Upload
ngolien
View
216
Download
2
Embed Size (px)
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD N
Salatiga 06 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga yang terdiri dari 2 kelas yaitu kelas
IIIA dan IIIB. Jumlah siswa yang menjadi sampel berjumlah 54 siswa. Adapun
data sampel penelitian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1.
Data Sampel Penelitian
SD N Salatiga 06 adalah SD yang berlokasi di Jl. Kartini No. 26 Salatiga.
Pada Tahun 2008, SD N Salatiga 06 diberi kepercayaan untuk menjadi Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional. Rata-rata jumlah siswa di setiap rombongan
belajar sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yaitu di bawah 30
siswa. Tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk
setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya. Mempunyai
sarana prasarana yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar mengajar baik intra
kurikuler maupun ekstra kurikuler. Jumlah siswa di setiap rombongan belajar rata-
rata 30 siswa. Tersedia 1 (satu) orang guru kelas untuk setiap 28 peserta didik dan
guru mata pelajaran. Sebagian besar guru telah memenuhi kualifikasi S1 atau D-
IV.
Kepala sekolah berkualifikasi akademik S2 dan telah memiliki sertifikat
pendidik. Kunjungan pengawas ke setiap SD dilakukan satu kali setiap bulan dan
setiap kunjungan sudah dilakukan selama kurang lebih 3 jam untuk melakukan
supervisi dan pembinaan. Memiliki peepustakaan yang menyediakan buku teks
Kelas Jumlah Siswa
Total Prosentase Laki - Laki Perempuan
3A 12 16 28 52%
3B 12 14 26 48%
Jumlah 24 30 54 100%
52
yang sudah disertifikasi oleh pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa
Indonesia, Matematika, IPA, IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap
peserta didik. Memiliki lebih dari 100 judul buku pengayaan dan buku referensi.
SDN Salatiga 06 ini sudah melaksanakan pembelajaran 34 minggu lebih per
tahun. Satuan pendidikan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku. Setiap guru menerapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap
mata pelajaran yang diampunya. Setiap guru mengembangkan dan menerapkan
program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta
didik.
Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik
kepada guru dua kali dalam setiap semester. setiap guru menyampaikan laporan
hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada
Kepala Sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar
peserta didik. Kepala Sekolah menyampaikan laporan hasil Ulangan Akhir
Semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta Ujian Akhir (US/UN)
kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas
Pendidikan Kota pada setiap akhir semester.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaannya penelitian ini dimulai dari mengidentifikasi masalah
di lapangan dengan wawancara non-terstruktur dengan guru-guru kelas III SD N
Salatiga 06 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Setelah menemukan masalah di
lapangan langkah selanjutnya menyusun proposal penelitian, instrumen penelitian,
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), surat ijin penelitian, sampai pada uji
coba instrumen penelitian.
Setelah itu yang dilakukan adalah mengambil data awal tentang hasil belajar
dan data amatan. Sebelum eksperimen, dilakukan pengambilan data awal untuk
mengetahui hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dalam keadaan
setara dengan menggunakan hasil pengerjaan tes homogenitas. Materi tes ini
adalah materi matematika yang sudah pernah diajarkan oleh guru pada semester II
awal yaitu pecahan. Untuk data amatan diambil dari hasil pengerjaan tes
53
kemampuan dengan materi yang sesuai dengan yang akan dieksperimenkan. Di
pertengahan treatment diberikan angket minat belajar siswa. Eksperimen
dilakukan selama 2 minggu dengan total 5 x pertemuan. Setelah proses
eksperimen selesai, dilakukan analisa statistik dari data yang telah terkumpul
untuk kemudian disusun dalam bentuk laporan penelitian.
4.3 Hasil Uji Coba Instrumen
4.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas Instrumen Lembar Observasi
Validitas instrumen lembar observasi dilakukan dengan mencocokkan hasil
penilaian lembar observasi terhadap hasil wawancara dengan siswa. Hal ini
dilakukan guna menghindari atau meminimalisir tingkat subjektifitas penilaian
yang dilakukan peneliti terhadap guru yang tengah melakukan proses perlakuan
terhadap siswa.
Wawancara dilakukan dengan 3 orang siswa di tempat terpisah. Ketiga
orang siswa memiliki jawaban mereka masing-masing sehingga didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.2.
Distribusi Hasil Observasi dan Wawancara
No Butir
Lembar
Observasi
Hasil
Observasi
Pertemuan 1
Hasil
Wawancara
3 Siswa
Pertemuan 1
Hasil
Observasi
Pertemuan
3
Hasil
Wawancara
3 Siswa
Pertemuan 3
1 0 0 1 2
2 1 2 1 3
3 0 0 1 2
4 0 0 1 3
5 0 0 1 3
6 0 0 1 3
7 1 3 1 3
8 1 3 1 3
9 1 3 1 3
10 0 0 1 3
11 1 3 1 3
12 1 3 1 3
13 1 3 1 3
54
14 0 0 1 3
15 1 3 1 3
16 0 0 1 3
17 1 3 1 3
18 0 0 1 3
19 0 0 1 3
20 0 0 1 3
21 0 0 1 3
22 0 0 0 0
23 1 3 1 3
24 0 0 1 3
25 1 1 1 2
26 1 2 1 3
27 0 0 1 3
28 1 3 1 3
29 0 0 1 3
30 0 0 0 0
Keterangan:
Hasil wawancara siswa pada tabel di atas menunjukkan jumlah siswa yag menjawab “YA”
pada item lembar observasi melalui metode wawancara.
Berdasarkan tabel 4.2. dapat dilihat bahwa hasil penilaian lembar observasi
dengan jawaban siswa telah menunjukkan kesamaan sehingga dapat dikatakan
bahwa peneliti tidak menggunakan unsur subjektifitas dalam melakukan
observasi. Hal ini dikarenakan peneliti benar-benar melakukan tugasnya sebagai
alat kontrol terlaksanakannya model pembelajaran Think Pair Share dalam
pembelajaran.
b. Uji Validitas Instrumen Tes dan Angket Minat Belajar
Instrumen tes dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) tes yaitu tes
homogenitas (diambil dari materi sebelumnya yang telah diajarkan) untuk
mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi serta mengetahui
keseimbangan prestasi siswa pada sampel penelitian. Sedangkan tes yang kedua
adalah untuk tes kemampuan yang digunakan untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa mengenai materi Bangun Datar yang digunakan sebagai materi
pada penelitian ini, sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Hasil tes kemampuan
55
ini lah yang nantinya digunakan sebagai bahan untuk analisis data hasil penelitian.
Tabel 4.3.
Distribusi Validitas Instrumen Tes dan Angket
Butir Soal
Tes
Homogenitas
Ket
Butir Soal
Tes
Kemampuan
Ket
Butir Angket
Minat
Belajar
Ket
0.300 - 0.400 1 Valid 1 Valid 2 Valid
0.401 - 0.500 1 Valid 0 Valid 0 Valid
0.501 - 0.600 3 Valid 6 Valid 1 Valid
0.601 - 0.700 3 Valid 6 Valid 5 Valid
0.701 - 0.800 2 Valid 0 Valid 2 Valid
0.801 - 0.900 0 Valid 2 Valid 11 Valid
0.901 - 1.000 0 Valid 0 Valid 0 Valid
Jumlah Item 10 15 21
Berdasarkan perhitungan validitas tes homogenitas pada tabel di atas, dapat
dilihat bahwa nilai validitas dari ketiga instrumen penelitian yaitu 2 instrumen tes
dan 1 instrumen angket minat belajar. Butir soal tes homogenitas yang digunakan
untuk pretest guna mengetahui daya tangkap awal siswa terdiri dari 10 soal
dengan nilai sign. berkisar antara 0.305 sampai 0.770 yang berarti > 0.3. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa semua item soal pada tes homogenitas
adalah valid dan tidak ada yang tidak memadai sehingga tidak ada item soal yang
dibuang. Sedangkan perhitungan validitas 15 butir soal tes kemampuan pada tabel
di atas dapat dilihat bahwa untuk 15 butir soal uji berkisar antara 0.336 sampai
0.809. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item soal pada tes adalah valid
dan tidak ada yang tidak memadai sehingga tidak ada item soal yang dibuang.
Instrumen angket terdiri dari 21 item soal yang diadopsi dari sebuah
penelitian milik Ninasari (2008) untuk meyakinkan keandalan instrumen dalam
mendapatkan data, maka butir angket dilakukan validasi ulang. Tabel hasil uji
validitas butir angket di atas dapat dilihat bahwa Corrected Item-Total
Correlation untuk setiap butir angket berkisar antara 0.350 hingga 0.898. Ini
menunjukkan bahwa seluruh Corrected Item-Total Correlation butir soal berada
di atas > 0.3. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa keseluruhan butir angket
56
valid dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data minat belajar siswa.
c. Reliabilitas Instrumen Tes dan Angket
Sedangkan untuk perhitungan indeks reliabilitas butir soal pada tes
kemampuan dengan SPSS dapat dilihat pada tebel berikut ini :
Tabel 4.4.
Distribusi Reliabilitas Instrumen Tes dan Angket
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Jumlah Item
Cronbach
Alpha Keterangan
Butir Soal Tes Homogenitas 10 0.863 Reliabilitas Baik
Butir Soal Tes Kemampuan 15 0.899 Reliabilitas Baik
Butir Angket Minat Belajar 21 0.959 Reliabilitas Baik
Hasil analisis menggunakan teknik Alpha Cronbach berdasarkan kedua
tabel di atas, didapatkan untuk soal tes homogenitas indeks reliabilitas dengan N
of Items 10 item besarnya 0.863. Sedangkan untuk soal tes kemampuan dengan N
of items 15 soal indeks reliabilitasnya 0.899. Besar nilai indeks reliabilitas kedua
jenis tes termasuk dalam kategori indeks reliabilitas sangat tinggi; maka soal tes
tersebut dapat dipercaya atau reliabel untuk mengukur tingkat hasil belajar siswa
pada mata pelajaran matematika sebelum dan setelah diadakan eksperimen.
Hasil analisis menggunakan teknik Alpha Cronbach berdasarkan kedua
tabel di atas, didapatkan untuk butir soal angket indeks reliabilitas dengan N of
Items 21 item besarnya 0.959. Besar nilai indeks reliabilitas tes lebih besar dari
0.05 dan masuk dalam kategori indeks reliabilitas sangat tinggi; maka soal angket
minat belajar tersebut dapat dipercaya atau reliabel untuk mengukur tingkat minat
siswa pada mata pelajaran Matematika.
d. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Setelah dilakukan validasi soal maka dilakukan pula uji tingkat kesukaran
butir soal. Perlunya menguji tingkat kesukaran butir soal adalah agar peneliti
dapat menggunakan soal tersebut dalam penelitian karena soal tersebut memiliki
kategori soal yang baik. Kategori soal yang baik adalah yang memiliki distribusi
tingkat kesukaran mayoritas sedang. Berdasarkan uji instrumen soal yang telah
57
disusun peneliti didapatkan hasil uji tingkat kesukaran butir soal sebagai berikut:
Tabel 4.5.
Distribusi Tingkat Kesukaran Butir Soal
NILAI ITEM SOAL HOMOGENITAS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
TK 0,76 0,55 0,44 0,86 0,65 0,53 0,63 0,61 0,74 0,68
KET M S S M S S S S M S
NILAI ITEM SOAL KEMAMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
TK 0,68 0,74 0,6
8
0,6
8
0,7
6
0,8
4
0,6
3
0,9
4
0,6
1 0,6
8 0,89
0,8
1
0,7
3
0,6
8 0,7
KET S M S S M M S M S S M M S S S
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat distribusi tingkat kesukaran butir soal
homogenitas dan butir soal tes kemampuan. Pada tabel soal homogenitas dapat
diambil kesimpulan bahwa terdapat 7 soal dengan tingkat kesukaran sedang dan 3
soal dengan tingkat kesukaran mudah. Sedangkan pada tabel tingkat kesukaran
soal kemampuan terdapat 9 soal dengan tingkat kesukaran sedang dan 6 soal
dengan tingkat kesukaran mudah. Pada kedua jenis soal tidak terdapat tingkat
kesukaran tinggi namun didominasi oleh tingkat kesukaran sedang. Ini berarti soal
tersebut sudah relatif baik.
4.3.2 Analisis Data Hasil Pretest
Analisis data pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan dan
keseimbangan antara 2 kelompok yang akan menjadi sampel penelitian. Hal ini
berguna untuk memastikan bahwa kedua kelompok bersifat homogen atau sama
sehingga tidak mengganggu pengaruh variabel – variabel penelitian.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Dalam penelitian ini uji normalitas awal
dilakukan sebelum penelitian untuk mengetahui distribusi hasil belajar kelas 3A
dan 3B. Hal ini untuk mengetahui normalitas sampel yang telah dipilih oleh
peneliti. Distribusi dikatakan normal apabila hasil output uji dengan menggunakan
SPSS mendapatkan nilai signifikasi > 0.05. Berdasarkan hasil prettest didapatkan
hasil sebagai berikut:
58
Tabel 4.6.
Uji Normalitas Kelas 3A dan 3B
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk kelas 3A tingkat
Sig. Adalah 0.60 sedangkan untuk kelas 3B adalah 0.87. Keduanya menunjukkan
nilai > 0.05 sehingga dapat dikatakan hasil belajar kedua kelas berdistribusi
normal.
b. Uji Beda Rerata
Untuk penghitungan uji beda rerata atau uji homogenitas dapat dilakukan
dengan bantuan SPSS. Uji ini menggunakan data kedua kelas (3A dan 3B).
Tabel 4.7.
Uji Beda Rerata Kelas 3A dan 3B
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.619 1 52 .435
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai signifikansi 0.435. Nilai
signifikansi = 0.435 > 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa 0H diterima atau
variansi dari kedua kelompok tersebut adalah sama. Oleh karena itu, antara kelas
3A dan 3B bersifat homogen atau dapat dikatakan variansi dari kedua kelompok
tersebut adalah sama.
Berdasarkan uji normalitas uji normalitas dan homogenitas di atas maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa antara kelas 3A dan 3B berdistribusi normal,
bersifat homogen, dan tidak ada perbedaan rata-rata prestasi awal. Maka kedua
kelas tersebut dapat dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dalam
penelitian ini dipilih kelas kontrol adalah kelas 3A dan kelas eksperimen adalah
kelas 3B SDN Salatiga 06.
Kelas3A Kelas3B
N 28 26
Normal Parametersa,,b
Mean 80.0000 81.1538
Std. Deviation 8.16497 8.16182
Kolmogorov-Smirnov Z 1.323 1.251
Asymp. Sig. (2-tailed) .060 .087
59
4.3.3 Uji Prasyarat Analisis Data Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan 2 variabel bebas dan 1 variabel terikat, yaitu
model pembelajaran dan minat belajar sebagai variabel bebas, serta hasil belajar
sebagai variabel terikat. Untuk itu, peneliti menggunakan analisis anova dengan
melakukan uji prasyarat sebelumnya.
a. Hubungan antar Variabel ( Uji Independensi )
Uji independensi ini bermakna bahwa nilai-nilai Y amatan pada X tertentu
harus saling independen. Dalam uji ini akan dilakukan pemeriksaan apakah
independensi terjadi atau tidak yaitu dengan cara melihatnya dengan
menggambarkan residu-residu dengan urutan berdasarkan urutan nilai X. Jika
terdapat suatu pola pada plot residu-residu tersebut, maka itu menandakan bahwa
independensi tidak dipenuhi. Oleh karena itu, syarat independensi sering disebut
syarat tidak adanya autokorelasi dalam residu.
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.
Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model
regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan Uji Durbin –
Watson (Uji DW).
Nilai Durbin Watson (DW) yang dihasilkan adalah 1,587. Untuk interval
penilaian dari DW digunakan pedoman :
1.65< DW < 2.35 : tidak terjadi autokorelasi (independensi)
1.21 < DW < 1.65 atau 2.35 < DW < 2.79 tidak dapat disimpulkan
DW < 1.21 atau DW > 2.79 terjadi autokorelasi.
Hasil perhitungan statistik uji autolorelasi antara variabel penelitian
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.8.
Hubungan antar Variabel Penelitian
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .215a .046 .028 8.006 2.343
60
Nilai DW = 2.343 sehingga berada dalam rentang 1.65<DW < 2.35 yang
bermakna bahwa tidak terjadi autokorelasi sehingga kedua variabel memenuhi
persyaratan independensi.
b. Uji Normalitas
Untuk pengujian normalitas itu meliputi uji normalitas untuk kelas kontrol,
kelas eksperimen, kelompok minat belajar tinggi, kelompok minat belajar sedang,
kelompok minat belajar rendah, kelompok kontrol dengan minat belajar tinggi,
kelompok kontrol dengan minat belajar sedang, kelompok kontrol dengan minat
belajar rendah, kelompok eksperimen dengan minat belajar tinggi, kelompok
eksperimen dengan minat belajar sedang, dan kelompok eksperimen dengan minat
belajar rendah.
Uji normalitas ini dapat dipersingkat dengan hanya menguji normalitas
untuk kelompok eksperimen, kelompok kontrol, kelompok minat belajar tinggi,
kelompok minat belajar sedang, dan kelompok minat belajar rendah.
a) Uji Normalitas Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol
Untuk pengujian normalitas, biasanya yang diuji normalitasnya adalah hasil
pada masing-masing kelompok. Akan tetapi, beberapa pendapat beranggapan
bahwa yang diuji normalitasnya adalah kedua variabel, yaitu variabel minat
belajar dan hasil belajarnya. Statistik deskriptif untuk kelas kontrol dan kelas
eksperimen dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.9.
Deskriptive Statistic Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Eksperimen
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
HasilBelajarKelasKontrol 28 81.3929 7.49488 73.00 100.00
HasilBelajarKelasEksperimen 26 85.8077 8.28502 73.00 100.00
Berdasarkan tabel 4.8. dapat dilihat bahwa untuk kelas kontrol, jumlah
sampelnya adalah 28 siswa dan nilai rerata yang dicapai adalah 81.3929 dengan
kriteria standar deviasinya adalah 7.49488 ; nilai maksimumnya adalah 100 dan
nilai minimumnya adalah 73. Sedangkan untuk kelas eksperimen, jumlah
sampelnya adalah 26 siswa dan nilai rerata yang dicapai adalah 85.8077 dengan
kriteria standar deviasinya adalah 8.28502; nilai maksimumnya adalah 100 dan
61
nilai minimumnya adalah 73. Uji normalitas dari kedua kelompok tersebut adalah
Tabel 4.10.
Uji Normalitas Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Eksperimen
Hasil Belajar Kelas Kontrol
Hasil
BelajarKelasEksperimen
N 28 26
Normal
Parametersa,,b
Mean 81.3929 85.8077
Std.
Deviation
7.49488 8.28502
Kolmogorov-Smirnov Z 1.006 .979
Asymp. Sig. (2-tailed) .264 .293
Berdasarkan tabel di atas dapat diperhatikan nilai signifikansi dari hasil
belajar untuk kedua kelompok diatas. Untuk kelompok eksperimen, nilai sign
adalah 0.293 dan untuk kelompok kontrol, nilai sign adalah 0.264 yang berarti
bahwa kedua nilai sign diatas lebih besar daripada 0.05. Hal ini berarti bahwa data
hasil belajar untuk kedua kelompok mengikuti distribusi normal.
b) Uji Normalitas Hasil Belajar dan Minat Belajar
Setelah dilakukan uji normalitas kedua kelas yang menyatakan bahwa kedua
kelas berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji normalitas untuk data
hasil belajar dan minat belajar. Dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.11.
Deskripsi Rerata Hasil Belajar dan Minat Belajar
N Mean
Std.
Deviation Minimum Maximum
Hasil Belajar Kelas Kontrol 28 81.3929 7.49488 73.00 100.00
Minat Belajar Kelas Kontrol 28 68.8929 7.21284 57.00 81.00
Hasil Belajar Kelas Eksperimen 26 85.8077 8.28502 73.00 100.00
Minat Belajar Kelas Eksperimen 26 73.5385 5.47161 62.00 83.00
Perhatikan tabel diatas, kita dapat melihat hasil statistik deskriptif dari data
minat belajar siswa dan hasil belajar matematika untuk kedua kelompok
(eksperimen dan kontrol). Jumlah data dari kelompok eksperimen adalah 26, nilai
rerata untuk minat belajar adalah 73.5385 dan untuk hasil belajarnya adalah
85.8077. Nilai minimum untuk minat belajar adalah 62 dan untuk prestasi belajar
62
siswa adalah 73, serta untuk data maksimum minat belajar adalah 83 dan untuk
data hasil belajar siswa adalah 100. Sedangkan untuk kelompok kontrol, jumlah
datanya adalah 28, nilai rerata untuk minat belajar adalah 68.8929 dan untuk hasil
belajarnya adalah 81.3929. Nilai minimum untuk minat belajar adalah 57 dan
untuk hasil belajar siswa adalah 73, serta untuk data maksimum minat belajar
adalah 81 dan untuk data hasil belajar siswa adalah 100.
Tabel 4.12.
Uji Normalitas Hasil Belajar dan Minat Belajar
Hasil Belajar
Kelas
Kontrol
Minat Belajar
Kelas
Kontrol
Hasil Belajar
Kelas
Eksperimen
Minat Belajar
Kelas
Eksperimen
N 28 28 26 26
Normal
Parametersa,,b
Mean 81.3929 68.8929 85.8077 73.5385
Std.
Deviation
7.49488 7.21284 8.28502 5.47161
Kolmogorov-Smirnov Z 1.006 .737 .979 .733
Asymp. Sig. (2-tailed) .264 .650 .293 .656
Berdasarkan tabel diatas maka kita dapat melihat bahwa nilai sign untuk
kelompok eksperimen pada data hasil belajar adalah 0.293 dan pada data minat
belajar adalah 0.656 Selanjutnya, untuk kelompok kontrol pada data hasil belajar
adalah 0.264 dan pada data minat belajar adalah 0.650. Keempat nilai sign ini
lebih besar daripada 0.05 dan ini bermakna bahwa keempat kelompok data diatas
mengikuti distribusi normal.
c) Uji Beda Rerata ( Uji Homogenitas )
Pengujian homogenitas ini terdiri dari: kelompok kontrol vs kelompok
eksperimen, kelompok minat belajar tinggi vs kelompok minat belajar sedang,
kelompok minat belajar tinggi vs kelompok minat belajar rendah, kelompok minat
belajar sedang vs kelompok minat belajar rendah. Untuk uji homogenitas, yang
diuji adalah data variabel terikatnya saja karena kita akan membandingkan 2
kondisi untuk data variabel terikatnya, yaitu hasil belajarnya.
1) Uji Beda Rerata kelompok kontrol vs kelompok eksperimen
Tabel di bawah ini menunjukkan, nilai sign untuk uji homogenitas antara
kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen adalah 0.432 dan nilai ini lebih
63
besar daripada 0.05. Hal ini bermakna bahwa kedua data bersifat homogen,
artinya variansi antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol adalah
sama.
Tabel 4.13.
Uji Beda Rerata Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.626 1 52 .432
2) Uji Beda Rerata Minat Belajar Tinggi dan Sedang
Berdasarkan tabel dibawah ini, nilai sign nya adalah 0.053 dan ini lebih
besar daripada 0.05. Hal ini bermakna bahwa variansi hasil belajar antara
kelompok siswa yang mempunyai minat belajar sedang dengan variansi hasil
belajar antara kelompok siswa yang mempunyai minat belajar tinggi adalah sama.
Tabel 4.14.
Uji Beda Rerata Minat Belajar Tinggi dan Sedang
3) Uji Beda Rerata Minat Belajar Tinggi dan Rendah
Tabel 4.15.
Uji Beda Rerata Minat Belajar Tinggi dan Rendah
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.312 1 17 .086
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai signnya adalah 0.086
dan nilai ini lebih besar daripada 0.05. Hal ini bermakna bahwa kedua kelompok
diatas bersifat homogen, artinya antara data hasil belajar untuk kelompok siswa
yang mempunyai minat belajar rendah dan untuk kelompok siswa yang
mempunyai minat belajar tinggi memiliki nilai variansi yang sama.
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.964 1 43 .053
64
4) Uji Beda Rerata Minat Belajar Sedang dan Rendah
Tabel 4.16.
Uji Beda Rerata Minat Belajar Sedang dan Rendah
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.033 1 42 .857
Berdasarkan tabel diatas, tampaklah nilai sign adalah 0.857. Nilai ini lebih
besar daripada 0.05 dan bermakna bahwa kedua data hasil belajar dari kedua
kelompok diatas bersifat homogen. Ini berarti bahwa variansi dari data kelompok
siswa yang mempunyai minat belajar rendah sama dengan variansi dari data
kelompok siswa yang mempunyai minat belajar sedang.
Untuk memperkuat analisa maka dilakukan uji homogenitas untuk ketiga
kategori minat belajar dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.17.
Uji Beda Rerata Minat Belajar Tinggi, Sedang, Rendah
Berdasarkan tabel diatas, kita melihat bahwa nilai sign = 0.153 > 0.05 yang
berarti bahwa ketiga kelompok data diatas bersifat homogen. Hal ini berarti
bahwa ketiga kelompok data diatas mempunyai variansi yang sama.
4.4 Analisis Data Penelitian ( Uji Hipotesis)
4.4.1. Hasil Penilaian Lembar Observasi
Dalam proses penelitian dilakukan kegiatan observasi oleh peneliti sebagai
alat kontrol pelaksanaan model pembelajaran selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
Lembar observasi telah disusun oleh peneliti dengan kisi-kisi yang dapat
dilihat pada tabel 3.3 sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang telah dibuat. Pada penelitian ini, kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti
dan untuk menghindari dan meminimalisir penilaian yang subjektif maka setelah
penelitian berlangsung peneliti melakukan wawancara dengan 3 orang siswa
dengan memberikan mereka pertanyaan sesuai dengan lembar observasi yang
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.951 2 51 .153
65
telah diisi oleh peneliti. Sehingga, hasil penilaian dari peneliti dapat
dipertanggungjawabkan dengan adanya hasil wawancara dari siswa.
Tabel 4.18.
Hasil Penilaian Lembar Observasi
No. Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
1 0 1 1
2 1 1 1
3 0 0 1
4 0 1 1
5 0 0 1
6 0 1 1
7 1 1 1
8 1 1 1
9 1 1 1
10 0 1 1
11 1 1 1
12 1 1 1
13 1 1 1
14 0 1 1
15 1 1 1
16 0 1 1
17 1 1 1
18 0 0 1
19 0 0 1
20 0 1 1
21 0 0 1
22 0 0 0
23 1 1 1
24 0 0 1
25 1 1 1
26 1 1 1
27 0 0 1
28 1 1 1
29 0 0 1
30 0 0 0
Total 13 20 28
66
Keterangan:
Pertemuan 1 : Total Skor 13, kategori Cukup
Pertemuan 2: Total Skor 20, kategori Baik
Pertemuan 3: Total Skor 28, kategori Sangat Baik
Berdasarkan hasil penilaian lembar observasi diatas dapat dilihat bahwa
pada pertemuan pertama masih banyak kegiatan dalam pembelajaran yang belum
dilaksanakan oleh guru. Tingkat pelaksaan perlakuan masuk dala kategori
“cukup”. Setelah dilakukan evaluasi dan diskusi dengan guru, pertemuan kedua
mengalami peningkatan, beberapa item yang belum dilaksanaakan pada
pertemuan 1 telah dilaksanakan pada pertemuan 2 meskipun belum sempurna.
Pada pertemuan ketiga, guru dan siswa mulai mampu beradaptasi dengan baik
sehingga sudah banyak kegiatan yang sesuai dengan RPP. Lembar penilaian
observasi masuk dalam kategori “sangat baik”.
4.4.2. Hasil Belajar Matematika Siswa
Setelah mendapat keseluruhan data penelitian, didapat hasil belajar siswa
yang dipaparkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.19.
Distribusi Hasil Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Kemampuan Awal Setelah Treatment
Tuntas % Tidak
Tuntas % Jumlah
Tuntas % Tidak
Tuntas % Jumlah
Kelas
Kontrol 21 75 7 25 28 Kelas Kontrol 28 100 - 0 28
Kelas
Eksperimen
18 69 8 31 26 Kelas
Eksperimen
26 100 - 0 26
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa kemampuan awal siswa yang
dilihat melalui data amatan, di kelas kontrol terdapat 21 siswa yang tuntas
sedangkan 7 lainnya tidak tuntas. Sedangkan untuk kelas eksperimen sebanyak 18
siswa dinyatakan memenuhi KKM (di SD N Salatiga 06 KKM = 70) dan 8 siswa
dinyatakan tidak tuntas. Hal ini berarti kemampuan dasar siswa pada mata
pelajaran matematika materi bangun datar hampir setara. Berdasarkan uji
67
homogenitas pretest kedua kelas memenuhi syarat homogenitas.
Setelah dilaksanakannya penelitian semua dinyatakan tuntas dan memenuhi
KKM. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat hasil belajar siswa pada lampiran 5.
4.4.3. Minat Belajar Matematika Siswa
Minat belajar siswa dibagi dalam 3 (tiga) kategori yakni minat belajar
tinggi, minat belajar sedang dan minat belajar rendah. Untuk menentukan rentang
nilai setiap kategori digunakan rumus sebagai berikut :
mean ± SD dengan mean = 71,12963 dan SD = 6,790799
SD: Standar Deviasi
Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan interval penggolongan minat
belajar siswa:
Tabel 4.20.
Interval Minat Belajar
Kategori Batas Bawah Batas Atas
Tinggi 77,92043 -
Sedang 64,33883037 76,92043
Rendah - 63,33883037
Berdasarkan tabel di atas didapatkan data minat belajar dari kelas kontrol
dan eksperimen sebagai berikut:
Tabel 4.21.
Distribusi Minat Belajar Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Kelas Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Frequensi % Frekuensi % Frequensi %
Kontrol 4 14 17 61 7 25 28
Eksperimen 6 23 18 69 2 8 26
Total 10 18 35 65 9 17 54
Tabel di atas menggambarkan distribusi minat belajar siswa keseluruhan
sampel berdasarkan kelas dan interval kategori minat siswa. Dapat dilihat bahwa
di kelas kontrol ada 4 siswa atau sekitar 14% yang memiliki minat belajar tinggi,
17 siswa atau 61% yang masuk dalam kategori minat belajar sedang, dan 7 siswa
atau kurang lebih 25% dari total siswa kelas kontrol yang masuk kategori minat
68
belajar rendah. Sedangkan untuk kelas eksperimen dapat dilihat bahwa ada 6
siswa atau sekitar 23% yang memiliki minat belajar tinggi, 18 siswa atau 69%
masuk dalam kategori minat belajar sedang, dan 2 siswa atau kurang lebih 17%
dari total siswa kelas eksperimen masuk kategori minat belajar rendah.
Angket minat yang disebar di tengah – tengah treatment mengambil data
minat siswa selama penelitian berlangsung. Dari data di atas, nampak bahwa kelas
eksperimen yang diberikan perlakuan Think Pair Share cenderung memiliki minat
belajar yang lebih baik daripada kelas kontrol yang melaksanakan pembelajaran
konvensional.
4.4.4. Uji Hipotesis Penelitian
Untuk menganalisis k-populasi secara serentak, kita dapat menggunakan
ANAVA (Analisis Varian) . Dalam SPSS, One Way ANOVA digunakan untuk
menganalisis perbandingan rerata untuk k-populasi yang mempunyai 1 variabel
independen atau 1 variabel bebas. Sedangkan untuk menganalisis perbedaan rerata
k-populasi untuk 1 variabel terikat dengan dua/lebih variabel bebas dengan SPSS,
penelitian ini menggunakan GLM (General Linear Model) – Univariate. Analisis
GLM – Univariate memberikan analisis regresi dan analisis varian untuk satu
variabel dependen oleh dua atau lebih faktor atau variabel. Dalam analisis ini
dimungkinkan kita dapat melakukan analisis model nilai pada sebuah variabel
dependen (skala) berbasis pada hubungan prediktor kategori dan prediktor skala.
Prediktor kategori merupakan faktor sedangkan prediktor skala merupakan
kovarian.Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan Hipotesis. H0
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara rata-rata hasil belajar kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan H1 menyatakan bahwa ada perbedaan
antara rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Dalam tabel dibawa ini, kita dapat memperoleh data jumlah siswa yang
berada dalam kelompok eksperimen (kelompok yang diberi pembelajaran Think
Pair Share) yaitu 26 siswa dan kelompok kontrol (kelompok yang diberi
pembelajaran konvensional) yaitu 28 siswa. Selain itu, kita juga mendapat
informasi jumlah siswa untuk masing-masing kategori tingkatan minat belajar
siswa. Untuk siswa yang mempunyai minat belajar rendah ada 9 siswa, untuk
69
siswa yang mempunyai minat belajar sedang ada 35 siswa dan untuk siswa yang
mempunyai minat belajar tinggi ada 10 siswa.
Tabel 4.22.
Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Variabel
Value Label N
Model
Pembelajaran
1 Pembelajaran
Konvensional
28
2 Pembelajaran Model
Think Pair Share
26
Minat Belajar 1 Minat Belajar Rendah 9
2 Minat Belajar Sedang 35
3 Minat Belajar Tinggi 10
Tabel 4.23.
Uji Beda Rerata antar Variabel Penelitian
F df1 df2 Sig.
1.624 5 48 .172
a. Design: Intercept + ModelPembelajaran + MinatBelajar + ModelPembelajaran * MinatBelajar
Dari data diatas nampak uji Levene untuk hasil belajar Matematika kelas
kontrol dan eksperimen berdasarkan tingkat minat tinggi, sedang, dan rendah.
Nilai Sig. 0.172 yang berarti >0.05 yang menunjukkan bahwa keseluruhan
variabel berdistribusi normal dan homogen.
Tabel 4.24.
Uji Signifikasi Hasil Penelitian
Source
Type III Sum
of Squares df
Mean
Square F Sig.
Partial Eta
Squared
Corrected Model 1198.752a 5 239.750 4.775 .001 .332
Intercept 212745.533 1 212745.53
3
4237.113 .000 .989
ModelPembelajaran 175.872 1 175.872 3.503 .067 .068
MinatBelajar 170.446 2 85.223 1.697 .194 .066
ModelPembelajaran
* MinatBelajar
725.993 2 362.997 7.230 .002 .231
Error 2410.081 48 50.210
Total 384129.000 54
Corrected Total 3608.833 53
a. R Squared = ,332 (Adjusted R Squared = ,263)
70
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai sign dari baris model
pembelajaran siswa yaitu sebesar 0.067 dengan nilai F = 3.503 Nilai Sig. 0.067 >
0.05 maka H0A diterima. Sedangkan nilai Sig. dari baris minat belajar siswa yaitu
sebesar 0.194 dengan nilai F = 1.697. Nilai sign 0.194 > 0.05 maka H0B diterima
dan untuk nilai Sig. dari baris model pembelajaran siswa yaitu sebesar 0.002
dengan nilai F = 7.230. Nilai sign 0.002 < 0.05 maka H0ABditolak.
Tabel 4.25.
Interaksi Model dan Minat Belajar
ModelPembelajaran * MinatBelajar
Dependent Variable:HasilBelajarMatematika
ModelPembelajaran MinatBelajar Mean Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
Pembelajaran
Konvensional
Minat Belajar Rendah 83.143 2.678 77.758 88.528
Minat Belajar Sedang 82.294 1.719 78.839 85.750
Minat Belajar Tinggi 77.250 3.543 70.126 84.374
Pembelajaran Model
Think Pair Share
Minat Belajar Rendah 77.000 5.010 66.926 87.074
Minat Belajar Sedang 84.056 1.670 80.697 87.414
Minat Belajar Tinggi 96.000 2.893 90.184 101.816
Tabel diatas menunjukkan rata-rata hasil belajar berdasarkan tingkatan
minat belajar siswa. Siswa dengan minat belajar rendah di kelas kontrol memiliki
rata-rata 83.143, sedangkan siswa dengan minat belajar rendah di kelas
eksperimen mendapat rata-rata nilai 77.250. Hal ini berarti rata-rata nilai siswa
degan minat belajar rendah di kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas
eksperimen. Sedangkan untuk hasil belajar siswa dengan minat belajar sedang dan
tinggi, berdasarkan tabel di atas, rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih
tinggi daripada kelas kontrol.
71
Gambar 4.1. Grafik Persebaran Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Tingkat Minat
Perhatikan grafik diatas, dalam grafik tersebut kita melihat nilai rerata
marginal untuk masing-masing model pembelajaran dan masing-masing tingkatan
minat belajar siswa. Dalam kurva tersebut nampak bahwa terjadi interaksi antara
model pembelajaran dengan minat belajar siswa yang akhirnya berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan kurva di atas, x menunjukkan model pembelajaran dan y
menunjukkan estimated marginal means. Garis biru menunjukkan minat belajar
rendah, hijau menunjukkan minat belajar sedang, dan kuning untuk minat belajar
tinggi.
Nampak bahwa hasil belajar kelas eksperimen dengan menggunakan model
pembelajaran Think Pair Share pada minat belajar tinggi dan minat belajar sedang
lebih tinggi daripada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran
konvensional. Namun, siswa yang memiliki minat belajar rendah pada kelas
eksperimen memiliki hasil belajar yang lebih rendah daripada siswa yang
72
memiliki minat belajar rendah di kelas kontrol.
Selain menjawab hipotesis yang telah dibuat, peneliti juga menambahkan
hasil temuan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
melaksanakan penelitian selanjutnya.
Tabel 4.26.
Hasil Deskripsi Analisis Selisih Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
N Mean Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
Rendah 7 4.71 12.271 4.638 -6.63 16.06 -14 20
Sedang 18 4.50 13.259 3.125 -2.09 11.09 -20 27
Tinggi 3 .00 .000 .000 .00 .00 0 0
Total 28 4.07 12.092 2.285 -.62 8.76 -20 27
Tabel 4.27.
Hasil Deskripsi Analisis Selisih Prettest dan Postest Kelas Eksperimen
N Mean Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
Rendah 2 3.50 4.950 3.500 -40.97 47.97 0 7
Sedang 18 11.00 6.756 1.592 7.64 14.36 0 26
Tinggi 6 7.50 2.739 1.118 4.63 10.37 6 13
Total 26 9.62 6.242 1.224 7.09 12.14 0 26
Kedua tabel di atas di dapat melalui perhitungan selisih pretest dan
posttest dari masing – masing kelas kontrol dan eksperimen. Hal ini dimaksudkan
guna mengetahui pengaruh model pembelajaran pada masing – masing kelas. Dari
data di atas dapat diketahui untuk kelas kontrol pada minat belajar rendah, selisih
hasil belajar rata-rata 4.71. Pada minat belajar sedang rata – rata selisih hasil
belajar adalah 4.50, dan pada minat belajar tinggi tidak ada perbedaan atau tidak
terdapat selisih hasil belajar.
Hal ini berbeda dengan kelas eksperimen. Di kelas eksperimen rata – rata
selisih hasil belajar kelas eksperimen dengan kelompok minat belajar rendah
adalah 3.50 minat belajar sedang 11.00, dan minat belajar tinggi mengalami rata –
rata peningkatan sebesar 7.50.
73
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
4.5.1. Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share
Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil
rata-rata nilai dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dalam tabel descriptive
statistics, kita dapat melihat bahwa nilai rerata untuk kelas eksperimen (kelompok
siswa yang diberi pembelajaran Think Pair Share) adalah 86.27 dan untuk kelas
kontrol (kelompok siswa yang diberi pembelajaran konvensional) adalah 81.79.
Perhatikan bahwa untuk nilai rerata pada pembelajaran Think Pair Share lebih
tinggi dibandingkan untuk nilai rerata pada pembelajaran konvensional. Namun
setelah dilaksanakan uji statistik, kita dapat melihat bahwa nilai F = 3.503 Nilai
sign 0.067 > 0.05 maka H0A diterima. Hal ini berarti bahwa meskipun terdapat
perbedaan rata-rata diantara kedua kelompok kelas namun jika uji analisis data
tidak menunjukkan Sig. > 0.05 berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan
atau tidak ada pengaruh yang berarti dari model pembelajaran Think Pair Share.
Hasil amatan peneliti berdasarkan lembar observasi dan catatan lapangan
(terlampir), guru yang melaksanakan penelitian ini masih belum dapat beradaptasi
dengan model pembelajaran yang baru meskipun sebelum penelitian berlangsung
sudah dilaksanakan diskusi antara peneliti dengan guru tersebut. Waktu penelitian
yang relatif singkat membuat proses adaptasi tidak berlangsung sempurna. Selain
itu, siswa juga mengalami proses adaptasi model pembelajaran. Hal ini tentu saja
berpengaruh secara psikologis. Keberadaan peneliti sebagai “pihak luar” yang
berada di dalam ruangan juga berpengaruh terhadap konsentrasi siswa.
Berdasarkan tabel distribusi hasil belajar siswa pada tabel 4.19, dapat
diketahui bahwa 100% siswa baik di kelas kontrol maupun eksperimen mendapat
nilai di atas KKM (70). Hal ini dikarenakan materi yang dipelajari telah mereka
pelajari pada waktu kelas II SD sehingga relatif mudah. Meningkatnya nilai siswa
selain dipengaruhi oleh materi yang telah dipelajari pada jenjang sebelumnya juga
dipengaruhi oleh antusiasme siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Adanya model pembelajaran baru yang dibawa oleh guru membangkitkan minat
siswa dalam mempelajari materi bangun datar.
Perbedaan yang tidak signifikan berdasarkan hasil uji dengan bantuan SPSS
74
juga mungkin disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
1. Proses pembelajaran yang tidak berlangsung dengan sempurna sejak
awal pertemuan.
2. Perlunya waktu adaptasi dari guru pelaksana dan siswa sebagai subjek
penelitian.
3. Adanya pihak ketiga (dalam hal ini observer) yang mungkin berdampak
pada kondisi psikologis siswa.
4. Lebih banyaknya jumlah soal postest yang mungkin berdampak pada
tingkat konsentrasi siswa dalam mengerjakan soal.
5. Isu gender yang mungkin berpengaruh ketika kegiatan “pair”
berlangsung.
Berbagai kondisi diluar kontrol dari peneliti ini mungkin mempengaruhi
hasil penelitian sehingga menjadi tidak signifikan. Berdasarkan pengalaman maka
untuk penelitian selanjutnya harus lebih memperhatikan kondisi siswa dan
lingkungan tempat dilaksanakannya penelitian.
5.5.2. Pengaruh Hasil Belajar Ditinjau dari Minat Belajar
Untuk H0B ditolak berarti bahwa tidak ada perbedaan efek atau pengaruh
dari minat belajar siswa terhadap hasil belajar siswa. Hal ini bermakna bahwa
untuk masing-masing tingkatan minat belajarnya, tidak ada perbedaan
pengaruhnya untuk hasil belajarnya. Dalam Tabel Descriptive Statistics untuk
baris Total, kita dapat melihat bahwa nilai rerata untuk minat belajar tinggi =
88.50; untuk minat belajar sedang = 83.20; dan untuk minat belajar rendah =
81.78. Dapat dilihat bahwa nilai rerata kelompok siswa yang mempunyai minat
belajar tinggi lebih baik dibandingkan kelompok siswa yang memiliki minat
belajar sedang maupun rendah. Begitu juga untuk kelompok siswa yang memiliki
minat belajar sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki minat
belajar rendah. Atau dapat dikatakan nilai rerata untuk kelompok siswa yang
memiliki minat belajar tinggi > nilai rerata untuk kelompok siswa yang memiliki
minat belajar sedang > nilai rerata untuk kelompok siswa yang memiliki minat
belajar rendah.
Berdasarkan data yang didapat peneliti dapat dilihat pada tabel 4.21. bahwa
75
69 % siswa di kelas eksperimen memiliki minat sedang dan 23% memiliki minat
tinggi dan hanya 8% yang berminat rendah terhadap mata pelajaran matematika.
Pengambilan angket minat yang dilaksanakan satu kali di tengah – tengah
pertemuan mengindikasikan bahwa siswa tertarik dengan model pembelajaran
yang baru bagi mereka sehingga tidak monoton.
5.5.3. Interaksi antara Model Pembelajaran dan Minat Belajar Siswa
Untuk H0AB ditolak berarti bahwa terdapat interaksi antar model
pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar siswa. Hal ini bermakna
bahwa tidak terdapat kekonsistenan pengaruh model pembelajaran dan minat
belajar siswa terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan grafik persebaran nilai
berdasarkan tingkat minat diketahui bahwa hasil belajar kelas eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran Think Pair Share pada minat belajar tinggi dan
minat belajar sedang lebih tinggi daripada kelas kontrol yang menggunakan model
pembelajaran konvensional. Namun, siswa yang memiliki minat belajar rendah
pada kelas eksperimen memiliki hasil belajar yang lebih rendah daripada siswa
yang memiliki minat belajar rendah di kelas kontrol.
Hal ini dapat berarti bahwa pembelajaran dengan model Think Pair Share
yang pada dasarnya adalah diskusi dengan teman tidak membuat siswa yang
memiliki minat rendah antusias untuk melaksanakannya. Sementara untuk minat
belajar sedang, berdasarkan tabel deskripsi selisih hasil belajar menunjukkan
kenaikan yang signifikan. Dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Think Pair
Share cocok diberikan bagi siswa dengan minat belajar rendah dan kurang cocok
diberikan bagi siswa dengan minat belajar rendah. Sehingga guru harus benar –
benar mampu memilih dan memilah serta melakukan variasi model pembelajaran
sehingga seluruh siswa dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
Penelitian ini memberikan banyak informasi mengenai kondisi siswa
sekolah dasar saat ini. Banyaknya materi yang harus mereka pelajari membuat
guru juga memfokuskan kegiatan pembelajaran pada tersampaikannya semua
materi pada siswa. Hal inilah yang menimbulkan masih banyaknya pembelajaran
konvensional yang dianggap sebagai penyampai materi paling ampuh.
Proses penelitian sudah secara maksimal diusahakan untuk dilakukan oleh
76
peneliti meskipun hasil yang dicapai belum sesuai dengan apa yang diharapkan
karena kendala waktu. Observasi yang dilakukan peneliti adalah sarana peneliti
melaksanakan tugasnya sebagai fungsi kontrol terselengaranya kegiatan penelitian
dengan maksimal. Namun sebaiknya kegiatan observasi memang dilakukan pula
oleh teman sejawat, sehingga hasil yang diperoleh lebih relevan dan tidak bersifat
subjektif.
Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan penulis dalam penelitian
ini juga dapat diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa setelah dilakukan treatment
didapati seluruh siswa atau 100% siswa dari kelas eksperimen mendapat nilai
diatas 70.
2. Berdasarkan tabel 4.21 dapat dilihat bahwa minat belajar siswa kelas
eksperimen sebesar 92% berada pada kategori sedang dan tinggi. Hal ini
memberi arti bahwa indikator kinerja terpenuhi
3. Berdasarkan hasil uji analsis diketahui bahwa nilai Sig. untuk Model
Pembelajaran*Minat Belajar adalah 0,002 dengan nilai F = 7.230. Nilai sign
0,002 < 0,05 maka H0ABditolak. Ini berarti terdapat interaksi yang cukup
signifikan antara model pembelajaran dengan minat belajar terhadap hasil
belajar Matematika siswa.
Karena ketiga indikator kinerja terpenuhi maka dapat dikatakan bahwa
penelitian yang dilakukan oleh peneliti berhasil. Keberhasilan penelitian tidak
didasarkan pada terjawabnya semua hipotesis. Namun terpenuhinya indikator
kinerja yang telah ditetapkan. Penelitian ini telah membuka wawasan baru bagi
dunia pendidikan bahwa model pembelajaran Think Pair Share tentunya dapat
dijadikan salah satu cara untuk menyampaikan materi pembelajaran sebagai salah
satu variasi model pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak bosan
dengan hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Dalam penelitian ini dapat
dilihat bahwa kegiatan yang berbeda menimbulkan antusiasme yang lebih bagi
sebagian besar siswa yang menimbulkan meningkatnya hasil belajar siswa.
Karena tidak semua siswa cocok dengan model pembelajaran ini maka diperlukan
kreatifitas guru untuk menciptakan model pembelajaran lain yang lebih variatif.