16
35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Subjek Subjek dalam penelitian ini merupakan mahasiswa aktif Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana (BK UKSW). Subjek sebanyak 160 mahasiswa yang terdiri dari 80 mahasiswa feminine dan 80 maskulin. Mahasiswa yang terlibat berusia 17-25 tahun. Mahasiswa yang paling banyak berpartisipasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa berusia 19 tahun yaitu sebanyak 43 orang, terdiri dari 26 orang feminine dan 17 orang maskulin. Lalu mahasiswa berusia 20 tahun sebanyak 40 orang, diantaranya 20 orang feminine dan 20 maskulin. Kemudian mahasiswa berusia 21 tahun sebanyak 32 orang yang terdiri dari 14 orang feminine dan 18 orang maskulin. Selanjutnya mahasiswa berusia 18 tahun sebanyak 15 orang, 7 orang diantaranya dengan gender feminine dan 8 orang maskulin. Kemudian mahasiswa berusia 22 tahun sebanyak 8 orang yang terdiri dari 4 orang dengan gender feminine dan maskulin. Mahasiswa yang berusia 24 tahun sebanyak 3 orang yaitu 1 orang feminin dan 2 maskulin. 25 tahun hanya sedikit yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini yaitu hanya 1 orang feminine dan maskulin. serta mahasiswa berusia 23 tahun dan 17 tahun sebanyak 1 orang feminine dan maskulin. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek yang terlibat dalam penelitian ini dengan gender feminine adalah subjek yang berusia 19 tahun dan gender maskulin merupakan subjek berusia 20 tahun.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskriptif Subjekrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14324/4/T1_132012056_BAB IV.pdf · Dari tabel uji korelasi 4.3.1, diketahui nilai sig

Embed Size (px)

Citation preview

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskriptif Subjek

Subjek dalam penelitian ini merupakan mahasiswa aktif Program Studi Bimbingan

dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana (BK UKSW). Subjek sebanyak 160

mahasiswa yang terdiri dari 80 mahasiswa feminine dan 80 maskulin. Mahasiswa yang

terlibat berusia 17-25 tahun. Mahasiswa yang paling banyak berpartisipasi dalam

penelitian ini adalah mahasiswa berusia 19 tahun yaitu sebanyak 43 orang, terdiri dari 26

orang feminine dan 17 orang maskulin. Lalu mahasiswa berusia 20 tahun sebanyak 40

orang, diantaranya 20 orang feminine dan 20 maskulin. Kemudian mahasiswa berusia 21

tahun sebanyak 32 orang yang terdiri dari 14 orang feminine dan 18 orang maskulin.

Selanjutnya mahasiswa berusia 18 tahun sebanyak 15 orang, 7 orang diantaranya dengan

gender feminine dan 8 orang maskulin. Kemudian mahasiswa berusia 22 tahun sebanyak

8 orang yang terdiri dari 4 orang dengan gender feminine dan maskulin. Mahasiswa yang

berusia 24 tahun sebanyak 3 orang yaitu 1 orang feminin dan 2 maskulin. 25 tahun hanya

sedikit yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini yaitu hanya 1 orang feminine dan

maskulin. serta mahasiswa berusia 23 tahun dan 17 tahun sebanyak 1 orang feminine dan

maskulin.

Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek yang terlibat dalam penelitian ini

dengan gender feminine adalah subjek yang berusia 19 tahun dan gender maskulin

merupakan subjek berusia 20 tahun.

36

4.2 Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan tanggal 29 November – 5 Desember 2016 dengan meminta

izin kepada Dosen secara lisan untuk memberikan instrument Rathus Assertiveness

Schedule dan Bem Sex Role Inventory kepada mahasiswa aktif Bimbingan dan Konseling

di kelas sebelum atau sesudah perkuliahan berlangsung. Saat pengisian instrument,

mahasiswa kesulitan dalam memahami pernyataan nomor 28 pada Rathus Assertiveness

Schedule. Namun kesulitan tersebut dapat diatasi dengan memberikan penjelasan dengan

bahasa sehari-hari kepada mahasiswa agar lebih dimengerti dan dapat diisi sesuai dengan

keadaan mahasiswa yang sebenarnya.

4.2.1 Analisis Deskriptif Perilaku Asertif Mahasiswa

Tabel. 4.2.1.1 Deskriptif Perilaku Asertif Mahasiswa

PERILAKU

ASERTIF

ORIENTASI GENDER

FEMININ PERSENTASE MASKULIN PERSENTASE Sangat Tinggi 5 6,25% 7 8,75%

Tinggi 8 10% 21 26,25%

Sedang 17 21,25% 24 30%

Rendah 28 35% 12 15%

Sangat Rendah 22 27,5% 16 20% Jumlah 80 100% 80 100%

Hasil penelitian memberikan gambaran tentang perilaku asertif

mahasiswa. Hal ini terlihat dari hasil analisis pada tabel 4.2.1.1 yang

menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa feminin memiliki perilaku asertif

yang rendah (35%) dan mahasiswa maskulin memiliki perilaku asertif yang

sedang(30%). Namun terlepas dari orientasi gender mahasiswa BK UKSW,

sebesar 25,62% mahasiswa memiliki perilaku asertif sedang.

37

4.2.2 Deskriptif Gender Mahasiswa

Hasil Analisis gender mahasiswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2.2.1 Kategorisasi Gender Mahasiswa

NO JENIS

KELAMIN

ORIENTASI GENDER FREKUENSI %

FEMININ MASKULIN

1 Perempuan 65 25 90 56,25

2 Laki-laki 15 55 70 44,75

Jumlah 80 80 160 100

Persentase 50% 50%

Berdasarkan data tersebut menunjukkan sebagian besar mahasiswa feminin

BK UKSW didominasi oleh mahasiswa perempuan dan mahasiswa maskulin

didominasi oleh mahasiswa laki-laki. Dapat disimpulkan juga bahwa sebagian

besar mahasiswa BK UKSW lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan.

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Bem (1975) yang

menunjukkan bahwa pada umumnya sebagian besar laki-laki lebih bersifat

maskulin dan perempuan bersifat feminin. Namun Bem juga menyatakan bahwa

individu laki-laki dapat memiliki sifat feminine dan sebaliknya individu

perempuan juga dapat memiliki sifat maskulin. Hal tersebut dapat terjadi oleh

faktor-faktor yang mempengaruhi individu tersebut.

4.3 Uji Korelasi

Uji korelasi antara feminine dengan perilaku asertif mahasiswa menggunakan

teknik analisis Kendall’s Tau_b (2-tailed) dengan bantuan SPSS Version 21.0 for

Windows. Hasil analisis adalah sebagai berikut :

38

Tabel. 4.3.1 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Perilaku Asertif

Correlations

BSRI RAS

Kendall's

tau_b

BSRI

Correlation

Coefficient

1.000 .047

Sig. (2-tailed) . .551

N 80 80

RAS

Correlation

Coefficient

.047 1.000

Sig. (2-tailed) .551 .

N 80 80

Dari tabel uji korelasi 4.3.1, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,551 (p>0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara feminine

dengan perilaku asertif mahasiswa BK UKSW. Artinya tingginya skor feminine tidak

diikuti dengan tinggi maupun rendahnya skor perilaku asertif mahasiswa. Begitu juga

dengan skor feminine yang rendah tidak diikuti dengan rendah maupun tingginya

perilaku asertif mahasiswa.

Tabel. 4.3.2 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Kemampuan Meminta Pertolongan dan

Menolak Permintaan Orang Lain

Correlations

BSRI HELP

Kendall's

tau_b

BSRI Correlation

Coefficient

1,000 ,022

Sig. (2-tailed) . ,783

N 80 80

HELP Correlation

Coefficient

,022 1,000

Sig. (2-tailed) ,783 .

N 80 80

Dari tabel uji korelasi tersebut, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,783 (p>0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara feminine

dengan kemampuan mahasiswa dalam meminta pertolongan dan menolak permintaan

orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak diikuti dengan tinggi

39

maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa dalam

meminta pertolongan dan menolak permintaan orang lain.

Tabel. 4.3.3 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Kemampuan Menggunakan Cara Efektif

Menyatakan Ketidaksetujuan Kepada Orang Lain

Correlations

BSRI DISAGREE

Kendall's tau_b BSRI Correlation

Coefficient

1,000 -,036

Sig. (2-tailed) . ,665

N 80 80

DISAGREE Correlation

Coefficient

-,036 1,000

Sig. (2-tailed) ,665 .

N 80 80

Dari tabel uji korelasi 4.3.3, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,665 (p>0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara feminine

dengan kemampuan mahasiswa menggunakan cara yang efektif untuk menyatakan

ketidaksetujuan kepada orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak

diikuti dengan tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur

kemampuan mahasiswa menggunakan cara yang efektif untuk menyatakan

ketidaksetujuannya kepada orang lain.

Tabel. 4.3.4 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Kemampuan Menjalin Interaksi Sosial

Correlations

BSRI SOCIALINTERACTION

Kendall'

s tau_b

BSRI Correlation Coefficient 1,000 ,037

Sig. (2-tailed) . ,643

N 80 80

SOCIALINT

ERACTION

Correlation Coefficient ,037 1,000

Sig. (2-tailed) ,643 .

N 80 80

40

Dari tabel uji korelasi tersebut, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,643

(p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

feminine dengan kemampuan mahasiswa dalam menjalin interaksi sosial seperti

menyapa, memulai percakapan dan mengetahui hal yang harus dikatakan saat

berinteraksi dengan orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak diikuti

dengan tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan

mahasiswa dalam menjalin interaksi sosial dengan orang lain.

Tabel. 4.3.5 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Kemampuan Mengungkapkan Perasaan dan

Pikiran Kepada Orang Lain

Correlations

BSRI EXPRESSION

Kendall's

tau_b

BSRI Correlation

Coefficient

1,000 -,028

Sig. (2-tailed) . ,726

N 80 80

EXPRESSION Correlation

Coefficient

-,028 1,000

Sig. (2-tailed) ,726 .

N 80 80

Dari tabel uji korelasi tersebut, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,726

(p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

feminine dengan kemampuan mahasiswa dalam mengungkapkan perasaan-perasaan serta

pemikirannya kepada orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak

diikuti dengan tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur

kemampuan mahasiswa dalam mengungkapkan perasaan-perasaan dan pikirannya kepada

orang lain.

41

Tabel. 4.3.6 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Kemampuan Menerima Pujian dan

Mengungkapkan Pujian Kepada Orang Lain

Correlations

BSRI PRAISING

Kendall's

tau_b

BSRI Correlation

Coefficient

1,000 ,069

Sig. (2-tailed) . ,390

N 80 80

PRAISIN

G

Correlation

Coefficient

,069 1,000

Sig. (2-tailed) ,390 .

N 80 80

Dari tabel uji korelasi tersebut, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,39 (p>0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara feminine

dengan kemampuan mahasiswa dalam menerima pujian maupun memberikan pujian

kepada orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak diikuti dengan

tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa

menerima pujian dan mengungkapkan pujian kepada orang lain.

Tabel. 4.3.7 Uji Korelasi Antara Feminin dengan Kemampuan Menerima dan Memberikan

Keluhan Kepada Orang Lain

Correlations

BSRI COMPLAIN

Kendall's

tau_b

BSRI Correlation

Coefficient

1,000 ,137

Sig. (2-tailed) . ,084

N 80 80

COMPLAIN Correlation

Coefficient

,137 1,000

Sig. (2-tailed) ,084 .

42

Correlations

BSRI COMPLAIN

Kendall's

tau_b

BSRI Correlation

Coefficient

1,000 ,137

Sig. (2-tailed) . ,084

N 80 80

COMPLAIN Correlation

Coefficient

,137 1,000

Sig. (2-tailed) ,084 .

N 80 80

Dari tabel uji korelasi tersebut, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,084

(p>0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

feminine dengan kemampuan mahasiswa dalam menerima maupun memberikan keluhan

kepada orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak diikuti dengan

tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa

dalam menerima keluhan maupun memberikan keluhan kepada orang lain.

Uji korelasi antara Maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa menggunakan

teknik analisis Product Moment Pearson (2-tailed) dengan bantuan SPSS Version 21.0

for Windows. Hasil analisis adalah sebagai berikut :

Tabel. 4.3.8 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Perilaku Asertif

Correlations

BSRI RAS

BSRI

Pearson

Correlation

1 .220*

Sig. (2-tailed) .050

N 80 80

RAS

Pearson

Correlation

.220* 1

Sig. (2-tailed) .050

N 80 80

43

Berdasarkan tabel uji korelasi antara maskulin dengan perilaku asertif diatas,

diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,05 (p > 0,05) yang dapat disimpulkan bahwa tidak

ada hubungan yang signifikan antara maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa BK

UKSW. Artinya tingginya skor maskulin tidak diikuti dengan tinggi maupun rendahnya

skor perilaku asertif mahasiswa. Begitu juga dengan skor maskulin yang rendah tidak

diikuti dengan rendah maupun tingginya perilaku asertif mahasiswa.

Tabel. 4.3.9 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Kemampuan Meminta Pertolongan dan

Menolak Permintaan Orang Lain

Correlations

BSRI HELP

BSRI Pearson

Correlation

1 ,132

Sig. (2-tailed) ,242

N 80 80

HELP Pearson

Correlation

,132 1

Sig. (2-tailed) ,242

N 80 80

Berdasarkan tabel uji korelasi 4.3.9, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,242 (p >

0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

maskulin dengan kemampuan mahasiswa dalam meminta pertolongan dan menolak

permintaan orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor maskulin tidak diikuti dengan

tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa

dalam meminta pertolongan dan menolak permintaan orang lain.

44

Tabel. 4.3.10 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Kemampuan Menggunakan Cara Efektif

Menyatakan Ketidaksetujuan Kepada Orang Lain

Correlations

BSRI DISAGREE

BSRI Pearson

Correlation

1 ,290**

Sig. (2-tailed) ,009

N 80 80

DISAGREE Pearson

Correlation

,290**

1

Sig. (2-tailed) ,009

N 80 80

Berdasarkan tabel uji korelasi 4.3.10, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,009

(p > 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

maskulin dengan kemampuan mahasiswa menggunakan cara yang efektif untuk

menyatakan ketidaksetujuan kepada orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor

maskulin tidak diikuti dengan tinggi maupun rendahnya skor dari setiap item yang

mengukur kemampuan mahasiswa menggunakan cara yang efektif untuk menyatakan

ketidaksetujuannya kepada orang lain.

Tabel. 4.3.11 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Kemampuan Menjalin Interaksi Sosial

Correlations

BSRI SOCIALINTERACTION

BSRI Pearson Correlation 1 ,203

Sig. (2-tailed) ,071

N 80 80

SOCIALINT

ERACTION

Pearson Correlation ,203 1

Sig. (2-tailed) ,071

N 80 80

Dari tabel uji korelasi 4.3.11, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,071 (p>0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara maskulin

dengan kemampuan mahasiswa dalam menjalin interaksi social seperti menyapa,

memulai percakapan dan mengetahui hal yang harus dikatakan saat berinteraksi dengan

45

orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor maskulin tidak diikuti dengan tinggi atau

rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa dalam menjalin

interaksi sosial dengan orang lain.

Tabel. 4.3.12 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Kemampuan Mengungkapkan Perasaan dan

Pikiran Kepada Orang Lain

Correlations

BSRI EXPRESSION

BSRI Pearson

Correlation

1 ,085

Sig. (2-tailed) ,455

N 80 80

EXPRESSION Pearson

Correlation

,085 1

Sig. (2-tailed) ,455

N 80 80

Dari tabel uji korelasi 4.3.12, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,455(p>0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara maskulin

dengan kemampuan mahasiswa dalam mengungkapkan perasaan-perasaan serta

pemikirannya secara tidak berlebihan. Artinya tinggi atau rendahnya skor maskulin tidak

diikuti dengan tinggi atau rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan

mahasiswa dalam mengungkapkan perasaan-perasaan dan pikirannya kepada orang lain.

Tabel. 4.3.13 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Kemampuan Menerima Pujian dan

Mengungkapkan Pujian Kepada Orang Lain

Correlations

BSRI PRAISING

BSRI Pearson Correlation 1 ,157

Sig. (2-tailed) ,165

N 80 80

PRAISING Pearson Correlation ,157 1

Sig. (2-tailed) ,165

N 80 80

46

Dari tabel uji korelasi 4.3.13, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,165 (p>0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara maskulin

dengan kemampuan mahasiswa dalam menerima pujian maupun memberikan pujian

kepada orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor maskulin tidak diikuti dengan

tinggi atau rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa

menerima pujian dan mengungkapkan pujian kepada orang lain.

Tabel. 4.3.14 Uji Korelasi Antara Maskulin dengan Kemampuan Menerima dan

Memberikan Keluhan Kepada Orang Lain

Correlations

BSRI COMPLAIN

BSRI Pearson

Correlation

1 -,017

Sig. (2-tailed) ,881

N 80 80

COMPLAIN Pearson

Correlation

-,017 1

Sig. (2-tailed) ,881

N 80 80

Dari tabel uji korelasi 4.3.14, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,084 (p>0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara maskulin

dengan kemampuan mahasiswa dalam menerima maupun memberikan keluhan kepada

orang lain. Artinya tinggi atau rendahnya skor feminine tidak diikuti dengan tinggi

maupun rendahnya skor dari setiap item yang mengukur kemampuan mahasiswa dalam

menerima keluhan maupun memberikan keluhan kepada orang lain.

4.4 Uji Hipotesis

Hipotesis awal yang pertama dibuat peneliti adalah tidak ada hubungan yang

signifikan antara feminine dengan perilaku asertif mahasiswa Program Studi Bimbingan

47

dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana. Namun hasil analisis memperoleh nilai

sig. (2-tailed) sebesar 0,551 (p>0,05) dengan demikian (Ho1) diterima artinya tidak ada

hubungan yang signifikan antara feminin dengan perilaku asertif mahasiswa Program

Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana.

Hipotesis kedua yang dibuat peneliti adalah ada hubungan yang signifikan antara

maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Kristen Satya Wacana. Namun hasil analisis memperoleh nilai sig. (2-tailed)

sebesar 0,050 (p ≤ 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis awal

peneliti (Hi2) ditolak artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara maskulin dengan

perilaku asertif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen

Satya Wacana.

4.5 Pembahasan dan Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai hubungan antara orientasi gender dengan

perilaku asertif pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas

Kristen Satya Wacana (BK UKSW), yang menggunakan instrumen Bem Sex-role

Inventory dan Rathus Assertiveness Schedule diberikan kepada 160 mahasiswa yang

terdiri dari 80 feminin dan 80 maskulin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar mahasiswa memiliki orientasu gender feminine (48.05%) dan memiliki perilaku

asertif rendah (35%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bem (1975) yang

membuktikan bahwa mahasiswa feminine sebagian besar memiliki perilaku asertif rendah

dan mahasiswa maskulin sebagian besar memiliki perilaku asertif sedang (30%).

Berdasarkan uji korelasi antara feminin dengan perilaku asertif mahasiswa BK

UKSW, diketahui nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,551 (p>0,05). Hasil dari uji korelasi

48

antara maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa BK UKSW, diketahui nilai sig. (2-

tailed) sebesar 0,050 (p>0,05). Artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara

feminine dan maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Kristen Satya Wacana.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lohr,

Nix, dan Stauffer (1980) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa namun feminin tidak memiliki hubungan

yang signifikan.

Lalu hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Tolor, Kelly, dan Stebbins (1976) yang menyatakan bahwa ada hubungan positif

yang signifikan antara feminin dan maskulin dengan perilaku asertif mahasiswa.

Hal yang sama terungkap dalam penelitian ini bahwa penelitian ini juga tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Campbell, Olson dan Kleim (1990) yang

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara maskulin dengan

perilaku asertif mahasiswa namun ada hubungan yang signifikan antara feminine dengan

Conversational Assertiveness.

Sesuai dengan Rathus (1987), hal ini dapat terjadi karena perilaku asertif tidak

hanya dipengaruhi oleh orientasi gender mahasiswa namun jenis kelamin, budaya, tingkat

pendidikan, dan lingkungan sekitar juga ikut berperan dalam menentukan orientasi

gender dan perilaku asertif mahasiswa. Hasil penelitian ini juga membuktikan hasil

penelitian Bem (1975) yang menunjukkan bahwa perempuan lebih feminin dibandingkan

laki-laki dan laki-laki lebih maskulin dibandingkan perempuan. Selain itu ditemukan juga

dalam penelitian ini bahwa semakin bertambahnya masa belajar mahasiswa maka

49

semakin meningkat perilaku asertif mahasiswa karena perilaku asertif tidak terlepas dari

interaksi sosial mahasiswa dengan lingkungan sekitar dan kebudayaan yang dianut oleh

mahasiswa yang juga turut berperan mempengaruhi perilaku asertif mahasiswa tersebut.

Tabel 4.5.1 Uji Korelasi Feminin dengan Sub variabel Perilaku Asertif

UJI KORELASI SUB VARIABEL PERILAKU ASERTIF

1 2 3 4 5 6

Correlation Coefficient ,022 -,036 ,037 -,028 ,069 ,137

Sig. (2-tailed) ,783 ,665 ,643 ,726 ,390 ,084

Pada tabel 4.5.1, Sub variabel perilaku asertif berturut-turut : 1) kemampuan

meminta pertolongan dan menolak permintaan orang lain, 2) kemampuan menggunakan

cara efektif menyatakan ketidaksetujuan kepada orang lain, 3) kemampuan menjalin

interaksi sosial, 4) kemampuan mengungkapkan perasaan dan pikiran kepada orang lain,

5) kemampuan menerima pujian dan mengungkapkan pujian kepada orang lain, dan 6)

kemampuan menerima dan memberikan keluhan kepada orang lain.

Hasil uji korelasi pada tabel 4.5.1 menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) dari setiap

variabel lebih dari 0,05 artinya feminine dengan setiap sub variabel yang mengukur

perilaku asertif mahasiswa tidak memiliki hubungan yang signifikan. Artinya rendah dan

tingginya skor feminine tidak diikuti tinggi atau rendahnya skor dari setiap sub variabel

yang mengukur perilaku asertif mahasiswa.

Tabel 4.5.1 Uji Korelasi Maskulin dengan Sub variabel Perilaku Asertif

UJI KORELASI SUB VARIABEL PERILAKU ASERTIF

1 2 3 4 5 6

Correlation Coefficient ,132 ,290**

,203 ,085 ,157 -,017

Sig. (2-tailed) ,242 ,009 ,071 ,455 ,165 ,881

50

Begitu juga dengan hasil uji korelasi pada tabel 4.5.2, uji korelasi antara maskulin

dengan setiap sub variabel perilaku asertif mahasiswa menunjukkan nilai Sig. (2-tailed)

lebih dari 0,05 yang menunjukkan bahwa maskulin dengan setiap sub variabel yang

mengukur perilaku asertif mahasiswa tidak memiliki hubungan yang signifikan. Artinya

rendah dan tingginya skor maskulin tidak diikuti tinggi atau rendahnya skor dari setiap

sub variabel yang mengukur perilaku asertif mahasiswa.

Berdasarkan hasil penelitian, terlepas dari orientasi gender yang dimiliki

mahasiswa, keputusan untuk memiliki perilaku asertif lebih tergantung pada keadaan

situasional tidak hanya berdasarkan orientasi gender mahasiswa. Jika mahasiswa ingin

memiliki perilaku asertif dapat melatihnya sendiri dengan latihan asertif maupun

memperluas hubungan interpersonal dengan orang banyak.