biaya

pengurang penghasilan bruto perusahaan, sehingga dapat meminimalkan laba

perusahaan.

3. Perencanaan pajak yang dapat dilakukan atas biaya sponsor dan promosi

adalah pihak perum pegadaian harus melengkapi semua dokumen- dokumen

Page 29: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

85

dan bukti-bukti pendukung yang sah atas semua transaksi yang dilakukan

sehingga pihak perum pegadaian dapat membiayakan biaya tersebut.

4. Berdasarkan SE-27/PJ.22/1986, biaya entertaiment,representasi,jamuan tamu

dan sejenisnya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,

dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, dengan syarat dibuatkan daftar

nominatif. Maka dari itu, sebaiknya perusahaan memberikan daftar nominatif

sebagai bukti pelaksanaan representasi, sehingga beban tersebut dapat

menjadi beban fiskal. Daftar nominatif tersebut paling tidak memuat:

a) Nomor urut

b) Tanggal diberikan

c) Nama/ tempat entertainment / representasi diberikan

d) Alamat entertainment

e) Jenis entertainment

f) Jumlah

g) Relasi, nama, posisi, nama perusahan, jenis usaha

5. Perencanaan pajak atas biaya rumah tangga pada Perum Pegadaian Pusat

yaitu perusahaan harus melakukan perincian atas biaya rumah tangga dan

didukung oleh dokumen-dokumen pendukung sebagai bukti atas transaksi.

Hal ini dilakukan karena biaya ini sangat memiliki resiko untuk dilakukan

koreksi ( grey area), sepanjang biaya ini bisa dibuktikan dan didukung

dengan bukti-bukti yang sah, maka biaya ini dapat dijadikan pengurang

penghasilan bruto, namun jika biaya ini tidak bisa dibuktikan, maka biaya ini

Page 30: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

86

memiliki resiko koreksi fiskal. Hal ini akan merugikan perusahaan karena

akan memperbesar laba perusahaan.

6. Didalam biaya rumah tangga terdapat biaya untuk membeli alat-alat

kebersihan yang akan digunakan oleh perusahaan, dalam hal ini sebaiknya

perusahaan melakukan kerjasama oleh pihak ketiga untuk menjaga

kebersihan perusahaan, misalnya menggunakan jasa cleaning service. Atas

jasa kebersihan yang diberikan oleh pihak ketiga, perusahaan melakukan

pemotongan PPh Pasal 23 atas jasa tersebut. Selanjutnya pemotongan

tersebut dapat dijadikan kredit pajak bagi pihak pemberi jasa yang

bersangkutan.

7. Biaya bantuan pengobatan dan bantuan kacamata sesuai dengan pasal 9 ayat

1 huruf b UU PPh No.17 tahun 2000 merupakan pemberian natura dan

kenikmatan yang diterima karyawan sehingga tidak dapat dijadikan biaya

bagi perusahaan. Karenanya perencanaan pajak yang dapat diterapkan oleh

perum pegadaian dengan mengganti atau mengalokasikan biaya tersebut

menjadi tunjangan pajak.

8. Sumbangan dalam bentuk apapun tidak dapat menjadi pengurang

penghasilan bruto sesuai dengan Undang-undang PPh No. 17 Tahun 2000

pasal 9 ayat 1 huruf g, karena sumbangan tidak berhubungan langsung

dengan kegiatan usaha. Sumbangan yang boleh dijadikan pengurang

penghasilan oleh pajak adalah sumbangan untuk GNOTA/ sumbangan

Page 31: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

87

korban bencana alam antara lain tsunami Nangroe Aceh Darussalam atau

Sumatera Utara hal ini diatur antara lain dalam keputusan Menteri Keuangan

No. 609/KMK.03/2004 tentang perlakuan PPh atas bantuan kemanusiaan

bencana alam di NAD dan Sumatera Utara.

9. Untuk biaya BBM dan Pelumas. Pihak perum pegadaian harus dapat

menerapkan mata anggaran yang jelas. Mata anggaran BBM dan perumas

untuk pejabat eselon I dan direksi harus dipisah dengan mata anggaran BBM

untuk kegiatan operasional perusahaan.

10. Untuk meningkatkan kredibilitas karyawan sebaiknya Perum Pegadaian

Pusat memberikan pelatihan-pelatihan/ kursus perpajakan seperti mengikuti

brevet pajak, memberikan seminar perpajakan secara rutin, memberikan

majalah/software perpajakan. Hal ini dilakukan, agar karyawan dapat selalu

mengikuti perkembangan tentang peraturan pajak. Dengan mengikuti

perkembangan peraturan pajak dapat memudahkan perusahaan dalam

melakukan perencanaan pajak dengan memanfaatkan undang-undang

perpajakan terbaru secara legal. Atas biaya pelatihan karyawan dapat

dijadikan pengurang penghasilan bruto.

11. Selama ini pihak perum pegadaian tidak pernah terlambat dalam

menyetorkan pajak dan menyampaikan SPT. Hal ini harus terus dilakukan

perusahaan karena hal ini termasuk dalam perencanaan pajak. Dalam

melakukan perencanaan pajak tidak hanya mencari loopholes melalui

Page 32: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

88

peraturan perpajakan, namun menghindari kesalahan yang akan

menimbulkan sanksi baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana juga

merupakan salah satu cara perencanaan pajak.

VI.6 Rekonsiliasi Fiskal Sebelum dan Sesudah Perencanaan Pajak.

Laporan keuangan suatu perusahaan yang akan digunakan untuk laporan

keuangan pajak, harus diubah terlebih dahulu menjadi laporan fiskal. Proses ini

yang disebut dengan rekonsiliasi. Tujuan utama dilakukan rekonsiliasi ini adalah

untuk membuat laporan keuangan komersial sesuai dengan peraturan perpajakan

sehingga dapat digunakan untuk menghitung Pajak Penghasilan Badan.

Perencanaan pajak yang efektif akan membuat suatu perusahaan mampu

meminimalkan beban-beban yang dapat mengurangi penghasilan bruto. Dengan

meminimalkan beban-beban tersebut akan mengakibatkan laba fiskal tidak jauh

berbeda dengan laba komersial. Hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan

pajak yang efektif atas beban-beban yang tidak dapat mengurangi penghasilan

bruto dalam laporan keuangan fiskal. Hasil akhir yang akan dicapai oleh

perusahaan adalah penghematan pajak dari selisih rugi komersial dan fiskal yang

dapat dijadikan kompensasi untuk tahun berikutnya.

Terdapat perbedaan perlakuan akuntansi komersial dan perlakuan pajak

dalam pengakuan pendapatan dan beban. Perbedaan inilah yang menyebabkan

adanya rekonsiliasi fiskal atas laba rugi perusahaan. Hal ini disebabkan karena

tidak semua beban yang diakui dalam laporan laba rugi komersial dapat menjadi

beban dalam laporan rugi fiskal. Dengan rekonsiliasi sebelum dan sesudah

perencanaan pajak, dapat terlihat adanya perbedaan laba sebelum pajak baik

Page 33: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

89

secara komersial maupun secara fiskal. Dimana perubahan laba sebelum

perencanaan dengan sesudah perencanaan tersebut akan mempengaruhi besarnya

pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan.

Perhitungan perbandingan laba sebelum pajak sebelum dan sesudah

perencanaan dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Page 34: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan
Page 35: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan
Page 36: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan
Page 37: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan
Page 38: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

94

Tabel 4.6

Perhitungan Besarnya Persentase Penghematan Pajak

(dalam ribuan)

Sebelum

Perencanaan Setelah

Perencanaan Persentase

Penghematan Pajak (Rp.) Pajak (Rp.) % Penghasilan Kena Pajak 799.645.756 729.466.688 8,8% Pajak Penghasilan Badan

10% 5,000,000 5000.000 15% 7,500,000 7.500.000 30% 799.545.756 729.366.688

239.876.226 218.822.506 8.8%

Dari hasil rekonsiliasi fiskal sebelum dan setelah perencanaan pajak, dapat

dilihat bahwa sebelum perencanaan pajak, Perum Pegadaian memperoleh laba

sebelum pajak sebesar Rp 799.645.756. Namun setelah dilakukan perencanaan

pajak, laba sebelum pajak penghasilan perusahaan berubah menjadi Rp

729.466.688 dengan perencanaan pajak tersebut, Perum Pegadaian dapat

menghasilkan penghematan Penghasilan Kena Pajak dengan Presentase 8,8%.

Artinya setiap penurunan laba sebesar 1%, pihak perum pegadaian menghemat

pajak sebesar Rp 7.974.894.

Usulan perencanaan pajak yang menghasilkan optimalisasi beban pada

Perum Pegadaian pada tabel rekonsiliasi sebelum dan setelah perencanaan pajak

dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. PPh Pasal 21

Beban PPh Pasal 21 sebelum perencanaan pajak adalah sebesar Rp

32.192.790.061 dan dilakukan koreksi positif. Setelah perencanaan pajak,

perusahaan memberikan tunjangan pajak dengan menggunakan metode gross

Page 39: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

95

profit yang diberikan kepada karyawan sebesar Rp 32.192.790.061.-. Dengan

ini beban perusahaan akan bertambah sebesar tunjangan PPh Pasal 21 yang

diberikan kepada karyawan.

2. Biaya Pengobatan dan Bantuan kacamata

Sebelum dilakukan perencanaan pajak, perusahaan memberikan fasilitas ini

secara cuma-cuma dimana dalam hal tersebut perusahaan tidak dapat

membiayakan biaya pengobatan tersebut. Sesuai dengan ketentuan UU PPh

pasal 9 huruf e. Perencanaan pajak yang dapat dilakukan adalah dengan

memberikan fasilitas tersebut dalam bentuk tunjangan pajak ataupun dalam

bentuk penggantian pengobatan.

3. Biaya Rumah Tangga

Setelah dilakukan perencanaan pajak, maka biaya rumah tangga yang

sebelum perencanaan pajak tidak dapat dijadikan sebagai pengurang, setelah

perencanaan pajak biaya tersebut dapat menjadi pengurang, yaitu sebesar Rp

96.791.632.

4. Biaya Representasi

Sebelum perencanaan pajak, biaya representasi harus dilakukan koreksi

positif karena perusahaan tidak membuat daftar nominatif atas biaya tersebut.

Perencanaan pajak atas biaya yang dapat dilakukan adalah dengan membuat

daftar nominatif dan dapat dilampirkan dalam SPT Tahunan perusahaan.

Dengan demikian beban perusahaan akan bertambah sebesar Rp 546.988.916

Page 40: BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE …thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2008-2-00004-AK Bab 4.pdfpengenaan perhitungan PPh badan yang lebih besar karena pemberian tunjangan

96

5. Biaya Entertainment

Sebelum perencanaan pajak, biaya entertaiment harus dilakukan koreksi

positif karena perusahaan tidak membuat daftar nominatif atas biaya tersebut.

Perencanaan pajak atas biaya tersebut adalah dengan membuat daftar

nominatif dan dapat dilampirkan dalam SPT Tahunan perusahaan. Dengan

demikian beban perusahaan akan bertambah sebesar Rp 1.354.805.404.

6. Biaya Promosi

Sebelum perencanaan pajak, biaya promosi harus dilakukan koreksi positif

karena perusahaan tidak memiliki dokumen-dokumen atau bukti- bukti

pendukung transaksi yang sah. Perencanaan yang dapat dilakukan adalah

dengan melengkapi setiap bukti-bukti tersebut dengan demikian beban

perusahaan akan bertambah sebesar Rp 8.822.329.107.