Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
46
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Pembuatan Simplisia Kering P. Americana dan A. Squamosa
Simplisia kering dibuat dengan mengumpulkan daun segarP. americana dan
A. squamosa dari daerah Pasuruan, Jawa Timur. Daun segar P. americana yang
terkumpul sebanyak 1,5 kg. Daun segar kemudian dibersihkan dan dikeringkan
dengan cara diangin-anginkan pada ruangan dengan ventilasi cukup dan terhindar
dari cahaya matahari langsung. Dari proses ini dihasilkan simplisia kering P.
americana sebanyak 1 kg dan simplisia kerimg A. squamosa sebanyak 1,5 kg.
Setelah simplisia kering terkumpul, simplisia kemudian dihaluskan
menggunakan tenaga mekanik atau blender hingga terbentuk serbuk. Serbuk
P.americana yang dihasilkan sebanyak 750 g. Simplisia kering ini akan digunakan
pada proses ekstraksi dengan metode maserasi. Simplisia P.americana yang
digunakan sebesar 500 g dan A. squamosa sebesar 1,5 kg.
5.2 Hasil Ekstraksi Simplisia Kering P. americanadan A. squamosa
5.2.1 Hasil Ekstraksi Simplisia Kering Daun P. americana
Proses ekstraksi dilakukan dengan merendam 500 g simplisia kering P.
americanayang didapatkan sebelumnya. Simplisia kering ditempatkan dalam
bejana rendam dan direndam dengan etanol 96% sebanyak 2 L selama 24 jam.
Setelah 24 jam akan dihasilkan filtrat dan residu. Residu disaring dengan corong
Buchner dan filtrat dikumpulkan. Residu kembali direndam dengan etanol 96 % 1,5
L selama 24 jam, langkah ini diulang 2x untuk menghasilkan hasil yang maksimal.
Filtrat yang dihasilkan kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator dengan
tekanan 145 mbar dan kecepatan rotasi 90 rpm dan suhu bath 40˚C untuk
memisahkan ekstrak kental dan pelarut etanol. Ekstrak yang dihasilkan kembali
diuapkan dengam waterbath untuk dihasilkan konsistensi ekstrak yang lebih baik
dan menguapkan sisa pelarut yang tidak terpisah selama pemekatan dengan rotary
evporator. Dari keseluruhan proses ini dihasilkan ekstrak kental sebanyak 92,6
47
gram. Berdasar hasil ekstrak yang didapatkan, dapat dihitung prosentase rendemen
ekstrak daun P.americana sebagai berikut :
Rendemen = (berat total ekstrak : berat simplisia) x 100%
Rendemen = (92,62 : 500) x 100%
Rendemen = 18,52 %
Gambar 5.1 Ekstrak Kental P. americana
Tabel 5.1 Hasil pembuatan ekstrak daun P.americana dan A. squamosa
Ekstrak Berat serbuk
yang ditimbang
Berat ekstrak
yang diperoleh
% randemen
P. americana 500 g 92,62 g 18,52%
A. squamosa 1500 g 193,41 g 12,89 %
5.2.2 Hasil Ekstraksi Simplisia Kering Daun A. squamosa
Sebanyak 1500 gram serbuk simplisia kering daun A. squamosa direndam
dengan etanol 96% sebanyak 6 L dalam bejana rendam selama 24 jam. Setelah 24 jam
akan dihasilkan filtrat dan residu. Residu disaring dengan corong Buchner dan filtrat
dikumpulkan. Residu kembali direndam dengan etanol 96% 3 L selama 24 jam,
langkah ini diulang 2x untuk menghasilkan hasil yang maksimal. Filtrat yang
dihasilkan kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator dengan tekanan 145 mbar
48
dan kecepatan rotasi 90 rpm dan suhu bath 40˚C untuk memisahkan ekstrak kental dan
pelarut etanol. Ekstrak yang dihasilkan kembali diuapkandengan waterbath untuk
dihasilkan konsistensi ekstrak yang lebih baik dan menguapkan sisa pelarut yang tidak
terpisah selama pemekatan dengan rotary evporator. Dari keseluruhan proses ini
dihasilkan ekstrak kental sebanyak 193,41 gram. Berdasar hasil ekstrak yang
didapatkan, dapat dihitung presentase rendemen ekstrak daun A. squamosa sebagai
berikut :
Rendemen = (berat ekstrak total : berat simplisia) x 100%
Rendemen = (193,41 : 1500) x 100%
Rendemen = 12,89%
Gambar 5.2 Ekstrak kental A. squamosa
5.3 Penentuan Komposisi Eluen
Penentuan komposisi eluen ditujukan untuk mendapatkan komposisi eluen
terbaik yang akan digunakan pada skrining fitokimia dengan menggunakan metode
KLT. Komposisi eluen yang digunakan adalah n-heksan dan etil asetat. N-heksan
memiliki sifat non-polar yang dapat menarik senyawa bersifat non-polar sedangkan etil
asetat memiliki sifat intermediete polar yang dapat menarik senyawa non-polar hingga
semi polar seperti flavonoid. Kombinasi dua eluen diharapkan dapat meningkatkan
49
hasil dari pemisahan noda oleh kedua eluen (Wilson, 2009). Perbandingan eluen yang
digunakan adalah n-heksan : etil asetat 2 : 8, 8 : 2, 5 : 5, 4 : 6.
Penentuan komposisi eluen dilakukan dengan proses optimasi dimana masing-
masing ekstrak dieluasi dengan keempat perbandingan eluen tersebut. Dari proses
tersebut dihasilkan pemisahan noda terbaik pada eluen dengan perbandingan n-heksan
: etil asetat (4 : 6). Dari hasil tersebut maka perbandingan n-heksan : etil asetat ( 4 : 6)
ditentukan sebagai eluen yang digunakan pada proses skrining fitokimia.
Gambar 5.3 Hasil pemisahan noda ekstrak A. squamosamenggunakan eluen n-
heksan : etil asetat ( 4 : 6). a. tampak visual (sinar tampak) b. Sinar UV 254 nm c.
Sinar UV 356 nm
Gambar 5.4 Hasil pemisahan noda ekstrak P. americana menggunakan eluen n-
heksan : etil asetat ( 4 : 6). a. tampak visual (sinar tampak) b. Sinar UV 254 nm c.
Sinar UV 356 nm.
.
5.4 Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun P. americana dan A. squamosa
Proses skrining fitokimia ditujukan untuk menguji adanya kandungan senyawa
metabolit flavonoid, triterpenoid, antrakuinon, polifenol / tannin dan alkaloid. Proses
ini dilakukan dengan eluasi masing-masing ekstrak dengan eluen n-heksan : etil asetat
(4 : 6) dan disemprot dengan penampak noda tertentu. Untuk uji alkaloid digunakan
50
reaksi pengendapan. Dari proses skrining fitokimia dihasilkan data yang dapat dilihat
pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Hasil skrining fitokimia ekstrak A.squamosa dan P.americana
Flavonoid Triterpenoid Antrakuinon Polifenol
/tannin
alkaloid
Persea
americana
+ + + - +
Annona
squamosa
+ + + - +
5.4.1 Identifikasi Golongan Senyawa Flavonoid
Identifikasi golongan senyawa flavonoid dilakukan pada ekstrak dilakukan
dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol dan ditotolkan pada fase diam
kiesel gel 254 kemudian dieluasi dengan n-heksan : etil asetat (4 : 6). Pelat yang telah
dieluasi kemudian di beri penampak noda uap amonia. Hasil positif ditunjukkan oleh
penampak noda warna kuning intensif.
Gambar 5.5 Penampak noda warna kuning intensif pada uji senyawa flavonoid
ekstrak daun P.americana.Sebelum diberi penampak noda : a. sinar UV 254 nm, b.
Sinar UV 365 nm. Sesudah diberi penampak noda, c. Sinar UV 365 nm, d. Sinar
tampak (visual).
51
Gambar 5.6 Penampak noda warna kuning intensif pada uji senyawa flavonoid
ekstrak daun A.squamosa Sebelum diberi penampak noda : a. sinar UV 254 nm, b.
Sinar UV 365 nm. Sesudah diberi penampak noda : c. Sinar UV 365 nm, d : sinar
tampak (visual).
5.4.2 Identifikasi Golongan Senyawa Triterpenoid
Identifikasi golongan senyawa triterpenoid dilakukan pada ekstrak dilakukan
dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol dan ditotolkan pada fase diam
kiesel gel 254 kemudian dieluasi dengan n-heksan : etil asetat (4 : 6). Pelat yang telah
dieluasi kemudian di beri penampak noda anisaldehid asam sulfat dan dilakukan
pemanasan. Hasil positif ditunjukkan oleh penampak noda berwarna ungu kemerahan.
Gambar 5.7 Penampak noda warna ungu kemerahan pada uji senyawa triterpenoid
ekstrak daun P.americana.Sebelum diberi penampak noda : a. sinar UV 254 nm, b.
Sinar UV 365 nm. Sesudah diberi penampak noda : c. Sinar UV 365 nm, d : sinar
tampak (visual).
52
Gambar 5.8 Penampak noda warna ungu kemerahan pada uji senyawa triterpenoid
ekstrak daun A.squamosa.Sebelum diberi penampak noda : a. sinar UV 254 nm, b.
Sinar UV 365 nm. Sesudah diberi penampak noda : c. Sinar UV 365 nm, d : sinar
tampak (visual).
5.4.3 Identifikasi Golongan Senyawa Antrakuinon
Identifikasi golongan senyawa antrakuinon dilakukan pada ekstrak dilakukan
dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol dan ditotolkan pada fase diam
kiesel gel 254 kemudian dieluasi dengan n-heksan : etil asetat (4 : 6). Pelat yang telah
dieluasi kemudian di beri penampak noda KOH 10 %. Hasil positif ditunjukkan oleh
penampak noda berwarna kuning.
Gambar 5.9Penampak noda warna kuning pada uji senyawa antrakuinonekstrak daun
P.americana.Sebelum diberi penampak noda : a. sinar UV 254 nm, b. Sinar UV 365
nm. Sesudah diberi penampak noda : c. Sinar UV 365 nm, d : sinar tampak (visual).
53
Gambar 5.10 Penampak noda warna kuning pada uji senyawa antrakuinon ekstrak
daun A.squamosa.Sebelum diberi penampak noda : a. sinar UV 254 nm, b. Sinar UV
365 nm. Sesudah diberi penampak noda : c. Sinar UV 365 nm, d : sinar tampak
(visual).
5.4.4 Identifikasi Golongan Senyawa Alkaloid
Identifikasi golongan senyawa polifenol / tannin dilakukan pada ekstrak
dilakukan dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol pada tabung reaksi
dan diberikan pereaksi mayer dan wagner. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya
pengendapan pada dasar tabung reaksi.
Gambar 5.11Pengendapan pada dasar tabung pada uji senyawa alkaloid ekstrak daun
P.americana. a. larutan diberikan pereaksi Mayer, b. Larutan diberikan pereaksi
wagner.
a b
54
Gambar 5.12pengendapan pada dasar tabung pada uji senyawa alkaloid ekstrak daun
A.squamosa.a. larutan diberikan pereaksi Mayer, b. Larutan diberikan pereaksi wagner.
5.5 Hasil Penimbangan Berat Badan Tikus
Penimbangan berat badan tikus dilakukan tiga kali selama proses penelitian.
Penimbangan pertama dilakukan sebelum induksi pakan aterogenik, penimbangan
kedua dilakukan setelah induksi pakan aterogenik dan penimbangan terakhir dilakukan
sebelum proses pembedahan (setelah perlakuan selesai). Penimbangan berat badan
ditujukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari pemberian pakan
aterogenik dan kombinasi ekstrak daun A.squamosa dan P.americana terhadap berat
badan tikus. Hasil penimbangan berat badan pada setiap kelompok yang diberikan
pakan aterogenik (5 kelompok) menunjukkan terdapat peningkatan berat badan tikus
setelah induksi pakan aterogenik. Data peningkatan berat badan masing-masing
kelompok dapat dilihat pada tabel V.3. Peningkatan berat badan ini menunjukkan
bahwa induksi pakan aterogenik tidak saja dapat mempengaruhi kadar TG dari tikus
tetapi juga menyebabkan peningkatan berat badan tikus. Hasil ini didukung dengan
data berat pakan yang dikonsumsi tikus selama 14 hari dimana pakan yang dikonsumsi
tikus memiliki presentase lebih dari 50 %.
Hasil data penimbangan berat badan tikus setelah perlakuan selama 21 hari
menunjukkan pada masing-masing kelompok yang diberikan kombinasi ekstrak P.
a b
55
americanadan A. squamosa terdapat penurunan berat badan tikus. Informasi terkait
data berat badan tikus dapat dilihat pada Tabel 5.3 dan Gambar 5.13 dibawah ini :
Tabel 5.3Data Berat Badan Tikus R.norvegicus
Kelompok
Rata-rata berat badan tikus
Sebelum induksi
pakan aterogenik
(g)
Setelah induksi
pakan
aterogenik (g)
Setelah
perlakuan (g)
K- 215±30 279±40 258±20
K+ 210±13 254±19 245±19
P1 213±24 245±6 238±7
P2 204±28 247±19 240±29
P3 220±16 259±31 258±25
Hewan sehat 225±11 -* 261±49
*tidak terdapat data penimbangan berat badan tikus
Gambar 5.13 Berat Badan Tikus
56
5.6 Pengambilan Sampel Darah Tikus Rattus norvegicus
Pengambilan sampel darah dilakukan pada hari ke 22 setelah masa perlakuan.
Sebelum diambil sampel darah tikus dipuasakan sejak tanggal 21 sore. Pengambilan
sampel diawali dengan pembiusan tikus menggunakan gas kloroform (CHCl3) dan
kemudian dibedah pada bagian abdomen. Pengambilan sampel dilakukan dari sinus
aortic menggunakan spuit merk therumo sebanyak 5 ml. Sampel darah kemudian
dipindahkan ke vacotainer non-EDTA sebanyak dengan volume 3 ml. Proses ini
dilakukan di laboraturium Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Muhammadiyah Malang. Proses pengambilan sampel dapat dilihat pada gambar 5.13.
Gambar 5.14Proses pengambilan sampel darah tikus Rattus norvegicus,a.
pembedahan abdomen, b. pengambilan darah dari sinus aortic, c.pemindahan sampel
darah ke vacotainer, d. Sampel darah siap dianalisis.
5.7 Pengaruh Pemberian Kombinasi Ekstrak P.americana dan A.squamosa
Terhadap Kadar Trigliserida Tikus
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian adalah true experimental post
test only group design sehingga pengaruh pemberian kadar ekstrak P. americana dan
A. squamosa terhadap kadar Trigliserida tikus dapat diamati setelah masa perlakuan
selesai. Hasil kadar Trigliserida didapatkan melalui analisis sampel darah dengan
metode direct dengan autoanalyzer Konelab 20 XT pada panjang gelombang 600 nm.
Hasil analisis kadar Trigliserida dapat dilihat pada Tabel 5.4, Gambar 5.14 dan
Lampiran 7.
a b c d
57
Tabel 5.4Data Kadar Trigliserida Tikus R.norvegicus
No. K + K- P1 P2 P3 Hewan
sehat
1 18 22 9 9 16 15
2 10 22 10 18 16 18
3 - 24 26 11 18 21
4 - - 18 9 16 -
Rata-rata 14 22,66667
15,75
11,75
16,5
18
SD 5,656854
1,154701 7,932003
4,272002
1
3
Gambar 5.15 Kadar Trigliserida Tikus R.norvegicus
Keterangan :
K+ (kontrol positif) : hewan coba diberikan simvastatin
K- (kontrol negatif) : hewan coba diberikan CMC-Na 0,5%
P1 (perlakuan 1) : hewan coba diberikan A.squamosa :P.americana 125
mg/kgBB : 125 mg/kgBB (1 : 1)
0
5
10
15
20
25
30
K + K- P1 P2 P3 Hewan sehat
Kad
ar T
rigl
isir
ida
(mg/
dl)
KELOMPOK UJI
58
P2 (perlakuan 2) : hewan coba diberikan A.squamosa :P.americana 125
mg/kgBB : 250 mg/kgBB (1 : 2)
P3 (perlakuan 3) : hewan coba diberikan A.squamosa :P.americana 250
mg/kgBB : 125 mg/kgBB (2 : 1)
Berdasarkan data yang tersaji diatas, kelompok kontrol positif (K+) memiliki
kadar Trigliserida sebesar 18 mg/dl , kelompok kontrol negatif (K-) memiliki kadar
Trigliserida sebesar 22 mg/dl, kelompok perlakuan dosis P1 memiliki kadar
Trigliserida sebesar 21 mg/dl, kelompok perlakuan dosis P2 memiliki kadar
Trigliserida sebesar 23 mg/dl, kelompok perlakuan dosis P1 memiliki kadar
Trigliserida sebesar 17 mg/dl, dan kelompok hewan sehat memiliki kadar Triglisirida
sebesar 16 mg/dl.
Dari data diatas, kelompok kontrol negatif memiliki kadar Trigliserida lebih
tinggi dibandingkan kelompok kontrol positif. Kelompok perlakuan P2 memiliki kadar
Trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol negatif dan kelompok
perlakuan lainnya. Kelompok perlakuan P1 dan P3 memiliki kadar Trigliserida lebih
rendah dibandingkan kelompok kontrol negatif. Dari data tersebut, kelompok
perlakuan P2 dapat menaikkan kadar Trigliserida 1 mg/dl dibandingkan kelompok
kontrol negatif. Untuk analisis lebih lanjut maka dilakukan uji statistik one way anova.
5.8 Analisis Statistik Data
Uji statistik dilakukan menggunakan software SPSS versi 18.0 for windows.
Dikarenakan teradapat lebih dari dua variabel numerik yang lebih dari dua kelompok
(P1, P2, P3) maka digunakan metode analisis one way anova. Analisis diawali dengan
uji homogenitas. Berdasarkanhasil uji homogenitas nilai signifikasi yang dihasilkan
adalah 0,252 dimana nilai signifikasi ini lebih dari 0,05 (sig > 0,05). Hasil tersebut
menandakan data yang ada telah homogen.
Setelah dilakukan uji homogenitas maka dilanjutkan uji one way anova. Hasil uji
one way anova menunjukkan nilai signifikasi 0,02 dimana nilai tersebut kurang dari
0,05 ( p < 0,05). Hasil tersebut menandakan terdapat perbedaan bermakna sehingga
analisis dilanjutkan menggunakan post hoc test. Hasil post hoc test menunjukkan
59
terdapat perbedaan signifikan antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok P3
dimana nilai signifikasi 0,02 (p < 0,05). Hasil post hoc test untuk perlakuan P2 dan P3
tidak menunjukkan adanyak perbedaan signifikan dengan kelompok kontrol negatif
dimana nilai signifikasi P1 0,547 dan P2 0,632. Nilai signifikasi P1 dan P3 lebih dari
0,05 ( p > 0,05) sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan.