44
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian yang meliputi karakteristik responden, karakteristik pasien pasca stroke, analisis deskriptif, perbedaan skor kemandirian antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi pelayanan home care, dan pengaruh pelayanan home care terhadap tingkat kemandirian keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan pasca stroke. Juga dilakukan pembahasan hasil penelitian yang dikaitkan dengan teori dan hasil penelitian sebelumnya. 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian Samarinda sebagai Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah 749.06 KM 2 yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai Kertanegara. Kota Samarinda terdiri dari 6 Kecamatan, dan 52 Kelurahan. Jumlah Penduduk Kota Samarinda sebanyak 770.170 jiwa terkosentrasi di aliran sungai Mahakam, sungai Karang Mumus, sungai Karang Asam, dan sungai Palaran dengan mata pencaharian sebagai Pedagang, Buruh Industri, Petani, Nelayan, Pegawai Negeri dan lain-lain (Profil Kota Samarinda) Penduduk Kota Samarinda cukup heterogen seperti suku Bugis, Banjar, Kutai, Jawa dll. Sehingga menambah keaneragaman budaya dan agama, sehingga memerlukan penanganan atau pendekatan khusus yang akhirnya berdampak pada kemajuan pembangunan di Kota Samarinda, khususnya Bidang Kesehatan (Profil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

  • Upload
    vuphuc

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian yang meliputi karakteristik

responden, karakteristik pasien pasca stroke, analisis deskriptif, perbedaan skor

kemandirian antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan sebelum dan

sesudah dilakukan intervensi pelayanan home care, dan pengaruh pelayanan home

care terhadap tingkat kemandirian keluarga dalam merawat anggota keluarga

dengan pasca stroke. Juga dilakukan pembahasan hasil penelitian yang dikaitkan

dengan teori dan hasil penelitian sebelumnya.

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian

Samarinda sebagai Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur dengan luas

wilayah 749.06 KM2 yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kutai

Kertanegara. Kota Samarinda terdiri dari 6 Kecamatan, dan 52 Kelurahan. Jumlah

Penduduk Kota Samarinda sebanyak 770.170 jiwa terkosentrasi di aliran sungai

Mahakam, sungai Karang Mumus, sungai Karang Asam, dan sungai Palaran

dengan mata pencaharian sebagai Pedagang, Buruh Industri, Petani, Nelayan,

Pegawai Negeri dan lain-lain (Profil Kota Samarinda)

Penduduk Kota Samarinda cukup heterogen seperti suku Bugis, Banjar,

Kutai, Jawa dll. Sehingga menambah keaneragaman budaya dan agama, sehingga

memerlukan penanganan atau pendekatan khusus yang akhirnya berdampak pada

kemajuan pembangunan di Kota Samarinda, khususnya Bidang Kesehatan (Profil

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

2Dinkes Kota Samarinda)

Dinas Kesehatan Kota Samarinda mempunyai Visi, mewujudkan

masyarakat Samarinda sehat, mandiri dan prima dalam pelayanan, dengan Misi

yaitu: 1). mewujudkan lingkungan sehat; 2). mendorong perilaku hidup bersih

dan sehat; 3). mewujudkan pelayanan kesehatan yang prima; 4) mewujudkan

manajemen kesehatan yang bermutu; dan 5). Profesionalisme. Memiliki beberapa

sarana pelayanan kesehatan antara lain 21 Puskesmas dan 43 Puskesmas

Pembantu. (Profil Dinkes Kota Samarinda).

Melaui proses perizinan dari Dinas Kesehatan Kota Samarinda terdapat 1

(satu) Balai Asuhan Keperawatan yaitu Home Care Nursing Cahaya Husada

Kaltim yang berbadan hukum Yayasan dengan akte notaris, berdiri sejak tahun

2006 dengan Visi: memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif,

paripurna dan profesional berbasis di rumah, dan mempunyai Misi: 1)

memberikan pelayanan kesehatan bio, psiko, sosial dan spiritual; 2). memberikan

pelayanan dengan mengutamakan promotif dan preventif tanpa mengabaikan

kuratif dan rehabilitatif; 3). memberikan pelayanan sesuai dengan kewenangan

dan kompetensi (Profil Home Care Cahaya Husada Kaltim)).

4.2. Hasil Penelitian.

4.2.1. Karakteristik Responden

Penelitian dilakukan terhadap 60 (enam puluh) responden yang dibagi dalam

dua kelompok yaitu kelompok perlakuan yang mendapatkan intervensi pelayanan

home care dengan pendekatan asuhan keperawatan keluarga dan kelompok

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

3kontrol yang tidak mendapatkan pelayanan home care dengan pendekatan asuhan

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

4

keperawatan keluarga. Besar sampel menggunakan rumus pendekatan estimasi

proporsi dari Ariawan (2008), sehinggga besar sampel untuk masing-masing

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebesar 30 responden.

Gambaran karakteristik responden pada kelompok perlakuan (intervensi) dan

kelompok kontrol diuraikan berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

status pernikahan dan hubungan dengan pasien, dan penghasilan rata-rata per

bulan dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden pada KelompokPerlakuan dan Kelompok Kontrol

KarakteristikKelompok

PerlakuanFrekuensi (%)

KontrolFrekuensi (%)

Usia ( tahun) :21-30 7 23,3 6 2031-40 7 23,3 7 23,341-50 12 40,1 14 46,751-60 4 13,3 3 10Jenis Kelamin :Laki-laki 2 6,7 1 3,3Perempuan 28 93,3 29 96,7Pendidikan :SMP 16 53,3 15 50SMA 12 40 14 46,7

DIII 2 6,7 1 3,3Status Pernikahan :

Menikah 21 70 23 76,7Tidak Menikah 9 30 7 23,3Hubungan dengan pasien :Istri 16 53,3 17 56,7Anak 14 46,7 13 43,3Penghasilan rata-rata per bulan :< Rp 900.000,00 4 13,3 7 23,3Rp 900.000,00- Rp 1.500.000,00 22 73,3 20 66,7Rp 1.500.000,00-Rp 2.500.000,00 4 13,3 3 10,0

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

5

Berdasarkan tabel 4.1, tergambar bahwa pada dua kelompok penelitian

hampir setengah dari responden berusia 41-50 tahun yaitu 40 % pada kelompok

perlakuan, dan 46,7 % pada kelompok kontrol. Berdasarkan jenis kelamin,

hampir semua responden berjenis kelamin perempuan yaitu 93,3 % pada

kelompok perlakuan, dan 96,7 % pada kelompok kontrol. Berdasarkan

pendidikan setengah dari responden tingkat pendidikannya SMP, yaitu 53,3 %

pada kelompok perlakuan, dan 50 % pada kelompok kontrol. Berdasarkan status

pernikahan lebih dari setengah responden sudah menikah yaitu 70 % pada

kelompok perlakuan, dan 76,7 % pada kelompok kontrol. Berdasarkan

hubungan dengan pasien lebih dari setengah responden sebagai istri, yaitu 53,3%

pada kelompok perlakuan, dan 56,7 % pada kelompok kontrol. Berdasarkan

penghasilan rata-rata per bulan lebih dari setengah responden antara Rp

900.000,00-Rp 1.500.000, yaitu 73,3 % pada kelompok perlakuan, dan 66,7 pada

kelompok kontrol.

4.2.2. Karakteristik Pasien Pasca Stroke

Gambaran karakteristik pasien pasca stroke pada kelompok perlakuan

(intervensi) dan kontrol diuraikan berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, status pernikahan dan frekuensi serangan stroke dapat dilihat pada

tabel 4.2.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

6

Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Pasien Pasca Stroke pada Kelompok Perlakuan

dan Kelompok Kontrol.

KarakteristikKelompok

PerlakuanFrekuensi %

KontrolFrekuensi %

Usia (tahun) :41-50 5 16,7 4 13,351-60 25 83,3 26 86,7Jenis Kelamin :Laki-laki 18 60 17 56,7Perempuan 12 40 13 43,3Pendidikan :Tidak sekolah 7 23,3 6 20SD 12 49 14 46,7SMP 6 20 6 20SMA 5 16,7 4 13,3Status Pernikahan :Menikah 30 100 3 100Frekuensi Serangan Stroke :1 Kali 26 86,7 27 902 Kali 4 13,3 3 10

Berdasarkan tabel 4.2, tergambar bahawa pada kedua kelompok penelitian

berdasarkan usia hampir semua pasien berusia 51-60 tahun yaitu 83,3 % pada

kelompok perlakuan, dan 86,7 % pada kelompok kontrol. Berdasarkan jenis

kelamin lebih dari setengah pasien berjenis kelamin laki-laki yaitu 60 % pada

kelompok perlakuan, dan 56,7 % pada kelompok kontrol. Berdasarkan

pendidikan hampir setengan dari pasien memiliki latar belakang pendidikan SD,

sebesar 40 % pada kelompok perlakuan, dan 46,7% kelompok kontrol.

Berdasarkan status pernikahan semua pasien sudah menikah yaitu 100 % pada

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Berdasarkan frekuensi serangan

stroke hampir semua pasien frekuensi serangan strokenya 1 (satu) kali, yaitu 86,7

%

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

7pada kelompok perlakuan, dan 90 % pada kelompok kontrol.

4.2.3. Tingkat Kemandirian Keluarga

Gambaran deskriptif variabel tingkat kemandirian keluarga dalam

merawat anggota keluarga dengan pasca stroke pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi (pelayanan home

care ) dapat dilihat pada diagram 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Kemandirian Keluarga Pada KelompokKontrol dan Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah Dilakukan

Intervensi (Pelayanan Home Care)

Kelompok Kontrol Kelompok PerlakuanTingkat Kemandirian

KeluargaSebelum Setelah Sebelum SetelahF % F % F % F %

1. Keluarga Mandiri I 22 73,3 21 70 25 83,3 0 0

2. Keluarga Mandiri II 8 26,7 9 30 5 16,7 0 0

3. Keluarga Mandiri III 0 0 0 0 0 0 30 100

Berdasarkan tabel 4.3, tergambar bahwa tingkat kemandirian keluarga

pada kelompok kontrol sebelum dan setelah tetap berada pada Keluarga Mandiri I

dan II, yaitu sebelum, lebih dari setengah responden (73,3%) berada pada

Keluarga Mandiri I, kurang dari setengah responden ( 26,7 %) berada pada

Keluarga Mandiri II, dan setelah, lebih dari setengah responden (70%) berada

pada Keluarga Mandiri I , kurang dari setengah responden (30%) berada pada

Keluarga Mandiri II. Sedangkan pada kelompok perlakuan sebelum dan setelah

diberikan intervensi pelayanan home care terjadi peningkatan tingkat

Kemandirian Keluarga dari Keluarga Mandiri I ke Keluarga Mandiri III, yaitu

sebelum diberikan intervensi pelayanan home care lebih setengah responden

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

8(83,3%) berada pada Keluarga Mandiri I, kurang dari setengah responden (16,7%)

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

9

berada pada Keluarga Mandiri II, dan setelah diberikan intervensi pelayanan

home care semua responden (100 %) berada pada Keluarga Mandiri III

4.2.4. Perbedaan Karakteristik Responden antara kedua kelompok penelitian

Perbedaan karakteristik responden antara kelompok perlakuan dengan

kelompok kontrol dipaparkan pada tabel 4.4, di bawah ini.

Tabel 4.4. Hasil Uji Beda Karakteristik Responden antara KelompokPerlakuan dan Kelompok Kontrol.

Karakteristik Responden P value*

Usia 0,374

Jenis Kelamin 0,351

Pendidikan 0,591

Status Pernikahan 0,341

Hubungan dengan Pasien 0.067

Penghasilan rata-rata per bulan 1,056

*Chi Square test

Berdasarkan tabel 4.4. Hasil uji perbedaan karakteristik antara kelompok

perlakuan dan kontrol , semua karakteristik responden didapatkan nilai p > 0,05,

artinya karakteristik responden pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

adalah sama atau tidak ada perbedaan.

4.2.5. Perbedaan Karakteristik Pasien Pasca Stroke antara kedua kelompok

penelitian.

Perbedaan karakteristik pasien pasca stroke antara kelompok perlakuan

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

10dengan kelompok kontrol dipaparkan pada tabel 4.4, di bawah ini.

Tabel 4.5. Hasil Uji Beda Karakteristik Pasien Pasca Stroke antaraKelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol.

Karakteristik Pasien Pasca Stroke P value*

Usia

Jenis Kelamin

Pendidikan

Status PernikahanFrekuensi Serangan

0,131

0,069

0,342

-

0,162

*Chi Square test

Berdasarkan tabel 4.5. Hasil uji perbedaan karakteristik antara kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol, semua karakteristik pasien pasca stroke

didapatkan nilai p > 0,05, artinya karakteristik pasien pasca stoke pada kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan adalah sama atau tidak ada perbedaan.

4.2.6. Tingkat Kemandirian Keluarga Sebelum dan Setelah Intervensi Pelayanan

Home Care Pada Kelompok Perlakuan.

Skor kemandirian keluarga sebelum dan setelah intervensi pelayanan home

care pada kelompok perlakuan digambarkan pada tabel 4.6 dan gambar 4.1, di

bawah ini.

Tabel 4.6. Skor Kemandirian Keluarga Sebelum dan Setelah IntervensiPelayanan Home Care pada Kelompok PerlakuanWaktu Median Minimun Maximun SD

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

11Sebelum 4,00 2 5 0,785

Setelah 9,00 8 10 0,556

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

12

Gambar 4.1 Skor Kemandirian Keluarga Sebelum dan Setelah IntervensiPelayanan Home Care pada Kelompok Perlakuan

Berdasarkan tabel 4.4. Skor Kemandirian sebelum intervensi pelayanan

home care didapat nilai minimun skor 2, maximun skor 5, median skor 4 dengan

SD 0,785 dan setelah intervensi pelayanan home care didapat nilai minimun skor

8, maximun skor 10, median skor 9 dengan SD 0,556. Sehingga terlihat bahwa

terdapat perbedaan bermakna skor kemandirian keluarga sebelum dan setelah

intervensi pelayanan home care pada kelompok perlakuan.

Peningkatan skor kemandirian keluarga juga dapat dilihat secara jelas

pada gambar 4.1, garis biru memperlihatakan skor kemandirian sebelum

intervensi pelayanan home care dan garis merah memperlihatkan skor

kemandirian keluarga setelah intervensi pelayanan home care pada masing-

masing responden yang berjumlah 30 responden, tampak jarak antara garis biru

dan merah terpisah jauh.

Skor

Kem

andi

rian

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

13

4.2.7. Skor Kemandirian Keluarga Sebelum dan Setelah pada kelompok Kontrol.

Skor kemandirian keluarga sebelum dan setelah pada kelompok kontrol

digambarkan pada tabel 4.7 dan gambar 4.2, di bawah ini.

Tabel 4.7. Skor Kemandirian Keluarga Sebelum dan Setelah pada

Kelompok Kontrol.Gambar 4.2 Skor Kemandirian Sebelum dan Setelah pada Kelompok Kontrol

Berdasarkan tabel 4.7. Skor Kemandirian sebelum dan setelah didapat

nilai skor yang sama yaitu minimun skor 2, maximun skor 5, median skor 4

dengan SD 0,898. Sehingga terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna

skor kemandirian keluarga sebelum dan setelah pada kelompok kontrol. Keadaan

tersebut terlihat jelas pada gambar 4.2, sebelum dan sesudah jarak antara garis

biru dan merah saling berhimpitan bahkan saling timpang tindih menandakan

tidak terjadi peningkatan skor kemandirian keluarga.

Skor

Kem

andi

rian

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

14

4.2.8. Pengaruh Pelayanan Home Care Terhadap Tingkat Kemandirian Keluarga

Dalam Merawat Anggota Keluarga Dengan Pasca Stroke.

Pengaruh pelayanan home care terhadap tingkat kemandirian keluarga

dalam merawat anggota keluarga dengan pasca stroke, dapat dilihat pada tabel

4.8, di bawah ini.

Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompokKontrol dan Kelompok Perlakuan Sebelum dan Setelahdilakukan Intervensi Pelayanan Home Care

Kelompok Penelitian Z P Value*

Kelompok Perlakuan -6,809 0,000

Kelompok Kontrol -0,047 0,962

*Mann-Whitney U Test

Berdasarkan tabel 4.8. Tingkat Kemandirian Keluarga sebelum dan setelah

intervensi pelayanan home care pada kelompok perlakuan dari hasil uji statistik

Mann Whitney didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) maka Ho ditolak, yang

artinya Intervensi pelayanan home care berpengaruh secara bermakna terhadap

kemandirian keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan Pasca Stroke.

Sedangkan tingkat Kemandirian Keluarga sebelum dan setelah pada kelompok

kontrol dari hasil uji statistik Mann Whitney didapatkan nilai p = 0,962 (p > 0,05)

maka Ho diterima, yang artinya tidak terdapat perbedaan bermakna tingkat

kemandirian keluarga sebelum dan setelah pada kelompok kontrol.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

15

4.3. Pembahasan

Pada bagian ini diuraikan interpretasi dan diskusi hasil penelitian,

termasuk keterkaitan dengan teori dan hasil penelitian lain yang telah dilakukan

sebelumnya serta menjelaskan keterbatasan penelitian.

4.3.1. Analisis Karakteristik

4.3.1.1. Analisis Karakteristik Responden.

Berdasarkan hasil uji perbedaan mengunakan uji Chi Square, karakteristik

responden responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, status

pernikahan, dan hubungan dengan pasien pasca stroke antara kelompok perlakuan

dan kelompok kontrol didapatkan nilai p > 0,05, artinya tidak ada perbedaan yang

bermakna antara karakteristik kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Berdasarkan hal tersebut, Peneliti berpendapat bahwa karakteristik responden

memiliki persamaan (homogenitas) antara kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol.

Bila diamati berdasarkan usia, didapatkan hampir setengah dari responden

berusia 41-50 tahun yaitu 40 % pada kelompok perlakuan, dan 46,7 % pada

kelompok kontrol. Hasil tersebut didukung oleh penelitian Lui, Ross & Thompson

( 2005) yang menemukan karakteristik Responden rata – rata berusia 47,9 tahun.

Namun berbeda dengan penelitian Steiner et al (2008), bahwa karakteristik

responden sebagian besar berusia 51- 60 tahun 31,5 %, selanjutnya yang berusia

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

1641-60 tahun (19,2 %).

Hasil tersebut sejalan yang dikemukakan (Robbins, 2001), semakin

meningkatnya usia, semakin berpengalaman dan semakin meningkat kemampuan

profesionalnya. Hasil di atas sejalan dengan hasil penelitian Nurachmah (2000),

menyebutkan faktor usia memberikan justifikasi yang lebih beralasan pada faktor

karatif “ dukungan akan harapan” dan “ sensitivitas” dipengaruhi oleh signifikan

oleh usia.

Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa dengan

bertambahnya usia seseorang semakin bertambah pengalaman dan semakin dekat

dengan keluarga untuk memberikan dukungan, harapan dan membantu secara

langsung merawat anggota keluarga dengan pasca stroke.

Berdasarkan jenis kelamin, hampir semua responden berjenis kelamin

perempuan yaitu 93,3 % pada kelompok perlakuan, dan 96,7 % pada kelompok

kontrol.. Data tersebut menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih

banyak jadi family care giver dibanding laki-laki. Hasil diatas didukung dari

beberapa penelitian sebelumnya yakni, penelitian Bugge, alexander & Hagen

(1999), bahwa family care giver lebih banyak berjenis kelamin perempuan yaitu

73 %, sealain itu juga ditemukan pada penelitian Steiner et al ( 2008), bahwa

karakteristik family care giver lebih banyak perempuan (female) yaitu 81,1 %

pada non web user group, 69,4 % pada web user group, dan temuan penelitian

dari Lui, Ross & Tompson (2005), bahwa karakteristik family care givers lebih

banyak berjenis kelamin perempuan yaitu 63 %, serta di dukung oleh penelitian

Sit et al (2004), bahwa dari 102 responden family care givers, sebagian besar

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

17berjenis kelamin perempuan (female) 72 %, laki-laki (male) 29,4 %.

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

18

Kondisi di atas dapat disebabkan karna perempuan lebih sensitif, dan

subjektif dari pada laki-laki. Hal ini ditegaskan Caplan (1996) pria sifatnya lebih

agresif dan wanita lebih sensitif serta subjektif dibanding pria yang cenderung

rasional. Dengan kata lain wanita dalam menentukan sifatnya lebih didasarkan

pada penghayatan dibanding pengetahuan terhadap objek tertentu. Menurut

Natoatmojo (1996) dalam menentukan sikap seseorang tidak hanya memerlukan

penghayatan saja tetapi diperlukan pengetahuan atau keyakinan tentang konsep

atau gagasan dari suatu objek.

Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat berdasarkan pengamatan

peneliti bahwa perempuan lebih sabar dalam merawat anggota keluarga dengan

pasca stroke dibanding dengan laki-laki. Namun pada dasarnya dalam merawat

anggota keluarga dengan pasca stroke dapat dilakukan dengan baik oleh

perempuan atau laki-laki, karena merawat pada anggota keluarga dapat dipelajari

sebagai suatu pengetahuan. Dengan kata lain baik laki-laki maupun perempuan

yang mempelajari pengetahuan dan keterampilan cara merawat anggota keluarga

dengan pasca stroke maka ia akan dapat memahami dan melaksanakan secara

baik.

Tingkat pendidikan responden dalam penelitian setengah dari responden

tingkat pendidikannya SMP, yaitu 53,3 % pada kelompok perlakuan, dan 50 %

pada kelompok kontrol. Hasil tersebut berbeda dengan temuan Sit et al (2004),

dari 102 responden family care givers, hampir setengah dari responden, tingkat

pendidikan ( education level) SD (Primary School), yakni 38, 2 %.

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

19

Kaitannya dengan merawat anggota keluarga dengan pasca stroke tidak

hanya berhubungan dengan tingkat pendidikan keluarga yang tinggi akan tetapi

terkait dengan kemauan, kemampuan, dan kesadaran keluarga dalam merawat

anggota keluarga dengan pasca stroke.

Effendi (1998) mengemukakan bahwa dalam memecahkan masalah

kesehatan keluarga sangat dipengeruhi adanya kesadaran keluarga untuk

mengetahui masalah kesehatan yang terjadi pada anggota keluarga.

Berdasarkan status pernikahan, Berdasarkan status pernikahan lebih dari

setengah responden sudah menikah yaitu 70 % pada kelompok perlakuan, dan

76,7 % pada kelompok kontrol. Berdasarkan data tersebut, didukung oleh

temuan dari Sit et al (2004), bahwa responden family care givers, sebagian besar

status pernikahan (marital status), yakni menikah (married) 81,4 %.

Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Robbins (2001),

mengemukakan bahwa tampaknya pernikahan memaksakan peningkatan

tanggung jawab yang dapat membuat suatu pekerjaan yang tetap (steady) menjadi

lebih berharga dan penting.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berpendapat bahwa dengan

pernikahan, keluarga merasa bertanggung jawab dan empati untuk terlibat

merawat keluarga dengan pasca stroke.

Memperhatikan karakteristik responden hubungan dengan pasien pasca

stroke, didapatkan lebih dari setengah responden sebagai istri , yaitu 53,3% pada

kelompok perlakuan, dan 56,7 % pada kelompok kontrol. Berdasrkan data

tersebut, didukung beberapa penelitian sebelumnya yaitu penelitian Sit et al

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

20

(2004), bahwa sebagia besar hubungan dengan pasien stroke (relationship with

stroke patient), yakni istri (spouse) 61 %, dan penelitian McCullagh, Brigstocke,

Doanaldson & Kalra (2005). Bahwa karakteristik Responden, lebih dari setengah

responden hubungan dengan pasien stroke adalah istri (spouse/partner) yaitu 70,6

%, serta penelitian dari Steiner et al (2008), lebih dari setengah dari reponden

hubungan dengan pasien pasca stroke yakni istri (wife) pada non web user group

(51,4 %), web user group (41,7 %).

Hal tersebut sejalan yang dikemukakan oleh Effendi (1998) bahwa

keluarga merupakan sistem pendukung utama memberi pelayanan langsung pada

setiap keadaan (sehat-sakit) anggota keluarga. Oleh karena itu, asupan

pelayanan/perawatan yang berfokus pada keluarga bukan hanya memulihkan

keadaan pasien, tetapi juga bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan

kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan dalam keluarga

tersebut.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti berpendapat bahwa orang yan terdekat

dengan pasien dalam hal ini istri ketika suami yang sakit yang perlu memberikan

dukungan utama dan memberikan pelayanan langsung berupa perawatan pasca

stroke di rumah.

Berdasarkan penghasilan rata-rata per bulan lebih dari setengah responden

antara Rp 900.000,00-Rp 1.500.000,00 yaitu 73,3% pada kelompok perlakuan,

dan 66,7% pada kelompok kontrol. Berdasarkan hal tersebut penghasilan rata-rata

perbulan responden dikategorikan penghasilan dengan upah minimun dan belum

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

21dikategorikan sebagai Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Menurut Dirjen

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

22

Pembinaan Hubungan Industrial dan Jamsostek (2012) bahwa standar Kebutuhan

Hidup Layak (KHL) yaitu ≥ Rp 1.540. 330,00 dan standar Upah Minimun yaitu

Rp 1,084,000 tahun 2012 untuk Provinsi Kalimantan Timur.

Berdasarkan hal tersebut, berdasarkan pengamatan peneliti, dengan adanya

anggota keluarga yang sakit terutama Kepala Keluarga, dapat menyebabkan

terjadi perubahan peran formal dalam pencari nafka untuk memenuhi kebutuhan

keluarga dan beban masalah ekonomi pada keluarga. Hal ini sesuai yang

dikemukakan oleh Feigin (2009), anggota keluarga yang terkena stroke

membutuhkan waktu untuk pemulihan status kesehatan, selain menimbulkan

beban emosional, fisik, juga beban ekonomi atau keuangan pada keluarga.

4.3.1.2. Analisis Karakteristik Pasien Pasca Stroke

Berdasarkan hasil uji perbedaan mengunakan uji Chi Square, karakteristik

responden responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, status

pernikahan, dan hubungan dengan pasien pasca stroke antara kelompok perlakuan

dan kelompok kontrol didapatkan nilai p > 0,05, artinya tidak ada perbedaan yang

bermakna antara karakteristik kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Berdasarkan hal tersebut peneliti berpendapat bahwa karakteristik pasien pasca

stroke memiliki persamaan (homogenitas) antara kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol.

Bila diamati berdasarkan usia, didapatkan hampir semua pasien berusia

51-60 tahun yaitu 83,3 % pada kelompok perlakuan, dan 86,7 % pada

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

23kelompok kontrol. Hasil data tersebut agak berbeda dengan beberapa penelitian

sebelumnya antara lain penelitian Lui, Ross and Thompson ( 2005) yang

menemukan karakteristik pasien stroke berusia antara 61-94 tahun, juga dari

penelitian McCullagh, Brigstocke, Doanaldson & Kalra (2005). Bahwa

karakteristik pasien pasca stroke rata berusia 74,2 tahun (SD 10,5).

Hasil penelitian ini didukung yang dikemukakan oleh Feigin (2009),

bahwa Resiko terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setelah mencapai

usia 50 tahun, setiap penambahan usia tiga tahun meningkatkan risiko stroke

sebesar 11-20 %, dengan peningkatan bertambah seiring usia. Orang berusia lebih

dari 65 tahun memiliki risiko paling tinggi, tetapi hampir 25 % dari semua stroke

terjadi pada orang berusia kurang dari 65 tahun. Wiwit (2010), bahwa 2/3

serangan stroke terjadi pada usia di atas 65 tahun.

Berdasarkan jenis kelamin, lebih dari setengah pasien berjenis kelamin

laki-laki yaitu 60 % pada kelompok perlakuan, dan 56,7 % pada kelompok

kontrol. Hasil diatas didukung dari beberapa penelitian sebelumnya antara lain

penelitian Bugge, alexander & Hagen (1999), bahwa karakteristik pasien pasca

stroke lebih banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu 54,5 % (n=60), selain itu juga

ditemukan pada penelitian penelitian McCullagh, Brigstocke, Doanaldson &

Kalra (2005) bahwa karakteristik pasien pasca stroke lebih banyak berjenis

kelamin laki-laki 51,7 % (n=120).

Hasil penelitian ini didukung oleh Feigin (2009), laki-laki memiliki resiko

terkena stroke iskemik atau perdarahan intraserebellum pada usia sekitar 65 tahun

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

24lebih tinggi sekitar 20 % daripada wanita dan Mulyatsih (2010), jenis kelamin

laki-laki lebih sering terkena stroke dibandingkan dengan perempuan, salah

satunya adalah faktor kebiasan merokok pada laki-laki. Kebiasaan merokok telah

terbukti antara lain dapat mengganggu kemampuan darah untuk mengikat oksigen

dan merusak kelenturan sel darah merah serta Nikotin dan karbondioksida yang

ada pada rokok menyebabkan kelainan pada dinding pembuluh darah, disamping

itu juga mempengaruhi komposis darah sehingga mempermudah terjadinya proses

penggumpalan darah (stroke non haemoragik) serta Wiwit (2010), bahwa pria

lebih banyak terkena daripada wanita, yaitu mencapai kisaran 1,25 kali lebih

tinggi.

Berdasarkan tingkat pendidikan hampir setengan dari pasien memiliki

latar belakang pendidikan SD, sebesar 40 % pada kelompok perlakuan, dan

46,7% kelompok kontrol. Hal ini didukung oleh beberapa teori antara lain

menurut Natoamodjo (2002), bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka

makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi, dan pada akhirnya

makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki. Ha ini dikemukakan oleh

Sofwan (2010), bahwa serangan stroke dapat terjadi tiba – tiba, umumnya karena

pasien tidak mengetahui dan kurangnya pengetahuan pasien tentang gejala

terjadinya serangan stroke dan tidak melakukan upaya yang tepat untuk

mengurangi terjadinta stroke.

Memperhatikan berdasarkan frekuensi serangan stroke hampir semua

pasien frekuensi serangan strokenya 1 kali, yaitu 86,7 % pada kelompok

perlakuan, dan 90 % pada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil data tersebut,

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

25agak berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu Lui, Ross and Thompson ( 2005),

bahwa untuk karakteristik pasien pasca stroke sebagian besar yakni 90 %

diikutkan dalam penelitiannya serangan stroke lebih dari 1 (satu) kali mulai dari

cacat ringan sampai cacat berat.

4.3.2. Tingkat Kemandirian Keluarga sebelum dan setelah intervensi pelayanan

home care pada kelompok perlakuan.

Skor Kemandirian sebelum intervensi pelayanan home care didapat nilai

minimun skor 2, maximun skor 5, median skor 4 dengan SD 0,785 dan setelah

intervensi pelayanan home care didapat nilai minimun skor 8, maximun skor 10,

median skor 9 dengan SD 0,556. Sehingga terlihat bahwa terdapat perbedaan

bermakna skor kemandirian keluarga sebelum dan setelah intervensi pelayanan

home care pada kelompok perlakuan. Hasil penelitian tersebut didukung oleh

teori dan beberapa penelitian sebelumnya.

Dalam penelitian ini, pada kelompok perlakuan, peneliti melakukan

pelayanan home care berupa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan

tanya jawab pada keluarga tentang penyakit stroke sehingga keluarga dapat

mengetahui tentang penyakit stroke; mengajarkan keterampilan perawatan dasar

pasien stroke dengan metode demonstrasi pada keluarga sehingga keluarga

mampu melakukan perawatan sederhana pada anggota keluarga dengan stroke.

Hal tersebut di atas sesuai yang dikemukakan Mulyatsih (2010), bahwa

dengan memberikan pengetahuan kepada keluarga tentang penyakit stroke dan

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

26mengajarkan pada keluarga tentang perawatan dasar pasca stroke di rumah

terutama dalam hal mengatasi kelemahan dan kelumpuhan, melatih keseimbangan

duduk dan berdiri, melatih cara berkomunikasi atau berbicara, mengajarkan cara

makan dan minu melalui oral dan melalui selang atau mengajarkan cara pasien

buang air besar dan kecil dan cara memandikan (personal higiene), keluarga

dapat mandiri dalam merawat anggota keluarga pasca stroke sehingga

meminimalkan kecacatan seringan mungkin, dan mencegah terjadinya serangan

berulang.

Hal senada yang dikemukakan Stenhope & Lancaster (1998) bahwa

perawat memberikan pendidikan kesehatan untuk menyajikan pendidikan

membantu keluarga untuk melihat bagaimana perilaku mempengaruhi anggota

keluarga. Salah satu pendidikan kesehatan yang diberikan yaitu cara makan,

mobilisasi, minum, penyesuaian dengan stress dan penggunaan obat-obatan

Hal di atas juga sejalan yang dikemukakan Suprajitno, (2004),

menyampaikan bahwa dalam melakukan perawatan anggota keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan penting untuk diberikan pengetahuan keluarga

tentang penyakit yang dialami anggota keluarga (sifat, penyebaran, komplikasi,

kemungkinan setelah tindakan dan cara perawatan), tujuan memberikan

pemahaman kepada keluarga supaya keluaraga dapat berpartisipasi dan mandiri

dalam mengatasi masalah anggota keluarganya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa memberikan

pelayanan home care dengan pendekatan asuhan keperawatan keluarga berupa

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

27pendidikan kesehatan kepada keluarga untuk mengetahui penyakit stroke dan dan

memahami perawatan dasar pemulihan pasien pasca stroke, keluarga dapat mandiri

dalam mengatasi masalah anggota keluarga dengan pasca stroke.

4.3.3. Tingkat Kemandirian Keluarga sebelum dan setelah pada kelompok

kontrol

Skor Kemandirian sebelum dan sesudah didapat nilai skor yang sama

yaitu minimun skor 2, maximun skor 5, median skor 4 dengan SD 0,898.

Sehingga terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna skor kemandirian

keluarga sebelum dan setelah pada kelompok kontrol. Hal ini didukung oleh

beberapa teori dan penelitian sebelumnya.

Dalam penelitian ini, pada kelompok kontrol, peneliti tidak melakukan

pelayanan home care dengan pendekatan asuhan keperawatan keluarga

sehingga keluarga tidak atau kurang mengetahui tentang penyakit stroke serta

tidak memahami perawatan dasar pemulihan pasca stroke, sehingga keluarga

tidak atau kurang mampu merawat anggota keluarga dengan pasca stroke.

Hal tersebut sesuai yang dikemukakan oleh Sudiharto (2007), bahwa

kemandirian dari keluarga sangat tergantung pada pola-pola yang

diaktualisasikan keluarga, tingkat maturitas dan perkembangan individu,

pengetahuan yang didapat, kesehatan dan budaya komunitas setempat.

Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat bahwa kemandirian

keluarga tidak tercipta ketika tidak diberikan pelayanan home care dengan

pendekatan asuhan keperawatan keluarga berupa pengetahuan tentang penyakit

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

28

stroke dan cara perawatan dasar untuk pemulihan pasien pasca stroke di rumah

sehingga bisa menimbulkan ketergantungan keluarga kepada tenaga kesehatan

yaitu Perawat.

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

29

4.3.4. Pengaruh Pelayanan Home Care terhadap Tingkat Kemandirian Keluarga

dalam merawat anggota keluarga dengan pasca stroke.

Tingkat Kemandirian Keluarga sebelum dan setelah intervensi pelayanan

home care pada kelompok perlakuan dari hasil uji statistik Mann Whitney

didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) maka Ho ditolak, yang artinya Intervensi

pelayanan home care berpengaruh secara bermakna terhadap kemandirian

keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan Pasca Stroke. Hal ini didukung

oleh beberapa teori dan penelitan sebelumnya.

Kemandirian keluarga dalam merawat anggota keluarga dapat diwujudkan

dengan pemberian pelayanan home care, hal ini dikemukakan oleh Warhola,

(1980) dan Serwen, (1991) dalam Sumijatun, dkk (2006) bahwa Pelayanan home

care merupakan komponen dari rentang pelayanan kesehatan yang komprehensif

yaitu bio, psikologis, sosial dan spiritual di tempat tinggal mereka dengan tujuan

untuk memandirikan individu dan keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatannya.

Dalam mewujudkan kemandirian keluarga melalui pelayanan home care

sangat diperlukan peran perawat, hal ini dikemukakan oleh Rice (2001), bahwa

Perawat yang melakukan pelayanan keperawatan di rumah (home care)

mempunyai peran untuk meningkatkan kemampuan keluarga untuk mencegah

penyakit dan pemeliharaan kesehatan sehinga penerapan proses keperawatan di

rumah, terjadi proses alih peran dari perawat kepada klien dan keluarga

(sasaran), dan diharapkan secara bertahap dapat mencapai kemandirian klien

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

30beserta keluarga sasaran dalam menyelesaikan masalah kesehatannya.

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

31

Pada penelitian ini ditemukan pasien stroke pasca perawatan rumah sakit,

semuanya masih mempunyai gejala sisa, yaitu kehilangan fungsi motorik

(hemiparese), kesulitan berbicara (disatria), keadaan masih bedrest total, sehingga

berdampak pada pemenuhan kebutuhan dasar seperti mandi, keramas, makan,

minum, buang air besar, buang air kecil, dan mobilisasi, sehingga peran keluarga

sangat dibutuhkan untuk pemulihan atau rehabilitasi pasien pasca stroke dan

keluarga sangat membutuhkan pengetahuan dan keterampilan untuk

melaksanakan pemenuhan kebutuhan dasar teersebut dari tenaga kesehatan

terutama perawat yang melakukan pelayanan home care

Hal ini di dukung penelitian dari Ostwald, Hearsch, Kelley & Godwin

(2008) bahwa rehabilitasi pasca stroke membutuhkan waktu yang cukup panjang

sehingga dibutuhkan kolaborasi antara perawat dan keluarga. Keluarga sangat

membutuhkan informasi seperti pendidikan kesehatan tentang pencegahan stroke

berulang, serta cara meningkatkan gaya hidup seperti diit, latihan dan manajemen

stress, sehingga pasien pasca stroke dapat meningkat kualitas hidupnya.

Perawat dalam melakukan pelayanan home care selain memberikan

pendidikan kesehatan tentang stroke dan mengajarkan keterampilan perawatan

dasar pasca stroke, perlu juga memberikan dukungan atau support pada keluarga.

Hal ini sesuai penelitian steinner et al (2008), bahwa perlu adanya dukungan

emosional dan bantuan fisik pada keluarga yang menjadi care giver dalam

merawat pasien stroke tertama pada tahun pertama. Hal ini juga di tekankan

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

32Dossey. et al. (2005). Bahwa dalam proses penyembuhan atau pemulihan pasien,

perlu diperhatikan manusia secara menyeluruh (holism), yaitu bio, psiko, sosial

kultural, dan spiritual.

Dalam penelitian ini, ditemukan peran keluarga terdekat seperti istri dan

anak dari pasien stroke sangat bermakna dalam proses penyembuhan dan

pemulihan pasien pasca stroke di rumah, istri dan anak sebagai care giver

melaksanakan fungsi keluarga yaitu fungsi perawatan kesehatan keluarga. Seperti

yang dikemukakan oleh Fredman (2002) bahwa terdapat 5 (lima) fungsi keluarga

yaitu 1). fungsi afektuf (the affectice function); 2). Fungsi sosial dan tempat

bersosialisasi (socialization and social placement function); 3). Fungsi perawatan

kesehaan (the health care function), fungsi reproduksi (the reproductive function),

dan fungsi ekonomi (the economic function).

Fungsi perawatan kesehatan kelauarga yang dilakukan oleh istri dan anak

dari pasien pasca stroke dalam penelitian ini adalah cara-cara tertentu yang

dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan yang berhubungan

dengan penyembuhan dan pemulihan pasien pasca stroke di rumah dengan

melaksanakan lima (5) tugas kesehatan keluarga dalam bidang kesehatan.

Hal tersebut sesuai yang dikemukakan oleh Tinkham dan Voorhies, (1984),

dalam Friedman(2002) bahwa untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi

kelurga. keluarga mempunyai tugas kesehatan dalam mengatasi masalah

kesehatanya yang dikenal 5 (lima) tugas keluarga dalam bidang kesehatan yaitu : 1)

mengenal masalah kesehatan anggota keluarganya; 2) mengambil kepetusan yang

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

33tepat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya; 3) merawat anggta

keluarga yang sakit atau yang memerlukan bantuan untuk mengatasi masalah

kesehatannya; 4) memeodifikasi lingkungan rumah yang bisa mempengaruhi

kesehatan anggota keluarganya; 5) memamfaatkan fasilitas kesehatan dan sumber

daya keluarga yang tersedia untuk mengatasi masalah kesehatan anggota

keluarganya.

Kemandirian keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan pasca

stroke dalam penelitian ini yaitu istri dan anak yang menjadi care giver

melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga yaitu :

1) Keluarga dapat mengetahui masalah kesehatan pasien stroke, dengan kriteria :

(1) keluarga dapat menyebutkan pengertian stroke, tanda dan gejala dari stroke;

(2) keluarga dapat menyebutkan penyebab dari stroke; (3) keluarga dapat

menyebutkan faktor risiko yang dapat menimbulkan terjadinya stroke; (4)

keluarga memiliki persepsi positif terhadap pemulihan pasien stroke.

Setelah diberikan pendidikan kesehatan kepada istri dan anak dari pasien

pasca stroke sebagai care giver dalam penelitian ini, 86% - 100% dapat

mengetahui masalah kesehatan pasien stroke. Hal ini didukung pendapat dari

Bailon & Maglaya (1978), dalam Friedman (2002) bahwa ketidak sanggupan

keluarga dalam mengenal masalah dapat diakibatkan oleh adanya ketidaktahuan

tentang fakta – fakta, rasa takut akan akibat jika masalah diketahui baik secara

fisik, psikologis, sosial ekonomi dan dan falsafah hidup.

2) Keluarga dapat mengambil keputusan untuk mengatasi masalah masalah, dengan

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

34

kriteria : (1) masalah anggota keluarga dengan stroke dirasakan oleh keluarga;

(2) keluarga dapat menyebutkan akibat/komplikasi dari pasien pasca stroke; (3)

keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat tentang penanganan masalah

anggota keluarga dengan stroke.

Setelah diberikan pelayanan home care dengan pendidikan kesehatan di

rumah kepada istri dan anak dari pasien pasca stroke sebagai care giver dalam

penelitian ini, sekitar 86 %-90 % dapat mengetahui cara mengambil keputusan

untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga dengan stroke. Hal ini

sesuai yang dikemukakan oleh Scanzoni dan Szinovacs (1980) dalam Friedman

(1998), bahwa pengambilan keputusan merupakan proses pencapaian

persetujuan dan komitmen anggota keluarga untuk melakukan serangkaian

tindakan atau menjaga status quo, dengan kata lain pengambilan keputusan

merupakan alat untuk menyelesaikan segala sesuatu.

3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan pasca stroke, dengan

kriteria : keluarga terampil melaksanakan perawatan sederhana pada anggota

keluarga dengan stroke terdiri dari : (1) melakukan keterampilan kebutuhan

memandikan pasien di tempat tidur, (2) melakukan keterampilan keramas

dengan benar, (3), melakukan perawatan mulut dan gigi, (4) melakukan

keterampilan kebutuhan eliminasi Buang air kecil menggunakan urinal pot atau

perawatan kateter, (5). melakukan keterampilan kebutuhan eliminasi Buang air

besar menggunakan pispot, (6) melakukan keterampilan kebutuhan cairan

melalui oral atau NGT atau perawatan NGT, (7) melakukan keterampilan

kebutuhan nutrisi melalui oral atau NGT atau perawatan NGT, (8). melakukan

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

35

pemenuhan kebutuhan mobilisasi dengan pemberian posisi tubuh, (9)

melakukan pemenuhan kebutuhan mobilisasi dengan latihan rentang gerak,

(10) melakukan keterampilan kebutuhan psikologi : manajemen stress dengan

teknik relaksasi progresif, dan (11) melakukan keterampilan pemberian obat

melalui oral atau sublingual atau topical.

Dari 11 (sebelas) aspek keterampilan dasar yang diberikan kepada

keluarga, rata- rata aspek nomor 1 (satu), 6 (enam), dan 7 (tujuh) merupakan

aspek yang sangat mudah untuk dipahami oleh keluarga yang menjadi care

giver, sedangkan rata-rata aspek nomor 9 (sembilan), 11 (sebelas) yang sangat

susah dipahami oleh keluarga yang menjadi care giver. Hal tersebut menurut

Peneliti keterampilan seperti memandikan, memberikan makan, dan minum

menjadi hal yang muda dilakukan oleh keluarga karena keluarga sudah

berpengalaman melakukan hal tersebut sehingga diberikan setu kali di

demonstrasikan keterampilan tersebut keluarga sudah mampu

melaksanakannya, sedangkan keterampilan manajemen stress dan latihan

rentang gerak menjadi hal yang susah dilakukan oleh keluarga karena keluarga

belum berpengalaman melakukan hal tersebut sehingga didemonstrasikan

beberapa kali, baru keluarga mampu melaksanakannya.

Berdasarkan hal tersebut di atas setelah diberikan pelayanan home care

dengan mendemonstasikan 11 (sebelas) aspek keterampilan perawatan dasar

tersebut di rumah kepada istri dan anak dari pasien pasca stroke sebagai care

giver dalam penelitian ini, sekitar 86 %-100% dapat terampil dalam melakukan

perawatan sederhana pada pasien pasca stroke.

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

36

Hal tersebut di atas dikemukakan oleh Bailon & Maglaya (1978), dalam

Friedman, (2002) bahwa Kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

37

yang sakit dapat terhambat jika keluarga tidak mengetahui keadaan penyakit

(sifat, penyebaran, komplikasi, prognosa, dan perawatannya), tidak mengetahui

tentang sifat dan perkembagan perawatan yang dibutuhkan, tidak adanya fasilitas

yang diperlukan untuk perawatan, kurang pengetahuan dan keterampilan dalam

melakukan prosedur perawatan/pengobatan, ketidak seimbangan sumber-

sumber yang ada pada keluarga untuk perawatan (anggota keluarga yang

bertanggung jawab, sumber keuangan/finansial dan fasilitas fisik), sikap negatif

terhadap yang sakit, dan adanya konflik individu, sikap/pandangan hidup dan

perilaku mementingkan diri sendiri .

4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukung pemulihan anggota

keluarga dengan stoke, dengan kriteria: (1) keluarga dapat melakukan

modifikasi lingkungan rumah dikamar tidur anggota keluarga dengan stroke; (2)

keluarga dapat melakukan lingkunagn rumah di kamar mandi.

Setelah diberikan pelayanan home care dengan mengajarkan keluarga

memodifikasi lingkungan rumah di kamar tidur dengan cara : (1) kamar tidur

pasien stroke sebaiknya berada di lantai bawah, (2) ventilasi harus cukup dan

sinar matahari dapat masuk kekamar tidur pada pagi hari, (3) tempat tidur

sebaiknya tunggal (bila ada) dan ditempatkan di tengah supaya dapat dihampiri

dari kedua sisi, (4) tersedia meja disamping tempat tidur dari pasien, letak meja

sebaiknya ditempatkan pada sisi anggota gerak yang sehat, (5) bila

keseimbangan duduk pasien telah baik maka meja sebaiknya diletakkan disisi

yang lemah agar membiasakan pasien menggunakan sisi yang lemah juga

mencegah terjadinya kekakuan.

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

38

Mengajarkan keluarga memodifikasi lingkungan rumah di kamar mandi

dengan cara : (1) harus tersedia keset yang tidak licin di depan kamar mandi, (2).

Kloset sebaiknya berbentuk duduk (bila ada), bila tidak dapat di buatkan

dudukan penyambung antara kloset jongkok dengan posisi duduk pasien, (3)

lantai kamar mandi dijaga agar tidak licn, (4) sediakan kursi plastik di dalam

kamar mandi. Dalam penelitian ini, semua (100%) responden dapat

memodifikasi lingkungan rumah di kamar tidur dan di kamar mandi.

Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Suprajitno (2004), bahwa

penting bagi keluarga untuk memiliki pengetahuan tentang sumber yang dimiliki

oleh keluarga di sekitar lingkungan rumah, kemampuan keluarga melihat

keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan, pengetahuan keluarga

tentang pentingnya dan sikap keluarga terhadap sanitasi lingkungan yang

hygienis sesuai syarat kesehatan, pengetahuan keluarga tentang upaya

pencegahan penyakit yang dapat dilakukan keluarga, dan kebersamaan anggota

keluarga untuk meningkatkan dan memelihara lingkungan rumah yang

menunjang kesehatan keluarga.

5) Keluarga mampu menfaatkan sumber daya keluarga dan fasilatas kesehatan yang

terdekat serta fasilitas yang diperlukan untuk merawat anggota keluarga dengan

kriteria : (1) melakukan pemanfaatan atau penyedian sumber daya keluarga, (2)

melakukan pemamfaatan fasilitas pelayanan kesehatan puskesmas dan atau

rumah sakit dan penyedian peralatan yang dibutuhkan anggota keluarga dengan

pasca stroke di rumah.

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

39

Setelah diberikan pelayanan home care dengan mengajarkan keluarga

melakukan penyediaan sumber daya keluarga yaitu (1) sumber daya manusia

terdiri dari personal yaitu empati merawat anggota keluarga pasca stroke,

interpersonal yaitu kerjasama dan keterbukaan dengan keluarga yang lain; (2)

sumber daya materi yaitu keluarga menyiapkan biaya pengobatan lanjut (kontrol

kesehatan) di sarana kesehatan; (3) sumber daya waktu yaitu keluarga

mempunyai waktu untuk merawat anggota keluarga dengan pasca stroke; (4)

sumber daya fisik yaitu keluarga menyiapkan tempat yang layak untuk merawat

anggota keluarga dengan pasca stroke.

Mengajarkan pada keluarga cara melakukan penyediaan peralatan

yang dibutuhkan di rumah seperti peralatan papan kaki digantikan dengan karton

tebal yang dilipat dengan bagian kaki berada di bawah matras; urinal pria di

ganti dengan botol soda plastik bekas, potong untuk membuat lubang besar tepi

yang dipotong diplaster; alat mencegah foot drop diganti dengan sepatu karet

yang pas dengan ujung tinggi; bel panggil di ganti dengan kaleng soda yang diisi

dengan batu-batu kecil; alat untuk mengatur dan menggolongkan obat diganti

dengan karton tempat telur, nampan tempat kue muffin; dan pelindung tumit

atau siku diganti dengan kaus kaki keras yang diberi simpul pada bagian tumit

dan bagian jari kaki dipotong. Serta memotivasi untuk kontrol kesehatan, apabila

terjadi perubahan kondisi atau obat habis ke puskesmas dan atau rumah sakit.

Dalam penelitian ini semua (100%) responden dapat memfaatkan dan

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

40

menyediakan sumber daya keluarga dan fasilitas pengganti peralatan di rumah

yang dibutuhkan oleh pasien pasca stroke serta menfaatkan sarana pelayanan

kesehatan yaitu puskesmas dan atau rumah sakit.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bailon, Maglaya (1978) dalam

Friedman ( 2002) bahwa Pemanfaatan pelayanan kesehatan dan sumber daya

keluarga dapat mengalami hambatan jika keluarga tidak tahu atau tidak sadar

bahwa fasilitas kesehatan dan sumber daya keluarga itu ada, tidak memahami

keuntungan – keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan dan sumber

daya keluarga, kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan fasilitas

kesehatan, adanya pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan, rasa

takut akibat dari tindakan terhadap fisik/psikologis, keu angan dan sosial, tidak

terjangkaunya fasilitas kesehatan dikarenakan ongkos, fisik dan lokasi, tidak

adanya fasilitas kesehatan yang diperlukan, tidak ada atau kurangnya sumber

daya keluarga, rasa asing atau tidak adanya dukugan dari masyarakat.

Dalam penelitian ini setelah diberikan pelayanan home care pada

pasien pasca stroke dengan pendekatan asuhan keperawatan keluarga terjadi

peningkatan kemandirian keluarga yaitu dari Keluarga Mandiri I dan II menjadi

semua (100%) responden famili care giver Keluarga Mandiri III, hal ini sesuai

yang dikemukakan Friedman (2002) bahwa hasil akhir yang diharapkan pada

keluarga setelam diberikan pengetahuan yaitu terjadi kemandirian keluarga

dalam merawat anggota keluarga yang mengalami sakit dan memerlukan

bantuan.

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

41

Pada penelitian ini, semua pasien pasca stroke yang ditindak lanjuti di

rumah berasal dari pasca rawat inap rumah sakit, pada saat pengukuran awal

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

42

berdasarkan observasi, Peneliti mendapatkan kondisi kesehatan pasien berada

dalam kondisi; kelemahan (hemiparese) pada ekstermitas kanan atau kiri dengan

rata-rata skala kekuatan otot 2 (dua) sampai 3 (tiga), kesulitan berbicara

(disatria), personal higiene sangat kurang, kondisi kamar tidur dan kamar

mandi pasien di rumah belum tertata dengan baik; kondisi emosi pasien labil,

dan ekspresi wajah murung.

Setelah dilakukan intervensi pelayanan home care dengan pendekatan

asuhan keperawatan keluarga selama 7 (tujuh) hari kunjungan, berdasarkan hasil

obeservasi pada pengukuran akhir penelitian, terjadi peningkatan yang bermakna

kondisi kesehatan pasien baik secara fisik, psikologi, sosial, dan spiritual yang

ditampilkan dengan penampilan pasien rapi, bersih dan segar, kekuatan otot

ekstremitas kanan dan kiri terjadi peningkatan yang signifikan menjadi rata-rata

kekuatan otot 4 (empat), kondisi kamar tidur dan kamar mandi sudah di

modifikasi lingkungannya sehingga tertata dengan baik; kondisi emosi pasien

sudah mulai stabil, ekspresi wajah ceria, sudah bersosialisasi dengan orang lain

dengan rutin melakukan kontrol perkembangan kesehatannya bersama keluarga

baik di puskesmas maupun di rumah sakit, dan sudah melaksanakan shalat atau

ibadah sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing.

4.4. Keterbatasan Penelitian

Instrumen penelitian ini berupa kuesioner dan observasi. Kuesioner

tentang pengetahuan keluarga tentang stroke dan kemampuan keluarga

mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah anggota keluarga

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

43

dengan stroke, dan observasi tentang kemampuan keluarga dalam merawat secara

sederhana pada anggota keluarga dengan pasca stroke, kemampuan keluarga

memodifikasi lingkungan yang mendukung pemulihan pasien pasca stroke, dan

kemampuan keluarga menggunakan dan memfaatkan sumber daya dan failitas

sarana kesehatan dan peralatan yang dibutuhkan di rumah pasien pasca stroke.

Peneliti memodifikasidari kuesioner Evidence-Based Educational Guidelines for

stroke Survivosrs After Discharge Home oleh Sit, Wong, Clinton, Li & Fong.

(2004). Walaupun kuesioner ini telah di gunakan beberapa kali di luar negeri dan

memiliki koefisien relibilitas yang baik, namun dalam proses penterjemahannya

telah dilakukan penyesuaian karena pertimbangan aspek budaya dan kondisi

tempat penelitian.

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN home care, …media.unpad.ac.id/thesis/220120/2010/220120100001_4_8541.pdf · Tabel 4.8. Hasil Uji Beda Tingkat Kemadirian Keluarga antara kelompok

44