Upload
ichit-amina
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jantung merupakan sebuah organ dalam tubuh manusia yang termasuk
dalam sistem sirkulasi. jantung bertindak sebagai pompa sentral yang memompa
darah untuk menghantarkan bahan-bahan metabolisme yang diperlukan ke
seluruh jaringan tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme untuk dikeluarkan
dari tubuh.
Penyakit jantung merupakan penyakit yang mematikan. Di seluruh
dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Penyakit ini tidak lepas dari
gaya hidup yang kurang sehat yang banyak dilakukan seiring dengan berubahnya
pola hidup. Penyakit jantung akhirnya bisa menuju ke tahap yang lebih serius
yaitu terjadinya gagal jantung.
Meskipun berbagai pendekatan terapi gagal jantung meliputi terapi
farmakologis, prosedur intervensi dan pembedahan telah banyak ditawarkan,
Kematian penderita gagal jantung masih sangat tinggi apabila penyebabnya tidak
teratasi. Selain itu ditemukan banyak fakta penyebab kematian pasien dengan
gagal jantung adalah minimnya melakukan olahraga fisik karena kurangnya
informasi yang didapat.
Dalam beberapa jurnal dijelaskan bahwa olahraga yang teratur aman
dan efektif untuk pasien dengan gagal jantung (1); menurunkan insidensi
kejadian kerusakan reversibel dari miokard (2); meningkatkan kualitas hidup
(3); menurunkan angka mortalitas.
Dalam referat ini akan dibahas mengenai olahraga bagi penderita
penyakit gagal jantung sesuai dengan grading gagal jantung yang diderita.
1
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas kepanitraan
klinik senior Departemen Ilmu Penyakit Dalam di RSUD. DR.RM. Djoelham
Kota Binjai dan meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai Exercise for
Congestive Heart Failure.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini ditujukan untuk mempelajari mengenai Exercise for
Congestive Heart Failure sehingga nantinya pasien dengan Congestive Heart
Failure bisa mendapatkan terapi olahraga dengan tepat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Gagal Jantung
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala),
ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Pada gagal jantung terjadi
keadaan yang mana jantung tidak dapat menghantarkan curah jantung yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
2.2 Patofisiologi Gagal Jantung
Terdapat tiga kondisi yang mendasari terjadinya gagal jantung, yaitu :
1) Gangguan mekanik, beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal
atau bersamaan yaitu :
a. Beban volume
b. Tamponade jantung atau konstriski perikard,
c. Obstruksi pengisian ventrikel
d. Aneurisma ventrikel
e. Disinergi ventrikel
f. Restriksi endokardial atu miokardial
2) Abnormalitas otot jantung
a. Primer : kardiomiopati, miokarditis metabolik (DM, gagal ginjal kronik,
anemia) toksin atau sitostatika.
b. Sekunder: Iskemia, penyakit sistemik, penyakit infiltratif, korpulmonal
3) Gangguan irama jantung atau gangguan konduksi.
3
2.3 Klasifikasi Gagal Jantung
Klasifikasi Gagal Jantung menurut New York Heart Association (NYHA)
grade gejala
NYHA kelas I penderita penyakit jantung tanpa pembatasan dalam kegiatan
fisik serta tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit jantung
seperti cepat lelah, sesak nafas atau berdebar-debar, apabila
mereka melakukan kegiatan biasa
NYHA kelas II penderita dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan fisik.
Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi
kegiatan fisik yang biasa menimbulkan gejala-gejala
insufisiensi jantung seperti kelelahan, jantung berdebar, sesak
nafas atau nyeri dada.
NYHA kelas III penderita penyakit jantung dengan banyak pembatasan dalam
kegiatan fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu
istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang kurang dari kegiatan
biasa sudah menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung
seperti yang tersebut di atas.
NYHA kelas IV penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik apapun
tanpa menimbulkan keluhan. Waktu istirahat juga dapat
menimbulkan gejala-gejala insufisiensi
jantung,yangbertambah apabila mereka melakukan
kegiatan fisik meskipun sangat ringan.
4
2.4 Olahraga Pasien Gagal Jantung
2.4.1 Prevalensi
Gagal jantung adalah sindroma klinis di mana terjadi kegagalan pada
jantung untuk memompa darah. Dalam mendiagnosis gagal jantung
membutuhkan beberapa kombinasi yang spesifik dari gejala yang muncul
berkaitan dengan fungsi ventrikel yang abnormal. Studi yang dilakukan di
Australia disebutkan bahwa 2,5 % gagal jantung terjadi pada usia 55-64
tahun dan 8,2 % pada usia ≥75 tahun. Diperkirakan tiap tahunnya
menghabiskan dana 1, 4 juta dolar yang dianggarkan bagi penderita gagal
jantung.
Prognosis untuk pasien dengan gagal jantung menunjukkan ke arah
buruk dengan minimalnya pengobatan yang diperoleh. Penyebab yang
tersering adalah hipertensi dan penyakit koroner di mana menyebabkan
peningkatan tekanan darah, disfungsi miokard dan disfungsi dan remodeling
ventrikel.
2.4.2 Peranan Olahraga pada Pasien Gagal Jantung
Latihan fisik adalah faktor risiko tinggi untuk penyakit jantung. Tetapi
beberapa studi telah membuktikan adanya hubungan timbal balik antara
olahraga dengan kematian. Latihan fisik yang dijalani yang dimulai dari
tahap ringan dan teratur dapat meningkatkan status kesehatan , kapasitas
fungsional dan kualitas hidup serta mengurangi terjadinya angka kesakitan
dan kematian. Pada beberapa studi dijelaskan dengan latihan fisik seperti
aerobik dapat meningkatkan kapasitas fungsional dan ambilan oksigen pada
pasien gagal jantung.
Gagal jantung sendiri dikaitkan dengan ketidakmampuan adaptasi pada
struktur dan fungsi otot. Di mana berdasarkan studi diungkapkan bahwa
latihan dengan beban ringan adalah efektif untuk meningkatkan massa dan
kekuatan otot serta kesehatan. Latihan dengan beban ringan untuk pasien
gagal jantung dapat membantu meningkatkan toleransi latihan dan
meningkatkan fungsi otot jantung dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
5
2.4.3 Jenis Olahraga Pasien Gagal Jantung
Tipe Olahraga Kelas Frekuensi Intensitas Durasi
Aerobik (jalan
cepat/ berlari,
bersepeda,
berenang)
NYHA I-
II
NYHA
III-IV
4-7 hari/
minggu
4-7 hari/
minggu
Intensitas latihan
harus dibawah
ambang iskemik
miokard jika
memungkinkan
RPE 11-14 atau 40%-
75% dari puncak HR
yang ditentukan
dengan batasan gejala
yang muncul saat
latihan dilakukan atau
40%-70% dari VO2
Intensita yang lebih
tinggi (smp 80% VO2
puncak)dilakukan di
rumah sakit atatu
pusat pelatihan yang
memiliki peralatan
dan personil yang
dapat mengatasi
kemungkinan
terburuk dengan
cardiac life support.
RPE ≤ 13 atatu 40-
65% dari HR puncak
dimana ditentukan
dengan batasan gejala
yang muncul saat
latihan dilakukan atau
Memulai 10-15
menit pada target
latihan yang
ditingkatkan secara
bertahap berdasarkan
kemajuan kondisi
pasien dan waktu
toleransi sampai 45
menit-60 menit.
Interval latihan yang
bisa ditoleransi oleh
pasien gagal jantung
Tahap awal 1:1
latihan /istirahat,
peningkatan 2: 1
latihan / istirahat
6
40%-60% dari VO2.
Latihan
perlawanan.Latihan
beban.latihan berat
badan
NYHA I-
II
NYHA
III-IV
2-3 hari/
minggu
2 hari/
minggu
RPE 11-15
Pengulangan 6-15 per
set, Memulai 1 set
pada awal latihan lalu
ditingkatkan sampai 3
set.
RPE 10-13
Pengulangan 4-10 per
set memulai dengan 1
set pada awal lalu
ditingkatkan menjadi
2 set
Memulai pada 20
menit pertama pada
intensitas target
kemudian
ditingkatkan
perlahan berdasarkan
kemajuan keadaan
pasien dan toleransi
sampai 45-60 menit
Fleksibilitas NYHA I-
IV
2-3
hari/ming
gu
Peregangan pada otot
mayor mempengaruhi
pinggang, lutut, tulang
belakang, dada dan
pundak
5-10 menit
AEROBIK
Bentuk Latihan
Patologi dan olahraga toleransi pasien dengan CHF memungkinkan hanya
beberapa kegiatan yang dipilih untuk dilakukan. Pelatihan ergometer siklus
memungkinkan berolahraga pada beban kerja yang sangat rendah, kemampuan
reproduksi yang tepat dari beban kerja yang ditentukan dan / atau ditoleransi, dan
pemantauan terus menerus dari denyut jantung, irama, dan tekanan darah. Selain itu,
ergometer siklus telah terbukti menjadi ideal untuk menerapkan metode latihan
interval. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa siklus pelatihan ergometer mungkin tipe
7
yang paling menguntungkan dari latihan aerobik untuk CHF pasien pada umumnya
dan khususnya untuk pasien dengan intoleransi parah exercise, riwayat gangguan
irama serius, sering perlu dilakukan perubahan diuretik, serta mereka dengan obesitas,
ortopedi, neurologi, dan / atau keterbatasan terkait usia untuk jenis latihan lainnya.
Bersepeda di luar ruangan. Sebuah transferensi yang tepat dari beban kerja
ditoleransi dari pelatihan ergometer siklus dengan bersepeda di luar ruangan tidak
mungkin karena faktor lingkungan dapat mempengaruhi stres kardiovaskular
(misalnya, angin kencang, lereng). Bahkan bersepeda di luar ruangan di jalan mulus
dan pada sangat lambat kecepatan (12 km /jam) membutuhkan hampir 1000 mL • min
V ˙ O2,sampai sekitar 50 - 60 W (2). Hal ini menunjukkan bahwa bersepeda bahkan
outdoor dengan faktor stres lingkungan yang minimal dapat direkomendasikan hanya
untuk sebagian kecil pasien HF (maximal pada New York Heart Association kelas
II).
Berjalan dan jogging. Berjalan dan jogging yang memiliki karakteristik
berupa didominasi oleh kerja otot isotonik. Normalnya yang diberikan V O2, baik
berjalan dan joging menghasilkan peningkatan yang relatif kecil pada tekanan darah
arteri rata-rata dan afterload ventrikel kiri. Jogging dengan kecepatan 80 m/mnt
adalah batas bawah kecepatan yang memungkinkan gerakan nyaman. Karena pada
kecepatan ini membutuhkan konsumsi oksigen sekitar 20 ml/ kgBB/ min VO2 atau
toleransi latihan sesuai. Jika > 80 m/mnt, jogging ini tidak dianjurkan bagi pasien HF.
Berenang. Pencelupan posisi kepala head-up membuat pergeseran pusat
vena perifer darah sekitar 700 ml darah . Pada orang sehat, posisi head-up dalam
posisi telentang mengakibatkan peningkatan volume jantung sekitar 120 -180 mL,
diukur dengan x-ray dada. Perendaman dada yang dalam mengakibatkan pembesaran
jantung akut, yang berhubungan dengan volume jantung sama diukur selama posisi
terlentang keluar dari air . Hal ini menunjukkan volume yang ditandai hidrostatik
diinduksi pemuatan ventrikel kiri. Selama perendaman badan dalam posisi terlentang,
pasien dengan infark miokard menunjukkan tekanan kapiler pulmoner rata-rata dari
21 mm Hg pada saat istirahat di mana keluar dari tekanan normal yaitu 9 mm Hg .
Berenang secara perlahan (20 -25 m/mnt) menghasilkan peningkatan denyut jantung,
8
laktat darah, dan plasma katekolamin mirip dengan yang diukur selama siklus
ergometri pada beban kerja dari 100 -150 W (26). Karena temuan ini, pasien HF
dengan disfungsi sistolik dan diastolik harusmenahandiridariberenang.
Durasi dan Frekuensi
Intensitas dan durasi latihan saling terkait erat, dan frekuensi berhubungan
dengan keduanya. Telah ada variabilitas yang luas mengenai durasi dan frekuensi
latihan mulai dari 10 menit sampai 60 menit per sesi dan dilakukan antara 3 sampai 7
kali per minggu. Durasi dan frekuensi untuk latihan individual tergantung pada status
klinis dan fungsi dasar mereka. Bagi mereka dengan gangguan yang sangat parah
toleransi latihan, hanya 3-5 menit latihan, sebaiknya diterapkan dengan metode
Interval dimungkinkan dan, jika dapat ditoleransi, dilakukan beberapa kali setiap hari.
Pelatihan kemudian ditingkatkan secara bertahap dalam durasi dan intensitas mutlak
sesuai dengan adatasi pasien terhadap latihan yang dilakukan. Menurut prinsip-
prinsip umum resep latihan, pasien CHF dengan kapasitas fungsional, <3 METs
dapat memperoleh manfaat dari beberapa sesi latihan pendek harian 5-10 menit . Bagi
mereka dengan kapasitas fungsional 3-5, satu sampai dua sesi per hari masing-masing
15 menit. Pada pasien dengan kapasitas fungsional >5 METs, tiga sampai lima sesi
per minggu selama 20 -30 menit.
Tingkat Kemajuan Latihan
Dalam hal dinamika adaptasi latihan, perbaikan awal telah terdeteksi dalam 4
minggu, dan waktu maksimum yang diperlukan untuk mencapai puncak dalam
variabel respon fisik dan kardiopulmonar adalah 16 dan 26 minggu. Pada minggu
pertama latihan, pasien dengan klinis stabil dengan kapasitas latihan yang sangat
rendah menunjukkan lebih cepat dan lebih mudah beradaptasi lebih dibandingkan
pasien dengan toleransi latihan awal yang lebih tinggi . Menurut pengamatan yang
dilakukan, tingkat pengembangan pelatihan harus dirancang secara individual. Tiga
tahap perkembangan telah diamati: tahap awal,perbaikan,dan tahap pemeliharaan.
a) Tahap awal:
intensitas harus dijaga pada tingkat yang rendah (Misalnya, 40% -50 puncak VO2)
sampai durasi latihan 10 -15 menit dicapai. Durasi latihan dan frekuensi pelatihan
9
disesuaikan dengan gejala dan status klinis.
b) Selama tahap perbaikan
meningkatkan intensitas (50% ,60% ,70% ,80% puncak V O2) adalah tujuan
utama. Perpanjangan sesi 15-20 menit (jika ditoleransi hingga 30 menit) adalah
tujuan sekunder. Atas dasar pengujian latihan berulang, penyesuain intensitas
pelatihan dianjurkan ketika pasien mampu melakukan intensitas latihan yang
diberikan pada RPE menurun (dan / atau denyut jantung) dibandingkan dengan
baseline. Secara umum, perkembangan latihan harus diikuti dalam urutan ini:
durasi kemudian frekuensi kemudian intensitas.
c) Tahap pemeliharaan
Dalam program latihan biasanya dimulai setelah 6 bulan pertama pelatihan.
Melanjutkan pelatihan yang disesuaikan secara individual memungkinkan klinis
pasien stabil untuk mempertahankan kapasitas latihan dan / atau memperlambat
atau menunda pengecilan otot dan hilangnya kapasitas aerobik khas untuk gagal
jantung progresif. Pengaruh program pelatihan 3 minggu hilang setelah hanya 3
minggu dari pembatasan kegiatan , menunjukkan perlunya menerapkan latihan
jangka panjang ke dalam manajemen terapi CHF.
Warm up dan Cool down
Keuntungan pemanasan adalah meningkatkan metabolisme dan denyut
jantung yang mengakibatkan oksigen meningkat dan pasokan bahan bakar ke
jaringan. Selain itu, kecepatan dalam konduksi saraf dan kecepatan kontraksi otot
bertujuan mempersiapkan pasien secara fisik dan mental untuk latihan. Sebagian
besar pasien, HF berasal dari penyakit arteri koroner, tapi dokumentasi iskemia
miokard sulit karena obat diambil, seperti digitalis, atau perubahan elektrokardiografi
seperti blok cabang berkas. Oleh karena itu, sangat penting untuk memulai exercise
dengan lambat, fase pemanasan berkepanjangan untuk menghindari iskemia miokard
oleh mekanisme yang mungkin seperti pembukaan kolateral, pencegahan spasme
pembuluh darah, atau redistribusi darah ke suatu daerah di risiko. Prosedur
pemanasan biasanya melibatkan olahraga dengan intensitas rendah intermiten atau
kontinu aerobik, peregangan, dan senam. Oleh karena itu, dalam program latihan
gabungan (latihan aerobik, senam, pelatihan resistensi) pemanasan harus dicapai pada
10
intensitas rendah tingkat, hingga 10 menit. Dalam sesi latihan tunggal, misalnya,
siklus pelatihan ergometer 20 mnt, spesifik pemanasan juga dapat dicapai selama 5
menit pertama dari bersepeda. Ini pemanasan yang spesifik sangat diperlukan untuk
pelatihan dalam perbaikan dan tahap pemeliharaan.
Pada fase pendinginan. Penurunan lambat dan progresif dapat membantu
untuk menghindari respon ortostatik karena adanya sirkulasi perifer melebar exercise
dan obat yang menginduksi dan untuk menghilangkan produk limbah seperti asam
laktat dari otot. Latihan peregangan statis mengurangi risiko kekakuan dan
pemendekan tiba-tiba sistem muskular.
2.4.4 Pertimbangan Khusus dan Kontraindikasi untuk Latihan Fisik
Pasien dengan CHF umumnya diresepkan berbagai obat untuk mengurangi
beban miokard dan progresivitas penyakit. Secara umum, angiotensin converting
enzyme inhibitor, angiotensin receptor blocker, digoxin, diuretik dan nitrat cenderung
meningkatkan toleransi terhadap latihan fisik pada pasien CHF, sementara calsium
chanel blocker, statin, antiaritmia dan antitrombogenik memiliki sedikit effect.
Sedangkan beta-adrenergik inhibitor memiliki dampak yang luar biasa
menguntungkan pada kematian dan kapasitas fungsional pada pasien CHF. Sementara
beta blocker wajib dalam pengelolaan CHF, mereka menumpulkan respon denyut
jantung untuk berolahraga, dan detak jantung itu tidak boleh digunakan sebagai
penentu utama intensitas latihan fisik pada pasien. Toleransi Latihan fisik untuk
pasien gagal jantung dapat dipengaruhi oleh kenaikan atau penurunan titrasi beberapa
obat dan resep latihan mungkin perlu dimodifikasi ketika obat yang diubah.
Pasien gagal jantung menunjukkan kegagalan respon termoregulasi pada
paparan panas. Beberapa obat seperti beta blocker, agen anti-adrenergik dan diuretik
mungkin mengganggu kemampuan untuk mengatur suhu tubuh selama exercise.
Akibatnya, pasien dan pengawas harus menyadari tanda-tanda penyakit panas dan
mengurangi dosis latihan selama periode panas tinggi dan / atau kelembaban. Pasien
juga harus didorong untuk memastikan hidrasi yang tepat dan pakain untuk
membantu pendinginan dengan penguapan, dan berolahraga di dalam ruangan
dianjurkan bila suhu lingkungan luar dapat menyebabkan tuntutan termoregulasi
tinggi pada pasien.
11
Persiapan yang penting adalah penilaian berikut performa sebelum sesi
latihan, dan sebelum pasien meninggalkan pusat latihan: (a) tekanan darah: untuk
skrining hipotensi atau hipertensi. Jika beristirahat tekanan darah sistolik >180
mmHg atau beristirahat tekanan darah diastolik> 110 mmHg, sesi latihan tidak harus
dimulai. Lebih umum, pasien CHF memiliki tekanan darah rendah, sering dikaitkan
dengan hipotensi ortostatik dan dapat menunjukkan pasca latihan jatuh pada tekanan
darah karena meningkatnya kembali aktivitas vagal. Hal ini juga sering disertai
dengan gejala seperti pusing, dan tekanan darah harus dimonitor. (b) Nadi : jika
takikardi (>100x/mnt) dan terjadi saat istirahat maka sesi latihan tidak harus dimulai.
(c) masa tubuh : peningkatan lebih dari 1-2 kg dalam beberapa hari sebelumnya
mungkin menunjukkan retensi cairan yang dapat menyebabkan edema paru akut.
Selain itu, disarankan agar latihan fisik pasien harus menanyakan kondisi klien
apakah mengalami kejadian baru nyeri dada (angina), memburuknya ortopnea atau
latihan yang dijalani menyebabkan dyspnea, atau perubahan fisik (sakit atau demam)
atau mental yang (depresi, kecemasan sejak latihan mereka sebelumnya . Bila
memungkinkan, EKG harus digunakan, terutama di sesi awal, untuk memantau
takiaritmia dan bradiaritmia dan miokard ischaemia.
Pulse oximetry berguna dalam sesi awal untuk memantau desaturasi oksigen
hemoglobin selama latihan. Bila memungkinkan, tekanan darah harus dipantau secara
periodik selama atau sangat segera setelah latihan aerobik dan kekuatan, dan
setidaknya 10 menit selama pemulihan sebelum klien meninggalkan fasilitas latihan.
Tabel 2
Kontraindikasi absolut dan Relatif untuk Latihan Fisik pada Pasien dengan Gagal Jantung
12
Kontraindikasi Absolut
1.Memburuknya toleransi latihan secara progresif atau dispnea pada saat istirahat
atau saat aktivitas selama 3-5 hari sebelumnya
2. Iskemia yang signifikan pada intensitas latihan rendah (<2 METS)
3. diabetes yang tidak terkontrol
4. Penyakit sistemik akut atau demam
5. Emboli
6. tromboflebitis
7. Perikarditis aktif atau miokarditis
8. Stenosis aorta berat
9. Penyakit jantung katup regurgitasi membutuhkan pembedahan
10. Infark miokard dalam waktu 3 minggu sebelumnya
11. New onset fibrilasi atrium
12. Denyut jantung istirahat > 120 bpm
Kontraindikasi Relatif
1. ≥ 2 kg dalam peningkatan massa tubuh selama 1-3 hari sebelumnya
2. Terus menerus atau intermiten terapi dobutamin
3. Penurunan tekanan darah sistolik dengan olahraga
4. New York Heart Association Fungsional Kelas IV
5. Aritmia ventrikel yang kompleks pada saat istirahat atau muncul dengan tenaga
6. denyut jantung istirahat posisi supine ≥ 100 bpm
7. Komorbiditas yang ada sebelumnya
8. Stenosis aorta tipe sedang
9. BP> 180/110 mmHg (dievaluasi berdasarkan kasus per kasus)
BAB III
KESIMPULAN
13
3.1 Kesimpulan
Latihan fisik adalah faktor risiko tinggi untuk penyakit jantung. Tetapi
beberapa studi telah membuktikan adanya hubungan timbal balik antara olahraga
dengan kematian. Latihan fisik yang dijalani yang dimulai dari tahap ringan dan
teratur dapat meningkatkan status kesehatan, kapasitas fungsional dan kualitas
hidup serta mengurangi terjadinya angka kesakitan dan kematian. Pada beberapa
studi dijelaskan dengan latihan fisik seperti aerobik dapat meningkatkan kapasitas
fungsional dan ambilan oksigen pada pasien gagal jantung.
14