Upload
hoangminh
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian
Kabupaten Pangandaran secara geografis berada pada koordinat 108º 41 -
109⁰ Bujur Timur dan 07⁰ 41- 07⁰ 50 Lintang Selatan memiliki luas wilayah
mencapai 61 km² dengan luas laut dan pantai dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Ciamis dan Kota Madya Banjarsari
Sebelah Barat : Kecamatan Parigi
Sebelah Timur : Kabupaten Cilacap
Sebelah Selatan : Samudera Hindia
Secara umum Pangandaran beriklim tropis dengan 2 musim yaitu musim
kemarau (musim timur) dan musim penghujan (musim barat) dengan curah hujan
rata-rata per tahun sekitar 1.647 mm, kelembapan udara antara 85-89% dengan
suhu 20-30⁰C. Musim timur dan musim barat secara langsung akan
mempengaruhi musim penangkapan ikan di perairan Pangandaran. Musim timur
terjadi pada bulan Mei sampai Oktober, dimana pada saat musim ini laut tidak
berombak besar dan perairan dalam keadaan tenang, sehingga operasi
penangkapan ikan di laut tidak terganggu. Musim barat terjadi pada bulan
November sampai April, dimana pada saat musim ini banyak sebagian nelayan
tidak melakukan operasi penangkapan ikan di laut karena kondisi laut dengan
ombak yang besar dan curah hujan yang relatif banyak.
31
4.2 Profil Penduduk
Pangandaran merupakan Kabupaten yang perkembangan penduduknya
sangat cepat sehingga kepadatan penduduk tidak dapat dihindari, yang tentunya
diikuti dengan kepadatan pemukiman/rumah tinggal penduduk. Penduduk
pangandaran berjumlah 9.169 jiwa dengan penduduk laki-laki berjumlah 4.617
jiwa dan penduduk perempuan yang berjumlah 4.552 jiwa. Adapun jumlah kepala
keluarga Kabupaten Pangandaran adalah 2.558 kepala keluarga.
Gambar 2. Jumlah Penduduk Pangandaran
Sumber pendapatan penduduk Kabupaten Pangandaran sebagian besar
berasal dari sektor perikanan. Sebagian besar penduduk bermatapencaharian
sebagai nelayan. Nelayan yang ada di Pangandaran adalah nelayan tradisional.
Jumlah nelayan yang ada di Kabupaten Pangandaran adalah 1.528 dan penduduk
yang lain bekerja sebagai pegawai dan pemilik hotel, pedagang, jasa pariwisata,
buruh, tani, PNS, dan TNI/POLRI. TPI pangandaran merupakan TPI yang
memiliki jumlah nelayan yang paling banyak apabila dibandingkan dengan TPI
yang lainnya, yaitu sebanyak 1.528 orang. Berikut jumlah nelayan pada setiap TPI
yang berada di Pangandaran dari tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 4.
Jumlah Penduduk Laki-Laki
50%
Jumlah Penduduk Perempuan
50%
32
Tabel 4. Jumlah Nelayan Perikanan Tangkap di Pangandaran
Tahun TPI Pangandaran
(Orang)
TPI Bagolo
(Orang)
TPI Ciawi Tali
(Orang)
TPI Majingklak
(Orang)
2012
2011
2010
2009
2008
1.528
1.510
1.580
1.680
1.710
128
130
156
112
110
207
208
220
210
200
207
209
198
204
210
Sumber : UPTD - PPI Pangandaran 2012
Berdasarkan tabel perkembangan jumlah produksi nelayan per TPI yang
tersaji pada Tabel 5, TPI Pangandaran memiliki total produksi yang produktif
dibandingkaan dengan TPI yang lainnya. Pada tahun 2012 TPI Pangandaran
menghasilkan total produksi sebesar 1.147.157,90 Kg atau setara dengan 60
Miliar.
Tabel 5. Jumlah Produksi Perikanan Tangkap di Pangandaran
Tahun TPI Pangandaran
(Kg)
TPI Bagolo
(Kg)
TPI Ciawi Tali
(Kg)
TPI Majingklak
(Kg)
2012
2010
2009
2008
1.147.157,90
27.770,8
215.718,05
500.175,40
1.791,71
45,8
324
103.050,06
3.856,05
-
-
675,26
3.368,10
-
-
917
Sumber : UPTD - PPI Pangandaran 2012
Kapasitas transaksi yang berada di TPI Kecamatan Pangandaran
berdasarkan jumlah hasil tangkapan rata-rata perhari seberat 1,147 Ton yang
merupakan jumlah terbesar pada tahun 2012 (Sumber : UPTD - PPI Pangandaran
2012).
Partisipasi pendidikan di Pangandaran dapat digambarkan bedasarkan
jumlah penduduk yang menempuh pendidikan tertentu. Data potensi desa
menunjukkan terdapat 2100 orang yang tidak tamat sekolah, 1091 orang tamat
SD/Sederajat, 191 orang tamat SMP/Sederajat, 129 orang tamat SLTA/Sederajat
dan 40 orang tamat perguruan tinggi selebihnya masih belum terdata di Kantor
33
Kecamatan Pangandaran. Data tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di
Desa Pangandaran masih tergolong rendah.
Gambar 3. Tingkat Pendidikan
4.3 Musim Penangkapan Ikan
Musim penangkapan ikan di Kabupaten Pangandaran dipengaruhi oleh 2
(dua) musim, yaitu musim puncak dan musim paceklik. Musim puncak terjadi
pada bulan-bulan tertentu yang terdapat di musim timur yang berlangsung pada
bulan Mei – Oktober, sedangkan musim paceklik terjadi pada bulan-bulan tertentu
yang terdapat di musim barat yang berlangsung pada bulan November – April
(DKP Kabupaten Ciamis, 2012).
Kondisi armada penangkapan ikan di Kabupaten Pangandaran yang
didominasi oleh perahu motor tempel sehingga kegiatan penangkapan ikan sangat
dipengaruhi oleh musim timur dan musim barat. Kegiatan penangkapan ikan
sebagian besar dilakukan pada musim timur. Pada musim barat nelayan hanya
menangkap ikan dalam jumlah yang sedikit bahkan pada waktu-waktu tertentu
tidak mendapatkan ikan sama sekali, hal ini disebabkan gelombang dan angin
yang besar sehingga nelayan mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan
penangkapan ikan, bahkan tidak sedikit nelayan yang memilih untuk tidak melaut.
59%
31%
5% 4%
1%
Tidak Tamat Sekolah SD SMP SLTA Perguruan Tinggi
34
Menurut DKP Kabupaten Ciamis (2012), nelayan di Kabupaten Pangandaran
biasa menangkap ikan di perairan Teluk Pananjung, Teluk Parigi, Karapyak,
Nusakambangan dan Cilacap. Jarak yang ditempuh nelayan dari fishing base ke
fishing ground berkisar antara 1 – 5 mil dengan waktu tempuh antara 40 – 60
menit. Nelayan menentukan daerah penangkapan ikan berdasarkan pengalaman,
kebiasaan nelayan, tanda-tanda yang terdapat di alam serta informasi dari nelayan
lainnya. Jenis ikan yang tertangkap oleh nelayan di Kabupaten Pangandaran
sangat beragam seperti udang jerbung, lobster, manyung, bawal hitam, bawal
putih, kakap merah, kakap putih, kembung, tongkol, tenggiri, layur, cucut, pari
dan lain-lain (DKP Kabupaten Ciamis, 2012).
4.4 Unit Penangkapan Ikan
4.4.1 Nelayan
Nelayan merupakan pelaku utama dalam proses penangkapan ikan, tetapi
kesejahteraan nelayan sudah mengalami kemajuan pada tingkatan kesejahteraan
salah satunya nelayan yang berada di Pangandaran. Nelayan di Pangandaran
tergolong kedalam nelayan tradisional hanya mengandalkan pengalaman saja
tanpa alat bantu dalam penentuan daerah penangkapan ikan serta penggunaan
kapal yang masih kecil dengan ukuran 1-5 GT.
4.4.2 Armada penangkapan
Armada penangkapan terdiri dari kapal alat tangkap dan ABK dengan
adanya armada penangkapan ini dapat membantu para pelaku kegiatan perikanan
dalam memperoleh hasil tangkapan yang maksimal. Statistik Perikanan
Kabupaten Ciamis tahun 2012 menunjukan bahwa tidak ada kenaikan jumlah
armada penangkapan yang signifikan terjadi di Kabupaten Pangandaran. Kenaikan
terjadi pada tahun 2007 karena adanya bantuan penambahan armada penangkapan
setelah pasca tsunami.
35
4.4.3 Alat tangkap
Alat tangkap merupakan suatu alat yang dapat membantu dalam proses
pengkapan hasil tangkapan. Alat tangkap dan pengoprasiannya yang berada di
Pangandaran masih tergolong tradisional. Berdasarkan data statistik Perikanan
Kabupaten Ciamis Tahun 2012 diperoleh kenaikan jumlah alat tangkap terjadi
pada tahun 2007 dengan jumlah alat tangkap 3460 dan pada tahun 2008 sampai
dengan 2011 cenderung tetap tidak ada penambahan jumlah alat tangkap (Statistik
Perikanan Kabupaten Ciamis tahun 2012).
4.5 Sarana dan Prasarana Penangkapan Ikan
Faktor pendukung perkembangan perikanan dan kelautan di Kabupaten
Pangandaran adalah adanya sarana dan prasarana yang lengkap dan digunakan
secara
maksimal. Salah satu faktor pendukung dalam perikanan dan kelautan di
Kabupaten Pangandaran adalah TPI Pangandaran.
4.5.1 KUD Minasari
KUD Minasari didirikan pada tanggal 2 Januari 1962 dengan nama KPL
(Koperasi Perikanan Laut). Dalam perkembangannya KUD ini mengalami tiga
kali perubahan nama, maka pada tanggal 2 November 2000 berubah nama
menjadi Koperasi Unit Desa (KUD) Minasari. Dalam pelaksanaan KUD ini
diawasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten, Nelayan, Kantor koperasi,
dan intansi yang terkait Kabupaten Ciamis. Aktivitas KUD Minasari tidak hanya
bertumpu pada aktivitas perikanan laut, tetapi juga membantu dalam hal
pelayanan nelayan seperti usaha simpan pinjam.
KUD Minasari sebagai pengelola TPI Pangandaran memiliki peranan
sebagai juru tawar, juru karcis, kasir, dan keamanan. Atas jasa tersebut KUD
Minasari mendapatkan pemasukan dari pemotongan atau retribusi sebesar 1,2%
dari setiap nelayan yang melakukan lelang.
36
Sumber : Dokumentasi Penelitian 2013
Gambar 4. Gedung KUD Minasari Pangandaran
4.5.2 TPI Pangandaran
TPI Pangandaran didirikan pada tahun 1973 oleh pemerintah Jawa Barat
melalui Dinas Perikanan, TPI ini bertujuan untuk membantu pengembangan usaha
perikanan tangkap di Pangandaran khusunya dalam pengaturan tata niaga. Dengan
adanya TPI memudahkan nelayan untuk menjualkan hasil tangkapannya.
Berdasarkan SK Pemda TK. II Kabupaten Ciamis No. 503. 3047/1993 maka
mulai tanggal 1 Oktober 1987 TPI Pangandaran dikelola oleh KUD Minasari,
yang bertindak sebagai penyelenggara pelelangan dan Dinas Kelautan dan
Perikanan sebagai penanggung jawab TPI Pangandaran. Sesuai peraturan daerah
Gubernur Jawa Barat No 15 tahun1984, pemerintah daerah melalui TPI menarik
retribusi lelang sebesar 1,2%.
PPI Pangandaran saat ini memiliki 2 gedung TPI yaitu TPI lama yang
berlokasi di cukup strategis dengan tempat pendaratan ikan dan kantor KUD serta
dekat dengan kawasan pemukiman nelayan, pengolah ikan serta pedagang. TPI
Baru berlokasi berdekatan dengan PPI Pangandaran. Nelayan biasa menyebut TPI
lama dengan nama TPI 1 dan dan TPI baru sebagai TPI 2. Peneliti melakukan
penelitian di TPI 1. Aktifitas di TPI lama baru dioperasikan kembali sekitar 1
tahun yang lalu, dimana sebelumnya TPI ini berhenti beroperasi. Saat ini TPI
beroperasi setiap hari mulai dari pagi hingga siang hari, adapun pembeli atau
37
bakul yang datang ke TPI Pangandaran berasal dari daerah Kota Banjar, daerah
Pangandaran sekitarnya. Pembeli tersebut umumnya menjual kembali ikan-ikan
untuk dijual ke pasar dan ada juga yang menjadi pengelola rumah makan.
Sumber : Dokumentasi Penelitian 2013
Gambar 5. Gedung TPI 1
4.6 Hubungan Keberadaan TPI Pangandaran Terhadap Kesejahteraan
Nelayan
Berikut dipaparkan hasil pengolahan data penelitian mengenai analisis
korelasi untuk mengetahui hubungan keberadaan TPI Pangandaran terhadap
kesejahteraan masyarakat nelayan Pangandaran. Kesejahteraan nelayan (Y)
merupakan variabel terikat yang akan dianalisis dengan keberadaan fasilitas TPI
dengan indikator sebagai berikut :
1. Keberadaan fasilitas TPI (X1).
2. Fungsi fasilitas TPI (X2).
3. Standar pelayanan yang diberikan petugas TPI dalam menjaga dan
memperhatikan masalah yang terjadi pada saat pelelangan (X3).
38
4. Standar pelayanan yang diberikan petugas TPI secara spontanitas apabila
nelayan menghadapi masalah pada saat pelelangan (X4).
5. Standar kemampuan yang dimiliki petugas TPI dalam menyelesaikan
masalah nelayan (X5).
6. Standar kemampuan petugas TPI dalam memperbaiki situasi tidak terduga
di TPI (X6).
7. Kualitas ikan yang nelayan jual (X7).
8. Nilai jual ikan yang diharapkan nelayan (X8).
9. Perkiraan nilai jual ikan yang oleh nelayan atau bakul (X9).
Analisis data korelasi antara variabel Y (Kesejahteraan) dan variabel X
(Keberadaan TPI) dianalisis mengunakan software SPSS v.20 yang dapat
mempermudah dalam menganalisis hubungan korelasi. Berikut hasil analisis data
menggunakan SPSS V.20 pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Korelasi Keberadaan TPI Terhadap Kesejahteraan Nelayan
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
Y Korelasi 0,43 0,172 0,060 0,93 0,024 0,154 0,001 0,93 0,187
signifikasi 0,019 0,042 0,043 0,05 0,036 0,019 0,049 0,05 0,028
Sumber : SPSS v.20 Diolah Kembali
Pada Tabel 6 hasil korelasi yang menunjukan nilai tertinggi yaitu korelasi
antara variabel kesejahteraan (Y) dan standar pelayanan yang diberikan petugas
TPI secara spontanitas apabila nelayan menghadapi masalah pada saat pelelangan
(X4) serta korelasi antara variabel kesejahteraan (Y) dan nilai jual ikan yang
diharapkan nelayan (X8). Hasil korelasi yang menunjukan nilai terendah yaitu
korelasi antara variabel kesejahteraan (Y) dan kualitas ikan yang nelayan jual (X7).
Korelasi antara variabel kesejahteraan (Y) dan standar pelayanan yang
diberikan petugas TPI secara spontanitas apabila nelayan menghadapi masalah
pada saat pelelangan (X4) memiliki nilai korelasi 0,93 yang dapat dikategorikan
memiliki hubungan yang sangat tinggi dan berdasarkan uji signifikan hasil
menunjukan nilai 0,019 yang berarti asosiasi kedua variabel adalah signifikan.
Pelayanan dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kinerja yang menciptakan
manfaat bagi pelanggan dengan mewujudkan perubahan yang diinginkan dalam
39
diri atau atas nama penerima. Sehingga pelayanan itu sendiri memiliki nilai
tersendiri bagi pelanggan dalam hubungannya dengan menciptakan nilai-nilai
pelanggan. UU RI No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan pada Pasal 41 ayat 1
menjelaskan “Dalam rangka pengembangan perikanan, Pemerintah membangun
dan membina pelabuhan perikanan yang berfungsi, antara lain sebagai tempat
labuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan, tempat pemasaran dan distribusi
ikan, tempat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan, tempat pengumpulan
data tangkapan, tempat pelaksanaan penyuluhan serta pengembangan masyarakat
nelayan, dan tempat untuk memperlancar kegiatan operaional kapal perikanan”.
Sehingga standar pelayanan yang diberikan petugas TPI secara spontanitas apabila
nelayan menghadapi masalah pada saat pelelangan yang merupakan salah satu
unsur dari fungsi tempat pemasaran dan distribusi ikan. Fungsi tempat pemasaran
dan distribusi bertujuan agar tujuan dari pelelangan itu sendiri tercapai yang salah
satunya yaitu sebagai sarana peningkatan kualitas kesejahteraan masyarakat
nelayan. Fauzi dan Anna dalam M. Puansalaing tahun 2012 mengatakan bahwa
“Untuk mencapai hasil yang optimal dalam pengelolaan sumberdaya perikanan,
tidak dapat lepas dari pendekatan pengelolaan sistem dinamik, karena
bagaimanapun, sumberdaya perikanan adalah sumberdaya yang dinamis.
Sumberdaya perikanan adalah aset yang dapat bertambah dan berkurang. baik
secara alamiah maupun karena intervensi manusia. Seluruh dinamika alam dan
intervensi ini mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung terhadap
kondisi sumberdaya perikanan tersebut sepanjang waktu”. Berdasarkan data
faktual di Tempat penelitian bahwa kesejahteraan dan standar pelayanan yang
diberikan petugas TPI secara spontanitas apabila nelayan menghadapi masalah
pada saat pelelangan akan saling berhubungan karena nelayan akan selalu
mendapatkan kesulitan pada saat pelelangan oleh karena itu petugas TPI harus
memiliki sifat yang tanggap terhadap semua yang terjadi di TPI karena apabila
petugas TPI memiliki sikap tangap maka pendapatan nelayan pun akan semakin
meningkat hal ini disebabkan karena nelayan dan petuagas TPI akan saling
berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung.
40
Korelasi antara variabel kesejahteraan (Y) dan kualitas ikan (X7) memiliki
nilai korelasi 0,001 yang dapat dikategorikan memiliki hubungan cukup lemah
dan berdasarkan uji signifikan hasil menunjukan nilai 0,049 yang berarti asosiasi
kedua variabel adalah signifikan. Berdasarkan data faktual yang terjadi di Tempat
penelitian bahwa kesejahteraan dan kualitas ikan akan saling berhubungan
walaupun nilai korelasi yang dihasilkan adalah 0,001 karena kesejahteraan
nelayan akan berhubungan dengan nilai jual ikan sedangkan agar didapatkan nilai
jual ikan tinggi maka kualitas barang/ikan yang dipasarkan harus memiliki
kualitas yang baik dengan kata lain kesejahteraan berhuhungan secara tidak
langsung dengan kualitas ikan yang dilelangkan. Nilai korelasi yang rendah untuk
hubungan ini diperkiraan karena kesalahan pada pengisian kuisioner oleh nelayan
atau human eror. Dalam penilaian kualitas suatu produk sangat tergantung dari
informasi yang melekat pada produk tersebut dan juga tergantung dari seberapa
besar informasi tersebut dipahami oleh setiap individu. Informasi-informasi
tersebut dapat berupa intrinsik dan ekstrinsik (Schiffman & Kanuk,2000).
Informasi intrinsik adalah informasi yang berasal dari dalam produk itu sendiri,
sebagai contoh untuk suatu produk perikanan tangkap adalah daging ikan kenyal,
mata jernih, insang berwarna merah terang, sisik tidak mudah lepas, tidak ada luka
di kulit ikan, dan bau ikan segar adalah faktor intrinsik yang dominan dalam
menilai kualitas produk perikanan tangkap. Sedangkan faktor ekstrinsik menjadi
pertimbangan dalam penilaian apabila individu belum mempunyai pengalaman
nyata tentang produk tersebut. Sehingga diperlukan parameter-parameter lainnya
yang melekat pada fisik produk perikanan tangkap. Parameter- parameter tersebut
dapat berbentuk harga, jenis dan nama produsen. Besaran harga sebagai salah satu
faktor ekstrinsik dalam persepsi konsumen dapat mencerminkan kualitas produk
itu sendiri.
Korelasi antara variabel kesejahteraan (Y) dan nilai jual ikan yang
diharapkan nelayan (X8) memiliki nilai korelasi 0,93 yang dapat dikategorikan
memiliki hubungan yang sangat tinggi dan berdasarkan uji signifikan hasil
menunjukan nilai 0,005 yang berarti asosiasi kedua variabel adalah signifikan.
Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang dibutuhkan
41
untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Seseorang selalu
menetapkan harga produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual dan
memperoleh laba yang maksimal sehingga segala bentuk dana produksi yang
dikeluarkan dapat tertutupi dengan keuntungan harga jual dan seseorang tersebut
mendapatkan kelebihan dari selisih harga jual dengan biaya produksi, selisihnya
tersebut akan meningkatkan kesejahteraan produsen dalam hal ini adalah nelayan.
Data faktual yang terjadi di Tempat penelitian bahwa kesejahteraan dan nilai jual
ikan akan saling berhubungan karena kesejahteraan nelayan akan berhubungan
dengan nilai jual ikan. Nelayan yang menjual ikan ke TPI mengharapkan nilai jual
yang sangat tinggi agar semua kebutuhan hidupnya terpenuhi oleh nelayan.
Sehingga fungsi TPI diharapkan agar berjalan dengan baik agar kesejahteraan
nelayan meningkat. Fungsi TPI yaitu : memperlancar pelaksanaan peyelenggaraan
lelang, mengusahakan stabilitas harga ikan, meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan nelayan beserta keluarganya, meningkatkan pendapatan asli daerah,
dan sebagai media komunikasi dan informasi antara nelayan dan lembaga
ekonominya.
4.7 Analisis Kesejahteraan Nelayan
Kesejehteraan nelayan dianalisis dengan menggunakan kuisioner
kesejahteraan berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak Menteri Tenaga Kerja 2005.
Secara keseluruhan hasil skor kuisioner seluruh responden dapat dilihat pada
Lampiran 5. Hasil kuisioner menunjukan bahwa :
1. Tingkat kesejahteraan sangat layak/tinggi sebanyak 2 responden.
2. Tingkat kesejahteraan layak sebanyak 96 responden.
3. Tingkat kesejahteraan tidak layak sebanyak 5 responden.
Secara persentase kesejahteraan nelayan dapat digambarkan pada diagram
pie pada gambar 4. Tingkat kesejahteraan dengan persentase tinggi terdapat pada
tingkat kesejahteraan layak yaitu sebesar 93%, tingkat kesejahteraan tinggi
memiliki persentase sebesar 2% dan tingkat kesejahteraan tidak layak memiliki
persentasi 5%.
42
Gambar 6. Kesejahteraan Nelayan
kesejahteraan nelayan Pangandaran memiliki nilai rata-rata 109,21 yang
berarti kesejahteraan nelayan Pangandaran memiliki kesejahteraan yang layak.
Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil
maupun sprituil yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman
lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan
usaha pemenuhan kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya
bagi keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia
dan Pancasila. Kesejahteraan layak adalah kesejahteraan dimana seseorang atau
sekelompok orang yang dapat memenuhi kebutuhan primer dan skunder dengan
ditambah sedikit kebutuhan tersier. Berdasarkan jumlah pendapatan nelayan
Pangandaran rata-rata bahwa nelayan Pangandaran memiliki pendapatan rata-rata
sebesar 1,6 juta rupiah, apabila dikurangi dengan jumlah pengeluaran rata-rata
sebesar 1,3 maka pendapatan rata-rata bersih sebesar 300 ribu rupiah.
Menurut tingkat pendapatan nelayan Pangandaran yang berdasarkan kepada
UMR Kabupaten ciamis bahwa nelayan Pangandaran yang peneliti wawancara
memilik pendapatan perbulan rata-rata sebesar 1,6 juta rupiah yang berarti bahwa
pendapatan nelayan Pangandaran menunjukan angka diatas UMR Kabupaten
Ciamis sebesar 854 ribu rupiah.
2%
5%
93%
Kesejahteraan Tinggi Kesejahteraan tidak Layak Kesejahteraan Layak
43
Kesejahteraan nelayan Pangandaran berdasarkan hasil rata-rata skor
kuisioner kesejahteraan bernilai 109,29 yang berarti kesejahteraan layak.
Berdasarkan hasil korelasional peneliti antar kesejahteraan dan keberadaan TPI
bahwa korelasi antara keduanya bersifat searah sehingga tingkat kesejahteraan
nelayan akan berhubungan erat dengan keberadaan TPI. Kesejahteraan nelayan
pangandaran berdasarkan korelasi peneliti akan berhubungan erat dengan faktor
lainnya selain keberadaan TPI yaitu : fungsi fasilitas TPI, standar pelayanan yang
diberikan petugas TPI dalam menjaga dan memperhatikan masalah yang terjadi
pada saat pelelangan, standar pelayanan yang diberikan petugas TPI secara
spontanitas apabila nelayan menghadapi masalah pada saat pelelangan, standar
kemampuan yang dimiliki petugas TPI dalam menyelesaikan masalah nelayan,
standar kemampuan petugas TPI dalam memperbaiki situasi tidak terduga di TPI,
kualitas ikan yang nelayan jual, nilai jual ikan yang diharapkan menurut nelayan
dan perkiraan nilai jual ikan oleh nelayan atau bakul.