21
48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pupuk Organik Cair Pupuk organik cair pada penelitian ini dihasilkan dari campuran limbah sayuran dan kotoran ayam. Proses fermentasi campuran limbah sayuran dan kotoran ayam berlangsung selama 42 hari. Fermentasi dilakukan pada kondisi tertutup atau secara anaerob. Proses anaerob adalah proses fermentasi yang tidak membutuhkan oksigen selama proses ferementasi dan dalam kondisi tertutup. 4.1.1 Karakteristik dan Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Cair Parameter karakteristik pupuk organik cair terdiri dari pH, suhu, warna, dan kandungan unsur hara. Derajat keasaman adalah merupakan parameter yang mempengaruhi proses pengomposan pupuk organik cair. Nilai pH yang fluktuatif pada proses pembuatan pupuk organik cair disebabkan karena adanya aktivitas mikroorganisme Proses penurunan nilai pH terjadi pada awal proses fermentasi dan mengalami kenaikan nilai pH. Lactobacillus sp. merupakan mikroorganisme yang terkandung dalam MG 1 yang berfungsi untuk menguraikan bahan organik menjadi asam organik dan aktivitas mikroorganisme lain yang menguraikan atau memecahkan kandungan nitrogen yang mengakibatkan nilai pH menjadi naik dan turun atau fluktuatif. Perubahan nilai pH menjadi netral disebabkan oleh reaksi asam dan basa yang terbentuk dari mikroorganisme pengurai. Nilai derajat keasaman (pH) juga mempengaruhi kandungan nitrogen yang akan dihasilkan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pupuk …media.unpad.ac.id/thesis/240110/2015/240110150084_4_3384.pdf49 Derajat keasaman yang bersifat basa akan mengakibatkan kandungan nitrogen menjadi

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

48

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair pada penelitian ini dihasilkan dari campuran limbah

sayuran dan kotoran ayam. Proses fermentasi campuran limbah sayuran dan kotoran

ayam berlangsung selama 42 hari. Fermentasi dilakukan pada kondisi tertutup atau

secara anaerob. Proses anaerob adalah proses fermentasi yang tidak membutuhkan

oksigen selama proses ferementasi dan dalam kondisi tertutup.

4.1.1 Karakteristik dan Kandungan Unsur Hara Pupuk Organik Cair

Parameter karakteristik pupuk organik cair terdiri dari pH, suhu, warna, dan

kandungan unsur hara. Derajat keasaman adalah merupakan parameter yang

mempengaruhi proses pengomposan pupuk organik cair. Nilai pH yang fluktuatif

pada proses pembuatan pupuk organik cair disebabkan karena adanya aktivitas

mikroorganisme Proses penurunan nilai pH terjadi pada awal proses fermentasi dan

mengalami kenaikan nilai pH. Lactobacillus sp. merupakan mikroorganisme yang

terkandung dalam MG1 yang berfungsi untuk menguraikan bahan organik menjadi

asam organik dan aktivitas mikroorganisme lain yang menguraikan atau

memecahkan kandungan nitrogen yang mengakibatkan nilai pH menjadi naik dan

turun atau fluktuatif. Perubahan nilai pH menjadi netral disebabkan oleh reaksi

asam dan basa yang terbentuk dari mikroorganisme pengurai. Nilai derajat

keasaman (pH) juga mempengaruhi kandungan nitrogen yang akan dihasilkan.

49

Derajat keasaman yang bersifat basa akan mengakibatkan kandungan

nitrogen menjadi menurun sedangkan derajat keasaman bersifat asam akan

meningkatkan kandungan nitrogen. Selain itu, nilai pH pada pupuk organik cair

juga mempengaruhi dan menentukan penyerapan ion-ion yang dibutuhkan oleh

tanaman. Unsur hara yang memiliki pH berkisar antara 5,5 – 7 akan lebih mudah

diserap oleh akar tanaman sedangkan apabila unsur hara bersifat asam, maka

tanaman dapat rusak.

Nilai pH pembuatan pupuk organik cair pada setiap perlakuan di awal bersifat

asam dan di akhir proses nilai pH pupuk organik cair bersifat netral. Nilai pH pada

kematangan pupuk organik cair berkisar antara 7 sampai 7,5. Nilai derajat

keasaman mencapai 5,5 dapat mengakibatkan aktivitas bakteri dapat berhenti dan

apabila nilai pH tidak sesuai maka dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Nilai

pH pada pupuk organik cair dengan penambahan pupuk organik cair dengan 50 mL

MG1 yaitu 7; pupuk organik cair dengan 100 mL MG1 yaitu 7,2; dan pupuk organik

cair dengan 200 mL MG1 yaitu 7,3.

Gambar 10. pH Proses Pengomposan (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

0

2

4

6

8

10

12

14

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41

P1 P2

Der

ajat

Kea

sam

aan

Hari

50

Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembuatan

pupuk organik cair. Suhu mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme pengurai.

Kenaikan suhu mengakibatkan pertumbuhan mikroorganisme dan enzim yang

berfungsi untuk menguraikan bahan organik. Proses pengomposan pupuk organik

cair berlangsung pada suhu optimal 40-45℃. Suhu optimal untuk mengetahui

tingkat kematangan pupuk organik cair yaitu 30℃. Pada penelitian ini, suhu setiap

perlakuan tidak melebihi standar suhu. Fluktuasi suhu pada proses pengomposan

disebabkan karena adanya proses dekomposisi bahan organik menghasilkan air

yang mengakibatkan penurunan suhu sedangkan kenaikan suhu disebabkan karena

proses pengomposan bersifat eksoterm karena proses pengomposan berada pada

proses tertutup sehingga udara di dalam meningkat. Suhu pada akhir pengomposan

masing-masing perlakuan P1, P2 dan P3 yaitu 24,1°C; 23,9 °C; dan 24,6 °C.

Gambar 11. Perubahan Suhu Pengomposan (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41

P1 P2Hari

Su

hu

(℃)

51

Tabel 5. Kandungan Unsur Hara

Perlakuan Nitrogen (%) Posfor (%) Kalium (%) Kelas

P1 0,1 0,17 0,78 Rendah

P2 0,11 0,16 0,69 Rendah

P3 0,11 0,5 0,75 Rendah

(Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

Tabel 5 menunjukkan kandungan unsur hara yang dihasilkan oleh masing-

masing perlakuan. Setiap memiliki kandungan unsur hara yang tidak tetap

tergantung dari bahan, mikroorganisme pengurai, dan lain-lain.

Tabel 6. Standar Mutu Pupuk Organik Cair

No Parameter Satuan Standar Mutu

1 C-Organik % Min 6

2

Bahan ikutan: (plastik, kaca,

kerikil) % Maks2

3

Logam Berat :

- As

- Hg

- Pb

- Cd

ppm

ppm

ppm

ppm

Maks 2,5

Maks 0,25

Maks 12,5

Maks 0,5

4 pH

5

Hara makro:

- N

- P2O5

- K2O

%

%

%

3-6

3-6

3-6

6 Mikroba Kontaminan :

- E.Coli

- Salmonella sp.

MPN/mL

MPN/mL

Maks 100

Maks 100

7

Hara mikro :

- Fe Total

- Fe tersedia

- Mn

- Cu

- Zn

- B

- Co

- Mo

ppm

ppm

ppm

ppm

ppm

ppm

ppm

ppm

90-900

5-50

250-5000

250-5000

250-5000

125-2500

5-20

02-10 (Sumber : Peraturan Menteri Pertanian No.70/Permentan/SR.140/10/2010)

52

Nitrogen merupakan fraksi bahan organik campuran senyawa kompleks

antara lain asam amino, gula amino dan protein. Nitrogen dihasilkan dari

dekomposisi bahan organik yang menghasilkan senyawa NH4+ dan NO3

-. Hasil

penelitian yang dilakukan dihasilkan kandungan nitrogen tertinggi pupuk organik

cair dihasilkan dengan penambahan 200 mL/L air konsentrasi MG1 dan 100 mL

MG1 sebesar 0,11% sedangkan terendah dihasilkan dengan penambahan 50 mL/L

MG1 sebesar 0,1%. Kandungan nitrogen yang terkandung pada setiap perlakuan

jika dibandingkan dengan kandungan fosfor dan kalium, kandungan nitrogen yang

dihasilkan lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya proses amonifikasi dan

nitrifikasi yang dapat mengurangi kandungan nitrogen sebanyak 50%. Berdasarkan

Peraturan Menteri Pertanian No 70/Permentan/SR.140/10/2011, kandungan unsur

hara nitrogen pada penelitian belum memenuhi standar mutu.

Fosfor merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan

akar, pembelahan sel, kematangan buah. Fosfor dihasilkan dari proses perombakan

senyawa karbon yang terkandung di dalam bahan organik. Fosfor dihasilkan dari

aktivitas mikroorganisme dan enzim seperti Pseudomonas, Bacillus, Echerichia.

Hasil penelitian menunjukkan kandungan fosfor tertinggi dihasilkan dengan

penambahan 20 0 mL MG1 sebanyak 0,5% dan kandungan fosfor terendah yaitu

penambahan 100 mL MG1 yaitu 0,16%. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian

No 70/Permentan/SR.140/10/2011, kandungan unsur hara fosfor yang dihasilkan

pada penelitian ini belum memenuhi standar mutu fosfor yang berkisar antara 3-

6%.

53

Kalium merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk proses

fotosintesis. Kalium (K2O) digunakan oleh mikroorganisme dalam bahan substrat

sebagai katalisator dan aktivitas mikroorganisme berpengaruh terhadap

peningkatan unsur kalium. Kalium merupakan senyawa yang dihasilkan dari

metabolisme bakteri yang menggunakan ion-io K+ pada bahan organik sebagai

keperluan metabolisme. Hasil uji laboratorium menunjukkan kandungan kalium

tertinggi dihasilkan pada pupuk organik cair dengan penambahan 50mL MG1 yaitu

0,78% sedangkan kandungan kalium terendah dihasilkan pada pupuk organik cair

dengan penambahan 100 mL MG1 sebanyak 0,69%. Berdasarkan Peraturan Menteri

Pertanian No 70/Permentan/SR.140/10/2011, kandungan unsur hara kalium yang

dihasilkan pada penelitian ini belum memenuhi standar mutu kalium yang berkisar

antara 3-6%.

Salah satu faktor yang menyebabkan nilai kandungan unsur hara pupuk

organik cair sangat kecil yaitu massa feses ayam yang digunakan lebih sedikit

dibandingkan dengan limbah sayuran. Hasil beberapa penelitian pendahulu

menunjukkan semakin banyak limbah ternak yang digunakan maka semakin baik

kualitas pupuk cair yang akan dihasilkan karena feses ternak karena kandungan

feses ternak dipengaruhi oleh bahan makanan yang dikonsumsi, umur ternak dan

alat pencernaan ternak. Selain itu, faktor yang dapat menyebabkan kandungan

unsur hara setiap perlakuan berbeda yaitu jenis limbah sayuran yang digunakan

tidak seragam.

54

4.1.2 Electrical Conductivity (EC) Nutrisi

Electrical Conductivity (EC) adalah kemampuan suatu larutan dalam

menghantarkan listrik dan pengukuran EC dilakukan untuk mengetahui konsentrasi

ion yang terkandung dalam larutan. Nilai EC dipengaruhi oleh tingkat kepekatan

dari konsentrasi kation dan anion pada larutan. Nilai EC juga menunjukkan

ketersediaan unsur hara. Nilai EC tinggi maka kandungan unsur hara juga tinggi

begitu pula sebaliknya jika nilai EC rendah maka ketersediaan unsur hara juga

sedikit. Nilai EC yang dibutuhkan tanaman pakcoy dalam pertumbuhan yaitu

berkisar antara 1,5 – 2 milisiemen.

Pada penelitian ini, nilai EC pada pukul 07:00 WIB berkisar antara 1 – 1,9

milisiemen, pada pukul 12: WIB berkisar antara 1,1 – 1,5 milisiemen dan pada

pukul 17:00 WIB berkisar antara 1,2 – 1,5 milisiemen. Nilai EC setiap perlakuan

cenderung kecil karena kandungan unsur hara pada pupuk organik cair juga sedikit.

Nilai EC yang mengakibatkan penyerapan unsur hara oleh akar tanaman menjadi

lambat dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman pakcoy.

4.1.3 Suhu Nutrisi

Suhu merupakan parameter pengukuran yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan tanaman. Suhu yang tinggi dapat mengakibatkan proses penguapan

menjadi meningkatkan sehingga dapat mengurangi kandungan usnur hara yang

terkandung dalam larutan nutrisi. Suhu yang tinggi juga dapat mengakibatkan

terhambarnya proses penyerapan unsur hara. Suhu larutan pupuk organik cair pada

pukul 07:00 WIB berkisar antara 20 – 22 °C, pada siang hari atau pukul 12:00 WIB

berkisar antara 24 – 28 °C dan sore hari atau pukul 17:00 WIB berkisar antara 22 –

55

24°C. Suhu nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman pakcoy berkisar

antara 22 – 24 °C sehingga pada pagi hari dan sore hari, suhu nutrisi pupuk organik

cair cocok untuk pertumbuhan tanaman pakcoy sedangkan siang hari, pertumbuhan

menjadi lambat.

4.1.4 Potential of Hydrogen (pH) Nutrisi

pH atau derajat keasaman adalah parameter pengukuran yang digunakan

untuk mengukur tingkat keasamaan atau kebasaan suatu larutan dan mengetahui

ketersediaan unsur hara dalam suatu larutan. Nilai pH lebih kecil dari 7

menunjukkan larutan bersifat asam, pH lebih besar dari 7 menunjukkan larutan

bersifat basa dan nilai pH sama dengan 7 menunjukkan larutan bersifat netral. Nilai

pH berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara dalan larutan dan kekurangan

atau kelebihan pH yang tidak sesuai kebutuhan tanaman dapat mengakibatkan

kerusakan pada tanaman.

Pada penelitian ini, nilai pH setiap perlakuan pemberian pupuk organik cair

cenderung memiliki nilai pH diatas 7 sehingga larutan nutrisi pupuk organik cair

bersifat basa. Nilai pH pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 5. Beberapa

penelitian terlebih dahulu menyebutkan bahwa larutan yang memiliki nilai pH

bersifat basa dapat mengakibatkan defisiensi unsur hara. Defisiensi adalah

kekurangan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Larutan bersifat basa pada

penelitian ini disebabkan pula karena kandungan unsur hara pupuk organik cair

penambahan MG1 tergolong sedikit.

56

4.2 Pengamatan Pertumbuhan Tanaman

Pengamatan tanaman pakcoy dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan

tanaman pakcoy dengan pemberian nutrisi pupuk organik cair pada sistem

hidroponik DFT. Pengamatan pertumbuhan tanaman pakcoy terdiri dari tinggi

tanaman, jumlah daun, dan panjang akar tanaman pakcoy serta berat basah tanaman

pakcoy setelah panen untuk mengetahui produktivitas tanaman pakcoy.

4.2.1 Pertumbuhan Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman adalah parameter pertumbuhan tanaman yang sering diamati

atau diukur untuk mengetahui pengaruh setiap perlakuan yang diberikan.

Pengukuran tinggi tanaman pakcoy dilakukan secara manual menggunakan alat

ukur penggaris dan pengukuran dilakukan setiap hari sampai panen. Pengukuran

tinggi tanaman dilakukan setelah bibit tanaman pakcoy dipindahkan ke instalasi

hidroponik. Tanaman pakcoy pada budidaya hidroponik dapat dipanen pada umur

25 sampai 30 hari setelah pindah tanam dan dapat tinggi tanaman pakcoy dapat

mencapai 15-30 cm.

Dari hasil perhitungan analisis ANOVA pada 7 HST, 14 HST, 21 HST, dan

HST, pemberian pupuk organik cair dengan penambahan biofertilizer MG1 tidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman

pakcoy. Pertumbuhan tanaman pakcoy yang tidak signifikan dapat disebabkan oleh

kandungan unsur hara yang terkandung dalam larutan nutrisi. Unsur hara

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Kekurangan unsur hara dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi

57

lambat, produktivitas tanaman rendah, dan dapat mengakibatkan kerusakan pada

tanaman.

Gambar 12. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pakcoy (Sumber: Hasil Pengamatan, 2019)

Gambar 12 menunjukkan grafik pertumbuhan tinggi tanaman pakcoy dari

masa awal pindah tanam sampai panen cenderung lambat. Hasil beberapa penelitian

juga menunjukkan bahwa pupuk organik cair cenderung lambat dalam memberikan

reaksi terhadap pertumbuhan tinggi tanaman.

a. Pengamatan Tinggi Tanaman 7 HST

Hasil pengamatan tinggi tanaman pakcoy pada 7 HST menunjukkan perlakuan

P3 menghasilkan rata-rata tinggi tanaman pakcoy tertinggi yaitu 11,3 cm sedangkan

rata-rata tinggi tanaman pakcoy terendah dihasilkan pada perlakuan P2 sebesar 9,12

cm.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

P1 P2 P3

Tin

ggi

Tan

aman

(cm

)

Hari

58

Tabel 7. Rata-rata Tinggi Tanaman Pakcoy 7 HST

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

P1 9,34

P2 9,12

P3 11,3 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

Hasil perhitungan ANOVA menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik

cair sebagai nutrisi tanaman pakcoy tidak memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pakcoy pada 7 HST. Hal ini dapat

disebabkan karena nilai F hitung tinggi tanaman pakcoy pada 7 HST lebih kecil

dibandingkan dengan nilai F tabel pada taraf 5%.

Tabel 8. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pakcoy 7 HST

Sumber DB JK KT Fh F0,05

Perlakuan 2 1,09 0,55

2,68 3,88 Galat 12 2,44 0,20

Total 14 3,54 0,25 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

b. Pengamatan Tinggi Tanaman 14 HST

Rata-rata tinggi tanaman pakcoy tertinggi pada 14 HST terdapat pada

perlakuan P3 sebesar 13,8 cm sedangkan rata-rata terendah yaitu perlakuan P2

sebesar 12,99 cm

Tabel 9. Rata-rata Tinggi Tanaman Pakcoy 14 HST.

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

P1 13,45

P2 12,99

P3 13,8 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

Hasil analisis sidik ragam ANOVA menunjukkan pemberian pupuk organik

cair pada 14 HST tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

59

pertumbuhan tanaman pakcoy. Berdasarkan hasil perhitungan ANOVA, nilai F

tabel tinggi tanaman pakcoy 14 HST lebih kecil dibandingkan dengan F tabel taraf

5% sehingga uji lanjutan tidak berlaku.

Tabel 10. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 14 HST

Sumber DB JK KT Fh F0,05

Perlakuan 2 1,65 0,83

0,80 3,88 Galat 12 12,40 1,03

Total 14 14,05 1,00 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

c. Pengamatan Tinggi Tanaman 21 HST

Hasil pengamatan tinggi tanaman pada 21 HST menghasilkan perlakuan P3

memberikan rata-rata tertinggi tinggi tanaman pakcoy sebesar 16,54 cm sedangkan

perlakuan P2 menghasilkan rata-rata tinggi tanaman pakcoy terendah yaitu sebesar

16,22 cm.

Tabel 11. Rata-rata Tinggi Tanaman Pakcoy 21 HST

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

P1 16,3

P2 16,22

P3 16,54 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

Berdasarkan hasil perhitungan ANOVA, nilai F hitung lebih kecil

dibandingkan dengan F tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk

organik cair tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy

21 HST.

60

Tabel 12. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Pakcoy 21 HST

Sumber DB JK KT Fh F0,05

Perlakuan 2 0,28 0,14

0,23 3,88 Galat 12 7,24 0,60

Total 14 7,52 0,54 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

d. Pengamatan 26 HST

Rata-rata tinggi tanaman pakcoy pada masa panen dalam penelitian ini berkisar

antara 18 cm sampai 19 cm. Perlakuan yang menghasilkan rata-rata tinggi tanaman

pakcoy yaitu pemberian pupuk organik cair penambahan 200 mL MG1 atau P3

sedangkan rata-rata tinggi tanaman pakcoy terendah dihasilkan pada pemberian

pupuk organik cair penambahan 100 mL MG1 atau P2.

Tabel 13. Rata-rata Tinggi Tanaman Pakcoy 26 HST

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

P1 18,72

P2 18,3

P3 19,02 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

Hasil perhitungan sidik ragam ANOVA menghasilkan nilai F hitung lebih kecil

dibandingkan dengan nilai F tabel. Hal ini menunjukkan pemberian pupuk organik

cair dengan penambahan mikroorganisme MG1 tidak berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy 26 hari setelah tanam.

Tabel 14. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman 26 HST

Sumber DB JK KT Fh F0,05

Perlakuan 2 1,31 0,65

2,13 3,88 Galat 12 3,69 0,31

Total 14 4,99 0,36 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

61

4.2.2 Pertumbuhan Jumlah Daun

Daun merupakan organ tanaman yang berfungsi sebagai tempat mensintesis

makanan untuk kebutuhan tanaman dan sebagai cadangan makanan. Daun memiliki

klorofil yang berfungsi sebagai tempat melakukan proses fotosintesis. Tanaman

pakcoy dapat menyerap unsur hara melalui akar dan daun. Pengukuran jumlah daun

dilakukan dengan menghitung jumlah daun sempurna secara manual dan

pengukuran dilakukan setiap hari.

Hasil perhitungan analisis ANOVA yang dilakukan terhadap pertumbuhan

jumlah daun pada 7 HST, 14 HST, 21 HST, dan 26 HST, pemberian pupuk organik

cair dengan penambahan MG1 tidak memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman pakcoy pada sistem hidroponik DFT.

Pertumbuhan jumlah daun yang tidak signifikan disebabkan oleh kandungan nutrisi

yang terkandung di dalam pupuk organik cair yang kecil. Kekurangan unsur

nitrogen dan fosfor dapat mempengaruhi pertumbuhan jumlah daun. Hasil uji

laboratorium pada tabel 8 menunjukkan perlakuan P2 menghasilkan unsur nitrogen

lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan lain sehingga menghasilkan jumlah

daun yang sedikit pula dibandingkan perlakuan lainnya.

62

Gambar 13. Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Pakcoy (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

a. Pengamatan Jumlah Daun 7 HST

Rata-rata jumlah daun setiap perlakuan P1, P2, dan P3 menghasilkan jumlah

daun selama 7 HST. Rata-rata jumlah daun tanaman pakcoy yang dihasilkan yaitu

empat helai. Dari data pengukuran jumlah daun, setiap perlakuan tidak berbeda

nyata dalam pertumbuhan jumlah daun tanaman pakcoy.

Tabel 15. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Pakcoy 7 HST

Perlakuan Jumlah Daun (helai)

P1 4

P2 4

P3 4 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

Hasil perhitungan analisis sidik ragam menunjukkan nilai F hitung lebih kecil

dibandingkan dengan nilai F tabel. Hasil analisis sidik ragam jumlah daun selama

7 HST dapat disimpulkan bahwa setiap perlakuan atau pemberian pupuk organik

cair dengan penambahan MG1 tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

jumlah daun tanaman pakcoy setelah 7 hari tanam.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

P1 P2 P3

Jum

lah D

aun (

hel

ai)

Hari

63

Tabel 16. Sidik Ragam ANOVA

Sumber DB JK KT Fh F0,05

Perlakuan 2 0,23 0,12

0,82 3,88 Galat 12 1,70 0,14

Total 14 1,93 0,14 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

b. Pengamatan Jumlah Daun 14 HST

Rata-rata jumlah daun terbanyak dihasilkan pada perlakuan P1 sebesar 5,1

helai sedangkan jumlah daun terendah dihasilkan pada perlakuan P2 sebesar 4,9

helai.

Tabel 17. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Pakcoy 14 HST

Perlakuan Jumlah Daun (helai)

P1 5,1

P2 4,9

P3 5 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

Hasil analisis ANOVA jumlah daun tanaman pakcoy setelah 14 hari tanam

menghasilkan nilai F hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai F tabel sehingga

dapat disimpulkan bahwa setiap perlakuan tidak memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman pakcoy.

Tabel 18. Sidik Ragam ANOVA

Sumber DB JK KT Fh F0,05

Perlakuan 2 0,06 0,03

0,35 3,88 Galat 12 1,00 0,08

Total 14 1,06 0,08 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

64

c. Pengamatan Jumlah Daun 21 HST

Rata-rata jumlah daun tanaman pakcoy terbanyak pada 21 HST dihasilkan pada

perlakuan P1 dan P2 sebesar 7 helai sedangkan rata-rata jumlah daun terendah

dihasilkan pada perlakuan P2 sebsar 6,4 helai.

Tabel 19. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Pakcoy 21 HST

Perlakuan Jumlah Daun (helai)

P1 7

P2 6,4

P3 7 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

Hasil analisis sidik ragam jumlah daun tanaman pakcoy pada 21 HST

menunjukkan nilai F hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai F tabel. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa setiap perlakuan tidak memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman pakcoy.

Tabel 20. Sidik Ragam ANOVA

Sumber DB JK KT Fh F0,05

Perlakuan 2 1,20 0,60

3,27 3,88 Galat 12 2,20 0,18

Total 14 3,40 0,24 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

d. Pengamatan Jumlah Daun 26 HST

Rata-rata jumlah daun terbanyak yang dihasilkan pada saat panen terdapat

pada perlakuan P3 sebesar 7,8 helai dan jumlah daun terendah terdapat pada

perlakuan P2 sebesar 7,3 helai.

65

Tabel 21. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Pakcoy 26 HST

Perlakuan Jumlah Daun (helai)

P1 7,5

P2 7,3

P3 7,8 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

Hasil analisis sidik ragam terhadap jumlah daun pada 26 HST menunjukkan

bahwa setiap perlakuan atau pemberian pupuk organik cair dengan penambahan

MG1 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan jumlah daun

tanaman pakcoy.

Tabel 22. Sidik Ragam ANOVA

Sumber DB JK KT Fh F0,05

Perlakuan 2 0,63 0,32

1,46 3,88 Galat 12 2,60 0,22

Total 14 3,23 0,23 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

4.2.3 Panjang Akar Tanaman Pakcoy

Akar merupakan komponen atau bagian terpenting bagi tanaman yang

berfungsi untuk menyerap unsur hara dari nutrisi, menopang tanaman agar tumbuh

tegak, melakukan fotosintesis, respirasi, dan lain-lain. Pertumbuhan yang baik pada

tanaman harus mempunyai akar dan sistem perakaran yang cukup luas supaya

penyerapan unsur hara tanaman dapat berlangsung dengan baik. Pengukuran

panjang akar dilakukan pada saat panen menggunakan alat ukur penggaris.

66

Gambar 14. Panjang Akar Tanaman Pakcoy (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

Hasil pengukuran panjang akar menghasilkan perlakuan P3 menghasilkan

panjang akar terpanjang sebesar 27,84 cm sedangkan perlakuan P2 menghasilkan

panjang akar terendah sebesar 26,17 cm.

Tabel 23. Rata-rata Panjang Akar Tanaman Pakcoy

Perlakuan Panjang Akar (cm)

P1 27,15

P2 26,17

P3 27,84 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

Berdasarkan hasil perhitungan analisis sidik ragam terhadap panjang akar

tanaman pakcoy, pemberian pupuk organik cair dengan penambahan MG1 tidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap panjang akar tanaman pakcoy.

Tabel 24. Sidik Ragam ANOVA

Sumber DB JK KT Fh F0,05

Perlakuan 2 7,04 3,52

3,16 3,88 Galat 12 13,35 1,11

Total 14 20,40 1,46 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

25

25,5

26

26,5

27

27,5

28

P1 P2 P3

Pan

jang A

kar

(cm

)

67

4.2.4 Berat Panen Tanaman Pakcoy

Pengukuran berat panen dilakukan untuk mengetahui bobot atau massa yang

dihasilkan selama masa pertumbuhan sampai panen. Pengukuran berat panen

dilakukan setelah tanaman dapat dipanen dengan menggunakan alat ukur

timbangan massa.

Gambar 15. Berat Panen Pakcoy (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

Rata-rata berat panen tanaman pakcoy terbesar yaitu pada perlakuan P3 atau

pemberian pupuk organik cair penambahan 200 mL MG1 sebanyak 26,4 gr

sedangkan terkecil dihasilkan pada perlakuan P2 atau pemberian pupuk organik cair

dengan penambahan 100 mL MG1 sebanyak 25,33 gr.

Tabel 25. Rata-rata Berat Panen Tanaman Pakcoy

Perlakuan Berat Panen (gr)

P1 25,89

P2 25,33

P3 26,4 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)

Hasil analisis ragam terhadap berat panen pakcoy menunjukkan bahwa

pemberian pupuk organik cair tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

24,5

25

25,5

26

26,5

P1 P2 P3

Ber

at P

anen

(gr)

68

berat panen tanaman pakcoy. Hal ini disebabkan karena nilai F hitung lebih kecil

dibandingkan dibandingkan dengan nilai F tabel. Nilai F hitung pada pengukuran

berat panen tanaman pakcoy yaitu 0,77 sedangkan nilai F tabel yaitu 3,88.

Tabel 26. Sidik Ragam ANOVA

Sumber DB JK KT Fh F0,05

Perlakuan 2 2,86 1,43

0,77 3,88 Galat 12 22,39 1,87

Total 14 25,25 1,80 (Sumber : Hasil Pengamatan, 2019)