18
19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut ini disampaikan hasil penelitian yang terdiri dari pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang dilakukan di luar pengamatan utama, yang bertujuan untuk melengkapi pengamatan utama. Pengamatan selintas pada penelitian ini meliputi pengamatan suhu udara minimal dan maksimal, kelembaban udara relatif (RH), pH larutan, Electical Conductivity (EC) larutan, dan warna daun, persentase tanaman hidup. 4.1.1. Suhu Udara dan Kelembaban Udara Pertumbuhan dan hasil tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu sifat genetis pada tanaman sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan tempat tumbuh tanaman. Di lingkungan tempat penanaman, iklim adalah faktor eksternal yang penting diamati, seperti suhu lingkungan dan kelembaban udara. Berikut ini adalah grafik dari suhu dan kelembaban udara tempat penelitian. Gambar 4.1 Suhu udara di tempat penelitian 0 5 10 15 20 25 30 35 40 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 Suhu ( O C) Hari Ke Max Min Rata - rata harian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - UKSW

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - UKSW

19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini disampaikan hasil penelitian yang terdiri dari pengamatan

selintas dan pengamatan utama.

4.1. Pengamatan Selintas

Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang dilakukan di luar

pengamatan utama, yang bertujuan untuk melengkapi pengamatan utama.

Pengamatan selintas pada penelitian ini meliputi pengamatan suhu udara minimal

dan maksimal, kelembaban udara relatif (RH), pH larutan, Electical Conductivity

(EC) larutan, dan warna daun, persentase tanaman hidup.

4.1.1. Suhu Udara dan Kelembaban Udara

Pertumbuhan dan hasil tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal. Faktor internal yaitu sifat genetis pada tanaman sedangkan faktor

eksternal adalah lingkungan tempat tumbuh tanaman. Di lingkungan tempat

penanaman, iklim adalah faktor eksternal yang penting diamati, seperti suhu

lingkungan dan kelembaban udara. Berikut ini adalah grafik dari suhu dan

kelembaban udara tempat penelitian.

Gambar 4.1 Suhu udara di tempat penelitian

0

5

10

15

20

25

30

35

40

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35

Suh

u (

OC

)

Hari Ke

Max

Min

Rata - rata harian

Page 2: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - UKSW

20

Gambar 4.2 Kelembaban udara di tempat penelitian

Setiap jenis tanaman mempunyai batas suhu minimum, optimum dan

maksimum yang berbeda-beda untuk setiap tingkat pertumbuhannya. Apabila

tanaman ditanam di luar daerah iklimnya, maka produktivitasnya sering kali tidak

sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena hal tersebut penting untuk

mengetahui kondisi suhu udara dan kelembaban udara di lingkungan penelitian.

Suhu udara minimum dan maksimum di tempat penelitian yaitu 15,2 oC dan 37,3

oC (gambar 4.1), sedangkan kelembaban udara yaitu rata – rata 46,0 % (data

selengkapnya disajikan pada lampiran 1. Kangkung memerlukan suhu antara 20-

30 °C dan kelembaban udara > 60% (Rahman, 2014), namun ditempat penelitian

kondisinya kurang memenuhi persyaratan suhu dan kelembaban optimal untuk

pertumbuhan kangkung. Suhu udara di sekitar tanaman dipengaruhi oleh pindah

panas konveksi, laju evaporasi, intensitas cahaya matahari, kecepatan dan arah

angin (Nurianingsih, 2011). Suhu yang relatif tinggi di tempat penelitian

mempengaruhi kelembaban udara menjadi lebih rendah, hal ini dikarenakan pada

suhu udara yang tinggi, udara mengandung uap air dalam jumlah yang sedikit

sehingga kelembaban udara menjadi rendah. Berdasarkan rekomendasi dari

Rahman (2014) kelembaban udara ditempat penelitian kurang sesuai untuk

pertumbuhan tanaman kangkung.

4.1.2. Warna Daun

Warna daun pada tanaman dapat menunjukkan status hara secara visual

terutama unsur hara nitrogen yang berkaitan dengan kandungan klorofil. Warna

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

70,0

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35

Ke

lem

bab

an (

%)

Hari ke

Rataan RH

Page 3: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - UKSW

21

daun erat kaitannya dengan kandungan klorofil, sedangkan kandungan klorofil

berkaitan dengan proses fotosintesis tanaman. Oleh karena hal tersebut penting

untuk diketahui warna daun yang dihasilkan pada masing - masing perlakuan

pemberian pupuk cair. Untuk mengamati warna daun digunakan alat yaitu Royal

Horticulture Society (RHS) Colour Chart. Menurut (Wyman,1957) RHS adalah

standar baku untuk membandingkan keakuratan warna daun dan menggambarkan

keseragaman warna daun.

Kontrol AB mix Hortigro A Multitonik Supermes

Gambar 4.3 Pengaruh komposisi hara terhadap warna daun

Data keragaman warna daun pada komposisi hara pupuk cair untuk tanaman

kangkung dengan menggunakan RHS colour chart akan ditampilkan pada tabel

4.1.

Tabel 4.1 Pengaruh komposisi hara terhadap warna daun kangkung darat

Komposisi hara

dalam pupuk RHS Colour Chart Warna daun

Air baku (kontrol) RHS N144 A

RHS N144 C

Hijau kekuningan

Hijau kekuningan

AB mix RHS 143 A Hijau tua

Hortigro A RHS 143 B

RHS 150 B

Hijau muda

Kuning tua

Multitonik RHS 143 C

RHS 150 C

Hijau muda

Kuning muda

Supermes RHS 143 B

RHS 150 C

Hijau muda

Kuning muda

Jika melihat gambar masing – masing perlakuan pada gambar 4.3. ,

perlakuan hara AB mix menghasilkan warna daun hijau tua, sedangkan perlakuan

lain berwarna hijau kekuning-kuningan dan pucat. Kandungan klorofil sangat

mempengaruhi pembentukan warna pada daun, semakin hijau warna daun maka

Page 4: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - UKSW

22

semakin tinggi kandungan klorofilnya. Kandungan klorofil pada tabel 4.6 ,

menunjukkan bahwa komposisi hara pada AB mix yang menghasilkan warna

daun hijau tua memiliki kandungan klorofil tertinggi dibandingkan perlakuan lain.

Sedangkan perlakuan yang memilki warna pucat pada daun, didapat hasil

kandungan klorofilnya yang jauh lebih rendah dari AB mix (tabel 4.6).

4.1.3. pH dan EC Pada Awal dan Akhir Pengamatan

Power of Hydrogen (pH) dan Electrical conductivity (EC) penting untuk

diperhatikan dalam budidaya hidroponik. pH hidroponik adalah derajat keasaman

atau kebasaan pada nutrisi hidroponik dan akan mempengaruhi ketersediaan unsur

hara yang diserap oleh tanaman, keberadaan unsur hara akan mempengaruhi

pertumbuhan dengan ditunjukan gejala kekurangan hara ataupun kelebihan hara.

Sama halnya dengan pH, nilai EC penting untuk diperhatikan karena EC

menunjukan kepekatan pada larutan nutrisi. Kepekatan larutan nutrisi akan

mempengaruhi metabolisme tanaman, yaitu dalam hal kecepatan fotosintesis,

aktivitas enzim dan potensi penyerapan ion-ion oleh akar. Data pengamatan nilai

pH dan EC larutan nutrisi hidroponik disajikan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Rataan nilai pH dan EC pada awal dan akhir pengamatan

Komposisi hara

dalam pupuk

Rata – rata

pH awal pH akhir EC awal

(mS/cm)

EC akhir

(mS/cm)

Air baku (kontrol) 6.87 7.26 0.27 0.23

AB mix 6.57 7.01 1.58 2.32

Hortigro A 6.56 7.58 0.95 1.51

Multitonik 6.79 7.30 0.82 1.36

Supermes 6.99 7.40 0.77 1.04

Dari hasil pengamatan terlihat bahwa pH nutrisi pada awal penelitian

hampir sama, kemudian tiga hari setelah digunakan, ph larutan nutrisi mulai

mengalami peningkatan. Menurut Sari (2016) rekomendasi pH untuk tanaman

sayuran kangkung adalah 5,5-6,5. Sedangkan rentang pH 6 – 7 sangat ideal untuk

nutrisi, karena semua nutrisi larut sempurna dalam air dan tanaman menyerap

unsur hara secara maksimal. Dari tiap perlakuan, pH yang didapat di awal

Page 5: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - UKSW

23

pemberian nutrisi termasuk rentang pH ideal dalam budidaya hidroponik yaitu pH

6 – 7. Setelah 3 hari penggunaan nutrisi, pH mengalami peningkatan. Perubahan

pH dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu proses fotosintesis, respirasi

tanaman, bakteri dan media tanam (Azzamy, 2016). Peningkatan pH tersebut

menghasilkan nilai pH yang tinggi atau basa, sehingga kurang baik untuk

budidaya pada sistem hidroponik. Pada kandungan AB mix menghasilkan pH dari

awal pemberian nutrisi hingga terjadinya peningkatan pH masih dalam kategori

yang sesuai untuk pertumbuhan kangkung dan budidaya secara hidroponik.

Konduktivitas listrik (EC) larutan hara di hidroponik dapat mewakili

jumlah total garam dalam larutan nutrisi untuk tanaman. Nilai EC dipengaruhi

oleh konsentrasi dari nutrisi yang dilarutkan, perbedaan jumlah garam – garam

dari nutrisi yang terlarut akan menyebabkan nilai EC tinggi ataupun rendah.

Kebutuhan tingkat kepekatan larutan nutrisi tanaman sayuran yaitu EC antara 1,5-

2,5 mS/cm. Dilihat dari tabel 4.2, bahwa komposisi hara AB mix memberikan

rentang nilai EC yang memenuhi untuk pertumbuhan tanaman kangkung.

Sedangkan pada perlakuan yang lain memiliki nilai EC yang termasuk rendah

yaitu ≤ 1,5 mS/cm. Pada hidroponik nilai EC yang tinggi dapat menjadi racun

pada tanaman, sedangkan EC yang rendah mengakibatkan terjadinya defisiensi

unsur hara pada tanaman. Penurunan nilai EC setelah 3 hari penggunaan nutrisi

terjadi pada perlakuan kontrol, hal ini dapat disebabkan karena akar tanaman

mengabsorbsi berbagai ion-ion hara vang terdapat didalam larutan. Dan

peningkatan nilai EC terjadi karena adanya sejumlah ion-ion tertentu di dalam

larutan dan proses evapotranspirasi (Setiawan, 2007).

Page 6: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - UKSW

24

4.1.4 Persentase Tanaman Hidup

Gambar 4.4 Persentase hidup tanaman kangkung darat

Persentase tanaman hidup pada penelitian ini adalah rerata jumlah

tanaman kangkung yang hidup hingga panen (35 hst) pada masing – masing

perlakuan. Dari gambar 4.4 diketahui bahwa komposisi hara pada AB mix

memberikan rata - rata persentase tanaman hidup yang lebih tinggi diantara

perlakuan yang lain yaitu 94%. Tingginya jumlah tanaman hidup,

mengindikasikan bahwa komposisi hara tersebut mampu menyediakan hara yang

cukup untuk tanaman kangkung tumbuh dan berkembang. Hal yang

mempengaruhi ketersediaan hara yaitu nilai pH dan nilai EC. Sedangkan

persentase tanaman hidup yang rendah diakibatkan tanaman tidak mendapat hara

yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Nilai pH dan EC yang dihasilkan

pada AB mix diduga memberikan nilai yang dapat memenuhi standar kebutuhan

pertumbuhan kangkung. Unsur hara berperan dalam menghasilkan jumlah

tanaman hidup yang lebih tinggi karena unsur hara digunakan untuk metabolisme

tanaman.

4.2. Pengamatan Utama

4.2.1. Pengaruh Komposisi Hara Dalam Pupuk Cair Terhadap Komponen

Pertumbuhan Tanaman Kangkung Darat

Pertumbuhan merupakan perubahan bentuk dikarenakan bertambahnya

jumlah sel yang diikuti dengan pembesaran ukuran sel. Komponen pertumbuhan

92% 94%84%

50%58%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

P0 P1 P2 P3 P4

Rataan

P0 = Air baku (kontrol)

P1 = Komposisi hara

AB mix

P2 = Komposisi hara

Hortigro A

P3 = Komposisi hara

Multitonik

P4 = Komposisi hara

Supermes

Page 7: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - UKSW

25

yang diamati pada tanaman kangkung meliputi tinggi tanaman, jumlah daun,

diameter batang, luas daun, berat kering dan berat segar tanaman.

Tabel 4.3 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh komposisi hara dalam pupuk

cair terhadap pertumbuhan kangkung darat

Parameter Pengamatan F Hitung

Tinggi tanaman 270,99**

Jumlah daun 142,61**

Luas daun 156,87**

Diameter batang 183,76**

Berat kering tajuk 324,32**

Berat kering akar 301,45**

Berat segar tajuk 2351,61**

Berat segar akar 996,33** Keterangan :

** = berpengaruh sangat nyata uji F taraf 1%

* = berpengaruh nyata uji F 5%

tn = tidak berpengaruh nyata

Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian berbagai

pupuk cair berpengaruh sangat nyata terhadap parameter pertumbuhan tanaman

kangkung darat, yaitu pada tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter

batang, berat kering dan berat segar tanaman.

Tabel 4.4 Pengaruh komposisi hara dalam pupuk cair terhadap pertumbuhan

tanaman kangkung darat

Komposisi

hara dalam

pupuk

Tinggi

tanaman

(cm)

Jumlah

daun

(helai)

Luas

daun

(cm2)

Diameter

batang

(mm)

Berat

kering

tajuk

(g)

Berat

kering

akar

(g)

Berat

segar

tajuk

(g)

Berat

segar

akar

(g)

Air baku

(kontrol) 9.56 b 5.0 b 2.04 b 2.24 bc 1,90 ab 0,88 b 15,41 b 14,83 b

AB mix 30.01 a 8.1 a 13.16 a 5.63 a 11,75 a 2,84 a 129,62 a 50,49 a

Hortigro A 10.34 b 2.6 c 2.81 b 2.27 b 1,38 b 0,25 c 9,54 c 7,28 c

Multitonik 5.28 c 1.2 d 1.90 b 1.75 c 0,46 c 0,16 c 3,79 d 4,71 c

Supermes 5.61 c 1.7 d 2.15 b 2.00 bc 0,66 c 0,22 c 4,45 d 5,30 c

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama menunjukan pengaruh tidak

berbeda nyata antar perlakuan.

4.2.1.1 Tinggi Tanaman

Dari uji korelasi dihasilkan bahwa nilai keeratan hubungan parameter

tinggi tanaman sangat kuat terhadap jumlah daun, luas daun, diameter batang,

berat kering dan berat segar tanaman (Lampiran 2). Semakin tinggi tanaman akan

Page 8: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - UKSW

26

menghasilkan jumlah daun yang semakin banyak, semakin luas daun dan semakin

besar diameter batang, serta menghasilkan berat kering yang semakin besar.

Tinggi tanaman kangkung juga berhubungan sangat kuat terhadap jumlah

produksi dari berat segar tanaman.

Perlakuan komposisi hara AB mix menghasilkan tinggi tanaman tertinggi

dibandingkan perlakuan lain yaitu 30,01 cm. Unsur hara berperan dalam

pembentukan sel – sel baru dan komponen utama penyusun senyawa organik

dalam tanaman yang mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman. Unsur hara

yang berperan terhadap aktifitas sel yaitu unsur nitrogen, kalsium (Ca), dan

Boron. Menurut Gardner et al. (1991) bahwa defisiensi nitrogen membatasi

pembesaran sel dan pembelahan sel. Sedangkan menurut Rosmarkam dan

Yuwono (2002) Ca berfungsi pada pembelahan sel, dan peran B dalam aktivitas

sel yaitu pembelahan sel, pemanjangan sel dan diferensiasi sel. Melihat dari

komposisi hara pada masing – masing pupuk (tabel 2.2) diketahui bahwa unsur N

tidak tersedia pada P3, hal ini diduga yang menyebabkan tanaman menghasilkan

tinggi terendah yaitu 5,21 cm. Sedangkan pada AB mix kandungan hara sebesar

9,9% N ; 11,48% Ca; dan 0,013% B diduga hara tersebut cukup untuk

metabolisme tanaman dalam membentuk tinggi tanaman. Tersedianya N dalam

jaringan tanaman dan karbohidrat yang cukup, akan meningkatkan sintesis asam

amino serta meningkatkan protein dan enzim-enzim yang berperan dalam proses

pertumbuhan, seperti peningkatan protoplasma sebagai penyusun sel, sehingga

jumlah sel meningkat. Pertumbuhan tinggi tanaman yang terhambat pada

perlakuan Hortigro dan Supermes diduga dapat terjadi karena tidak tersedianya

unsur kalsium (Ca) yang dapat diserap tanaman. Unsur Ca berperan erat dalam

pertumbuhan apikal, sehingga unsur hara tersebut dapat meningkatkan tinggi

tanaman.

4.2.1.2 Jumlah Daun

Jumlah daun berhubungan sangat kuat terhadap semua parameter

pertumbuhan yang lain diantaranya yaitu tinggi tanaman, luas daun , diameter

batang dan berat kering tanaman. Dari uji korelasi (Lampiran 2), diketahui pula

bahwa jumlah daun berhubungan sangat kuat dalam meningkatkan produksi dari

berat segar tanaman.

Page 9: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - UKSW

27

Perlakuan komposisi hara AB mix menghasilkan jumlah daun tertinggi

(8,1 helai) diantara perlakuan yang lain. Unsur hara akan memacu aktivitas

meristem daun pada awal perkembangan daun, aktivitas meristem daun

menyebabkan terjadinya perpanjangan daun. Menurut Hidayat (1995)

perpanjangan daun terjadi sebagai akibat aktivitas meristem interkalar.

Pembelahan dan pemanjangan sel didalam daun ditingkatkan oleh sintesis protein,

hal ini akan meningkatkan jumlah daun pada tanaman (Hakim, 1991). Unsur hara

yang berperan dalam sintesis protein yaitu N, P, dan Mg. Nitrogen berperan dalam

pertumbuhan jumlah daun yaitu melalui sintesis karbohidrat yang diubah menjadi

protein dan protplasma. Rosmarkam dan Yuwono (2002) mengatakan bahwa

semakin tinggi pemberian nitrogen, maka semakin cepat sintesis karbohidrat yang

diubah menjadi protein dan protoplasma. Selanjutnya, Rosmarkam dan Yuwono

(2002) mengatakan bahwa kekurangan Mg menyebabkan kadar protein turun,

subunit enzim akan mengalami disosiasi dan sintesis protein terhenti. Melihat dari

tabel komposisi hara (tabel 2.2) diketahui bahwa hortigro A memiliki komposisi

N yang tinggi (22%) namun tidak didukung dengan adanya unsur Mg, diduga hal

tersebut yang menyebabkan tanaman tidak menghasilkan maksimal dalam

menghasilkan jumlah daun. Tingginya jumlah daun pada perlakuan komposisi

hara AB mix diduga karena unsur nitrogen, fosfor dan magnesium tersedia dalam

jumlah cukup yaitu 9,9% N; 4,83% P; dan 2,83% Mg. Sehingga sintesis protein

berjalan maksimal dan akhirnya dapat memacu aktivitas sel dalam menghasilkan

daun.

4.2.1.3 Luas Daun

Dari uji korelasi diketahui bahwa luas daun berhubungan sangat kuat

terhadap parameter pertumbuhan yang lain (Lampiran 2). Luas daun berhubungan

sangat kuat terhadap parameter hasil tanaman yaitu berat segar tanaman. Semakin

luas daun maka akan meningkatkan berat segar tanaman.

Pengaruh komposisi hara (Tabel 4.4) menunjukkan luas daun pada

perlakuan AB mix tertinggi (13,16 cm2) jika dibandingkan perlakuan yang lain.

Luas daun dapat dipengaruhi oleh jumlah daun dan ukuran daun pada tanaman.

Hal ini karena daun yang terbentuk, akan semakin berkembang dan bertambah

ukuran oleh kecukupan hara yang didapat dari nutrisi. Unsur hara yang berperan

Page 10: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - UKSW

28

terhadap luas daun yaitu hara N, P, dan K. Unsur N berperan sebagai katalisator

daun dan fiksasi CO2 yang dibutuhkan tanaman untuk fotosintesis (Subandi, dkk.,

2015). Hal ini didukung dengan pernyataan Mas’ud (1993) jika suplai nitrogen

cukup, daun tanaman akan tumbuh besar dan memperluas permukaan daun. Unsur

hara P merupakan salah satu pembentuk senyawa ATP yang berfungsi untuk

sintesis protein dan kemudian digunakan untuk membentuk sel meristematik yaitu

untuk pembelahan dan pemanjangan sel. Sedangkan unsur K berperan sebagai

pengatur proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis, transportasi karbohidrat

serta berperan sebagai katalisator pada proses metabolisme tanaman. Menurut

Rosmarkam dan Yuwono (2002) kenaikan luas daun berkorelasi dengan

kemampuan fotosintesis, sehingga berkorelasi pula dengan karbohidrat (gula, pati,

dan polifruktosa), lemak dan minyak. Seperti pada penelitian ini, diketahui bahwa

daun yang terbentuk pada beberapa perlakuan menghasilkan daun yang sempit

dan kecil yaitu 1,9 cm2

dan 2,15 cm2. Hal tersebut diduga karena unsur hara yang

tersedia kurang maksimal dalam memacu pembentukan daun. Unsur hara lain

yang berperan pada fotosintesis tanaman antara lain Mg, Ca, Cu, Zn, Fe, dan Mn.

Sehingga dapat dikatakan ketersediaan unsur tersebut mampu meningkatkan

proses fotosintesis tanaman dan kemudian meningkatkan luas daun.

4.2.1.4 Diameter Batang

Hasil uji korelasi (Lampiran 2) menunjukkan bahwa pada tanaman

kangkung diameter batang berhubungan sangat kuat terhadap parameter

pertumbuhan lainnya seperti tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun , dan berat

kering tanaman. Semakin besar atau meningkat diameter batang pada tanaman

kangkung akan meningkatkan berat segar tanaman, seperti dari hasil uji korelasi

antara diameter batang dan berat segar tanaman yang menunjukkan hubungan

yang sangat kuat.

Proses translokasi unsur hara yang berjalan lancar mempengaruhi aktifitas

pembelahan dan perpanjangan sel. Laju pembelahan sel dan perpanjangan sel

serta pembentukan jaringan mempengaruhi pertumbuhan batang, daun dan akar

(Harjadi, 1991). Pertambahan diameter batang diakibatkan oleh adanya aktivitas

kambium yaitu xylem dan floem pada meristem lateral tanaman. Sel di daerah

perpanjangan sel seperti pada batang tanaman, memiliki kemampuan untuk

Page 11: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - UKSW

29

membesar dan memanjang. Kemampuan sel tersebut tentunya akan dapat berjalan

maksimal dengan adanya unsur hara yang diserap oleh tanaman, unsur hara yang

mempengaruhi perpanjangan sel antara lain unsur nitrogen, kalsium (Ca), dan

boron (B) . Dari hasil penelitian ini, pada (tabel 4.4) diketahui bahwa komposisi

hara AB mix menghasilkan nilai diameter batang tertinggi yaitu 5,63 mm.

Sedangkan perlakuan lain, 1,75 mm – 2,24 mm. Hal ini diduga terjadi karena

aktivitas pada batang, seperti translokasi unsur hara yang diserap akar ataupun

hasil fotosintat yang dihasilkan daun diangkut oleh jaringan xylem dan floem

dalam jumlah yang banyak, sehingga aktivitas kambium pada daerah lateral akan

menambah diameter batang tanaman agar translokasi unsur hara berjalan lancar.

4.2.1.5 Berat Segar dan Kering Bagian Tajuk

Hasil Uji korelasi menunjukkan bahwa berat segar bagian tajuk

berhubungan sangat kuat terhadap parameter pertumbuhan yang lainnya (lampiran

2). Semakin tinggi tanaman, semakin banyak jumlah daun, semakin luas daun,

dan semakin tinggi nilai diameter batang tanaman akan mempengaruhi nilai dari

berat segar bagian tajuk. Hasil yang sama juga terdapat pada uji korelasi berat

kering bagian tajuk terhadap parameter pertumbuhan yang lain yaitu berhubungan

sangat erat antar variabel.

Pada penelitian ini diketahui bahwa komposisi pupuk pada perlakuan

komposisi hara AB mix menghasilkan nilai berat segar tajuk tertinggi yaitu

129,62 g. Sedangkan pada perlakuan lain dengan tinggi tanaman yang kerdil,

batang yang kecil, daun yang sedikit dan sempit menyebabkan hasil berat segar

bagian tajuk tanaman menjadi rendah. Nilai berat segar bagian tajuk dipengaruhi

oleh variabel tajuk tanaman antara lain tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun,

dan diameter batang. Unsur hara akan mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman pada bagian – bagian tersebut. Unsur hara yang diberikan

akan mempengaruhi aktivitas sel pada meristem apikal, lateral dan interkalar.

Diketahui pada perlakuan AB mix memiliki berat segar tajuk tertinggi, hal ini

diduga karena unsur hara yang didapatkan tanaman mampu memacu aktivitas sel

sehingga tanaman mampu menggunakannya secara maksimal untuk pertumbuhan

bagian tajuk.

Page 12: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - UKSW

30

Pada penelitian ini, AB mix memberikan nilai tertinggi pada berat kering

tajuk yaitu 11,75 g. Tingginya nilai berat kering tanaman dikarenakan proses

fotosintesis dari suatu tanaman tersebut meningkat, sehingga hasil berat kering

tanaman tinggi pula (Kozlowsky,1991). Berat kering tanaman rendah dapat terjadi

karena respirasi tanaman lebih besar dari fotosintesis, sehingga antara sintesis

karbohidrat (fotosintesis) dan penguraian karbohidrat menghasilkan energi

(respirasi) menjadi tidak seimbang. Tidak tersedianya unsur hara mikro yang

mampu membantu dalam proses fotosintesis seperti Mg, Ca, dan Zn

mengakibatkan proses fotosintesis tersebut berjalan kurang maksimal. Diduga hal

tersebut menyebabkan berat kering tanaman rendah, seperti terlihat pada

perlakuan Hortigro A, Multitonik, dan Supermes dengan tidak tersedianya unsur

hara Mg, Ca, dan Zn pada komposisinya.

4.2.1.6 Berat Segar dan Kering Bagian Akar

Hasil Uji korelasi menunjukkan bahwa berat segar bagian akar

berhubungan sangat kuat terhadap parameter pertumbuhan yang lainnya (lampiran

2). Hasil yang sama juga terdapat pada uji korelasi berat kering bagian akar

terhadap parameter pertumbuhan yang lain yaitu menghasilkan hubungan sangat

erat antar variabel.

Peran akar dalam pertumbuhan sama pentingnya dengan tajuk tanaman

yaitu tajuk berfungsi sebagai penyedia karbohidrat melalui proses fotosintesis,

sedangkan akar berfungsi untuk menyerap hara dan air yang diperlukan dalam

proses metabolisme tanaman (Sitompul dan Guritno, 1995). Dari hasil sidik ragam

(tabel 4.4) diketahui bahwa perlakuan AB mix menghasilkan berat segar akar

tertinggi dibandingkan perlakuan yang lain yaitu 50,49 g. Pemberian N dibawah

optimal akan menyebabkan pertumbuhan akar terhambat (Yoshida, 1969) dalam

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Kekurangan Ca dan P serta kelebihan Cu juga

mempengaruhi dari pertumbuhan akar, sehingga mempengaruhi dari berat segar

bagian akar tanaman.

Berat kering akar dipengaruhi dari volume dan jumlah akar. Semakin

besar volume akar dan semakin banyak jumlah akar maka berat kering akar

semakin besar. Seperti pada penelitian ini dengan hasil berat segar akar yang

tinggi akan meningkatkan hasil dari berat kering akar, begitupun sebaliknya.

Page 13: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - UKSW

31

Perlakuan dengan berat kering akar tertinggi yaitu pada perlakuan komposisi hara

AB mix sebesar 2,84 g, sedangkan perlakuan dengan berat kering akar terendah

yaitu 0,16 g pada komposisi hara multitonik. Selain karena volume dan jumlah

akar, rendahnya berat kering akar dapat terjadi karena terganggunya respirasi

akar. Menurut Sukawati (2010) terganggunya respirasi akar dapat menyebabkan

akar tidak berkembang dengan baik, kemudian akibatnya akar kurang mampu

menyerap unsur hara yang diberikan. Unsur hara yang berperan dalam

meningkatnya berat kering akar tanaman yaitu Mg. Hal ini karena Mg mempunyai

peranan terhadap metabolisme N, makin tinggi tanaman menyerap Mg, makin

tinggi juga kadar protein dalam akar sehingga meningkatkan biomassa bagian

akar dan bagian atas tanaman.

4.2.2 Pengaruh Komposisi Hara Dalam Pupuk Cair Terhadap Komponen

Fisiologis Tanaman Kangkung Darat

Parameter fisiologis yang diamati antara lain kandungan klorofil,

kandungan karotenoid, dan jumlah stomata. Hasil sidik ragam akan disajikan pada

tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh komposisi hara dalam pupuk

cair terhadap komponen fisiologis kangkung darat

Parameter Pengamatan F Hitung

Kandungan klorofil (DMSO) 68,68**

Kandungan klorofil (SPAD) 409,22**

Kandungan karotenoid 13,67**

Jumlah Stomata 5,8**

Keterangan :

** = berpengaruh sangat nyata uji F taraf 1%

* = berpengaruh nyata uji F 5%

tn = tidak berpengaruh nyata

Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian berbagai

pupuk cair berpengaruh sangat nyata terhadap parameter fisiologis tanaman

kangkung darat, yaitu Kandungan klorofil, kandungan karotenoid, dan jumlah

stomata.

Page 14: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - UKSW

32

Tabel 4.6 Pengaruh komposisi hara dalam pupuk cair terhadap komponen

fisiologis tanaman kangkung darat

Komposisi hara

dalam pupuk

Kandungan klorofil Kandungan

Karotenoid

(mg/gram)

Jumlah

Stomata

(1µm2)

DMSO

(mg/gram) SPAD (su)

Air baku

(kontrol) 0.75 b 17.95 b 0,11 b 74.0 b

AB mix 2.31 a 39.94 a 0,33 a 98.7 a

Hortigro A 0.98 b 13.63 c 0,13 b 75.0 b

Multitonik 0.74 b 12.51 c 0,16 b 76.9 b

Supermes 0.78 b 13.41 c 0,11 b 69.3 b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata

antar perlakuan.

4.2.2.1 Kandungan Klorofil

Klorofil merupakan pigmen warna hijau yang terdapat pada tanaman dan

berfungsi untuk menyerap cahaya yang akan digunakan dalam proses fotosintesis.

Pada penelitian ini, kandungan klorofil diamati menggunakan metode

spektrofotometri yaitu dengan uji Dimetil sulfoksida (DMSO) dan klorofil meter /

Soil plant analysis development (SPAD). Pada kedua uji tersebut, perlakuan

komposisi hara AB mix memberikan hasil kandungan klorofil tertinggi (tabel 4.6)

yaitu pada uji DMSO (2,31mg/gram) dan pada uji SPAD (39,94 spad unit).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan klorofil antara lain gen,

cahaya, dan unsur N, Mg, Fe, Zn (Pratama dan Laily, 2015). Dapat dikatakan

bahwa pada AB mix unsur yang tersedia mampu diserap secara maksimal oleh

tanaman, terutama unsur nitrogen, magnesium, besi, dan seng.

Tingi rendahnya klorofil dapat dilihat secara visual yaitu dari warna daun,

tingginya kandungan klorofil ditandai dengan warna daun hijau tua (tabel 4.1.).

Menurut Pratama dan Laily (2015) klorofil yang tinggi terjadi karena sintesis

klorofil b menjadi klorofil a dalam jumlah yang besar, yang diikuti dengan

berkembangnya daun tersebut. Sintesis klorofil b terus berlanjut bersamaan

dengan perkembangan daun yang ditandai dengan berubahnya warna daun hijau

muda menjadi hijau tua. Hal ini didukung dari penelitian yang dilakukan oleh

Page 15: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - UKSW

33

Atmaja (2017) bahwa perlakuan dengan pemberian hara N menunjukkan

pertumbuhan warna daun tanaman mentimun yang lebih hijau dan segar.

4.2.2.2 Kandungan Karotenoid

Karotenoid merupakan pigmen berwarna jingga atau merah yang terdapat

di berbagai macam plastida berwarna (kromoplas) di akar, batang, daun, bunga,

dan buah berbagai tumbuhan. Karotenoid berfungsi membantu menyerap cahaya

matahari pada spektrum warna biru untuk digunakan pada proses fotosintesis.

Pengaruh komposisi hara menunjukkan bahwa kandungan karotenoid

tertinggi yaitu 0,33 mg/gram dihasilkan oleh AB mix (tabel 4.6.). Pembentukan

karotenoid dapat terjadi karena gen pada tanaman, yaitu oleh adanya gen psy-1

dan psy-2 yang akan menyandi enzim fitoen sintase. Adanya enzim tersebut akan

mengawali biosintesis karotenoid (Simkin et al., 2003). Kemudian aktivitas enzim

tersebut ditingkatkan oleh adanya intensitas cahaya. Serapan cahaya dipengaruhi

oleh daun yang dihasilkan tanaman, hal ini berarti daun yang luas pada perlakuan

AB mix mampu menyerap cahaya secara optimal untuk digunakan dalam proses

pembentukan karotenoid. Sedangkan pada perlakuan lain, daun yang dihasilkan

tidak optimal sehingga peningkatan aktivitas enzim untuk pembentukan

karotenoid tidak optimal pula. Menurut Francisco et al (2005) karotenoid

meningkat saat intensitas cahaya tinggi, dan fungsinya dapat melindungi klorofil

dari fotooksidasi. Hal ini dapat dikatakan unsur hara yang berperan dalam proses

fotosintesis dan pertambahan luas daun tanaman memiliki peranan pula pada

kandungan karotenoid.

4.2.2.3 Jumlah Stomata

Stomata terdapat hampir pada semua bagian tumbuhan, namun yang

paling banyak pada bagian bawah permukaan daun. Stomata berfungsi untuk

respirasi yaitu mengambil CO2 dan mengeluarkan O2 , sehingga berperan penting

terhadap pertumbuhan tanaman dalam hal fotosintesis.

Pada tabel 4.6 didapat bahwa perlakuan AB mix memberikan jumlah

stomata tertinggi per luas penampang (1µm2) yaitu 98,7. Menurut Dwidjoseputro

(1994) Salah satu faktor internal yang mempengaruhi jumlah stomata adalah

ukuran daun, hal ini karena stomata muncul pada saat daun mulai berkembang

Page 16: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - UKSW

34

yaitu ketika terjadi aktivitas sel pada saat pembentukan daun. Seperti yang

diungkapkan Hidayat (1995) bahwa stomata mulai berkembang menjelang

selesainya aktifitas meristematik pada epidermis dan terus berkembang selama

beberapa waktu, disaat daun memanjang dan meluas karena pembesaran sel.

Stomata muncul di akhir pengembangan daun, bahkan setelah jenis sel epidermis

lainnya seperti trikoma (Croxdale, 2001). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

AB mix dengan ukuran daun yang lebih luas memiliki jumlah stomata yang lebih

banyak pula.

4.2.3 Pengaruh Komposisi Hara Dalam Pupuk Cair Terhadap Hasil

Tanaman Kangkung Darat

Hasil tanaman kangkung pada penelitian ini adalah berat segar bagian

tajuk dan akar. Hasil sidik ragam akan disajikan pada tabel 4.7. berikut.

Tabel 4.7 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh komposisi hara dalam pupuk

cair terhadap hasil tanaman kangkung darat

Parameter Pengamatan F Hitung

Hasil tanaman (tajuk + akar) 3316,35**

Hasil tanaman (dalam 1 m2) 3316,35**

Keterangan :

** = berpengaruh sangat nyata uji F taraf 1%

* = berpengaruh nyata uji F 5%

tn = tidak berpengaruh nyata

Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian berbagai

pupuk cair berpengaruh sangat nyata terhadap parameter hasil tanaman kangkung

darat, yaitu berat segar tanaman bagian tajuk dan akar.

Tabel 4.8 Pengaruh komposisi hara dalam pupuk cair terhadap hasil tanaman

kangkung darat

Komposisi hara dalam pupuk Hasil Tanaman (g/wadah)

Tajuk + akar

Air baku (kontrol) 30,24 b

AB mix 180,11 a

Hortigro A 16,83 c

Multitonik 8,50 d

Supermes 9,75 d

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata

antar perlakuan.

Page 17: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - UKSW

35

Tabel 4.9 Pengaruh komposisi hara dalam pupuk cair terhadap hasil tanaman

kangkung darat pada luas area tanam 1 m2

Komposisi hara dalam pupuk Hasil tanaman (kg/m2)

Air baku (kontrol) 0,76 b

AB mix 4,50 a

Hortigro A 0,42 c

Multitonik 0,21 d

Supermes 0,24 d

Keterangan : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata

antar perlakuan.

Tabel 4.10 Hasil uji korelasi parameter pertumbuhan terhadap hasil tanaman

kangkung darat

Variabel Hasil Tanaman

Tinggi tanaman 0,988

Jumlah daun 0,917

Luas daun 0,991

Diameter batang 0,996

Berat kering 0,999

4.2.3.1 Hasil Tanaman Kangkung Darat

Hubungan antara parameter pertumbuhan dengan parameter hasil

menunjukkan hasil hubungan yang sangat kuat yaitu dari hasil uji korelasi (tabel

4.10). Maka dapat dikatakan bahwa parameter pertumbuhan tanaman kangkung

(tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, diameter batang, dan berat kering

tanaman) mempengaruhi hasil dari tanaman kangkung. Semakin besar nilai dari

masing – masing parameter pertumbuhan kangkung tersebut akan semakin

meningkatkan hasil tanaman kangkung.

Hasil tanaman kangkung hidroponik didapat dari organ bagian tajuk

(batang dan daun) dan akar. Dari tabel 4.8 diketahui bahwa pada AB mix

memberikan hasil tertinggi yaitu dengan rata – rata 180,11 gram. Seperti diketahui

bahwa hasil tanaman kangkung hidroponik dipengaruhi oleh berat segar bagian

tajuk dan akar. Sedangkan rendahnya hasil tanaman pada penelitian ini

dikarenakan dari banyak tanaman yang tidak tumbuh dengan baik bahkan mati,

hal tersebut mempengaruhi hasil tanaman kangkung sehingga memberikan nilai

yang rendah.

Page 18: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - UKSW

36

Pada tabel 4.9 didapat hasil tanaman kangkung yaitu pada luas area tanam

1 m2, pada penelitian ini dengan luas area tanam 1 m

2 dapat digunakan untuk 25

wadah percobaan. Berdasarkan hasil tabel 4.9 , dapat dikatakan bahwa dengan

komposisi hara AB mix mampu memberikan pertumbuhan dan perkembangan

tanaman secara maksimal sehingga memberikan hasil tertinggi yaitu 4,50 kg/m2.