Upload
buikhue
View
213
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
46
BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Pelaksanaan Tindakan
A. Gambaran Sekolah
Penelitian ini dilakukan di SDN Gunung Gempol Kecamatan Jumo Kabupaten
Temanggung Semester II Tahun Pelajaran 2011/ 2012 dengan Subyek Penelitian
Siswa Kelas V sebanyak 12 siswa. Letak SDN Gunung Gempol berada di Wilayah
Kelurahan Gunung Gempol Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung.
SDN Gunung Gempol terletak di desa Gunung Gempol Kelurahan Gunung
Gempol Kecamatan Jumo Kabupaten Temangung. Arah keselatan dari SD adalah
jalan raya menuju ke Kecamatan. Suasana SDN Gunung Gempol masih asri
dengan suasana pedesaan, sungai dan persawahan, di disebelah timur dan selatan
terdapat perumahan warga, dan disebelah timur juga terdapat Kantor Kelurahan
Gunung Gempol, Puskemas, TK, dan Play Group. Letak yang strategis ini
membuat SDN Gunung Gempol mudah dijangkau. Selain itu, dekat dengan
pemikiman penduduk Dusun Gunung Gempol.
SDN Gunung Gempol bukan merupakan satu-satunya sekolah yang ada di
Kelurahan Gunung Gempol ada sekolah lain yaitu MTS Gunung Gempol namun
sebagian besar penduduk Gunung Gempol bersekolah di SDN Gunung Gempol
karena letaknya dekat. SDN Gunung Gempol yang mempunyai beberapa ruang
yang terdiri atas kelas 1 sampai kelas 6 dengan jumlah keseluruhan siswa 125
siswa.
Ruangan SDN Gunung Gempol terdapat Delapan ruangan. Dengan rincian
enam ruang kelas yang terdiri dari kelas 1 sampai dengan kelas 6, satu ruang
kantor guru dan satu perpustakaan. Ruang kelas juga sudah cukup baik, dengan
penerangan dan ventilasi yang cukup. Disetiap ruang kelas juga tersedia tempat
hasil karya siswa dengan berbagai macam karya-karya siswa sehingga kelas
terkesan menarik, tidak membosankan bagi siswa dan dapat memacu kreatifitas
siswa dalam berkarya. Selain itu juga terdapat tempat untuk menyimpan hasil nilai
47
yang diperoleh siswa, masing-masing siswa dipisahkan dan mempunyai tempat
dokument yang berisi hasil nilai presasi belajarnya sehingga siswa dapat melihat
hasil nilai prestasi belajar yang diperolehnya. Sekolah Dasar Negeri Gunung
Gempol juga menyediakan dua WC yang terdiri dari WC guru dan siswa. Selain
ruangan dan WC SDN Gunung Gempol juga mempunyai halaman yang cukup luas
yang digunakan sebagai satu lapangan upacara. Fasilitas belajar yang ada di
Sekolah Dasar Negeri Gunung Gempol masih terbatas. Adapun komputer yang
digunakan untuk memfasilitasi guru dalam mengetik data-data administrasi yang
diperlukan, selain itu alat peraga dalam pembelajaran juga masih terbatas. Akan
tetapi penunjang sarana belajar siswa sudah cukup baik seperti buku-buku yang
dapat membantu siswa dalam belajar. Buku-buku tersebut terdiri dari buku-buku
pelajaran, buku-buku cerita serta buku-buku lain yang dapat menunjang dalam
membantu siswa dalam belajar. Untuk setiap ruang kelas juga sudah cukup
memadai ketersediaan fasilitasnya.
B. Kondisi Awal Subyek Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas V SDN Gunung Gempol Pelajaran 2011/ 2012
yang berjumlah 12 siswa. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan bisa
terlihat dari nilai sekunder hasil evaluasi peserta didik pada mata pelajaran
matematika yang telah dilakukan dimana sebagian besar peserta didik
memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 62). Diperoleh data
hasil pembelajaran sebelum dilakukan tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh
peneliti yang terdapat dalam tabel 4.1.
48
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Nilai Mata Pelajaran Matematika
Siswa Kelas V SDN Gunung Gempol Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012
Pra Siklus
Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan
<51 4 33,3% Tidak Tuntas
52 - 61 5 41,67% Tidak Tuntas
62-71 3 25% Tuntas
72-81 0 0% Tuntas
82-91 0 0% Tuntas
>92 0 0% Tuntas
Jumlah 12 100
Nilaia Rata-rata 56,75
Nilai Tertinggi 71
Nilai Terendah 45
Dilihat dari tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai pada mata pelajaran Matematika
pembelajaran belum efektif dengan banyaknya siswa yang belum tuntas dalam
belajarnya (KKM= 62). Diketahui pada skor nilai antara <51 frekuensinya ada 4
dengan presentase 33,3% dari jumlah keseluruhan siswa tidak tuntas, skor nilai
anatara 52 s/d 61 frekuensinya ada 5 dengan persentase 41,67% dari jumlah
keseluruhan siswa tidak tuntas, dan skor nilai antara 62 s/d 71 frekuensinya ada 3
dengan persentase 25% dari jumlah keseluruhan siswa sudah tuntas atau
mencapai KKM yang ditentukan dapat dilihat pada daftar nilai siswa (terlampir).
Sehingga peneliti merasa perlu mengadakan tindakan pembelajaran demi
membantu meningkatkan prestasi belajar siswa, khususnya siswa kelas V SDN
Gunung Gempol Kabupaten Temanggung Tahun Ajaran 2011/ 2012 pada mata
49
pelajaran matematika. Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan dalam diagram
seperti pada gambar 4.1.
Gambar 4.1
Hasil Perolehan Nilai Pra Siklus
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 62) data hasil
perolehan nilai pada pra siklus dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2.
Tabel 4.2
Ketuntasan Belajar Pra Siklus
No. Ketuntasan
Belajar
Jumlah Siswa
Jumlah Persen (%)
1. Tuntas 3 25%
2. Belum tuntas 9 75%
Jumlah 12 100%
Ketuntasan Belajar Siswa Perolehan Nilai Pra Siklus dapat diketahui
bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM=62) sebanyak 9 siswa atau 75%, sedangkan yang sudah mencapai
ketuntasan minimal sebanyak 3 siswa dengan persentase 25%. Ketuntasan belajar
siswa pada tabel 4.2 dapat dilihat pada gambar 4.2.
50
Gambar 4.2
Persentase Nilai Pra Siklus
C. Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Siklus 1 terdiri dari 2 kali pertemuan, setiap pertemuan masing masing
berlangsung selama 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran. Penelitian dilakukan
pada tanggal 22 Maret 2012 sampai dengan 23 Maret 2012.
Pada Siklus 2 persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah:
1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2. Melakukan koordinasi dengan guru kelas sehubungan dengan penelitian
yang akan dilaksanakan.
3. Menyiapkan lembar observasi untuk guru dan siswa.
4. Menyusun lembar kerja yang meliputi menyusun tes dan menyiapkan alat
peraga serta mencari berbagai sumber materi pelajaran.
51
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun yaitu:
a. Pertemuan I
Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran dengan salam, mengabsen
siswa dan menata kesiapan belajar siswa. Bersama-sama menyanyikan lagu
“Pecahan”, guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan inti siswa dibagi menjadi tiga kelompok dan diminta
membaca komik yang berbeda-beda kemudian perwakilan tiap kelompok
diminta menjelaskan kepada kelompok lain tentang materi pada komik yang
telah mereka pelajari. Siswa bertanya jawab dengan guru tentang hal-hal
yang belum diketahui. Dalam kelompok yang sama siswa diminta baris
diantara meja kemudian guru membagi kartu bilangan siswa di jelaskan cara
permainan kemudian siswa melakukan permainan kartu bilangan.
Pada kegiatan akhir Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran, guru
membagikan hasil evaluasi, memberikan pekerjaan rumah dan memberikan
pesan positif.
b. Pertemuan II
Guru membuka pelajaran dengan salam, mengabsen siswa, kemudian
guru memeriksa kesiapan belajar siswa. Mengingatkan kembali macam-
macam pecahan yang mereka ketahui pada pelajaran yang lalu.
Pada kegiatan inti Siswa membaca komik kemudian siswa maju
mengambil soal yang diletakkan dikotak seperti kupon kemudian siswa
diminta mengerjakan soal didepan kelas. Setelah mengerjakan siswa diminta
menjelaskan pada teman-temannya tentang hasil pekerjaannnya.Siswa yang
belum paham bertanya. Setelah itu siswa melakukan evaluasi bersama
tentang hasil pekerjaan siswa kemudian siswa melakukan permainan kartu
bilangan. Siswa yang banyak benarnya adalah pemenangnya
52
Pada kegiatan akhir siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang belum
diketahui, meluruskan kesalahan pemahaman, dan siswa dengan diberikan
penguatan dan menyimpulkan materi pelajaran.
c. Pertemuan III
Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran dengan salam, mengabsen
siswa kemudian siswa mengingat kembali pelajaran yang telah lalu melalui
kegiatan tanya jawab
Pada kegiatan inti salah satu siswa membaca komik didepan kelas
kemudian siswa dibagi menjadi 3 kelompok setiap kelompok diminta
mengerjakan soal didepan kelas siswa yang lain mengoreksi hasil pekerjaan
temannya. setelah itu siswa melakukan permainan kartu bilangan.
Pada kegiatan akhir siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang belum
diketahui, meluruskan kesalahan pemahaman, diberikan penguatan, siswa
dengan bantuan guru menyimpulkan materi pelajaran.
Dari uraian serangkaian kegiatan pembelajaran pada Siklus pertama
terlihat bahwa pada Siklus 1 guru memperbaharui pembelajaran yang semula
menggunakan pembelajaran konvensional atau ceramah sekarang
menggunakan komik dan permainan kartu bilangan.
3. Hasil Evaluasi
Setelah selesai pembelajaran pada siklus I pada pertemuan III dilaksanakan
evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi. Hasil
evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar dengan nilai 62 maka
diperoleh dari seluruh jumlah siswa yang berjumlah 12 siswa dalam belajarnya
sebanyak 9 siswa tuntas dengan mendapat nilai ≥ 62 dan rata-rata dari jumlah
keseluruhan 72. Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditentukan yaitu
ketercapaian KKM pada prestasi belajar siswa penulis memberikan patokan 80%
dari jumlah keseluruhan siswa prestasi belajarnya meningkat dengan mencapai nilai
≥ 62 berdasarkan hasil hasil evaluasi siswa dan 80% dari jumlah keseluruhan siswa
mencapai ketuntasan belajar siswa dengan memperoleh nilai ≥ 62 sesuai dengan
53
KKM. Berdasarkan hasil evaluasi tertulis siswa, indikator kinerja yang ditentukan
belum tercapai melebihi indikator yang telah ditentukan. Yaitu 80% dari jumlah
keseluruhan siswa mendapat nilai ≥ 62 dengan maksimal 100 dan minimal 62.
Sehingga dilanjutkan pada siklus II dengan menggunakan komik dan permainan kartu
bilangan.
Berdasarkan pengamatan dari observer pada siklus I maka secara keseluruhan
hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I adalah sebagai
berikut:
a. Hambatan
1. Siswa masih belum terbiasa berbicara didepan kelas terutama menjelaskan
pada temannya.
2. Siswa masih tidak percaya diri saat diminta maju kedepan melakukan
permainan kartu.
b. Penyelesaian
1. Siswa yang kurang berani berbicara lebih banyak ditunjuk.
2. Siswa sering diajak mengikuti kegiatan permainan kartu bilangan.
3. Dalam proses pembelajaran memerlukan pengarahan yang maksimal dalam
setiap kegiatan yang dilaksanakan siswa.
4. Siswa lebih sering diminta berbicara didepan kelas agar percaya diri dan bisa
menjelaskan pada teman-temannya.
5. Dalam proses pembelajaran memerlukan pengarahan yang maksimal dalam
setiap kegiatan yang dilaksanakan siswa
D. Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
Siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2011 dan 29 Maret 2011,
dilaksanakan 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit atau 2 jam
pelajaran tiap pertemuan.
Pada Siklus 2 persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah:
1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
54
2. Melakukan koordinasi dengan guru kelas sehubungan dengan penelitian
yang akan dilaksanakan
3. Menyiapkan lembar observasi untuk guru dan siswa
4. Menyusun lembar kerja yang meliputi menyusun tes dan menyiapkan
soal-soal evaluasi dan menyiapkan alat peraga
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun yaitu:
a. Pertemuan I
Guru membuka pelajaran dengan salam, mengabsen siswa kemudian
memeriksa kesiapan belajar siswa kemudian siswa dan guru bernyanyi lagu
membandingkan pecahan setelah itu guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
Pada kegiatan inti siswa dijelaskan tentang membandingkan pecahan
kemudian siswa diminta membaca komik dan mengidentifikasinya. Setelah
itu siswa diminta mengerjakan soal yang ada didalam komik setelah dikoreksi
siswa melakukan permainan kartu bilangan.
Kegiatan diakhiri dengan tanya jawab tentang hal-hal yang belum
dipahami atau diketahui siswa, kemudian siswa dengan bantuan guru
menyimpulkan pelajaran.
b. Pertemuan II
Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran dengan salam,
mengabsen siswa kemudian siswa mengingat kembali pelajaran yang telah
lalu melalui kegiatan tanya jawab
Pada kegiatan inti siswa membaca komik kemudian siswa diminta
mengerjakan soal didepan setelah itu menjelaskan pada teman-temannya
setelah itu siswa melakukan permainan kartu bilangan.
55
Pada kegiatan akhir siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang belum
diketahui, meluruskan kesalahan pemahaman, diberikan penguatan, siswa
dengan bantuan guru menyimpulkan materi pelajaran.
c. Pertemuan III
Pada kegiatan awal guru membuka pelajaran dengan salam,
mengabsen siswa kemudian siswa mengingat kembali pelajaran yang telah
lalu melalui kegiatan tanya jawab
Pada kegiatan inti siswa membaca komik kemudian siswa diminta
mengerjakan soal didepan setelah itu menjelaskan pada teman-temannya
setelah itu siswa melakukan permainan kartu bilangan.
Pada kegiatan akhir siswa bertanya jawab tentang hal-hal yang belum
diketahui, meluruskan kesalahan pemahaman, diberikan penguatan, siswa
dengan bantuan guru menyimpulkan materi pelajaran.
Melalui gambaran sekilas pada kegiatan Siklus 2 guru memperhatikan
siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM untuk sering ditunjuk sehingga
siswa tersebut bisa lebih berani maju dan bertanya bila belum paham, selain
itu pemberian pertanyaan diutamakan pada siswa yang masih memperoleh
nilai dibawah KKM.
3. Hasil Evaluasi
Setelah selesai pembelajaran pada pada siklus II maka dilaksanakan evaluasi
untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi. Hasil evaluasi yang
diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar dengan nilai 62 maka diperoleh dari
seluruh jumlah siswa yang berjumlah 12 siswa dalam belajarnya sebanyak 12 siswa
tuntas dengan mendaat nilai diatas 62 dan rata-rata dari jumlah keseluruhan 83,75.
Dengan demikian penerapan komik dan permainan kartu bilangan yang dilakukan
pada siklus II berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditentukan yaitu ketercapaian KKM pada
prestasi belajar siswa penulis memberikan patokan 80% dari jumlah keseluruhan
siswa prestasi belajarnya meningkat dengan mencapai nilai ≥ 62 berdasarkan hasil
56
hasil evaluasi siswa dan 80% dari jumlah keseluruhan siswa mencapai ketuntasan
belajar siswa dengan memperoleh nilai ≥ 62 sesuai dengan KKM. Berdasarkan hasil
evaluasi tertulis siswa, indikator kinerja yang ditentukan telah tercapai melebihi
indikator yang telah ditentukan. Yaitu 100% dari jumlah keseluruhan siswa mendapat
nilai ≥62 dengan maksimal 100 dan minimal 55. Dengan demikian berdasarkan hasil
evaluasi tertulis siswa pada siklus II telah mencapai indikator kinerja dan mengalami
peningkatan dibandingkan dengan siklus I.
Berdasarkan pengamatan dari observer maka secara keseluruhan hasil refleksi
yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut:
i. Hambatan
1. Siswa masih belum terbiasa berbicara didepan kelas terutama menjelaskan
padatemannya.
2. Siswa masih tidak percaya diri saat diminta maju kedepan melakukan
permainan kartu.
ii. Penyelesaian
Dalam proses pembelajaran memerlukan pengarahan yang maksimal dalam
setiap kegiatan yang dilaksanakan siswa.
4.2 Hasil Analisis Data
A. Siklus I
Analisis penelitian setelah menggunakan komik dan permainan kartu bilangan pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Rekapitulasi Nilai Siklus I
Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan
<51 0 0% Tidak Tuntas
3 52 - 61 3 25% Tidak Tuntas
62-71 4 33,3% Tuntas
72-81 2 16,67% Tuntas
57
82-91 3 25% Tuntas 9
>92 0 0% Tuntas
Jumlah 12 100
Nilaia Rata-rata 72
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 55
Berdasarkan tabel 4.3 siswa yang mencapai ketuntasan belajar (KKM = 62)
adalah sebanyak 9 siswa atau 75% dari keseluruhan siswa sedangkan siswa yang belum
mencapai ketuntasan belajar sebanyak 3 siswa atau 25% . Untuk lebih jelasnya data nilai
pada tabel 4.3 dapat dibuat diagram seperti pada gambar 4.3.
Gambar 4.3
Perolehan Nilai Siklus I
Berdasarkan data hasil perolehan nilai pada siklus I berdasarkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM=62) dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.4.
58
Tabel 4.4
Ketuntasan Belajar Siklus I
No. Ketuntasan
Belajar
Jumlah Siswa
Jumlah Persen (%)
1. Tuntas 9 75%
2. Belum tuntas 3 25%
Jumlah 12 100
Ketuntasan Belajar Siswa Perolehan Nilai Siklus I dapat diketahui bahwa siswa
yang memiliki nilai kurang dari (KKM = 62) sebanyak 3 siswa atau 75%. Sedangkan yang
sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 9 siswa dengan persentase 75%.
Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.4 dapat dilihat pada gambar 4.4.
Gambar 4.4
Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I
Berdasarkan pada gambar 4.4 kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
komik dan permainan kartu bilangan siswa yang belum tuntas (KKM = 62) adalah
sebanyak 3 siswa atau 25% siswa. Sedangkan siswa yang tuntas dalam belajarnya
sebanyak 9 siswa atau 75% dari jumlah siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan
59
bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Meskipun sudah terjadi
peningkatan hasil belajar siswa akan tetapi masih ada beberapa siswa yang nilainya
masih dibawah standar KKM yang telah ditentukan sekolah hal tersebut dapat
diupayakan ketuntasannya dalam Siklus selanjutnya.
Tabel 4.5
Tabel Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar
Kondisi Awal Dan Siklus 1
No Ketuntasan
Belajar
Kondisi Awal Siklus 1
Jumlah
Siswa
Persentase% Jumlah
Siswa
Persentase%
1 Tuntas 3 25 % 9 75%
2 Belum Tuntas 9 75% 3 25%
Jumlah 12 100% 12 100%
Untuk lebih jelasnya perbandingan persentase ketuntasan belajar Kondisi Awal dengan
Siklus 1 dapat dilihat pada gambar 4.5.
Gambar 4.5
Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar
60
Berdasarkan tabel 4.5 dan gambar 4.5 dapat dapat disimpulkan bahwa pada
Siklus pertama terjadi peningkatan persentase ketuntasan siswa. Pada kondisi
awal ketuntasan belajar siswa hanya 25% dengan jumlah siswa yang tuntas 3
siswa dan 9 siswa belum tuntas, pada Siklus 1 ketuntasan belajar siswa meningkat
menjadi 75% dengan jumlah siswa yang telah tuntas yaitu 9 siswa. Hal ini
menunjukan adanya peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa setelah
dilakukan penelitian Siklus 1 sebanyak 75%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Meskipun sudah terjadi
peningkatan hasil belajar siswa akan tetapi masih ada beberapa siswa yang
nilainya masih dibawah standar KKM yang telah ditentukan sekolah hal tersebut
dapat diupayakan ketuntasannya dalam Siklus selanjutnya.
B. Siklus II
Analisis penelitian setelah menggunakan pembelajaran dengan menggunakan
komik dan permainan kartu bilangan seperti pada tabel 4.6. Dari tabel 4.6 dapat
dilihat bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai <51 dan 52 s/d 51 sebanyak 0
siswa atau tidak ada yang mendapatkan nilai <62 dengan persentase 0%,
sedangkan nilai 62 s/d 71 sebanyak 2 siswa 16,67%, nilai 72 s/d 81 sebanyak 3
siswa 25% ,nilai 82 s/d 91 sebanyak 5 siswa 41,67% dan yang memiliki nilai 92 s/d
100 sebanyak 2 siswa atau 16,67%. Dengan nilai rata-rata 83,75 dan nilai
terendahnya adalah 70 sedangkan nilai tertinggi adalah 100. Dari 21 siswa tersebut
siswa yang mendapatkan nilai ≥ 62 sebanyak 12 siswa sedangkan siswa yang
mendapatkan nilai < 62 sebanyak 0 siswa atau tidak ada. Berarti siswa yang sudah
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 62) sebanyak 12 siswa atau 100%
dari keseluruhan dari jumlah siswa
61
Tabel 4.6
Rekapitulasi Nilai Siklus II
Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan
<51 0 0% Tidak Tuntas
0 52 - 61 0 0% Tidak Tuntas
62-71 2 16,67% Tuntas
12 72-81 3 25% Tuntas
82-91 5 41,67% Tuntas
>92 2 16,67% Tuntas
Jumlah 12 100
Nilai Rata-rata 83,75
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 70
Berdasarkan tabel 4.6 siswa yang mencapai ketuntasan belajar (KKM=62 ) adalah
sebanyak 9 siswa atau 75% dari keseluruhan siswa sedangkan siswa yang belum
mencapai ketuntasan belajar sebanyak 3 siswa atau 25% yang dapat diuraikan dengan
nilai <51 dan 52 s/d 61 dan sebanyak 0 siswa atau tidak ada yang mendapatkan nilai
<62dengan persentase 0%, sedangkan nilai 62 s/d 71 sebanyak 2 siswa dengan
persentase 16,67%, nilai 72 s/d 81 sebanyak 3 siswa atau 25%, nilai 82 s/d 91 sebanyak 5
siswa atau 41,67% dan yang memiliki nilai >92 sebanyak 2 siswa atau 16,67%. Dengan
nilai rata-rata 83,75dan nilai tertinggi adalah 100 sedangkan nilai terendahnya adalah
70.Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.6 dapat dibuat diagram seperti pada
gambar 4.6.
62
Gambar 4.6 Perolehan Nilai Siklus II
Berdasarkan data hasil perolehan nilai pada siklus II berdasarkan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM = 62) dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.7
Tabel 4.7
Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus II
No. Ketuntasan
Belajar
Jumlah Siswa
Jumlah Persen (%)
1. Tuntas 12 100
2. Belum tuntas 0 0
Jumlah 12 100
Ketuntasan Belajar Siswa Perolehan Nilai Siklus II dapat diketahui bahwa siswa
yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 62) sebanyak 0 siswa
atau tidak ada yang mendapatkan nilai <62 dengan persentase 0%. Sedangkan yang
sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 12 siswa dengan persentase 100%.
Ketuntasan belajar siswa pada tabel 4.7 dapat dilihat pada gambar 4.7.
63
Gambar 4.7
Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I
Berdasarkan pada gambar 4.7 tentang ketuntasan belajar siswa dapat diketahui
dari jumlah siswa kelas V sebanyak 12 siswa, yang sudah tuntas sebanyak 12 siswa atau
100% dan yang belum tuntas 0 siswa atau tidak ada siswa yang mendapatkan nilai di
bawah (KKM = 62). Berarti indikator kinerja pada penelitian pada siklus II telah tercapai
dengan baik.
Hubungannya dengan ketuntasan belajar dapat ditunjukkan perbandingannya
pada tabel 4.8
Tabel 4.8
Tabel Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar
Siklus 1 Dan Siklus 2
No
Ketuntasan
Belajar
Siklus 1 Siklus 2
Jumlah
Siswa
Persentase% Jumlah Persentase
1 Tuntas 9 75% 12 100%
2 Belum Tuntas 3 25% 0 0%
Jumlah 12 100% 12 100
64
Untuk lebih jelasnya perbandingan persentase ketuntasan belajar siswa antara Siklus 1
dan Siklus 2 dapat dilihat pada gambar 4.8
Gambar 4.8 Perbandingan Persentase Ketuntasan Belajar
Siklus 1 Dan Siklus 2
Berdasarkan tabel dan diagram pada Siklus 2 dapat dilihat bahwa dari total siswa
kelas V, semua sudah memenuhi KKM yang ditentukan yaitu 62. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa meningkat dengan persentase ketuntasan
mencapai 100%.
peningkatan ketuntasan belajar siswa, pada Siklus 1 persentase ketuntasan siswa
75% dan Siklus 2 persentase ketuntasan siswa menjadi 100%. Hal ini menunjukan
adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah dilakukan penelitian pada Siklus 2
sebanyak 25%.
4.3 Pembahasan Penelitian
Hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas V SDN Gunung
Gempol Kabupaten Temanggung ditemukan bahwa tingkat kompetensi siswa masih
rendah, hal ini disebabkan karena guru masih menggunakan pembelajaran
konvensional sehingga siswa terlihat jenuh dan bosan tanpa gairah karena
65
pembelajaran selalu monoton sehingga nilai rata-rata pelajaran matematika rendah,
khususnya pada materi pecahan. Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM=62) hanya 3 siswa atau 25 % sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria
ketuntasan minimal sebanyak 9 siswa atau 75%. Nilai tertinggi yang berhasil di
dapatkan oleh siswa sebelum tindakan adalah 71 sedangkan nilai terendahnya adalah
45. Adanya perbandingan yang signifikan antara jumlah siswa yang tuntas dan tidak
tuntas karena siswa yang sudah mencapai ketuntasan sudah dapat menangkap materi
yang disajikan oleh guru walaupun hanya dengan ceramah karena ke-3 siswa ini
memang mempunyai daya tangkap yang lebih dibandingkan temannya yang lain,
sedangkan 9 siswa yang lain belum bisa menangkap materi yang disajikan oleh guru
hanya dengan ceramah atau teori saja karena daya tangkap mereka rendah. Anak
usia SD adalah anak yang berada pada usia sekitar 7 sampai 12 tahun. Menurut
Piaget anak usia sekitar ini masih berpikir pada tahap operasi konkrit artinya siswa
siswa SD belum berpikir formal. Ciri-ciri anak-anak pada tahap ini dapat memahami
operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit, belum dapat berpikir deduktif,
berpikir secara transitif. Sebagaimana kita ketahui, matematika adalah ilmu deduktif,
formal, hierarki dan menggunakan bahasa simbol yang memiliki arti yang padat.
Karena adanya perbedaan karakteristik antara matematika dan anak usia SD, maka
matematika akan sulit dipahami oleh anak SD jika diajarkan tanpa memperhatikan
tahap berpikir anak SD.
Siswa akan lebih paham bila siswa dapat melihat sesuatu yang konkrit atau nyata
selain itu dukungan atau motivasi juga sangat diperlukan dalam proses pembelajaran,
sehingga siswa lebih bersemangat dan antusias dalam belajar. Media pembelajaran
mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai alat bantu untuk menciptakan
proses belajar mengajar yang efektif. menurut Gerlach dan Ely (1980:224)
menyatakan bahwa secara umum media meliputi orang, bahan, peralatan, atau
kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap. Jadi dapat disimpulkan bahwa media bukan
hanya alat perantara seperti TV, radio, slide, bahan cetak, tetapi meliputi orang atau
manusia sebagai sumber belajar atau dapat juga berupa kegiatan semacam diskusi,
seminar, karya wisata, simulasi, dan lain sebagainya yang dikondisikan untuk
66
menambah ketrampilan. Beberapa faktor yang merupakan karakteristik media menurut
Jerold Kemp (1986) antara lain:
1. Kemampuan dalam menyajikan gambar (Presentasion).
2. Faktor ukuran (Size); besar atau kecil.
3. Faktor warna (Colour); hitam putih atau berwarna.
4. Faktor gerak; diam atau bergerak.
5. Faktor bahasa; tertulis atau lisan.
6. Faktor keterikatan antara gambar dan suara: gambar saja, suara saja, atau
gabungan antara gambar dan suara.
media visual juga dikemukakan oleh Levie dan Lentz, seperti yang dikutip oleh Arsyad
(2002) bahwa media tersebut memiliki empat fungsi yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif,
fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Dalam fungsi atensi, media visual dapat
menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran.
Fungsi afektif dari media visual dapat diamati dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika
belajar (membaca) teks bergambar. Dalam hal ini gambar atau simbul visual dapat
menggugah emosi dan sikap siswa.
Berdasarkan temuan-temuan penelitian diungkapkan bahwa fungsi kognitif media
visual melalui gambar atau lambang visual dapat mempercepat pencapaian tujuan
pembelajaran untuk memahami dan mengingat pesan/ informasi yang terkandung
dalam gambar atau lambang visual tersebut. Fungsi kompensatoris media
pembelajaran adalah memberikan konteks kepada siswa yang kemampuannya lemah
dalam mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi dalam teks. Dengan kata
lain bahwa media pembelajaran ini berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah
dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dalam bentuk
teks (disampaikan secara verbal).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian dengan judul upaya peningkatan
pemahaman konsep matematika tentang bilangan pecahan melalui metode permainan
kartu bilangan bagi siswa kelas V SDN Tunggulsari (Indrayani: 2008) dan Peningkatan
Ketrampilan Menulis Karangan Sederhana Dengan Menggunakan Media Komik Pada
Siswa Kelas III SDN Ngaglik 03 Batu (Nita Nurhayati: 2010. Berdasarkan perolehan
nilai yang didapatkan pada siklus I dan siklus II bahwa pembelajaran dengan
67
menggunakan komik dan permainan kartu bilangan, menjelaskan tujuan belajar
kepada siswa, menggunakan media yang baik dan benar sesuai dengan tujuan
pembelajaran, membentuk kelompok, melakukan permainan, mengadakan kompetisi,
dapat meningkatkan kompetensi siswa pada materi pecahan kelas V SDN Gunung
Gempol Kabupaten Temanggung, karena pembelajaran dengan menggunakan komik
dan permaianan kartu bilangan merupakan pembelajaran yang menyenangkan karena
belajar sambil bermain. Situasi ini mendukung efektivitas proses pembelajaran dan
dengan langsung terlibat pada aktivitas (learning by doing) siswa akan lebih
memahami dan mengerti tentang kegiatan yang siswa kerjakan saat proses
pembelajaran.