22
BAB V AREA BERESIKO TINGGI DAN PERMASALAHAN UTAMANYA 5.2. Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Jender di Area Prioritas. Area yang berresiko tinggi berdasarkan perhitungan data sekunder, survey EHRA dan persepsi SKPD meliputi 3 Kecamatan di 8 kelurahan, dimana 3 kelurahan diantaranya sudah ada program dari pemerintah kota untuk system pengolahan limbah cair secara terpusat (IPAL Komunal). Ketiga kelurahan tersebut adalah Mergosono, Ciptomulyo dan Samaan. Dalam konteks partisipasi masyarakat di ketiga kelurahan juga tergolong tinggi. Karena masyarakat dilibatkan dalam pelaksanaan pembangunan hingga pemeliharaan dengan membentuk badan pengelola yang disebagian tempat disebut Lembaga Pengelola Prasarana Lingkungan (LPPL) yang dikuatkan dengan SK Walikota. Sementara itu, untuk kelurahan lain yang masuk dalam kategori resiko tinggi juga pernah mendapat program air bersih dari dinas PU, dimana sekarang di kelurahan-kelurahan tersebut telah dibentuk Himpunan Pemakai Air Minum (HIPAM) sebagai badan pengelolanya. Untuk melihat lebih lanjut partisipasi masyarakat di daerah beresiko tinggi, dapat dilihat dari table di bawah ini. Nama Kelurahan Subsektor Limbah Cair Subsektor Limbah Padat Subsektor Drainase Subsektor Air Bersih Samaan Mendapat bantuan 3 unit IPAL dari PU dan DKP. Masy membayar amprah 200 rb/KK dan membiayai sendiri penyambungan

BAB v Revisi

  • Upload
    anton

  • View
    218

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

buku putih sanitasi

Citation preview

BAB VAREA BERESIKO TINGGI DAN PERMASALAHAN UTAMANYA

5.2. Kajian dan Opsi Partisipasi Masyarakat dan Jender di Area Prioritas.

Area yang berresiko tinggi berdasarkan perhitungan data sekunder, survey EHRA dan persepsi SKPD meliputi 3 Kecamatan di 8 kelurahan, dimana 3 kelurahan diantaranya sudah ada program dari pemerintah kota untuk system pengolahan limbah cair secara terpusat (IPAL Komunal). Ketiga kelurahan tersebut adalah Mergosono, Ciptomulyo dan Samaan. Dalam konteks partisipasi masyarakat di ketiga kelurahan juga tergolong tinggi. Karena masyarakat dilibatkan dalam pelaksanaan pembangunan hingga pemeliharaan dengan membentuk badan pengelola yang disebagian tempat disebut Lembaga Pengelola Prasarana Lingkungan (LPPL) yang dikuatkan dengan SK Walikota.

Sementara itu, untuk kelurahan lain yang masuk dalam kategori resiko tinggi juga pernah mendapat program air bersih dari dinas PU, dimana sekarang di kelurahan-kelurahan tersebut telah dibentuk Himpunan Pemakai Air Minum (HIPAM) sebagai badan pengelolanya. Untuk melihat lebih lanjut partisipasi masyarakat di daerah beresiko tinggi, dapat dilihat dari table di bawah ini. Nama KelurahanSubsektor Limbah CairSubsektor Limbah PadatSubsektor DrainaseSubsektor Air Bersih

SamaanMendapat bantuan 3 unit IPAL dari PU dan DKP. Masy membayar amprah 200 rb/KK dan membiayai sendiri penyambungan SR sebesar 500rb. Ada badan pengelola yang mengkoordinir iuran tiap bulan dari masy dan melakukan perawatan IPAL

SukoharjoPernah ada survey pembangunan IPAL tetapi karena tidak ada lahan, maka belum ada tindak lanjut

MergosonoMendapat bantuan IPAL. Masyarakat amprah 200rb dan membiayai penyambungan SR sebesar 500rb. Ada badan pengelola (LPPL) dengan SK Walikota yg bertugas merawat IPAL serta mengkoord iuran warga. Besar iuran 2000/KK/bln dengan porsi 60% utk juru kunci; 30% perbaikan; 10% juru pungut.LPMK aktif dalam kampanye pengolahan sampah dengan tong komposter dan keranjang takakura.

Wonokoyo, Tlogowaru, BuringMendapat bantuan dari PU saluran air minum dan telah dibentuk HIPAM untuk melakukan perawatan fasilitas dan mengkoordinir iuran bulanan warga. (data lengkap akan dikirim Pak Joko PU-CK

CiptomulyoMendapat bantuan IPAL dari DKP. Masy amprah 200rb/KK dan membiayai pemasangan SR 500rb. Ada badan pengelola (LPPL) dengan SK Walikota untuk memelihara IPAL dan mengkoordinir iuran warga. Masyarakat membayar iuran bulanan 2500/KK utk pemeliharaan saluranMasyarakat membentuk pasukan pengangkut sampah sendiri yang dibiayai dari iuran bulanan sampah. Ditunjang juga dengan BKM yang mensupport 20 gerobak sampah.

5.3. Media dan Peningkatan Kepedulian Sanitasi

5.3.1 Sumber Informasi

Jenis media yang menjadi sumber informasi paling utama bagi masyarakat kota Malang, khususnya untuk kalangan ibu-ibu, adalah televisi, dengan proporsi sebesar 86%. Persentase ini merupakan persentase yang terbesar dan jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis media yang lain. Seperti misalnya urutan kedua, yakni jenis media surat kabar, persentasenya hanya 6%. Lalu urutan berikutnya adalah radio sebesar 3.7%. Papan pengumuman sebagai salah satu sarana komunikasi hanya menempati urutan ke 6 dengan persentase hanya sebesar 0.3%.

5.3.2. Televisi

Stasiun televisi mana yang sering dilihat? Sebagian besar responden, yakni sebesar 34.7 persen menyatakan paling sering menonton stasiun RCTI. Lalu kemudian disusul Indosiar sebesar 24,3% dan SCTV sebesar 23.9%. Sementara stasiun televisi lainnya berada pada angka di bawah 5%. Hal itu seperti terjadi pada : TVRI (3,9%), Anteve (2,4%), TPI 2,4% dan Metro TV (1,2%). TV lokal sendiri hanya mendapat porsi sebesar 2.2%, walaupun itu belum dirinci lagi lebih jauh, stasiun televisi lokal mana yang terbesar berkontribusi dalam menjaring perhatian penonton. Apa tayangan yang sering dilihat? Lebih dari separo responden (57.8%) menyukai tayangan sinetron. Hal ini sesuai dengan tipikal kaum ibu pada umumnya yang memang diindikasikan sangat menyukai tayangan-tayangan sinetron. Selain sinetron, berita di televisi menjadi pilihan terbanyak kedua, yaitu 26.5%. Ini merupakan hamper separuh dari jumlah responden yang menyukai tayangan sinetron. Persentase yang cukup besar ini sebenarnya merupakan suatu keuntungan tersendiri bagi Kota Malang, dimana itu berarti terbukanya kesempatan untuk mensosialisasikan isu-isu pembangunan, seperti sanitasi, kepada kaum perempuan melalui tayangan berita di televisi. Persentase ini juga mengindikasikan bahwa kesadaran perempuan dalam mengikuti perkembangan pembangunan di wilayahnya cukup tinggi. Tinggal persoalannya bagaimana Pokja Sanitasi bisa memanfaatkan ini.

Dari data yang ada, infotainment dan music juga memperoleh persentase yang tinggi. Untuk infotainment sendiri persentasenya mencapai 4.4%. Sedangkan untuk musik dang dut, 2.6% dan musik pop 2.1%. Ini menyiratkan bahwa kegiatan-kegiatan sosialisasi atau kampanye juga dapat memanfaatkan jenis hiburan berupa pagelaran musik dan sejenisnya dengan mendatangkan artis-artis. Dengan kemasan acara seperti itu, daya tarik acara sosialisasi atau kampanye menjadi relative tinggi dan mempunyai kemungkinan besar untuk dihadiri oleh kaum perempuan.

5.3.3. Surat Kabar

Walaupun bukan sebagai media informasi utama, surat kabar di kota Malang, tampaknya perlu juga diperhatikan dan dipertimbangkan sebagai salah satu media/jalur komunikasi. Peringkatnya di nomor dua, sebagai sumber media informasi utama di kota Malang dengan persentase sebesar 6% tentunya bukan hal yang mudah untuk diabaikan. Oleh karena itu surat kabar di kota Malang perlu dilihat lebih dalam lagi dalam hal komposisinya. Tabel di atas memperlihatkan bahwa dari 6% penduduk kota Malang yang menggunakan surat kabar sebagai jalur referensi atau informasi utama, ternyata 70,5% nya dikuasai oleh Jawa Pos. Lalu diurutan kedua ditempati oleh Kompas (8.6%). Sebenarnya posisi Kompas adalah ketiga setelah kategori lainnya, namun secara sendiri-sendiri, surat kabar Kompas, memang lebih unggul dari surat kabar dalam kategori lainnya itu. Lalu berikutnya ada Radar Malang dan Malang Pos yang mengambil pangsa pasar sebesar 2.2% dan 2.3%.

Dari data ini terlihat bahwa dominasi Jawa Pos dalam persuratkabaran di Jawa Timur memang tidak tertandingi. Oleh karena itu upaya untuk mengkampanyekan sanitasi di Kota Malang, khususnya, mau tidak mau, suka atau tidak suka harus memperhatikan Jawa Pos. Dengan pemuatan materi-materi sanitasi di Jawa Pos, kemungkinan pesan-pesan yang terkandungnya akan sampai itu amat besar. 5.3.4. Radio

Jika persuratkabaran dikuasai oleh Jawa Pos Grup, maka diradio, konstelasi pemirsa radio cenderung merata dengan sebagian pangsa pendengar dikuasai oleh Radio milik pemerinah. Terlihat bahwa responden yang mendengarkan RRI ada sebesar 23%, lalu disusul diurutan berikutnya Radio Puspita (15,1%), Radio KDS 8 (10,5%), dan Kalimaya Baskara sebesar 7,6%. Diluar empat radio dengan persentase terbesar itu, radio-radio lainnya yang memiliki pangsa pendengar antara 2% sampai dengan 4% yaitu : Tidar Sakti, Masjid FM, Gita FM, dan RCB. Selanjutnya radio-radio yang lain mempunyai pendengar antara 0.6% sampai dengan 1.3% terdiri dari sekitar 7 radio.

Jika dikaitkan dengan table sumber informasi utama, tampaknya radio juga perlu untuk dipertimbangkan. Persentase sebesar 3,7% itu merupakan angka yang relative cukup besar. Oleh karena itu dalam upaya-upaya kampanye sanitasi tampaknya perlu disiapkan juga anggaran untuk kampanye melalui radio. Akan tetapi dalam implementasinya mungkin empat radio yang perlu diutamakan untuk digunakan sebagai saluran komunikasi, yaitu : RRI, Radio Puspita, Radio KDS, dan Kalimaya Baskara. Radio-radio lainnya mungkin dapat digunakan dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi tertentu, seperti : lokasi yang relative terpencil, segmen pendengar yang sangat khusus, tawaran kerjasama, dan lain sebagainya.

Sebagaimana lazim diketahui, pendengar radio itu biasanya memang mempunyai karakteristik yang khusus. Hal ini juga sejalan dengan segmentasi yang disasar radio-radio tertentu. Sebagian ada yang segmentasinya untuk kalangan muda, sebagian lainnya khusus untuk perempuan, dan adapula yang khusus untuk para pendengar yang sudah berusia lanjut, dan lain sebagainya. Di samping itu, lokasi radio-radio tertentu pun sering agak terpencil dan mempunyai format siaran yang sangat kental muatan lokalnya. Oleh karena itu walaupun persentase pendengarnya relative kecil, namun dengan mempertimbangkan hal-hal khusus itu tadi, maka kerjasama dengan radio-radio khusus tadi juga tampaknya perlu dijalin.5.3.5. Papan Pengumuman

Saluran komunikasi yang seringkali ditemui di berbagai daerah, khususnya di dekat tempat ibadah maupun kantor kelurahan adalah papan pengumuman. Diharapkan masyarakat sekitar kelurahan akan mudah mengakses berbagai informasi melalui papan-papan pengumuman ini. Namun dalam kenyataannya hal ini bertolak belakang dengan kenyataan sesungguhnya. Hasil penelitian lapangan memperlihatkan bahwa 78.3% responden tidak pernah membaca papan pengumuman di kelurahan. 9.3% responden membaca hanya satu kali, dan 5,6% membaca antara satu hingga tiga kali. Sedangkan yang seringkali membaca hanya sebanyak 6.4%.

Dengan konstelasi seperti ini, maka walaupun tetap penting dilakukan, akan tetapi kampanye melalui papan pengumuman mungkin tidak tepat dijadikan sarana utama kampanye sanitasi. Dalam hal ini kampanye melalui papan pengumuman mungkin hanya dapat dijadikan sebagai sarana penunjang kampanye sanitasi. Tingkat kepentingannya akan meningkat apabila kampanye sanitasi yang dilakukan memang dikhususkan untuk wilayah prioritas kampanye sanitasi saja.

5.3.6. Informasi tentang Sanitasi

Informasi tentang sanitasi secara umum dapat diperoleh masyarakat melalui berbagai sumber, seperti : petugas puskesmas, penyuluh kesehatan, kader PKK, aparat pemerintah, dan lain sebagainya. Namun pihak manakah yang paling berperan dalam menyampaikan pesan-pesan sanitasi akan berbeda pada masing-masing wilayah atau kota. Hal itu tergantung kepada tinggi rendahnya aktifitas yang dijalankan oleh berbagai pihak yang dapat menjadi saluran komunikasi.

Di kota Malang, ternyata 47.2% responden menyatakan bahwa informasi tentang sanitasi (sampah, air limbah, drainase dan air bersih) diperoleh dari Ketua RT/stafnya. Lalu 31.5% mengaku memperoleh informasinya melalui kader posyandu atau jumantik. Sedangkan yang mengakui bahwa informasi sanitasi itu diperoleh dari Ketua RW/stafnya mencapai 20.5%. Nampak di sini bahwa kedekatan secara fisik di wilayah sepertinya cukup memberi pengaruh kepada tingkat penerimaan informasi mereka. Artinya semakin dekat wilyah tinggal orang dengan sumber informasi tertentu, semakin tinggi pengaruhnya kepada masyarakat.

Yang menarik di sini adalah persentase sanitarian/Staf Puskesmas hanya sebesar 3.4% saja. Padahal merekalah yang jelas-jelas mengemban tugas untuk memberi penyuluhan sanitasi kepada masyarakat.

Kalau kita mencoba menganalisis fenomena ini, beberapa kemungkinan akan dapat kita identifikasi. Seperi misalnya, luasnya cakupan wilayah, terbatasnya jumlah sanitarian, intensitas interaksi antara sanitarian dan masyarakat, dan lain sebagainya. Kesemuanya itu saling terkait satu sama lain. Wilayah yang luas dengan jumlah sanitarian yang terbatas menyebabkan daya jangkau dan intensitas interaksi antara masyarakat dan sanitarian tentunya semakin terbatas. Kekosongan inilah yang kemudian diisi oleh para aparat pemerintahan, baik dari tingkat RT/RW hingga kelurahan.

Oleh karena itu, dalam kasus ini, maka fenomena aparat pemerintahan yang lebih dekat dengan masyarakat daripada sanitarian itu sendiri merupakan suatu keuntungan tersendiri bagi kota Malang. Dengan upaya-upaya sosialisasi dan kampanye yang melibatkan para aparat-aparat tersebut, diperkirakan pesan-pesan sanitasi akan dapat sampai kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya.

Ke depan mungkin juga dapat dikembangkan kelompok-kelompok masyarakat peduli sanitasi di masing-masing kelurahan yang anggotanya adalah para RT dan RW di lingkungan wilayah tersebut. Kelompok peduli sanitasi seperti ini dapat sejalan dengan organisasi kelompok kerja (pokja) sanitasi yang ada di Kota Malang.5.3.7. Pertemuan Warga

Jika kita teliti lebih dalam lagi tentang sumber informasi melalui aparat pemerintah ini, tampak bahwa beberapa kegiatan pertemuan warga dapat dimanfaatkan oleh para agen perubahan yang menjadi sumber informasi ini.

Sekitar 46.2% responden seringkali mengikuti arisan. Pertemuan seperti ini biasanya diadakan bergiliran di rumah-rumah warga. Pertemuan seperti ini menarik sebab pada pertemuan itu akan ditentukan siapa yang akan memperoleh uang arisan yang dikumpulkan. Ini merupakan bentuk motivasi yang kuat untuk hadir ke pertemuan itu. Selain arisan, pengajian pun menjadi jenis pertemuan yang sering diikuti oleh para ibu-ibu di kota Malang. Persentase untuk pengajian ini mencapai 31.1%. Pengajian-pengajian seperti ini berpotensi untuk dijadikan sarana untuk menyampaikan pesan-pesan sanitasi dan dikaitkan dengan ajaran moral atau keagamaan. Dengan dimanfaatkannya pertemuan seperti ini, diharapkan pesan-pesan tentang pentingnya sanitasi yang berkualitas akan menjadi semakin kuat dan berpengaruh di masyarakat.

Yang menarik adalah Rapat RT hanya mempunyai persentase sebesr 3.5%. Ini angka yang relative kecil dibandingkan arisan dan pengajian. Beberapa factor penyebabnya mungkin terkait dengan manfaat langsung yang bisa dirasakan masyarakat dari rapat RT tersebut. Selain itu acara rapat RT seringkali berjalan monoton dan membosakan, di samping juga seringkali lebih mengutamakan kehadiran para lelaki. Hal ini tentunya bukan kegiatan yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan sanitasi kepada masyarakat, khususnya para ibu-ibu.

5.3.8. Penyuluhan KesehatanLalu hal lain lagi yang tampaknya tidak sesuai dengan perkiraan umum adalah rendahnya persentase kegiatan penyuluhan kesehatan. Besar persentasenya hanya mencapai Kegiatan seperti ini biasanya juga relative dibungkus secara kurang menarik, kadang terlalu sarat dengan pesan-pesan dan banyak pengulangan-pengulangan.

Hal-hal itulah yang kemungkinan mempengaruhi tinggi dan rendahnya persentase masing-masing aspek. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa pertemuan-pertemuan yang dilakukan bersama warga, harus diancang secara matang dan berorientasi kepada manfaat yang dapat dirasakan secara langsung. Jika tidak, maka pertemuan-pertemuan sanitasi akan sulit dilirik oleh masyarakat untuk dihadiri.

Walaupun tingkat keikutsertaan dalam kegiatan penyuluhan relative rendah, namun tampaknya variable penyuluhan/sosialisasi ini juga perlu dilihat lebih dalam. Berbagai hal yang terkait dengan kepentingan masyarakat dapat dijadikan sebagai tema penyuluhan. Tema-tema itu dapat diberikan secara bergantian, namun dapat juga diberikan secara bersamaan, tergantung pada rancangan kegiatan dari penyelenggara penyuluhan dan waku yang tersedia.

Hasil dari survey lapangan memperlihatkan bahwa tema penyuluhan yang pernah diikuti oleh para responden adalah sampah dan kebersihan lingkungan sebesar 42.5%. Lalu air bersih dengan persentase sebesar 12.4%. Air limbah dan jamban keluarga sebesar 9.6% dan saluran air kotor/drainase sebesar 7.4%. Hasil ini menyiratkan bahwa tema tentang sampah dan kebersihan lingkungan merupakan tema yang paling banyak diikuti oleh responden. Apa yang menyebabkan demikian? Tampaknya perlu dianalisis lebih jauh.

Sebagaimana diketahui sector sanitasi itu mencakup empat sub sector, yakni : sampah, air limbah, drainase dan air bersih. Namun dalam pengelolaannya, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, empat sub sector itu dikelola oleh dinas-dinas yang berbeda. Selain itu, selama ini, pengelolaan sector sanitasi memang nyatanya belum terpadu. Masing-masing sub sector berjalan sendiri-sendiri. Mungkin inilah salah satu factor mengapa terjadi ketidak seimbangan terpaan pada masing-masing tema sanitasi.

Ketidakseimbangan itu sendiri dapat bersumber kepada kemampuan masing-masing dinas dalam menjalankan program-programnya atau dapat juga bersumber dari prioritas kebijakan dari masing-masing pemerintah daerah. Amat mungkin terjadi dinas yang satu lebih aktif dan kreatif dalam mengembangkan program-programnya, sementara dinas yang lain lebih pasif sifatnya. Oleh karena itu, masyarakat akan lebih banyak diterpa pesan-pesan dari dinas yang aktif tersebut. Dari sisi kebijakan pun, tampaknya persoalan drainase dan air limbah memang sering dijadikan prioritas kedua atau ketiga dibandingkan dengan masalah sampah. Kemungkinan ini terkait dengan sifat fisik sampah yang mudah terlihat jika pengelolaannya kurang optimal. Kebersihan dan kesehatan suatu kota atau wilayah secara mudah dinilai dari ada tidaknya sampah yang berserakan tidak terurus. Sementara saluran drainase dan air limbah menjadi aspek yang prioritasnya dinomorduakan.5.3.9. Media Publikasi

Untuk dapat mengukur saluran informasi yang tepat dalam mengkampanyekan sanitasi, perlu disurvey juga sejauhmana efektifitas dari materi publikasi yang biasanya disiapkan oleh pemilik program. Bentuk publikasi yang umumnya dipakai untuk menunjang kampanye apapun biasanya terdiri dari, antara lain : spanduk, poster, billboard, leaflet/selebaran, dan lain-lain. Materi-materi publikasi ini tentunya secara ideal dibuat keseluruhannya untuk menunjang program kampanye. Namun dengan mempertimbangkan keterbatasan anggaran, maka perlu dipetakan mana diantara pilihan-pilihan tersebut yang mempunyai efektifitas yang tinggi. Hal itu tersirat dari tingkat terpaan media tersebut terhadap masyarakat. Semakin sering masyarakat mengakses media tersebut, maka efektifitasnya dapat dikatakan baik. Sebaliknya, semakin jarang masyarakat diterpa oleh media tersebut, semakin rendah tingkat efektifitasnya.

Secara deskriptif tampak dari hasil survey lapangan bahwa efektifitas yang paling tinggi adalah media leaflet/selebaran. Responden di Kota Malang dalam hal ini seringkali mendapatkan informasi tentang sanitasi khususnya dari leaflet/selebaran-selebaran. Persentasenya sebanyak 19.5%. Di samping leaflet/selebaran, efektifitas yang tinggi juga ada pada media spanduk. Spanduk yang diletakan di pinggir-pinggir jalan menerpa sekitar 10.0% responden. Ini menyiratkan bahwa ada sebagian responden yang memperhatikan spanduk-spanduk yang terpasang di seputar kota. Urutan berikutnya adalah poster (8.1%). Format poster yang mudah ditempel di berbagai sudut kota dan tempat-tempat strategis lainnya, ternyata berhasil mengambil perhatian sejumlah responden. Namun dibandingkan spanduk, efektifitas poster ini lebih rendah. Salah satu penjelasan yang mungkin adalah disebabkan karena kecilnya format tulisan yang ada pada poster, sehingga tidak disadari atau diketahui oleh responden apa pesan yang ada di dalam spanduk tersebut. Sementara itu poster-poster tentang sanitasi ini juga bersaing dengan poster-poster lain yang kadang-kadang lebih menarik tampilannya. Bandingkan dengan spanduk yang hanya berisi tulisan dengan pesan-pesan tertentu yang akan lebih mudah ditangkap dan diingat oleh responden.

Yang cukup mengherankan adalah rendahnya efektifitas billboard yang hanya sebesar 1%. Penjelasan yang mungkin adalah karena jumlah billboard yang dipasang terlampau sedikit jumlahnya, sementara biaya pemasangannya memang relative sangat mahal. Tentunya ini terkait dengan kemampuan dan prioritas pemerintah daerah dalam mengalokasikan anggarannya. Berbeda dengan spanduk yang biayanya relative murah, sehingga dapat diproduksi relative banyak dan menerpa cukup banyak masyarakat, maka billboard yang hanya sedikit ini, tampaknya cenderung kurang diperhatikan oleh masyarakat.5.3.10. Kesenian Daerah

Kesenian tradisional sebagai salah satu media untuk menyampaikan informasi jugadapat mempunyai peran yang cukup signifikan dalam menunjang kampanye sanitasi. Di beberapa kalangan masyarakat, khususnya yang tergolong usia lanjut, kesenian tradisional seperti wayang kulit dan wayang golek masih dianggap cukup efektif dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan. Dan secara umum terlihat bentuk kesenian seperti srimulat/ketoprak, tari-tarian dan nyanyian tradisional, dan lain sebagainya juga masih mendapatkan apresiasi dari masyarakat. Jenis-jenis kesenian tradisional seperti itu masih memiliki pemirsa-pemirsa yang relatif cukup banyak.

Dari survey lapangan tampak bahwa tarian dan nyanyian tradisional, walaupun tidak diurai lebih rinci, disenangi oleh 32.1% responden Kota Malang. Nyanyian tradisional itu sendiri mungkin bisa dalam bentuk langgam, keroncong, ngremo, dan lain sebagainya. Sedangkan tarian tradisional dapat berbentuk sendratari atau juga tarian tunggal. Selain tari dan lagu/nyanyian tradisional, kesenian yang bercorak komedi/lawakan, seperti ludruk atau ketoprak mendapat persentase 27.1%. Angka ini cukup tinggi dan menyiratkan bahwa bentuk-bentuk penyampaian pesan yang dibawakan secara humoris dapat diterima oleh sebagian masyarakat. Oleh karena itu dua bentuk kesenian tradisional ini dapat direkomendasikan untuk dijadikan salah satu program pendukung kampanye sanitasi. Adapun wayang kulit dan wayang golek, persentasenya relative kecil, yakni masing-masing 6.1% dan 1.2%. Namun dengan persentase yang rendah ini bukan berarti bentuk kesenian tradisional seperti ini tidak dapat digunakan untuk mendukung kampanye sanitasi. Sebagaimana disampaikan di awal, bahwa kesenian wayang itu umumnya disukai oleh kalangan usia lanjut, maka dapat dikatakan bahwa inilah media yang efektif untuk menjangkau masyarakat golongan usia lanjut tersebut. Sehingga dalam kondisi-kondisi tertentu media wayang ini tetap dapat dimanfaatkan.

5.4. Keterlibatan Swasta dalam Layanan Sanitasi5.4.1. Subsektor Limbah Cair

Ada beberapa perusahaan yang memberi perhatian dalam layanan sanitasi khususnya subsector limbah cair. Keterlibatan swasta ini terutama dalam jasa penyedot tinja. Ada 6 perusahaan penyedot tinja yang terdaftar di Dinas Pertamanan dan Kebersihan (DKP) dan aktif. Selain itu, beberapa perusahaan yang lain memberikan dukungan berupa dana untuk pembangunan saluran rumah (SR). Lebih lanjut dapat dilihat dalam table berikut ini:SubsektorNama PerusahaanKegiatanKeterangan

Limbah CairCV. Prayogo, CV Semeru Karya, CV Sawahan Jaya, CV Sinar Jaya, CV Abadi, CV PratamaPenyedia layanan penyedot tinjaDari keenam Cv tersebut yang aktif membuang limbah ke IPLT hanya 3, yakni CV Prayogo, CV Semeru Karya dan CV Pratama. Sisanya tidak aktif atau membuang limbah ke sungai dan sawah. Tarif retribusi di IPLT Rp 10.000 per tanki kapasitas 3m3 dan 5 m3

Limbah CairPerusahaan-perusahaan kecil di sekitar pemukimanBantuan pipa ke masyarakat untuk sambungan rumah (SR) ke system offsite IPAL

5.4.2. Subsektor Limbah Padat

Tingginya hunian di kota Malang menyebabkan developer mengambil langkah untuk mengelola sampahnya secara mandiri. Di beberapa perumahan menyediakan layanan pengumpulan sampah sementara (TPS) yang berskala perumahan yang berupa container besar. Dari container ini kemudian diangkut oleh petugas DKP dibuang ke TPS atau TPA. Hal ini terlihat di beberapa perumahan menengah ke atas seperti di Araya, Permata Jingga, Riverside, Istana Dieng, dsb, dst, dllUntuk sampah sampah yang anorganik, dipisahkan tersendiri oleh pemulung di TPA Supit Urang untuk disetor ke perusahaan pengepul sampah. Ada perusahaan pengepul sampah di TPA Supit Urang yang mengumpulkan sampah anorganik dari gelas, besi, kertas, plastic, dsb.

Khusus untuk limbah kertas, di kota Malng terdapat satu perusahaan daur ulang kertas menjadi kerajinan daur ulang, PT Gaya Baru Papperindo. Kapasitas produksi perusahaan ini mencapai 30 tin perhari. Selain itu, pihak swasta juga terlibat dalam studi lingkungan , kampanye sadar lingkungan dan pembangunan sarana sanitasi. Sarana sanitasi yang sering dibangun adalah penyediaan tempat sampah di tempat umum, pembangunan MCK, dsb. Lain lagi yang diupayakan oleh Perum Jasa Tirta. Perusahaan milik pemerintah ini melakukan suatu upaya komprehensif untuk melindungi DAS Brantas dari buangan limbah padat baik upaya secara fisik maupun non fisik. Lebih lanjut upaya Perum Jasa Tirta dapat dilihat dari table berikut:Nama ProgramTahun LokasiBiayaKondisi Saat IniKendala

- Identifikasi Potensi Pem2004Lokasi Penelitian :48.000.000--

buangan Sampah Di MalangJembatan Pendem s.d Kampus

(Kerjasama Antara PJT I dgIII UnMuh Malang dan Jembatan

FT Unmer Malang)Kemerdekaan/Embong Brantas

Bentuk Kegiatan :sampai Gadang

- Kajian Tentang Identifikasi

Pembuangan Sampah Di Daerah

Bantaran Sungai Kali Brantas

Malang

- Perlindungan DPS Brantas2005RW 01 Kelurahan Mergosono3.300.000tdk terpantau- Laporan / monitoring penggunaan

(Kerjasama Antara PJT I dggerobak & tong sampah di RW 01

PSIK FK Unibraw)kelurahan Mergosono oleh PSIK

Bentuk Kegiatan :FK Unibraw minimal selama bebera

- Pengadaan Gerobak & Tongpa kali pemakaian / rentang waktu

Sampahtertentu tidak ada

- Perlindungan DPS Brantas2005RW III Kelurahan Gadingkasri4.500.000tdk terpantau- Laporan / monitoring pemanfaatan

(Kerjasama Antara PJT I dgMCK selama rentang waktu tertentu

RW III Kel. Gadingkasri)oleh Pengurus RW III Kel. Gading

Bentuk Kegiatan :Kasri tidak ada

Pembangunan MCK

- Perlindungan DPS Brantas2005RW 05 Kelurahan Mergosono2.840.000tdk terpantau- Laporan / monitoring penggunaan

(Kerjasama Antara PJT I dggerobak & tong sampah di RW 05

PSIK FK Unibraw)kelurahan Mergosono oleh PSIK

Bentuk Kegiatan :FK Unibraw minimal selama bebera

- Pengadaan Gerobak & Tongpa kali pemakaian / rentang waktu

Sampahtertentu tidak ada

- Perlindungan DPS Brantas2008RW 04 Kelurahan Mergosono1.500.000tdk terpantau- Laporan / monitoring penggunaan

(Kerjasama Antara PJT I dgbantuan dana & 8 bh keranjang taka

HMP FT Unibraw)kura di RW 04 Kel Mergosono

Bentuk Kegiatan :oleh HMP FT Unibraw minim selama

Bantuan Dana & 8 Buah Keranjang Takakurabeberapa kali pemakaian/rentang

jwaktu tertentu tidak ada

- Perlindungan DPS Brantas2008Kedungkandang 750.000tdk terpantau- Laporan / monitoring penggunaan

(Kerjasama Antara PJT I dgtempat sampah karet di daerah Ke

RW III Kel. Kedungkandang)dung kandang oleh Pengurus RW III

Bentuk Kegiatan :Kel. Kedungkandang minimal selama

Pengadaan Tempat Sampah beberapa kali pemakaian / rentang

Karet sejumlah 25 buahwaktu tertentu tidak ada

- Perlindungan DPS Brantas2008SDN Tlogomas I, Lowokwaru350.000tdk terpantau- Laporan / monitoring penggunaan

(Kerjasama Antara PJT I dg1 unit komposterr di SDN Tlogomas

KKNBS UM)oleh KKNBS UM minimal selama

Bentuk Kegiatan :beberapa kali pemakaian / rentang

Bantuan 1 Unit Komposterwaktu tertentu tidak ada

- Perlindungan DPS Brantas2008RW V Kel. Samaan Malang3.000.000tdk terpantau- Laporan / monitoring penggunaan

(Kerjasama Antara PJT I dg1 unit alat pencacah sampah di

RW V Kel. Samaan Malang)RW V Kel. Samaan oleh Pengurus

Bentuk Kegiatan :RW V Kel. Samaan minimal selama

Bantuan 1 Unit Alat Pencacahbeberapa kali pemakaian / rentang

Sampahwaktu tertentu tidak ada

- Perlindungan DPS Brantas2008Kec. Blimbing, Klojen, Lowokwaru1.500.000tdk terpantau- Laporan / monitoring penggunaan

(Kerjasama Antara PJT I dg tempat sampah karet di daerah Kec.

BEM Unibraw)Blimbing, Klojen oleh BEM Unibraw

Bentuk Kegiatan :minimal selama beberapa kali pema

Pengadaan Tempat Sampah kaian / rentang waktu tertentu tidak

Karet sejumlah 50 buahada

- Penataan Lingkungan2008Kota Malang30.000.000- - Laporan hasil pelaksanaan studi

Kota Malangpenataan lingkungan kota malang

(Kerjasama Antara PJT I dgdalam bentuk rekomendasi

CKNet INA)belum dapat terselesaikan karena

Bentuk Kegiatan :belum dapat terselesaikannya lem

- Studi Penataan Lingkunganbar kuisioner yang telah tersebar ke

Kota Malangmasyarakat

- Pelatihan Enumerator Penilaian Resiko Kes Ling- Laporan tentang keberlanjutan

hasil pelatihan penilaian resiko

Kes. Ling belum ada

- Perlindungan DPS Brantas2009Sungai Kedungkandang11.775.000tdk terpantau- Laporan pelaksanaan pelatihan

(Kerjasama Antara PJT I dg dari Lembaga Perdamaian dan Pen

Lembaga Perdamaian Dandidikan Indonesia tidak ada

Pendidikan Indonesia)

Bentuk Kegiatan :

Pelatihan Sanitasi Sungai dan

Kurikulum Lingkungan Koordi

nasi Lapangan, Pelatihan Sa

nitasi, Kurikulum Lingkungan

Sungai Bagi Peneliti

5.4.3. Subsektor Drainase

Keterlibatan swasta pada subsector drainase sangat minim. Hal ini dikarenakan seluruh program pembangunan dan perbaikan drainase dilakukan oleh Dinas Pu-Cipta Karya dengan alokasi dari APBD. Khusus untuk perumahan baru, biasanya developer akan membangun saluran drainase tersendiri di dalam perumahan yang kemudian disambungkan dengan system drainase yang sudah ada.

Ada juga perusahaan yang memperbaiki saluran drainase secara rutin, karena secara kebetulan saluran drainase yang ada masuk ke dalam lokasi perusahaan tersebut, sehingga perawatannya secara otomatis menjadi tanggungjawab perusahaan.