Upload
dangtu
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis
mempunyai luas 79,03 km2
atau 0,65 persen dari luas Provinsi Gorontalo. Kota
Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Kecamatan
dengan luas terbesar adalah kecamatan Kota Barat.
Secara astronomis, Kota Gorontalo terletak antara 00° 28' 17'' - 00° 35' 56''
Lintang Utara dan antara 122° 59' 44'' - 123° 05' 59'' Bujur Timur. Berdasarkan
posisi geografisnya, Kota Gorontalo memiliki batas-batas: Utara – Kecamatan
Tapa Kabupaten Bone Bolango, Selatan – Teluk Tomini, Barat – Kecamatan
Telaga dan Batudaa Kabupaten Gorontalo, Timur – Kecamatan Kabila Kabupaten
Bone Bolango.
Sejak akhir tahun 2010, Kota Gorontalo terdiri atas sembilan kecamatan,
yaitu: Kecamatan Kota Barat, Kecamatan Dungingi, Kecamatan Kota Selatan,
Kecamatan Kota Timur, Kecamatan Hulonthalangi, Kecamatan Dumbo Raya,
Kecamatan Kota Utara, Kecamatan Kota Tengah, dan Kecamatan Sipatana.
Kesembilan kecamatan ini terbagi menjadi 50 kelurahan, 239 RW, dan 753 RT.
Kecamatan Kota Barat terdiri dari 7 kelurahan, Kecamatan Dungingi 5 kelurahan,
Kecamatan Kota Selatan 5 kelurahan, Kecamatan Kota Timur 6 kelurahan,
Kecamatan Hulonthalangi 5 kelurahan, Kecamatan Dumbo Raya 5 kelurahan,
2
Kecamatan Kota Utara 6 kelurahan, Kecamatan Kota Tengah 6 kelurahan dan
Kecamatan Sipatana 5 kelurahan.
Peta adminitrasi kota Gorontalo ditunjukan pada Gambar 4.1
9
Topografi, Penggunaan Lahan dan Jenis Tanah
Kondisi topografi Kota Gorontalo adalah tanah datar yang dilalui tiga buah
sungai yang bermuara di Teluk Tomini, Pelabuhan
11
alo. Bagian selatan diapit dua pegunungan berbatu kapur/pasir. Ketinggian
dari permukaan laut antara 0 sampai 470 meter. Pesisir pantai landai berpasir.
Kemiringan lereng di Kota Gorontalo berkisar antara 0-8 % (datar), 8-15 %
(landai), 15-25 % (agak curam), 25-40 % termaksud (curam), ≥ 40 % (sangat
curam).
Tabel 4.1 Gambaran Kondisi Lereng Kota Gorontalo.
Kelas Luas (Ha) Persentase (%)
0 – 2 % 3908.656 60.3
2 – 8 % 6.41 0.1
8 – 15 % 204.412 3.2
15 – 25 % 689.23 10.6
25 – 40 % 75.859 1.2
>40 % 1597.047 24.6
Total 6481.614 100
Sedangkan Penggunaan lahan Kota Gorontalo terdiri dari pemukiman, sawah,
tegalan/ladang, hutan lahan kering sekunder, semak belukar, perkebunan
campuran, rawa, pertambangan, dan perkebunan.
Jenis tanah Kota Gorontalo terdiri dari tiga jenis tanah yaitu, jenis tanah
aluvial, jenis tanah latosol, dan jenis tanah podsolik.Peta kelas lereng, Penggunaan
lahan dan jenis tanah ditunjukan pada Gambar 4.2, 4.3, 4.4.
20
Keadaan iklim
Di Gorontalo dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim
penghujan. Keadaan ini berkaitan erat dengan arus angin yang bertiup di wilayah
Kota Gorontalo. Pada bulan Oktober sampai April arus angin berasal dari
barat/barat laut yang banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan
musim penghujan. Sementara itu, pada bulan Juni sampai September arus angin
berasal dari timur yang tidak mengandung uap air. Keadaan seperti itu berganti
setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan Mei dan
Oktober.
Kecepatan angin pada tahun 2011 yang dipantau Stasiun Pengamatan BMG
Jalaludin hampir merata setiap bulannya, yaitu pada kisaran antara 1 sampai 4
knot. Suhu udara ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat/wilayah tersebut
terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2011, Gorontalo
mempunyai suhu udara dengan rata-rata 26,83 derajat celsius. Sementara itu, rata-
rata kelembaban relatif adalah 81,7 persen.
Curah hujan pada suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim,
keadaan agrografi dan perputaran/pertemuan arus angin. Karena itu, jumlah curah
hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamatan. Catatan curah hujan
tahun 2011 berkisar antara 7 - 322 mm. Jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada
bulan maret 2011 yaitu 27 hari.
21
4.2 Hasil penelitian
4.2.1 Uraian Kondisi Longsor Di Kota Gorontalo
Menurut (Dunggio, 2012 : 45) bahwa Dalam hasil penelitian pemetaan
sebaran longsoran di Kota Gororntalo ini tidak hanya morfometri longsoran yang
diukur, tetapi juga mengamati faktor alam yang menjadi faktor utama dalam
penyebab terjadinya longsoran. Penyebab faktor alam longsoran antara lain : jenis
batuan, topografi, jenis tanah, dan penggunaan lahan. Jenis batuan yang terdapat
di wilayah longsoran yang ada di Kota Gorontalo pada lokasi longsor 1, 2 dan 4
yaitu di kelurahan Lekobalo, Pilo’oda, Do nggalo, Talumoloterdapat jenis batuan
satuan batu gamping koral, pada lokasi 3 terdapat jenis batuan satuan granit dan
pada lokasi 5, 6, 7, 8 yaitu kelurahan Leato Selatan terdapat jenis batuan breksi
vulkanik. Pada kemiringan lerang lokasi lonsoran 1 dan 4 berkisar antara (8-15%
termaksud landai), lokasi 2 dan 3 berkisar antara (15-25 termaksud agak curam),
dan lokasi 5, 6, 7, dan 8 (≥ 40 termaksud sangat curam). Sedangkan pada jenis
tanah podsolik terdapat pada lokasi 4, 5, 6, 7, dan 8, jenis tanah latosol berada
pada lokasi 2, dan 3, dan lokasi 1 terdapat jenis tanah aluvial. Kemudian
penggunaan lahan yang ada di wilayah penelitian itu yaitu perkebunan, hutan
lahan kering, tegalan/lading, dan pertambangan.
Selain faktor alam ada juga faktor manusia yang menyebabkan terjadinya
longsoran. Aktvitas manusia seperti membuka lahan perkebunan di dataran yang
tinggi, pemotongan kaki lereng untuk mengadakan pembangunan, penebangan
pepohonan, beberapa aktivitas manusia tersebut membuka daerah yang rawan
longsor karena hal tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap keseibangan
22
lereng pada daerah tersebut, sehingga tidak heran jika daerah kota gorontalo
mengalami longsor yang di sebabkan oleh aktivitas manusia itu sendiri.
Peta sebaran longsor kota Gorontalo ditunjukan pada Gambar 4.5
25
4.2.2 Pengukuran Morfometri Dan Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi
Longsoran Pada Setiap Satuan Medan
Pengukuran morfometri di lakukan pada setiap titik longsor yang ada,
dan pada setiap satu titik longsor diambil sampel yang berupa tanah dan
batuan serta kemiringan lerengnya. Jenis tanah dan batuan yang diambil diuji
dalam laboratorim untuk menentukan tekstur tanah, dan jenis batuannya.
Sedangkan titik koordinatnya di ambil dengan menggunakan Global
Position System (GPS). Janis tanah, batuan dan kemiringan lereng sangat
berpengaruh terhadap terjadinya gerakan tanah atau tanah longsor. Faktor-
faktor yang menyebabkan gerakan massa tanah atau tanah longsor ada dua
Faktor Pemicu yaitu faktor Dinamis dan faktor statis.
Data Pengukuran morfometri dan faktor–faktor yang mempengaruhi
longsoran pada setiap satuan medan, terdapat pada (tabel 4.1
26
Tabel 4.1 Pengukuran morfometri dan faktor – faktor yang mempengaruhi longsoran pada setiap satuan medan
No SATUAN
MEDAN
MORFOMETRI LONGSORAN MORFOMETRI LONGSORAN Geomorfologi
D L Lm Wx Wc Lc Lr
Indeks
Klasifikasi
D/L x 100%
Indeks
Penipisan
Lm/Lc
Indeks
Pelebaran
Wx/Wc
Indeks
Perpindahan
Lr/Lc
Indeks Aliran
(Wx/Wc-1) Lm/Lc
x 100%
Kemiringan
Lereng (%)
Jenis
Tanah
Jenis
Batuan Penggunaan Lahan
1. ACAGKT 3,20 34,0 11 4,1 4,0 7,0 34,0 0,09 1,57 1,03 4,86 0,04 15 -25 Aluvial
Satuan
Gamping
Koral
Hutan lahan kering
sekunder dan
pertambangan
2. ACLGKT 1,40 33,4 7,3 5,6 4,0 2,5 33,4 0,04 2,92 1,40 13,36 1,17 15 – 25 Latosol
Satuan
Gamping
Koral
Hutan lahan kering
sekunder dan
pertambangan
3 LLgSb 1,00 3,00 2,1 5,1 6,9 2,1 3,0 0,33 1,00 0,74 1,43 -0,26 8- 15 Latosol Satuan
granit Semak
belukar,tegalan/ladang
4 CPBVSb 2,00 35,0 8,0 15 15,8 11 35,0 0,06 0,73 0,95 3,18 -0,04 25 – 40 Podsolik Breksi
Vulkanik
Hutan lahan kering
sekunder dan
perkebunan
5 ACPBVp 2,40 20,6 22,1 110 7,0 7,0 20,5 0,12 3,16 1,57 2,93 1,80 15 -25 Podsolik Breksi
Vulkanik
Hutan lahan kering
sekunder dan
perkebunan
6 ACPBVp 1,60 49,0 42,1 30 30,2 6,0 49,0 0,3 7,02 0,99 8,17 -0,05 15 -25 Podsolik Breksi
Vulkanik
Hutan lahan kering
sekunder dan
perkebunan
7 ACPBVp 1,80 10,0 14,1 13 14,0 2,6 10,0 0,18 5,42 0,93 3,85 -0,39 15 -25 Podsolik Breksi
Vulkanik
Hutan lahan kering
sekunder dan
perkebunan
8 ACPBVp 4,00 12, 0 14,1 12 14,1 4,0 12,0 0,33 3,53 0,85 3,00 -0,53 15 -25 Podsolik Breksi
Vulkanik
Hutan lahan kering
sekunder dan
perkebunan
27
Keterangan :
D = kedalaman longsoran
L = panjang longsoran
Lm = panjang material yang menjadi longsoran
Lc = panjang bagian cekung
Wx = lebar bagian cembung
Wc = lebar bagian cekung
Lr = panjang permukaan rupture
Tabel 4.2. Karakteristik Medan Longsor disetiap Satuan Medan
No
Simbol
Satuan
Medan
Geologi Geomorfologi Tanah Penggunaan Lahan
Batuan Rekahan
(m)
Tebal
Pelapukan
(m)
Kelurusan Kemiringan
Lereng(%)
Bentuk
Lereng Jenis Tekstur Bentuk
1 ACAGKT Satuan Gamping
Koral Sedang – tinggi 15 – 25 Lurus Aluvial
Lempung berpasir dan
lempung berdebu
Hutan lahan kering
sekunder dan
pertambangan
2 ACLGKT Satuan Gamping
Koral Sedang –rendah 15 – 25 Cembung Latosol
Lempung berpasir dan
lempung berdebu
Pertambangan dam
perkebunan
3 LLgSb Satuan granit Sedang – tinggi 8 – 15 Cembung Latosol pasiran dan lempung
debu Semak belukar
4 CPBVSb Satuan Breksi
Vulkanik Rendah 25 - 40 Cembung Podsolik
lempung pasiran dan
lempung debuan Semak belukar
5 ACPBVp Satuan Breksi
Vulkanik 15 - 25 Cembung Podsolik
Hutan lahan kering
sekunder dan
perkebunan
28
Ket :
ACAGKT : Agak Curam Aluvial Gamping Koral Pertambangan
ACLGKT : Agak Curam Latosol Gamping Koral Pertambangan
LLgSb : Landai Latosol gamping Semak Belukar
CPBVSb : Curam Podsolik Breksi Vulkanik Semak belukar
ACPBVp : Agak Curam Podsolik Breksi Vulkanik perkebunan
4.2.3 Uraian Masing-Masing Satuan Medan Berdasarkan Ukuran
Morfometri
Longsor pada lokasi pertama dengan satuan medan ACAGKT berada
pada Kecamatan Kota Barat dan kelurahan pilo’oda’a, posisi geografis pada 000 32
’
32” LU dan 123
0 1
’28,6
” BT, dengan Kemiringan lerang 15%-25% topografinya
agak curam. Adapun morfometri longsorannya adalah kedalaman mencapai 3,2 m,
panjang 34 m, panjang material yang menjadi longsor 11 m, panjang cekung 7 m,
lebar bagian cembung 4,1 m, lebar bagian cekung 4 m, dan panjang permukaan
rupture 34 m. Morfometri longsor di ukur menggunakan sel alat ukur longsor.
Longsor pada lokasi kedua dengan satuan medan ACLGKT berada pada
Kecamatan Kota Barat dan Kelurahan lekobalo, posisi geografis pada 000 32
’
44,6”
LU dan 1230 0
’ 34,1
” BT, kemiringan lereng berkisar antara 15-25% dengan
topografi agak curam. Adapun morfometri longsoran yang di ukur menggunakan
set alat ukur adalah kedalaman 1,4 m, panjang 33,4 m, panjang material yang
longsor 7,3 m, panjang cekung 2,5 m, lebar bagian cembung 5,6 m, lebar bagian
cekung 4 m, dan panjang permukaan rupture 33,4 m.
29
Longsor pada lokasi ketiga dengan satuan medan LLgSb berada pada
Kecamatan hulondalangi dan Kelurahan Donggala, posisi geografis pada 000 32
’
0”
LU dan 1230 2
’ 48,2” BT, kemiringan lereng berkisar antara 8-15% dengan
topografi landai. Adapun morfometri longsoran yang di ukur menggunakan set
alat ukur adalah kedalaman 1 m, panjang 33,4 m, panjang material yang longsor
2,1 m, panjang cekung 2,1 m, lebar bagian cembung 5,1 m, lebar bagian cekung
6,9 m, dan panjang permukaan rupture 3 m.
Longsor pada lokasi empat dengan satuan medan CPBVSb berada pada
Kecamatan Dumbo Raya dan Kelurahan Leato Selatan, posisi geografis pada 000
29’ 23,2
” LU dan 123
0 4
’ 46,7” BT, kemiringan lereng berkisar antara 25-40%
dengan topografi curam. Adapun morfometri longsoran yang di ukur
menggunakan set alat ukur adalah kedalaman 2 m, panjang 35 m, panjang
material yang longsor 8 m, panjang cekung 11 m, lebar bagian cembung 15 m,
lebar bagian cekung 15,8 m, dan panjang permukaan rupture 35 m.
Longsor pada lokasi kelima dengan satuan medan ACPBVp berada pada
Kecamatan Dumbo Raya dan kelurahan Leato Selatan, posisi geografis pada 000
29’ 34,9
” LU dan 123
0 1
’ 38,4
” BT, dengan Kemiringan lerang 15-25%
topografinya agak curam. Adapun morfometri longsorannya adalah kedalaman
mencapai 2,4 m, panjang 2,6 m, panjang material yang menjadi longsor 22,1 m,
panjang cekung 7 m, lebar bagian cembung 110 m, lebar bagian cekung 70 m, dan
panjang permukaan rupture 20,5 m. Morfometri longsor di ukur menggunakan sel
alat ukur longsor.
30
Longsor pada lokasi keenam dengan satuan medan ACPBVp berada pada
Kecamatan Dumbo Raya dan kelurahan Leato Selatan, posisi geografis pada 000
29’ 42,3” LU dan 1230 4
’ 23” BT, dengan Kemiringan lerang 15-25% topografi
agak curam. Adapun morfometri longsorannya adalah kedalaman mencapai 1,6 m,
panjang 49 m, panjang material yang menjadi longsor 42,1 m, panjang cekung 6
m, lebar bagian cembung 30 m, lebar bagian cekung 30,2 m, dan panjang
permukaan rupture 49 m. Morfometri longsor di ukur menggunakan sel alat ukur
longsor.
Longsor pada lokasi ketujuh dengan satuan medan ACPBVp berada pada
Kecamatan Dumbo Raya dan kelurahan Leato Selatan, posisi geografis pada 000
29’ 57,9” LU dan 123
0 4
’ 13,1” BT, dengan Kemssiringan lerang 15-25%
topografi agak curam. Adapun morfometri longsorannya adalah kedalaman
mencapai 1,8 m, panjang 10 m, panjang material yang menjadi longsor 14,1 m,
panjang cekung 2,6 m, lebar bagian cembung 13 m, lebar bagian cekung 14 m,
dan panjang permukaan rupture 10 m. Morfometri longsor di ukur menggunakan
sel alat ukur longsor.
Longsor pada lokasi kedelapan dengan satuan medan ACPBVp berada
pada Kecamatan Dumbo Raya dan Kelurahan Talumolo, posisi geografis pada
000
31’ 12,6” LU dan 1230 4
’ 7,7” BT, dengan Kemiringan lerang 15-25%
topografi sangat curam. Adapun morfometri longsorannya adalah kedalaman
mencapai 4 m, panjang 12 m, panjang material yang menjadi longsor 14,1 m,
panjang cekung 4 m, lebar bagian cembung 12 m, lebar bagian cekung 14,1 m,
dan panjang permukaan rupture 12 m.
31
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pembahasan Sistem medan yang terdapat di lokasi longsor
Dalam sistem medan, Daerah penalitian terletak pada dua Zona
yaitu zona selatan dan zona barat. Kota Gorontalo yang terletak di zona
selatan yaitu Kecamatan Dumbo Raya, Kelurahan Leato Selatan yang
merupakan Wilayah pingiran pantai yang berupa perbukitan dataran
tinggi yang tersusun atas satuan batu Breksi Vulkanik serta mempunyai
jenis tanah posolik. Sedangkan zona barat terletak di Kecamatan Kota
barat Kelurahan Lekobalo dan Pilo oda’a yang merupakan Wilayah
pengunungan yang tersususn atas satuan batu gamping koral serta
mempunyai jenis tanah Aluvial dan latosol.
Klasifikasi yang merupakan sistem medan daerah penelitian di atas
diperoleh dari analisis peta dan faktor – faktor yang mempengaruhi
longsoran pada setiap satuan medan, yang disajikan pada gambar (tabel
4.1) Pada gambar tersebut diuraikan secara singkat karakteristik
topografi, litologi, proses geomorfologi, tanah dan penggunaan lahan
pada setiap satuan medan.
Dengan demikian kajian penyebab longsor yang terdapat pada
setiap satuan medan dapat dideskripsikan mengenai pengaruhnya,
terhadap kejadian longsoran pada setiap zona yang dapat diuraikan
sebagai berikut.
32
4.3.2 Deskripsi Satuan medan pada zona selatan (Kecamatan dumbo
Raya)
Di Daerah ini merupakan Wilayah pinggiran pantai yang memiliki
perbukitan daratan tinggi. Daerah ini menempati pada bagian selatan
daerah penelitian yang secara geologis terbentuk dan berkembang dari
satuan batu breksi vulkanik. Batuan ini terbentuk dibawah permukaan
bawah laut dan batuan ini termasuk batuan karbonat karena batuan ini
berasal dari organisme yaitu coral. Daerah penelitian ini merupakan
satuan medan APBVSb, ACPBVSb. Serta dijumpai dengan jenis tanah
podsolik yang dicirikan oleh solum tanah yang dalam, tekstur lempung
pasiran dan lempung debuan yang berwarna kecoklatan abu – abu, dan
kemerahan.
Dengan kondisi tipografi selatan diapit dua pegunungan berbatu
kapur/pasir. Ketinggian dari permukaan laut antara 0 sampai 470 meter.
Pesisir pantai landai berpasir. Kondisi lerengnya agak curam (15 -
25%), bentuknya bervariasi dari cembung hinga cekung,dengan panjang
lereng relatif sedang hingga pendek (110 – 150).
Penggunaan lahan yang dominan di daerah ini adalah perkebunan,
hutan lahan kering sekundar dan sebagian berupa semak belukar.
Dengan berbagai kondisi yang terdapat di daerah ini seperti
topografinya yang agak curam serata memiliki tekstur tanah yang
berpasir dan debuan, dan dengan adanya satuan batu breksi vulkanik,
maka keadaan ini dapat mendorong terjadinya longsoran.
33
4.3.3 Deskripsi Satuan medan pada zona Barat (Kota Barat)
Daerah ini merupakan daerah yang di kelilingi oleh penggunungan
yang menempati pada bagian Barat daerah penelitian. Yang terbentuk
oleh satuan batu gamping koral dan Granit, daerah penelitian ini
merupakan satuan medan ACAGKT, ACLGKT, LLgSb yang memiliki
jenis tanah aluvial dan latosol kecoklatan abu-abu bertekstur lempung
berpasir dan debuan dengan kemiringan lereng landai dan agak curam.
Dengan tekstur tanah yang halus serta kemiringan yang agak curam
daerah ini muda akan longsor karena tanahnya mudah menyerap air
yang masuk ke dalam tanah dan pengunaan lahan di daerah ini berupa
pertambangan, hutan lahan kering sekunder, yang akarnya tidak mampu
menahan air yang masuk kedalam tanah sehinga tanah ini akan lebih
cepat terbawah kedaratan yang lebih rendah. Karakteristik satuan
medan ini dapat di lihat pada (tabel 4.2)
Gambaran umum kondisi medan ini dapat (tabel 6) yang
menunjukan pada perbedaan antara satuan medan yang terdapat pada
zona selatan dan zona barat. Berdasarkan karakteristik yang ditunjukan
pada tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa satuan medan yang mudah
longsor terdapat di zona selatan yaitu Kecamatan Dumbo Raya
Kelurahan Leato Selatan. Daerah ini merupakan daerah pinggiran
pantai yang memiliki perbukitan dataran tinggi yang tersusun oleh
satuan batu breksi vulkanik.
34
4.4 Uraian Pada Masing -Masing Karakteristik Longsor
Tabel 4.3 Karakteristik Kemiringan Lereng Pada Setiap Satuan Medan
No Lokasi Longsor Satuan
Medan Tipe longsor
Kritera
Kemiringan
Lereng
Besar
Lereng
( % )
1. Kec. Kota Barat,
Kel. Lekobalo ACAGKT
Longsoran
Rotasional Agak curam 15 – 25
2. Kec. Kota Barat
Kel.Pila’oda’a
ACLGKT
Longsoran
Rotasional Agak curam 15 – 25
3. Kec. Kota Selatan,
Kel.Donggala
LLgSb
Longsoran
Rotasional Agak curam 8 – 15
4. Kec.Dumbo Raya,
Kel. Talumolo CPBVSb
Longsoran
Rotasional Curam 25 – 40
5. Kec. Dumbo Raya,
Kel. Leato Selatan
ACPBVp
Longsoran
Rotasional Curam 15 – 25
6. Kec. Dumbo Raya,
Kel. Leato Selatan ACPBVp
Longsoran
Rotasional Curam 15 – 25
7. Kec. Dumbo Raya,
Kel. Leato Selatan
ACPBVp
Longsoran
Rotasional Curam 15 – 25
8. Kec. Dumbo Raya,
Kel. Leato Selatan
ACPBVp
Longsoran
Rotasional Curam 15 – 25
Sumber : Hasil analisis peta Dan data lapangan
Berdasarkan analisis karakteristik kemiringan lereng pada setiap satuan
medan yang disajikan Tabel 7 dan gambar peta kemiringan lereng tersebut dapat
dijelaskan perbedaan kemiringan lereng pada lokasi penelitian yang terdapat
didelapan titik longsor pada satuan medan yang hampir homogen. Satuan medan
pada lokasi pertama kedua, dan ketiga yaitu ACAGKT, ACLGKT, dan LLgSb
35
yang terletak di bagian Barat Kota Gorontalo kecamatan Kota Barat Kelurahan
Lekobalo Dan Pilo’oda’a Daerah ini memiliki kemiringan lereng yang agak curam
15 - 25 % dan landai 8 – 15 % dengan tipe longsor rotasional yang terjadi karena
bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir atau bergelombang
dengan kemiringan lereng agak curam pada satuan medan yang ketiga ini
longsornya hampir tdk diketahui karena jenis tanah yang bergerak lambat
dikemiringan yang landai, dalam waktu yang cukup lama jenis longsoran ini akan
menyebabkan pepohonan atau rumah menjadi miring ke bawah karena pergerakan
tanahnya yang lambat. Lokasi longsor keempat terletak di bagian selatan Kota
Gorontalo Kecamatan Dumbo Raya Kelurahan Talumolo yang merupakan satuan
medan CPBVSb dengan kemiringan lereng curam mencapai 25 - 40% berupa tipe
longsoran rotasional, di daerah ini merupakan daerah yang mudah terjadi longsor l
serta berada di pingiran pantai yang memiliki kemiringan lereng curam bahkan
sangat curam. Longsoran ini terjadi ketika sejumlah batuan atau material bergerak
kearah bawah.
Sedangkan lokasi longsor yang kelima sampai kedelapan juga berada di
Kecamatan Dumbo Raya Kelurahan Leato Selatan yang merupakan satuan medan
ACPBVp, dengan kemiringan lereng agak curam curam mencapai 15 - 25%
sehingga memicu longsor, tipe longsoran ini berupa rotasional, di daerah ini
merupakan daerah yang rawan longsor serta berada di pingiran pantai yang
memiliki kemiringan lereng agak curam, curam bahkan mencapai sangat curam.
Longsoran ini terjadi ketika sejumlah batuan atau material bergerak kearah bawah.
36
Dari uraian diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa daerah yang banyak
memiliki titik longsor berada di bagian selatan Kota Gorontalo dengan kemiringan
lereng curam hanya terdapat satu titik dan di daerah yang kemiringan lerengnya
agak curam sebanyak empat titik longsor sedangkan di bagian barat hanya
terdapat sebagian titik longsor dengan kemiringan lereng landai hanya terdapat
satu titik longsor dan kemiringan lereng yang agak curam hanya terdapat dua titik
longsor. Penelitian ini didukung oleh beberapa peneliti sebelumnya diantaranya
ialah :
Menurut Arsyad, 1989 (dalam Ahmad, 2008 : 61) bahwa “ Unsur topografi
yang paling besar pengaruhnya terhadap bencana longsor adalah kemiringan
lereng. Kemiringan lereng sangat berpengaruh terhadap longsor, dimana makin
curam lereng, makin besar dan mekin cepat longsor terjadi. Kemiringan lereng
juga merupakan 2 unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap aliran
permukaan dan erosi”. Selanjutnya menurut Wahyunto, 2003 (dalam Ahmad,
2008 : 61) menambahkan bahwa “ Tanah longsor umumnya dapat terjadi pada
wilayah berlereng , makin tinggi kemiringan lerengnya akan semakin besar tanah
longsornya.
37
Tabel 4.4. Karakteristik jenis Tanah Pada Setiap Satuan Medan
No Lokasi Longsor Tipe
Longsor
Satuan
Medan Kriteria tekstur tanah Jenis tanah
1. Kec. Kota Barat, Kel.
Lekobalo
Longsoran
rotasional ACAGKT
Tanah bertekstur sedang,
meliuti : testur Lempung
berpasir dan lempung berdebu
Aluvial
2. Kec. Kota Barat
Kel.Pila’oda’a
Longsoran
rotasional
ACLGKT
Tanah bertekstur sedang
meliputi :tekstur lempung
berpasir dan lempung berdebu
Latosol
3. Kec. Kota Selatan,
Kel.Donggala
Longsoran
rotasional
LLgSb
Tanah bertekstur sedang,
meliputi :tekstur lempung
berpasir dan berliat
Latosol
4. Kec.Dumbo Raya,
Kel. Talumolo
Longsoran
rotasional CPBVSb
Tanah bertekstur agak halus
meliputi :tekstur geluh
lempungan,lempung pasiran
dan lempung debuan
Podsolik
5. Kec. Dumbo Raya,
Kel. Leato Selatan
Longsoran
rotasional
ACPBVp
Tanah bertekstur agak halus
meliputi : tekstur lempung
pasiran lempung debuan,dan
lempung
Podsolik
6. Kec. Dumbo Raya,
Kel. Leato Selatan
Longsoran
rotasional
ACPBVp
Tanah bertekstur agak halus
meliputi : tekstur lempung
pasiran lempung debuan,dan
lempung
Podsolik
7. Kec. Dumbo Raya,
Kel. Leato Selatan
Longsoran
rotasional
ACPBVp
Tanah bertekstur agak halus
meliputi : tekstur lempung
pasiran lempung debuan,dan
lempung
Podsolik
8. Kec. Dumbo Raya,
Kel. Leato Selatan
Longsoran
rotasional
ACPBVp
Tanah bertekstur agak halus
meliputi : tekstur lempung
pasiran lempung debuan,dan
lempung
Podsolik
Sumber : Hasil analisis peta Dan data lapangan
Berdasarkan analisis karakteristik jenis dan tekstur tanah pada setiap
satuan medan disajikan pada tabel 8 dan peta jenis tanah tersebut dapat dilihat
perbedaan jenis tanah dan pengaruhnya terhadap terjadinya longsoran yang
terdapat pada delapan titik longsor di Kota Gorontalo bagian selatan dan barat.
38
Jenis tanah yang ditemukan di lokasi penelitian bagian Barat Kota
Gorontalo yang terletak di Kecamatan Kota Barat, Kelurahan Lekobalo. Daerah
ini merupakan satuan medan ACAGKT yang memiliki jenis tanah Aluvial
kecoklatan abu – abu bertekstur lempung berpasir dan lempung debuan. Tanah
lempung ini sangat mudah menyerap air hujan terutama dalam kondisi kering.
Tekstur tanah yang berpasir ini akan mudah terbawah oleh air hujan kedaratan
yang lebih rendah begitu juga dengan tanah yang bertekstur lempung debuan,
tanah ini bersifat halus sangat cepat kemampuannya menyerap air sehingga jika
terjadi hujan di daerah ini tanahnya akan mudah terbawah. Tanah ini sangat besar
peranannya terhadap kejadian tanah longsor. Lokasi yang kedua dan ketiga yang
merupakan satuan medan ACLGKT yang memiliki jenis tanah Latosol kemerahan
dan kecoklatan bertekstur lempung, dan lempung debuan di tambah dengan
tekstur berliat yang terdapat di lokasi ketiga. Tekstur tanah ini memang cenderung
dengan kejadian longsor atau gerakan tanah karena bersifat halus dan juga yang
teksturnya lempung berpasir, ini mudah terlepas karena tidak mampu menahan air
begitupun dengan tanah yang bertekstur tanah berliat. Tanah yang mengandung
liat dalam jumlah yang tinggi dapat tersuspensi oleh butir – butir hujan yang jatuh
menimpahnya dan pori – pori lapisan permukaan akan tersumbat oleh butir – butir
liat. Proses ini menyebabkan terjadinya aliran longsor.
Sedangkan jenis tanah yang ditemukan di lokasi penelitian bagian Selatan
Kota Gorontalo yang terletak di Kecamatan Dumbo Raya, Kelurahan Leato
Selatan yang merupakan satuan medan CPBVSb yang terletak pada lokasi
keempat dan Lokasi kelima hingga delapan yang merupakan satuan medan
39
ACPBVp yang memiliki yaitu jenis tanah Podsolik yang berteksrur lempung
pasiran dan lempung debuan hal ini hampir sama dengan tekstur tanah yang
terdapat pada satuan medan ACLGKT berupa tekstur tanah pasiran lempung dan
debuan merupakan ciri tekstur tanah yang pada umumnya halus yang mudah
meloloskan air serta menjadikan tanah bertambah berat bobotnya jika tertimpah
air hujan, begitupun jika tekstur tanah ini berada di atas kedap air pada perbukitan
/pegunungan dengan kemiringan curam hingga agak curam berpotensi
mengakibatkan tanah tersebut menggelincir menjadi longsor dengan curah hujan
yang lebat.
Dari uraian diatas dapat di ketahui bahwa Kota Gorontalo bagian Selatan
dan bagian Barat yang terdapat delapan tititk longsor pada umumnya terdapat
jenis tanah yang berbeda serta memiliki tekstur tanah yang hampir sama dari
kedelapan titik longsor tersebut. Penelitian ini didukung oleh beberapa peneliti
sebelumnya diantaranya ialah :
Menurut Arsyad, 1971 (dalam Ahmad 2008 : 68) menyatakan bahwa
“Beberapa sifat tanah lainnya yang mempenguruhi bencana longsor adalah
tekstur, struktur, kandungnan bahan organik, sifat lapis bawah, kedalaman tanah,
dan tingkat kesuburan tanah. Tekstur, struktur, dan kedalaman tanah menentukan
besar kecilnya air lipasan permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air.
Selanjutnya Herman dan Tri Enda, 2003 (dalam Ahmad 2008 : 70) menambahkan
bahwa “Berdasarkan prinsip fisika-kimia lempung, interaksi antara lapisan tipis
lempung dan air merupakan fenomena fisika-kimia tanah lempung yang sangat
menarik. Masuknya air diantara fraksi lempung partikel ikatan silikat lempung
40
tertentu terutama montmorillonite, vermiculite, dan illite, akan menyebabkan
membesarnya jarak antara fraksi lembung dan mengakibatkan kenaikan volume
tanah atau mengembang.
Tabel 4.5 . Karakteristik jenis Batuan Pada Setiap Satuan Medan
No Lokasi Longsor Tipe Longsor Satuan
Medan Jenis batuan
1. Kec. Kota Barat,
Kel. Lekobalo
Longsoran Rotasional ACAGKT Satuan aluvial
2. Kec. Kota Barat
Kel.Pila’oda’a
Longsoran Rotasional ACLGKT
Satuan batu
gamping coral
3. Kec. Kota Selatan,
Kel.Donggala
Longsoran Rotasional LLgSb
Satuan Granit
4. Kec.Dumbo Raya,
Kel. Talumolo
Longsoran Rotasional CPBVSb Satuan breksi
vulkanik
5. Kec. Dumbo Raya,
Kel. Leato Selatan
Longsoran Rotasional ACAPBVSb
Satuan breksi
vulkanik
6. Kec. Dumbo Raya,
Kel. Leato Selatan
Longsoran Rotasional ACAPBVSb
Satuan breksi
vulkanik
7. Kec. Dumbo Raya,
Kel. Leato Selatan
Longsoran Rotasional ACAPBVSb
Satuan breksi
vulkanik
8. Kec. Dumbo Raya,
Kel. Leato Selatan
Longsoran Rotasional ACAPBVSb
Satuan breksi
vulkanik
Sumber : Hasil analisis peta Dan data lapangan
42
Berdasarkan analisis karakteristik jenis batuan pada setiap satuan medan yang
disajikan pada tabel 9 dan peta jenis batuan tersebut dapat dilihat perbedaan jenis
batuan dan pengaruhnya terhadap terjadinya longsoran yang terdapat pada delapan
titik longsor di Kota Gorontalo bagian selatan dan barat.
Jenis batuan yang terdapat pada bagian Barat Kota Gorontalo yang terletak
di Kecamatan Kota Barat, Kelurahan Lekobalo, Donggala, pilo oda’a. Yang
merupakan satuan medan ACAGKT, ACLGKT, dan LLgSb memiliki satuan batu
Granit dan batu gamping coral yang terlihat berdasarkan peta geologi kota
gorontalo, dan dideskripsikan di loboratorium melalui analisis petrologi. Menurut
komposisi litologi dan kelurusannya batuan ini merupakan lapisan tak terlipat dan
miring lemah yang memiliki ciri – ciri aluvium dan endapan pantai terdiri dari
pasir, lumpur, dan kelikir kelurusan air umumnya sedang sampai tinggi, pelapisan
batuan ini dikarenakan oleh adanya rekahan, patahan, serta terdapatnya massa
tanah dan batuan yang dapat menyebabkan terjadinya longsoran, apalagi jika
adanya hujan yang deras pada kemiringan lapisan yang landai, rekahan, patahan,
ini akan terlihat di daerah penelitian bagian barat. Proses ini akan memperlemah
massa batuan yang berada pada lereng.sehingga dapat menimbulkan longsoran.
Sedangkan bagian selatan Kota Gorontalo yang terletak di Kecamatan
Dumbo Raya Kelurahan Leato Selatan, berupa satuan batu breksi vulkanik. Dari
delapan titik longsor yang berada di lokasi penelitian ini hanya sebagian saja tiga
titik yang terdapat satuan batu aluvial yang telah diuraikan dibagian barat Kota
Gorontalo.
43
Lereng – lereng yang terdapat pada titik longsor ini yang permukaannya
juga tertutup tanah yang bertekstur lempung pasiran merupakan hasil pelapukan
batuan breksi. Karena sifat tanah yang lempung ini bersifat plastis dalam kondisi
basah atau dapat mengembang, tapi jika dalam kondisi kering lapisan tanah ini
menjadi pecah – pecah. Sehingga ketika adanya hujan yang berkepanjangan, air
hujan akan mengalir melalui lereng – lereng curam yang ada di Kelurahan Leato
Selatan ini. Akan tetapi,air hujan yang mengalir melalui lereng - lereng curam ini
tidak dapat menyerap lebih dalam karena tertahan oleh batuan breksi. Yang
mengakibatkan air akan terakumulasi disekitar lerengyang dapat mendorong
tekstur tanah lempung yang berada diatasnya sehingga terjadi gerakan gerakan
tanah atau longsor. Penelitian ini di dukung oleh peneliti sebulumnya yaitu
Menurut Wilopo dan Agus 2005 (dalam Ahmad 2008 : 75) bahwa “ Batuan
formasi andasit dan breksi merupakan faktor pemicu terjadinya longsor karena
sifatnya yang kedap air. Sehingga batuan yang bersifat andasit dan breksi tersebut
dapat dijadikan bidang gelincir untuk terjadinya longsor. Dalam keadaan jenuh
pada musim hujan, ditambah dengan tekstur tanah lempung pasiran maka pada
daerah yang memiliki batuan induk bersifat menjadi rawan longsor”.
44
Tabel 4.6. Karakteristik Pengunaan Lahan Pada Setiap Satuan Medan
No Lokasi Longsor Tipe
Longsor
Satuan
Medan
Penggunaan
Lahan
1. Kec. Kota Barat,
Kel. Lekobalo
Longsoran
Rotasional ACAGKT
Lahan kering
sekunder
2. Kec. Kota Barat
Kel.Pila’oda’a
Longsoran
Rotasional
ACLGKT
Perkebunan
campuran
3. Kec. Kota Selatan,
Kel.Donggala
Longsoran
Rotasional
LLgSb
Semak belukar,
tegalan/lading
4. Kec.Dumbo Raya,
Kel. Talumolo
Longsoran
Rotasional CPBVSb
Semak belukar,
tegalan/lading
5. Kec. Dumbo Raya,
Kel. Leato Selatan
Longsoran
Rotasional
ACPBVSb
Perkebunan,
semak belukar
6. Kec. Dumbo Raya,
Kel. Leato Selatan
Longsoran
Rotasional
ACPBVSb
Perkebunan
campuran,hutan
lahan kering
sekunder
7. Kec. Dumbo Raya,
Kel. Leato Selatan
Longsoran
Rotasional
ACPBVSb
Perkebunan
campuran,hutan
lahan kering
sekunder
8. Kec. Dumbo Raya,
Kel. Leato Selatan
Longsoran
Rotasional
ACPBVSb
Perkebunan
campuran,
hutan lahan
kering
Sumber : Hasil analisis peta Dan data lapangan
45
Berdasarkan analisis karakteristik penggunaan lahan pada setiap satuan
medan yang disajikan pada tabel 10 dan peta penggunaan lahan Kota Gorontalo.
Dengan demikian dapat dilihat pengunaan lahan yang terdapat pada setiap titik
longsor di Kota Gorontalo yang berada dibagian barat dan selatan. Dari delapan
titik longsor yang terletak terdapat lima pengunaan lahan yaitu prkebunan, hutan
lahan kering, tegalan / ladang, dan pertambangan.
Setelah melakukan penelitian ini ternyata selain faktor alam kejadian
longsoran yang terdapat di Kota Gorantalo sebagian besar disebabkan oleh faktor
manusia yang berperan atas terjadinya gerakan tanah atau longsor. Tergangunya
lereng oleh aktifitas manusia ini akan menyebabkan perubahan kemiringan lereng
yang tadinya landai akan menjadi curam bahkan sangat curam sehingga
meningkatkan terjadinya longsoran di kota gorantalo.
Aktivitas manusia seperti membuka penambangan di pengunungan,
membuka lahan perkebunan di daratan yang tinggi serta memeiliki kemiringan
yang curam pemotongan kaki lereng untuk mengadakan pembangunan,
penebangan pepohonan, beberapa aktivitas manusia tersebut membuka daerah
yang rawan akan terjadi longsoran karena hal tersebut mempunyai pengaruh yang
besar terhadap kondisi air tanah, dan batuan yang pada akhirnya juga akan
mempengaruhi keseimbangan lereng pada daerah tersebut, sehingga tidak heran
jika daerah kota gorontalo bayak mengalami longsor yabg disebabkan oleh ulah
manusia.