48

Bab1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Buku "40 HARI" ini adalah buku berisi catatan seputar persiapan dan perjalanan haji hari demi hari yang saya lakukan pada tahun 1431 H.Buku ini bisa menjadi panduan ibadah, panduan perjalanan dan sekaligus buku kisah jurnal harian yang begitu personal.Dengan membaca buku ini, kita tidak hanya mendapatkan kisah perjalanan yang utuh seakan-akan ikut dalam setiap aktivitas di tanah suci, namun terdapat pula:1. tips dan saran seputar perjalanan haji sejak persiapan hingga selesai kembali ke tanah air.2. Penjelasan dan panduan ritual haji yang ringkas, dan mudah dipahami dengan menggunakan konsep "mind-map" atau peta pikiran. Sesuatu yang berbeda dari buku-buku panduan haji lainnya.3. Daftar belanja harian yang bisa menjadi panduan dalam merancang perjalan haji yang terukur dan terencana secara baik.4. ilustrai dan foto-foto yang ditampilkan mampu memberikan gambaran detail selama menjalani aktivitas dan bermukim di tanah suci selama musim haji.Inilah sebuah buku travel guide, hajj guide dan travel note yang dikemas secara ringan, santai, namun semoga penuh hikmah.

Citation preview

Page 1: Bab1
Page 2: Bab1

40 Hari

Oleh: Rifki Sya’bani

Copyright © 2011 by Rifki Sya’bani

Penerbit

Abuziyad Book Lounge

[email protected]

Desain Sampul:

Rifki Sya’bani

Diterbitkan melalui:

www.nulisbuku.com

Page 3: Bab1

Daftar Isi

i Preface

ii Prolog

iii Apa Kata Mereka

1 Bab 1: Persiapan Demi Persiapan

2 Dipaksa Berhaji

12 Gerimis Mengundang

15 Akhir Oktober

21 Haji Menuju Allah

29 Barang Bawaan

34 Surat Wasiat

38 Bab 2: Permulaan

39 Hari Keberangkatan

44 Mindmap: Ihram

45 Langkah Pertama di Jazirah

57 Mindmap: Miqat Makani

58 Perbedaan Itu Tak Bisa Dihindari

66 Jumat Perdana di Tanah Suci

74 Mindmap: Thawaf

75 Mindmap: Tips dan Tuntunan Saat Thawaf

76 Menyatakan Cinta di Depan Ka'bah

82 Pengenalan Medan

92 Perjumpaan Tak Disangka

104 Jagalah Kesehatan

109 Berburu Daging Kambing

113 Bab 3: Armina

114 Kasak-Kusuk

118 Belajar Wirausaha

Page 4: Bab1

Daftar Isi 122 Satu Hari Menjelang

127 Info Layanan Selular di Tanah Suci

129 mindmap: tata cara haji

128 Tarwiyah

139 mindmap: Wukuf

140 Arafah

147 mindmap: Mabit di Muzdalifah

148 Nahr

157 Mindmap: Potong Rambut

158 Mindmap: Tahalul

159 Mindmap: Mabit di Mina

160 Mindmap: Melempar Jumrah

161 Hari Pertama Tasyrik

169 Nafar Awal

172 Mindmap: Sa'i

173 Hari Ketiga Tasyrik: Rehat dan Tips Belanja

176 Merpati

179 Mindmap: Tertib Proses Haji

180 Bab 4: Pasca Haji

181 Hajjah Jagalah Hijabmu

186 Kamar Barokah

189 Hati-hati di Pasar

192 Thawaf Sunnah

197 Ke Jeddah

202 Bahasa Pemersatu

206 Bermalam di Masjidil Haram

209 Perlukah Mencium Hajar Aswad

Page 5: Bab1

Daftar Isi 214 Pergi ke Hudaibiyah

224 Napak Tilas di Jabal Nur

233 Thawaf Wada'

236 Bab 5: Madinah, Kota Nabi

237 Menuju ke Madinah

240 Raudhah, Taman Surga

246 Ziarah di Madinah

254 Masjid-Masjid

259 Berjalan Kaki ke Quba

263 Sejuta Rasa

268 Pemuda Gaza

271 Buku-buku Gratis

274 Persiapan Pulang

275 Tinggal Landas

278 Mind Map: Tips Ziarah di Tanah Haram

279 Mind Map: Manajemen Barang Bawaan

280 EPILOG Daftar Pustaka

Page 6: Bab1

Untuk Ibunda Kunti Zahrowardati dan Ayahanda Ghufron

Zahid di Klaten, atas cinta dan sayangnya hingga kini dan

nanti, terimakasih atas segala dorongan dan motivasinya, juga

atas keikhlasan dan kesabarannya menemani anak-anak super kami: Ziyad, Taqiya dan Tsabita selama kepergian kami selama

menunaikan ibadah haji tahun 1431 H.

Kepada Istri tercinta, Barkah Safir, semoga kelak kita bisa

menapaki cerita indah lagi, menikmati jamuan Allah, di rumah-

Nya, di kota yang di berkahi, menyapa salam dan menapaki

jejak Rasulullah tercinta, serta tergugu menemui kesejatian diri

di Padang Arafah—replika padang masyar tempat menghitung

diri…

Buku ini saya persembahkan kepada saudara-saudari

ku yang ingin mempersiapkan diri menunaikan

ibadah haji, ibadah yang fenomenal, personal dan

begitu mengharu-biru.

Atau sekedar sebagai melipur rindu kala kaki telah

pernah menjejak di sana…

Berharap bisa menyapa hati berbalas ilmu nan

manfaat..

Barakallahu fiikum.

Page 7: Bab1

Prolog

Alhamdulillah, tiada kata yang lebih pantas untuk dituliskan dalam awal prolog ini. Sungguh, menulis sebuah buku ternyata tidak semudah memancangkan niat di

awal.

Menulis adalah pekerjaan yang memerlukan konsistensi semangat, konsistensi niat dan konsistensi usaha. Kekuatan tulisan yang dihasilkan seseorang itu memang berangkat dari kekuatan hati yang menggerakkan jari-jari pada tombol-tombol di keyboard atau tangan yang menggurat coret di atas kertas.

Oleh karena itu, bagi saya buku ini adalah milestone awal untuk lebih mampu mengasah hati dalam dunia kepenulisan. Ada banyak guru yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas jasanya membangun kerangka cara berpikir, pemilihan diksi, hingga gaya bertutur dalam tulisan khas milik saya ini.

Maka menulislah; agar jutaan pembaca menjadi guru yang

meluruskan kebengkokan, mengingatkan keterluputan,

membetulkan kekeliruan.

Penulis hakikatnya menyapa dengan ilmu; maka ia berbalas

tambahan pengertian; kian bening, kian luas, kian dalam, kian

tajam.

Agungnya lagi; sang penulis merentangkan ilmunya melampaui

batas-batas waktu & ruang. Ia tak dipupus usia, tak terhalang

jarak. [Salim A. Fillah]

Page 8: Bab1

iii

“40 Hari” adalah catatan sederhana dari seorang yang mencoba menulis apa adanya, membagikan apa yang bisa dibagi, mengabadikan pengalaman berharga dari sebuah perjalanan yang begitu monumental dalam hidup, antara Mekkah dan Madinah. Agar ia abadi dalam kemanfaatan, dan tentu menjadi buah keberkahan tersendiri dalam hidup yang singkat ini.

Terus terang, menulis memoar perjalanan ini adalah satu upaya yang cukup sulit dilakukan dimana semuanya saya lakukan setelah saya berada di tanah air. Ini mungkin rencana dan skenario Allah yang memang sudah diatur oleh Yang Maha Mengatur, notebook yang saya sengaja bawa ke tanah suci agar dapat mendukung aktivitas tulis-menulis selama disana ternyata bermasalah. Walhasil rencana saya one day, one note gagal total. Hikmahnya tentu agar saya bisa lebih fokus pada aktivitas ibadah di sana, hehe.

Sehingga semua tulisan ini adalah sebuah rekonstruksi ulang dari segala kenangan, memori, ingatan dan rekaman dalam benak, coretan di buku harian secara manual dan analog (halaah ) serta dokumentasi foto yang saya susun hari per hari dalam perjalanan haji yang saya lakukan pada tahun 2010 (1431 H).

Alhamdulillah, diantara rutinitas pekerjaan yang tidak pernah berkurang hari demi hari, rangkaian tulisan terkait perjalanan haji yang sebagian telah pernah ada dalam blog pribadi saya dan beberapa yang lain telah saya tuliskan dalam artikel pribadi berhasil dirangkum menjadi satu rangkaian kisah.

Tidak istimewa bukan berarti tidak spesial.

Buku ini memang layaknya sebuah buku yang lain. Ada keunggulan, namun mungkin lebih banyak kekurangan yang bisa anda jumpai.

Page 9: Bab1

Saya berharap buku ini bukan sekedar berbagi tentang pengalaman perjalanan haji yang begitu personal, namun juga banyak memuat informasi terkait ritual ibadah haji, tips dan info-info seputar haji serta panduan yang ringan dan layaknya sebuah kisah yang betutur secara khas.

Jadi singkatnya, buku ini adalah:

1. Catatan harian yang merupakan pengalaman nyata

2. Travel guide, karena ada beberapa panduan perjalanan dan foto-foto eksklusif koleksi pribadi, serta tips yang bisa dijadikan referensi serta dilengkapi dengan catatan belanja

3. Ada mind map penjelasan beberapa hal penting terkait ritual ibadah haji, sehingga materi-materi terkait panduan ritual ibadah haji ditampilkan dengan cara yang berbeda dan mudah dipahami. Insya Allah.

Maka melalui buku ini, saya berharap sahabat pembaca bisa memetik hikmah, pelajaran dan pengalaman seakan-akan ikut dalam setiap langkah perjalanan haji yang saya lakukan.

Inilah sebuah buku travel guide, hajj guide dan travel note yang dikemas secara ringan, santai, namun semoga penuh hikmah.

Semoga bermanfaat.

Mohon maaf atas segala khilaf dan salah.

Twitter: @Rifki_Syabani

http://abuziyad.multiply.com

Page 10: Bab1

v

Apa Kata Mereka

Membaca buku ini kita akan terbakar oleh semangat perjuangan yang tak pernah padam, perpaduan antara ikhtiar dan “pertolongan“ Allah.

Kita akan terbawa dalam penelusuran perjalanan spiritual Ibadah Haji yang sangat luar biasa. Buku ini mengungkit Spirit dan Inspiratif ...

(Indra Wahyudi; [email protected]. Engineer Telecommunication)

There's a huge possibility that after reading this book, anyone would be longing to go for a Hajj. It happens to me. Rifki made the journey of Hajj into something that's very interesting and exciting, not only from spiritual perspective, but also from a humane perspective.

Recommended reading for anyone, especially for those who are not interested in going for a Hajj.

Borrys Hasian, Senior UC (User Experience) Designer di Singapore

While I'm reading this valuable experience, I could not hold back my tears.. This book involved me both physically and emotionally… This such amazing story, hopefully can benefit the readers and inspire them

to perform this pilgrim journey. Once is not enough, let's do more and more..

Page 11: Bab1

vi

(dr. Sarah Firdausa, calon Master of Medical Science, International Islamic University Malaysia)

Ada rasa bergemuruh di dada...Ada azzam membuncah memenuhi rongga jiwa... Ada juga linangan air mata membasahi pipi yg terkotori debu, kembali berkaca akan ringkih dan pincangnya keimanan diri ini kpd Engkau Ya Rabb... Bukan harta yang menyampaikan kaki ini, namun karena IMAN-lah Engkau memanggil kami.

Sungguh, buku ini mempunyai keunggulan pada gambar dan foto yang membuat kisah perjalanannya menjadi utuh dan menginspirasi.

(Fakhrul Insightmaster, Direktur eMB Corp, Trainer Muda)

Buku yang Subhanallah sangat luar biasa.

Buku ini memiliki keunggulan pada mind map (diagram panah) yang sangat membantu bagi kita yang awam saat melaksanan haji nanti. Selain itu daftar belanja yang ditampilkan juga sangat membantu kita untuk bisa mengukur kebutuhan belanja saat di sana dan tips-tips singkat yang sangat bermanfaat.

(Arif Kurniawan, aktivis dakwah)

Page 12: Bab1
Page 13: Bab1

Persiapan demi Persiapan

2

Allah telah

memaksa

saya

berhaji tahun ini

Bandung, 01 Oktober 2010

Jangan gusar dulu kawan, izinkan

sedikit lancang kali ini... Judulnya

tampak memang provokatif dan

tidak pada tempatnya. Namun

begitulah, menurut pandangan

sederhana saya yang sering salah

ini, bahkan juga sering salah

memaknai skenario indah milik

Allah.

Haji seringkali kita anggap

sebagai ibadah kelas tersier.

Semacam barang mewah bagi

kita. Hanya khusus bagi orang

mapan, gedongan dan kaya raya,

yang punya deposito 8 atau 9

digit lebih, atau orang-orang

borjuis kelas elit dengan rumah

mentereng dan sebagainya. Atau

kalaupun tidak ia adalah ibadah

yang baru bisa dilaksanakan

setelah kita pensiun, tabungan

puluhan tahun yang tak terjamah

untuk dibelanjakan, yang

istiqomah ditambahkan

walaupun sedikit atau yang bisa

dilaksanakan setelah menjual

tanah warisan keluarga atau aset

properti puluhan tahun. Pada

kenyataannya kondisi semacam

itu memang paling sering kita

jumpai. Mengumum dan wajar

saja. Karena bagi kita sekarang

yang tinggal di Indonesia, biaya

haji memang bisa mencapai 30

juta per orang. Angka yang tak

sedikit bagi sebagian besar kita.

Tapi, bukankah kita sering

mendengar kisah-kisah nan ajaib

dan penuh inspirasi bagaimana

orang bisa saja berhaji seketika

dan begitu saja tanpa perlu ia

harus menjadi karyawan sebuah

perusahaan besar, BUMN atau

PNS bertahun-tahun, maupun

pengusaha sukses terlebih

dahulu. Pada kenyataannya,

seringkali kita jumpai, seorang

tukang becak, atau tukang sapu

sekalipun ataupun pedagang

kecil berskala micro atas izin

Allah bisa berangkat memenuhi

undangan-Nya ini.

Page 14: Bab1

Persiapan demi Persiapan

3

Dan berhaji memang bukan soal

“jika mampu” saja, kawan. Kita

seringkali salah mengartikan

syarat “jika mampu” ini.

Sehingga kemudian meletakkan

rukun islam kelima ini sebagai

sebuah ibadah yang utophis,

sesuatu yang tinggi dan sulit:

nanti jaaaak.. begitulah seloroh

orang Melayu Pontianak. Jadilah

akhirnya ia memang uthopis,

tinggi dan sulit bagi yang

menganggap demikian.

Padahal bukankah sejatinya tidak

ada daya dan kemampuan selain

datang dari-Nya? Laa haula

walaa quwwata illa billaah.

Namun masih saja kita

beranggapan “ah, saya belum

bisa berhaji, karena belum

mampu...” Sejak kapan manusia

bisa mendapatkan

kemampuannya sendiri? “Ah,

saya kan miskin, bagaimana bisa

berangkat haji?” lupakah ia

bahwa Allah Maha Kaya?

Lupakah bahwa harta yang ada

ditangannya itu sejatinya titipan

dari Allah, karunia-Nya yang

Allah ujikan kepada kita untuk

dikelola. Sebuah ujian bagaimana

kita memandang harta dunia.

Berawal dari 2 tahun lalu. Awal

tahun 2008, tiba-tiba muncul

saja azzam/keinginan kuat untuk

memenuhi panggilan dan

undangan Allah ini. Saya merasa

capaian dalam hidup ini sudah

begitu diluar ekspektasi. Dari

sebuah sepeda roda dua, motor,

akhirnya kami sudah punya

mobil minimalis sendiri dan

sebuah rumah sederhana yang

dicicil selama 5 tahun di BRI

Syariah. Semua Allah telah

cukupkan dari segala penjuru.

Alhamdulilah. Sungguh nikmat-

Nya yang mana lagi yang kami

dustakan?

Kini saatnya meraih lompatan

spiritual yang lebih manakala

saya memang merasa belum

apa-apa. Ilmu tipis, amal kurang,

akhlak masih abu-abu dan hati

yang masih sering berkhianat ini.

Astaghfirullah, ya Allah...

Akhirnya tabungan Mabrur dari

BSM yang kami buka awal tahun

2008 bisa menjadi harapan agar

azzam itu bisa terlaksana

Page 15: Bab1

Persiapan demi Persiapan

4

secepatnya, sebelum niat itu

terkubur dalam rutinitas dunia,

tenggelam dari lautan keinginan

dan nafsu serta terlupa atas

pilihan-pilihan pragmatis ala

manusia yang kikir ini. Hiks...

saya hanya berharap jika

kemudian Allah memanggil jiwa

dan nyawa saya sebelum bisa

berangkat, maka tabungan ini

diharapkan akan datang di

yaumil hisab sebagai bukti

bahwa saya sudah berusaha

memenuhi undangan dan

panggilan-Nya ke Baitullah.

“Mas Rifki, mau ambil dana

talangan haji tidak? Biar nanti

langsung bisa dapat porsi haji?”

tanya Pak Taufik dari bagian

pelayanan. Saya pun tak berpikir

panjang, “Boleh, Pak”.

Dengan modal masing-masing 5

juta, lalu masing-masing

tabungan tersebut digenapi 15

juta oleh BSM, kami pun

menyetor ke Depag.

Alhamdulillah, langsung dapat

porsi haji (SPPH). Urut kacang ke

1700 sekian. Artinya, jika per-

tahun diberangkatkan 850 orang

dari Kota Pontianak, maka kami

baru bisa berangkat paling cepat

2009 dengan asumsi ada banyak

yang mengundurkan diri, atau

dalam kondisi normal baru pada

tahun 2010. Waktu mendaftar

saat itu usia saya 27 tahun

beranjak menuju 28 tahun.

Artinya, jika saya berangkat pada

tahun 2010, maka berhaji bisa

menjadi momentum indah dalam

hidup pada fase 10 tahun ketiga

saya, sebagai bekal perjalanan

mengarungi hidup menuju usia

matang 40 tahun selanjutnya.

Subhanallah…

Waktu pun berjalan. Kawan,

kami bukanlah dari keluarga

yang kaya raya, dan kami pun

tidak merasa sampai ke taraf itu.

Gaji yang datang, sebagian rezeki

dari Allah yang datang melalui

perantara sebuah operator

selular dimana saya berkhidmat

tiap bulannya kebanyakan

memang hanya numpang lewat.

Biasalah, pos-pos belanja

variabel maupun tetap sudah

menanti. Cadangan cash flow

kami tak pernah sampai 3-6 kali

take home pay yang saya terima

Page 16: Bab1

Persiapan demi Persiapan

5

setiap bulannya. Lewat sudah

teori-teori Safir Senduk maupun

Aidil Akbar tentang bagaimana

mengatur keuangan keluarga.

Tak satu pun bisa kami

praktekkan dengan baik. Sisa

kekurangan yang harus kami

bayarkan untuk membayarkan

dana talangan haji pun akhirnya

orang tua turun tangan

membantu. Alhamdulillah... saya

yakin ini semua atas izin-Nya.

Menjelang Ramadhan

1430H/2009 saya dihubungi

petugas haji dari KUA kecamatan

Pontianak Kota. “Bapak, Insya

Allah bisa berangkat tahun ini,

udah positif masuk ke kursi

cadangan, dan ternyata banyak

yang mengundurkan diri.” Bagai

disambar geledek. Senang tapi

lebih banyak kaget dan bingung.

Lantaran sisa pelunasan akhir

masih perlu sekitar 25-30 juta

lagi untuk porsi saya dan istri.

Belum lagi Tsabita, bungsu kami

itu masih 1 tahun. Akhirnya

dengan bulat hati, saya jawab

“Kami belum bisa berangkat

tahun ini, ditunda tahun 2010

saja, Pak. Uang kami belum

cukup”. –Belakang alasan ini

menurut saya kuranglah tepat.

Pada dasarnya hati saya memang

belum siap saat itu.

Dua bulan kemudian, satu

sentakan kecil menyadarkan diri

dan kembali membangkitkan

azzam itu. Film bergenre

Religius: Emak Ingin Naik Haji,

begitu tajam menukik menyindiri

diri sekaligus menyadarkan

kembali. Film itu seperti Allah

skenariokan untuk menjewer

saya, menyentil dan

Page 17: Bab1

Persiapan demi Persiapan

6

memahamkan pikiran butek

saya, kalau berhaji itu bukan

masalah mampu harta, maupun

mampu ilmu semata. Juga

meluruskan tentang bagaimana

menata niat pergi haji itu atas

alasan apa. Dari film itu saya

mendapati kesimpulan bahwa

modal terbesar untuk

menunaikan ibadah haji ternyata

terletak pada kesiapan hati dan

jiwa dalam menyambut

panggilan-Nya ke Baitullah,

dibarengi segenap kesungguhan

upaya yang baik dan benar serta

berlandaskan kerinduan yang

mendalam. Maka kesiapan fisik

dan lainnya itu akan seiring

sejalan dengan kesiapan hati dan

jiwa kita. Masalah harta dan

kesiapan finansial usahakan

semaksimal mungkin, dan

pasrahkan sisanya kepada Allah

yang Maha Kaya.

Mak ingin kubawa kau pada rumah

mimpimu yang dari dalamnya terpancar

keindahan Ilahi dan berjuta tanda kebesaran-Nya

Tapi Mak tanganku terlalu lemah dan

daya yang kupunyaseperti hembusan angin melintas celah batu karang

Mak

rumah mimpimu

entah kapan kupersembahkan tapi ia selalu ada dalam doaku

(Asma Nadia)

Saya tidak malu mengakui kalau cerita ini membuat saya menangis! Dan langsung

menggerakkan saya untuk segera mewujudkannya dalam film layar lebar." –[Aditya Gumay]

“Tapi Emak yakin, Allah tau, hati

emak udah lama ada di situ" (salah satu dialog Aty Kanser,sebagai Emak dalam film

tersebut)

Kawan, bagi kita seorang muslim,

panggilan haji itu sudah ada

ditujukan kepada kita semua,

tanpa kecuali. Salah besar orang

bilang, “Kenapa belum berangkat

haji? Soalnya belum ada

panggilan!-Panggilan yang

mana? Panggilan kematian?”

Padahal sejatinya panggilan itu

sudah ada, hanya masalahnya

kita merasa terpanggil atau

tidak.

Kelompok orang-orang yang

terpanggil itu ada yang kemudian

Page 18: Bab1

Persiapan demi Persiapan

7

mempersiapkan diri, menyertai

hatinya dengan sebentuk ikhtiar

yang utuh. Ikhtiar finansial,

ikhtiar ilmu, ikhtiar fisik dan

ikhtiar hati. Sementara ada pula

yang sekedar meletakkannya di

kantong daftar keinginan saja.

Tanpa ada sedikit usaha dan

perhatian. “aah, nanti-nanti

jaaaak...” begitu selorohnya.

Kawan, saya sempat mengalami

kondisi keduanya. Ketika berhaji

hanya diletakkan di daftar

keinginan, maka jalan untuk

memenuhi syarat mampu itu pun

seperti jalan di tempat.

"Kepada-Nyalah naik perkataan-

perkataan yang baik dan amal

yang saleh dinaikkan-Nya." QS.

35:10

Dan ketika keinginan ini saya

azzamkan kuat-kuat, lalu diikuti

kesungguhan—betapa pun kecil.

Hanya dengan sebatas ucapan di

hati, maka ia pun menjadi sebait

doa. Saya beranikan keinginan

itu saya tuangkan dalam blog

pribadi. Mungkin dengan

perantara doa-doa dari entah

siapa yang saya tak

mengenalnya. Melalui lisan-lisan

ikhlas dari orang-orang mulia itu-

lah kemudian Allah

memudahkan jalan ini. Tak lupa

juga keinginan ini saya tuangkan

dalam draft proposal hidup saya.

Kerinduan pada Ka’bah seakan

mengkristal menjadi sebuah

kerinduan untuk menjadi orang

yang lebih baik dari hari ke hari.

Betapa pun saya ini masih begitu

berdebu, compang camping

pakaian takwa nya dan masih

pula terlalu cinta dunia.

Astaghfirullah.

Ramadhan 1431 H, menjadi titik

kultiminasi keyakinan ini. Saya

sempat terbimbangkan dalam

sebuah persimpangan, antara

berhaji tahun ini atau ditunda

tahun depan. Kemampuan

finansial pun begitu menguji.

Lagi-lagi memberikan pelajaran

tentang bagaimana memandang

soal harta, dan juga tentang

anak-anak amanah kami itu—

yang masih balita semua, serta

tentang bekal ilmu dan soal

menata hati.

Page 19: Bab1

Persiapan demi Persiapan

8

Mengapa kita begitu khawatir

akan kekurangan uang?

Sedangkan Allah Maha Kaya.

Mengapa kita khawatir pada

anak-anak, padahal ada Allah

yang Maha Memelihara? Kepada

siapa lagi tempat terbaik kita

menitipkannya? Tidakkah

mereka adalah amanah-amanah

dari-Nya pula? Perantaranya bisa

melalui orang tua, eyang nya

anak-anak atau sahabat-sahabat-

saudara seperjuangan kami di

sini, tentu siap mengulurkan

tangan untuk mengasuh

mereka?

Sempat pula pulang kampung

dan berlebaran di Banda Aceh

via Malaysia menjadi alasan

penundaannya. Kebetulan kami

sekeluarga sudah booking ticket

Air Asia via Kuching dan KL

Malaysia. Tentu artinya perlu

menggunakan passport sebagai

dokumen perjalanannya. Padahal

secara bersamaan passport itu

harus segera diproses melalui

depag untuk pengurusan visa

haji. Melalui skenario yang indah

saya seperti di”paksa” untuk

tidak menundanya tahun depan.

Memang ada kepastian umur

sampai tahun depan?

Ketika saya sudah bulat tekad

untuk menundanya, kemudian

saya pergi ke Depag kota

Pontianak, lalu menemui Pak

Yunus kasi Haji dan Umrah.

“Saya mau tarik passport pak,

saya mau tunda tahun depan

saja. Saya merasa belum siap.”

Begitu alasan saya.

Padahal sejujurnya alasannya

saya supaya saya bisa pakai

passport itu untuk mudik via

Malaysia agar bisa saving cost

karena tidak perlu beli tiket

pesawat lagi yang harganya tidak

manusiawi itu, hehe. Apalagi

cash flow kami memang sangat

terbatas saat ini. Dan satu tahun

ini saya ingin lebih fokus lagi

mempersiapkan hati dan ilmu.

Begitu tekad saya. Syukur-syukur

sekembalinya dari Banda

Aceh,passport bisa diproses

menyusul sehingga rencana

berangkat tahun ini bisa tetap

terlaksana. Yang penting asal

tidak mengeluarkan uang untuk

Page 20: Bab1

Persiapan demi Persiapan

9

beli tiket mudik lagi saja. Sayang

uangnya, pikir saya waktu itu.

Tamparan keras mendera saya.

Passport tidak bisa ditarik.

Memangnya kamu bisa menunda

dan mendahulukan apa yang

telah Allah tetapkan?

Memangnya uang untuk beli

tiket, dan untuk pelunasan

datang atas kuasa dirimu, heh?

Memangnya setahun ini nanti

ada jaminan Allah cukupkan

kembali harta dan kesempatan

yang sama bagimu??

Memangnya ada jaminan bahwa

ilmu dan bekal ruhiah lainnya

akan lebih baik dari sekarang jika

kamu tunda satu tahun lagi???

Apakah kamu yakin uang yang

ada di tabungan sekarang akan

tetap bertahan hingga tahun

depan?? Bukankah Allah maha

Kuasa, yang atas izin-Nya bisa

saja uang tersebut ludes seketika

diambil kembali melalui sebab-

sebab yang Allah skenariokan

atas kita?? Begitulah pesan yang

saya dapati. Sebuah tarbiyah

yang indah di Ramadhan itu.

Tekad saya pun bulat kembali.

Bekal berangkat haji ternyata

lebih kepada kesiapan hati kita

untuk utuh dan ikhlas

memenuhi panggilan dan

undangan-Nya. Kalau hati kita

sudah utuh, pasrah dan bulat

secara total, Insya Allah, jalan

kemudahan akan terbentang

luas. Jika hati kita tidak siap dan

ridho, selebar apa pun

kemudahan itu Allah bentangkan

kehadapan kita, kita pun akan

tetap merasa berat dan sulit.

Harta, mobil, rumah, karir-

jabatan dan anak-anak kita akan

seperti menjadi tembok

penghalangnya. Begitulah

tarbiyah ramadhan kembali

membulatkan tekad itu. Semua

kemampuan itu datangnya dari

Allah... La haula walaa Quwwata

illa billaaah. Maka mintalah

pada-Nya, kawan!

Alhamdulillah, akhir Agustus

2010, tabungan di rekening

bounching lagi. Ada Gaji dan THR

yang baru ditransfer oleh kantor

tempat saya bekerja. Dan

Subhanallah jumlahnya pas

banget. Lunas sudah kekurangan

Page 21: Bab1

Persiapan demi Persiapan

10

ongkos haji tersebut:US$

3.325/orang. Tidak sampai disitu

saja, ternyata keperluan untuk

membeli tiket pulang-pergi

Banda Aceh-Pontianak

sekeluarga pun kembali

terpenuhi sudah.

Alhamdulillah….Biarlah tiket Air

Asia itu hangus terbakar.

Memang bukan rezeki kita lagi,

buat apa disesali. Jadilah rencana

berlebaran di Serambi Mekkah

tetap terwujud juga.

Uangnya kini cuma numpang

lewat saja, kawan. Rekening pun

kembali tipis. Buang kembali

jauh-jauh teori cash flow ratio-

nya Safir Senduk atau Aidil

Akbar. Namun usah khawatir,

saya yakin Allah akan mampukan

kami lagi nanti. Insya Allah. Cash

flow ratio dari Allah lebih besar

dan tak terduga. Hidup berkah

itu memang hidup yang “pas-

pasan” seperti itu, kawan. Pas

butuh uang, pas ada yang

transfer ke tabungan, pas mau

beli ini-itu pas cukup uangnya..

Hehe..

Saya pun makin merasa GR,...

Allah memang telah “memaksa”

saya dan istri berhaji tahun ini.

Jadi tidak ada alasan buat kita untuk tidak bergegas menjawab panggilan tersebut dan memenuhinya. "Labbaikallahumaa Labbaik."

Sayangnya yang terjadi saat ini justru sebaliknya. Si miskin enggan menjawab panggilan tersebut dengan dalih tak punya harta. Si kaya tak segera merespon panggilan tersebut dengan dalih waktunya belum tepat. Yang muda masih mengulur waktu untuk memenuhi panggilan itu dengan dalih masih ada hari esok. Yang tua merasa malas karena sayang dengan harta yang sudah terlanjur ditumpuk.

Padahal, panggilan haji bukan cuma milik si kaya, si miskin, yang tua atau yang muda. Banyak diantara kita yang mengaku "belum mampu" namun bisa menabung untuk memiliki rumah, kendaraan, handphone, atau asesoris dunia lainnya.

Page 22: Bab1

Persiapan demi Persiapan

11

Memang, mampu menjadi salah satu syarat pergi haji. Namun, mampu tak sama dengan menyerah. Mampu harus dibarengi dengan upaya sungguh-sungguh, sementara menyerah jelas tanpa usaha.

Jangan-jangan, kita bukan tergolong orang tak mampu berhaji, namun orang yang menyerah untuk bisa berhaji.

Labbaikallahumma labbaik.. Labbaika laa syariika laka labbaik.

Page 23: Bab1

Persiapan demi Persiapan

12

GERIMIS

MENGUNDANG

KA. Taksaka,

Yogya-Jkt. 17

Okt 2010

Ternyata berat juga meninggalkan

anak-anak hingga pertengahan

Desember nanti. Allah-lah pemilik

jiwa-jiwa mereka. Kami titipkan

semuanya pada-Nya melalui

eyang nya di Solo. Sungguh pagi

ini telah saya benamkan baik-baik

wajah-wajah manis mereka di

sebuah sudut hati, di “space

special” dalam memori otak ini.

Semoga Allah menjaga jiwa dan

akhlak mereka. Labbaikallahumma

labbaiik. Menjelang 2 November

keberangkatan kami. Dalam fase

perjalan lain dari Solo menuju

Jakarta--dan mata ini pun tak

kuasa menahan gerimisnya.

Dari balik kacamata hitam Eiger,

saya coba sembunyikan gerimis

dan cairan air yang menggenang

di pelepuk mata ini. Mungkin

suasana gerbong KA Taksaka

yang nyaman, dingin dan lagu-

Page 24: Bab1

Persiapan demi Persiapan

13

lagu yang didendangkan begitu

mendukung rasa. Ahh..

Pagi ini saya kembali

meninggalkan sebuah stasiun

untuk melanjutkan perjalanan.

Stasiun dan perjalanan dalam

arti sebenarnya maupun arti

kiasan yang begitu luas dalam

hidup ini.

Dan pagi ini pun saya coba

benamkan dalam sudut khusus di

hati serta space memory dalam

otak saya tentang wajah-wajah

manis anak-anak kami, Ziyad 5

tahun, Taqiya 3,5 tahun dan yang

terakhir Tsabita 2 tahun.

Sungguh saya sebenarnya biasa

dan sangat terbiasa

meninggalkan mereka dalam

rangkaian dinas dan pekerjaan

atau aktivitas lain berhari-hari

lamanya terpisah laut, pulau

atau bahkan samudera.

Entahlah, kali ini jauh berbeda.

Mungkin efek psikologi dari

rencana keberangkatan haji kami

awal bulan depan-lah yang

membuat hal ini jadi jauh

berbeda.

14 Oktober 2010, anak-anak kami antar kepada orang tua saya di Klaten, kota diantara Solo dan Yogyakarta. Ini memang sudah kesepakatan kami, lebih lagi Eyang Uti dan Eyang Kakung dari anak-anak kami itu, memang sudah jauh-jauh hari mempersiapkan diri atas kedatangan 3 cucunya dari Pontianak. Selama tak lebih dari 3 hari saya membersamai mereka di Klaten untuk akhirnya kami tinggalkan selama lebih kurang 2 bulan. Kebetulan bertepatan dengan sebuah perjalanan dinas saya ke Bandung dan Jakarta, rentang tanggal 11 s.d. 22 Oktober 2010 dalam rangka mengikuti sebuah meeting dan training penugasan dari kantor. Sementara Umminya anak-anak hingga tanggal 22 baru meninggalkan mereka dan menyusul ke Jakarta untuk selanjutnya berdua kembali ke Pontianak pada tanggal 23 Oktober 2010.

Page 25: Bab1

Persiapan demi Persiapan

14

Semalaman pun Tsabita lebih

banyak saya peluk dan goda

sebelum ia tidur. Si mungil yang

manis ini pun terasa kian

ngangenin.

Pagi ini saat berangkat, saya pun

merasa bisa tegar dan seakan tak

ada yang berbeda. Ziyad sang

sulung pun sudah jauh-jauh hari

berulang kami informasikan

bersama adiknya, Taqiya, bahwa

saya dan ummi nya akan pergi

jauh meninggalkan mereka

bersama Eyangnya di Solo. Dan

so far, mereka mengerti dan tak

menjadi soal. Bahkan Ziyad lebih

memilih bermain lego-nya

ketimbang ikut mengantar saya

ke stasiun. Hehe... bocah

petualang satu itu!

Sampai di sini mata ini masih

kering tanpa linangan. Namun

setelah kereta api ini melaju

dalam rintik hujan di luar, entah

mengapa mata ini pun ikut

gerimis.

Dan memang kadangkala

kekhawatiran yang tidak perlu

itulah yang seringkali

membangun rasa berat

meninggalkan mereka dalam

rangka menjalankan syariat yang

satu ini.

Dan kereta pun telah melaju

hingga melewati Wates, sendu

dan syahdu kian bertambah saat

menengok ke luar gerbong,

hujan put turun berderai.

Rinainya penuh rindu

mengabarkan pada bumi

sebentuk cinta langit pada

penduduknya.

Ah,.. untunglah ada kacamata

Eiger nan keren ini... tak ada satu

pun yang tahu kalau saya sedang

berlinang sendiri di sini menatapi

satu persatu gulir air hujan yang

membekas di kaca jendela.

Allahumma Shaiban nafii’an.

Page 26: Bab1

Persiapan demi Persiapan

15

Departemen Agama atau Kementrian

Agama RI telah menyiapkan 3 tas

untuk masing-masing calon jamaah

haji. Tas tersebut terdiri dari 1 buah

koper besar, 1 tas jinjing dan 1 tas

selempang untuk menyimpan

passport dan tanda pengenal

lainnya.

Akhir Oktober 2010

Inilah hari-hari terakhir kami di

Pontianak sebelum jadwal

keberangkatan rombongan

jamaah haji Kloter 23 Batam

gelombang II diterbangkan ke

Jeddah. Hari-hari yang penuh

dengan berita duka dari

seluruh penjuru negeri.

Bencana tak pandang

bulu menegur dan

menyapa bangsa ini

tanpa bosan dan lelah.

Tidak hanya dari ujung

Timur di Papua, bahkan

juga sampai ke Barat,

tidak hanya di daerah

terpencil-terisolir tapi

bahkan juga hingga ke

ibukota negara, tidak hanya di

puncak gunung tapi juga hingga

ke tepi pantai dan lautan.

Media tanpa lelah mengulang-

ngulang berita, entah antara

bersemangat menyebarkan

informasi tervalid, ter-up to date,

atau terkini serta terpercaya, toh

pada akhirnya lebih dirasa lebay,

repititif, dan hanya menimbulkan

kepanikan-kepanikan lain.

Substansi yang diberitakan hanya

sedikit yang mengantarkan kita

pada penyadaran sejati, karena

yang dieksploitasi hanya rasa iba,

sedih dan muram. Tak salah, tapi

tentu tidak semua pula benar.

Page 27: Bab1

Persiapan demi Persiapan

16

Kadangkala media apalagi

televisi kini terindikasi sudah

menjadikan berita bencana ini

sebagai upaya menaikkan rating

dan popularitas stasiun TV-nya.

Wallahu a’lam.

Ah,.. sudahlah..TV kami yang

satu-satunya, yang digantung di

ruang tengah itu pun sudah

mulai ada suara-suara lirih

seperti desingan aneh kalau

dinyalakan serta melelahkan

kalau terlalu lama ditatap,

karena harus menengadahkan

kepada 30-40 derajat ke atas—

lebih baik memang kita lupakan

saja.

Kembali ke laptop! Lalu browsing

berita dari berbagai sumber,

maka sudah cukup bagi saya

untuk mengkonsumsi berita pagi

ini. Selebihnya fokus pada

persiapan keberangkatan kami.

Tas koper coklat besar sudah rapi

dibungkus dengan tali jaring

plastik, tidak lupa pita warna

sesuai dengan rombongan dan

regu, telah siap di ruang depan.

Selebihnya hamparan beberapa

tumpukan buku yang dibaca

secara random, lalu tas jinjing

yang isinya sebagian sudah siap

tersusun di dalamnya siap di

bawa esok hari, adalah

pemandangan yang begitu

kontras dengan 2 pekan lalu.

Biasanya hari-hari seperti ini

setidaknya di ruangan ini ada

celoteh si Tsabita yang kenes,

atau keributan khas Abang Zee

dan Kakak Qiya yang tak mau

saling mengalah sebelum mereka

Ada beberapa kolega dan rekan yang kaget dengan rencana keberangkatan kami ke tanah suci tahun ini. Sebagian bahkan menyayangkan karena mengingat 3 anak-anak kami tersebut masih balita semua. Alhamdulillah, semua itu justru menguatkan kami. Anak-anak sejak 6 bulan terakhir sudah kami kondisikan sedemikian rupa dengan memberikan informasi secara berulang, motivasi dan sekaligus pengertian tentang rencana kepergian kami.

Page 28: Bab1

Persiapan demi Persiapan

17

berdua berangkat ke sekolah

masing-masing. Kini tidak ada,

Sekarang mereka sudah bisa

menyesuaikan dengan ritme

kehidupan di rumah Eyang-nya di

Klaten-Solo. Rindu itu tentu ada,

namun Alhamdulillah hati ini tak

sempat gerimis atau mendung

karenanya, kami harus bebaskan

dari rasa berat meninggalkan

mereka.

Alhamdulillah kalau beberapa

tahun lalu sebagian mereka

pernah menikmati asap kabut di

Pontianak maka kini mereka di

Solo, bisa pula menikmati dari

jauh hujan abu vulkanik dari

Merapi. Subhanallah, semoga

mereka tumbuh menjadi anak-

anak yang kuat fisik dan

mentalnya dan Allah senantiasa

menjaga meraka dalam

kebaikan.

Daftar barang-barang yang kami

bawa sudah dibuat dan tinggal di

cek ulang. Pembagian bawaan

barang antara koper dan

handbag memang harus

disesuaikan dengan kebutuhan

kami yang masih harus transit di

Batam semalam, sementara tas

koper baru akan kembali ke

pangkuan saat sudah tiba di

Saudi Arabia. Belum lagi bawaan

seperti buku bagi saya adalah hal

wajib disaat-saat menanti

antrian atau tunggu di bandara

hingga sampai ke maktab nanti.

Surat wasiat untuk anak-anak

terkait dengan warisan pun

sudah saya susun dan kirim ke

Eyang-nya. Proposal hidup yang

akan saya “ajukan”kepada

pemilik hidup saya pun sudah

tersusun dengan rapi tak lupa

pula 2 lembar tulisan berisi

ringkasan nama-nama dan

harapan/doa-doa khusus dari

saudara, sahabat, teman

seperjuangan dan semua,

termasuk buddy online di blog

pribadi, yang telah menitipkan

doanya pun telah saya siapkan di

tempat-tempat yang mustajab.

Tiga hari terakhir ini saya lebih

banyak membaca buku ringan

terkait catatan perjalan ibadah

haji dari berbagai penulis. Ini

membuat saya mendapatkan

gambaran yang lebih detail

Page 29: Bab1

Persiapan demi Persiapan

18

tentang perjalanan haji.

Sementara untuk soal

manasiknya Insya Allah sudah

final, jika pun ada yang masih

perlu pendalaman dan

pemantapan tentu akan ada

banyak orang yang bisa ditanyai

dan diminta sebagai nara

sumber. Tak lupa saya telah

buatkan mind map untuk setiap

step ibadahnya. Mudah-

mudahan lancar saat

pelaksanaannya nanti.

Pagi tadi setelah shubuh,

Alhamdulillah saya masih bisa

menikmati sensasi breath with

the wind bersama neng seli

(sepeda lipat kesayangan )

hingga ke kantor. Lalu pulang

singgah menguras ATM untuk

keperluan cash flow kami selama

di tanah haram nanti.

Terus terang, saya adalah orang

yang masih konvensional dan

mungkin sebagian menyebutnya

naïf, karena sampai saat ini tak

satu pun kartu kredit mampir

terselip di dompet. Padahal saya

adalah orang yang dalam

setahun bisa berkali-kali

melakukan traveling ke berbagai

belahan kota dan pulau di

Indonesia. Bahkan sesekali ke

manca negara. Namun tak satu

pun yang mendorong saya

beralasan untuk memiliki kartu

kredit.

Sebagaimana sebuah perjalanan ke luar negeri, ibadah haji juga

memerlukan rencana dan persiapan yang sangat matang.

Padahal di zaman modern

sekarang ini, peran kartu kredit

begitu terasa membantu bagi

para traveler dan orang yang

hidup dari lounge bandara satu

ke lounge bandara lain.

Entahlah, mungkin dengan ATM

atau kartu debet yang saya miliki

semua persoalan keuangan

selama safar tersebut masih bisa

diatasi. Dalam kacamata syariah

soal kartu kredit ini pun masih

dalam perselisihan pendapat.

Ada yang membolehkan ada

yang mengharamkan. Demi

menghindari dari hal-hal yang

subhat itu maka saya pun sampai

Page 30: Bab1

Persiapan demi Persiapan

19

saat ini tidak memiliki kartu

kredit.

Namun kini ada rasa khawatir

juga ketika akan melakukan safar

di luar negeri dalam waktu yang

lebih lama dan ternyata

memerlukan dana yang besar

dibanding dengan cash yang

dibawah, sementara kartu ATM

dan kartu debet yang dimiliki

tidak bisa digunakan di sana.

Ahh…kalau sudah begini lebih

baik tentu tawakal saja, mudah-

mudahan semua under control

dan tentu jika ada hal-hal yang

membutuhkan dana besar masih

ada saudara-saudara yang bisa

membantu di sana nanti. Dengan

begitu pun saya dilatih untuk

berhemat dan tentu lebih bijak

dalam mengelola keuangan

selama safar nanti.

Better buying an experience

rather than buying a thing.

prinsip penting seorang

backpacker sepertinya harus

kembali ditekankan. Apalagi ini

kan perjalanan ibadah, bukan

sebuah perjalanan wisata

belanja.

Ingat juga pengalaman saya

waktu pergi ke Jepang. Ya karena

tidak ada kartu kredit, maka

semua transaksi yang digunakan

adalah by cash. Dampaknya saya

pun terhindar dari over budget

dan lebih cenderung untuk

berhemat. Walaupun punya

resiko besar atas uang saku/cash

yang kita bawa itu pasti dalam

jumlah yang cukup besar dan

apabila cash yang kita bawa

bermasalah (hilang atau

tercecer) maka dampaknya akan

fatal.

Tips untuk mengatasi ini

adalah, biasanya saya akan

menyimpan uang tersebut di 2

atau lebih tempat yang berbeda.

Selain itu biasanya juga karena

perbedaan kurs mata uang yang

bersifat fluktuatif, maka saya pun

simpan dalam 2 bentuk. Dalam

bentuk uang yang banyak

diterima di berbagai Negara

(sayangnya ia adalah: Dollar,

bukan Dirham atau dinnar!) dan

selebihnya sudah dalam bentuk

mata uang yang digunakan di

negara tujuan.

Page 31: Bab1

Persiapan demi Persiapan

20

Kini saatnya saya pejamkan mata

atas apa-apa yang saya tinggal di

sini. Dan saya pasrah, siap, ikhlas

dan tawakal atas apa-apa yang

akan Engkau “jamukan” pada

kami ya Allah...

“Sesungguhnya ibadahku,

hidup dan matiku hanya

untuk-Mu.”

PERHATIAN: sebaiknya anda

tidak usah menukar uang Rupiah anda lagi di tanah air. Karena Panitia

Penyelenggara Haji & Umrah dari Departemen/Kementerian Agama RI telah menyiapkan uang saku atau living cost yang cukup besar dengan rincian pecahan nominal yang sangat memadai. (SAR 500, SAR 100, SAR 50, SAR 10). Pengalaman pribadi saya, ketika akan berangkat dari Pontianak, harga 1 Saudi Arabia Riyal (SAR) di Money Changer terletak pada harga Rp. 3000,- padahal saat menukarnya di Mekkah atau di Madinah dihargai pada kisaran angka Rp. 2500,- saja.

Page 32: Bab1

Persiapan demi Persiapan

21

Raihan - Haji Menuju Allah

Apa sejatinya yang paling

sangat perlu dipersiapkan untuk

melakukan perjalanan menuju ke

tanah suci? Selain uang sekarung

tentu? Dan niat sekokoh karang,

semurni emas?

Kawan, setelah kita sungguh-

sungguh berniat untuk pergi haji

atas dasar perintah Allah

Subhanahu wa Ta’ala dan

mengikuti tuntunan Nabi

sallallahu ‘alaihi wasallam, demi

mengharapkan Ridho Allah

semata, maka yang harus kita

persiapkan adalah:

1. Personal Behavior.

Persiapan mental dengan

membiasakan diri pada tindak-

tanduk seorang muslim sejati.

Biasakanlah untuk bertindak,

berprilaku dan bersikap sesuai

dengan koridor agama. Menjauh

dari segala bentuk kemaksiatan

semaksimal mungkin. Hal ini

penting agar kita bisa melakukan

pengkondisian hati selama

pelaksanaan ibadah haji dan

Labbaikallahumma Labbaika Labbaika Laa Syarikalaka Labbaika Innalhamda Wal Ni’mata Laka Wal Mulk Laa Syarikalaka Pergi haji Artinya menuju Allah yang Esa Membawa hati dan diri yang hina Memberi hadiah kepada Allah Berhati-hatilah menghadapNya Setiap hamba Pergi haji dengan segala yang baik Hati yang baik akhlak yang baik Harta yang halal hati yang bersih Niat yang suci amal mulia Pergi haji Ilmu tentangnya mestilah ada Agar syarat dan rukun tepat sempurna Sah dan batalnya dapat dijaga Agar amalan hajinya tidak sia-sia Tata tertib dan akhlak kenalah jaga Buatlah dengan tenang serta tawadu’ Sabar dan tolak ansur mestilah ada Jangan berkasar merempuh manusia Tanah haram jagalah pantang larangnya Pergi haji bukannya masa untuk membeli belah Beringatlah betulkanlah niat kita Moga-moga haji kita diterima Jagalah pantang larang-Nya Yang boleh rusakkan hati Jauhkan maksiat dan yang sia-sia Takutkan Allah yang Esa Ingat selalu padaNya Agar kita senantiasa memiliki jiwa hamba

Page 33: Bab1

Persiapan demi Persiapan

22

hingga setelahnya. Susullah setiap kesalahan, kekhilafan

dan dosa dengan istighfar dan taubat serta amal kebaikan

lainnya.

One who performs hajj without having marital relations or committing

any sin returns from hajj as pure as he was on the day he was born.

[Bukhari & Muslim: 1891:1350]

Sikap mental yang perlu terus dibina:

a. Peliharalah sikap dan prilaku positif pada setiap kondisi dan

situasi, kepada siapa pun dan di mana pun.

b. Selalu ucapkan “Alhamdulillah” pada setiap kondisi; apakah

baik atau buruk. Jadikanlah dua kendaraan yaitu syukur dan

sabar sebagai tunggangan yang terbaik dalam setiap saat.

c. Renungilah setiap kondisi buruk dengan kemungkinan-

kemungkinan kondisi yang lebih buruk sehingga hati dan

fisik kita lebih siap untuk menerima segala kondisi yang

terjadi.

d. Perbanyak dzikir dan istighfar agar bisa selalu menjaga dan

menghadirkan hati pada ruang-ruang kebaikan.

e. Biasakan diri pada kondisi tidak nyaman saat ditengah-

tengah kerumunan orang atau antrian panjang.

2. Kesehatan dan Kesiapan Fisik. Ibadah haji memang sangat

bertumpu pada kekuatan fisik. Thawaf, sai, wuquf di arafah,

hingga melempar jumrah di Mina, semua membutuhkan

stamina dan tenaga serta kondisi tubuh yang prima.

Dalam perjalanan menunaikan ibadah haji, kita setidaknya

akan mengalami ujian fisik atas 3 kondisi:

1. Jetlag akibat perjalanan jauh, 8 jam dalam perjalanan

dengan pesawat udara. Mengalami perbedaan waktu

Page 34: Bab1

Persiapan demi Persiapan

23

akan menyebabkan perubahan dan penyesuaian jam-jam

biologis tubuh.

2. Perbedaan iklim dan cuaca yang ekstrim. Udara di Arab

Saudi lebih kering dengan kelembaban udara yang

sangat berbeda dengan di tanah air yang basah dan

lembab. Sementara itu saat-saat musim panas, suhu

udara bisa begitu ekstrim jauh lebih panas dari suhu

rata-rata tertinggi di Indonesia. Rentan mengalami

dehidrasi, gangguan pernapasan, dll.

3. Pelaksanaan ibadah umrah dan haji kita sepakati tentu

memerlukan fisik yang prima, berjalan, lari-lari kecil,

tidur di tenda, bahkan di alam terbuka, dan belum lagi

konsekuensi berdesak-desakan, mengantri dan

menunggu. Jika tidak mampu disikapi dengan baik justru

akan menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang

berikutnya akan menyebabkan kondisi tubuh menjadi

lemah.

Jet lag (juga dieja jetlag atau jet-lag) adalah sebuah kondisi psikologis akibat perubahan ritme circadian. Perubahan tersebut disebabkan oleh kerja shift, perjalanan melewati meridian, atau panjangnya hari yang berubah. Kondisi ini dipercayai sebagai akibat dari terganggunya putaran terang/gelap yang mengubah periode ritme circadian tubuh. Dia dapat diperburuk oleh faktor lingkungan. [Wikipedia]

Gambar berikut menunjukkan pola dan siklus iklim di tanah suci, jamaah haji hendaknya mempersiapkan diri sesuai dengan kondisi dan situasi iklim yang sedang berlangsung (sumber: www.weather2travel.com)

Page 35: Bab1

Persiapan demi Persiapan

24

Page 36: Bab1

Persiapan demi Persiapan

25

Ada beberapa tips yang bisa dilakukan dalam rangka

mempersiapkan fisik dan jasmani kita sebelum berangkat ke

tanah suci:

Makanlah makanan yang halal dan thoyib

Jangan makan berlebihan

Olah raga teratur sesuai kemampuan

Perbanyak aktivitas jalan kaki

Biasakan dengan aktivitas yang mudah terkena paparan

panas sinar matahari secukupnya, terutama jika

berangkat haji di musim panas. Hal ini agar tubuh mudah

menyesuaikan dengan temperature udara yang ekstrim

3. Perlengkapan.

Pergi haji memang merupakan seni traveling yang unik, beda

dan special. Barang yang dibawa diharapkan lengkap, praktis

dan benar-benar berguna.

4. Bekal Hidup.

Selama tinggal di tanah suci kita tetap membutuhkan uang

sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan harian kita.

Bawalah bekal uang secukupnya. Simpan dalam beberapa

bentuk dan tempat. Siapkan ATM bank yang memiliki

jaringan hingga ke tanah suci seperti:VISA atau mastercard.

5. Pemahaman Ilmu

Hal ini penting untuk senantiasa ditanamkan dalam benak

setiap calon jamaah haji.

Page 37: Bab1

Persiapan demi Persiapan

26

--apa yang Rasulullah katakan, laksanakan dan tidak

laksanakan dalam rituah ibadah umrah dan haji?—

Maka persiapan ilmu dalam melaksanakan ibadah umrah

dan haji ini begitu penting dan harus mantap.

Bertaburannya Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH)

tentu menjadi salah satu alternatif solusi.

Sayangnya hal ini justru kemudian meninabobokan calon

jamaah haji. Banyak dari mereka kemudian terbuai dengan

kata-kata manis para pembimbing haji, “Ibu-Ibu dan Bapak-

bapak tidak usah khawatir dan payah-payah menghapal doa-

doa karena nanti di sana akan dibimbing oleh petugas dari

kami.” Akhirnya mereka sangat bergantung dengan para

pembimbing ini.

Pada kenyataannya di lapangan pembimbing haji tak

selamanya bisa diandalkan. Banyak kegiatan ibadah yang

akhirnya dilakukan oleh jamaah secara mandiri.

Saat thawaf misalnya, jamaah akan sulit tetap berada dalam

kelompok yang berjumlah besar. Selain pada beberapa kasus

sebenarnya hal ini sepatutnya dihindari. Nanti saya akan

ceritakan di bagian selanjutnya dalam buku ini.

Nah, ketika jamaah tercerai-berai dari kelompok

bimbingannya, maka jika tanpa ada persiapan matang dan

pemahaman yang memadai, dapat dipastikan jamaah

menjadi kebingungan dalam menyelesaikan rangkaian

ibadahnya.

Page 38: Bab1

Persiapan demi Persiapan

27

Tak sedikit yang kemudian belum selesai sa’i sudah kembali

ke pemondokan, atau ada juga yang kelupaan untuk

melakukan tahalul selepas sa’i. Langsung melepas kain

ihramnya dan berganti pakaian biasa dan seterusnya.

Maka alangkah baiknya jika calon jamaah haji bisa

mempersiapkan bekal pemahaman dan ilmu tentang

manasik haji ini dengan sebaik-baiknya dan mampu

melaksanakan seluruh rangkaian ritual ibadah haji dan

umrah secara mandiri. Karena dengan pemahaman yang

memadai maka kita bisa lebih menikmati perjalanan ibadah

kita.

Jangan terbebani dengan harus menghafal sederet doa-doa

khusus untuk setiap rangkaian kegiatan ibadah. Hafalkan

yang bisa dihafal dan sisanya cukup dibaca saja dari buku

doa yang dibagikan Depag sebagai bagian dari kelengkapan.

Jika lafal arabnya tidak bisa dihafal cukup hafal dan

pahamkan terjemaahannya saja, tidak ada masalah. Dan

tidak ada salahnya jika berdoa dengan doa khusus gubahan

sendiri misalnya.

Prinsip kebersamaan dan kemandirian memang menjadi hal

utama yang harus senantiasa diingat. Kebersamaan

maksudnya adalah senantiasa bisa saling berbagi dan

menjaga fasilitas umum milik bersama yang disediakan oleh

pemerintah Indonesia, maktab maupun pemerintah Saudi

Arabia dalam rangka melayani kebutuhan jamaah haji.

Sementara kemandirian yang dimaksud adalah bahwa setiap

jamaah haji mampu melaksanakan seluruh ritual dan

rangkaian kegiatan ibadah secara mandiri dan pula mampu

mengelola diri dalam rangka memenuhi seluruh agenda

ibadah maupun lainnya selama di tanah suci secara baik.

Page 39: Bab1

Persiapan demi Persiapan

28

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi,

barangsiapa yang menetapkan niat dalam bulan itu akan

mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan

berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan

apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah

mengetahuinya, berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-

baiknya bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku,

Hai orang-orang yang berakal (Q.S 2:197)

Page 40: Bab1

Persiapan demi Persiapan

29

Daftar Bawaan

Sepekan sebelum keberangkatan, kami mulai menyusun dan merapikan barang-barang yang akan di bawa. Daftar bawaan telah dibuat sebagai panduan dan catatan penanda.

Berburu perlengkapan haji baru kami lakukan di pekan-pekan terakhir sebelum keberangkatan. Bersamaan perasaan harap-harap cemas yang membuncah, mirip anak SD yang akan mengikuti perjalanan dharma wisatanya yang pertama—saya lalui hari-hari terakhir di Pontianak sebelum keberangkatan dengan sejuta rasa.

Rasa rindu pada anak-anak sudah terpendam rapi dalam gundukan hati yang tanahnya selalu basah diguyur air hujan tawakal. Sementara itu bayang-bayang tentang tanah suci dan segenap ritual dan keriuhannya makin kuat memenuhi benak. Informasi-informasi terkait tanah suci banyak saya kumpulkan dari berbagai buku panduan haji dan artikel dari berbagai sumber di dunia maya. Sejauh ini “mbah Google” cukup membantu. Hehe..

Barang-barang yang sudah disiapkan, kemudian kami simpan dalam 2 tas yang telah dibagikan oleh Depag. Satu koper besar dan satu lagi tas jinjing.

Prinsip barang bawaan bagi jamaah haji adalah: lengkap, artinya dapat memenuhi hampir semua kebutuhan selama bermukim di tanah suci baik untuk keperluan sehari-hari, sampai dengan keperluan khusus ibadah. Praktis, artinya berfungsi pada banyak keperluan/fungsi ganda, mudah di bawa, relatif ringan, dan mudah digunakan.

Page 41: Bab1

Persiapan demi Persiapan

30

Terlalu banyak membawa pakaian justru mubazir dan merepotkan

Pastikan barang-barang yang dibawa adalah benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat di tanah suci. Pikirkan kembali barang-barang sekunder yang sebenarnya bisa dan mudah ditemukan di tanah suci. Apakah perlu dibawa atau tidak?

Pilihlah pakaian yang sesuai dengan musim dan iklim di tanah suci. Pilih pula pakaian yang multifungsi bisa untuk segala macam aktivitas. Usah pikirkan soal paduan warna dan lain-lain. Yang penting sopan, sesuai syariat, dan nyaman. Ingat kita pergi untuk beribadah bukan untuk fashion show.. Pilihlah warna pakaian yang netral dan tidak mencolok pandangan. Lebih utama warna netral seperti hitam, coklat atau putih.

Berikut ini hal-hal yang patut dipertimbangkan untuk dibawa:

Tas praktis untuk membawa dan membungkus sepatu-sendal (shoe bag)

Stone bag atau kantong tempat menyimpan batu untuk melempar jumrah

Buku catatan kecil dan kartu nama (berisi e-mail address dll)

Bantal leher (a blow-up travelling neck-pillow), sangat bermanfaat saat beristirahat di atas pesawat dan atau bis

Page 42: Bab1

Persiapan demi Persiapan

31

Bagaimana dengan walimatushafar?

Kebetulan kami tinggal di kompleks perumahan yang didominasi oleh keluarga-keluarga muda yang cukup sibuk dan diselingi beberapa rumah kost yang ditempati mahasiswa yang berganti-ganti dengan segala kesibukan kampusnya, membuat interaksi kami memang kurang intensif. Begitulah tinggal di daerah pemukiman kota. Terasa ada jarak memang. Saling sapa dan tegur hanya ketika saling berpapasan di jalan kompleks, atau bertemu secara insidensial saat rapat RT.

Kami sebenarnya berencana ingin mengundang tetangga untuk menghadiri syukuran dan pamitan di rumah dengan diisi ceramah dan nasehat dari ustadz. Sekalian menghidupkan pengajian di kompleks kami.

Namun karena ketiadaan sumber daya yang memadai, termasuk kesibukan kantor yang harus saya jalani menjelang keberangkatan saya, maka kami putuskan untuk meniadakan acara selamatan khusus di rumah terkait dengan keberangkatan kami ke tanah suci tersebut. Sebagai gantinya—tentu dengan tanpa mengurangi rasa hormat dan takzim kami memutuskan untuk mengantar makanan ala kadarnya dengan diselipkan selembaran surat pamitan kepada tetangga-tetangga di sekitar rumah.

Terus terang, kami memang agak alergi dengan publisitas terkait dengan keberangkatan kami ini. Pamitan dalam unit kerja dan kolega di kantor pun lebih banyak menggunakan email. Juga kepada teman-teman kolega di luar kantor pun kami perlakukan hal yang sama. Kadang cukup sms permintaan maaf dan permohonan doa agar kami dapat melakukan perjalanan ibadah kali ini dengan sebaik-baiknya.

Page 43: Bab1

Persiapan demi Persiapan

32

Sementara itu surat wasiat dan beberapa catatan-catatan muamalat saya gandakan pada beberapa lokasi penyimpanan. Ada pula yang saya kirimkan kepada orang tua di Klaten.

Sertifikat, piagam, HD portable, file-file dan dokumen-dokumen penting lainnya saya simpan dalam kotak kontainer plastik besar dan menyimpannya di bawah meja kerja di kantor. Alhamdulillah, kantor tempat saya bekerja relatif lebih aman karena dijaga 24 jam oleh security dengan system pengamanan berlapis. Beginilah untungnya bekerja di kantor yang memiliki instalasi vital yang menyangkut hidup orang banyak, jadi mendapatkan penjagaan dan pengamanan ekstra. Aman deh…

Tips Jika dokumen-dokumen penting anda tidak bisa disimpan di kantor atau tempat aman lainnya, anda bisa juga menyimpannya di “safe deposit box” yang disediakan oleh lembaga keuangan resmi seperti Bank.

Page 44: Bab1

Bar

ang

Baw

aan

kebu

tuha

n ib

adah

mus

haf

Al Q

ura

n

kain

ihra

mta

li pi

ngga

ng

baju

ihra

m

man

set

kaos

kak

i wud

hu

jilba

b/ke

rudu

ng

perl

engk

apan

ibad

ah t

amba

han

mas

ker

spra

yer

air

saja

dah

kele

ngka

pan

pri

badi

gadg

et

Han

dpho

ne

cam

era

digi

tal

note

book

alas

tid

ur s

aat

AR

MIN

Asl

eepi

ng b

ag

Toi

letr

ies

alat

-ala

t m

andi

hand

uk

med

ical

an

d dr

ugs

crea

mer

/lot

ion

pele

mba

b

sun-

bloc

k

mul

ti-vi

tam

insu

plem

en

lips

balm

obat

-oba

tan

lain

dipa

kai u

ntuk

keb

utuh

an y

ang

bers

ifat

pri

bad

i, bi

sabe

rbed

a-be

da s

esua

i de

nga

nke

butu

han

kebu

tuha

n ha

rian

paka

ian

baju

har

ian

paka

ian

untu

k ib

adah

, ak

tivita

s lu

ar

paka

ian

di a

sram

a/pe

mon

doka

n, p

akai

an t

idur

paka

ian

dala

m

tutu

p ke

pala

topi

payu

ng

alas

kak

i

kaca

mat

a

mak

an

gela

s

tem

pat

air

food

sto

re

send

ok-g

arpu

mak

anan

pen

duku

ngm

inum

an in

stan

t da

lam

kem

asan

abon

/ker

ing

tem

pe/d

ll

alat

pen

duku

ng

tali

lakb

an

gunt

ing

cutt

er

paku dl

l

dip

akai

set

iap

har

i,be

rsif

at u

mum

Page 45: Bab1

Persiapan demi Persiapan

34

SURAT WASIAT

Assalaamu'alaykum

Ba'da Tahmid dan sholawat

Kepada anak-anakku: Ziyad, Taqiya dan Tsabita yang Sholeh-sholehah-- atas alasan perjalanan jauh ke Baitullah yang mungkin bisa jadi menjadi sebab perpisahan untuk selamanya--maka tulisan ini semoga bisa mendelegasikan hal-hal terkait harta benda kami yang kelak akan kami warisi kepada kalian. Tulisan ini juga menjadi bagian dari beberapa tulisan termasuk proposal hidup yang Abu tulis sebagai sebuah doa dan harapan tentang perjalanan hidup yang sementara ini, untuk meraih bahagia di dunia dan akhirat. Semoga ananda semua bisa melaksanakan dengan sebaik-baiknya amanah kehidupan ini.

Kepada Eyang-Uti Eyang Akung--Ibunda Kunti dan Ayahanda Ghufron, semoga uraian ini bisa menjadi panduan untuk bisa menyampaikan, melanjutkan dan menyelesaikan amanah-amanah kami jika memang Allah Subhanahu wa Ta’ala berkehendak lain atas perjalanan ini.

Untuk urusan bagaimana warisan ini dibagi kepada ahlinya, sepenuhnya kami putuskan dengan merujuk kepada Al Quran dan Sunnah, sebagaimana dituangkan detail oleh para ulama sebagai bagian dari ilmu faraid. Karena apa-apa yang telah diatur dalam syariat Islam ini semata-mata adalah untuk kebaikan dan keadilan bagi semua—sebagai bukti ketinggian dan kemuliaan dien-Nya...

Untuk bagaimana teknis pembagian warisan kepada anak-anak kami seluruhnya akan diserahkan kepada kedua orang tua; eyang akung dan eyang uti dengan merujuk aturan syariah tersebut di atas.

Adapun dalam surat ini, saya hanya akan menginventarisasi jumlah kekayaan bersih (net worth)= aktiva(asset)-passiva(utang). Selain itu tentu beberapa hal lain yang menjadi penting untuk ditindaklanjuti.

Page 46: Bab1

Persiapan demi Persiapan

35

….. Demikian Ananda semua (Ziyad, Taqiya dan Tsabita), melalui Eyang kalian kami titipkan kembali harta-harta ini. Jauh tak sebanding tentu dibanding dengan iman dan aqidah kalian kepada Allah Azza wa Jalla yang harus terus terpatri dengan baik melebihi kualitas abu dan ummi kalian yang masih banyak kekurangan ini. Untuk utang yang melibatkan lembaga keuangan resmi (Bank) pada akhirnya akan diperhitungkan kembali jika terjadi hal-hal yang menyebabkan kami tidak bisa melunasinya lagi (misal disebabkan oleh kematian/kehilangan nyawa) karena tentu pada akad perjanjiannya terdapat asuransi dan pertanggungan lain Selain itu nilai total hutang tersebut pun bisa ditutupi dari nilai pertanggungan jiwa dari asuransi xxxx Syariah a.n. Rifki Sya’bani yang tertuang dalam daftar asset di atas. Selain itu dari kantor sudah barang tentu akan mendapatkan santunan kematian dan akumulasi Jamsostek dan lain-lain yang telah diatur oleh perusahaan. Semoga jika lah ternyata Allah berkehendak lain atas perjalanan ini—menyebabkan kami tak lagi dapat berkumpul lagi di dunia ini; membersamai kalian bertiga lagi, semoga bekal harta ini menjadi bukti bahwa abu-mu ini tidak meninggalkan kalian dalam kondisi lemah harta. Insya Allah. Semoga Allah Subhana wa Ta’ala masih memperkenankan kita bisa kembali bersua dan membersamai hidup hingga jauh masa di depan. Amiin. Kepada Ibunda dan Bapanda, mohon surat yang berisi rincian harta ini dipegang dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Surat wasiat ini pun sudah kami buat rangkap dalam bentuk digital dan kami persaksikan kepada 2 orang minimal sebagai saksi yaitu: ….. Adapun harta yang berharga lain yang masih kami tinggal dalam rumah adalah koleksi buku-buku dan majalah-majalah yang jumlah totalnya mencapai lebih dari 350 buah dengan berbagai judul, genre, dan tema. Tersimpan dan tersusun dalam 2 rak buku besar dan 2 rak buku kecil. Kami berharap buku-buku itu kelak bisa

Page 47: Bab1

Persiapan demi Persiapan

36

menjadi jendela kehidupan, pintu ilmu pengetahuan, pelipur hati dan mencerahkan jiwa bagi ananda semua. Jika ternyata Abu tidak lagi bisa kembali dan berjumpa dengan kalian bertiga, jadikanlah kelak, buku-buku itu adalah sebuah perpustakaan umum yang bisa diakses secara bertanggung jawab oleh banyak orang untuk bisa diambil kemanfaatannya. Atas usia kalian yang masih dini, tentu tak cukup banyak bisa mengenal kami sebagai orang tua, cukuplah dalam HD portable dan dalam Laptop xxxx yang kami titip dan simpan di kantor sebagai citra kenangan atas kami. Tersimpan berfolder-folder foto-foto kebersamaan kita, puluhan tulisan pribadi dan koleksi e-book dan kajian-kajian yang bisa diambil manfaatnya kelak. Insya Allah. Demikian tulisan ini sebagai upaya dan ikhtiar berjaga-jaga jika takdir Allah berkehendak lain atas harapan bersua kembali pada Desember 2010 nanti. Pontianak, 29 Oktober 2010

Cuplikan surat wasiat di atas adalah salah satu cara kami

mempersiapkan diri atas segala kemungkinan yang bisa terjadi.

Kadangkala membacanya tak kurang membuat hati saya pun gerimis.

Surat wasiat di atas memang lebih banyak merinci soal daftar

kekayaan yang kami miliki. Rumusan sederhana yang kami gunakan

adalah:

kekayaan bersih (net worth)= aktiva(asset)-

passiva(utang)

Mengapa surat wasiat dan daftar kekayaan ini penting untuk kita

jabarkan kepada ahli waris saat kita meninggalkan mereka untuk

Page 48: Bab1

Persiapan demi Persiapan

37

menunaikan ibadah haji? Hal ini semata-mata untuk memberikan

ketenangan kepada kita bahwa segala pertinggalan hak dan kewajiban

kita dalam bermuamalat ada jaminan untuk ditunaikan secara baik

sepeninggalan kita jika ternyata Allah berkehendak lain atas

perjalanan spiritual ini.

Perjalanan haji ini akhirnya memang menyadarkan saya untuk

membiasakan lebih rinci terhadap daftar kekayaan ini. Bukan sekedar

untuk mengukur capaian tapi lebih pada cara kita memandang harta

ini sebagai bentuk amanah yang kelak harus dipertanggungjawabkan.

Selain itu pun saya bisa mengukur sejauh mana telah mempersiapkan

generasi sepeninggalan saya—anak-anak kami itu, adalah generasi

yang memiliki kekuatan materi yang menyebabkan mereka kelak bisa

berdiri tegak di atas izzah tanpa harus menjadi peminta-minta.

Setelah dilandasi dengan niat yang baik dan benar, lalu pastikan

bahwa biaya haji ini berasal dari sumber yang halal, tidak mengandung

subhat atau harta haram. Maka selanjutnya adalah penuhilah Hak-hak

Allah, lalu yang tidak kalah penting: PENUHI HAK-HAK DENGAN

MANUSIA; termasuk soal hutang-piutang dan akad-akad muamalat

lainnya.