Upload
dhoniecbhungsumalingping
View
214
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
education
Citation preview
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar operasional prosedur
pemasangan infuse di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak.
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal . Data yang dikumpulkan diperoleh
langsung dari responden dengan cara membagikan kuesioner dan observasi. Jumlah
sampel yang dikumpulkan sebanyak 76 orang responden.
Hasil penelitian ini disajikan dalam dua bentuk analisa data yaitu analisa univariat
dan analisa bivariat yang diuraikan dalam bentuk tabel.
B. Analisa Univariat
1. Kepatuhan Responden
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepatuhan Responden
Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak
Kepatuhan Jumlah ProsentasePatuh 53 69,7%
Tidak patuh 23 30,3%Total 76 100%
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi mengenai tingkat kepatuhan responden,
dapat dilihat pada tabel 5.1 bahwa sebagian besar responden patuh dalam
melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan Infuse orang yaitu
sebanyak 53 orang (69,7%) dan responden yang tidak patuh sebanyak 23 orang
(30,3%).
2. Pengetahuan Responden
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Responden
Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak
Pengetahuan Frekuensi ProsentasiKurang Baik 16 21,0%
Cukup 37 48,7%Baik 23 30,3%Total 76 100%
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi mengenai tingkat pengetahuan responden,
dapat dilihat dari tabel 5.2 bahwa sebagian responden memiliki pengetahuan
cukup yaitu 37 orang (48,7%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan
baik yaitu sebanyak 23 orang (30,3%) dan yang memiliki pengetahuan kurang
sebanyak 16 orang (21,0%).
3. Sikap Responden
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Responden
Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak
Sikap Jumlah ProsentaseNegatif 22 28,9%Positif 54 71,1%Total 76 100%
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi mengenai sikap responden, dapat dilihat
pada tabel 5.3 bahwa sebagian besar responden memiliki sikap posif yaitu
sebanyak 54 orang (71,1%) sedanngkan responden yang memilki sikap negative
sebanyak 22 orang (28,9%).
4. Motivasi Responden
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Motivasi Responden
Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak
Motivasi Jumlah ProsentaseKurang Baik 15 19,7%
Baik 61 80,3%Total 76 100%
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi mengenai motivasi responden, dapat dilihat
pada tabel 5.4 bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi baik yaitu
sebanyak 61 orang (80,3%) sedanngkan responden yang memilki motivasi kurang
baik sebanyak 15 orang (19,7%).
C. Analisa Bivariat
1. Hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan responden dalam melaksanakan
SOP pemasangan infuse
Tabel 5.5
Hubungan antara pengetahuan dan kepatuhan responden dalam melaksanakan SOP
pemasangan infuse di RSUD dr. Adjidarmo
Tingkat
Pengetahua
n
Kepatuhan Total P.
ValuePatuh Tidak
Patuh
Kurang Baik 7
(43,8%)
9
(56,2%)
16
(100%)
0,000
Cukup 23 14 37
(62,2%) (37,8%) (100%)
Baik 23
(100%)
0
(0%)
23
(100%)
Total 53
(69,7%)
23
(30,3%)
76
(100%)
Berdasarkan tabel 5.5 dari 16 responden yang memiliki pengetahuan kurang baik,
sebagian tidak patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infuse yaitu 9 orang
(56,2%). Untuk 37 responden yang memiliki pengetahuan cukup, sebagian besar
patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infus yaitu 23 orang (62,2%).
Sedangkan untuk tingkat pengetahuan baik dari 23 responden semuanya patuh
(100%) dalam melaksanakan SOP pemasangan infuse.
Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi squere di dapatkan nilai p
value : 0,000 berarti p< α dimana nilai α : 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
Ho ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan kepatuhan dalam melaksanakan SOP pemasangan infuse.
2. Hubungan antara sikap dengan kepatuhan responden dalam melaksanakan SOP
pemasangan infuse
Tabel 5.6
Hubungan antara sikap dengan kepatuhan dalam melaksanakan SOP pemasangan infuse di
RSUD dr. Adjidarmo
Sikap Kepatuhan Total P.
ValuePatuh Tidak
Patuh
Negatif 7
(31,8%)
15
(68,2%)
22
(100%
)
0,000
Positif 46
(85,2%)
8
(14,8%)
54
(100%
)
Total 53
(69,7%)
23
(30,3%)
76
(100%
)
Berdasarkan tabel 5.6 dari 22 responden yang memiliki sikap negative, hanya
sebagian kecil yang patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infuse, yaitu 7
orang (31,8%). Sedangkan dari 54 responden yang memiliki sikap positif,
sebagian besar patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infuse, yaitu 46
orang(85,2%).
Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi squere di dapatkan nilai p
value : 0,000 berarti p< α dimana nilai α : 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
Ho ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara sikap dengan
kepatuhan dalam melaksanakan SOP pemasangan infuse.
3. Hubungan antara motivasi dengan kepatuhan responden dalam melaksanakan
SOP pemasangan infuse
Tabel 5.7
Hubungan antara motivasi dengan kepatuhan responden dalam melaksanakan SOP
pemasangan infuse di RSUD dr. Adjidarmo
Motivasi Kepatuhan Total P.
ValuePatuh Tidak
Patuh
Kurang
Baik
6
(40%)
9
(60%)
15
(100%)
0,013
Baik 47
(77%)
14
(23%)
61
(100%)
Total 53
69,7%)
23
(30,3%)
…..
(100%)
Berdasarkan tabel 5.7 dari 15 responden yang memiliki motivasi kurang baik,
hanya sebagian kecil yang patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infuse,
yaitu 6 orang (40%). Sedangkan dari 61 responden yang memiliki motivasi baik,
sebagian besar patuh dalam melaksanakan SOP pemasangan infuse, yaitu 47
orang (77%).
Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi squere di dapatkan nilai p
value : 0,013 berarti p< α dimana nilai α : 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
Ho ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan
kepatuhan dalam melaksanakan SOP pemasangan infuse.
BAB VI
PEMBAHASAN
Setelah mendapatkan hasil penelitian yang disajikan dalam dua bentuk analisa data yaitu
analisa univariat dan analisa bivariat, selanjutnya dilakukan pembahasan sesuai tujuan
khusus yang ingin diperoleh yaitu;
1. Analisa Univariat
a. Gambaran kepatuhan perawat dalam standar operasional prosedur
pemasangan infuse di RS Umum Adjidarmo Kabupaten Lebak.
Hasil penelitian menunjukan dari 76 responden yang diteliti, bahwa sebagian
besar responden patuh dalam melaksanakan standar operasional prosedur
pemasangan Infuse orang yaitu sebanyak 53 orang (69,7%) dan responden yang
tidak patuh sebanyak 23 orang (30,3%). Hal ini menggambarkan bahwa perawat
di ruang rawat inap Rumah Sakit Dr. Adjidarmo sebagian besar patuh dalam
melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infuse, sedangkan yang
tidak patuh hanya sebagian kecil saja, hal yang menyebabkan adanya
ketidakpatuhan dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan
infuse ini adalah kurangnya sarana yang tersedia, misalnya perlak atau pengalas,
tourniquet, handscoon,sabun cuci tangan dan bengkok. Selain itu disebabkan oleh
kurangnya informasi atau sosialisasi tentang pengertian, tujuan dan fungsi standar
operasional prosedur pemasangan infuse. Selain itu juga disebabkan karena
perawat hanya memikirkan resiko tertular penyakit pada diri sendiri yang harus
dijaga sedangkan resiko penularan atau infeksi nosokomial yang terjadi kepada
pasien diabaikan, hal ini terbukti saat melaksanakan tindakan pemasangan infuse
sebagian besar tidak melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan
pemasangan infuse sedangkan setelah pemasangan infuse semua responden
melakukan cuci tangan. Bila hal ini dibiarkan maka akan berpengaruh terhadap
timbulnya infeksi. Selain itu juga ketidak patuhan perawat bisa disebabkan dari
pihak rumah sakit belum adanya sanksi atau reward terhadap kepatuhan perawat
dalam melakukan tindakan pemasangan infuse yang sesuai dengan SOP.
Perilaku kepatuhan ini bersifat sementara karena perilaku ini akan bertahan bila
ada pengawasan. Jika pengawasan hilang atau mengendur maka akan timbul
perilaku ketidakpatuhan. Perilaku kepatuhan ini akan optimal jika perawat itu
sendiri menganggap perilaku ini bernilai positif, yang akan terintegrasikan
melalui tindakan asuhan keperawatan. Perilaku kepatuhan ini akan dapat dicapai
jika manager keperawatan merupakan orang yang dapat dipercaya dan dapat
memberikan motivasi (Sarwono, 2007). Untuk mencegah terjadinya malpraktek
dalam tindakan pemasangan infuse, maka perawat harus patuh terhadap apa yang
menjadi tugasnya dan dapat menjalankan serta melaksanakannya dengan baik dan
benar secara konsisten.
b. Gambaran pengetahuan perawat tentang standar operasional prosedur
pemasangan infuse di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten
Lebak.
Hasil penelitian menunjukan dari 76 responden yang diteliti, bahwa sebagian
responden memiliki pengetahuan cukup yaitu 37 orang (48,7%), sedangkan
responden yang memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 23 orang (30,3%) dan
yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 16 orang (21,0%).
Berdasarkan hasil statistic didapatkan data bahwa sebagian responden memilki
pengetahuan cukup tentang standar operasional prosedur pemasangan infuse.
Untuk responden yang memiliki pengetahuan baik hanya 23 orang (30,3%).
Padahal dalam melaksanakan tugas keperawatan, perawat dituntut untuk
mempunyai pengetahuan yang baik dalam hal keperawatan. Kurangnya responden
yang memiliki pengetahuan baik tentang standar operasional prosedur
pemasangan infuse disebabkan karena kurangnya terpapar informasi tentang apa
itu standar operasional prosedur, tujuannya dan manfaatnya sehingga perawat
menganggap standar operasional prosedur tidak penting bagi terlaksananya
pekerjaan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga standar
operasional prosedur yang ada di ruangan hanya sekedar arsip saja yang
tersimpan rapi di lemari, selain itu juga perawat yang bertugas di ruang rawat inap
lebih berfokus terhadap menjalankan instruksi medis, sedangkan kesadaran
perawat tentang pentingnya membaca isi dokumen standar operasional prosedur
masih kurang.
Standar operasional prosedur seharusnya mudah untuk dilihat dan dibaca oleh
perawat setiap hari, khususnya standar operasional prosedur tindakan yang sering
dilakukan di masing-masing ruangan. Maka standar operasional prosedur
seharusnya ditempelkan ditempat-tempat yang mudah dilihat dan dibaca oleh
perawat.
Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Selain kurang terpaparnya informasi tentang standar operasional prosedur
pemasangan infuse, kurangnya responden yang memiliki pengetahuan baik,
disebabkan karena kurangnya sosialisasi dari tim INOK (infeksi nosokomial)
tentang pentingnya tindakan cuci tangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar
(1995) bahwa kurangnya informasi yang simultan tentang suatu objek cenderung
mengakibatkan kurangnya pengetahuan tentang objek tersebut. Sedangkan yang
disebabkan dari pihak rumah sakit adalah jarang atau kurangnya mengadakan
pelatihan secara khusus tentang pentingnya keterampilan pemasangan infuse.
Notoatmojo (2003) mengungkapkan bahwa pengetahuan dapat diperoleh
diantaranya melalui pendidikan formal, non formal, pengalaman dan media masa.
Pengetahuan atau kognitif merupan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang.
c. Gambaran sikap perawat tentang standar operasional prosedur
pemasangan infuse di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo
Kabupaten Lebak.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 76 responden
didapatkan bahwa perawat pelaksana sebagian 22 orang (28,9%) masih
memiliki sikap yang negatif terhadap standar operasional prosedur
pemasangan infus. Hal yang dapat mempengaruhi sikap negative perawat
dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infuse
diantaranya ketidakpedulian atau acuh, perawat sebenarnya mengetahui
pentingnya tindakan cuci tangan tapi karena sikap acuh atau cueknya
tersebut yang menjadikan perawat itu memiliki sikap negative. Selain itu
juga disebabkan oleh ketidaktahuan perawat tentang isi dokumen standar
operasional prosedur pemasangan infuse.
Dalam kehidupan sehari-hari sikap merupakan reaksi yang bersifat
emosional. Sikap adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable)
maupun perasaan tidak memihak (unfavorable) pada suatu objek. (Azwar,
1995).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seorang
terhadap stimulus atau objek (Notoatmojo, 2007). Sikap belum merupakan
suatu tindakan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau kepatuhan.
Sikap juga dikatakan sebagai suatu respon evaluative, yang berarti bahwa
bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh
proses evaluasi dalam diri individu yang memberiap kesimpulan terhadap
stimulus dalam bentuk nilai-nilai baik, positif- negative, menyenangkan-
tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi
terhadap suatu objek.
d. Gambaran motivasi perawat tentang standar operasional prosedur
pemasangan infuse di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo
Kabupaten Lebak.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 76 responden ,
masih ada sebagian kecil perawat pelaksana (19,7%) yang memiliki
motivasi kurang baik terhadap standar operasional prosedur pemasangan
infuse. Faktor yang menyebabkan kurangnya motivasi perawat dalam
melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infuse
diantaranya disebabkan oleh imbalan jasa atau insentif, perawat mau
melaksanakan perawatan dan pemasangan infuse karena motivasinya ingin
mendapat imbalan atau jasa yang besar, kurangnya pengawasan oleh
kepala ruangan atau perawat supervise. Selain itu juga karena ingin dipuji.
Perawat melakukan tindakan pemasangan infuse motivasinya karena ingin
dipuji oleh kepala ruangan bukan karena ingin meningkatkan pengetahuan
atau keterampilan tentang standar operasional prosedur pemasangan
infuse.
Menurut Widyatun (2002) ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi
yaitu; faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah motivasi
yang berasal dari dalam diri sendiri, bisanya timbul dari perilaku yang
dapat memenuhi kebutuhan sehingga manusia menjadi puas.
Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu saja, tetapi ada
kebutuhan yang mendasari munculnya motivasi tersebut.sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang datang dari luar berasal dari lingkungan,
dukungan social dan media.
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan antara pengetahuan perawat terhadap kepatuhan melaksanakan
standar operasional prosedur pemasangan infuse di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak bahwa ketidakpatuhan perawat dalam
melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infuse lebih banyak
terjadi (94,0%) pada kelompok perawat yang berpengetahuan kurang baik dan
cukup dibandingkan dengan perawat yang berpengetahuan baik tidak terdapat
yang tidak patuh dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan
infuse.
Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi squere di dapatkan nilai p
value : 0,000 berarti p< α dimana nilai α : 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
H0 ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan kepatuhan dalam melaksanakan SOP pemasangan infus. Artinya bahwa
tingkat pengetahuan perawat dapat mempengaruhi kepatuhan dalam
melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infuse, karena semakin
baik pengetahuan mengenai standar operasional prosedur pemasangan infuse
maka setiap melaksanakan tindakan pemasangan infuse akan melaksanakan
prinsip-prinsip utama pemasangan infuse. Jadi semakin baik tingkat pengetahuan
seseorang maka akan memiliki sikap yang positif.
Menurut Notoatmojo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penggolongan pengetahuan termasuk dalam faktor predisposisi, yaitu untuk dapat
melakukan sesuatu (mengadopsi prilaku) seseorang harus tahu terlebih dahulu
mengenai arti dan manfaatnya berperilaku tersebut, dan pengaruh pengetahuan ini
bisa mendorong terhadap suatu tindakan tergantung dari apa yang dilakukan.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang didasari
pengetahuan umumnya bersifat langgeng.
Maka hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo sesuai dengan teori
bahwa perawat yang mempunyai pengetahuan baik akan patuh terhadap aturan
yang berlaku, termasuk aturan mengenai protap pemasangan infuse.
b. Hubungan antara sikap perawat terhadap kepatuhan melaksanakan standar
operasional prosedur pemasangan infuse di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak bahwa ketidakpatuhan perawat dalam
melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infuse lebih banyak
terjadi (68,0%) pada kelompok perawat yang memiliki sikap negative,
dibandingkan dengan perawat yang memiliki sikap positif hanya (14,8%) yang
tidak patuh dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infuse.
Nilai OR yang diperoleh sebesar 12,32 yang berarti bahwa perawat pelaksana
memiliki sikap tidak setuju terhadap standar operasional prosedur pemasangan
infuse memiliki resiko 12 kali lebih besar yang tidak patuh melaksanakan standar
operasional prosedur pemasangan infus, bila dibandingkan dengan perawat
pelaksana yang memiliki sikap setuju terhadap standar operasional prosednur
pemasangan infus.
Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi squere di dapatkan nilai p
value : 0,000 berarti p< α dimana nilai α : 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
Ho ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara sikap dengan
kepatuhan dalam melaksanakan SOP pemasangan infus.
Sikap adalah kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek ,
dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau
tidak menyenangi suatu objek (Azwar,1995). Dengan kata lain sikap seseorang
terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung maupun tidak mendukung atau
memihak atau tidak memihak pada objek tersebut.
Sikap merupakan cikal bakal dari sebuah perilaku, karena sikap merupakan
kecenderungan seseorang untuk berperilaku. Jadi ada kesejajaran antara sikap
dengan perilaku. Dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak faktor yang
menyebabkan perilaku responden kurang baik diantaranya pengetahuan dan sikap.
Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmojo (2003) apabila perilaku didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap maka perilaku tersebut akan bersifat langgang
(long lasting) begitu pula sebaliknya.
Maka hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo sesuai dengan teori
bahwa perawat yang mempunyai sikap positif akan patuh terhadap aturan yang
berlaku, termasuk aturan mengenai protap pemasangan infuse.
c. Hubungan antara motivasi perawat terhadap kepatuhan melaksanakan standar
operasional prosedur pemasangan infuse di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak bahwa ketidakpatuhan perawat dalam
melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infuse lebih banyak
terjadi (60,0%) pada kelompok perawat yang memiliki motivasi yang kurang
baik, dibandingkan dengan perawat yang memiliki motivasi baik yaitu hanya
(23,0%) yang tidak patuh dalam melaksanakan standar operasional prosedur
pemasangan infuse.
Nilai OR yang diperoleh sebesar 5,036 yang berarti bahwa perawat pelaksana
memiliki motivasi kurang baik terhadap standar operasional prosedur pemasangan
infus memiliki resiko 5 kali lebih besar yang tidak patuh melaksanakan standar
operasional prosedur pemasangan infus, bila dibandingkan dengan perawat
pelaksana yang memiliki motivasi yang baik terhadap standar operasional
prosedur pemasangan infus.
Dari hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji chi squere di dapatkan nilai p
value : 0,013 berarti p< α dimana nilai α : 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
Ho ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara motivasi dengan
kepatuhan dalam melaksanakan SOP pemasangan infus. Artinya bahwa tingkat
motivasi perawat dapat mempengaruhi kepatuhan dalam melaksanakan standar
operasional prosedur pemasangan infuse, karena semakin baik motivasi yang
dimiliki mengenai standar operasional prosedur pemasangan infuse maka setiap
melaksanakan tindakan pemasangan infuse akan melaksanakan prinsip-prinsip
utama pemasangan infuse
Motivasi adalah dorongan penggerak untuk mencapai tujuan tertentu, baik
disadari maupun tidak disadari. Motivasi dapat timbul dalam diri individu atau
datang dari lingkungan. Motivasi yang terbaik adalah motivasi yang datang dari
dalam diri sendiri (motivasi intrinsic), bukan pengaruh lingkungan. (Sunaryo,
2004). Sedangkan motif adalah energy dasar yang terdapat dalam diri individu
dan menentukan perilaku. Motif sebagai pendorong pada umumnya tidak berdiri
sendiri, tetapi saling kait mengkait dengan faktor lain, hal yang dapat
mempengaruhi motif disebut motivasi. Kalau orang ingin mengetahui mengapa
orang tersebut berbuat arau berperilaku kea rah sesuatu seperti yang dikarjakan,
maka orang tersebut akan terkait dengan motivasi atau perilaku yang termotivasi
(motivated behavior) (Sunaryo,2004).
Maka hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo sesuai dengan teori
bahwa perawat yang mempunyai motivasi yang baik akan patuh terhadap aturan
yang berlaku, termasuk aturan mengenai standar operasional prosedur
pemasangan infuse.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan sebagai berikut;
1. Gambaran kepatuhan perawat terhadap standar operasional prosedur pemasangan
infuse di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak diperoleh hasil
bahwa sebagian besar 69,7% patuh dalam melaksanakan standar operasional prosedur
pemasangan infus
2. Gambaran pengetahuan perawat terhadap standar operasional prosedur pemasangan
infuse di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak diperoleh hasil
bahwa sebagian responden mempunyai pengetahuan cukup 48,7% dalam melaksanakan
standar operasional prosedur pemasangan infus
3. Gambaran sikap perawat terhadap standar operasional prosedur pemasangan infuse di
Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak diperoleh hasil bahwa
sebagian besar 71,1% mempunyai sikap yang positif dalam melaksanakan standar
operasional prosedur pemasangan infus
4. Gambaran motivasi perawat terhadap standar operasional prosedur pemasangan infuse
di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak diperoleh hasil bahwa
sebagian besar 80,3%% memiliki motivasi yang baik dalam melaksanakan standar
operasional prosedur pemasangan infus
5. Hasil uji statistic menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan kepatuhan dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus
6. Hasil uji statistic menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan
kepatuhan dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus
7. Hasil uji statistic menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi dengan
kepatuhan dalam melaksanakan standar operasional prosedur pemasangan infus
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo, disarankan antara lain;
Meningkatkan pengetahuan dan sikap perawat mengenai standar operasional prosedur
pemasangan infuse melalui kegiatan pelatihan dan sosialisasi tentang SOP tindakan
keperawatan serta sosialisasi tentang INOK
Meningkatkan motivasi perawat untuk berlomba secara positif dalam meningkatkan
pelayanan kepada pasien semaksimal mungkin, seperti memberikan kesempatan
untuk meningkatkan jenjang pendidikan
Meningkatkan kompetensi perawat dengan mengadakan evalusi semesteran tentang
pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan tindakan keperawatan.
Melengkapi sarana prasarana yang kurang seperti pengalas, perlak, bengkok,
tourniquet, handscoon steril dan gunting
Meningkatkan seleksi penerimaan calon perawat baru dalam hal pengetahuan,
keterampilan, sikap dan motivasi, melalui uji pengetahuan uji keterampilan dan test
psikologi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
3. Nn
4.
5.
6.
7. m
C.