14
46 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Pembuatan Simplisia Kering P. Americana dan A. Squamosa Simplisia kering dibuat dengan mengumpulkan daun segar P. americana dan A. squamosa dari daerah Pasuruan, Jawa Timur. Daun segar P. americana yang terkumpul sebanyak 1,5 kg. Daun segar kemudian dibersihkan dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada ruangan dengan ventilasi cukup dan terhindar dari cahaya matahari langsung. Dari proses ini dihasilkan simplisia kering P. americana sebanyak 1 kg dan simplisia kerimg A. squamosa sebanyak 1,5 kg. Setelah simplisia kering terkumpul, simplisia kemudian dihaluskan menggunakan tenaga mekanik atau blender hingga terbentuk serbuk. Serbuk P.americana yang dihasilkan sebanyak 750 g. Simplisia kering ini akan digunakan pada proses ekstraksi dengan metode maserasi. Simplisia P.americana yang digunakan sebesar 500 g dan A. squamosa sebesar 1,5 kg. 5.2 Hasil Ekstraksi Simplisia Kering P. americanadan A. squamosa 5.2.1 Hasil Ekstraksi Simplisia Kering Daun P. americana Proses ekstraksi dilakukan dengan merendam 500 g simplisia kering P. americanayang didapatkan sebelumnya. Simplisia kering ditempatkan dalam bejana rendam dan direndam dengan etanol 96% sebanyak 2 L selama 24 jam. Setelah 24 jam akan dihasilkan filtrat dan residu. Residu disaring dengan corong Buchner dan filtrat dikumpulkan. Residu kembali direndam dengan etanol 96 % 1,5 L selama 24 jam, langkah ini diulang 2x untuk menghasilkan hasil yang maksimal. Filtrat yang dihasilkan kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator dengan tekanan 145 mbar dan kecepatan rotasi 90 rpm dan suhu bath 40˚C untuk memisahkan ekstrak kental dan pelarut etanol. Ekstrak yang dihasilkan kembali diuapkan dengam waterbath untuk dihasilkan konsistensi ekstrak yang lebih baik dan menguapkan sisa pelarut yang tidak terpisah selama pemekatan dengan rotary evporator. Dari keseluruhan proses ini dihasilkan ekstrak kental sebanyak 92,6

BAB V HASIL PENELITIANeprints.umm.ac.id/43008/6/BAB V.pdf · dilakukan dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol pada tabung reaksi dan diberikan pereaksi mayer dan wagner

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB V HASIL PENELITIANeprints.umm.ac.id/43008/6/BAB V.pdf · dilakukan dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol pada tabung reaksi dan diberikan pereaksi mayer dan wagner

46

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Pembuatan Simplisia Kering P. Americana dan A. Squamosa

Simplisia kering dibuat dengan mengumpulkan daun segarP. americana dan

A. squamosa dari daerah Pasuruan, Jawa Timur. Daun segar P. americana yang

terkumpul sebanyak 1,5 kg. Daun segar kemudian dibersihkan dan dikeringkan

dengan cara diangin-anginkan pada ruangan dengan ventilasi cukup dan terhindar

dari cahaya matahari langsung. Dari proses ini dihasilkan simplisia kering P.

americana sebanyak 1 kg dan simplisia kerimg A. squamosa sebanyak 1,5 kg.

Setelah simplisia kering terkumpul, simplisia kemudian dihaluskan

menggunakan tenaga mekanik atau blender hingga terbentuk serbuk. Serbuk

P.americana yang dihasilkan sebanyak 750 g. Simplisia kering ini akan digunakan

pada proses ekstraksi dengan metode maserasi. Simplisia P.americana yang

digunakan sebesar 500 g dan A. squamosa sebesar 1,5 kg.

5.2 Hasil Ekstraksi Simplisia Kering P. americanadan A. squamosa

5.2.1 Hasil Ekstraksi Simplisia Kering Daun P. americana

Proses ekstraksi dilakukan dengan merendam 500 g simplisia kering P.

americanayang didapatkan sebelumnya. Simplisia kering ditempatkan dalam

bejana rendam dan direndam dengan etanol 96% sebanyak 2 L selama 24 jam.

Setelah 24 jam akan dihasilkan filtrat dan residu. Residu disaring dengan corong

Buchner dan filtrat dikumpulkan. Residu kembali direndam dengan etanol 96 % 1,5

L selama 24 jam, langkah ini diulang 2x untuk menghasilkan hasil yang maksimal.

Filtrat yang dihasilkan kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator dengan

tekanan 145 mbar dan kecepatan rotasi 90 rpm dan suhu bath 40˚C untuk

memisahkan ekstrak kental dan pelarut etanol. Ekstrak yang dihasilkan kembali

diuapkan dengam waterbath untuk dihasilkan konsistensi ekstrak yang lebih baik

dan menguapkan sisa pelarut yang tidak terpisah selama pemekatan dengan rotary

evporator. Dari keseluruhan proses ini dihasilkan ekstrak kental sebanyak 92,6

Page 2: BAB V HASIL PENELITIANeprints.umm.ac.id/43008/6/BAB V.pdf · dilakukan dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol pada tabung reaksi dan diberikan pereaksi mayer dan wagner

47

gram. Berdasar hasil ekstrak yang didapatkan, dapat dihitung prosentase rendemen

ekstrak daun P.americana sebagai berikut :

Rendemen = (berat total ekstrak : berat simplisia) x 100%

Rendemen = (92,62 : 500) x 100%

Rendemen = 18,52 %

Gambar 5.1 Ekstrak Kental P. americana

Tabel 5.1 Hasil pembuatan ekstrak daun P.americana dan A. squamosa

Ekstrak Berat serbuk

yang ditimbang

Berat ekstrak

yang diperoleh

% randemen

P. americana 500 g 92,62 g 18,52%

A. squamosa 1500 g 193,41 g 12,89 %

5.2.2 Hasil Ekstraksi Simplisia Kering Daun A. squamosa

Sebanyak 1500 gram serbuk simplisia kering daun A. squamosa direndam

dengan etanol 96% sebanyak 6 L dalam bejana rendam selama 24 jam. Setelah 24 jam

akan dihasilkan filtrat dan residu. Residu disaring dengan corong Buchner dan filtrat

dikumpulkan. Residu kembali direndam dengan etanol 96% 3 L selama 24 jam,

langkah ini diulang 2x untuk menghasilkan hasil yang maksimal. Filtrat yang

dihasilkan kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator dengan tekanan 145 mbar

Page 3: BAB V HASIL PENELITIANeprints.umm.ac.id/43008/6/BAB V.pdf · dilakukan dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol pada tabung reaksi dan diberikan pereaksi mayer dan wagner

48

dan kecepatan rotasi 90 rpm dan suhu bath 40˚C untuk memisahkan ekstrak kental dan

pelarut etanol. Ekstrak yang dihasilkan kembali diuapkandengan waterbath untuk

dihasilkan konsistensi ekstrak yang lebih baik dan menguapkan sisa pelarut yang tidak

terpisah selama pemekatan dengan rotary evporator. Dari keseluruhan proses ini

dihasilkan ekstrak kental sebanyak 193,41 gram. Berdasar hasil ekstrak yang

didapatkan, dapat dihitung presentase rendemen ekstrak daun A. squamosa sebagai

berikut :

Rendemen = (berat ekstrak total : berat simplisia) x 100%

Rendemen = (193,41 : 1500) x 100%

Rendemen = 12,89%

Gambar 5.2 Ekstrak kental A. squamosa

5.3 Penentuan Komposisi Eluen

Penentuan komposisi eluen ditujukan untuk mendapatkan komposisi eluen

terbaik yang akan digunakan pada skrining fitokimia dengan menggunakan metode

KLT. Komposisi eluen yang digunakan adalah n-heksan dan etil asetat. N-heksan

memiliki sifat non-polar yang dapat menarik senyawa bersifat non-polar sedangkan etil

asetat memiliki sifat intermediete polar yang dapat menarik senyawa non-polar hingga

semi polar seperti flavonoid. Kombinasi dua eluen diharapkan dapat meningkatkan

Page 4: BAB V HASIL PENELITIANeprints.umm.ac.id/43008/6/BAB V.pdf · dilakukan dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol pada tabung reaksi dan diberikan pereaksi mayer dan wagner

49

hasil dari pemisahan noda oleh kedua eluen (Wilson, 2009). Perbandingan eluen yang

digunakan adalah n-heksan : etil asetat 2 : 8, 8 : 2, 5 : 5, 4 : 6.

Penentuan komposisi eluen dilakukan dengan proses optimasi dimana masing-

masing ekstrak dieluasi dengan keempat perbandingan eluen tersebut. Dari proses

tersebut dihasilkan pemisahan noda terbaik pada eluen dengan perbandingan n-heksan

: etil asetat (4 : 6). Dari hasil tersebut maka perbandingan n-heksan : etil asetat ( 4 : 6)

ditentukan sebagai eluen yang digunakan pada proses skrining fitokimia.

Gambar 5.3 Hasil pemisahan noda ekstrak A. squamosamenggunakan eluen n-

heksan : etil asetat ( 4 : 6). a. tampak visual (sinar tampak) b. Sinar UV 254 nm c.

Sinar UV 356 nm

Gambar 5.4 Hasil pemisahan noda ekstrak P. americana menggunakan eluen n-

heksan : etil asetat ( 4 : 6). a. tampak visual (sinar tampak) b. Sinar UV 254 nm c.

Sinar UV 356 nm.

.

5.4 Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun P. americana dan A. squamosa

Proses skrining fitokimia ditujukan untuk menguji adanya kandungan senyawa

metabolit flavonoid, triterpenoid, antrakuinon, polifenol / tannin dan alkaloid. Proses

ini dilakukan dengan eluasi masing-masing ekstrak dengan eluen n-heksan : etil asetat

(4 : 6) dan disemprot dengan penampak noda tertentu. Untuk uji alkaloid digunakan

Page 5: BAB V HASIL PENELITIANeprints.umm.ac.id/43008/6/BAB V.pdf · dilakukan dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol pada tabung reaksi dan diberikan pereaksi mayer dan wagner

50

reaksi pengendapan. Dari proses skrining fitokimia dihasilkan data yang dapat dilihat

pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Hasil skrining fitokimia ekstrak A.squamosa dan P.americana

Flavonoid Triterpenoid Antrakuinon Polifenol

/tannin

alkaloid

Persea

americana

+ + + - +

Annona

squamosa

+ + + - +

5.4.1 Identifikasi Golongan Senyawa Flavonoid

Identifikasi golongan senyawa flavonoid dilakukan pada ekstrak dilakukan

dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol dan ditotolkan pada fase diam

kiesel gel 254 kemudian dieluasi dengan n-heksan : etil asetat (4 : 6). Pelat yang telah

dieluasi kemudian di beri penampak noda uap amonia. Hasil positif ditunjukkan oleh

penampak noda warna kuning intensif.

Gambar 5.5 Penampak noda warna kuning intensif pada uji senyawa flavonoid

ekstrak daun P.americana.Sebelum diberi penampak noda : a. sinar UV 254 nm, b.

Sinar UV 365 nm. Sesudah diberi penampak noda, c. Sinar UV 365 nm, d. Sinar

tampak (visual).

Page 6: BAB V HASIL PENELITIANeprints.umm.ac.id/43008/6/BAB V.pdf · dilakukan dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol pada tabung reaksi dan diberikan pereaksi mayer dan wagner

51

Gambar 5.6 Penampak noda warna kuning intensif pada uji senyawa flavonoid

ekstrak daun A.squamosa Sebelum diberi penampak noda : a. sinar UV 254 nm, b.

Sinar UV 365 nm. Sesudah diberi penampak noda : c. Sinar UV 365 nm, d : sinar

tampak (visual).

5.4.2 Identifikasi Golongan Senyawa Triterpenoid

Identifikasi golongan senyawa triterpenoid dilakukan pada ekstrak dilakukan

dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol dan ditotolkan pada fase diam

kiesel gel 254 kemudian dieluasi dengan n-heksan : etil asetat (4 : 6). Pelat yang telah

dieluasi kemudian di beri penampak noda anisaldehid asam sulfat dan dilakukan

pemanasan. Hasil positif ditunjukkan oleh penampak noda berwarna ungu kemerahan.

Gambar 5.7 Penampak noda warna ungu kemerahan pada uji senyawa triterpenoid

ekstrak daun P.americana.Sebelum diberi penampak noda : a. sinar UV 254 nm, b.

Sinar UV 365 nm. Sesudah diberi penampak noda : c. Sinar UV 365 nm, d : sinar

tampak (visual).

Page 7: BAB V HASIL PENELITIANeprints.umm.ac.id/43008/6/BAB V.pdf · dilakukan dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol pada tabung reaksi dan diberikan pereaksi mayer dan wagner

52

Gambar 5.8 Penampak noda warna ungu kemerahan pada uji senyawa triterpenoid

ekstrak daun A.squamosa.Sebelum diberi penampak noda : a. sinar UV 254 nm, b.

Sinar UV 365 nm. Sesudah diberi penampak noda : c. Sinar UV 365 nm, d : sinar

tampak (visual).

5.4.3 Identifikasi Golongan Senyawa Antrakuinon

Identifikasi golongan senyawa antrakuinon dilakukan pada ekstrak dilakukan

dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol dan ditotolkan pada fase diam

kiesel gel 254 kemudian dieluasi dengan n-heksan : etil asetat (4 : 6). Pelat yang telah

dieluasi kemudian di beri penampak noda KOH 10 %. Hasil positif ditunjukkan oleh

penampak noda berwarna kuning.

Gambar 5.9Penampak noda warna kuning pada uji senyawa antrakuinonekstrak daun

P.americana.Sebelum diberi penampak noda : a. sinar UV 254 nm, b. Sinar UV 365

nm. Sesudah diberi penampak noda : c. Sinar UV 365 nm, d : sinar tampak (visual).

Page 8: BAB V HASIL PENELITIANeprints.umm.ac.id/43008/6/BAB V.pdf · dilakukan dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol pada tabung reaksi dan diberikan pereaksi mayer dan wagner

53

Gambar 5.10 Penampak noda warna kuning pada uji senyawa antrakuinon ekstrak

daun A.squamosa.Sebelum diberi penampak noda : a. sinar UV 254 nm, b. Sinar UV

365 nm. Sesudah diberi penampak noda : c. Sinar UV 365 nm, d : sinar tampak

(visual).

5.4.4 Identifikasi Golongan Senyawa Alkaloid

Identifikasi golongan senyawa polifenol / tannin dilakukan pada ekstrak

dilakukan dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol pada tabung reaksi

dan diberikan pereaksi mayer dan wagner. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya

pengendapan pada dasar tabung reaksi.

Gambar 5.11Pengendapan pada dasar tabung pada uji senyawa alkaloid ekstrak daun

P.americana. a. larutan diberikan pereaksi Mayer, b. Larutan diberikan pereaksi

wagner.

a b

Page 9: BAB V HASIL PENELITIANeprints.umm.ac.id/43008/6/BAB V.pdf · dilakukan dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol pada tabung reaksi dan diberikan pereaksi mayer dan wagner

54

Gambar 5.12pengendapan pada dasar tabung pada uji senyawa alkaloid ekstrak daun

A.squamosa.a. larutan diberikan pereaksi Mayer, b. Larutan diberikan pereaksi wagner.

5.5 Hasil Penimbangan Berat Badan Tikus

Penimbangan berat badan tikus dilakukan tiga kali selama proses penelitian.

Penimbangan pertama dilakukan sebelum induksi pakan aterogenik, penimbangan

kedua dilakukan setelah induksi pakan aterogenik dan penimbangan terakhir dilakukan

sebelum proses pembedahan (setelah perlakuan selesai). Penimbangan berat badan

ditujukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari pemberian pakan

aterogenik dan kombinasi ekstrak daun A.squamosa dan P.americana terhadap berat

badan tikus. Hasil penimbangan berat badan pada setiap kelompok yang diberikan

pakan aterogenik (5 kelompok) menunjukkan terdapat peningkatan berat badan tikus

setelah induksi pakan aterogenik. Data peningkatan berat badan masing-masing

kelompok dapat dilihat pada tabel V.3. Peningkatan berat badan ini menunjukkan

bahwa induksi pakan aterogenik tidak saja dapat mempengaruhi kadar TG dari tikus

tetapi juga menyebabkan peningkatan berat badan tikus. Hasil ini didukung dengan

data berat pakan yang dikonsumsi tikus selama 14 hari dimana pakan yang dikonsumsi

tikus memiliki presentase lebih dari 50 %.

Hasil data penimbangan berat badan tikus setelah perlakuan selama 21 hari

menunjukkan pada masing-masing kelompok yang diberikan kombinasi ekstrak P.

a b

Page 10: BAB V HASIL PENELITIANeprints.umm.ac.id/43008/6/BAB V.pdf · dilakukan dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol pada tabung reaksi dan diberikan pereaksi mayer dan wagner

55

americanadan A. squamosa terdapat penurunan berat badan tikus. Informasi terkait

data berat badan tikus dapat dilihat pada Tabel 5.3 dan Gambar 5.13 dibawah ini :

Tabel 5.3Data Berat Badan Tikus R.norvegicus

Kelompok

Rata-rata berat badan tikus

Sebelum induksi

pakan aterogenik

(g)

Setelah induksi

pakan

aterogenik (g)

Setelah

perlakuan (g)

K- 215±30 279±40 258±20

K+ 210±13 254±19 245±19

P1 213±24 245±6 238±7

P2 204±28 247±19 240±29

P3 220±16 259±31 258±25

Hewan sehat 225±11 -* 261±49

*tidak terdapat data penimbangan berat badan tikus

Gambar 5.13 Berat Badan Tikus

Page 11: BAB V HASIL PENELITIANeprints.umm.ac.id/43008/6/BAB V.pdf · dilakukan dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol pada tabung reaksi dan diberikan pereaksi mayer dan wagner

56

5.6 Pengambilan Sampel Darah Tikus Rattus norvegicus

Pengambilan sampel darah dilakukan pada hari ke 22 setelah masa perlakuan.

Sebelum diambil sampel darah tikus dipuasakan sejak tanggal 21 sore. Pengambilan

sampel diawali dengan pembiusan tikus menggunakan gas kloroform (CHCl3) dan

kemudian dibedah pada bagian abdomen. Pengambilan sampel dilakukan dari sinus

aortic menggunakan spuit merk therumo sebanyak 5 ml. Sampel darah kemudian

dipindahkan ke vacotainer non-EDTA sebanyak dengan volume 3 ml. Proses ini

dilakukan di laboraturium Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas

Muhammadiyah Malang. Proses pengambilan sampel dapat dilihat pada gambar 5.13.

Gambar 5.14Proses pengambilan sampel darah tikus Rattus norvegicus,a.

pembedahan abdomen, b. pengambilan darah dari sinus aortic, c.pemindahan sampel

darah ke vacotainer, d. Sampel darah siap dianalisis.

5.7 Pengaruh Pemberian Kombinasi Ekstrak P.americana dan A.squamosa

Terhadap Kadar Trigliserida Tikus

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian adalah true experimental post

test only group design sehingga pengaruh pemberian kadar ekstrak P. americana dan

A. squamosa terhadap kadar Trigliserida tikus dapat diamati setelah masa perlakuan

selesai. Hasil kadar Trigliserida didapatkan melalui analisis sampel darah dengan

metode direct dengan autoanalyzer Konelab 20 XT pada panjang gelombang 600 nm.

Hasil analisis kadar Trigliserida dapat dilihat pada Tabel 5.4, Gambar 5.14 dan

Lampiran 7.

a b c d

Page 12: BAB V HASIL PENELITIANeprints.umm.ac.id/43008/6/BAB V.pdf · dilakukan dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol pada tabung reaksi dan diberikan pereaksi mayer dan wagner

57

Tabel 5.4Data Kadar Trigliserida Tikus R.norvegicus

No. K + K- P1 P2 P3 Hewan

sehat

1 18 22 9 9 16 15

2 10 22 10 18 16 18

3 - 24 26 11 18 21

4 - - 18 9 16 -

Rata-rata 14 22,66667

15,75

11,75

16,5

18

SD 5,656854

1,154701 7,932003

4,272002

1

3

Gambar 5.15 Kadar Trigliserida Tikus R.norvegicus

Keterangan :

K+ (kontrol positif) : hewan coba diberikan simvastatin

K- (kontrol negatif) : hewan coba diberikan CMC-Na 0,5%

P1 (perlakuan 1) : hewan coba diberikan A.squamosa :P.americana 125

mg/kgBB : 125 mg/kgBB (1 : 1)

0

5

10

15

20

25

30

K + K- P1 P2 P3 Hewan sehat

Kad

ar T

rigl

isir

ida

(mg/

dl)

KELOMPOK UJI

Page 13: BAB V HASIL PENELITIANeprints.umm.ac.id/43008/6/BAB V.pdf · dilakukan dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol pada tabung reaksi dan diberikan pereaksi mayer dan wagner

58

P2 (perlakuan 2) : hewan coba diberikan A.squamosa :P.americana 125

mg/kgBB : 250 mg/kgBB (1 : 2)

P3 (perlakuan 3) : hewan coba diberikan A.squamosa :P.americana 250

mg/kgBB : 125 mg/kgBB (2 : 1)

Berdasarkan data yang tersaji diatas, kelompok kontrol positif (K+) memiliki

kadar Trigliserida sebesar 18 mg/dl , kelompok kontrol negatif (K-) memiliki kadar

Trigliserida sebesar 22 mg/dl, kelompok perlakuan dosis P1 memiliki kadar

Trigliserida sebesar 21 mg/dl, kelompok perlakuan dosis P2 memiliki kadar

Trigliserida sebesar 23 mg/dl, kelompok perlakuan dosis P1 memiliki kadar

Trigliserida sebesar 17 mg/dl, dan kelompok hewan sehat memiliki kadar Triglisirida

sebesar 16 mg/dl.

Dari data diatas, kelompok kontrol negatif memiliki kadar Trigliserida lebih

tinggi dibandingkan kelompok kontrol positif. Kelompok perlakuan P2 memiliki kadar

Trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol negatif dan kelompok

perlakuan lainnya. Kelompok perlakuan P1 dan P3 memiliki kadar Trigliserida lebih

rendah dibandingkan kelompok kontrol negatif. Dari data tersebut, kelompok

perlakuan P2 dapat menaikkan kadar Trigliserida 1 mg/dl dibandingkan kelompok

kontrol negatif. Untuk analisis lebih lanjut maka dilakukan uji statistik one way anova.

5.8 Analisis Statistik Data

Uji statistik dilakukan menggunakan software SPSS versi 18.0 for windows.

Dikarenakan teradapat lebih dari dua variabel numerik yang lebih dari dua kelompok

(P1, P2, P3) maka digunakan metode analisis one way anova. Analisis diawali dengan

uji homogenitas. Berdasarkanhasil uji homogenitas nilai signifikasi yang dihasilkan

adalah 0,252 dimana nilai signifikasi ini lebih dari 0,05 (sig > 0,05). Hasil tersebut

menandakan data yang ada telah homogen.

Setelah dilakukan uji homogenitas maka dilanjutkan uji one way anova. Hasil uji

one way anova menunjukkan nilai signifikasi 0,02 dimana nilai tersebut kurang dari

0,05 ( p < 0,05). Hasil tersebut menandakan terdapat perbedaan bermakna sehingga

analisis dilanjutkan menggunakan post hoc test. Hasil post hoc test menunjukkan

Page 14: BAB V HASIL PENELITIANeprints.umm.ac.id/43008/6/BAB V.pdf · dilakukan dengan metode KLT. Ekstrak dilarutkan dalam etanol pada tabung reaksi dan diberikan pereaksi mayer dan wagner

59

terdapat perbedaan signifikan antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok P3

dimana nilai signifikasi 0,02 (p < 0,05). Hasil post hoc test untuk perlakuan P2 dan P3

tidak menunjukkan adanyak perbedaan signifikan dengan kelompok kontrol negatif

dimana nilai signifikasi P1 0,547 dan P2 0,632. Nilai signifikasi P1 dan P3 lebih dari

0,05 ( p > 0,05) sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan.