78
181 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Deskripsi Tempat Penelitian Penelitian Evaluasi Program Pelatihan IHT Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru ini dilakukan di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga yang terletak di Jalan Suropati 14 togaten Salatiga. Sekolah dasar ini merupakan sekolah swasta yang berada di bawah naungan yayasan Muhammadiyah dan telah memiliki SK pendirian sekolah 028/II.O/N/2007 dan SK izin operasional 163/421.3/DIKDAS/II/2009. SD yang dahulu bernama HIS Muhammadiyah dan sempat berubah nama menjadi sekolah rakyat ini berdiri sejak tahun 1932. Pada masa itu, walaupun mengusung nama sekolah Islam, namun sekolah ini mempunyai murid dengan berbagai latar belakang agama, khususnya Islam dan Kristen. Pada tahun 1970-an sekolah ini kembali berubah nama menjadi SD Muhammadiyah. Akan tetapi SD Muhammadiyah kalah bersaing dengan SD Inpres yang sedang dikembangkan pemerintah. Hal ini menyebabkan berkurangnya animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SD Muhammadiyah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

181

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Umum Tempat Penelitian

4.1.1. Deskripsi Tempat Penelitian

Penelitian Evaluasi Program Pelatihan IHT

Dalam Meningkatkan Kompetensi Guru ini

dilakukan di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga

yang terletak di Jalan Suropati 14 togaten Salatiga.

Sekolah dasar ini merupakan sekolah swasta yang

berada di bawah naungan yayasan Muhammadiyah

dan telah memiliki SK pendirian sekolah

028/II.O/N/2007 dan SK izin operasional

163/421.3/DIKDAS/II/2009.

SD yang dahulu bernama HIS

Muhammadiyah dan sempat berubah nama

menjadi sekolah rakyat ini berdiri sejak tahun

1932. Pada masa itu, walaupun mengusung nama

sekolah Islam, namun sekolah ini mempunyai

murid dengan berbagai latar belakang agama,

khususnya Islam dan Kristen. Pada tahun 1970-an

sekolah ini kembali berubah nama menjadi SD

Muhammadiyah. Akan tetapi SD Muhammadiyah

kalah bersaing dengan SD Inpres yang sedang

dikembangkan pemerintah. Hal ini menyebabkan

berkurangnya animo masyarakat untuk

menyekolahkan anaknya di SD Muhammadiyah

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

182

dan membuat SD ini hampir ditutup. Untuk

menyikapi kondisi ini, pada tahun 2002 para tokoh

Muhammadiyah mengadakan rapat yang hasilnya

diputuskan bahwa sekolah akan dikembangkan

menjadi sekolah unggulan dan namanya diubah

menjadi SD Muhammadiyah (Plus).

Perubahan nama sekolah juga berimbas pada

perubahan strategi untuk mewujudkan cita-cita

sebagai sekolah unggulan. Dalam rangka

mewujudkan cita-cita tersebut maka sekolah

bersama yayasan mencanangkan beberapa strategi

yang memerlukan kerjasama dan kesiapan SDM-

nya. Salah satunya adalah diadakannya program

IHT agar SDM sekolah mempunyai kesiapan, sikap

dan keterampilan dalam mencapai cita-cita

sekolah. Selain itu, merujuk pada Standar Nasional

Pendidikan pada penerapan KTSP, diperlukan

analisis konteks agar sekolah senantiasa berbenah.

Adapun analisis konteks yang dilakukan SD

Muhammadiyah (Plus) tersebut dirangkai dalam

kegiatan IHT (In House Training). IHT sendiri

merupakan kegiatan terprogram setiap tahun yang

secara intensif sudah berjalan selama 7 (tujuh)

tahun.

Pada saat ini SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga telah berkembang pesat dan telah memiliki

44 orang guru yang aktif mengajar. Berdasarkan

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

183

hasil studi dokumen diketahui bahwa seluruh guru

telah menempuh pendidikan S1, bahkan ada

beberapa diantaranya, yaitu sebanyak 11% guru

telah menempuh pendidikan S2. Berdasarkan

wawancara yang dilakukan dengan Wakil Kepala

SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga diketahui

bahwa sebagian guru yang telah memiliki gelar

sarjana saat ini tengah menempuh pendidikan

lanjut ke jenjang yang lebih tinggi.

4.1.2. Visi, Misi dan Tujuan SD Muhammadiyah

(Plus) Salatiga

Berdasarkan data lapangan yang diperoleh,

maka diketahui bahwa visi SD Muhammadiyah

(Plus) Salatiga adalah “Pusat keunggulan di bidang

IMTAQ dan IPTEK yang berkarakter kebangsaan

dan peduli lingkungan (The centre of “faith and

devotion” and “science and technology” excellence

with nationalism and environmental caring based)”.

Berdasarkan visi yang telah ditetapkan,

kemudian dijabarkan ke dalam 10 misi berikut: 1)

Menumbuhkan sikap kemandirian dalam

beribadah (To grow an attitude of being independent

in worship); 2) Membentuk pribadi sopan dalam

bersikap, santun dalam berucap, dan berempati (To

form a personality which is polite in attitude,

mannered in saying, and emphatic); 3) Menghargai

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

184

dan membentuk karakter peserta didik (To

appreciate and form the character of students); 4)

Mengembangkan budaya lokal dan kreativitas

peserta didik (To develop local culture and student’s

creativity); 5) Menciptakan, menumbuhkan budaya

bersih dan sehat serta memelihara lingkungan

hidup (To create, grow clean and healthy culture

and keep the living environment); 6) Menumbuhkan

belajar mandiri (To grow self study); 7)

Mengembangkan budaya disiplin dan berprestasi

(To develop discipline and highly achieved culture);

8) Menggali, menumbuhkan, dan melejitkan

potensi peserta didik (To dig, grow, and publish

student’s potency); 9) Memberikan bekal dasar

keterampilan TIK dan berbahasa asing (To give

basic skill of Information Technology and Foreign

Language); 10) Meraih posisi sekolah bertaraf

internasional (To achieve international standard

school).

Adapun yang menjadi tujuan pendidikan

Muhammadiyah, yaitu “Mengusahakan

terbentuknya pelajar muslim yang beriman,

bertaqwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada

diri sendiri, cinta tanah air, berguna bagi

masyarakat dan Negara.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

185

4.2. Hasil Penelitian

Berdasarkan data dan informasi yang telah

terkumpul, selanjutnya diperlukan pendeskripsian yang

berkaitan dengan program pelatihan IHT SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga pada tahun ajaran

2013/2014. Pendeskripsian diperlukan guna menjawab

permasalahan penelitian yang telah dirumuskan, yaitu

bagaimana instructional, institutional, dan behavior dari

program pelatihan IHT tersebut. Pada tahap

pendeskripsian ini data diperoleh melalui wawancara

terhadap wakil kepala SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga, angket yang disebarkan kepada guru-guru dan

studi dokumen yang berkaitan dengan program

pelatihan IHT. Adapun informasi yang diperoleh adalah

sebagai berikut.

4.2.1. Dimensi Instructional

Data angket yang telah dikumpulkan selanjutnya

dilakukan tabulasi untuk menentukan masing-masing

indikator dalam dimensi instructional termasuk dalam

kategori rendah, sedang, atau tinggi. Melalui

pengkategorian tersebut akan diketahui sejauh mana

program IHT dilaksanakan sehingga dapat diberikan

rekomendasi perbaikan program jika diperlukan. Hasil

dari tabulasi dari dimensi instructional dapat dilihat

pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Hasil Tabulasi Angket Pada Dimensi Instructional

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

186

No Indikator

Frekuensi

jawaban Indeks

5 4 3 2 1

1 Jadwal pelatihan IHT dan pembagian

durasi waktu pada tiap materi

pelatihan

9 7 0 0 0 14,6

2 Kesesuaian topik pelatihan IHT

dengan kebutuhan peserta sebagai

seorang guru

14 2 0 0 0 15,6

3 Metode penyampaian materi dalam

pelatihan IHT 6 10 0 0 0 14

4 Kesesuaian metode penyampaian

materi dengan materi yang diberikan

dalam pelatihan IHT

3 13 0 0 0 13,4

5 Interaksi antara pemateri dengan

peserta dalam pelatihan IHT 6 10 0 0 0 14

6 Penggunaan teori belajar dalam pelatihan

a Minat peserta untuk mengikuti

program pelatihan IHT 14 2 0 0 0 15,6

b Motivasi peserta untuk mengikuti

program pelatihan IHT 15 1 0 0 0 15,8

c Pengurutan materi pelatihan IHT dari

yang mudah menuju kepada yang

sulit

6 10 0 0 0 14

d Partisipasi peserta dalam pelatihan

IHT 6 7 3 0 0 13,4

e Ketepatan waktu penyampaian

materi atau kesesuaian materi

dengan jadwal

4 11 1 0 0 13,4

f Pengorganisasian pelatihan IHT dan

pelayanan panitia kepada peserta 7 9 0 0 0 14.2

g Kesesuaian informasi dari materi

yang disampaikan dalam pelatihan

IHT dengan profesi peserta

12 4 0 0 0 15,2

h Kenyamanan tempat pelatihan IHT 10 6 0 0 0 14,8

i Kelengkapan peralatan atau media

yang digunakan dalam pelatihan IHT 10 6 0 0 0 14,8

j Ketersediaan alat tulis untuk peserta

pelatihan IHT yang disediakan panitia 10 6 0 0 0 14,8

7 Pelayanan dan fasilitas pelatihan IHT berikut:

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

187

No Indikator

Frekuensi

jawaban Indeks

5 4 3 2 1

a Variasi makanan yang disediakan 7 9 0 0 0 14,2

b Kenyamanan tempat penginapan

yang disediakan 14 2 0 0 0 15,6

c Kenyamanan ruang presentasi yang

digunakan 14 2 0 0 0 15,6

d Kualitas media audio visual yang

digunakan saat presentasi 15 1 0 0 0 15,8

Rata-rata 14,7

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa

rata-rata indeks pada dimensi Instructional sebesar 14,7

sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks

tertinggi terdapat pada indikator motivasi untuk

mengikuti program pelatihan dan kualitas media yang

digunakan dengan nilai indeks sebesar 15,8 yang

tergolong kategori tinggi. Sedangkan nilai indeks

terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam

kategori tinggi, yaitu pada indikator kesesuaian metode

penyampaian dengan materi pelatihan, partisipasi

peserta dalam pelatihan, dan ketepatan waktu

penyampaian materi.

Selain data angket, terdapat pula data-data yang

didapatkan dari wawancara dan studi dokumen.

Adapun hasil yang ditemukan pada masing-masing

teknik pengumpulan data tersebut dijabarkan per sub

variabel berikut.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

188

a. Organisasi

Peserta IHT yang diselenggarakan SD

Muhammadiyah (Plus) merupakan seluruh guru di SD

tersebut. Oleh karena itu materi dalam IHT pun

disesuaikan dengan profesi keguruan. Berdasarkan

tabel 6, dapat diketahui bahwa persepsi guru mengenai

kesesuaian informasi dari materi yang disampaikan

dengan profesi peserta memiliki nilai indeks 15,2

sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini

berarti materi yang disampaikan dalam IHT sesuai

dengan level peserta atau tidak melenceng dari profesi

peserta sebagai guru di SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga.

Selain itu, dalam dokumen Panduan Kegiatan

IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga Tahun Ajaran

2013/2014 diketahui bahwa selain diberikan materi

mengenai kurikulum yang merupakan materi untuk

meningkatkan pengajaran, IHT juga menitikberatkan

pada membangun budaya unggul sekolah. Oleh karena

itu materi tidak hanya sekedar konten kurikulum

tetapi juga bagaimana merubah pola pikir,

meningkatkan kinerja melalui motivasi, membangun

komitmen bersama dalam mewujudkan prestasi dan

membangun sekolah unggul. Materi yang disampaikan

meliputi Kemuhammadiyahan Aplikatif Image dan

Character Building pendidikan Muhammadiyah,

Kurikulum 2013, akselerasi dan peningkatan prestasi,

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

189

refleksi dan peneguhan Komitmen, serta pendidikan

kreatif.

Pemberian materi pun diurutkan dari materi

mudah ke materi sulit. Pengurutan materi dari yang

mudah menuju ke yang sulit juga ditegaskan oleh

wakil kepala sekolah melalui wawancara tanggal 28

Januari 2017 yang telah dikonfirmasi kepada salah

seorang panitia dan guru. Cuplikan wawancara

mengenai pengurutan materi adalah sebagai berikut:

“Materi yang diberikan disini diurutkan. Pada hari pertama ada orientasi dari pengurus; lalu ada

materi Kemuhammadiyahan, supaya semua guru

dan karyawan teguh terhadap

Kemuhammadiyahannya sebagai karakter budinya;

kemudian ada kompetensi pembelajaran; lalu ada kurikulum 2013 yang disini sifatnya hanya

suplemen saja karena guru-guru juga sudah

mendapat materi tentang K-13 dari pemerintah,

materi kurikulum ini termasuk kompetensi

pembelajaran atau pengetahuan yang berkaitan

dengan profesionalisme guru; lalu ada akselerasi dan peningkatan prestasi, yang berisi tentang

capaian-capaian; refleksi, yaitu merefleksi setahun

yang lalu. Kemudian pada hari kedua terdapat

Qiyamul Lail atau kerohanian, sehingga kegiatan

IHT selain berhubungan dengan fisik atau intelijen

juga diberikan materi mengenai kerohanian melalui Qiyamul Lail, sholat subuh dan Kultum“

Para peserta pun memberikan penilaian yang

baik pada pengurutan materi IHT. Hal ini terbukti pada

indikator mengenai pengurutan materi dari mudah

menuju ke sulit diperoleh nilai indeks persepsi peserta

sebesar 14, sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

Sebagian besar peserta, yaitu sebanyak 62,5%

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

190

menyatakan pengurutan materi tersebut sudah baik,

selebihnya sebanyak 37,5% peserta menyatakan bahwa

pengurutan materi tersebut sangat baik.

Berdasarkan hasil wawancara kepada wakil

kepala sekolah tanggal 23 September 2016 yang telah

dikonfirmasi kepada salah seorang panitia dan guru

diketahui bahwa durasi untuk IHT yang

diselenggarakan di hotel biasanya dilakukan selama

dua hari. Hasil wawancara tersebut senada dengan

data yang ditemukan melalui studi dokumen bahwa

IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga pada tahun

ajaran 2013/2014 dilaksanakan selama dua hari, yaitu

pada hari Senin, tanggal 1 Juli 2013 sampai dengan

hari Selasa, tanggal 2 Juli 2013. IHT dimulai pada

pukul 11.00 WIB dan ditutup pada hari selanjutnya

pada pukul 12.00 WIB. Setiap materi yang

disampaikan oleh pemateri dijadwalkan selama

sembilan puluh (90) menit. Persepsi peserta terhadap

jadwal pelatihan IHT dan pembagian durasi waktu

pada tiap materi pelatihan memperoleh nilai indeks

sebesar 14,6 sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

Sebanyak 56% peserta menilai bahwa jadwal IHT dan

pembagian durasi waktu pada tiap materi sudah

sangat baik, dan 44% lainnya menilai baik.

Organisasi yang meliputi tiga indikator, yaitu

kesesuaian materi terhadap level peserta yang dalam

penelitian ini pesertanya adalah guru, pengurutan

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

191

materi dari mudah ke sulit, dan durasi waktu dalam

materi memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan

program. Materi yang diberikan merupakan materi

yang sesuai dengan kebutuhan peserta sebagai seorang

guru sehingga dapat meningkatkan kompetensinya.

Materi pun diurutkan berdasarkan tingkat

kesulitannya agar peserta dapat memahami isi materi

dengan baik. Adapun durasi waktu yang digunakan

dalam IHT di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga ini

didasarkan pada waktu yang telah ditentukan untuk

melakukan IHT.

b. Konten

Dari hasil wawancara kepada wakil kepala

sekolah tanggal 23 September 2016 yang telah

dikonfirmasi kepada salah seorang guru dan panitia

diketahui bahwa:

“Setiap kegiatan yang diselenggarakan di SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga selalu didasarkan

pada visi dan misi sekolah. Ini juga berlaku untuk

program IHT. Oleh karena itu topik yang dipilih

dalam IHT pun didasarkan pada visi dan misi sekolah. Selain itu tentunya juga didasarkan pada

kebutuhan guru dan tujuan program yang akan

diselenggarakan.”

Topik IHT yang merupakan kebutuhan guru pun

ditentukan oleh semua warga sekolah, khususnya

kepala sekolah, dan guru. Kepala sekolah sebagai

pemimpin sekolah dapat menentukan topik yang akan

diberikan dalam IHT jika memang guru memerlukan

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

192

materi mengenai topik tersebut untuk menunjang

kompetensinya. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri

bahwa guru terkadang juga memiliki kebutuhan lain

selain dari keputusan kepala sekolah, khususnya

dalam menambah wawasan ataupun keterampilan di

bidang pengajaran. Oleh karena itu, sekolah

mempunyai inisiatif untuk menampung ide-ide untuk

dijadikan topik IHT yang disampaikan para guru

melalui perkumpulan guru yang diadakan setiap

minggu atau disampaikan langsung kepada kepala

sekolah. Hal ini senada dengan cuplikan wawancara

dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga, 23 September 2016 yang telah dikonfirmasi

kepada salah seorang guru dan panitia IHT berikut ini

“Program IHT ini selain didasarkan visi dan misi juga

disesuaikan dengan kebutuhan. Topik pelatihan bisa

dari pimpinan jika memang kebutuhan guru itu penting untuk dikembangkan dan bisa juga dari guru

melalui perkumpulan yang diadakan setiap minggu.

Tetapi kadang-kadang ide atau topik pelatihan tidak

melalui forum resmi, justru kita banyak yang tidak

melalui forum resmi.”

Persepsi peserta terhadap kesesuaian topik IHT

dengan kebutuhan peserta yang berprofesi sebagai

guru mencapai nilai indeks sebesar 15,6 sehingga

termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini dikarenakan

seorang guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga tidak

hanya bertugas untuk memberikan pengajaran kepada

siswanya, tetapi juga memiliki tugas untuk

mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

193

(Wawancara dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah

(Plus) Salatiga, 23 September 2016 yang telah

dikonfirmasi kepada salah seorang guru dan panitia

IHT)

Hal senada juga tercantum dalam dokumen

Panduan Kegiatan IHT SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga Tahun Ajaran 2013/2014 sebagai berikut:

“Materi IHT juga menitikberatkan pada membangun

budaya unggul sekolah, merubah pola pikir,

meningkatkan kinerja melalui motivasi, membangun

komitmen bersama dalam mewujudkan prestasi dan

membangun sekolah unggul. Kelima hal tersebut

merupakan bagian dari visi dan misi SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.”

Konten dalam IHT SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga dengan indikatornya adalah topik-topik yang

diberikan dalam pelatihan dan kesesuaian topik

dengan tujuan ini memberikan pengaruh positif

terhadap keberhasilan program. Tujuan dari program

yang diselenggarakan SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga selalu didasarkan pada visi dan misi sekolah.

Adapun topik-topik IHT yang diberikan didasarkan

pada kebutuhan guru dan visi misi sekolah.

c. Metodologi

Berdasarkan Wawancara dengan Wakil Kepala

SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016

yang telah dikonfirmasi kepada salah seorang guru dan

panitia IHT, didapatkan informasi bahwa:

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

194

“Metode penyampaian materi dalam IHT disesuaikan

dengan materi yang diberikan. Selain itu juga

disesuaikan dengan media yang disediakan oleh di tempat IHT. IHT biasanya kami selenggarakan di

hotel-hotel, jadi metode yang digunakan pun

menyesuaikan fasilitas yang diberikan hotel itu

sendiri. Media yang paling umum dan paling sering

digunakan itu IT, karena tidak dapat dipungkiri peran IT sangat penting dalam penyampaian materi”

Berdasarkan dokumen yang ada, IHT tahun

ajaran 2013/2014 ini diselenggarakan di Hotel Green

Valley Ambarawa dan berdasarkan wawancara dengan

Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23

September 2016 yang telah dikonfirmasi kepada salah

seorang guru dan panitia IHT diketahui bahwa fasilitas

yang biasa diberikan dan yang sering dimanfaatkan

dalam penyampaian materi adalah IT (Teknologi

Informasi) karena IT merupakan media yang sangat

berperan dalam penyampaian materi. Oleh karena itu,

sesuai dengan fasilitas yang diberikan hotel tersebut

maka dipilih metode yang sesuai, yaitu metode

ceramah, Tanya jawab, dan diskusi. Nilai indeks

persepsi guru terhadap metode penyampaian materi ini

pun sebesar 14, sehingga termasuk kategori tinggi. Hal

ini berarti bahwa guru menilai metode yang digunakan

dalam penyampaian materi IHT sudah baik.

Adapun penggunaan metode ceramah, Tanya

jawab, dan diskusi pun disesuaikan dengan materi

yang akan disampaikan. Menurut Wakil Kepala SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga, tidak semua materi

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

195

menggunakan ketiga metode tersebut secara

bersamaan. Adakalanya hanya menggunakan ceramah

dan Tanya jawab, namun adakalanya menggunakan

diskusi saja. (Wawancara dengan Wakil Kepala SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28 Januari 2017 yang

telah dikonfirmasi kepada salah seorang panitia IHT)

Persepsi guru mengenai kesesuaian metode

penyampaian dengan materi yang diberikan dalam

pelatihan IHT sebesar 13,4, sehingga termasuk dalam

kategori tinggi. Ini berarti para guru setuju bahwa

metode yang digunakan dalam penyampaian materi

sesuai dengan materi yang diberikan.

Adapun persepsi guru terhadap interaksi antara

pemateri dan peserta mendapat nilai indeks sebesar

14, sehingga termasuk kategori tinggi. Ini berarti

pemateri melakukan interaksi secara baik kepada para

guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, juga

diteliti mengenai penggunaan teori belajar yang

digunakan dalam IHT. Adapun indikator untuk

penggunaan teori belajar tersebut beserta nilai

indeksnya dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Tabulasi Penggunaan Teori Belajar

No Indikator

Frekuensi

Jawaban Indeks

5 4 3 2 1

1 Minat peserta untuk mengikuti 14 2 0 0 0 15,6

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

196

No Indikator

Frekuensi

Jawaban Indeks

5 4 3 2 1

program pelatihan IHT

2 Motivasi peserta untuk mengikuti

program pelatihan IHT 15 1 0 0 0 15,8

3 Pengurutan materi pelatihan IHT

dari yang mudah menuju kepada

yang sulit

6 10 0 0 0 14

4 Partisipasi peserta dalam pelatihan

IHT 6 7 3 0 0 13,4

5 Ketepatan waktu penyampaian

materi atau kesesuaian materi

dengan jadwal

4 11 1 0 0 13,4

6 Pengorganisasian pelatihan IHT dan

pelayanan panitia kepada peserta 7 9 0 0 0 14.2

7 Kesesuaian informasi dari materi

yang disampaikan dalam pelatihan

IHT dengan profesi peserta

12 4 0 0 0 15,2

8 Kenyamanan tempat pelatihan IHT 10 6 0 0 0 14,8

9 Kelengkapan peralatan atau media

yang digunakan dalam pelatihan

IHT

10 6 0 0 0 14,8

10 Ketersediaan alat tulis untuk

peserta pelatihan IHT yang

disediakan panitia

10 6 0 0 0 14,8

Rata-rata 14,6

Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa nilai

rata-rata indeks pada penggunaan teori belajar sebesar

14,6 sehingga termasuk kategori tinggi. Nilai indeks

paling besar berasal dari indikator motivasi.

Berdasarkan angket terbuka yang dibagikan diisi oleh

guru, didapat informasi bahwa guru termotivasi untuk

mengikuti IHT karena para guru telah menyadari

pentingnya kegiatan tersebut untuk menambah

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

197

wawasan, meningkatkan komitmen dalam

bermuhammadiyah, menyatukan visi misi, mempererat

keakraban, serta meningkatkan semangat dan etos

kerja.

Sub variabel metodologi berisi indikator aktivitas

mengajar (pemilihan dan kesesuaian metode

penyampaian materi), tipe interaksi, dan prinsip-

prinsip pembelajaran atau teori belajar yang digunakan

memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan

program. Hal ini dapat dilihat dari persepsi peserta

terhadap masing-masing indikator yang termasuk

dalam kategori tinggi. Jika salah satu dari indikator

tersebut tidak ada, maka keberhasilan program tidak

dapat tercapai secara maksimal. Metode penyampaian

materi sendiri dipilih dan disesuaikan dengan materi

dan fasilitas yang disediakan di tempat

diselenggarakannya IHT. Adapun tipe interaksi yang

digunakan menyesuaikan dengan metode penyampaian

materi yang dipilih.

d. Fasilitas

Fasilitas merupakan salah satu faktor yang turut

mempengaruhi keberhasilan program pelatihan.

Fasilitas yang diberikan dalam IHT yang

diselenggarakan oleh SD Muhammadiyah (Plus)

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

198

Salatiga merupakan fasilitas yang disediakan oleh

tempat IHT diselenggarakan, yaitu di Hotel Green

Valley Ambarawa. Berdasarkan Wawancara dengan

Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28

Januari 2017 yang telah dikonfirmasi oleh salah

seorang panitia diketahui bahwa fasilitas yang

diberikan oleh pihak Hotel berupa penginapan, makan,

dan tempat untuk pertemuan. Adapun kepuasan para

peserta terhadap fasilitas yang diberikan tersebut

dapat dilihat melalui nilai indeks pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Tabulasi Pelayanan dan Fasilitas IHT

No Indikator Frekuensi Jawaban

Indeks 5 4 3 2 1

1 Variasi makanan yang

disediakan 7 9 0 0 0 14,2

2 Kenyamanan tempat

penginapan yang disediakan 14 2 0 0 0 15,6

3 Kenyamanan ruang

presentasi yang digunakan 14 2 0 0 0 15,6

4 Kualitas media audio visual

yang digunakan saat

presentasi

15 1 0 0 0 15,8

Rata-rata 15,3

Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa persepsi

peserta pelatihan terhadap pelayanan dan fasilitas

yang diberikan dalam IHT sebesar 15,3 sehingga

termasuk dalam kategori tinggi. Variasi makanan,

kenyamanan tempat penginapan, kenyamanan ruang

presentasi, dan kualitas audio visual yang digunakan

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

199

saat presentasi seluruhnya terdapat dalam kategori

tinggi. Hal ini berarti pelayanan dan fasilitas pelatihan

IHT sudah memuaskan.

Fasilitas yang terdiri atas indikator pelayanan

dan fasilitas yang diperlukan dalam IHT seperti ruang

IHT, media, dan sebagainya memiliki pengaruh positif

terhadap keberhasilan IHT. Fasilitas sendiri berperan

dalam memberikan kenyamanan dalam pelaksanaan

IHT. Jika fasilitas yang diberikan baik, maka IHT pun

dapat dilaksanakan dengan baik pula. Oleh karena itu,

IHT sering diselenggarakan di hotel-hotel karena lebih

terjamin kenyamanan yang ditawarkannya, mulai dari

makanan, penginapan, ruang presentasi hingga media

untuk presentasi.

e. Biaya

Berdasarkan Wawancara dengan Wakil Kepala

SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016

yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia

diketahui bahwa:

“Seluruh biaya yang diperlukan untuk IHT berasal dari anggaran sekolah. Tetapi karena IHT

memerlukan biaya yang tidak sedikit, terkadang

anggaran dari sekolah tidak mencukupi sehingga

panitia mencari cara untuk memenuhi anggaran

yang diperlukan itu. Salah satu cara yang ditempuh

adalah dengan mencari donasi kepada para relasi dari pimpinan-pimpinan SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga.”

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

200

Perencanaan anggaran untuk IHT secara resmi

dilakukan melalui rapat-rapat pimpinan, yang terdiri

dari kepala sekolah beserta wakil-wakilnya. Anggaran

tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi

keuangan sekolah. Apabila memungkinkan maka IHT

dapat diselenggarakan di Hotel, tetapi jika kondisi

tidak memungkinkan maka IHT diselenggarakan di

sekolah, atau tempat lain. (Wawancara dengan Wakil

Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23

September 2016 yang telah dikonfirmasi oleh salah

seorang panitia IHT)

Biaya baik itu perolehan maupun

penggunaannya mempunyai pengaruh positif. Tanpa

adanya biaya maka IHT ini tidak dapat

diselenggarakan. Biaya sendiri harus sesuai dengan

anggaran yang telah direncanakan. Jika biaya yang

ada kurang dari anggaran yang telah direncanakan,

maka panitia mencari beberapa donatur untuk

menutup kekurangan tersebut.

4.2.2. Dimensi Institutional

Dimensi Institutional pada penelitian ini

membahas tentang personil-personil yang ikut

berperan dalam terselenggaranya IHT. Adapun data

mengenai dimensi ini didapat dari angket, wawancara

serta dokumentasi. Pada angket terdapat lima

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

201

indikator dan nilai indeks pada masing-masing

indikator dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Tabulasi Dimensi Institutional

No Indikator Frekuensi jawaban

Indeks 5 4 3 2 1

1 Penguasaan materi oleh

pemateri dalam pelatihan IHT

15 1 0 0 0 15,8

2 Kejelasan materi yang

disampaikan pemateri dalam

pelatihan IHT

9 7 0 0 0 14,6

3 Kesempatan yang diberikan

pemateri kepada peserta untuk

bertanya dan kejelasan jawaban

pemateri

12 4 0 0 0 15,2

4 Dukungan keluarga peserta

terhadap program pelatihan IHT

di sekolah

14 2 0 0 0 15,6

5 Dukungan komunitas guru

yang diikuti terhadap program

pelatihan IHT

16 0 0 0 0 16

Rata-rata 15,4

Pada tabel 4.4 diketahui bahwa rata-rata nilai

indeks peserta pada dimensi Institutional sebesar 15,4

sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks

tertinggi terdapat pada indikator dukungan komunitas

guru yang diikuti terhadap program IHT, yaitu sebesar

16 dan termasuk dalam kategori tinggi. Sedangkan

nilai indeks terendah masih dalam kategori tinggi

sebesar 14,6 yaitu pada indikator kejelasan materi

yang disampaikan pemateri dalam IHT.

a. Pemateri

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

202

Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala

SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28 Januari 2017

yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT

diketahui bahwa:

“Pemateri merupakan orang-orang professional yang

dipilih melalui rapat pimpinan. Pada rapat pimpinan

itu ditentukan topik yang akan diangkat, materi yang

akan diberikan, serta pemateri yang sekiranya kompeten untuk memberikan materi. Untuk pemateri

di IHT tahun ajaran 2013/2014 ini kita ambil dari

Yayasan Muhammadiyah, PLPM (Pengembang

Lembaga Pendidikan Muhammadiyah), dosen IAIN,

Kepala Sekolah Teladan dari SD Muhammadiyah

Sapen Yogyakarta, disdikpora, wali murid dan juga guru sekolah.“

Data wawancara tersebut sejalan dengan hasil

studi dokumen bahwa pemateri dalam IHT tahun

ajaran 2013/2014 berasal dari Yayasan

Muhammadiyah, PLPM (Pengembang Lembaga

Pendidikan Muhammadiyah), dosen IAIN, Kepala

Sekolah Teladan dari SD Muhammadiyah Sapen

Yogyakarta, disdikpora, wali murid serta guru sekolah.

Persepsi guru terhadap penguasaan materi dari

pemateri sebesar 15,8 sehingga termasuk dalam

kategori tinggi. Hal ini berarti para guru menilai bahwa

para pemateri merupakan orang kompeten yang dapat

menyampaikan materi sesuai dengan kebutuhan guru.

Selain itu persepsi guru terhadap kejelasan materi

yang disampaikan pemateri mendapat nilai indeks

sebesar 14,6 sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

Hal ini berarti materi yang disampaikan tepat sasaran

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

203

dan tidak melenceng dari topik yang telah ditentukan.

Penilaian dari guru ini menguatkan hasil wawancara

dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga, 28 Januari 2017 yang telah dikonfirmasi oleh

salah seorang panitia IHT, pemateri merupakan para

ahli di bidangnya.

Selain itu, didapat pula data dari dokumen yang

memperkuat data hasil tabulasi angket dan wawancara

yang telah disebutkan. Berdasarkan dokumen

Panduan Kegiatan IHT diperoleh informasi bahwa

Pembukaan dengan materi mengenai “Meneguhkan

Ideologi ber-Muhammadiyah” disampaikan oleh Ketua

Pimpinan Daerah Muhammadiyah, selanjutnya

Orientasi Kegiatan IHT disampaikan oleh Pengembang

Lembaga Pendidikan Muhammadiyah. Selain itu materi

mengenai Kemuhammadiyahan Aplikatif Image dan

Character Building Pendidikan Muhammadiyah

disampaikan oleh Kepala Sekolah Teladan Nasional

dari Yogyakarta, Kurikulum 2013 disampaikan oleh

Pengawas TK/SD UPT Disdikpora Kecamatan

Sidomukti, Akselerasi dan Peningkatan Prestasi

disampaikan oleh Komite SD Muhammadiyah (Dewan

Pendidikan Salatiga), serta materi Komisi disampaikan

oleh guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga yang

dipilih.

Selain kejelasan dalam penyampaian materi,

kesempatan pemateri untuk melakukan Tanya jawab

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

204

juga penting agar guru dapat memahami materi yang

belum dipahami dengan baik. Adapun persepsi guru

mengenai kesempatan yang diberikan pemateri kepada

peserta untuk bertanya dan kejelasan jawaban yang

diberikan pemateri mendapat nilai indeks sebesar 15,2

sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Melalui nilai

indeks tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap

pemateri selalu memberikan kesempatan kepada para

guru untuk menanyakan materi yang belum

dipahaminya.

Walaupun secara umum pemateri mendapat

penilaian yang baik dari para peserta, namun masih

ada yang kurang bagi peserta. Peserta mengharapkan

agar pada IHT yang diselenggarakan tahun depan

dihadirkan seorang motivator agar lebih termotivasi

lagi untuk mengajar. Hal ini diungkapkan guru melalui

angket terbuka yang diisi langsung oleh guru.

Pemateri dalam IHT di SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga ini memiliki pengaruh positif terhadap

keberhasilan program IHT. Pemateri harus dipilih yang

kompeten karena jika tidak kompeten akan

menghambat kerberhasilan program. Jika pemateri

tidak kompeten dan tidak menguasai materi maka

akan menghambat peserta dalam memahami materi

yang disampaikan. Terlebih jika ada peserta yang

meminta penjelasan yang lebih, maka pemateri yang

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

205

tidak kompeten tidak dapat memberikan penjelasan

yang benar.

b. Peserta pelatihan

Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala

SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016

yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang guru dan

panitia IHT diketahui bahwa peserta pelatihan

merupakan seluruh guru SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga yang mengajar dari kelas satu sampai enam.

Berdasarkan angket yang diisi oleh para guru

diketahui bahwa guru yang mengikuti IHT mempunyai

masa kerja selama 3-10 tahun. Sebanyak 53% guru

berusia 21-30 tahun, 40% guru berusia 31-40 tahun,

dan 7% guru berusia 41-50 tahun. Dari data ini dapat

disimpulkan bahwa guru SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga masih berusia 21-30 tahun.

Melalui angket terbuka yang diisi oleh para guru

diketahui bahwa guru termotivasi untuk mengikuti IHT

karena program IHT merupakan program wajib yang

harus diikuti oleh seluruh guru yang mengajar di SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Selain itu, tidak sedikit

pula yang menyatakan bahwa program IHT penting

untuk menambah wawasan yang dapat menunjang

profesinya. Ada juga yang menyatakan bahwa IHT

dapat menyatukan visi misi, meningkatkan komitmen

guru sebagai bagian dari SD Muhammadiyah (Plus)

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

206

Salatiga, meningkatkan semangat dan etos kerja,

mempererat tali persaudaraan antar teman sekerja,

dan dapat menyusun program-program berkualitas

yang akan berdampak pada kemajuan sekolah.

Peserta dalam program IHT ini memiliki

pengaruh positif terhadap keberhasilan program.

Peserta yang mengikuti IHT ini merupakan seluruh

guru sehingga sudah dapat ditentukan kebutuhannya.

Terlebih lagi seluruh guru di SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga memliki kewajiban untuk mengikuti IHT agar

dapat mewujudkan cita-cita sekolah melalui visi

misinya.

c. Administrator/ panitia

Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala

SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28 Januari 2017

yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT

diketahui bahwa

“Panitia ditentukan oleh seluruh warga sekolah, yaitu

kepala sekolah, guru, dan karyawan. Panitia IHT

dibentuk melalui rapat yang dihadiri seluruh warga

sekolah. Oleh karena itu, panitia ditentukan melalui

musyawarah dalam rapat.”

Berdasarkan studi dokumen diketahui bahwa

susunan panitia yang dibentuk dalam rapat tersebut

meliputi penanggung jawab IHT, ketua, sekretaris,

bendahara, sie acara, sie dokumentasi, sie

perlengkapan dan dekorasi, sie humas/publikasi, sie

pembantu umum. Panitia yang telah terbentuk

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

207

tersebut selanjutnya disahkan dan laporan

pembentukan panitia ditandatangani oleh Kepala SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

Panitia dalam program IHT ini memiliki

pengaruh positif terhadap keberhasilan program.

Panitia berperan dalam mengatur jalannya IHT mulai

dari perencanaan hingga pelaksanaan. Tanpa adanya

panitia maka IHT tidak akan berjalan secara efektif.

Panitia memiliki tugas diantaranya merencanakan

anggaran, mengatur jadwal, menentukan pemateri,

menentukan tempat pelatihan, dan sebagainya.

d. Spesialis pendidikan

Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala

SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28 Januari 2017

yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT

spesalis pendidikan terlibat sebagai pemateri yang

memberikan materi kepada peserta IHT. Seperti yang

tercantum dalam dokumen Panduan IHT bahwa

seluruh pemateri merupakan para ahli yang dinilai

kompeten untuk memberikan materi kepada peserta

dalam IHT. Sebagai contoh keterlibatan Pengawas

TK/SD UPT Disdikpora Kecamatan Sidomukti yang

merupakan seorang spesialis pendidikan yang

memberikan materi mengenai K-13.

Spesialis pendidikan memiliki pengaruh positif

terhadap keberhasilan program IHT SD

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

208

Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Hal ini dikarenakan

spesialis pendidikan memberikan dukungan kepada

sekolah-sekolah yang hendak mengembangkan

kompetensi guru melalui pelatihan yang diadakan

secara mandiri. SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga pun

melibatkan spesialis pendidikan sebagai salah satu

pemateri dalam IHT.

e. Keluarga

Berdasarkan hasil tabulasi angket diketahui

bahwa nilai indeks untuk dukungan keluarga peserta

pelatihan terhadap program IHT di sekolah sebesar

15,6 sehingga termasuk kategori tinggi. Sebanyak 88%

guru menilai bahwa dukungan yang diberikan keluarga

sangat baik, sisanya sebanyak 12% menilai baik. Dari

hasil nilai indeks tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa seluruh guru mendapat dukungan dari

keluarga untuk mengikuti kegiatan IHT. Keluarga

sangat mendukung guru untuk mengembangkan

kompetensinya sebagai seorang pengajar dengan

melalui kegiatan IHT yang diadakan sekolah.

Sub variabel keluarga memiliki pengaruh positif

terhadap keberhasilan IHT. Dukungan dari keluarga

yang memberi kesempatan dan kebebasan kepada para

peserta inilah yang memberikan kotribusi terhadap

keberhasilan program IHT. Keluarga menyadari bahwa

kegiatan IHT merupakan kegiatan yang wajib untuk

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

209

diikuti peserta sebagai bagian dari profesionalisme

kerja di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

f. Komunitas

Menurut para guru, komunitas guru yang diikuti

sangat mendukung guru terhadap program IHT. Hal ini

nampak dari nilai indeks pada hasil tabulasi angket

sebesar 16 sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

Hal ini juga diperkuat dari hasil wawancara dengan

Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 28

Januari 2017 yang telah dikonfirmasi oleh salah

seorang panitia IHT bahwa:

“Seluruh guru memiliki komunitas atau

perkumpulan sendiri yang terbentuk berdasarkan grade kelas. Setiap perkumpulan wajib melakukan

pertemuan yang diadakan setiap minggu dan juga saling berkomunikasi via online lewat WhatsApp.

Perkumpulan guru itu dibentuk agar setiap guru

dapat mengutarakan masalah-masalah yang

dihadapi pada saat mengajar dan dapat mencari

solusi bersama.”

Setiap perkumpulan terdapat seorang

coordinator yang bertugas untuk mengkoordinir para

guru dan untuk menyampaikan aspirasi dari guru ke

kepala sekolah atau pun sebaliknya. Salah satu contoh

hasil dari perkumpulan adalah guru ingin melakukan

kegiatan studi banding untuk mempelajari model

pembelajaran terbaik untuk kelas satu, maka

coordinator mengusulkan aspirasi guru untuk

melakukan studi banding tersebut kepada kepala

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

210

sekolah. Jika usulan tersebut diterima oleh kepala

sekolah, maka guru mengatur jadwal, menghitung

perkiraan biaya yang dibutuhkan, dan tujuan yang

ingin dicapai. Setelah kegiatan selesai dilaksanakan

maka guru wajib memberikan laporan, yang berisi hal-

hal apa yang akan dilakukan di SD Muhammadiyah

(Plus) tempatnya bekerja serta hal-hal apa saja yang

bisa diterapkan di sekolah karena tidak semua yang

dilakukan di sekolah lain dapat diterapkan di sekolah

ini. Begitu juga sebaliknya sekolah lain tidak bisa

mencontoh kita, tetapi mungkin ada sebagian yang

bisa karena kan karakteristiknya beda-beda, misalnya

anaknya, masyarakatnya, orang tuanya, fasilitasnya,

kompetensi gurunya.

Wakil kepala sekolah juga menjelaskan bahwa

sekolah memberikan kesempatan kepada guru untuk

belajar bersama dengan sesama guru. Kegiatan

tersebut biasa disebut sebagai pelatihan mandiri yang

rutin dilakukan pada hari sabtu. Wakil kepala sekolah

menjelaskan jika kegiatan itu penting untuk dilakukan

karena guru harus selalu belajar walaupun tidak

melalui pelatihan yang mumpuni tetapi belajar juga

dapat dilakukan dengan sesama teman atau sering

disebut tutor sebaya.

Komunitas merupakan sub variabel yang

memiliki pengaruh positif terhadap keberhasilan

program IHT. Guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

211

membentuk komunitas per-level kelas yang diampu.

Komunitas ini berfungsi sebagai perantara pemimpin

sekolah dalam memonitor perubahan perilaku guru

pasca IHT untuk mencapai tujuan program IHT. Di

dalam komunitas yang telah terbentuk tersebut para

guru dapat menyampaikan kendala-kendala yang

dihadapi dalam rangka mencapai tujuan program IHT

dengan leluasa. Oleh karena itu kepala sekolah beserta

para pimpinan lain dapat mecari solusi yang sesuai

dengan masalah secara efektif.

4.2.3. Dimensi behavior

Dimensi behavior dalam penelitian ini

merupakan tujuan khusus dari program IHT yang di

selenggarakan oleh SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

Berdasarkan wawancara dengan Wakil Kepala SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016

yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT

diketahui bahwa tujuan khusus dari IHT adalah untuk

meningkatkan kompetensi guru. Dalam wawancara

dengan Wakil Kepala SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga, 23 September 2016 yang telah dikonfirmasi

oleh salah seorang panitia IHT diketahui bahwa

“Kompetensi yang hendak dicapai adalah

pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga aspek

untuk penting untuk dimiliki dan dikembangkan karena sesuai dengan visi dan misi sekolah. Guru

SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga tidak hanya harus

pintar dan terampil dalam mengajar, tetapi juga

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

212

harus mempunyai sikap yang baik sehingga akan

berimplikasi pada siswa.”

Adapun tujuan khusus pada IHT yang

diselenggarakan tahun ajaran 2013/2014 tersebut

dibagi dalam tiga sub variabel, yaitu kognitif, afektif,

dan psikomotor. Indikator untuk masing-masing sub

variabel beserta nilai indeksnya dapat dilihat pada

tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Tabulasi Dimensi Behavior

No Indikator

Frekuensi

jawaban Indeks

5 4 3 2 1

Kognitif

1 Kontribusi pelatihan IHT dalam

menambah pengetahuan

Kemuhammadiyahan

10 6 0 0 0 14,8

2 Kontribusi pelatihan IHT dalam

menambah pengetahuan pendidikan

karakter Muhammadiyah

9 7 0 0 0 14,6

3 Kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan tentang

penilaian hasil belajar kurikulum 2013

4 10 0 1 1 12,6

4 Kontribusi pelatihan IHT dalam

menambah pengetahuan inovasi

teknologi

5 11 0 0 0 13,8

5 Kontribusi IHT dalam menambah

pengetahuan diversifikasi model dan metode pembelajaran

8 8 0 0 0 14,4

6 Kontribusi IHT dalam menambah

kemampuan guru dalam memadukan

variasi bahan ajar

6 10 0 0 0 14

7 Kontribusi IHT dalam menambah

pengetahuan mengembangkan karir

akademik berbasis prestasi

4 12 0 0 0 13,6

8 Kemampuan guru dalam mengaplikasikan Kemuhammadiyahan

dan pendidikan karakter

Muhammadiyah setelah mengikuti

pelatihan IHT

4 12 0 0 0 13,6

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

213

No Indikator

Frekuensi

jawaban Indeks

5 4 3 2 1

Afektif

9 Dukungan guru terhadap misi anak

sholeh berakhlak mulia setelah

mengikuti pelatihan IHT

15 1 0 0 0 15,8

10 Minat mengajar guru setelah mengikuti

pelatihan IHT

15 1 0 0 0 15,8

11 Ketertiban guru dalam melaksanakan

ritual ibadah

10 5 1 0 0 14,6

12 Penyesuaian diri Anda di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga setelah

mengikuti pelatihan IHT

11 5 0 0 0 15

Psikomotor

13 Kemampuan guru untuk menilai hasil

belajar siswa sesuai K-13

5 7 4 0 0 13

14 Kemampuan guru dalam melakukan

diversifikasi model dan metode

pembelajaran setelah mengikuti

pelatihan IHT

6 10 0 0 0 14

15 Kemampuan guru dalam melakukan

inovasi teknologi setelah mengikuti pelatihan IHT

5 10 1 0 0 13,6

16 Kemampuan guru dalam menggunakan

bahan ajar yang bervariasi setelah

mengikuti pelatihan IHT

6 9 0 0 0 13,8

17 Kemampuan merencanakan

pengembangan karir akademik

berbasis prestasi setelah mengikuti pelatihan IHT

5 9 2 0 0 13,4

18 Kemampuan menggunakan Bahasa

Arab dan Bahasa Inggris setelah

mengikuti pelatihan IHT

2 5 6 3 0 10,8

19 Kemampuan melakukan praktek

religiusitas setelah mengikuti pelatihan

IHT

7 7 2 0 0 13,8

Rata-rata 14

Berdasarkan tabel 4.5, terlihat bahwa rata-rata

nilai indeks dari dimensi behavior sebesar 14 sehingga

termasuk kategori tinggi. Ini berarti program IHT yang

diselenggarakan SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

214

sudah berhasil dalam mencapai tujuan khsusus

program. Nilai indeks tertinggi terdapat pada sub

variabel afektif, yaitu pada indikator dukungan guru

terhadap misi anak sholeh berakhlak mulia, dan minat

mengajar guru setelah mengikuti IHT. Hampir seluruh

guru menilai bahwa kontribusi IHT dalam

meningkatkan dukungan guru terhadap misi sekolah

dan kontribusi IHT dalam meningkatkan minat guru

sangat baik. Akan tetapi, walaupun rata-rata nilai

indeks termasuk kategori tinggi ada satu indikator

yang masih termasuk dalam kategori cukup, yaitu

sebesar 10,8 yang terdapat pada indikator kontribusi

IHT dalam meningkatkan kemampuan penggunaan

Bahasa Arab dan Bahasa Inggris.

Keberhasilan IHT dalam mencapai tujuan

khusus program ini juga dinyatakan oleh wakil kepala

sekolah dalam sebuah wawancara tanggal 28 Januari

2017 dan telah dikonfirmasi salah seorang panitia IHT.

Keberbasilan tersebut tidak terlepas dari pengawalan

oleh pimpinan sekolah, pernyataan ini sebagaimana

cuplikan wawancara berikut:

“Keberhasilan program IHT dalam mencapai tujuan

khusus ini tidak lepas dari pengawalan yang

dilakukan oleh kepala sekolah dan wakil-wakilnya.

Alur pengawalan tersebut antara lain: pada hari

senin para coordinator level kelas melaporkan

kendala-kendala yang dihadapi guru, kemudian pada malam selasa kepala sekolah beserta para pimpinan

mencari solusi bersama untuk mengatasi kendala-

kendala yang dihadapi guru, lalu pada hari sabtu ada

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

215

pembinaan dari kepala sekolah kepada seluruh

guru.”

a. Kognitif

Sub variabel kognitif pada penelitian ini hanya

dibatasi pada kontribusi IHT dalam menambah

pengetahuan dan wawasan serta mengaplikasikan

pengetahuan. Adapun kontribusi IHT dalam

menambah dan mengaplikasikan pengetahuan oleh

guru tersebut disesuaikan dengan isi program IHT

yang diselenggarakan SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga. Indikator untuk sub variabel kognitif beserta

nilai indeksnya dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Tabulasi Sub Variabel Kognitif

No Indikator

Frekuensi jawaban Indeks

5 4 3 2 1

Kognitif

1 Kontribusi pelatihan IHT dalam

menambah pengetahuan

Kemuhammadiyahan

10 6 0 0 0 14,8

2 Kontribusi pelatihan IHT dalam menambah pengetahuan

pendidikan karakter

Muhammadiyah

9 7 0 0 0 14,6

3 Kontribusi pelatihan IHT dalam

menambah pengetahuan tentang

penilaian hasil belajar kurikulum 2013

4 10 0 1 1 12,6

4 Kontribusi pelatihan IHT dalam

menambah pengetahuan inovasi

teknologi

5 11 0 0 0 13,8

5 Kontribusi IHT dalam menambah 8 8 0 0 0 14,4

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

216

No Indikator

Frekuensi

jawaban Indeks

5 4 3 2 1

pengetahuan diversifikasi model

dan metode pembelajaran

6 Kontribusi IHT dalam menambah

kemampuan guru dalam

memadukan variasi bahan ajar

6 10 0 0 0 14

7 Kontribusi IHT dalam menambah pengetahuan mengembangkan karir

akademik berbasis prestasi

4 12 0 0 0 13,6

8 Kemampuan guru dalam

mengaplikasikan

Kemuhammadiyahan dan

pendidikan karakter Muhammadiyah setelah mengikuti

pelatihan IHT

4 12 0 0 0 13,6

Rata-rata 14

Pada tabel 4.6 diketahui bahwa rata-rata nilai

indeks pada variabel kognitif mencapai nilai 14

sehingga termasuk kategori tinggi. Pada variabel

kognitif terdapat dua indikator yaitu menambah

pengetahuan dan wawasan serta mengaplikasikan

pengetahuan. Pada indikator menambah pengetahuan

wawasan dijabarkan menjadi tujuh aspek sesuai

dengan materi atau isi dari pelatihan. Ketujuh aspek

pengetahuan dan wawasan beserta nilai indeksnya

adalah sebagai berikut: kontribusi pelatihan IHT dalam

menambah pengetahuan Kemuhammadiyahan

mendapat nilai indeks 14,8 sehingga termasuk dalam

kategori tinggi, kontribusi pelatihan IHT dalam

menambah pengetahuan pendidikan karakter

Muhammadiyah mendapat nilai indeks 14,6 sehingga

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

217

termasuk dalam kategori tinggi, kontribusi pelatihan

IHT dalam menambah pengetahuan tentang penilaian

hasil belajar kurikulum 2013 mendapat nilai indeks

12,6 sehingga termasuk dalam kategori tinggi,

kontribusi pelatihan IHT dalam menambah

pengetahuan inovasi teknologi mendapat nilai indeks

13,8 sehingga termasuk dalam kategori tinggi,

kontribusi IHT dalam menambah pengetahuan

diversifikasi model dan metode pembelajaran mendapat

nilai indeks 14,4 sehingga termasuk dalam kategori

tinggi, kontribusi IHT dalam menambah kemampuan

guru dalam memadukan variasi bahan ajar mendapat

nilai indeks 14 sehingga termasuk dalam kategori

tinggi, dan kontribusi IHT dalam menambah

pengetahuan mengembangkan karir akademik berbasis

prestasi mendapat nilai indeks 13,6 sehingga termasuk

dalam kategori tinggi. Adapun pada indikator

mengaplikasikan pengetahuan terdapat satu aspek

yang sesuai dengan IHT, yaitu kemampuan guru dalam

mengaplikasikan Kemuhammadiyahan dan pendidikan

karakter Muhammadiyah setelah mengikuti pelatihan

IHT yang mendapat nilai indeks 13,6 sehingga

termasuk dalam kategori tinggi.

Nilai indeks tertinggi terdapat dalam indikator

kontribusi pelatihan IHT dalam menambah

pengetahuan Kemuhammadiyahan dengan nilai indeks

sebesar 14,8 sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

218

Hal ini dikarenakan materi banyak yang membahas

dan berdasar pada kemuhammadiyahan. Adapun nilai

indeks terendah ada pada indikator kontribusi IHT

dalam menambah pengetahuan tentang penilaian hasil

belajar Kurikulum 2013, yaitu sebesar 12,6 dan masih

termasuk kategori tinggi. Bahkan ada beberapa guru

yang menilai bahwa IHT kurang atau tidak memiliki

kontribusi dalam menambah pengetahuan tentang

penilaian hasil belajar Kurikulum 2013. Alasannya

adalah karena guru tersebut tidak mendapat

kesempatan untuk mempraktekan penilaian hasil

belajar Kurikulum 2013 tersebut secara langsung.

Keterangan tersebut nampaknya sesuai dengan

dokumen Panduan Kegiatan IHT yang tertulis bahwa

metode yang digunakan hanya ceramah, Tanya jawab,

dan diskusi tanpa ada praktek atau simulasi.

b. Afektif

Sesuai dengan isi program IHT, maka sub

variabel afektif dalam penelitian ini adalah kontribusi

IHT dalam menambah dukungan guru terhadap misi

sekolah, meningkatkan minat mengajar guru,

meningkatkan ketertiban guru dalam melaksanakan

ritual ibadah, dan kemampuan guru untuk

menyesuaikan diri dalam organisasi sekolah. Adapun

indikator beserta nilai indeks pada sub variabel afektif

dapat dilihat pada tabel 4.7.

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

219

Tabel 4.7 Hasil Tabulasi Sub Variabel Afektif

No Indikator

Frekuensi

jawaban Indeks

5 4 3 2 1

Afektif

1 Dukungan guru terhadap misi anak

sholeh berakhlak mulia setelah

mengikuti pelatihan IHT

15 1 0 0 0 15,8

2 Minat mengajar guru setelah mengikuti

pelatihan IHT

15 1 0 0 0 15,8

3 Ketertiban guru dalam melaksanakan ritual ibadah

10 5 1 0 0 14,6

4 Penyesuaian diri Anda di SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga setelah

mengikuti pelatihan IHT

11 5 0 0 0 15

Rata-rata 15,3

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa nilai

indeks untuk indikator dukungan guru terhadap misi

anak sholeh berakhlak mulia setelah mengikuti

pelatihan IHT sebesar 15,8 sehingga termasuk dalam

kategori tinggi. Nilai indeks untuk indikator minat

mengajar guru setelah mengikuti pelatihan IHT sebesar

15,8 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai

indeks untuk indikator ketertiban guru dalam

melaksanakan ritual ibadah sebesar 14,6 sehingga

termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks untuk

indikator penyesuaian diri Anda di SD Muhammadiyah

(Plus) Salatiga setelah mengikuti pelatihan IHT sebesar

15 sehingga termasuk dalam kategori tinggi.

Rata-rata nilai indeks pada variabel afektif

berdasarkan tabel 4.7 adalah 15,3 sehingga termasuk

dalam kategori tinggi. Nilai indeks tertinggi terdapat

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

220

pada indikator dukungan guru terhadap misi sekolah

dam minat mengajar guru yaitu sebesar 15,8 yang

termasuk dalam kategori tinggi. Guru banyak yang

beralasan bahwa keikutsertaannya dalam kegiatan IHT

selain untuk melaksanakan kewajiban tetapi juga ingin

menyatukan misi dan untuk meningkatkan minat

mengajar di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

Adapun nilai indeks terendah terdapat pada indikator

ketertiban guru dalam melaksanakan ritual ibadah.

Walaupun memiliki indeks terendah, tetapi indikator

tersebut masih termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa IHT telah berhasil mencapai

tujuan khusus program dari segi afektif peserta IHT.

c. Psikomotor

Sesuai dengan isi program IHT maka indikator

untuk sub variabel psikomotor dibatasi pada

kemampuan memberi penilaian hasil belajar siswa

sesuai K13, kemampuan melakukan diversifikasi

model dan metode pembelajaran, kemampuan

melakukan inovasi teknologi dalam pembelajaran,

penggunaan bahan ajar yang bervariasi, merencanakan

pengembangan karir akademik berbasis prestasi,

penggunaan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris,

meningkatkan praktek religiusitas, peningkatan

prestasi guru. Adapun nilai indeks pada masing-

masing indikator dapat dilihat pada tabel 4.8.

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

221

Tabel 4.8 Hasil Tabulasi Sub Variabel Psikomotor

No Indikator

Frekuensi

jawaban Indeks

5 4 3 2 1

Psikomotor

1 Kemampuan guru untuk menilai hasil

belajar siswa sesuai K-13

5 7 4 0 0 13

2 Kemampuan guru dalam melakukan

diversifikasi model dan metode

pembelajaran setelah mengikuti pelatihan IHT

6 10 0 0 0 14

3 Kemampuan guru dalam melakukan

inovasi teknologi setelah mengikuti

pelatihan IHT

5 10 1 0 0 13,6

4 Kemampuan guru dalam menggunakan

bahan ajar yang bervariasi setelah

mengikuti pelatihan IHT

6 9 0 0 0 13,8

5 Kemampuan merencanakan pengembangan karir akademik

berbasis prestasi setelah mengikuti

pelatihan IHT

5 9 2 0 0 13,4

6 Kemampuan menggunakan Bahasa

Arab dan Bahasa Inggris setelah

mengikuti pelatihan IHT

2 5 6 3 0 10,8

7 Kemampuan melakukan praktek religiusitas setelah mengikuti pelatihan

IHT

7 7 2 0 0 13,8

Rata-rata 13,2

Berdasarkan tabel 13 nilai indeks untuk

indikator kemampuan guru untuk menilai hasil belajar

siswa sesuai K-13 adalah 13, sehingga termasuk dalam

kategori tinggi. Nilai indeks untuk indikator

kemampuan guru dalam melakukan diversifikasi model

dan metode pembelajaran setelah mengikuti pelatihan

IHT adalah 14, sehingga termasuk dalam kategori

tinggi. Nilai indeks untuk indikator kemampuan guru

dalam melakukan inovasi teknologi setelah mengikuti

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

222

pelatihan IHT adalah 13,6 sehingga termasuk dalam

kategori tinggi. Nilai indeks untuk indikator

Kemampuan guru dalam menggunakan bahan ajar

yang bervariasi setelah mengikuti pelatihan IHT adalah

13,8 sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Nilai

indeks untuk indikator kemampuan merencanakan

pengembangan karir akademik berbasis prestasi

setelah mengikuti pelatihan IHT adalah 13,4 sehingga

termasuk dalam kategori tinggi. Nilai indeks untuk

indikator Kemampuan menggunakan Bahasa Arab

dan Bahasa Inggris setelah mengikuti pelatihan IHT

adalah 10,8 sehingga termasuk dalam kategori cukup.

Terakhir adalah indikator kemampuan melakukan

praktek religiusitas setelah mengikuti pelatihan IHT

yang mendapat nilai indeks 13,8 sehingga termasuk

dalam kategori tinggi.

Pada tabel 4.8 juga terlihat bahwa rata-rata nilai

indeks pada sub variabel psikomotor sebesar 13,2

sehingga termasuk dalam kategori tinggi. Walaupun

rata-rata nilai indeks termasuk kategori tinggi tetapi

ada satu indikator yang masih termasuk kategori

cukup, yaitu pada kategori kemampuan menggunakan

Bahasa Arab dan Bahasa Inggris dengan nilai indeks

sebesar 10,8. Hal ini nampaknya terjadi karena

kemampuan menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa

Inggris bukan menjadi prioritas dalam tujuan khusus

program. Sedangkan nilai indeks tertinggi terdapat

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

223

pada indikator kemampuan guru dalam melakukan

diversifikasi model dan metode pembelajaran setelah

mengikuti pelatihan IHT, yaitu sebesar 14 dan

termasuk kategori tinggi.

Menurut wawancara dengan Wakil Kepala SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga, 23 September 2016

yang telah dikonfirmasi oleh salah seorang panitia IHT,

program IHT sudah berhasil dalam mencapai tujuan

khusus pada sub variabel psikomotor. Sebagai contoh

prestasi yang dicapai para murid hingga tahun 2016

sudah mencapai 50 prestasi untuk. Selain itu, ada juga

guru yang berprestasi. Ada seorang guru yang sudah

berprestasi se-kota Salatiga, seorang guru lain

berprestasi se-Jawa Tengah, dan seorang lagi sudah

berprestasi pada tingkat Nasional. Namun begitu,

berdasarkan angket terbuka yang diisi langsung oleh

guru diketahui bahwa peningkatan prestasi yang

ditargetkan sekolah lebih mengarah kepada

peningkatan prestasi siswa. Hal ini dibuktikan dengan

temuan bahwa ada guru yang menyarankan agar

sekolah juga memberikan perhatian kepada

peningkatan prestasi guru.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Dimensi Instructional

Dimensi Instructional membahas segala hal yang

mendukung terselenggaranya IHT dan terbagi dalam

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

224

lima variabel, yaitu: organisasi, konten, metodologi,

fasilitas dan biaya. Pembahasan atas temuan yang

diperoleh mengenai variabel pada dimensi Instructional

tersebut dijelaskan sebagai berikut.

a. Organisasi

Berdasarkan pada hasil temuan diketahui bahwa

kesesuaian informasi dari materi yang disampaikan

dengan profesi peserta sebagai seorang guru termasuk

dalam kategori tinggi. Hal tersebut dapat diartikan

bahwa materi yang diberikan sesuai dengan level

peserta yang dalam penelitian ini adalah guru SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Hasil temuan ini

berbeda dengan temuan dalam penelitian yang

dilakukan oleh Pahlevi (2016) bahwa pengelompokan

materi pelatihan yang belum tersusun berdasarkan

level membuat peta kompetensi pendidik sulit terlacak

yang akhirnya dapat menghambat keberhasilan

program. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat

disimpulkan bahwa kesesuaian antara level peserta

dengan materi yang diberikan akan memberikan

pengaruh positif terhadap keberhasilan program

pelatihan. Sebaliknya ketidaksesuaian antara level

peserta dengan materi yang diberikan dapat

menghambat keberhasilan program.

Sehubungan dengan pelatihan yang merupakan

bagian dari pembelajaran, maka pelatihan atau IHT

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

225

pun harus mempertimbangkan prinsip belajar. Prinsip

belajar sendiri menurut Kamil (2010) adalah belajar

harus dimulai dari yang mudah menuju kepada yang

sulit, atau dari yang sudah diketahui menuju kepada

yang belum diketahui. Akan tetapi pengurutan materi

ini tidak disebutkan pada penelitian terdahulu,

sehingga tidak diketahui materi yang diberikan dalam

pelatihan diurutkan atau tidak. Adapun dalam

penelitian ini diketahui bahwa prinsip ini juga

diterapkan dalam IHT yang diselenggarakan di SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga. IHT tersebut dimulai

dengan materi mengenai kemuhammadiyahan,

kemudian dilanjutkan dengan kurikulum 2013 yang

mana materi mengenai kurikulum ini merupakan

suplemen tambahan karena secara umum guru sudah

mendapat pengetahuan mengenai kurikulum 2013.

Terakhir peserta diberikan materi mengenai branding

sekolah atau strategi sekolah untuk menjadi unggul.

Pengurutan materi dalam IHT ini pun mendapat nilai

yang baik berdasarkan persepsi guru.

Pembagian durasi waktu untuk setiap materi

yang terdapat pada jadwal IHT juga perlu

dipertimbangkan. Hal ini dimaksudkan agar peserta

tidak merasa terbebani karena durasi waktu yang

terlalu lama atau terlalu pendek sehingga konsentrasi

peserta tetap terjaga. Waktu yang terlalu lama, maka

peserta akan merasakan bosan. Sedangkan apabila

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

226

waktu terlalu pendek tidak akan cukup untuk

memberikan materi yang cukup banyak sehingga

peserta akan merasa kebingungan dan kurang

memahami materi yang disampaikan. Penelitian yang

dilakukan Riza (2014) pun diungkapkan bahwa jadwal

diklat yang terlalu padat akan menyulitkan peserta

dalam membagi waktu untuk berbagai aktivitas dalam

diklat. Pengaturan jadwal yang tidak efektif tersebut

dikarenakan terlalu banyak materi yang diberikan.

Lain halnya dengan temuan dalam penelitian ini,

pembagian waktu dalam IHT SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga ini penilaian yang baik dari para peserta. Hal

ini dibuktikan dengan persepsi peserta terhadap jadwal

pelatihan IHT dan pembagian durasi waktu pada tiap

materi pelatihan termasuk dalam kategori tinggi.

Tingginya persepsi peserta tersebut dikarenakan materi

yang diberikan tidak terlalu banyak dan waktu yang

dialokasikan cukup untuk penyampaian materi dan

tanya jawab.

Pada sub variabel organisasi ini seluruh

indikator dapat dikatakan memperoleh nilai baik. Hal

ini dibuktikan dengan kesesuaian materi pelatihan

terhadap level peserta sudah baik. Jadwal yang dibuat

oleh panitia pun tergolong baik karena durasi waktu

tidak terlalu lama atau terlalu pendek dan materi yang

diberikan pun tidak terlalu padat. Materi yang

diberikan pun termasuk baik karena sesuai dengan

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

227

prinsip belajar, yaitu diurutkan dari materi yang

mudah ke materi sulit. Oleh karena itu, seluruh

indikator dalam variabel organisasi ini dapat

memberikan sumbangan terhadap keberhasilan

program IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

b. Konten

Pahlevi (2016) mengemukakan bahwa diperlukan

analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan tujuan

penyelenggara untuk menentukan topik pelatihan agar

dapat meningkatkan kompetensi pesertanya. Hal ini

senada hasil temuan dalam penelitian ini bahwa topik

IHT dipilih berdasarkan kebutuhan guru di SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga yang disesuaikan

dengan visi, misi, dan tujuan sekolah. Topik sendiri

dipilih dengan cara musyawarah antar warga sekolah,

terutama guru dan para pimpinan sekolah.

Berdasarkan data ini dapat disimpulkan bahwa pihak

sekolah telah melakukan perencanaan dengan baik

yang didasarkan pada analisis kebutuhan guru di

sekolah. Berdasarkan temuan tersebut maka secara

teori pemilihan topik ini dapat memberikan pengaruh

positif terhadap keberhasilan program. Pernyataan

tersebut didasarkan pada pendapat Bartram S. dan

Gibson dalam Daryanto dan Bintoro (2014: 2) bahwa

dalam pelatihan perlu adanya penyiapan arah dan

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

228

fokus investasi apa yang harus dilakukan oleh

organisasi untuk pengembangan sumber daya

manusianya yang dapat dilakukan melalui analisis

kebutuhan.

Adapun persepsi peserta terhadap kesesuaian

topik IHT dengan kebutuhan peserta yang termasuk

dalam kategori tinggi. Hal ini berarti guru setuju

bahwa seluruh materi dalam IHT penting untuk

menunjang kompetensinya. Hasil ini berbeda dengan

hasil penelitian Riza (2014) bahwa materi diklat

merupakan komponen yang paling penting untuk

menunjang pekerjaan, tetapi tidak semua materi dalam

diklat dapat menunjang pekerjaan peserta, ada

beberapa materi saja yang menjadi prioritas peserta.

Temuan ini hampir sama dengan temuan Uysal (2012)

bahwa materi yang diberikan tidak sesuai dengan

kebutuhan guru sehingga tujuan program tidak dapat

tercapai dengan baik. Pentingnya seluruh materi dalam

IHT di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga ini

dikarenakan topik IHT yang dipilih oleh panitia

penyelenggara dapat membantu guru dalam

meningkatkan komitmen terhadap organisasi

tempatnya bekerja, khususnya dalam hal

kemuhammadiyahan. Selain itu topik IHT juga

memotivasi guru untuk lebih menyatu dengan visi,

misi dan tujuan sekolah serta aturan yang ditetapkan

oleh pemerintah. Kesesuaian antara topik dengan

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

229

kebutuhan peserta dalam pelatihan dapat berpengaruh

terhadap keberhasilan program pelatihan.

Berdasarkan pemaparan mengenai sub variabel

konten, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh

indikatornya termasuk baik. Pemilihan topik

didasarkan pada kebutuhan peserta dan visi, misi

sekolah, dan topik tersebut sesuai dengan kebutuhan

peserta sebagai guru SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga. Oleh karena itu sub variabel konten dapat

memberikan sumbangan terhadap keberhasilan

program IHT.

c. Metodologi

Metode penyampaian materi harus disesuaikan

dengan materi yang akan disampaikan dalam

pelatihan. Hal ini sebagaimana dikemukakan Basri dan

Rusdiana (2015) bahwa tidak ada metode yang paling

baik karena semua metode yang dapat digunakan

dalam pelatihan saling melengkapi. Sebagaimana

penelitian yang dilakukan oleh Pahlevi (2016) bahwa

metode pelatihan yang digunakan dalam diklat adalah

metode ceramah, dan praktek langsung karena materi

diklat lebih menitikberatkan pada bidang kejuruan.

Senada dengan penelitian Uysal (2012) bahwa

sehubungan dengan topik pelatihan mengenai

keterampilan mengajar bahasa maka panitia

menggunakan metode simulasi agar peserta dapat

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

230

mempraktekkan secara secara langsung tugas yang

diberikan pelatih, tetapi kelas tidak disetting dengan

baik sehingga kelas terlalu sesak. Berdasarkan

penelitian-penelitian tersebut diketahui bahwa selain

disesuaikan dengan topik atau materi yang akan

disampaikan, pemilihan metode juga perlu didasari

pada fasilitas yang ada di tempat pelatihan.

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui

bahwa metode yang digunakan dalam IHT di SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga adalah ceramah, tanya

jawab, dan diskusi. Pemilihan metode ini pun

mendapat respon yang baik dari para peserta karena

nilai indeks persepsi peserta terhadap metode

penyampaian materi termasuk dalam kategori tinggi.

Metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi ini

dipilih karena sesuai dengan materi yang hendak

disampaikan dalam IHT yang lebih banyak pada teori

dan penyusunan strategi. Selain itu, pemilihan metode

tersebut didasarkan pada fasilitas yang ditawarkan

oleh hotel tempat IHT diselenggarakan. Adapun

fasilitas hotel yang sering ditawarkan dan sering

digunakan dalam IHT adalah IT. Kesesuaian antara

metode dan materi pun dinilai baik oleh peserta

pelatihan yang dibuktikan dengan nilai indeks persepsi

peserta terhadap kesesuaian metode dengan materi

termasuk dalam kategori tinggi. Temuan ini berbeda

dengan penelitian yang dilakukan Uysal (2012) bahwa

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

231

pelatihan yang tidak memberikan kesempatan kepada

peserta untuk mendiskusikan masalah-masalah yang

dihadapi di sekolah, dan penyampaian materi yang

membosankan karena materi tidak terorganisir dengan

baik ini akan menghambat keberhasilan program.

Selain metode penyampaian materi, keberhasilan

program pelatihan juga ditentukan oleh interaksi yang

dilakukan pemateri kepada peserta. Adapun persepsi

peserta terhadap interaksi antara pemateri dan peserta

termasuk dalam kategori tinggi. Ini berarti pemateri

melakukan interaksi secara baik kepada para guru SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga pada saat IHT

berlangsung. Sebagaimana Basri dan Rusdiana (2015)

yang mengemukakan bahwa pemateri harus

menciptakan suasana yang menyenangkan dengan

cara memberikan kesan yang baik, dan menunjukkan

suasana yang diharapkan peserta. Temuan ini juga

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Uysal (2012)

bahwa pemateri yang baik adalah pemateri yang dapat

memainkan peran yang menyenangkan sesuai dengan

harapan para peserta, sebaliknya pemateri yang

mendominasi pelatihan akan membosankan bagi

peserta.

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa

pelatihan merupakan proses belajar, maka pelatihan

pun harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar.

Adapun penggunaan prinsip-prinsip belajar

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

232

berdasarkan penilaian peserta termasuk dalam

kategori tinggi. Adapun fungsi dari penggunaan

prinsip-prinsip belajar dalam pelatihan menurut

Hammond (1968: 5) adalah untuk menguatkan sikap

yang menggambarkan pencapaian tujuan, membangun

motivasi agar tujuan pelatihan dapat dicapai secara

efektif, mengaplikasikan prinsip pemecahan masalah,

merencanakan pembelajaran agar sesuai dengan

kecakapan peserta, membuat peserta mampu

melakukan hal-hal yang diajarkan dalam pelatihan,

dan peserta ikut berpartisipasi dalam pelatihan

tersebut.

Berdasarkan pemaparan mengenai sub variabel

metodologi, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh

indikator termasuk baik. Pemilihan metode

penyampaian materi termasuk baik, kesesuaian

metode dengan materi yang disampaikan termasuk

baik, penggunaan tipe interaksi termasuk baik, dan

penggunaan prinsip-prinsip belajar termasuk baik.

Oleh karena itu sub variabel metodologi yang termasuk

baik ini akan memberikan pengaruh positif terhadap

keberhasilan program.

d. Fasilitas

Fasilitas yang mempengaruhi keberhasilan

program pelatihan oleh Hammond (1968:5)

didefinisikan sebagai ruang, peralatan khusus, dan

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

233

kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk

menunjang pelatihan. Adapun Putri (2013)

mengemukakan bahwa yang termasuk dalam fasilitas

adalah fasilitas akomodasi, konsumsi, dan tentang

pelayanan dari panitia penyelenggara. Lain halnya

dengan Riza (2014) yang mengemukakan bahwa

fasilitas yang diberikan dalam pelatihan yang

ditelitinya antara lain akomodasi, konsumsi, dan

fasilitas ruangan, tetapi tidak disediakannya ruang

khusus untuk ibadah dapat menghambat efektivitas

pelaksanaan pelatihan. Temuan lain dari Pahlevi

(2016) dijelaskan bahwa fasilitas yang diberikan oleh

penyelenggara mulai dari penginapan, sarana

peralatan untuk praktek dan ruang untuk

menyampaikan materi. Akan tetapi fasilitas

penginapan yang diberikan tidak sama atau berbeda

antara peserta satu dengan peserta lain sehingga akan

berpengaruh terhadap kepuasan dan kenyamanan

peserta. Selain itu sarana peralatan untuk praktek

yang terkini yang sesuai dengan kebutuhan industri

juga masih kurang, sehingga dapat menghambat

ketercapaian tujuan program. Lain halnya pada

temuan Uysal (2012) bahwa dari sekian fasilitas yang

diberikan, terdapat satu fasilitas yang kurang baik,

yaitu ketersediaan materi yang tidak mencukupi untuk

seluruh peserta dan tidak ada materi baru yang

dikembangkan pihak penyelenggara.

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

234

Temuan-temuan yang telah dikemukakan

berbeda dengan hasil temuan dalam penelitian di SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Fasilitas yang

diberikan dalam IHT merupakan fasilitas yang

disediakan oleh tempat atau hotel dimana IHT

diselenggarakan, yaitu berupa penginapan, makanan,

tempat untuk pertemuan, dan kualitas media. Adapun

persepsi peserta terhadap pelayanan dan fasilitas yang

diberikan dalam IHT termasuk dalam kategori tinggi.

Hal ini berarti pelayanan dan fasilitas pelatihan IHT

sudah memuaskan.

Kepuasan peserta terhadap fasilitas dan

pelayanan yang diberikan dalam IHT merupakan hal

yang baik. Hal ini dikarenakan kepuasan tersebut akan

menambah semangat peserta dalam mengikuti IHT.

Oleh karena itu kepuasan peserta terhadap fasilitas

dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap

keberhasilan program IHT.

e. Biaya

Hammond (1968: 5) mengemukakan bahwa

biaya atau anggaran dalam pelatihan merupakan uang

yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas,

pemeliharaan dan personil untuk menyelesaikan tugas

yang diberikan. Pahlevi (2016) dalam penelitiannya

mengemukakan bahwa biaya yang diperlukan untuk

diklat berasal dari dana APBD sehingga besarnya

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

235

anggaran menjadi masalah tersendiri bagi

penyelenggaraan program diklat karena akan

berpengaruh terhadap jumlah peserta dan durasi

waktu diklat. Dalam penelitiannya dikatakan bahwa

panitia akan menyesuaikan jumlah peserta dengan

dana yang ada.

Temuan yang dikemukakan Pahlevi berbeda

dengan temuan dalam penelitian ini. Berdasarkan data

yang dikumpulkan, diketahui bahwa biaya yang

diperlukan untuk IHT berasal dari sekolah. Walapun

biaya memang berpengaruh terhadap jumlah peserta,

fasilitas yang akan diberikan kepada peserta dan

durasi waktu untuk IHT, akan tetapi panitia IHT di SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga selalu berusaha untuk

mencukupi biaya yang diperlukan agar IHT dapat

berjalan dengan baik sesuai dengan rencana dan

tujuan. Apabila sumber dana yang dialokasikan

sekolah kurang, maka panitia akan mencari sponsor

untuk menutupi kekurangan tersebut daripada harus

mengurangi peserta atau mengubah rencana dan

tujuan IHT. Usaha yang dilakukan panitia ini

merupakan cara yang baik karena kualitas IHT yang

diselenggarakan dapat terjaga.

Berdasarkan temuan yang telah dipaparkan

maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan

membutuhkan anggaran biaya atau dana untuk

memfasilitasi seluruh peserta IHT, dan durasi waktu

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

236

yang diperlukan dalam IHT. Semakin banyak anggaran

biaya maka akan semakin baik fasilitas yang dapat

diberikan kepada peserta, sebaliknya jika anggaran

biaya kurang, maka akan menghambat proses

penyelenggaraan IHT. Oleh karena itu usaha atau

strategi yang dilakukan panitia IHT untuk selalu

mencukupi anggaran biaya dengan mencari sponsor

tersebut dapat memberikan dampak positif terhadap

keberhasilan program dalam mencapai tujuan.

4.3.2. Dimensi Institutional

Dimensi Institutional pada penelitian ini

membahas tentang personil-personil yang berperan

dalam IHT. Adapun sub variabel pada dimensi ini

adalah pemateri, peserta, administrator atau panitia,

spesialis pendidikan, keluarga, dan komunitas.

Adapun pembahasan pada masing-masing sub variabel

tersebut adalah sebagai berikut.

a. Pemateri

Menurut Basri dan Rusdiana (2015: 95) pemateri

bertugas untuk memfasilitasi peserta dalam

meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya yang

dikomunikasikan secara verbal maupun non-verbal.

Oleh karena itu pemateri dituntut untuk menguasai

materi, metode, dan teknik berkomunikasi. Kamil

(2010: 18) menambahkan bahwa pemateri harus

memahami program pelatihan secara menyeluruh yang

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

237

meliputi urutan kegiatan, ruang lingkup, materi

pelatihan, metode dan media yang digunakan, selain

itu pemateri juga harus memahami karakteristik

peserta dan kebutuhannya. Oleh karena itu pemateri

dipilih haruslah orang-orang yang kompeten dan ahli

di bidangnya. Pernyataan tersebut senada dengan

temuan dari penelitian Putri (2013) diketahui bahwa

pemateri yang dalam pelatihan merupakan orang-

orang ahli di bidangnya yang sesuai dengan topik

pelatihan sehingga tujuan program dapat tercapai

dengan baik. Adapun Riza (2014) mengemukakan

bahwa pemateri atau narasumber tidak menguasai

metode dengan baik karena pemateri terlalu teoritis

dan tidak memberikan contoh konkrit pada materinya

sehingga peserta sulit memahami materi yang

disampaikan.

Adapun temuan yang diperoleh dalam penelitian

ini diketahui bahwa pemateri dipilih berdasarkan

kompetensinya. Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya bahwa materi yang diberikan dalam IHT

mengenai kemuhammadiyahan, kurikulum, dan materi

branding sekolah agar mampu menjadi sekolah unggul.

Oleh karena itu pemateri yang dipilih adalah orang-

orang yang kompeten terhadap materi tersebut, yaitu

orang-orang yang berasal dari Yayasan

Muhammadiyah, PLPM (Pengembang Lembaga

Pendidikan Muhammadiyah), dosen IAIN, Kepala

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

238

Sekolah Teladan dari SD Muhammadiyah Sapen

Yogyakarta, disdikpora, wali murid serta guru sekolah.

Pemateri dipilih dari orang-orang yang kompeten

karena orang-orang tersebut menguasai materi yang

akan disampaikan sehingga diharapkan peserta dapat

memahami isi materi tersebut dengan baik. Hal ini

sebagaimana terdapat pada temuan penelitian Pahlevi

(2016) bahwa pemateri harus dipilih berdasarkan

kompetensinya, jika tidak kompeten maka pemateri

tidak memiliki penguasaan materi yang baik sehingga

dapat menghambat keberhasilan program pelatihan.

Selain kompetensi yang dimiliki pemateri, baik atau

tidaknya materi yang disampaikan juga bergantung

pada waktu yang diberikan pemateri untuk

menyiapkan materinya agar sesuai dengan kebutuhan

peserta. Hal ini sebagaimana temuan penelitian Uysal

(2012) bahwa pemateri hanya diberikan waktu yang

singkat untuk menyiapkan materinya, sehingga

pemateri merasa kesulitan untuk menyesuaikan materi

dengan kebutuhan peserta yang sesungguhnya.

Adapun temuan pada penelitian ini diketahui

bahwa persepsi guru terhadap penguasaan materi dari

pemateri termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini

berarti para guru menilai bahwa para pemateri

merupakan orang kompeten yang dapat

menyampaikan materi sesuai dengan kebutuhan guru.

Selain itu, peserta juga menilai bahwa pemateri dapat

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

239

memberikan materi secara jelas yang dibuktikan

dengan persepsi guru terhadap kejelasan materi yang

disampaikan pemateri termasuk dalam kategori tinggi.

Hal ini berarti materi yang disampaikan tepat sasaran

dan tidak melenceng dari topik yang telah ditentukan.

Basri dan Rusdiana (2015: 41) mengemukakan

bahwa pemateri harus dapat menciptakan kesan yang

baik dengan menunjukkan jenis suasana kelas yang

diharapkan peserta. Kesan yang baik tersebut

diantaranya adalah tidak mendominasi kelas dan

memberikan kesempatan kepada peserta untuk

menanyakan materi yang belum dipahaminya.

Berdasarkan temuan dalam penelitian ini diketahui

bahwa peserta memberikan penilaian yang baik

mengenai kesempatan yang diberikan pemateri kepada

peserta untuk menanyakan materi yang masih

membingungkan dan kejelasan dari jawaban pemateri.

Pernyataan itu dibuktikan dengan nilai indeks persepsi

terhadap kesempatan yang diberikan pemateri kepada

peserta untuk bertanya dan kejelasan jawaban yang

diberikan pemateri termasuk dalam kategori tinggi.

Melalui nilai indeks tersebut dapat disimpulkan bahwa

setiap pemateri selalu memberikan kesempatan kepada

para guru untuk menanyakan materi yang belum

dipahaminya. Jawaban dari pemateri pun jelas dan

dapat dipahami oleh peserta.

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

240

Berdasarkan pemaparan mengenai sub variabel

pemateri, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh

indikator dalam sub variabel ini tergolong baik.

Kualifikasi pemateri termasuk baik, penguasaan materi

pelatihan termasuk baik, kejelasan penyampaian

materi termasuk baik, dan kesempatan yang diberikan

oleh pemateri kepada peserta untuk menanyakan

materi yang kurang jelas dan jawaban dari pertanyaan

peserta termasuk baik. Oleh karena itu secara teori

sub variabel pemateri secara positif mempengaruhi

pencapaian tujuan program IHT SD Muhammadiyah

(Plus) Salatiga. Walaupun begitu para guru

mengharapakan agar pada IHT berikutnya panitia

mengundang motivator agar para guru lebih

termotivasi dalam mengajar.

b. peserta pelatihan

Sebagaimana dikemukakan Sudjana dalam

Kamil (2010: 17) rekrutmen peserta menjadi kunci

yang bisa menentukan keberhasilan langkah

selanjutnya dalam pelatihan. Rekrutmen bisa

ditetapkan melalui beberapa syarat sesuai dengan

karakteristik tertentu, misalnya kebutuhan, minat,

pengalaman, tugas, pekerjaan, dan pendidikan.

Perekrutan peserta dalam IHT ini juga dilakukan dalam

penelitian Riza dan Pahlevi. Riza (2014)

mengemukakan bahwa rekrutmen peserta dalam

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

241

penelitian termasuk dalam kategori baik namun dalam

pelaksanaannya belum sesuai dengan kriteria umum

dan khusus, yang diantaranya usia melebihi batas

maksimal dan kualifikasi akademik tidak sesuai

dengan syarat yang telah ditentukan. Adapun Pahlevi

(2016) menjelaskan bahwa peserta diklat dipilih oleh

panitia dan diambil dari sekolah yang memiliki paket

keahlian sesuai dengan topik pelatihan dan memiliki

peralatan yang menunjang di sekolah.

Teori dan temuan-temuan dalam penelitian yang

telah dikemukakan tidak sama dengan temuan dalam

penelitian ini. Dalam penelitian ini peserta tidak

diseleksi atau direkrut berdasarkan syarat-syarat

tertentu karena pelatihan atau IHT hanya dilakukan

dalam lingkup sekolah. Oleh karena itu peserta IHT

merupakan seluruh guru SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga. Walaupun tidak sesuai dengan teori yang

telah dikemukakan oleh pakar pelatihan, namun

peserta pelatihan yang tidak melalui perekrutan ini

tetap dapat menentukan keberhasilan program karena

adanya motivasi, dan kesadaran yang tinggi akan

pentingnya mengikuti IHT untuk meningkatkan

kompetensinya.

Peserta yang ditunjuk dalam IHT ini merupakan

seluruh guru SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga yang

tidak melalui perekrutan berdasarkan syarat-syarat

tertentu. Walaupun begitu, bukan berarti keberhasilan

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

242

tidak dapat tercapai. Peserta sendiri memiliki motivasi

dan kesadaran yang tinggi untuk mengikuti kegiatan

IHT yang diselenggarakan selama dua hari. Oleh

karena itu, tanpa perekrutan pun keberhasilan

program tetap dapat dicapai apabila peserta memiliki

motivasi dan kesadaran untuk mengikuti IHT.

c. administrator/ panitia

Keberhasilan program pelatihan tidak terlepas

dari peran penyelenggara pelatihan. Basri dan

Rusdiana (2015: 96) mengemukakan bahwa

profesionalisme lembaga diklat sangat ditentukan oleh

profesionalisme penyelenggaranya. Apabila pegawai

diklat hanya memiliki semangat dan kemampuan

dalam mengelola diklat yang sama dengan pegawai

non-diklat, dapat dipastikan citra dan eksistensi

lembaga diklat kurang diakui. Pernyataan ini

menunjukkan bahwa keberhasilan diklat hanya akan

dicapai jika penyelenggara merupakan pegawai

lembaga diklat yang kompeten. Apabila diklat

diselenggarakan oleh pegawai non-diklat maka

kemungkinan keberhasilan diklat tidak dapat tercapai.

Temuan yang didapatkan Putri (2013) melalui

penelitiannya sejalan dengan teori yang telah

dipaparkan. Di dalam penelitiannya, Putri menjelaskan

bahwa pelatihan diselenggarakan oleh lembaga diklat

yang professional, sehingga mendapat tanggapan yang

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

243

positif dari peserta. Selain itu, teori yang telah

dipaparkan juga sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Pahlevi (2016) bahwa diklat diselenggarakan

oleh lembaga diklat yang khusus menangani

pendidikan kejuruan, akan tetapi lemahnya motivasi

sebagian pegawai dalam melaksanakan tugas dapat

menghambat keberhasilan program.

Teori dan temuan-temuan yang telah dipaparkan

agaknya tidak sama dengan temuan dalam penelitian

ini. Dalam penelitian ini diketahui bahwa

penyelenggara IHT merupakan warga sekolah dan

bukan lembaga yang secara khusus menangani

program pelatihan. Penyelenggara merupakan panitia

yang terdiri dari guru-guru SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga. Walaupun begitu, panitia IHT memiliki

semangat dan komitmen yang tinggi untuk mencapai

keberhasilan program. Hal ini dibuktikan pada usaha

panitia yang menggalang dana jika anggaran yang

diberikan oleh sekolah kurang. Panitia IHT selalu

berusaha untuk memberikan kualitas yang baik dalam

pelaksanaan IHT.

Berdasarkan pemaparan-pemaparan yang telah

dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa

penyelenggara yang berasal dari lembaga diklat tidak

menjamin tercapainya tujuan program pelatihan.

Penyelenggara yang berasal dari lembaga non-diklat

pun memiliki peluang untuk mencapai keberhasilan

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

244

program pelatihan jika penyelenggara tersebut

memiliki motivasi serta komitmen untuk serius

menangani pelatihan.

d. spesialis pendidikan

Spesialis pendidikan merupakan salah satu

faktor yang turut berperan dalam menentukan

keberhasilan program. Pada penelitian yang dilakukan

oleh Putri (2013), Riza (2014), Pahlevi (2016), Uysal

(2012) dan Yusoff (2016) selurunya mengemukakan

bahwa pelatihan merupakan inisiatif dari dinas

pendidikan atau menteri pendidikan (spesialis

pendidikan) setempat sehingga seluruh biaya

ditanggung oleh pemerintah. Spesialis pendidikan

tersebut menyerahkan semua tugas pelatihan kepada

lembaga penyedia diklat yang ditunjuk. Oleh karena itu

peran spesialis pendidikan dalam lima penelitian

terdahulu lebih sebagai inisiator, dan penyandang

dana.

Lain halnya dengan pelatihan dalam penelitian

ini. IHT di SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga ini

seluruhnya merupakan inisiatif dari sekolah. Oleh

karena itu biaya yang dibutuhkan untuk

penyelenggaraannya pun berasal dari sekolah. Peran

spesialis pendidikan dalam IHT ini adalah memberikan

izin terkait penyelenggaraan program IHT di SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga. Namun begitu, panitia

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

245

IHT menganggap bahwa pegawai dinas pendidikan

merupakan para ahli di bidang pendidikan, maka

panitia IHT mengundang salah seorang pegawai dinas

pendidikan untuk memberikan materi dalam IHT.

Materi yang disampaikan oleh dinas pendidikan terkait

dengan Kurikulum 2013 yang sedang dicanangkan

pemerintah pada masa itu.

Berdasar pemaparan-pemaparan yang telah

dijelaskan, makka dapat disimpulkan bahwa spesialis

pendidikan turut berperan dalam keberhasilan

program pelatihan. Peranan spesialis pendidikan bisa

sebagai inisiator, dan penyandang dana, ataupun

sebagai pihak yang memberikan izin penyelenggaraan

pelatihan jika pelatihan itu merupakan pelatihan

mandiri. Tanpa adanya izin yang diberikan maka

pelatihan mandiri seperti IHT tidak dapat

dilaksanakan.

e. Keluarga

Keluarga menjadi salah satu faktor yang juga

turut andil dalam mencapai keberhasilan program

pelatihan. Pada penelitian-penelitian terdahulu

keluarga tidak dijelaskan sebagai salah satu faktor

yang mempengaruhi keberhasilan program pelatihan.

Akan tetapi pada penelitian ini keluarga menjadi salah

satu faktor yang turut serta dalam mempengaruhi

keberhasilan program IHT. Hal ini dikarenakan

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

246

keluarga turut berperan dalam memotivasi peserta

untuk mengikuti kegiatan IHT. Keluarga yang

memberikan dukungan kepada peserta untuk

mengikuti IHT akan menambah motivasi peserta,

begitu pun sebaliknya. Adapun motivasi peserta sendiri

merupakan salah satu faktor penting yang dapat

mempengaruhi keberhasilan program.

Kesadaran anggota keluarga terhadap

pentingnya kegiatan IHT yang berperan untuk

meningkatkan kompetensi guru tersebut membawa

pengaruh yang positif terhadap keberhasilan program

pelatihan. Oleh karena itu dukungan keluarga sangat

diperlukan kontribusinya untuk mengembangkan

kompetensi guru. Bentuk dukungan dapat dilakukan

dengan berbagai cara, seperti memberikan izin dan

keleluasaan kepada guru untuk mengikuti IHT,

membantu atau menggantikan tugas guru dalam

menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, dan lain

sebagainya. Hal ini sebagaimana dikemukakan

Murtiningrum (2005) dalam penelitiannya bahwa

konflik keluarga berpengaruh terhadap stress kerja

guru, sehingga semakin tinggi konflik keluarga maka

semakin tinggi pula stress kerja yang dialami guru.

Peran keluarga tersebut sangat berpengaruh dalam

meningkatkan kepuasan kerja, dan mengurangi stress

kerja. Sikap dan perhatian dari keluarga seperti

berbagi atau bekerjasama dalam menyelesaikan

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

247

pekerjaan rumah tangga, mengurus anak serta

meberikan dukungan karir atau pekerjaan suami atau

istri akan mengurangi stress kerja sehingga pekerjaan

dapat dilakukan dengan maksimal.

Berdasarkan pemaparan mengenai peran

keluarga dalam pelatihan, maka dapat disimpulkan

bahwa keluarga menjadi salah satu faktor yang

berpengaruh dalam keberhasilan program pelatihan.

Peran tersebut terkait dengan pengaruh keluarga

dalam meningkatkan motivasi peserta untuk mengikuti

pelatihan. Keluarga yang memberikan dukungan

kepada peserta akan meningkatkan motivasi peserta

untuk mengikuti pelatihan, akan tetapi keluarga yang

tidak memberikan dukungan akan mengurangi atau

bahkan menghilangkan motivasi dalam diri peserta.

f. Komunitas

Penelitian Ekosusilo (2003) diketahui bahwa

melalui komunitas guru akan terjalin kerjasama antar

sesama guru atau antara guru dengan Kepala Sekolah.

Hal ini memiliki dampak yang baik terhadap

ketercapaian tujuan sekolah ataupun tujuan program-

program yang dijalankan sekolah. Pernyataan tersebut

senada dengan hasil penelitian ini bahwa komunitas

turut berperan dalam mempengaruhi keberhasilan

program IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

Komunitas disini selain menjadi wadah untuk

Page 68: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

248

berkomunikasi juga digunakan untuk memantau guru

dalam mengimplementasikan materi pelatihan pada

saat guru kembali bekerja.

Peran komunitas dalam mempengaruhi

keberhasilan program IHT SD Muhammadiyah (Plus)

Salatiga tidak lepas dari peran pimpinan sekolah yang

mewajibkan guru-guru untuk membentuk komunitas

per-grade kelas yang diampu. Peran Kepala Sekolah ini

sebagaimana dikemukakan oleh Kompri (2015: 35)

bahwa sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah

harus mampu mempengaruhi, membujuk, dan

meyakinkan para bawahannya agar mempunyai

kemauan dan kemampuan untuk mencapai tujuan

organisasi. Kompri juga menjelaskan bahwa dibalik

sekolah yang baik terdapat kepala sekolah yang

berhasil, yaitu kepala sekolah yang memiliki visi yang

jelas, kepemimpinan yang kuat, dan memiliki harapan

yang tinggi terhadap prestasi siswa dan kinerja guru.

Berdarkan pemaparan mengenai komunitas,

maka dapat disimpulkan bahwa komunitas turut

berperan dalam mempengaruhi keberhasilan program

pelatihan. Komunitas dapat digunakan sebagai sarana

untuk memantau perubahan perilaku yang

ditunjukkan guru sebagai dampak dari pelatihan.

Komunitas juga dapat digunakan sebagai sarana

untuk sharing terhadap masalah-masalah yang

Page 69: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

249

dihadapi guru pada saat mengimplementasikan materi

pelatihan.

4.3.3. Dimensi behavior

Dimensi behavior dalam penelitian ini

menyangkut tujuan khusus dari program IHT yang di

selenggarakan oleh SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga.

Adapun tujuan khusus yang dimaksud adalah

peningkatan kompetensi guru. Secara lebih terperinci

kompetensi yang hendak dicapai meliputi pengetahuan

(kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor)

yang sesuai dengan visi dan misi SD Muhammadiyah

(Plus) Salatiga.

Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, secara

umum tujuan program IHT telah dicapai, walaupun

ada satu yang belum tercapai dengan baik. Tujuan

yang belum tercapai dengan baik tersebut rupanya

merupakan salah satu tujuan yang tidak menjadi

prioritas untuk segera dicapai dalam waktu tiga tahun.

Adapun penjelasan mengenai ketercapaian tujuan

program IHT adalah sebagai berikut.

a. Kognitif

Tujuan kognitif dari penelitian yang dilakukan

oleh Putri (2013) adalah meningkatkan kemampuan

peserta yangdiukur dengan memberikan tes dan

mengaplikasikan materi melalui simulasi yang diukur

melalui observasi. Adapun Riza (2014) mengemukakan

Page 70: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

250

bahwa tujuan kognitif dari pelatihan dalam

penelitiannya adalah meningkatkan pengetahuan

akademik yang diukur dengan menggunakan tes. Hal

senada juga ditunjukkan oleh Yusoff (2016) bahwa

tujuan kognitif dalam penelitiannya adalah

meningkatkan pengetahuan peserta yang diukur

melalui tes. Tes dalam penelitian-penelitian tersebut

berfungsi untuk mengetahui perubahan pengetahuan

peserta secara langsung setelah mengikuti pelatihan.

Hasil temuan dari penelitian terdahulu memiliki

perbedaan dengan hasil temuan dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini tujuan kognitif dari penelitian

adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan

mengaplikasikan materi IHT. Akan tetapi sehubungan

dengan pelaksnaan IHT yang dilakukan tiga tahun

yang lalu, dan baru dapat dilihat setelah tiga tahun

sejak pelatihan dilakukan maka kurang efektif jika

diukur menggunakan tes. Selain itu, tidak

digunakannya tes dalam penelitian karena adanya

keterbatasan waktu dan perizinan untuk memberikan

tes kepada guru yang sebagian besar merupakan guru

baru yang tidak mengikuti IHT tahun 2013/2014 ini.

Adapun tujuan kognitif dari program IHT SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga tahun ajaran

2013/2014 antara lain: menambah pengetahuan

Kemuhammadiyahan, menambah pengetahuan

pendidikan karakter Muhammadiyah, menambah

Page 71: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

251

pengetahuan tentang penilaian hasil belajar kurikulum

2013, menambah pengetahuan inovasi teknologi,

menambah pengetahuan diversifikasi model dan

metode pembelajaran, menambah kemampuan guru

dalam memadukan variasi bahan ajar, menambah

pengetahuan mengembangkan karir akademik berbasis

prestasi, mengaplikasikan Kemuhammadiyahan dan

pendidikan karakter Muhammadiyah setelah mengikuti

pelatihan IHT.

Berdasarkan temuan dalam penelitian ini,

seluruh tujuan kognitif IHT telah tercapai dengan baik.

Kontribusi IHT dalam menambah pengetahuan

Kemuhammadiyahan termasuk baik. Kontribusi IHT

dalam menambah pengetahuan pendidikan karakter

Muhammadiyah termasuk baik. Kontribusi IHT dalam

menambah pengetahuan tentang penilaian hasil

belajar kurikulum 2013 termasuk baik. Kontribusi IHT

dalam menambah pengetahuan inovasi teknologi,

menambah pengetahuan diversifikasi model dan

metode pembelajaran termasuk baik. Kontribusi IHT

dalam menambah kemampuan guru dalam

memadukan variasi bahan ajar termasuk baik.

Kontribusi IHT dalam menambah pengetahuan

mengembangkan karir akademik berbasis prestasi

tercapai dengan baik. Kontribusi IHT dalam

mengaplikasikan Kemuhammadiyahan dan pendidikan

Page 72: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

252

karakter Muhammadiyah setelah mengikuti pelatihan

IHT pun telah tercapai dengan baik.

Walaupun secara keseluruhan tujuan kognitif,

tetapi masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki

untuk kelanjutan program. Kekurangan tersebut

terdapat pada kesesuaian metode dengan materi yang

diberikan, khususnya dalam hal yang berhubungan

dengan pengetahuan yang dibarengi keterampilan.

Pada temuan ini ada beberapa guru yang menilai

bahwa IHT kurang memiliki kontribusi dalam

menambah pengetahuan tentang penilaian hasil

belajar Kurikulum 2013 karena guru tersebut tidak

mendapat kesempatan untuk mempraktekan penilaian

hasil belajar Kurikulum 2013 tersebut secara

langsung. Temuan ini menunjukkan bahwa metode

yang digunakan masih perlu dikaji ulang agar lebih

sesuai sehingga dapat mencapai tujuan dengan lebih

baik lagi.

Berdasarkan pemaparan mengenai sub variabel

kognitif dalam pelatihan, dapat disimpulkan bahwa

tujuan kognitif dari setiap pelatihan berbeda satu sama

lain, sehingga diperlukan pengukuran yang sesuai.

Selain perbedaan tujuan, pengukuran juga perlu

mempertimbangkan kondisi dari objek yang dievaluasi.

Selain itu, walaupun hasil pengukuran menunjukkan

bahwa perubahan pengetahuan baik perlu dikaji lagi

Page 73: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

253

apakah pencapaian tujuan sudah optimal ataukah

masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki.

b. Afektif

Tujuan afektif dalam pelatihan merujuk pada

perubahan sikap peserta setelah mengikuti pelatihan.

Adapun perubahan sikap ini tidak dapat diukur secara

langsung pada saat pelatihan, karena perubahan sikap

merupakan dampak dari pelatihan yang butuh waktu

lama. Perubahan sikap baru bisa diukur setelah

beberapa waktu sejak pelatihan dilakukan.

Berdasarkan temuan yang dikemukakan Riza

(2014), peserta yang mengikuti pelatihan tidak

menunjukkan perubahan sikap sesuai dengan materi

yang diajarkan dalam pelatihan. Penyebabnya adalah

tidak adanya monitoring dari lembaga diklat setelah

pelatihan selesai. Hasil temuan ini berbeda dengan

hasil temuan pada penelitian yang dilakukan di SD

Muhammadiyah (Plus) Salatiga ini. Dalam penelitian

ini diketahui bahwa tujuan afektif IHT yang meliputi

kontribusi IHT dalammenambah dukungan misi

sekolah, meningkatkan minat mengajar guru,

meningkatkan ketertiban guru dalam melaksanakan

ritual ibadah, dan kemampuan guru untuk

menyesuaikan diri dalam organisasi sekolah

seluruhnya dapat tercapai dengan baik. Ketercapaian

itu merupakan hasil dari pengawasan yang dilakukan

Page 74: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

254

oleh pemimpin sekolah melalui komunitas-komunitas

yang ada di sekolah.

Berdasarkan temuan-temuan yang telah

dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa pelatihan tidak

dapat secara langsung merubah sikap seseorang

setelah kembali ke tempat kerjanya. Perubahan sikap

perlu dibarengi dengan pengawasan yang dilakukan

oleh penyelenggara untuk mengetahui sejaum mana

peserta dapat mencapai tujuan afektif dalam pelatihan.

c. Psikomotor

Psikomotor merupakan tujuan pelatihan yang

berkaitan dengan peningkatan keterampilan peserta

setelah mengikuti pelatihan. Penelitian yang dilakukan

oleh Riza (2014) menghasilkan temuan bahwa tidak

sepenuhnya tujuan psikomotor dapat dicapai, karena

guru mempunyai prioritas sendiri tentang keterampilan

yang penting untuk digunakan di tempat kerjanya.

Oleh karena itu, materi yang tidak diprioritaskan

tersebut kurang berhasil dalam meningkatkan

keterampilan peserta.

Temuan dari Riza juga ditemukan dalam

penelitian ini. Tujuan psikomotor dalam penelitian ini

dibatasi pada kemampuan memberi penilaian hasil

belajar siswa sesuai K13, kemampuan melakukan

diversifikasi model dan metode pembelajaran,

kemampuan melakukan inovasi teknologi dalam

Page 75: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

255

pembelajaran, penggunaan bahan ajar yang bervariasi,

merencanakan pengembangan karir akademik berbasis

prestasi, penggunaan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris,

meningkatkan praktek religiusitas, peningkatan

prestasi guru. Hasilnya hampir semua tujuan

psikomotor dapat tercapai dengan baik, tetapi ada satu

tujuan yang masih belum tercapai, yaitu pada kategori

kemampuan menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa

Inggris. Hal ini terjadi karena kategori tersebut bukan

menjadi prioritas untuk segera dicapai dalam waktu

tiga tahun. Tujuan psikomotor program lebih

diprioritaskan pada pencapain prestasi sekolah. Akan

tetapi prestasi yang diprioritaskan adalah peningkatan

prestasi siswa. Oleh karena itu seharusnya

peningkatan prestasi tidak hanya difokuskan untuk

siswa saja, tetapi juga prestasi sekolah pada

umumnya. Sekolah perlu memberikan dukungan

untuk peningkatan prestasi guru. Walaupun beberapa

guru sudah mewakili sekolah di tingkat kota, provinsi,

bahkan nasional namun masih ada guru yang

mempunyai minat tinggi untuk turut serta dalam

meningkatkan prestasi tetapi kurang mendapat

perhatian oleh pihak sekolah.

Berdasarkan temuan yang telah dipaparkan,

dapat disimpulkan bahwa tujuan psikomotor tidak

dapat tercapai secara keseluruhan jika ada beberapa

tujuan yang menjadi prioritas. Oleh karena itu, sekolah

Page 76: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

256

perlu memberikan perhatian pada seluruh tujuan

program agar tujuan yang menjadi prioritas ataupun

kurang diprioritaskan dapat tercapai dengan baik.

Selain itu, pimpinan sekolah perlu memberikan

perhatian kepada kebutuhan guru dalam hal

meningkatkan prestasinya. Hal ini dimaksudkan agar

seluruh guru juga mendapat kesempatan untuk

mengembangkan diri di bidang peningkatan prestasi.

4.3.4. Rekomendasi Keberlanjutan Program

Berdasarkan pemaparan-pemaparan mengenai

IHT SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga yang dengan

dari segi dimensi Instructional, Institutional, dan

Behavior maka dapat disimpulkan bahwa program IHT

tersebut memiliki pengaruh yang baik untuk

meningkatkan kompetensi guru. Oleh karena itu,

program tahunan SD Muhammadiyah (Plus) Salatiga ini

perlu dilanjutkan dengan beberapa perbaikan.

Perbaikan tersebut antara lain: (1) panitia perlu

menyusun perencanaan tentang penggunaan metode

yang lebih sesuai dengan materi dan tujuan yang

hendak dicapai, khususnya pada materi yang

memerlukan praktek secara langsung atau simulasi; (2)

panitia perlu melakukan analisis kebutuhan guru

secara lebih detail, sebagai contoh kebutuhan guru

untuk mendapat motivasi dari seorang motivator; dan

(3) pihak sekolah perlu memberikan perhatian kepada

Page 77: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

257

guru yang ingin mengembangkan prestasinya dengan

memberikan pengarahan-pengarahan, atau pun

kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang potensi guru

untuk berprestasi.

Page 78: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13306/4/T2_942015018_BAB IV.pdf · terendah sebesar 13,4 dan masih termasuk dalam kategori tinggi, yaitu

258