Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IV
MICROPILES SEBAGAI SISTEM PONDASI BANGUNAN
Banyak kegunaan dari micropiles yang bisa kita jumpai dalam bidang teknik
sipil diantaranya sebagai pondasi bangunan dimana micropiles memiliki daya
dukung yang cukup tinggi dibandingkan dengan tiang bor konvensional. Hal ini
disebabkan karena pelaksanaan yang cepat / pendek dan juga periemahan akibat
kerusakan tanah di sekitar lubang yang dibor relatif kecil serta adannya sistim injeksi
grouting.
Dewasa ini pemakaian micropiles sebagai pondasi bangunan telah banyak
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 76
diterapkan dalam pekerjaan teknik sipil. Ada beberapa proyek tertentu yang
khusus menggunakan micropiles sebagai pondasi tetapi ada juga proyek yang
mengkombinasikan micropiles dengan jenis pondasi lainnya contohnya micropiles
dikombinasikan dengan pondasi caison.
4.1 PERTIMBANGAN PEMILIHAN MICROPILES SEBAGAI SISTEM
PONDASI BANGUNAN
4.1.1 Segi Lapangan
Micropiles merupakan sistem yang lebih fleksibel dimana tiang-tiang micro
ini:
a. Dapat ditempatkan/dibuat bila dijumpai tiang-tiang yang sebelumnya merupakan
halangan / rintangan. Metode pengeboran untuk pelaksanaan pembuatan tiang
micro ini dilakukan sedemikian rupa supaya dapat dikerjakan dalam rintangan /
halangan seperti adanya kayu, baja, beton yang mana halangan-halangan tersebut
secara khusus menjadi problem di dalam pembuatan tiang pada umumnya.
b. Dapat dilaksanakan di lokasi dimana tidak mengijinkan lebih dari 2 mesin
pengebor konvensional untuk bekerja bersama-sama karena kondisi lahan yang
sempit dan terbatas. Dapat dilaksanakan pada lokasi yang berdekatan dengan
bangunan atau jalur konstruksi yang penting. Gangguan getaran masih dalam
intensitas yang diijinkan terhadap kestabilan konstruksi tersebut. Bila metode
pemancangan ( displacement method ) dipakai untuk membuat lubang pada
kondisi tanah yang membutuhkan pukulan yang besar untuk memungkinkan
menembus lapisan tanah tersebut, terjadi getaran-getaran tinggi yang dalam
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 11
batas-batas umum tidak diijinkan. Dalam hal ini, metode pengeboran untuk
pembuatan lubang dapat mengatasi gangguan getaran. Micropiles merupakan
sistem yang lebih fleksibel di dalam mengatasi masalah-masalah tersebut. Ukuran
daripada mesin-mesin yang dipakai mengijinkan lebih dari unit-unit tersebut
dijalankan bersama-sama dan untuk bekerja dalam kondisi rintangan apapun
cukup mampu bekerja penuh.
c. Pondasi tiang sistem micropiles merupakan sistem pondasi yang dapat
dilaksanakan dalam macam tanah liat ( clay soils ) dan tanah berbutir kasar
(coarse granular soils). Pada tanah berbutir kasar dengan formasi ukuran partikel
dari pasir sampai kerikil ( untuk kerikil coarse : lolos ayakan ukuran 80 mm
sampai 20 mm dan untuk kerikil fine : lolos ayakan ukuran 20 sampai 4.75 mm )
menimbulkan masalah dimana tanah-tanah tersebut ada kemungkinan bergerak
bila dipukul dengan metode konvensional atau dibor dengan mesin pengebor
konvensional. Dengan pelaksanaan micropiles memungkinkan tanah tersebut
sedikit bergerak dan kekuatan tanah dapat dipertahankan seperti sebelumnya.
4.1.2 Segi Waktu
Micropiles di dalam pelaksanaan memiliki kecepatan dalam penyelesaiannya
dibandingkan dengan pondasi tiang pada umumnya terlebih dalam situasi dan
kondisi yang dijelaskan dalam sub bab 4.1.1 di atas. Ekonomis waktu pada
pekerjaan micropiles ditinjau dalam menghadapi masalah seperti : adanya lahan
yang terbatas yang tidak mengijinkan mesin-mesin pengebor konvensional untuk
bekerja bersama-sama, kecepatan menyelesaikan sebuah tiang micro relatif lebih
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 78
besar dibandingkan dengan penyelesaian sebuah tiang bor konvensional. Kecepatan
penyelesaian tiang micro disebabkan oleh : adanya sirkulasi pengeboran yang
sedemikian cepat dan grouting dengan cara injeksi lebih cepat daripada penuangan /
pengecoran beton biasa dengan pipa tremie pada penyelesaian tiang bor
konvensional. Bila dalam masa konstruksi diinginkan penyelesaian yang dipercepat (
masa konstruksi yang diperpendek ), kecepatan penyelesaian tiang micro ini lebih
cepat karena ukuran mesin-mesin yang dipakai mampu bekerja penuh dalam kondisi
yang sangat sulit.
4.1.3 Segi Biaya
Micropiles memburuhkan biaya pelaksanaan yang tinggi. Namun biaya
pelaksanaan yang tinggi pada micropiles masih merupakan altematif yang ekonomis
untuk kondisi-kondisi yang khusus / tertentu. Misalnya : micropiles untuk perbaikan
pada pondasi telapak /pondasi pelat pada bangunan-bangunan industri yang ringan
atau bangunan-bangunan domestik pada tanah lunak. Pondasi-pondasi lajur /
telapak konvensional yang telah dikenal dalam kondisi tanah lunak akan mengalami
penurunan yang besar namun dengan adanya micropiles di bawah pondasi tersebut,
ada kemungkinan penurunan tetap terjadi oleh sebab kondisi tanahnya namun tidak
sampai mengalami kerusakan struktur yang berarti ( misal timbul retak-retak pada
struktur atas namun dalam batas-batas yang dapat diterima). Jadi micropiles yang
ditempatkan di bawah pondasi memberikan keuntungan yaitu : perbaikan pada
struktur atas yang mengalami sedikit kerusakan sudah tentu tidak memburuhkan
biaya yang besar. Biaya perbaikan pada struktur atas yang relatif lebih murah dapat
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 79
mengimbangi biaya pelaksanaan micropiles. Micropiles dapat pula digunakan
sebagai pondasi asal dimana bangunan /struktur belum dilaksanakan. Dalam hal ini
micropiles dapat direncanakan dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga nantinya
struktur / bangunan di atasnya dapat dibuat dengan bentang-bentang yang pendek
sehingga balok-balok yang berhubungan dapat lebih ringan dan tentunya secara
keseluruhan biaya struktur dijadikan lebih ekonomis dibandingkan dengan pondasi
tiang biasa.
Jadi pertimbangan memilih micropiles sebagai sistem pondasi yang
terpenting sebenarnya dihadapkan pada masalah-masalah yang dijumpai dimana
masalah-masalah tersebut menjadi kendala/halangan yang jarang dijumpai dalam
aplikasi di lapangan. Halangan tersebut menjadi bertambah sulit dilaksanakan bila
dengan metode pelaksanaan untuk pondasi tiang umumnya dan membutuhkan
alternatif lain yang lebih menguntungkan bila digunakan.
4.2 BEBERAPA PERUMUSAN DAYA DUKUNG UNTUK MICROPILES
Ada beberapa perumusan yang dapat dipakai untuk menghitung daya
dukung micropiles. Micropiles termasuk dalam kelompok grouted piles yang
pelaksanaannya pertama kali diperkenalkan dengan mengebor untuk membuat
lubang. Perhitungan daya dukung micropiles adalah sebagai berikut:
a. Lizzi,F mengusulkan perumusan sebagai berikut:
Qu = 7i.D0.L.KI (4 .1)
dimana : Dn: diameter nominal (diameter lubang yang dibor) ( m )
L : panjang tiang ( m )
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 80
K ^ . ^ : nilai gesekan rata-rata antara tiang dan tanah (kg / cm2 )
(tabe!4.1)
I : koefisien yang tergantung diameter tiang (tabel 4.2 )
Tabel 4.1 Nilai K untuk berbagai jenis tanah (Lizzi, F., 1980)
SOIL
Soft soil Loose soil Soil of average compactness Veiy stuff soil, gravel, sand
K (kg / cm 2 )
0,5 1,0 1,5 2,0
Tabel 4.2 Nilai I (LizzLF.,1980)
PILE DIAMETER (cm)
10 15 20 25
I
1,00 0,90 0.85 0,80
Lizzi mengusulkan persamaan diatas untuk memperkirakan daya dukung
micropiles yang disebut olehnya sebagai pali radice untuk bermacam-macam
tanah.
b. Mascardi ( 1983 ) memperkirakan ( Qu ) daya dukung geoteknis dengan
perumusan untuk tiang pancang ( bila lubang Micropiles dibuat dengan
pemancangan).
Mascardi menyatakan bahwa : De' > Dn; Ks > K0
dimana : D„ : diameter nominal (m)
De': diameter efektif (sesungguhnya sesudah digrouting) ( m )
K(: koefisien tekanan lateral pada tiang (tekanan pasif tanah / Kp)
K0: koefisien tekanan lateral tanah pada 'at rest'
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangtman 81
Mascardi mengusulkan juga kekuatan micropiles dikontrol terhadap beban tekuk
sebagai berikut:
Qk = 2VE..E.I,, (4 .2 )
dimana : Qk : buckling capacity terendah ( kN ), nilai sesungguhnya tergantung
dari A (setengah panjang gelombang)
A = * .(E.^/E,)1'4
bila : L > 2.A pertambahan nilai Qk tidak berarti
L< A nilai Qk besar,pengaruh tekuk tidak diperhatikan
A : 1/2 panjang gelombang
Umumnya A antara 2.0 - 4.5 m
E s : horisontal subgrade reaction modulus (MPa)
E : modulus elastisitas tiang beton (MPa)
^ : momen inersia tiang (cm")
Q. = o J - A (4 .3)
dimana : Q c : ultimate load for simple compression of pile (kg )
a y^: kuat tekan beton ultimate (kg / cm2)
A = Ac + n2.Art
Ac: luas netto penampang beton (cm2)
Art : luas netto tulangan baja (cm2)
n2 : perbandingan modulus elastisitas baja dan beton (E s t /E)
Mascardi mengusulkan persamaan diatas untuk memperkirakan daya
dukung micropiles yang merupakan nilai terendah dari Qu (pile-soil bond
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 82
capacity ), Qk ( buckling capacity ), Qc( ultimate load for simple compression of
piles ). Nilai terendah diambil untuk memberikan jaminan keamanan struktur
micropiles yang dibuat.
c. Pabrik pembuatan tiang Soletanche Piling Co. mengusulkan persamaan untuk
menghitung daya dukung micropiles. Persamaan yang diusulkan untuk
memperkirakan daya dukung micropiles (IM piles) yang adalah nilai terendah
dari Qu (pile-soil bond capacity), Qk(buckling capacity), Qt (ultimate load for
steel)
Tabel 4.3 Hubungan antara a dan V. ( Soletanche Piling Co)
SOIL
gravel
sandy gravel
gravelly sand
coarse eand
medium eand
fine eand
silty eand
silt
clay
lime etone
rock
COEFFICIENT oC
IHS
1,8
1,6 - 1,8
1,5 - 1,6
1,4 - 1,5
1,4 - 1,5
1,4 - 1.5'
1,4 - 1,5
1,4 - 1,6
1,8 - 2,0
1,8
1,2
IGU
1,3 - 1,4
1,2 - 1,4
1,2 - 1,3
1,1 - 1,2
1,1 - 1,2
1,1 - 1,2
1,1 - 1,2
1,1 - 1,2
1.2
1,1 - 1,2
1,1
VOLUME INJEKSI (V.)
IHS / IGU
(1,5)V
(1,5)V
(l,5)v
(1,5)V
d,5)v d,5)v
d,-5-2)v / (1,5)V
(2)V / (1,5)V
(2,5-3)v / d,5-2)v
(1,5-2)V
(1,1-1,5)V
IRS : Manchette tube system (P i^P 1)
IGU : Withdrawn casing system (0,5 P W P ^ P . )
V. : injection volume minimum
V : ±<\(oU)2- D2).1 m3
p. : injection pressure
p. : limit pressure
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 83
Gambar 4.1 Nilai skin friction (f,) untuk micropiles ( Soletanche Piling Co.)
Persamaan yang diberikan sebagai berikut:
Qu = Q. + Qb
Q, = n.( 04 .DJ.f,. Lfaed ( 4.4a )
Q„ = 7i/4 ( o ^ D J ^ . P , (4.4b)
dimana : Qu : pile-soil bond capacity ( kN )
Q, : tahanan gesekan sehibung tiang ( kN)
Qb : tahanan ujung tiang (kN)
04 : faktor pembesar diameter (tabel 4.3 )
Dn : diameter nominal (lubang bor) ( m )
f, : unit skin friction (kN / m2 )didapat dari gambar 4.1
L f ix«d : bond length (panjang yang terjepit dengan mortar beton) (m)
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan
K : point bearing capacity factor (untuk pasir diambil nilai 1.2 )
P, : limit pressure (MPa)
P, = NSPT/ 20; dimana NSPT = 15 + 0.5.(N-15)
NSPT: Corrected SPT
Persamaan untuk Qk diberikan sebagai berikut :
Qk - YN/(ED.LD. (4.5)
dimana : EI = Eg.Ig + Ef.I,
Eg : modulus elastisitas bahan grout (MPa)
Ert : modulus elastisitas baja (MPa)
Ig: momen incrsia penampang grout ( cm4 )
I t : momen inersia penampang tulangan (cm 4 )
Dn : diameter nominal (lubang bor) ( m )
k = n, .L^,/ D. (kg/cm3) (4.6)
i\ : coefficient of modulus variation (kg/cm3) (tabel 4.4)
Tabel 4.4 Menunjukkan nilai % untuk pasir (after Terzaghi)
r^ (kg/cm5
Dry or humid sand
Submerge sand
Consistency
Loose
0,10-0,53
0,05-6,20
Medium
0,33-1,20
0,20-0,80
Dense
1,20-2,50
0,80-1,50
note: for a slenderness L/D - 10 (frequent for microplle
the smallest value for k - 0,5 kg/cnr
k - n^.L/D L - depth of micropile
D - diameter of micropile
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 8 5
Untuk tiang langsing (a slendemess of pile) dimana I7Dn minimum bemilai 10.
Untuk micropiles umumnya L/Dn =10 maka nilai k diambil 0.5 kg/cm3.
Persamaan 4.6 dipakai untuk menghitung nilai k ; L = kedalaman micropiles; Dn
= diameter micropiles.
Tabel 4.5 Nilai k,, untuk tanah Hat (after Terzaghi)
Consistency
Compressive p Strength (kg/cm )
kH (kg/cm5)
Soft
0,20-0,30
0,10-0,25
Medium
0,50-1,0
0,25-0,5
Firm
1.0-2,0
0,5-1.0
Very firm
2,0-4,0
1,0-2,0
Hard
^
> 2
note: for n diameter D - 0,20 n (frequent for micropile)
the smallest value far k - 0,5 kg/cm k„ x 1 meter
k - — D (meter)
Untuk diameter (D) = 0.20 m (umumnya dipakai pada micropiles), nilai terkecil
untuk k diambil 0.5 kg/cm3. Nilai k untuk keadaan ini diberikan persamaan
sebagai berikut:
k = (1^. 1 meter)/Dn (meter)
dimana:
Nilai k,, diambil menurut tabel 4.5
L&« : fi"ee length (panjang bebas) ( m )
1 : coeficient of soil modulus variation
Y : faktor yang tergantung dari A (1/2 kali panjang gelombang)
A = L ^ / 2.(K.Dn/EI)1M ; dapat dicari dari gambar 4.2
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 86
•
&-
4 3
t
<
. \
I A
\
—<
/ /
V
K T\
: ,-4
3"~^
V _,*.
^.-"r-
2 :
, 1 - '
.
- - ^ _ „ _
• •
-
0 1 2 3 A S O 7 0
Roduci,-) h a l f l u n g t h i : ^ .
9 fO 1J 1?
4^-Gambar 4.2 Tekuk yang terjadi pada tiang dalam tanah dengan kekakuan yang
tetap (after Mandel)
Tabel 4.6 Kurva untuk limit condition yang berbeda ( after Mandel)
Curve
NO
i.ioit Conditior Approx. formula
for A close to 0
Approx, formula
for A laryt-
Curvc 1 Pile uhose ooln
ends cannot ino
ve lat ara1ly 9 •v i\<
s*. . [ a rc c o s ( c o s 2 A )
r*7 f[—TT^—: C u r v e 2 Pi l e u i l t i b o t h
enris f u l l y
r t i t r a i net) * • £ • • £ "f-,JSrf^ 2X1
Curve 3 Pile uilh free
l ines 1 \ 2 <f-T-X <f
blnXVSl "vi - 7 *
Curve 4 P i l e u i l h ona
i:r\c r e s t r a i nee
one end f r a o
' f i X ' , I 16,V 7T? * <P T e ^
Keterangan tabel 4.6
q> = Y
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 87
Persamaan kekuatan ultimate baja diberikan dalam persamaan berikut:
Q* = V i ; <4-7>
dimana : Q„ : ultimate load for steel
(beban ultimate yang mampu ditahan baja) (kN )
Art : luas netto tulangan yang dipakai ( cm2)
fy : tegangan leleh baja (tabel 4.7 ) (MPa )
Tabel 4.7 Kapasitas tulangan IM Pile ( Soletanche Co )
D E F W m O N DC LV SMATURE CARACTERISTIQUES GEOMETTUQtJES CAPACITE NOM1NAJLE"
TYPE D'AflMATURl 5
pnonu
TUBES
•Aitncs CT IAISCEAU DC BAIUtES
D i m e n s i o n * • n m m
IPC 100 « Si « 4
•/i i c / w
jS 70/E!
•fi 97/114
•fj I 0 y i 2 7
'/. 157/171
7":?T / , o : 7 / 40 T / . :c DY / 33 DY / a t DY
C/J: ,T 4 f. 3 i DY
Limit* D i a m « u « • l a t t lqu* m i n i m u m o *a d u l o r o g « « n Ip iaua 1 " «a m m
14 150
n n »
n n
i Jjj i l l MO mm • uivant l« nombr* d« buri«* du
-Q la i«c«au
40 150 10 150
Sect ion d 'ad«r S o • n a n 1
10
13
23
23
34
50
] 1 11 5
e 10
41 40
lo«m>. d * t'oci«r 2 3 a »<i.So l a a n 1 • B cm*
171/16 . K
43 " ' 42
1(9 " I I ] n
394 " ™ 100
5(4 * ' M « 120
1 J ! ( " ° ' 7 * ' 176
• u i v a n l ! • 71 n o n b i * d« 3 . barra* • ! U *« d i a m « u * . , d u l a i s c M u . .
139 129 129 312
1/2 o * a . S o • a 1
13
23 31
45 (3
55 75
66 90
98 132
( l ( 36 21 33 40
17 160
* O n e cupacile v« .Ivtlullr d«« t appliculion ilu D.T.U, 13.2. Tandoiton* I'loiondc* (ju,n 1971).
d. G.S. Littlejohn mengusulkan persamaan untuk menghitung daya dukung anchor
pile. Berikut perumusan tanah non kohesif:
Q. = K, . p ; ^ . A,, tg <|> (4.8a)
Q0 = N< , .p0, .Ab (4.8b)
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 88
KO
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara 4> dan Nq( Berezantzev, 1961 )
Tanah kohesif:
Q» = Q. + Qb
Q, = «! • «»,*«*. A (4.9a)
Qb = c l l.N..Ab (4.9b)
dimana : Qu: pile soil bond capacity ( kN )
Q,: tahanan gesekan selubung tiang ( kN )
Q,: tahanan ujung tiang ( kN )
K,: koefisien tekanan horisontal tanah pada tiang
(contact pressure/ efective overburden pressure)
: nilainya berkisar 1.0 - 2.0
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 89
Porati-rato efective overburden rata-rata (kN/ m2)
P.'
A.
A„
Cu
N ,
Nc
a,
*
: Nilai efektif overburden pada ujung tiang (kN / m2)
: luas selubung tiang efektif (m2)
: luas ujung tiang efektif (m2)
: undrained shear strength ( MN / m2)
: bearing capacity factor
: bearing capacity factor = 9
: faktor adhesi tergatung dari nilai cu (0.6 -0.75)
: sudut geser dalam tanah ( ° )
e. M.Bustamante dan D.Gouvenot (1983) mengusulkan persamaan untuk
menghitung daya dukung ultimate pile-soil bond capacity (Qu) sebagai berikut:
QU = Q, + Qb
Q. = f . A ,
dimana : Q t : tahanan selubung tiang ( k N )
f,: unit skin friction (kN / m 2) (tabel 4.8)
A,: luas selubung tiang setelah digrouting ( m2)
Q b : diperkirakan seperti pada perumusan tiang pancang (kN)
Dari tabel 4.8 dan gambar 4.4 di bawah ini ,Bustamante mencoba
memperkirakan daya dukung tiang yang digrouting dan ini dapat dipakai baik
pada tiang berdiameter kecil ( micropiles ) dan tiang berdiameter besar ( large
diameter piles ). Nilai P, dalam gambar 4.4 untuk menghitung bearing capacity
yang terjadi sesudah grouting (Bustamante,Gouvenot,1983).
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 90
Tabel 4.8 Nilai f, untuk tiang yang digrouting / grouted pile (Bustamante,M.,
Gouvenot,D.,1983)
Nature of
Soil
Loose Sand Soft Clay Soft Chalk
Sand and gravel moderately compact Moderately compact to stiff
Weathered chalk Compact marl....
Very dense sand and gravel Very dense marl Weathered rock
Soil Density
(MPa )
P,
0,3 to 0,7 0,3 to 0,7 0,3 to 0,7
l to2
l to3 l to3
1 to 3,5
>2,5 >4,5 >5,0
q,
<i,o <i,o <5,0
5,0 to 12,0
2,0 to 5,0 >6
> 15,0
Unit Skin Friction
Graphs To Be
Taken Into Account
A A A
CtoD
BtoD CtoD EtoF
> D > F > F
ra
^ 0 ?
c o
ict
7- 01 . v%
0
qs
/ -r
-»
^ w \^~~-^
y^\ U- ""
D
C B
A
0. 2 06
I" I 1 2
qs | | | 1 I I - ^ ^
0.5 IP IS 2P 25 30 limit pressure p^ (MPa)
1.0 2.0 3.0 4fl 5.0 6.0 limil pressure p, (MPal
Gambar 4.4 Nilai-nilai unit skin friction (ff) terhadap tekanan batas (P,),
Bustamante, M., Gouvenot, D.,1983 )
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 91
f. M. Stocker (1983) memberikan persamaan untuk menghitung daya dukung
ultimate tiang sebagai berikut:
QU = QS + Qb
Qs = f.A
Qb = f„A
dimana : Qu : daya dukung tiang pada penurunan tertentu ( kN )
Q f : perlawanan selubung tiang ( kN)
ft: unit skin friction ( kN / m2) (gambar 4.5 )
A,: luas selubung permukaan tiang (m2)
- As dihitung sebagai diameter nominal
(diameter lubang bor /Dn)
untuk tiang yang berdiameter besar
- As dihitung sebagai diameter efektif
(diameter lubang sesudah digrouting/De')
untuk tiang micropiles.
Umumnya diambil: Dc'= 1.2-1.4 kali Dn
Q b : perlawanan ujung (kN )
fb: base pressure (kN / m2) (gambar 4.5 )
A,,: luas penampang melintang ujung tiang (m2)
Stocker mengusulkan perumusan tersebut untuk menentukan besar daya
dukung tiang berdiameter besar dengan atau tanpa grouting, micropiles serta
anchor piles.
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 92
~ E
Z 300 JSC
.—, o 200
t _
" - 100
c J C l O r,
» [mm ]
settlement = 20mm
-
• • : « " o ^
-* # # x
1000-
1500
5 7 0 -
900
Bored - Piles
°Y
1* " A
"
-
5 7 0 -
900
Post - g rou ted
Bored Piles
• ^ 300
z
§ 200
u_ 100 c
I mm I
settlement = 20 mm
• •
X "
1300-
1600
6 0 0 -
1000
Bored Pi les
+
ao
1300 7 0 0 -
900
Post - grouted
Bored Piles
Skin Friction of cast-in-situ Bored Piles with Skin Friction of cast- in-si tu Bored Piles with arJ without Post-grouting at a Settlement of 20 mo in a n d without Post-grouting at a Settlement of 20 mm in Kon-COhciiva Soils Cohesive Soils
•
±tm
I • 5
It... 1 ' . < -
, l # t t ( « « t n t • 10 M M
-
-
m
C .': i l i
w . . ^
* . y
• * < • * » « i
t « t H « * « o t « 70 mm
. %
*
, j ,
»•-« »•<•!
•
V
J ,
*—4 »4f ) l
t c t t t t t n c n t • 1 0 M M
&
•
•
* * • . « ' . i . i
Y
-
*Wt - f M M
t< t t l tm«nt i W * *
T.* l i n e P-Wt
•
;":;rr::
s*tM#menr • 30 mm
• •
«•>«« P.Mt
*
t«Ml«*«n t • 30 • *
•""
••>•< M o
•
Base Pressure of Bored Piles with and without Post-grouting in Non-Cohesive Soil at Settlements of 10, 20 and 30 am (Soil Type: 1 - sand, medium density, 2 -sand, high density, 3 • gravel, medium to high density) j ,n jm
Base Pressure of Bored Piles with and without Post-grouting in Cohesive Soils, at Settlements of 10, 2(
e z i «o c 5
| w «-S TO
fc/i
E
• >-!
•
k #
ICCO -
•»• Sc-»^ Fit
1 s e t t l e m e n t • 10
D
'l
S70 •
W
»
Y«f.Y
f A
5 ) 0 -
m p . . . . , . „ , . «
I mm
« *« «»« K *
" »
1 0 0 -
300
S t a l l • Di
EM
J " E
"
KHJ-
700
mt'n
—
• {•
• % ' : ' " i
:.: * $ ••
uo-rn
•A
•4: -•• * r ;
to -113
...
$00
E • » U K z
c no
i TO c
* WO
0
• •
1 mm 1
se
a
*— h «oe-MZO
W 0 -
1000
Bar*<f Pil«f
t l e m e n t «
t
1100 TO-
H O
Po*t - Bro u-»rj
Bor ,3 P . l . i
10 mm
_
„ • •
1 0 0 -
JO0
1 0 0 -
TO S m o l - 0 i o m « ' » r
M M
<; j .
.7 * K -
I K
^ , ^ *
• "
•s •»
- f r •
» 0 >
wo
Past -grouting
Skin F r i c t i o n of c a s t - i n - s i t u Bored P i l e s (a t a set t lement of 10 mm) and Anchors in Non-Cohesive So i l s
•*-i.,,- Skin F r i c t i o n of c a s t - i n - s i t u Bored P i l e * a se t t l ement of 10 mm) and Anchors In Cohesive S
: (a t i l l
Gambar 4.5 Nilai-nilai unit skin friction ( f,) dan base pressure ( fb) pada bored
piles, small diameter bored injection piles ( micropiles ) dan anchor
piles dengan dan tanpa post grouting pada tanah kohesif dan non
kohesif ( Stocker,M.,1983 )
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 93
4.3 PENGETESAN MICROPILES DI LAPANGAN
Saat ini cara yang terbaik untuk mendapatkan daya dukung suatu micropiles
adalah dengan melakukan tes beban langsung di lapangan. Hal ini mudah dilakukan
oleh sebab beban yang dibutuhkan biasanya kecil saja. Tes-tes tegangan tank
(tes-tes tarikan) dilakukan dengan bentuk dan cara yang serupa dengan tes-tes yang
dilakukan untuk angkur-angkur tanah (ground anchors) sehingga hasil tes-tes ini
dapat digunakan untuk menentukan tahanan gesekan yang sesungguhnya terjadi
pada micropiles yang dibuat di lapangan. Saat ini sudah banyak
kontraktor-kontraktor yang secara khusus telah mengerjakan dan menangani
pelaksanaan micropiles. Mereka ini telah mengembangkan prosedur-prosedur untuk
pengetesan sistem micropiles yang dibuat.
4.4 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA DUKUNG
MICROPILES
Berbicara mengenai daya dukung Micropiles seperti sudah dijelaskan dalam
sub bab sebelumnya merupakan daya dukung yang berkaitan dengan kekuatan
tanah (geotechnical capacity ) maupun kekuatan tiangnya ( structural capacity ).
Bertolak dari daya dukung geoteknis micropiles yang merupakan daya dukung yang
sangat bergantung pada sistem interaksi antara tanah dan tiang. Sistem interaksi ini
pada micropiles dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah, kepadatan tanah, kekuatan
tanah dan derajat kejenuhan tanah (degree of saturation ) . Pada sistem micropiles
untuk mendapatkan daya dukung terutama daya dukung geoteknisnya, sifat-sifat
tanah, kepadatan, kekuatan serta derajat kejenuhan tanah harus disesuaikan dan
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangtman 94
dipertimbangkan dalam perencanaan micropiles. Hal ini untuk mendapatkan macam
/tipe, pengaturan (arrangement) dan metode pelaksanaan yang tepat. Hubungan
antara sifat-sifat fisik tanah dan perencanaan micropiles yang dibuat di lapangan
sangat erat dan saling mempengaruhi. Guilloux (1984) dalam papernya menganalisa
interaksi gesekan antara tanah dan tiang-tiang ( micropiles maupun soil nails ).
Guilloux mencoba serangkaian tes-tes pada tanah dengan bermacam-macam model
tiang-tiang. Tujuan dari percobaannya adalah untuk menentukan
hubungan-hubungan antara nilai-nilai gesekan lateral (lateral friction ) yang diukur
dengan parameter-parameter geoteknis tanah. Hasil percobaan ditampilkan dalam
presentasinya yang menunjukkan bahwa cara yang paling mungkin untuk
memperkirakan daya dukung dengan tepat dan akurat yaitu dengan tes-tes yang
serupa yang dilakukan di lapangan dengan yang digunakan untuk
perkuatan-perkuatan tanah. Tes-tes yang dibutuhkan ini sangat penting oleh sebab
sebagian besar parameter-parameter tanah sangat mempengaruhi nilai-nilai gesekan
lateral yang diukur. Hubungan antara type dan metode pelaksanaan micropiles
dengan daya dukungnya dipelajari oleh Lizzi (1980). Lizzi mencoba mempelajari
implikasi antara type dan metode pelaksanaan sebuah micropiles dengan
kemampuan dukung yang dimilikinya. Diagram beban dan penurunan dibuat untuk
micropiles yang dilaksanakan secara cast in-place ( oleh Lizzi disebut sebagai root
pile ) dan micropiles yang dibuat dengan memasukkan ke dalam tanah pipa berat
atau balok-balok struktural ( oleh Lizzi disebut sebagai metallic micropiles ).
Micropiles tersebut dibuat dan dites pada lokasi yang sama. Hasil percobaan
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 95
menunjukkan bahwa:
1. Pada metallic micropiles, penurunan yang diukur adalah 7 kali lebih besar
daripada penurunan yang diukur pada cast in-place micropiles. Walaupun
metallic micropiles mampu memikul beban-beban yang lebih besar daripada cast
in-place micropiles, penurunan yang diukur ( di bawah beban ) relatif besar
terjadi pada tiang ini sehingga menjadi pertimbangan penting.
2. Pada metallic micropiles memiliki daya dukung struktur (internal capacity ) yang
tinggi namun tahanan gesekan ( unit skin friction ) pada tiang ini relatif kecil
mengakibatkan penurunan yang lebih besar seperti disebut diatas.
jnt
(mrr
D
isp
lace
mi
0.05
10
•20
30
40
50
0.10
Load (MPa)
0.15 0.20 0.25 0.30
^0.125 0.16 ^ H Q , 1 4 |
•JN.t^vt
v- \ Virgin soil -A. \ \ Vertical piles A - \ \
;lined es
^0.31 \0 .34
i Fil
Pile group
A, Fil
Reticulated structure
Gambar 4.6 Hasil tes-tes lapangan pada model group konvensional dan model
reticulated (Plumelle,1984)
Hubungan antara pengaturan micropiles dengan daya dukungnya diselidiki
oleh Plumelle (1984). Plumelle menyelidiki bahwa ada implikasi pengaturan /
arrangement dari micropiles terhadap daya dukungnya. Melalui serangkaian tes-tes
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 96
lapangan, Plumelle menunjukkan bahwa pengaturan sejumlah tiang-tiang micro
yang satna dalam suatu sistem model "reticulated" dapat dikembangkan untuk
mendapatkan daya dukung yang lebih tinggi daripada daya dukung pada pengaturan
kelompok tiang-tiang secara konvensional / conventional pile arrangement yang
sudah dikenal (gambar 4.6 ).
Metode pelaksanaan micropiles memperbaiki sifat-sifat yang tidak
menguntungkan pada tanah akibat metode pelaksanaan pondasi tiang pada
umumnya walaupun sifat-sifat tanah tidak dapat diperbaiki total namun paling tidak
dipertahankan supaya tidak mengalami perubahan besar. Efek / akibat dari
pelaksanaan pondasi tiang bor pada umumnya yang dipakai sebagai dasar dalam
pelaksanaan micropiles:
- Pada tanah liat
Tanah menjadi lunak oleh sebab menurunnya tegangan lateral tanah dan air pori
bergerak ke lubang. Waktu beton dituang ke dalam lubang, air dalam beton dapat
merembes ke dalam tanah liat hingga kadar air di sekeliling lubang naik
menyebabkan tanah menjadi lebih lunak. Pemakaian drilling mud ( dengan slurry
method ) menyebabkan air pori tidak berpindah akibat menurunnya tegangan
lateral tanah namun drilling mud ini tidak sepenuhnya dapat disingkirkan dari
dinding lubang saat pengecoran sehingga bidang kontak antara beton dengan
tanah terbentuk soft slurry yang mengurangi side resistancenya. Pada micropiles
pengurangan tahanan ini diperkecil dengan metode penyemprotan dengan tekanan
tinggi untuk membersihkan campuran air dan tanah yang dipakai selama
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 97
pengeboran. Jadi pada tanah liat, efek pemboran dan pengecoran pada pondasi
tiang bor konvensional hanya berpengaruh pada side resistancenya dan secara
praktis base / end resistance tidak dipengaruhi.
- Pada tanah pasir( non kohesif)
Efek pemboran dan pengecoran tidak saja mempengaruhi side resistancenya
namun juga base resistance karena itu pemboran dapat membuat lapisan tanah
pasir menjadi lepas (loose).
Uraian tersebut di atas secara teoritis, tidak dapat menjelaskan secara lebih
rinci dan akurat akibat pelaksanaan di lapangan terhadap daya dukung pondasi tiang
bor konvensional yang dipakai sebagai dasar pada pelaksanaan micropiles. Tes-tes
pembebanan sangat diperlukan untuk mengevaluasi besar daya dukung terhadap
pondasi tiang yang dibuat dan saat ini metode tes pembebanan merupakan metode
yang paling teliti dalam menentukan daya dukung pondasi.
4.5 PENGARUH GROUTING METHOD TERHADAP DAYA DUKUNG
MICROPILES
Metode pelaksanaan micropiles yang menggunakan metode grouting sebagai
cara pengecoran untuk membuat tiang, memiliki pengaruh tertentu pada daya
dukungnya. Sudah diuraikan dalam sub bab 4.5 di atas bahwa ada implikasi antara
tipe dan metode pelaksanaan micropiles dengan daya dukungnya dan salah satu
metode pelaksanaan yaitu metode grouting tentunya akan memberikan pengaruh
juga. Dalam sub bab ini uraian didasarkan pada pondasi bored pile yang
menggunakan grouting sebagai salah satu metode pengecorannya sehingga tentunya
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 98
dijadikan sebagai pendekatan yang sangat mungkin terjadi juga pada micropiles.
4.5.1 Pengaruh Skin dan Base Grouting terhadap Peningkatan Daya Dukung
Micropiles
Metode grouting temyata dapat meningkatkan kapasitas dukung micropiles
oleh karena selama operasi pengeboran, tanah-tanah disekitar dinding lubang bor
dan dasar lubang mengalami gangguan dan longgar ( loose ). Hal ini disebabkan
oleh gerakan naik dan turun peralatan mesin bor. Proses pelunakan tanah pada
permukaan lubang dimana dapat pula terjadi pengikisan dan kelongsoran.
Pengendapan akibat tertimbunnya tanah pada dasar lubang mungkin saja terjadi.
Namun akibat proses di atas tidak dapat diatasi secara baik dengan metode apapun
juga terutama untuk mencegah pengikisan dan pengendapan secara sempuma
sehingga tanah dalam keadaan yang " disturbed". Dengan grouting diharapkan
dapat memadatkan kembali dan memperlekat kontak pada permukaan tiang dengan
tanah. Skin grouting pada Micropiles sangat dominan di dalam memadatkan tanah
dan memberikan suatu lekatan yang kuat antara tanah dan tiang. Terkadang base
grouting digunakan untuk memperluas dan memadatkan dasar tiang. Berikut
keuntungan dengan metode grouting :
a. Kapasitas tiang dibatasi pada tegangan beton yang diijinkan dan bukan pada
lapisan-lapisan tanah
b. Meningkatkan kapasitas tiang sehingga penggunaan tiang yang lebih sedikit
diperbolehkan. Tentunya dalam perencanaan lebih ekonomis
c. Setiap tiang dapat dites dan dibuat suatu perkiraan berdasar pada skin friction
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 99
yang aman
d. Penurunan dapat dikurangi pada beban kerja atau dapat ditingkatkan daya
dukungnya pada penurunan yang terjadi
4.5.2 Kasus Sejarah untuk Menjelaskan Efektivitas Grouting pada Daya
Dukung Tiang
Beberapa kasus dapat disebutkan antara lain :
1. R & D tests di Schrobenhausen ( Jerman )
<0.0
so.o
•o.o -
100.0-
120.0-
Normal bored pile Grouted bote pile
. . . . . . .
Pile test Schrobenhausen: Load settlement graph of two bored pile* dia 570 mm, Lenght 6.0 m, in sflty sand medium dense
Gambar 4.7 Hasil tes bored piles di Shrobenhausen, Jerman (Dhir, V.K., 1993 )
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 100
Dua tiang bor pendek dibuat dalam tanah medium dense silty sand, satu tiang
dibuat dengan metode pelaksanaan umumnya sedang yang lain dengan metode
grouting skin dan base. Hasil tes ditunjukkan dalam gambar 4.7 untuk
normal bored pile dan grouted base pile.
Gambar 4.7 dapat diamati bahwa pada beban 1000 kN, penurunan pada
normal pile adalah 14 mm dan pada grouted pile adalah 3 mm. Metode grouting
dapat memperbaiki hampir 5 kali. Pada penurunan 7.5 mm, nilai beban pada
normal pile adalah 750 kN dan pada grouted pile adalah 1900 kN. Perbaikan
dengan metode grouting mencapai 2.5 kali.
2. Pile tests di Vienna ( Austria ) tioo IMP ran jvo XXD . VM/riV1
base pressure
to
20
60
^
I
1 1 1 n
2
\
ol g
9<
\
oufec
oulec
\
a>
A0 « * » ISO J00 ISO XO " W * i , . , .
~skin I nc f i on
1
g
\ \
—A 3
1 PIt.K TKKT
VIKNNA / AUSTRIA
D1AM. 400 MH
I. I = 21 • not. qroutod
I. 7 - \ A m qroutcd
TKST LOAD 850 TO
Gambar 4.8 Hasil tes bored piles di Vienna di Austria ( Dhir.V.K., 1993 )
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 101
Pada lokasi ini tiang dibuat dua buah, masing-masing untuk grouted pile
dibuat dengan panjang 14 m dan untuk normal pile dibuat dengan panjang 50%
lebih panjang dari grouted pile (21 m).
Tiang-tiang tersebut dibuat dalam kondisi tanah berbutir yang dominan. Hasil tes
ditunjukkan dalam gambar 4.8 dimana grouted pile memiliki unit skin friction
dan nilai end bearing yang lebih baik.
Dari gambar 4.8 dapat diamati untuk suatu penurunan yang diijinkan 10
mm, nilai-nilai diperoleh sebagai berikut (lihat tabel 4.9):
Tabel 4.9 Unit skin friction dan end bearing yang diamati pada penurunan 10 mm
Unit skin friction
(kN/mm 2 )
Unit end bearing
(kN/mm 2 )
Grouted Pile
190
1,850
Normal Pile
90
900
Improvement Factors
2.11
2.06
3. Pile tests di Singapore
a. Singapore Broadcasting Corporation
Pada lokasi Singapore Broadcasting Corporation, tiang-tiang dibuat pada
tanah - tanah kohesif yang dominan dan insinyur konsultannya menginginkan
untuk tes pada tiang yang sama sebelum dan sesudah grouting ( terutama
dengan base grouting). Skin grouting tidak dilaksanakan. Hasil tes ditunjukkan
dalam gambar 4.9, terlihat perbaikan dalam tahanan ujung (end bearing).
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 102
Gambar 4.9 Hasil tes bored piles di SBC Singapore ( Dhir, V.K., 1993 )
b. Bugis junction
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 103
s
\
v.
\
\
"-
N
\
•s .
v
\
V
\
* * S s
^
\
a
»s
V
V
^
\
"
V ,
\
LOAD IN
woo
"s
*>;
N
v >
sj
s
rv^
^
r>
,
lot
^
ME
l\
s. N
two
\ \ \
\
1
;
!
\ ^
r«
X
MOO
\ \
N
KM
p«too K Cnouiluc
r i lENAME i O\TENDER\41BUG15\A.4-PL0'n.DVG
*—v&-1A*WIU.
LH4D_^JEIILEHraLB-flI pprt IHIHAHY Tr^T PH r - B I K ^ luWTfnu nnn
inn *S*I"t CLAT
2 l \
VCTT HARB CLAT I-
Peningkatan daya dukung pada grouted pile lebih sesuai pada tanah
- tanah berbutir dengan ditunjukkan pada nilai - nilai range yang
lebih tinggi sementara pada tanah kohesif nilai - nilai tersebut
pada range yang lebih rendah.
Gambar 4.10 Hasil tes bored piles di Bugis junction C 100, Singapura (
Dhir,V.K., 1993)
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 104
Pada lokasi Bugjs junction, tiang-tiang dites terlebih dahulu pada suatu tiang
pendahuluan dalam 3 tahap. Tahap pertama adalah sebelum dilakukan
penggroutingan. Tahap kedua dilakukan setelah hanya base grouting dan tahap
ketiga setelah dilakukan skin grouting sepanjang 5 m dari dasar tiang ( gambar
4.10 ). Dalam gambar 4.10 juga ditunjukkan hasil tes pada perbaikan setelah
masing-masing tahap grouting.
Peningkatan daya dukung pada grouted pile lebih sesuai pada tanah-tanah
berbutir dengan ditunjukkan pada nilai-nilai range yang lebih tinggi sementara pada
tanah kohesif nilai-nilai tersebut pada range yang lebih rendah.
4.5.3 Pengaruh Post Grouting Method terhadap Peningkatan Daya Dukung
Micropiles
Post grouting adalah metode grouting yang dapat memperbaiki daya dukung
tiang. Post grouting dikenal sebagai metode grouting yang kedua ( secondary
grouting ) setelah grouting pertama ( primary grouting ) selesai dilakukan. Post
grouting dapat menghasilkan peningkatan permanen pada tahanan gesekan dan
tahanan ujung. Hal ini oleh sebab adanya penguncian ( interlocking ) yang kuat
daripada material beton pada selubung tiang dengan tanah di sekitamya juga adanya
suatu pemadatan tanah segera di sekitar selubung dan dasar tiang. Uraian sub bab
berikut menunjukkan penggunaan post grouting pada base dan skin bored piles
diameter besar yang tentunya dapat memberikan pengaruh yang sama pada tiang
micropiles oleh sebab diantara metode grouting micropiles ada yang menggunakan
sistem post grouting. Nilai-nilai hasil tes dari skin friction dan base resistance pada
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 105
post grouted piles dibandingkan dengan nilai-nilai hasil tes pada bored piles
diameter besar tanpa post grouting, grouted piles diameter kecil tanpa post
grouting dan tiang-tiang sebagai anchors.
a. Pengaruh post grouting pada peningkatan daya dukung
Pengaruh post grouting pada dasar dan selubung tiang telah dilakukan
banyak tes-tes beban. Contoh tes beban pada tiang dengan dan tanpa post
grouting ditunjukkan dalam gambar 4.11. Tes beban tiang dilakukan pada tanah
pasir kepadatan medium sampai dense. Tes beban tiang dilakukan pada bored
pile diameter 570 mm tanpa post grouting dan bored pile diameter 570 mm
dengan post grouting base dan skin.
Load IkN]
500 BOO 1SO0 2000 2S00 S00O ISM
Gambar 4.11 Grafik beban - penurunan bored pile diameter 570 mm dengan dan
tanpa post grouting dalam tanah pasir pada kepadatan relatif
medium sampai dense ( Stocker, M., 1983 )
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 106
Gambar 4.11 diamati bahwa penurunan sebesar 20 mm pada bored pile tanpa
post grouting beban kerja 1250 kN dan pada bored pile dengan post grouting
beban kerja 2600 kN. Ada peningkatan dalam beban dukung kurang lebih 2 kali
dengan post grouting. Pada beban kerja 1500 kN penurunan pada bored pile
dengan post grouting 5 mm dan penurunan pada bored pile tanpa post grouting
40 mm. Ada perbaikan daya dukung dengan post grouting sebesar 8 kali daya
dukung tanpa post grouting,
b. Pengaruh post grouting pada selubung tiang
Selama pengeboran, tanah mengalami pelonggaran (loosened ) apalagi bila
dalam pengeboran diperlunak dengan tekanan udara dan air. Sebagian kecil
pengaruh loosening mungkin diatasi dengan tekanan beton berkontak yang
dituang biasa tanpa grouting.
Gambar 4.12 Penetration of cement grout into layers of coarse gravel ( Stocker,
M.,1983 )
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 107
Gambar 4.13 Surface of the pile shaft after post grouting in sand ( Stocker, M ,
1983)
Namun dengan post grouting yang dilaksanakan di bawah tekanan akan
menyebabkan pemadatan tanah segera di sekitar selubung tiang dan keadaan ini
menimbulkan penguncian secara intensif antara beton dan tanah. Jadi terjadi
semacam bracing pada selubung tiang. Post grouting hanya menimbulkan
perluasan diameter tiang yang tidak berarti dan pada lapisan-lapisan gravel yang
berbutir kasar, bahan grout semen mungkin menembus jauh ke dalam tanah di
sekitarnya ( gambar 4.12 ). Gambar 4.13 menunjukkan bentuk permukaan tiang
setelah dilakukan post grouting dan pengaruh pembesaran diameter tidak berarti.
c. Pengaruh post grouting pada ujung (base ) tiang
Pengeboran juga menyebabkan pengaruh pelonggaran ( loosened ) pada
dasar tiang. Sebagian loosening ini dapat dikurangi dengan tekanan beton.
Tahanan ujung ( bearing resistance ) tidak ditingkatkan dengan segera setelah
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 108
tiang di post grouting namun setelah penurunan beberapa milimeter baru tahanan
ujung diaktifkan untuk meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa
gangguan-gangguan yang terjadi di dalam tanah pada dasar tiang tidak dapat
sepenuhnya diatasi dengan baik. Gambar 4.14 menunjukkan bentuk tiang yang
dilakukan post grouting pada basenya.
Gambar 4.14 Excavated pile base after post grouting with white cement,
( Stocker, M , 1983 )
d. Hasil tes beban tiang
Dalam sub bab 4.2 terdapat gambar 4.5 untuk menghitung nilai unit skin friction
( f s ) pada tiang-tiang berdiameter besar, Micropiles dan anchor piles dengan dan
tanpa grouting.Hasil tes beban dalam gambar 4.5 merupakan tes beban yang
telah dilakukan baik pada tanah kohesif dan tanah non kohesif. Hasil tes beban
tersebut diperhatikan hanya bahwa tanah diketahui dalam kondisi yang jelas serta
tahanan base dan skin friction diukur secara tepat.
Micropiles Sebagai Sistem Pondasi Bangunan 109
Dalam gambar 4.5 dapat diamati bahwa :
1. Skin friction tanah kohesif pada bored piles dan anchor piles diperbaiki dan
ditingkatkan dengan post grouting dan hal ini difunjukkan dengan hasil-hasil tes
bored piles dan anchor piles
2. Tahanan ujung ( end bearing ) tanah non kohesif pada bored piles diameter 570
mm sampai 1500 mm menunjukkan peningkatan yang sangat berarti ( dominan )
dengan post grouting. Walaupun kenyataan teori menunjukkan bahwa ada
implikasi yang jelas antara diameter tiang dengan tahanan ujung namun implikasi
ini tidak dapat ditemukan dalam hasil tes dan sedikit hasil-hasil tes yang sesuai
dan mendukung teori tersebut
3. Tahanan ujung tanah kohesif pada bored piles diameter 620 mm sampai 1800
mm untuk settlement dalam range 10 mm sampai 30 mm juga menunjukkan
adanya peningkatan yang cukup besar dengan post grouting namun besar
peningkatan tahanan ujung pada tanah kohesif agaknya lebih kecil daripada
peningkatan tahanan ujung pada tanah non kohesi
4. Skin friction tanah non kohesif juga diamati pada bored piles diameter 620 mm
sampai 1500 mm pada settlement range 10 mm sampai 20 mm dan anchor piles
menunjukkan peningkatan tahanan tersebut dengan post grouting