27
BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infuse di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal . Data yang dikumpulkan diperoleh langsung dari responden dengan cara membagikan kuesioner dan observasi. Jumlah sampel yang dikumpulkan sebanyak 76 orang responden. Hasil penelitian ini disajikan dalam dua bentuk analisa data yaitu analisa univariat dan analisa bivariat yang diuraikan dalam bentuk tabel. B. Analisa Univariat 1. Kepatuhan Responden Tabel 5.1

bab V

Embed Size (px)

DESCRIPTION

education

Citation preview

Page 1: bab V

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur

pemasangan infuse di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak.

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal . Data yang dikumpulkan diperoleh

langsung dari responden dengan cara membagikan kuesioner dan observasi. Jumlah

sampel yang dikumpulkan sebanyak 76 orang responden.

Hasil penelitian ini disajikan dalam dua bentuk analisa data yaitu analisa univariat

dan analisa bivariat yang diuraikan dalam bentuk tabel.

B. Analisa Univariat

1. Kepatuhan Responden

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepatuhan Responden

Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak

Kepatuhan Jumlah ProsentasePatuh 53 69,7%

Tidak patuh 23 30,3%Total 76 100%

Page 2: bab V

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi mengenai tingkat kepatuhan responden,

dapat dilihat pada tabel 5.1 bahwa sebagian besar responden patuh dalam

melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan Infuse orang yaitu

sebanyak 53 orang (69,7%) dan responden yang tidak patuh sebanyak 23 orang

(30,3%).

2. Pengetahuan Responden

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Responden

Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak

Pengetahuan Frekuensi ProsentasiKurang Baik 16 21,0%

Cukup 37 48,7%Baik 23 30,3%Total 76 100%

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi mengenai tingkat pengetahuan responden,

dapat dilihat dari tabel 5.2 bahwa sebagian responden memiliki pengetahuan

cukup yaitu 37 orang (48,7%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan

baik yaitu sebanyak 23 orang (30,3%) dan yang memiliki pengetahuan kurang

sebanyak 16 orang (21,0%).

3. Sikap Responden

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Responden

Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak

Sikap Jumlah ProsentaseNegatif 22 28,9%Positif 54 71,1%Total 76 100%

Page 3: bab V

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi mengenai sikap responden, dapat dilihat

pada tabel 5.3 bahwa sebagian besar responden memiliki sikap posif yaitu

sebanyak 54 orang (71,1%) sedanngkan responden yang memilki sikap negative

sebanyak 22 orang (28,9%).

4. Motivasi Responden

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Motivasi Responden

Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak

Motivasi Jumlah ProsentaseKurang Baik 15 19,7%

Baik 61 80,3%Total 76 100%

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi mengenai motivasi responden, dapat dilihat

pada tabel 5.4 bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi baik yaitu

sebanyak 61 orang (80,3%) sedanngkan responden yang memilki motivasi kurang

baik sebanyak 15 orang (19,7%).

C. Analisa Bivariat

1. Hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan responden dalam melaksanakan

SOP pemasangan infuse

Tabel 5.5

Hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan responden dalam melaksanakan SOP

pemasangan infuse di RSUD dr. Adjidarmo

Tingkat

Pengetahua

n

Kepatuhan Total P.

ValuePatuh Tidak

Patuh

Kurang Baik 7

(43,8%)

9

(56,2%)

16

(100%)

0,000

Cukup 23 14 37

Page 4: bab V

(62,2%) (37,8%) (100%)

Baik 23

(100%)

0

(0%)

23

(100%)

Total 53

(69,7%)

23

(30,3%)

76

(100%)

Berdasarkan tabel 5.5 dari 16 responden yang memiliki pengetahuan kurang baik,

sebagian tidak patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infuse yaitu 9 orang

(56,2%). Untuk 37 responden yang memiliki pengetahuan cukup, sebagian besar

patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infus yaitu 23 orang (62,2%).

Sedangkan untuk tingkat pengetahuan baik dari 23 responden semuanya patuh

(100%) dalam melaksanakan SOP pemasangan infuse.

Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi squere di dapatkan nilai p

value : 0,000 berarti p< α dimana nilai α : 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

Ho ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan

dengan kepatuhan dalam melaksanakan SOP pemasangan infuse.

2. Hubungan antara sikap dengan kepatuhan responden dalam melaksanakan SOP

pemasangan infuse

Tabel 5.6

Hubungan antara sikap dengan kepatuhan dalam melaksanakan SOP pemasangan infuse di

RSUD dr. Adjidarmo

Sikap Kepatuhan Total P.

ValuePatuh Tidak

Patuh

Negatif 7

(31,8%)

15

(68,2%)

22

(100%

)

0,000

Page 5: bab V

Positif 46

(85,2%)

8

(14,8%)

54

(100%

)

Total 53

(69,7%)

23

(30,3%)

76

(100%

)

Berdasarkan tabel 5.6 dari 22 responden yang memiliki sikap negative, hanya

sebagian kecil yang patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infuse, yaitu 7

orang (31,8%). Sedangkan dari 54 responden yang memiliki sikap positif,

sebagian besar patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infuse, yaitu 46

orang(85,2%).

Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi squere di dapatkan nilai p

value : 0,000 berarti p< α dimana nilai α : 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

Ho ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara sikap dengan

kepatuhan dalam melaksanakan SOP pemasangan infuse.

3. Hubungan antara motivasi dengan kepatuhan responden dalam melaksanakan

SOP pemasangan infuse

Tabel 5.7

Hubungan antara motivasi dengan kepatuhan responden dalam melaksanakan SOP

pemasangan infuse di RSUD dr. Adjidarmo

Motivasi Kepatuhan Total P.

ValuePatuh Tidak

Patuh

Kurang

Baik

6

(40%)

9

(60%)

15

(100%)

0,013

Page 6: bab V

Baik 47

(77%)

14

(23%)

61

(100%)

Total 53

69,7%)

23

(30,3%)

…..

(100%)

Berdasarkan tabel 5.7 dari 15 responden yang memiliki motivasi kurang baik,

hanya sebagian kecil yang patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infuse,

yaitu 6 orang (40%). Sedangkan dari 61 responden yang memiliki motivasi baik,

sebagian besar patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infuse, yaitu 47

orang (77%).

Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi squere di dapatkan nilai p

value : 0,013 berarti p< α dimana nilai α : 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

Ho ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan

kepatuhan dalam melaksanakan SOP pemasangan infuse.

Page 7: bab V

BAB VI

PEMBAHASAN

Setelah mendapatkan hasil penelitian yang disajikan dalam dua bentuk analisa data yaitu

analisa univariat dan analisa bivariat, selanjutnya dilakukan pembahasan sesuai tujuan

khusus yang ingin diperoleh yaitu;

1. Analisa Univariat

a. Gambaran kepatuhan perawat dalam standar operasional prosedur

pemasangan infuse di RS Umum Adjidarmo Kabupaten Lebak.

Hasil penelitian menunjukan dari 76 responden yang diteliti, bahwa sebagian

besar responden patuh dalam melaksanakan standar operasional prosedur

pemasangan Infuse orang yaitu sebanyak 53 orang (69,7%) dan responden yang

tidak patuh sebanyak 23 orang (30,3%). Hal ini menggambarkan bahwa perawat

di ruang rawat inap Rumah Sakit Dr. Adjidarmo sebagian besar patuh dalam

melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infuse, sedangkan yang

tidak patuh hanya sebagian kecil saja, hal yang menyebabkan adanya

ketidakpatuhan dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan

infuse ini adalah kurangnya sarana yang tersedia, misalnya perlak atau pengalas,

tourniquet, handscoon,sabun cuci tangan dan bengkok. Selain itu disebabkan oleh

Page 8: bab V

kurangnya informasi atau sosialisasi tentang pengertian, tujuan dan fungsi standar

operasional prosedur pemasangan infuse. Selain itu juga disebabkan karena

perawat hanya memikirkan resiko tertular penyakit pada diri sendiri yang harus

dijaga sedangkan resiko penularan atau infeksi nosokomial yang terjadi kepada

pasien diabaikan, hal ini terbukti saat melaksanakan tindakan pemasangan infuse

sebagian besar tidak melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan

pemasangan infuse sedangkan setelah pemasangan infuse semua responden

melakukan cuci tangan. Bila hal ini dibiarkan maka akan berpengaruh terhadap

timbulnya infeksi. Selain itu juga ketidak patuhan perawat bisa disebabkan dari

pihak rumah sakit belum adanya sanksi atau reward terhadap kepatuhan perawat

dalam melakukan tindakan pemasangan infuse yang sesuai dengan SOP.

Perilaku kepatuhan ini bersifat sementara karena perilaku ini akan bertahan bila

ada pengawasan. Jika pengawasan hilang atau mengendur maka akan timbul

perilaku ketidakpatuhan. Perilaku kepatuhan ini akan optimal jika perawat itu

sendiri menganggap perilaku ini bernilai positif, yang akan terintegrasikan

melalui tindakan asuhan keperawatan. Perilaku kepatuhan ini akan dapat dicapai

jika manager keperawatan merupakan orang yang dapat dipercaya dan dapat

memberikan motivasi (Sarwono, 2007). Untuk mencegah terjadinya malpraktek

dalam tindakan pemasangan infuse, maka perawat harus patuh terhadap apa yang

menjadi tugasnya dan dapat menjalankan serta melaksanakannya dengan baik dan

benar secara konsisten.

b. Gambaran pengetahuan perawat tentang standar operasional prosedur

pemasangan infuse di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten

Lebak.

Hasil penelitian menunjukan dari 76 responden yang diteliti, bahwa sebagian

responden memiliki pengetahuan cukup yaitu 37 orang (48,7%), sedangkan

Page 9: bab V

responden yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 23 orang (30,3%) dan

yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 16 orang (21,0%).

Berdasarkan hasil statistic didapatkan data bahwa sebagian responden memilki

pengetahuan cukup tentang standar operasional prosedur pemasangan infuse.

Untuk responden yang memiliki pengetahuan baik hanya 23 orang (30,3%).

Padahal dalam melaksanakan tugas keperawatan, perawat dituntut untuk

mempunyai pengetahuan yang baik dalam hal keperawatan. Kurangnya responden

yang memiliki pengetahuan baik tentang standar operasional prosedur

pemasangan infuse disebabkan karena kurangnya terpapar informasi tentang apa

itu standar operasional prosedur, tujuannya dan manfaatnya sehingga perawat

menganggap standar operasional prosedur tidak penting bagi terlaksananya

pekerjaan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga standar

operasional prosedur yang ada di ruangan hanya sekedar arsip saja yang

tersimpan rapi di lemari, selain itu juga perawat yang bertugas di ruang rawat inap

lebih berfokus terhadap menjalankan instruksi medis, sedangkan kesadaran

perawat tentang pentingnya membaca isi dokumen standar operasional prosedur

masih kurang.

Standar operasional prosedur seharusnya mudah untuk dilihat dan dibaca oleh

perawat setiap hari, khususnya standar operasional prosedur tindakan yang sering

dilakukan di masing-masing ruangan. Maka standar operasional prosedur

seharusnya ditempelkan ditempat-tempat yang mudah dilihat dan dibaca oleh

perawat.

Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari

tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Page 10: bab V

Selain kurang terpaparnya informasi tentang standar operasional prosedur

pemasangan infuse, kurangnya responden yang memiliki pengetahuan baik,

disebabkan karena kurangnya sosialisasi dari tim INOK (infeksi nosokomial)

tentang pentingnya tindakan cuci tangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar

(1995) bahwa kurangnya informasi yang simultan tentang suatu objek cenderung

mengakibatkan kurangnya pengetahuan tentang objek tersebut. Sedangkan yang

disebabkan dari pihak rumah sakit adalah jarang atau kurangnya mengadakan

pelatihan secara khusus tentang pentingnya keterampilan pemasangan infuse.

Notoatmojo (2003) mengungkapkan bahwa pengetahuan dapat diperoleh

diantaranya melalui pendidikan formal, non formal, pengalaman dan media masa.

Pengetahuan atau kognitif merupan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang.

c. Gambaran sikap perawat tentang standar operasional prosedur

pemasangan infuse di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo

Kabupaten Lebak.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 76 responden

didapatkan bahwa perawat pelaksana sebagian 22 orang (28,9%) masih

memiliki sikap yang negatif terhadap standar operasional prosedur

pemasangan infus. Hal yang dapat mempengaruhi sikap negative perawat

dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infuse

diantaranya ketidakpedulian atau acuh, perawat sebenarnya mengetahui

pentingnya tindakan cuci tangan tapi karena sikap acuh atau cueknya

tersebut yang menjadikan perawat itu memiliki sikap negative. Selain itu

juga disebabkan oleh ketidaktahuan perawat tentang isi dokumen standar

operasional prosedur pemasangan infuse.

Page 11: bab V

Dalam kehidupan sehari-hari sikap merupakan reaksi yang bersifat

emosional. Sikap adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable)

maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada suatu objek. (Azwar,

1995).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang

terhadap stimulus atau objek (Notoatmojo, 2007). Sikap belum merupakan

suatu tindakan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau kepatuhan.

Sikap juga dikatakan sebagai suatu respon evaluative, yang berarti bahwa

bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh

proses evaluasi dalam diri individu yang memberiap kesimpulan terhadap

stimulus dalam bentuk nilai-nilai baik, positif- negative, menyenangkan-

tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi

terhadap suatu objek.

d. Gambaran motivasi perawat tentang standar operasional prosedur

pemasangan infuse di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo

Kabupaten Lebak.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 76 responden ,

masih ada sebagian kecil perawat pelaksana (19,7%) yang memiliki

motivasi kurang baik terhadap standar operasional prosedur pemasangan

infuse. Faktor yang menyebabkan kurangnya motivasi perawat dalam

melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infuse

diantaranya disebabkan oleh imbalan jasa atau insentif, perawat mau

melaksanakan perawatan dan pemasangan infuse karena motivasinya ingin

mendapat imbalan atau jasa yang besar, kurangnya pengawasan oleh

kepala ruangan atau perawat supervise. Selain itu juga karena ingin dipuji.

Perawat melakukan tindakan pemasangan infuse motivasinya karena ingin

Page 12: bab V

dipuji oleh kepala ruangan bukan karena ingin meningkatkan pengetahuan

atau keterampilan tentang standar operasional prosedur pemasangan

infuse.

Menurut Widyatun (2002) ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi

yaitu; faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah motivasi

yang berasal dari dalam diri sendiri, bisanya timbul dari perilaku yang

dapat memenuhi kebutuhan sehingga manusia menjadi puas.

Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu saja, tetapi ada

kebutuhan yang mendasari munculnya motivasi tersebut.sedangkan faktor

eksternal adalah faktor yang datang dari luar berasal dari lingkungan,

dukungan social dan media.

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan antara pengetahuan perawat terhadap kepatuhan melaksanakan

standar operasional prosedur pemasangan infuse di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak bahwa ketidakpatuhan perawat dalam

melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infuse lebih banyak

terjadi (94,0%) pada kelompok perawat yang berpengetahuan kurang baik dan

cukup dibandingkan dengan perawat yang berpengetahuan baik tidak terdapat

yang tidak patuh dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan

infuse.

Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi squere di dapatkan nilai p

value : 0,000 berarti p< α dimana nilai α : 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

H0 ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan

Page 13: bab V

dengan kepatuhan dalam melaksanakan SOP pemasangan infus. Artinya bahwa

tingkat pengetahuan perawat dapat mempengaruhi kepatuhan dalam

melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infuse, karena semakin

baik pengetahuan mengenai standar operasional prosedur pemasangan infuse

maka setiap melaksanakan tindakan pemasangan infuse akan melaksanakan

prinsip-prinsip utama pemasangan infuse. Jadi semakin baik tingkat pengetahuan

seseorang maka akan memiliki sikap yang positif.

Menurut Notoatmojo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penggolongan pengetahuan termasuk dalam faktor predisposisi, yaitu untuk dapat

melakukan sesuatu (mengadopsi prilaku) seseorang harus tahu terlebih dahulu

mengenai arti dan manfaatnya berperilaku tersebut, dan pengaruh pengetahuan ini

bisa mendorong terhadap suatu tindakan tergantung dari apa yang dilakukan.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang didasari

pengetahuan umumnya bersifat langgeng.

Maka hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo sesuai dengan teori

bahwa perawat yang mempunyai pengetahuan baik akan patuh terhadap aturan

yang berlaku, termasuk aturan mengenai protap pemasangan infuse.

b. Hubungan antara sikap perawat terhadap kepatuhan melaksanakan standar

operasional prosedur pemasangan infuse di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak bahwa ketidakpatuhan perawat dalam

melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infuse lebih banyak

Page 14: bab V

terjadi (68,0%) pada kelompok perawat yang memiliki sikap negative,

dibandingkan dengan perawat yang memiliki sikap positif hanya (14,8%) yang

tidak patuh dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infuse.

Nilai OR yang diperoleh sebesar 12,32 yang berarti bahwa perawat pelaksana

memiliki sikap tidak setuju terhadap standar operasional prosedur pemasangan

infuse memiliki resiko 12 kali lebih besar yang tidak patuh melaksanakan standar

operasional prosedur pemasangan infus, bila dibandingkan dengan perawat

pelaksana yang memiliki sikap setuju terhadap standar operasional prosednur

pemasangan infus.

Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi squere di dapatkan nilai p

value : 0,000 berarti p< α dimana nilai α : 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

Ho ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara sikap dengan

kepatuhan dalam melaksanakan SOP pemasangan infus.

Sikap adalah kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek ,

dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau

tidak menyenangi suatu objek (Azwar,1995). Dengan kata lain sikap seseorang

terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung maupun tidak mendukung atau

memihak atau tidak memihak pada objek tersebut.

Sikap merupakan cikal bakal dari sebuah perilaku, karena sikap merupakan

kecenderungan seseorang untuk berperilaku. Jadi ada kesejajaran antara sikap

dengan perilaku. Dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor yang

menyebabkan perilaku responden kurang baik diantaranya pengetahuan dan sikap.

Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmojo (2003) apabila perilaku didasari oleh

pengetahuan, kesadaran dan sikap maka perilaku tersebut akan bersifat langgang

(long lasting) begitu pula sebaliknya.

Page 15: bab V

Maka hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo sesuai dengan teori

bahwa perawat yang mempunyai sikap positif akan patuh terhadap aturan yang

berlaku, termasuk aturan mengenai protap pemasangan infuse.

c. Hubungan antara motivasi perawat terhadap kepatuhan melaksanakan standar

operasional prosedur pemasangan infuse di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Umum Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak bahwa ketidakpatuhan perawat dalam

melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infuse lebih banyak

terjadi (60,0%) pada kelompok perawat yang memiliki motivasi yang kurang

baik, dibandingkan dengan perawat yang memiliki motivasi baik yaitu hanya

(23,0%) yang tidak patuh dalam melaksanakan standar operasional prosedur

pemasangan infuse.

Nilai OR yang diperoleh sebesar 5,036 yang berarti bahwa perawat pelaksana

memiliki motivasi kurang baik terhadap standar operasional prosedur pemasangan

infus memiliki resiko 5 kali lebih besar yang tidak patuh melaksanakan standar

operasional prosedur pemasangan infus, bila dibandingkan dengan perawat

pelaksana yang memiliki motivasi yang baik terhadap standar operasional

prosedur pemasangan infus.

Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi squere di dapatkan nilai p

value : 0,013 berarti p< α dimana nilai α : 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

Ho ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan

kepatuhan dalam melaksanakan SOP pemasangan infus. Artinya bahwa tingkat

motivasi perawat dapat mempengaruhi kepatuhan dalam melaksanakan standar

operasional prosedur pemasangan infuse, karena semakin baik motivasi yang

Page 16: bab V

dimiliki mengenai standar operasional prosedur pemasangan infuse maka setiap

melaksanakan tindakan pemasangan infuse akan melaksanakan prinsip-prinsip

utama pemasangan infuse

Motivasi adalah dorongan penggerak untuk mencapai tujuan tertentu, baik

disadari maupun tidak disadari. Motivasi dapat timbul dalam diri individu atau

datang dari lingkungan. Motivasi yang terbaik adalah motivasi yang datang dari

dalam diri sendiri (motivasi intrinsic), bukan pengaruh lingkungan. (Sunaryo,

2004). Sedangkan motif adalah energy dasar yang terdapat dalam diri individu

dan menentukan perilaku. Motif sebagai pendorong pada umumnya tidak berdiri

sendiri, tetapi saling kait mengkait dengan faktor lain, hal yang dapat

mempengaruhi motif disebut motivasi. Kalau orang ingin mengetahui mengapa

orang tersebut berbuat arau berperilaku kea rah sesuatu seperti yang dikarjakan,

maka orang tersebut akan terkait dengan motivasi atau perilaku yang termotivasi

(motivated behavior) (Sunaryo,2004).

Maka hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo sesuai dengan teori

bahwa perawat yang mempunyai motivasi yang baik akan patuh terhadap aturan

yang berlaku, termasuk aturan mengenai standar operasional prosedur

pemasangan infuse.

Page 17: bab V

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat

disimpulkan sebagai berikut;

1. Gambaran kepatuhan perawat terhadap standar operasional prosedur pemasangan

infuse di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak diperoleh hasil

bahwa sebagian besar 69,7% patuh dalam melaksanakan standar operasional prosedur

pemasangan infus

2. Gambaran pengetahuan perawat terhadap standar operasional prosedur pemasangan

infuse di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak diperoleh hasil

bahwa sebagian responden mempunyai pengetahuan cukup 48,7% dalam melaksanakan

standar operasional prosedur pemasangan infus

3. Gambaran sikap perawat terhadap standar operasional prosedur pemasangan infuse di

Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak diperoleh hasil bahwa

sebagian besar 71,1% mempunyai sikap yang positif dalam melaksanakan standar

operasional prosedur pemasangan infus

4. Gambaran motivasi perawat terhadap standar operasional prosedur pemasangan infuse

di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak diperoleh hasil bahwa

sebagian besar 80,3%% memiliki motivasi yang baik dalam melaksanakan standar

operasional prosedur pemasangan infus

5. Hasil uji statistic menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan

dengan kepatuhan dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus

Page 18: bab V

6. Hasil uji statistic menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan

kepatuhan dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus

7. Hasil uji statistic menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi dengan

kepatuhan dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo, disarankan antara lain;

Meningkatkan pengetahuan dan sikap perawat mengenai standar operasional prosedur

pemasangan infuse melalui kegiatan pelatihan dan sosialisasi tentang SOP tindakan

keperawatan serta sosialisasi tentang INOK

Meningkatkan motivasi perawat untuk berlomba secara positif dalam meningkatkan

pelayanan kepada pasien semaksimal mungkin, seperti memberikan kesempatan

untuk meningkatkan jenjang pendidikan

Meningkatkan kompetensi perawat dengan mengadakan evalusi semesteran tentang

pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan tindakan keperawatan.

Melengkapi sarana prasarana yang kurang seperti pengalas, perlak, bengkok,

tourniquet, handscoon steril dan gunting

Meningkatkan seleksi penerimaan calon perawat baru dalam hal pengetahuan,

keterampilan, sikap dan motivasi, melalui uji pengetahuan uji keterampilan dan test

psikologi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

3. Nn

4.

5.

6.

7. m

C.

Page 19: bab V