22
1 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. Analisis Hukum Putusan Hakim Pengadilan Negeri Gorontalo, Putusan Pengadilan Tingkat Tinggi, Putusan Mahkamah Agung. 1. Sistem atau Teori Pembuktian Pembuktian tentang benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam hal ini pun hak asasi manusia dipertaruhkan. Bagaimana akibatnya jika seorang yang didakwa dinyatakan terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan berdasarkan alat bukti yang ada disertai keyakinan hakim, padahal tidak benar. Untuk inilah maka hukum acara pidana bertujuan untuk mencari kebnaran materil. Mencari kebenaran materiil itu tidaklah mudah, alat-alat bukti yang yang tersedia menurut undang-undang sangat relatif. Alat-alat bukti seperti kesaksian, menjadi kabur dan sangat relative. Kesaksian diberikan oleh oleh manusia yang mempunyai sifat pelupa. Bahkan menurut psikologi, penyaksian suatu peristiwa yang baru saja terjadi oleh beberapa orang akan berbeda-beda. Oleh karena itu, dahulu orang berpendapat bahwa alat bukti yang paling dapat dipercaya ialah pengakuan terdakwa sendiri karena ialah yang mengalami peristiwa tersebut. Diusahakanlah memeperoleh pengakuan terdakwa tersebut dalam pemeriksaan, yang akan menenteramkan hati hakim yang meyakini ditemukannya kebenaran materiil itu.

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

1

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS

A. Analisis Hukum Putusan Hakim Pengadilan Negeri Gorontalo, Putusan

Pengadilan Tingkat Tinggi, Putusan Mahkamah Agung.

1. Sistem atau Teori Pembuktian

Pembuktian tentang benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan

yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

hal ini pun hak asasi manusia dipertaruhkan. Bagaimana akibatnya jika

seorang yang didakwa dinyatakan terbukti melakukan perbuatan yang

didakwakan berdasarkan alat bukti yang ada disertai keyakinan hakim,

padahal tidak benar. Untuk inilah maka hukum acara pidana bertujuan untuk

mencari kebnaran materil. Mencari kebenaran materiil itu tidaklah mudah,

alat-alat bukti yang yang tersedia menurut undang-undang sangat relatif.

Alat-alat bukti seperti kesaksian, menjadi kabur dan sangat relative.

Kesaksian diberikan oleh oleh manusia yang mempunyai sifat pelupa.

Bahkan menurut psikologi, penyaksian suatu peristiwa yang baru saja terjadi

oleh beberapa orang akan berbeda-beda.

Oleh karena itu, dahulu orang berpendapat bahwa alat bukti yang

paling dapat dipercaya ialah pengakuan terdakwa sendiri karena ialah yang

mengalami peristiwa tersebut. Diusahakanlah memeperoleh pengakuan

terdakwa tersebut dalam pemeriksaan, yang akan menenteramkan hati hakim

yang meyakini ditemukannya kebenaran materiil itu.

Page 2: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

2

Putusan Hakim Pengadilan Negeri Gorontalo Nomor:

105/PID.B/2006/PN.GTLO hanya di dasarkan pada pada kesimpulan-

kesimpulan, dengan tanpa memepertimbangkan/mengaitkan alat bukti

keterangan saki-saksi, keterangan terdakwa. Sistem atau teori pembuktian

yang digunakan dalam putusan ini hanyalah menggunakan sistem pembuktin

yang berdasarkan pada keyakinan hakim semata yaitu : didasari bahwa alat

bukti berupa pengakuan terdakwa sendiri pun tidak selalu membuktikan

kebenaran. Pengakuan pun kadang-kadang tidak menjamin terdakwa benar-

benar telah melakukan perbuatan yang didakwakan. Oleh karena itu,

diperlukan juga keyakinan hakim sendiri.

Bertolak pangkal pada pemikiran itulah, maka teori berdasar

keyakinan hakim melulu yang didasarkan kepada keyakinan hati nuraninya

sendiri ditetapka bahwa terdakwa telah melakukan perbuatan yang

didakwakan. Dengan sistem ini, pemidanaan dimungkinkan tanpa didasarkan

kepada alat-alat bukti dalam undang-undang. Sistem ini member kebebasan

kepada hakim terlalu besar, sehingga sulit diawasi. Disamping itu terdakwa

sulit untuk melakukan pembelaan. Demikian juga pengawasan terhadap

putusan hakim sulit dilakukan karena tidak dapat diketahui pendapat-pendapat

ataupun ataupun pertimbangan-pertimbangan hakim dalam menjatuhkan

putusan.

Page 3: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

3

Sistem pembuktian yang dianut diindonesia adalah sistem pembuktian

“Negatief wettelijk”. hal ini dapat disimpulkan dari Pasal 183 KUHAP,

dahulu Pasal 294 HIR sebagai berikut :

Pasal 183 KUHAP berbunyi sebagai berikut :

“ Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang, kecuali apabila

dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh

keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa

terdakwalah yang bersalah melakukanya. Dari kalimat tersebut nyata bahwa

pembuktian harus didasarkan kepada undang-undang (KUHAP), yaitu alat

bukti yang sah tersebut dalam Pasal 184 KUHAP, disertai dengan keyakinan

hakim yang diperoleh dari alat-alat bukti tersebut.

Hal tersebut dapat dikatakan sama saja dengan ketentuan yag tersebut

pada Pasal 294 ayat (1) HIR yang berbunyi :

“tidak seorang pun boleh dikenakan pidana, selain jika hakim mendapat

keyakinan dengan alat bukti yang sah, bahwa benar telah terjadi perbuatan

yang dapat dipidana dan bahwa orang-orang yag didakwa itulah yang bersalah

melakukan perbuatan.

Penjelasan Pasal 183 KUHAP mengatakan bahwa ketentuan ini adalah

untuk menjamin tegaknya kebenaran, keadilan, dan kepastian hukum bagi

seorang.

2. Alat-alat bukti dan Kekuatan Pembuktian.

Menurut Pasal 184 KUHAP, alat-alat bukti ialah :

Page 4: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

4

a. Keterangan saksi;

b. Keterangan ahli;

c. Surat;

d. Petunjuk;

e. Keterangan terdakwa.

Kekuatan pembuktian dari alat-alat bukti tersebut pada umummnya

diserahkan sepenuhnya kepada hakim. Namun untuk keterangan saksi dan

keterangan terdakwa harus harus dikuatkan oleh alat bukti lain agar dapat

membuktikan perbuatan yang didakwakan.

a. Keterangan saksi. Pada umumnya semua orang dapat menjadi saksi,

kekecualian menjadi saksi tercantum dalam Pasal 186 KUHAP: keluarga

sedarah atau semenda dalam garis lurus atau yang bersama-sama

terdakwa, dari terdakwa. Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa

yang saksi nyatakan disidang pengadilan. Dengan demikian keterangan

saksi yang diberikan diluar sidang pengadilan bukan merupakan

keterangan saksi. Sebagai salah satu dari alat bukti, keterangan yang

diberikan soeorang mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar

sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari

pengetahuannya itu (Pasal 1 butir 27 KUHAP). Berdasarkan Putusan

Mahkamah Konstitusi Nomor 65/PUU-VII/2010 keterangan saksi

jugaharus dimaknai “orang yang dapat memberikan keterangan dalam

rangka peyidikan, penuntutan, dan peradilan suatu tindak pidana yang

Page 5: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

5

tidak selalu ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri “.

Mencermati putusan Mahkamah Konstitusi tersebut dapat dimaksudkan

bahwa keterangan saksi dapat diartikan pula saksi ahli yang member

keterangan namun tidak ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami

sendiri tentang peristiwa pidananya yang dapat pula dihadirkan oleh

terdakwa pada waktu pemeriksaan sidang dipengadilan.

Jaksa Jenuntut Umum dalam perkara Nomor

:105/PID.B/2006/PN.GTLO. mengajukan 6 saksi untuk membuktikan

dakwaan, masing-masing telah memberikan keterangannya dibawah

sumpah: bahwa dari ke enam (6) saksi terserbut adalah polisi kehutanan

yang menemukan bekas tebangan kayu sebanyak tiga pohon, jenis kayu

yang ditemukan adalah jenis kayu Tohupo, lokasi penebangan ada diareal

penggunaan lain (APL), penebangan tersebut harus ada izin dari dinas

kehutanan, apabila hanya untuk dipakai di rumah tinggal hanya diperlukan

surat keterangan dari kepala desa, kayu tersebut terdakwa peroleh dari

membeli.

Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu

kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah,

apabila keterangan saksi itu ada hubungannya satu dengan yang lain

sedemikian rupa sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian

tertentu (Pasal 185 ayat [4] KUHAP).

Page 6: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

6

Saksi dalam memberikan keterangan wajib mengucapkan sumpah atau

janji menurut agamanya masing-masing. Sedangkan kesaksian yang

diberikan dengan tidak bersumpah/janji tidak dapat dianggap sebagai alat

bukti tetapi hanya sebagai keterangan saja yang menguatkan keyakinan

hakim. Namun apabila keterangan saksi yang tidak sumpah/janji itu sesuai

dengan keterangan saksi yang bersumpah/janji dapat dipergunakan

sebagai tambahan alat bukti sah yang lain (Pasal 185 ayat [7] KUHAP).

Seorang saksi atau beberapa saksi yang memberikan keterangannya

sebagai alat bukti dapat berkedudukan sebagai saksi a charge (yang

memberatkan dakwaan) maupun sebagai saksi a decharge (yang

meringankan dakwaan).

Sebelum Putusan Pengadilan Negeri Gorontalo di ikrarkan, terdakwa

mengajukan saksi ahli. Keterangan saksi ahli diberikan dibawah

sumpah/janji dihadapan hakim. Sebagai suatu perbandingan, dapat dibaca

pada California Evidence Code Definisi tentang “seorang ahli” sebagai

berikut. A person is qualified to testify as an expert if he has special

knowledge, skill, experience, training, or education sufficient to quality

him as an expert on the subject to which his testimony relates. (seseorang

dapat member keterangan sebagai ahli jika ia mempunyai pengetahuan,

keahlian, pengalaman, latihan, atau pendidikan khusus yang memadai

untuk memenuhi syarat sebagai seorang ahli tentang hal yang berkaitan

dengan keterangannya).

Page 7: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

7

Keterangan ahli berbeda dengan keterangan saksi, tetapi sulit pula di

bedakan dengan tegas. Kadang-kadang seorang ahli merangkap pula

sebagai saksi. Keterangan saksi ahli yang diajukan terdakwa dalam

persidangan adalah sebagai berikut : terdakwa pernah melihat pohon

tersebut sebelum ditebang dan berdiri diperkebunan, terdakwa membeli

kayu tesebut dari Latif Balu dengan harga 50.000.-, pohon tersebut

tumbuh di perkebunan milik dari Latif Balu, dan terdakwa tidak merasa

bersalah karena terdakwa hanya membeli kayu tersbut dari pemiliknya.

Untuk memperjelas dan memastikan tentang letak dan keadaan lokasi

penebangan kayu dimaksud, maka dalam pemeriksaan perkara ini, oleh

majelis hakim telah dilaksanakan pemeriksaan setempat dilokasi

penebangan tersebut, pemeriksaan setempat mana dihadiri oleh terdakwa

dan penuntut umum dan dinas kehutanan serta Kepala dusan II Desa

Lonuo.

3. Acara Pengambilan Keputusan.

Apabila hakim memandang pemeriksaan sidang sudah selesai, maka ia

mempersilahkan penuntut umum membacakan tuntutannya (requisitoir).

Setelah itu giliran terdakwa atau penasihat hukummnya membacakan

pembelaannya yang dapat dijawab oleh penuntut umum, dengan ketentuan

bahwa terdakwa atau penasihat hukumnya mendapat giliran terakhir (Pasal

182 ayat [1] KUHAP).

Page 8: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

8

Menurut ketentuan tersebut, tuntutan dan jawaban atas pembelaan

dilakukan secara tertulis dan setelah dibacakan segera di serahkan kepada

hakim ketua sidang dan terunannya kepada pihak yang berkepentingan.

Dalam persidangan jaksa penuntut umum menuntut terdakwa dengan

menjatuhkan pidana penjara selama dua (2) tahun dikurangi selamat terdakwa

dalam penahanan sementara dan denda sebesar Rp. 1.000.000,- subsida3

bulan kurungan dengan perintah agar terdakwa tetap ditahan, menyatakan

barang bukti dirampas untuk Negara.

Sedangkan dalam pembelaan terdakwa menyatakan bahwa perbuatan

terdakwa membeli 3 (tiga) pohon kayu jenis tohupo dari Latif Balu yang

diketahui kepala desa kemudian menyuruh, menebang, mengelola menjadi

balok/barang bukti, bukan merupakan kejahatan ataupun pelanggaran (tindak

pidana) melepaskan terdakwa dari tuntutan hukum, karena sangat tidak adil

apabila seorang petani dihukum karena mengambil hasil hutan dari kebunnya

sendiri. Akan tetapi pembelaan terdakwa tidak dapat dijadikan dasar

pertimbangan putusan hakim.

Putusan pengadilan negeri dapat dijatuhkan dan diumumkan pada hari itu

juga atau pada hari lain yang sebelumnya harus diberitahukan kepada

penuntut umum, terdakwa (Pasal 182 ayat [8] KUHAP). Satu hal yang

penting tidak disebut ialah berapa lama penundaan itu dapat berlangsung.

Jelas ditentukan bahwa penundaan penjatuhan putusan hakim itu paling lama

dapat berlangsung empat belas hari.

Page 9: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

9

Sesudah pemeriksaan dinyatakan ditutup, hakim mengadakan

musyawarah terakhir untuk mengambil keputusan dan apabila perlu

musyawarah terakhir untuk mengambil keputusan dan apabila perlu

musyawarah itu diadakan setelah terdakwa, saksi, penuntut umum dan hadirin

meninggalkan ruangan sidang.

Ditentukan selanjutnya dalam Pasal 182 ayat (5) KUHAP bahwa dalam

musyawarah tersebut, hakim ketua majelis mengajukan pertanyaan dimulai

dari hakim yang termuda sampai hakim yang tertua, sedangkan yang terakhir

mengemukakan pendapatnya adalah hakim ketua majelis dan semua pendapat

harus disertai pertimbangan beserta alasannya.

Dalam ayat berikutnya (ayat [6] Pasal 182 KUHAP) itu diatur bahwa

sedapat mungkin musyawarah majelis merupakan hasil permufakatan bulat,

kecuali jika hal itu telah diusahakan sunggguh-sungguh tidak dapat dicapai

maka ditempuh dua caraa, yaitu:

a. Putusan diambil dengan suara terbanyak;

b. Jika yang tersebut pada huruf a tidak juga diperoleh putusan, yang dipilih

ialah pendapat hakim, yang paling menguntungkan bagi terdakwa.

Pengambilan keputusan itu didasarkan kepada surat dakwaan dan segala

sesuatu yang terbukti dalam sidang pengadilan (Pasal191 KUHAP).

4. Isi Keputusan Hakim.

Setiap keputusan hakim merupakan salah satu dari tiga kemungkinann:

1.Pemidanaan atau penjatuhan pidana dan/atau tata tertib;

Page 10: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

10

2.Putusan bebas.

3.Putusan lepas dari segala tuntutan hukum.

Sebelum membicarakan putusan akhir tersebut, perlu kita ketahui bahwa

pada waktu hakim menerima suatu perkara dari penuntut umum dapat

diterima. Putusan mengenai hal ini bukan merupakan keputusan akhir

(vonis), tetapi merupakan suatu ketetapan.

Suatu proses peradilan berakhir dengan putusan akhir (vonis). Dalam

suatu putusan hakim menyatakan pendapatnya tentang apa yang telah

dipertimbangkan dan putusannya.

Dalam hal ini isi putusan pengadilan Negeri dalam Kasus terdakwa

dituduh mengambil hasil hutan di Areal Penggunaan Lain atau disebut juga

Hutan Negara. Yaitu : Yusuf Dani Kue, warga Negara Indonesia, umur 50

tahun, selanjutnya disebut sebagai terdakwa dituduh melakukan penebangan

pohon diluar Hutan Kawasan Taman Nani Nasional Wartabone atau tepatnya

di Areal Penggunaan Lain, dalam melakukan penebangan pohon-pohon

tersebut terdakwa tidak memiliki Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan

(SKSHH), perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana,

dalam pasal 78 ayat (5) Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang

Kehutanan. Penuntut umum mengajukan 6 orang saksi, yang masing-masing

telah memberikan keterangannya dibawah sumpah. Dari 6 orang saksi

tersebut terdapat kesimpulan yang menerangkan bahwa mereka menemukan

bekas penebangan pohon yang berjumlah sebanyak 6 pohon kayu jenis tohupo

Page 11: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

11

sudah berbentuk balok masing-masing berukuran 40 x 20 x 4 meter sebanyak

2 panggal, ukuran 30 x 20 x 4 meter sebanyak 2 panggal, dan ukuran 25 x 20

x 4 meter sebanyak 2 panggal.

Namun dalam persidangan diperoleh fakta dan keterangan terdakwa,

pada versi pihak Kehutanan tempat dimana barang bukti ditebang adalah

Areal Pengunaan Lain (APL) dan wilayah Areal Penggunaan Lain (APL)

harus ditentukan dengan SK Menteri Kehutanan. Tetapi pada keterangan

terdakwa tempat dimana barang bukti ditebang adalah kebun milik Latif Balu

bukan hutan ataupun Areal Penggunaan Lain (APL). Dari fakta diatas

dihubungkan dengan berita acara pemeriksaan setempat diperoleh fakta bekas

tebangan pohon yang kemudian diolah menjadi barang bukti, ternyata 10

meter dari bekas pohon tebangan terdapat pohon kelapa berumur + 50 tahun

dan pohon langsat berumur + 20 tahun.

Namun, Saksi-saksi dari Dinas Kehutanan tidak dapat menunjukan SK

Menteri Kehutanan tentang wilayah Areal Penggunaan Lain (APL) di areal

tempat pohon tersebut ditebang dan tidak dapat menunjukan batas wilayah

Areal Pengunaan Lain. Tempat penebangan pohon bukan didekat sumber air

(mata air), kemiringan tanah tidak mengakibatkan lengser apabila pohon

tersebut ditebang.

Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan ditujukan pada

Hutan Negara, dan tidak mengatur tentang Areal Pengunaan lain, tetapi Areal

Pengunaan Lain Hanya diatur dalam ketentuan lama dimana ketentuan lama

Page 12: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

12

tersebut tidak mengatur tentang ancaman pidana. Pohon yang di Areal

Penggunaan Lain dapat ditebang dan hanya dibuktikan melapor pada Kepala

Desa, nanti apabila hendak dijual belikan atau diangkat keluar desa

membuktikan surat. Areal Penggunaan Lain harus dituangkan dalam SK

menteri Kehutanan atau usulan PEMDA.

Akan tetapi pada kenyataannya, Dinas Kehutanan Bone Bolango tidak

dapat menunjukan SK menteri Kehutanan tentang wilayah Areal Penggunaan

Lain dan tidak dapat menunjukan batas wilayah Areal Penggunaan Lain dan

Areal perkebunan.

Tidak adil apabila terdakwa (seorang petani) dihukum, karena mengambil

hasil dari kebunnya sendiri, akan tetapi Majelis Hakim menjatuhkan putusan

pidana terhadap terdakwa tanpa mempertimbangkan hal-hal yang

meringankan terdakwa.

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Gorontalo, yang memeriksa perkara ini

memberikan pertimbangan hukum yang pada pokoknya mengadili,

menyatakan terdakwa Yusuf Dani Kue telah terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah malakukan tindak pidana “Dengan sengaja membeli

hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang

diambil atau dipungut secara tidak sah”.

5. Upaya Hukum Biasa (Pemeriksaan Tingkat Banding).

Terdakwa atau penuntut umum berhak untuk meminta banding terhadap

putusan pengadilan tingkat pertama, kecuali putusan bebas, putusan lepas dari

Page 13: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

13

segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan

hukum dan putusan pengadilan dalam acara cepat (Pasal 67 KUHAP).

Tata cara banding diatur dalam Pasal 233 sampai dengan Pasal 243

KUHAP, tata cara banding ini antara lain :

a. Permintaan banding oleh terdakwa atau penuntut umum diajukan kepada

ketua pengadilan tinggi lewat panitera pengadilan negeri yang memutus

perkara pidana yang bersangkutan dalam jangka waktu tujuh hari sesudah

putusan dijatuhkan atau setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa

yang tidak hadir.

b. Atas permintaan banding itu oleh panitera dibuatkan surat keterangan

yang ditandatangani oleh panitera dan pemohon serta tembusannya

diberikan kepada pemohon banding.

c. Apabila pengadilan negeri menerima permohonan banding, maka panitera

wajib memberitahukan permintaan dari piha yang satu kepada pihak yang

lain.

d. Selambat-lambatnya dalam waktu empat belas hari sejak permintaan

banding diajukan, panitera mengirim salinan putusan pengadilan negeri

dan berkas perkara serta surat bukti kepada pengadilan tinggi (Pasal 236

ayat [1] KUHAP).

e. Selama tujuh hari sebelum pengiriman berkas perkara kepada pengadilan

tinggi, pemohon banding diberi kesempatan untuk mempelajari berkas

perkara yang telah dikirim ke pengadilan tinggi selama tujuh hari setelah

Page 14: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

14

berkas perkara diterima oleh pengadilan tinggi apabila pemohon banding

denga jelas menyatakan secara tertulis keinginannya itu. Juga pemohon

banding diberi kesempatan untuk sewaktu-waktu meneliti keaslian berkas

perkaranya yang sudah ada dipengadilan. Pertimbangan hukum

Pengadilan Tingkat Tinggi yang memeriksa upaya hukum banding dengan

alasan memberikan pertimbangan hukum yang pada pokoknya mengadili,

menyatakan terdakwa Yusuf Dani Kue telah terbukti secara sah dan

meyakinkan bersalah malakukan tindak pidana “Dengan sengaja membeli

hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan

yang diambil atau dipungut secara tidak sah”.

Kemudian Majelis Hakim Banding Pengadilan Tinggi Gorontalo yang

memeriksa perkara ini memberikan pertimbangan hukum dan telah

mempelajari, meneliti berita acara persidangan yang pada pokoknya

sebagai berikut Pengadilan Tinggi Berpendapat bahwa apa yang

dipertimbangkan serta disimpulkan oleh Majelis Hakim Tingkat Pertama

dalam putusannya tanggal 3 oktober 2006 Nomor :

105/PID.B/2006/PN.GTLO adalah pertimbangan Hukum Hakim Tingkat

Pertama hanya didasarkan pada kesimpulan-kesimpulan, tanpa

mempertimbangkan/mengaitkan alat bukti dan keterangan saksi dan

keterangan terdakwa.

Dengan demikian pertimbangan Hukum Hakim Tingkat Pertama

bertentangan dengan Undang-undang yang mengatur untuk itu Putusan

Page 15: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

15

Pengadilan Negeri Gorontalo tanggal 3 oktober 2006 Nomor :

105/PID.B/2006/PN.GTLO, menurut Hemat Pengadilan Tinggi

Gorontalo tidak dapat dijadikan dasar menjatuhkan pidana terhadap Yusuf

Dani Kue dalam perkara ini, Sehingga pertimbangan-pertimbangan

tersebut diambil alih oleh Majelis Hakim Banding Pengadilan Tingkat

Tinggi sebagai pertimbangannya sendiri dalam memutus perkara ini

sebagai berikut :

1. membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Gorontalo tanggal 3 oktober

Nomor : 105/PID.B/2006/PN.GTLO;

2. menyatakan terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan

melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan Penuntut Umum;

3. memulihkan hak terdakwa dalam kemampuan, kedudukan, harkat serta

martabatnya;

4. memerintahkan barang bukti berupa 6 (enam) panggal berbentuk balok

jenis rimba campuran dikembalikan kepada terdakwa;

5. membebankan biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan kepada

Negara.

6. Kasasi.

Terhadap putusan perkara pidana yang diberikan pada tingkat terakhir

oleh pengadilan lain selain dari Mahkamah Agung, terdakwa atau penuntut

umum dapat mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap

putusan bebas (Pasal 244 KUHAP). Namun pada kenyataanya putusan bebas

Page 16: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

16

dapat diajukan kasasi, hal ini dapat dilihat pada ketentuan tambahan pedoman

pelaksanaan KUHAP (surat keputusan menteri kehakiman Nomor M.14 PW-

07.03 tahun 1983 tanggal 10 desember) yang menyebutkan bahwa demi

keadilan, situasi dan kondisi terhadap putusan bebas tidak dapat dimintakan

banding tetapi dapat dimintakan kasasi. Ketentuan yang demikian ini setidak-

tidaknya harus dipahami benar oleh para praktisi hukum agar pengajuan

kasasinya harus benar-benar mencerminkan keadilan berdasarkan situasi dan

kondisi, sehingga putusannya memang merupakan putusan yang adil guna

penegasan kepsatian hukum.

Yang diperiksa oleh Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi ini

hanyalah segi penerapan hukumnya, sedangkan untuk perkaranya (fakta-

faktanya) tidak dipriksa lagi. Hal ini harus dipahami secara benar bahwa segi

penerapan hukum dari perkara pidana yag diajukan kasasi tersebut terkait dengan

apakah suatu peraturan perundang-undangan atau hukum sudah diterapkan atau

tidak, apaka proses berlangsungnya pemeriksaan disidang pengadilan sudah

sesuai dengan ketentuan hukum acaranya atau tidak, serta apakah pengadilan yan

menyidangkan perkaranya melampaui wewenangnya atau tidak.

Seorang hakim yang mengadili dalam tingkat pertama atau tingkat

banding kemudian telah menjadi hakim atau panitera pada Mahkamah Agung,

maka mereka dilarang bertindak sebagai hakim atau penitera untuk perkara yang

sama dalam tingkat kasasi.

Page 17: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

17

Pemeriksaan kasasi berkisar pada :

a. Apakah benar suatu peraturan hukum tidak dapat dilaksanakan menurut

ketentuan undang-undang.

b. Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-

undang.

c. Apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya.

Putusan Mahkamah Agung berkisar pada ketiga hal dari pemeriksaan kasasi

diatas dan apabila :

a. Suatu putusan dibatalkan karena peraturang hukum tidak diterapkan atau

diterapkan atau diterapkan atau sebagaiman mestinya, Mahkamah Agung

mengadili sendiri perkara tersebut.

b. Suatu putusan dibatalkan karena cara mengadili tidak dilaksanakan menurut

ketentuan undang-undang, Mahkamah Agung menetapkan disertai petunjuk

agar pengadilan yang memutus perkara yang bersangkutan memeriksanya

lagi mengenai bagian yang dibatalkan atau berdasarkan alasan tertentu

Mahkamah Agung dapat menetapkan perkara tersebut diperiksa oleh

pengadilan setingkat yang lain.

c. Suatu putusan dibatalkan karena pengadilan atau hakim yang berangkutan

tidak berwenang mengadili perkara tersebut, Mahkamah Agung

menetapkan pengadilan atau hakim lain mengadili perkara tersbut (Pasal

255 KUHAP).

Page 18: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

18

Pernyataan Kasasi yang di ajukan oleh Penuntut Umum Dalam Perkara

Putusan Bebas Nomor 20/PID/2007/PT.GTLO : Mahkamah Agung wajib memeriksa

apabila ada pihak yang mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan pengadilan

bawahannya yang membebaskan terdakwa, yaitu guna menentukan sudah tepat dan

adilkah putusan pengadilan bawahannya itu. Namun demikian sesuai yurisprudensi

yang sudah ada apabila ternyata putusan pengadilan yang membebaskan terdakwa itu

merupakan pembebasan yang murni sifatnya, maka sesuai ketentuan pasal 244

KUHAP, permohonan kasasi penuntut umum harus dinyatakan tidak dapat diterima.

Sebaliknya apabila pembebasan itu didasarkan pada penafsiran yang keliru terhadap

sebutan tindak pidana yang dimuat dalam surat dakwaan dan bukan didasarkan pada

tidak terbuktinya suatu unsur perbuatan yang didakwakan, atau apabila pembebasan

itu sebenarnya adalah merupakan putusan lepas dari segala tuntutan hukum, atau

apabila dalam menjatuhkan putusan itu pengadilan telah melampaui batas

wewenangnya (meskipun hal ini tidak diajukan sebagai keberatan kasasi) Mahkamah

Agung atas dasar pendapatnya bahwa pembebasan itu bukan merupakan pembebasan

yang murni harus menerima permohonan kasasi tersebut.

Menurut pendapat Penuntut Umum, putusan tersebut adalah putusan bebas

tidak murni atau bebas yang terselubung, karena putusan pembebasan tersebut

ternyata tidak memenuhi syarat-syarat pengertian pembebasan menurut ilmu hukum

pidana formil tetapi justru lebih cocok dan memenuhi syarat-syarat pengertian

putusan lepas dari segala tuntutan hukum. Putusan Pengadilan Negeri Gorontalo

tersebut apabila kita cermati secara mendalam akan terlihat bahwa putusan bebas

Page 19: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

19

tersebut sebenarnya adalah merupakan bebas terselubung. Bahwa Hakim Pengadilan

Tinggi Gorontalo dalam purtusannya telah keliru menafsirkan unsur tindak pidana

yang didakwakan yakni Pasal 78 ayat (5) dan Pasal 78 ayat (7) Undang-Undang

No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan yang mengandung unsur pokok primair dan

subsidair. Fakta yuridis yang membuktikan bahwa putusan Hakim Majelis Pengadilan

Tinggi Gorontalo tersebut adalah merupakan putusan bebas yang tidak murni dengan

alasan sebagai berikut :

Bahwa judex facti Pengadilan Tinggi Gorontalo didalam pertimbangannya

didasarkan dari hasil putusan Hakim Hakim Pengadilan Negeri dimana di dalam

pemeriksaan hanya didasarkan pada kesimpulan-kesimpulan semata tanpaa melihat

atau mengaitkan dan menghubungkan keterangan-keterangan saksi yang mana benar

adanya kepemilikan kayu milik terdakwa Yusuf Dani Kue d ambil dari kawasan

diluar hutan lining namun telah ditetapkan sebagai Areal Penggunaan Lain dengan

dasar KepMen Nomor : SK.382/MenHut-11/2004 tentang izin pemanfaatan kayu dan

hal ini juga dikuatkan dengan keterangan saksi saksi yang sebagian besar saksi-saksi

adalah Polisi Kehutanan dani Pegawai Negeri Sipil pada Dinas Kehutanan Kabupaten

Bone Bolango yang mana benar adanya hasil hutan tersebut ditebang atau dimiliki

oleh Terdakwa Yusuf Dani Kue tanpa bukti atau izin dari pejabat yang berwenang,

sedangkan dalam pemeriksaan di depan persidangan dibawah sumpah saksi-saksi

mengatakan Terdakwa Yusuf Dani Kue tidak dapat menunjukan bukti kepemilikan

kayu sesuai aturan yang berlaku dalam hal ini surat keterangan Asal-usul atau yang

lazim disebut (SKAU), sehingga apa yang tertuang dalam peraturan Menteri

Page 20: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

20

Kehutanan Nomor : P.51/Menhut-11/2006, tentang penggunaan Surat Keterangan

Asal-Usul (SKAU) untuk pengangkutan Hasil Kayu yang berasal dari Hutan Hak

sebagaiman telah mengalami perubahan kedua, yang tertuang dalam peraturan

Menteri Nomor : P.33/Menhut-11/2007, tentang perubahan kedua atas peraturan

Menteri Kehutanan Nomor : P.51/Menhut-11/2006, hal ini tertulis dengan jelas dala

Pasal 2 peraturan Mneteri Nomor : P.33/Menhut-11/2007, tentang pengunaan Surat

Keterangan Asal-Usul (SKAU) untuk pengankutan Hasil Hutan Kayu yang berasal

dari hutan harus dibuktikan dengan :

a. Sertifikat hak milik atau Leter C atau Surat Keterangan lain yang diakui oleh

badan Pertanahan Nasional sebagai dasar kepemilikan lahan;

b. Sertifikat Hak Pakai;

c. Surat atau dokumen lainnya yang diakui sebagai bukti penguasaan tanah atau

bukti kepemilikan lainnya.

Dari semua bukti tersebut terdakwa tidak dapat membuktikan dengan nyata

dan jelas di depan persidangan bahwa kepemilikan kayu tesebut telah diurus

perizinannya sesuai dengan peraturan yang berlaku..

Penuntut umum berpendapat Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Gorontalo di

dalam pertimbangannya dan pendapatnya telah keliru serta terlalu sederhana,

sehingga tidak berdasar atas fakta yuridis yang terungkap dipersidangan, karena

secara factual keterangan saksi-saksi telah bersesuaian dan hal ini telah diakui

oleh terdakwa Yusuf dani Kue sendiri, sehingga pertimbangan mana yang

Page 21: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

21

menyebutkan bahwa lahan atau Areal tersebut bukan merupakan kawasan Hutan

yang dilindungi dan kawasan hutan tersebut adalah milik perorangan atau rakyat,

bahwa kayu atau yang ditebang tersebut telah mendapat izin dari aparat desa

adalah pertimbangan keliru dan tidak berdasar alasan yuridis, sungguh naïf

apabila pertimbangan tersebut dibenarkan semantara dalam fakta persidangan

maupun penunjauan lokasi oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Gorontalo

kawasan tersebut adalah Hutan Areal Pengunaan Lain, Hal ini telah tegas diatur

dalam Kepmen Nomor : 382/Menhut-11/2004 tentang izin pemanfaatan kayu

(IPK) serta aturaan Menteri Kehutanan Nomor : P.26/Menhut-11/2006, tentang

pedoman pemanfaatn Hutan Hak yang digariskan secara tegas pada ketentuan

umummnya bahkan hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang telah

dibebani hak atas tanah yang dibuktikan dengan alas atau hak atas tanah,

kemudian dalam status fungsi khususnya dalam permen ini menyebutkan tanah

yang telah dibebani alas tittel berupa sertifikat hak milik, hak guna usaha, dan hak

pakai, dapat ditunjuk sebagai hutan hak menurut fungsinya. Apakah tindakan

Terdakwa Yusuf Dani Kue memiliki hasil hutan tanpa izin dalam bentuk (SKAU)

tersebut bukan merupakan perbuatan melawan hukum ? sungguh sangat ironis

bila hal tersebut dibebaskan, maka dengan sendirinya masyarakat khususnya

masyarakat yang berada dekat kawasan hutan tersebut menganggap atau akan

melakukan perbuatan-perbuatan yang sama untuk membenarkan perbuatan

tersebut. Dengan adanya hal-hal yang tidak dipertimbangkan atau kurang seksama

Page 22: BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS A. 1. Sistem atau ...eprints.ung.ac.id/2210/9/2013-1-74201-271409087-bab4...yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam

22

dipertimbangkan oleh Hakim Majelis, maka mengakibatkan putusan tersebut

dapat dibatalkan.