Upload
doanthien
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
56
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Pada semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 daya serap siswa kelas VI SDN 3
Karangjati untuk Mata Pelajaran Matematika tentang pecahan sangat rendah.
Hasil ulangan harian Mata Pelajaran Matematika sangat jauh dari yang
diharapkan. Dari 14 siswa kelas IV yang mendapat nilai dibawah KKM sebanyak
9 siswa, dan yang mendapat diatas KKM sebanyak 5 siswa
Data nilai ulangan harian mata pelajaran matematika tentang pecahan pada
semester II kelas IV tahun 20011/2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1
Nilai Tes Kondisi Awal
DAFTAR NILAI
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / semester : IV (Empat)/ II (dua)
KKM : 61
NO NAMA NILAI KETUNTASAN
KET TUNTAS BELUM
1. Dimas Tri Angger 55 - V
2. Novel Pramono 60 - V
3. Dwi Iswanto S 60 - V
4. Erni Safitri 70 V -
5. Laila Nur A 60 - V
6. Nukman S 70 V -
7. Rachelino W. P 70 V -
8. Rahajeng Rista R 65 V -
9. Siti Nurfan A 55 - V
10. Siti Nuriyanti 55 - V
57
11. Reza Zamri Y.M 40 - V
12. Choirun Nisa F 60 - V
13. M. Faurizi 75 V -
14. Niko dwi Dhani 55 - V
JUMLAH 850 5 9
RATA-RATA 60,71 - -
PROSENTASE - 35,71% 64,29%
Untuk melihat lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel analisis nilai dibawah ini.
Tabel 2
Analisis Nilai Kondisi Awal
No Interval Nilai Banyak Anak Persen
1 40 – 47 1 7,14 %
2 48 – 55 4 28,57 %
3 56 – 63 4 28,57 %
4 64 -71 4 28, 57 %
5 72 - 79 1 7, 14 %
Jumlah 14 100 %
Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel di atas dapat disajikan dalam bentuk
diagram seperti di bawah ini.
58
Grafik 1.
Diagram Nilai Tes Kondisi Awal
Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk tabel dan grafik
terlihat jelas perbandingannya bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai di atas
KKM jauh dari yang diharapkan. Dari 14 siswa kelas IV yang mendapat nilai 40-
47 sebanyak 1 siswa, 48-55 sebanyak 4 siswa, 56-63 sebanyak 4 siswa, 64-71
sebanyak 4 siswa dan yang mendapat nilai 72-79 sebanyak 1 siswa.
Dari data hasil tes tersebut menunjukkan sebagian besar siswa belum mencapai
ketuntasan belajar yang tahun pelajaran 2011/2012 ditetapkan guru dalam KKM
sebesar 61. Data ketuntasan belajar kondisi awal dapat dilihat pada tabel di bawah
ini
Tabel 3.
Ketuntasan Belajar Siswa Hasil Tes Kondisi Awal
No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Jumlah Persen
1. Tuntas 5 35.71%
2 Belum Tuntas 9 64,29%
Jumlah 14 100%
40-47
48-55
56-63
64-71
72-79
59
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari
KKM 61 sebanyak 9 anak. Dengan demikian ada 9 anak yang belum mencapai
ketuntasan belajar minimal. Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal
baru 5 anak. Perbandingan antara yang sudah tuntas dan yang belum tuntas dapat
dilihat pada diagram di bawah ini.
Grafik 2.
Diagram Ketuntasan Belajar Kondisi Awal
Apabila hasil nilai pra siklus dianalisa berdasarkan nilai tertinggi, nilai terendah,
dan nilai rata-rata akan tampak seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.
Nilai Rerata Kondisi Awal
No Uraian Nilai
1 Nilai tertinggi 75
2 Nilai Terendah 40
3 Nilai Rata-rata 60,71
4 Rentang Nilai 35
Untuk memperjelas hasil tertinggi, terendah maupun nilai rata di atas
, dapat digambarkan dengan grafik berikut ini.
tuntas
belum tuntas
0
10
jumlah persen
tuntas
belum tuntas
60
Grafik 3.
Grafik Nilai Rerata Kondisi Awal
Hasil belajar seperti tersebut di atas kemungkinan besar disebabkan karena cara
guru dalam mengajar masih menggunakan model konvensional, dimana metode
ceramah masih mendominasi proses kegiatan pembelajaran, tidak ditanamkannya
konsep dasar sebagai awal pengertian anak, penyampaian materi masih bersifat
biasa , tidak dimulai dari hal-hal yang realistik sesuai dengan taraf pemahaman
siswa. Juga karena kurangnya memanfaatkan media pembelajaran dalam
menyampaikan materi pelajaran, sehingga pembelajaran menjadi kurang menarik
yang berakibat siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
Keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran kondisi awal dapat
ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
nilaitertinggi
nilaiterendah
nilai rata-rata
rentangnilai
nilai
61
Gambar 1.
Suasana Kegiatan Pembelajaran Kondisi Awal
B. Deskripsi Hasil Siklus 1
1. Perencanaan Tindakan
Dalam tahap planing atau perencanaan tindakan, peneliti merencanakan kegiatan
yang akan dilaksanakan meliputi apersepsi , yaitu membuka proses pembelajaran
dengan berdoa, mengabsen siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran kepada
siswa, dan membentuk kelompok yang terdiri dari 5 atau 6 siswa yang dipimpin
oleh salah seorang sebagai ketua. Dilanjutkan merencanakan kegiatan inti yaitu
proses pembelajaran yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (
RPP ), dengan pendekatan pembelajaran Matematika Realistik, dan dilanjutkan
penutup yaitu merencanakan pelaksanaan tes formatif.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Pelaksanaan Pembelajaran
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana yaitu dimulai dengan membuka
pelajaran, apersepsi berisi tanya jawab tentang arti pecahan dan menyampaikan
62
tujuan pembelajaran. Kemudian siswa diajak untuk melihat tayangan CD tentang
pecahan dilanjutkan penyampaian masalah kontekstual tentang pecahan untuk
dibahas bersama. Siswa diajak memecahkan masalah yang disampaikan guru.
Kegiatan dilanjutkan dengan kerja kelompok membahas dan menyelesaikan
lembar kerja. Selesai kerja kelompok dilanjutkan melaporkan hasilnya untuk
dibahas. Setiap kelompok menyampaikan hasil kerja kelompoknya masing-
masing dan kelompok yang lain memberi tanggapan, kemudian dilanjutkan
membuat kesimpulan. Kegiatan siswa dalam siklus 1 dapat ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.
Gambar 2.
Kegiatan Siswa Pada Siklus 1
Sekilas gambaran proses pembelajaran pada siklus I, guru tidak lagi mendominasi
dengan metode ceramah, tapi siswa secara aktif bekerja sama dalam kelompok
untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Siswa tampak aktif dan bergairah
dalam pembelajaran. Dalam kegiatan ini mereka antusias dalam menyampaikan
pendapatnya. Suasana pembelajaran jadi lebih menyenangkan dengan
memanfaakant pemutaran CD, nampak semua siswa bergairah dalam mengikuti
pelajaran.
63
Proses kegiatan tindakan siklus 1 diakhiri dengan tes formatif, dimana setiap
siswa secara individu mengerjakan soal-soal tes yang disiapkan oleh guru. Hasil
ulangan/tes siswa dikoreksi sendiri oleh peneliti
b. Pelaksanaan observasi/pengamatan
Kegiatan observasi/pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran
berlangsung. Observer, yaitu guru yang mengajar di kelas IV SDN 03 Karangjati
,Kecamatan Blora, Kabupaten Blora mengikuti keseluruhan proses tindakan yang
dilaksanakan di kelas IV Observasi dilaksanakan untuk mengetahui secara detail
keaktifan siswa, kerjasama siswa dalam kelompok, serta kecepatan dan ketepatan
siswa dalam memahami materi tentang pecahan. Hasil observasi digunakan
sebagai bahan refleksi dan untuk merencanakan rencana tindakan pada siklus II.
3. Hasil Tes
Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 diakhiri dengan ulangan/tes. Adapun hasil
ulangan/tes tersebut dianalisa dalam bentuk tabel seperti di bawah ini.
Tabel 5.
Nilai Hasil tes Siklus 1
No Nilai Frekwensi Persen
1 60 – 64 3 21,43 %
2 65 – 69 3 21,43 %
3 70 – 74 4 28,57 %
4 75 – 79 0 0 %
5 80 - 84 4 28,57 %
Jumlah 14 100 %
Dari analisa nilai hasil tes pada siklus 1 di atas dapat dibuat diagram sebagai
berikut:
64
Grafik 4
Diagram Hasil Tes Siklus 1
Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk grafik terlihat jelas
perbandingannya bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 60-64 sebanyak 3
siswa, 65-69 sebanyak 3 siswa, 70-74 sebanyak 4 siswa, yang mendapat nilai 75-
79 tidak ada, dan nilai 80-84 sebanyak 4 siswa.
Hasil tes pada siklus 1 tersebut apabila dianalisa berdasarkan ketuntasan belajar
dapat disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini.
Tabel 6.
Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus 1
No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Jumlah Persen
1. Tuntas 11 78,57%
2. Belum Tuntas 3 21,43%
Jumlah 14 100%
Sumber: Data Nilai Tes Siklus 1
jumlah anak
60-64
65-69
70-74
75-79
80-84
65
Data ketuntasan belajar siswa pada tabel di atas dapat disajikan dalam bentuk
diagram seperti di bawah ini.
Grafik 5.
Diagram Ketuntasan Belajar Siklus 1
Berdasarkan analisa tentang ketuntasan belajar tersebut dapat diketahui dari
jumlah siswa kelas IV sebanyak 14 anak, yang sudah tuntas sebanyak 78,57% %
atau 11 anak dan yang belum tuntas sebanyak 21,43 % atau 3 anak. Adapun bila
dianalisa berdasarkan rerata perolehan nilai anak dapat disajikan pada tabel di
bawah ini.
Tabel 7
Nilai Rerata siklus 1
No Uraian Nilai
1 Nilai tertinggi 80
2 Nilai Terendah 60
3 Nilai Rata-rata 69,40
4 Rentang Nilai 20
Sumber: Daftar Nilai
0
2
4
6
8
10
12
tuntas belum tuntas
jumlah anak
jumlah anak
66
Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan dalam bentuk diagram di
bawah ini.
Grafik 6.
Diagram Nilai Rerata Siklus 1
Dari tabel dan grafik di atas terlihat perolehan hasil belajar siswa selama
mengikuti proses pembelajaran siklus 1. Yaitu nilai tertinggi yang diperoleh siswa
adalah 80, nilai terendah 60 , sedangkan rata-rata kelasnya 69,40 dengan rentang
nilai 20.
Pengamatan selama proses tindakan yaitu pelaksanaan pembelajaran dilakukan
oleh Ibu Djeni Purwati ,S.Pd. yang mengajar di kelas IV SDN 03 Karangjati ,
Kecamatan Blora, Kabupaten Blora
Adapun hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa selama proses pembelajaran
dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
nilaitertinggi
nilaiterendah
rata-ratarentang
nilai
nilai
nilai
67
Tabel 8.
Keaktifan Siswa pada Siklus 1
No Kegiatan Siswa Nilai (%)
1 Menyiapkan alat dan bahan 100
2 Mengajukan pertanyaan 70
3 Kerjasama dalam kelompok 75
4 Menyajikan hasil kerja kelompok 80
Sumber: Data Hasil Pengamatan Siklus 1
Data pada tabel di atas menunjukkan aktifitas siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran cukup tinggi. Siswa aktif berdiskusi memecahkan masalah
yang dihadapi secara bersama-sama dalam kelompoknya. Semua masalah yang
ada pada lembar kerja dipecahkan bersama dalam diskusi kelompok.
Keaktifan dan antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dapat
ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 3
Aktifitas Siswa Pada Siklus 1
68
Pengamatan terhadap kinerja guru dalam proses pembelajaran dengan
pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik menunjukkan hasil sangat tinggi.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil tes kemampuan awal dan hasil tes siklus 1 dapat dilihat adanya
peningkatan perolehan nilai anak dari kondisi awal dan sesudah tindakan siklus 1.
Perolehan nilai tertinggi, terendah, maupun rata-rata kelasnya meningkat
meskipun kenaikannya belum sesuai yang diharapkan. Juga ada pengurangan
jumlah siswa yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Perbandingan
hasil ulangan kondisi awal dan sesudah siklus 1 dapat disajikan dalam tabel 9
berikut ini.
Tabel 9.
Perbandingan Hasil Ulangan Kondisi Awal dan Siklus I
No Nilai Kondisi Awal Siklus 1
1 40-46 1 0
2 47-53 0 0
3 54-60 4 3
4 61-67 5 3
5 68-74 3 4
6 75-81 1 4
Jumlah 14 14
Peningkatan hasil ulangan siswa antara kondisi awal dan sesudah
siklus 1 dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
69
Grafik 7
Grafik Perbandingan hasil Ulangan Kondisi Awal dan Siklus 1
Dari data perolehan nilai ulangan di atas terlihat ada peningkatan hasil belajar
siswa sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Sebelum siklus 1 siswa yang
mendapat nilai 75-81 dari kondisi awal sebanyak 1 siswa naik menjadi 4 siswa
pada siklus 1, yang mendapat nilai 68-75 dari 3 anak naik menjadi 4 anak, nilai
61-67 terjadi penurunan yang semula 5 anak menjadi 3 anak, nilai 54-60 pada
kondisi awal sebanyak 4 anak menjadi 3 anak, sedangkan yang mendapat nilai di
bawah 53 sudah tidak ada.
Adapun perbandingan perolehan nilai ulangan siswa antara kondisi
awal sebelum siklus 1 dan sesudah siklus 1 dapat dilihat pada tabel 10 di bawah
ini.
Tabel 10.
Perbandingan Perolehan Nilai siswa
No Uraian Kondisi Awal Siklus 1
1 Nilai tertinggi 75 80
2 Nilai terendah 40 60
3 Nilai rerata 60,71 69,40
4 Rentang nilai 35 20
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
40-4647-53 54-60 61-67 68-74 75-81
kondisi awal
siklus 1
70
Dari data perolehan nilai siswa tersebut dapat disajikan dam bentuk diagram balok
di bawah ini.
Grafik 8
Diagram perbandingan Nilai Kondisi Awal dan Siklus 1
Dari data di atas terlihat nilai tertinggi terjadi kenaikan dari 75 menjadi 80, nilai
terendah naik dari 40 menjadi 60, dan nilai reratapun mengalami kenaikan dari
60,71 menjadi 69,40. Kenaikan tersebut belum memuaskan mengingat cakupan
materi pembelajaran pada kondisi awal yaitu materi pecahan lebih luas daripada
cakupan materi siklus 1.
Hubungannya dengan ketuntasan belajar dapat ditunjukkan perbandingannya pada
tabel ketuntasan belajar di bawah ini.
Tabel 11.
Perbandingan Ketuntasan Belajar Kondisi Awal dan Siklus 1
No Ketuntasan
Jumlah Siswa
Kondisi Awal Siklus 1
Jumlah Persen Jumlah Persen
1. Tuntas 5 35,71 % 11 78,57 %
2. Belum Tuntas 9 64,29 % 3 21,43 %
Jumlah 14 100% 14 100 %
0
10
20
30
40
50
60
70
80
nilaitertinggi
nilaiterendah
nilairerata
rentangnilai
kondisi awal
siklus 1
71
Data perbandingan ketuntasan belajar pada tabel di atas dapat diperjelas pada
diagram silinder di bawah ini.
Grafik 9
Diagram Perbandingan Ketuntasan Belajar Kondisi Awal dan Siklus 1
Dari tabel dan diagram ketuntasan belajar di atas terlihat siswa yang tuntas belajar
mengalami kenaikan dari 35,71% persen siswa tuntas pada kondisi awal menjadi
78,57 % persen siswa tuntas pada siklus 1, sehingga ada kenaikan sebesar 43
persen.
Berdasarkan data-data di atas, terlihat bahwa pembelajaran Matematika dengan
pendekatan Matematika Realistik mampu meningkatkan hasil belajar, khususnya
pada materi pecahan . Oleh karena itu, rata-rata kelas pun mengalami kenaikan
dari 60,71 pada kondisi awal menjadi 69,40 pada siklus 1. Walaupun sudah
terjadi kenaikan seperti tersebut di atas, namun hasil tersebut belum optimal
mengingat cakupan materi kondisi awal lebih luas dari pada cakupan materi siklus
1 . Juga terlihat dari hasil observasi bahwa dalam kegiatan pembelajaran masih
terdapat beberapa siswa yang kurang aktif dalam melakukan kegiatan diskusi
kelompok, karena ada sebagian siswa beranggapan bahwa kegiatan secara
kondisi awal
siklus 1
0
2
4
6
8
10
12
tuntasbelumtuntas
kondisi awal
siklus 1
72
kelompok akan mendapat prestasi yang sama. Oleh karena itu, diperlukan upaya
perbaikan pembelajaran pada siklus 2.
C. Deskripsi Hasil Siklus 2
1. Perencanaan Tindakan
Tindakan pada siklus 2 direncanakan untuk memperbaiki proses kegiatan pada
siklus 1 dengan materi selanjutnya agar dicapai hasil yang maksimal. Kegiatan
pada siklus 2 dimulai dengan apersepsi yang berisi tanya jawab tentang
penjumlahan pecahan , dilanjutkan menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Setelah siswa dijelaskan materi pembelajaran sesuai rencana pelaksanaan
pembelajaran ( RPP ) yaitu tentang pengurangan pecahan serta pemecahan
masalah mengenai pecahan dalam kehidupan seahari- hari dilanjutkan siswa
diskusi kelompok. Pada siklus1 siswa dibagi menjadi 3 kelompok besar yang
terdiri dari 5 sampai 6 anak dalam , pada siklus 2 siswa dibagi menjadi 4
kelompok kecil yang terdiri 4 sampai 5 anak. Proses kegiatan siklus 2 diakhiri
dengan tes tertulis yang dikerjakan oleh siswa yang sudah disiapkan guru.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Pelaksanaan Pembelajaran
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana yaitu dimulai dengan membuka
pelajaran, apersepsi berisi Tanya jawab tentang pengurangan pecahan dilanjutkan
menjelaskan tujuan kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan inti setelah siswa
diperlihatkan tayangan CD mengenai langkah-langkah pengurangan pecahan serta
cara memecahkan permasalahan sehari – hari yang melibatkan pecahan dengan
pendekatan pembelajaran matematika realistik, dilanjutkan diskusi kelompok
membahas dan menyelesaikan lembar kerja. Pada siklus 2 ini siswa dibagi
menjadi 4 kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 anak. Kelompok dibentuk
secara acak menurut nomor absen. Hasil diskusi kelompok dilaporkan pada
diskusi kelas untuk membuat kesimpulan. Tiap kelompok secara bergantian
melaporkan hasil kerja kelompoknya, sedangkan kelompok lain memberi
tanggapan atau pertanyaan. Dalam kegiatan ini setiap anggota kelompok
bergantian membacakan laporannya. Dengan kegiatan ini diharapkan semua siswa
73
berani tampil berbicara dan atau berani bertanya dan memberi tanggapan atas
laporan kelompok lain. Proses pelaksanaan kegiatan siklus 2 dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 4
Kegiatan Siswa pada Siklus 2
Pada gambar di atas tampak anak-anak antusias sekali mengikuti proses kegiatan
pembelajaran. Siswa aktif dalam kegiatan kelompok membahas masalah
pengurangan pecahan serta berbagai masalah yang berhubungan dengan pecahan
dalam kehidupan sehari-hari.
Proses kegiatan tindakan siklus 2 diakhiri dengan tes formatif, dimana setiap
siswa secara individu mengerjakan soal-soal tes yang disiapkan oleh guru. Hasil
ulangan/tes siswa dikoreksi sendiri oleh guru kelas yang sekaligus sebagai
peneliti.
b. Pelaksanaan observasi/pengamatan
Kegiatan observasi/pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran
berlangsung. Observer, yaitu guru yang mengajar di kelas IV SDN 03 Karangjati
Kecamatan Blora , Kabupaten Blora mengikuti keseluruhan proses tindakan yang
dilaksanakan di kelas IV. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui secara detail,
74
pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik, peran guru
dalam proses pembelajaran, serta kecepatan dan ketepatan siswa dalam
memahami materi pengurangan pecahan. Hasil observasi digunakan sebagai
bahan refleksi dan simpulan penelitian.
3. Hasil Tes
Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 diakhiri dengan ulangan/tes. Adapun hasil
ulangan/tes tersebut dianalisa dalam bentuk tabel seperti di bawah ini.
Tabel 12
Nilai Hasil tes Siklus 2
No Nilai Frekwensi Persen
1 70 - 76 3 21,43 %
2 77 - 83 0 0 %
3 84 - 90 7 50 %
4 91 - 97 0 0 %
5 98 - 104 4 28,57 %
Jumlah 14 100 %
Dari analisa nilai hasil tes pada siklus 2 di atas dapat dibuat diagram sebagai
berikut
Grafik 10
21%
0%
50% 0%
29%
jumlah anak
70-76 77-83 84-90 91-97 98-104
75
Diagram Hasil Tes Siklus 2
Berdasarkan hasil analisis yang digambarkan dalam bentuk tabel dan grafik di
atas terlihat jelas perbandingannya bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai
antara rentang 98 -104 sebanyak 4 siswa, sedangkan yang mendapat nilai 91-97
tidak ada, yang mendapat nilai 84-90 sebanyak 7 siswa, nilai 77-83 tidak ada, dan
nilai 70-76 sebanyak 3 anak.
Hasil ulangan siswa pada siklus 2 tersebut apabila dianalisa berdasarkan
ketuntasan belajar dapat disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini.
Tabel 13.
Ketuntasan Belajar Siswa Pada Siklus 2
No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Jumlah Persen
1. Tuntas 14 100 %
2. Belum Tuntas 0 0 %
Jumlah 14 100%
Sumber: Data Nilai Tes Siklus 2
Data ketuntasan belajar siswa pada tabel di atas dapat disajikan dalam bentuk
diagram seperti di bawah ini
Grafik 11
Diagram Ketuntasan Belajar Siklus 2
0
5
10
15
tuntas belum tuntas
jumlah anak
jumlah anak
76
Berdasarkan analisa tentang ketuntasan belajar tersebut dapat diketahui dari
jumlah siswa kelas IV sebanyak 14 anak, yang sudah tuntas sebanyak 100 % atau
14 anak dan yang belum tuntas sebanyak 0 % atau tidak ada. Adapun bila
dianalisa berdasarkan perolehan nilai anak dapat disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 14.
Perolehan Nilai Ulangan Harian siklus 2
No Uraian Nilai
1 Nilai tertinggi 100
2 Nilai Terendah 70
3 Nilai Rata-rata 88,57
4 Rentang Nilai 30
Sumber: Daftar Nilai Ulangan Siklus 2
Data nilai pada tabel di atas dapat digambarkan dalam bentuk diagram di bawah
ini.
Grafik 12
Diagram Perolehan Nilai Ulangan Siklus 2
Pengamatan selama proses tindakan yaitu pelaksanaan proses pembelajaran
dilakukan oleh Ibu Djeni Purnawati ,S.Pd. yang mengajar di kelas IV SDN 03
Karangajati, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora. Adapun hasil pengamatan
nilai
0
50
100
nilaitertinggi
nilaiterendah
nilairerata
rentangnilai
nilai
nilai
77
terhadap keaktifan siswa selama proses pembelajaran dapat ditunjukkan pada
tabel di bawah ini.
Tabel 15.
Keaktifan Siswa pada Siklus 2
No Kegiatan Siswa Nilai
1 Menyiapkan alat dan bahan 100
2 Mengajukan pertanyaan kepada guru 80
3 Kerjasama/saling membantu 88
4 Melaporkan hasil diskusi 100
Sumber: Data Hasil Pengamatan Siklus 2
Dari tabel hasil pengamatan terhadap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
menunjukkan keaktifan siswa cukup tinggi. Semua siswa sudah menyiapkan alat
dan bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan lembar kerja sesuai tugas yang
diberikan guru. Dalam hal mengajukan pertanyaan atau konsultasi dengan guru
ada beberapa anak yang pendiam atau tidak berani bertanya kepada guru namun
bertanya kepada temannya. Kerjasama dalam kelompok juga cukup tinggi, hampir
tidak ada siswa yang pasif. Untuk kegiatan melaporkan hasil diskusi cukup baik
karena memang dituntut setiap anggota kelompok secara bergantian membacakan
laporan.
Keaktifan dan kerjasama saling membantu antar siswa dalam menyelesaikan
tugas dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
78
Gambar
Keaktifan Siswa pada siklus 2
Dalam gambar di atas terlihat semua siswa aktif bekerja sama saling membatu
untuk menyelesaikan masalah.Pengamatan terhadap kinerja guru dalam proses
pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik menunjukkan hasil sangat
tinggi.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil tes siklus 1 dan hasil tes siklus 2 dapat dilihat adanya
peningkatan perolehan nilai anak. Juga ada pengurangan jumlah siswa yang
nilainya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Perbandingan hasil
ulangan siswa pada siklus 1dan siklus 2 dapat disajikan dalam tabel 16 berikut ini.
Tabel 16.
79
Perbandingan Hasil Tes Siklus 1 dan Siklus 2
No Nilai Siklus 1 Siklus 2
1 60 – 67 6 0
2 68 – 75 4 3
3 76 – 83 4 0
4 84 – 91 0 7
5 92 - 99 0 0
6 100 - 107 0 4
Jumlah 14 14
Sumber: Daftar Nilai Siklus 2
Perbandingan hasil ulangan siswa antara siklus 1 dan siklus 2 dapat
dilihat pada diagram balok di bawah ini.
Grafik 13
Grafik Perbandingan hasil tes siklus 1 dan Siklus 2
Dari data perolehan nilai ulangan di atas terlihat ada peningkatan hasil belajar
siswa pada siklus 1 dan sesudah tindakan siklus 2. Pada siklus 1 siswa yang
mendapat nilai antara rentang 60-67 sebanyak 6 siswa pada siklus 1 menjadi tidak
ada pada siklus 2, nilai 68-75 sebanyak 4 siswa pada siklus 1 menjadi 3 siswa
pada siklus 2, nilai 76-83 pada siklus 1 sebanyak 4 siswa sedangkan pada siklus 2
tidak ada, kemudian pada siklus 1 tidak ada anak yang mencapai nilai di atas 84
sedangkan pada siklus 2 mencapai 11 anak
Siklus 10
2
4
6
8
60
-67
68
-75
76
-83
84
-91
92
-99
10
0-1
07
Siklus 1
Siklus 2
80
Adapun perbandingan rata-rata perolehan nilai ulangan siswa pada siklus 1 dan
siklus 2 dapat dilihat pada tabel 17 di bawah ini.
Tabel 17.
Perbandingan Perolehan Nilai siswa
No Uraian Siklus 1 Siklus 2
1 Nilai tertinggi 80 100
2 Nilai terendah 60 70
3 Nilai rerata 69,40 88,57
4 Rentang nilai 20 30
Dari data perolehan nilai siswa tersebut dapat disajikan dam bentuk grafik silinder
di bawah ini.
Grafik 14
Diagram Perbandingan Perolehan Nilai Siklus 1 dan Siklus 2
Dari data di atas terlihat nilai tertinggi terjadi kenaikan yang semula mencapai 80
pada siklus 1 menjadi 100 pada siklus 2, begitu pula pada nilai terendah, yang
semula 60 pada siklus 1 menjadi 70 pada siklus 2, kemudian dapat dilihat pula
pada rerata kelas yang tadinya mencapai 69,40 menjadi 88,57 pada siklus 2.
Perolehan nilai antara siklus 1 dan siklus 2 ada kenaikan yang cukup banyak
mungkin disebabkan juga karena adanya tingkat kesulitan materi.
Siklus 10
20
40
60
80
100
Siklus 1
Siklus 2
81
Hubungannya dengan ketuntasan belajar dapat ditunjukkan
perbandingannya pada tabel ketuntasan belajar di bawah ini.
Tabel 18.
Perbandingan Ketuntasan Belajar Siklus 1 dan Siklus 2
No Ketuntasan
Jumlah Siswa
Siklus 1 Siklus 2
Jumlah Persen Jumlah Persen
1. Tuntas 11 78,57 % 14 100 %
2. Belum Tuntas 3 21,43 % 0 0 %
Jumlah 14 100 % 14 100 %
Data perbandingan ketuntasan belajar pada tabel di atas dapat
diperjelas pada diagram di bawah ini
Grafik 15
Diagram Perbandingan Ketuntasan Belajar Siklus 1 dan Siklus 2
Dari tabel dan diagram ketuntasan belajar di atas terlihat siswa yang tuntas belajar
mengalami kenaikan dari 78,57 persen siswa tuntas pada siklus 1 menjadi 100
persen siswa tuntas pada siklus 2, sehingga ada kenaikan sebesar 21,42 persen.
Jumlah
Persen2
0
2
4
6
8
10
12
14
Jumlah
Persen
Jumlah2
Persen2
82
Berdasarkan data-data di atas, terlihat bahwa pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran matematika realistik mampu meningkatkan hasil belajar, khususnya
pada standar kompetensi 6 yaitu menggunakan pecahan dalam pemecahan
masalah. Oleh karena itu rata-rata kelas pun mengalami kenaikan dari 69,40
menjadi 88,57. Adanya kenaikan sebesar itu karena kelompok kecil lebih
membuat siswa aktif dan tingkat kesulitan materi siklus 2 lebih rendah.
D. Pembahasan/diskusi
Berdasarkan hasil penelitian dan tindakan yang sudah dilakukan dapat dinyatakan
bahwa pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik
dapat meningkatkan hasil belajar Matematika khususnya tentang pecahan pada
siswa kelas IV semester II tahun pelajaran 2011/ 2012. Hal tersebut berdasarkan
analisa dan pembahasan sebagai berikut:
1. Pembahasan Kondisi Awal
a. Hasil Belajar
Pada awalnya siswa kelas IV, nilai rata-rata pelajaran Matematika rendah
khususnya pada kompetensi pecahan.,disebabkan karena siswa kurang memahami
konsep dasarnya dan seolah-olah matematika terpisah dari kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 14 siswa baru 5 siswa atau
35,71 % yang mencapai ketuntasan belajar dengan skor standar Kriteria
Ketuntasan Minimal. Sedangkan 9 siswa atau 64,29 % belum mencapai kriteria
ketuntasan minimal yang telah ditentukan yaitu guru sebesar 61. Sedangkan nilai
tertinggi kondisi awal adalah 75, nilai terendah 40, dengan rata-rata kelas sebesar
60,71
b. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada kondisi awal menunjukkan bahwa siswa masih pasif,
karena tidak diberi respon yang menantang. Siswa masih bekerja secara
individual, tidak tampak kreatifitas siswa maupun gagasan yang muncul. Dalam
menyampaikan materi guru masih kurang dalam menggunakan pendekatan,
83
metode, dan media pembelajaran. Siswa terlihat jenuh dan bosan tanpa gairah
karena pembelajaran selalu monoton.
2. Pembahasan Siklus 1
Hasil Tindakan pembelajaran pada siklus I, berupa hasil tes dan non tes.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terhadap pelaksanaan siklus 1
diperoleh keterangan sebagai berikut :
a. Hasil Belajar
Dari hasil tes siklus 1, menunjukkan hasil siswa yang mencapai nilai 60-64
sebanyak 3 siswa, 65-69 sebanyak 3 siswa, 70-74 sebanyak 4 siswa, yang
mendapat nilai 75-79 tidak ada, dan nilai 80-84 sebanyak 4 siswa.
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 14 siswa terdapat 11 siswa
atau 78,57 % yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 3 siswa atau
21,43 % belum mencapai ketuntasan. Adapun dari Hasil nilai siklus 1 dapat
dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 80 , nilai terendah 60, dengan
nilai rata-rata kelas sebesar 69,40
b. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya perubahan,
meskipun belum semua siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran .
Hal ini dikarenakan kegiatan yang bersifat kelompok ada anggapan bahwa
prestasi maupun nilai yang di dapat secara kelompok pasti sama juga ada siswa
yang kelihatannya hanya mengandalakan temannya. Dari hasil pengamatan telah
terjadi peningkatan semangat dan keaktifan siswa dalam belajar, karena ada
persaingan untuk menjadi kelompok yang terbaik. Ada interaksi antar siswa
dalam kelompok. Masing-masing siswa ada peningkatan keaktifan dan kemauan
untuk belajar. Terjalin kerjasama antar siswa. Ada persaingan positif antar
kelompok mereka saling berkompetisi untuk memperoleh penghargaan dan
menunjukkan jati dirinya.
Hasil antara kondisi awal dengan siklus I menunjukkan adanya perubahan walau
belum bisa optimal.. Perbandingan antara kondisi awal dan siklus 1 dapat
disajikan pada tabel berikut :
Tabel 19
84
Perbandingan kegiatan dan hasil belajar kondisi awal dan siklus I
NO Kondisi Awal Siklus I
1 Tindakan Tindakan
Pembelajaran konvensional ,
mengutamakan metode
ceramah.
Penerapan Pembelajaran dengan
pendekatan Pembelajaran
Matematika Realistik.
2 Hasil Belajar Hasil Belajar
Ketuntasan Ketuntasan
~ Tuntas : 5 (,71 35% ) ~ Tuntas : 11 ( 78,57% )
~ Belum tuntas : 9 ( 64,29% ) ~ Belum tuntas : 3 ( 21,43% )
Perolehan Nilai Perolehan Nilai
Nilai Tertinggi : 75 Nilai Tertinggi : 80
Nilai terendah : 40 Nilai terendah :60
Nilai rata- rata : 60,71 Nilai rata- rata : 69,40
Refleksi
Nilai rata- rata meningkat 8,69
=
71,60
69,8x 100% = 14,31%
3 Proses belajar Proses belajar
Proses pembelajaran
pasif
Proses pembelajaran ada
perubahan , siswa mulai
aktif
Siswa kurang paham
konsep dasar
Matematika
Siswa memahami konsep
dasar Matematika khususnya
pecahan
Siswa hanya
mendengarkan , dan
diam meskipun tidak
bisa
Siswa melihat,
mendengarkan, bertanya,
berdiskusi
85
Belum memanfaatkan
media pembelajaran
yang tepat
Sudah memanfaatkan media
pembelajaran sesuai materi
Belum tumbuh
kreatifitas dan
kerjasama antar teman
Kreatifitas, kerjasama,
tanggung jawab mulai
tampak
Sebagian kecil indera
yang aktif
Sebagian besar alat indera
aktif
Dari hasil refleksi siklus 1 dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan
pembelajaran matematika realistik siswa mengalami peningkatan baik dalam
mencapai ketuntasan belajar yaitu dari 9 siswa belum tuntas pada kondisi awal
menjadi 11 siswa pada siklus 1. Sedangkan nilai rata – rata kelas ada kenaikan
sebesar 14,31 % . Pada siklus I ini belum semua siswa mencapai ketuntasan
karena ada sebagian siswa yang memang belum memahami bagaimana
mengoperasikan pecahan .
3. Pembahasan Siklus 2
Hasil tindakan pembelajaran pada siklus 2 berupa hasil tes dan non tes,
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti terhadap pelaksanaan
siklus 2 diperoleh keterangan sebagai berikut .
a. Hasil Belajar
Dari hasil tes siklus 2, menunjukkan hasil siswa yang mencapai nilai antara
rentang 98 -104 sebanyak 4 siswa, sedangkan yang mendapat nilai 91-97 tidak
ada, yang mendapat nilai 84-90 sebanyak 7 siswa, nilai 77-83 tidak ada, dan nilai
70-76 sebanyak 3 anak.
Berdasarkan ketuntasan belajar siswa dari sejumlah 14 siswa terdapat 14 siswa
atau 100% yang sudah mencapai ketuntasan belajar.. Adapun dari hasil nilai
86
siklus 2 dapat dijelaskan bahwa perolehan nilai tertinggi adalah 100 , nilai
terendah 70, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 88,57
b. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran pada siklus 2 sudah menunjukkan adanya perubahan, semua
siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran . Hal ini dikarenakan kegiatan
yang selalu dikaitkan dengan kehidupan nyata, yang selalu dihadapi siswa dalam
kehidupan sehari-hari. Dari hasil pengamatan telah terjadi peningkatan semangat
dan keaktifan siswa dalam belajar. Ada interaksi/komunikasi antar siswa. Masing-
masing siswa ada peningkatan berani beragumentasi dengan teman kelompoknya.
Terjalin kerjasama antar siswa. Ada persaingan positif antar kelompok. Mereka
saling berkompetisi agar kelompoknya menjadi yang terbaik.
Hasil antara siklus 1 dengan siklus 2 ada perubahan secara signifikan , hal ini
ditandai dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar .
Dari hasil tes akhir siklus 2 ternyata lebih baik dibandingkan dengan tingkat
ketuntasan belajar siswa pada siklus 1.
Peningkatan hasil belajar maupun ketuntasan tersebut dapat disajikan pada tabel
19 dibawah ini
Tabel 20.
Perbandingan kegiatan dan hasil pada siklus 1 dan siklus 2
NO Siklus 1 Siklus 2
1 Tindakan Tindakan
Pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran
matematika realistik dengan
kelompok besar
Pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran
matematika realistik dengan
kelompok kecil
2 Hasil Belajar Hasil Belajar
Ketuntasan Ketuntasan
~ Tuntas : 11 ( 78,57% ) ~ Tuntas : 14 ( 100% )
87
~ Belum tuntas : 3 ( 21,43% ) ~ Belum tuntas : 0 ( 0% )
Nilai Tertinggi :80 Nilai Tertinggi : 100
Nilai terendah :60 Nilai terendah :70
Nilai rata- rata : 69,40 Nilai rata- rata : 88,57
Refleksi
Nilai rata- rata meningkat 19,17
=
40,69
17,19x 100% = 27,62 %
2 Proses belajar Proses belajar
Proses pembelajaran ada
perubahan, siswa mulai
aktif
Proses pembelajaran siswa
aktif dan kreatif serta
cekatan
Siswa terlibat langsung
dalam proses
pembelajaran
Siswa terlibat langsung
dalam proses pembelajaran
Siswa aktif dalam
kegiatan kelompok
Siswa lebih aktif dalam
kegiatan kelompok karena
kelompoknya kecil
Kreatifitas, kerjasama
,tanggung jawab mulai
tampak.
Kreatifitas, kerjasama,
tanggung jawab sudah
tampak
Dengan melihat perbandingan hasil tes siklus 1 dan siklus 2 ada peningkatan yang
cukup signifikan, baik dilihat dari ketuntasan belajar maupun hasil perolehan
nilai rata- rata kelas.. Sedangkan ketuntasan belajar ada peningkatan sebesar 21,43
% dibandingkan pada siklus 1.
Nilai tertinggi pada siklus 2 sudah ada peningkatan dengan mendapat nilai 100
sebanyak 4 siswa, hal ini karena keempat anak tersebut disamping mempunyai
kemampuan yang baik , didukung rasa senang belajar, sehingga mereka dapat
nilai yang optimal. Dari nilai rata- rata kelas yang dicapai pada siklus 2 ada
88
peningkatan sebesar 27,62 % dibandingkan nilai rata- rata kelas pada siklus 1.
Secara umum dari hasil pengamatan dan tes kondisi awal hingga siklus 2, dapat
disimpulkan bahwa melalui pendekatan pembelajaran matematika realistik dapat
meningkatkan hasil belajar Matematika tentang pecahan bagi siswa kelas IV SDN
03 Karangjati pada semester II tahun 2011/2012 sebesar 46%.
c. Hasil Tindakan
Dari hasil tindakan dapat diketahui telah terjadi peningkatan pemahaman siswa
tentang Matematika khususnya materi pecahan bagi siswa kelas IV SDN 03
Karangjati Kecamatan Blora Kabupaten Blora pada semester II tahun pelajaran
2011/2012 melalui pendekatan pembelajaran matematika realistik. Peningkatan
nilai rata- rata yaitu 60,71 pada kondisi awal menjadi 69 ,40pada siklus 1 dan
menjadi 88,57 pada siklus 2. Nilai rata-rata siklus 1 meningkat 14,31% dari
kondisi awal, dan nilai rata-rata siklus 2 meningkat 27,62% dari siklus 1. Secara
keseluruhan dari kondisi awal sampai akhir tindakan siklus 2 terjadi peningkatan
nilai rata-rata kelas sebesar 45,89 %. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus 1
ada peningkatan sebesar 120% dari kondisi awal, dan siklus 2 meningkat 27%
dari siklus 1. Secara keseluruhan dari kondisi awal sampai akhir siklus 2
ketuntasan belajar meningkat sebesar 180 % dari kondisi awal.
Dari hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran terdapat perubahan positif
pada siswa terutama keaktifan dalam mengikuti pembelajaran dan keberanian
menyampaikan kesulitannya.
Berdasarkan pengamatan terhadap hasil belajar dan pengamatan terhadap proses
pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar Matematika
tentang pecahan untuk siswa kelas IV SDN 03 Karangjati Kecamatan Blora
Kabupaten Blora pada semester 1I tahun pelajaran 2011/2012.
pendekatan pembelajaran matematika realistik. Peningkatan nilai rata- rata yaitu
60,71 pada kondisi awal menjadi 69 ,40pada siklus 1 dan menjadi 88,57 pada
siklus 2. Nilai rata-rata siklus 1 meningkat 14,31% dari kondisi awal, dan nilai
rata-rata siklus 2 meningkat 27,62% dari siklus 1. Secara keseluruhan dari kondisi
89
awal sampai akhir tindakan siklus 2 terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas
sebesar 45,89 %. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus 1 ada peningkatan
sebesar 120% dari kondisi awal, dan siklus 2 meningkat 27% dari siklus 1. Secara
keseluruhan dari kondisi awal sampai akhir siklus 2 ketuntasan belajar meningkat
sebesar 180 % dari kondisi awal.
Dari hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran terdapat perubahan positif
pada siswa terutama keaktifan dalam mengikuti pembelajaran dan keberanian
menyampaikan kesulitannya.
Berdasarkan pengamatan terhadap hasil belajar dan pengamatan terhadap proses
pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar Matematika
tentang pecahan untuk siswa kelas IV SDN 03 Karangjati Kecamatan Blora
Kabupaten Blora pada semester 1I tahun pelajaran 2011/2012.