15
BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN Berdasarkan pada data-data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan pengolahan data dan analisis terhadap data-data tersebut. 4.1. Biaya Investasi Biaya-biaya yang diperlukan dalam investasi pembangunan SPBU ini antara lain sebagai berikut: Tabel 4.1. Total investasi yang diperlukan Keterangan Jumlah 1. Capital Investment - Beli Tanah/Ruang Usaha 1 Rp. 600.000.000 - PPN (10%) 1 Rp. 60.000.000 - Bangunan & Kanopi 1 Rp. 1.800.000.000 - Pompa Mesin & Sistem 4 Rp. 400.000.000 - Fasilitas Kantor 1 Rp. 25.000.000 1 Rp. 232.334.920 2. Pre-operating - Ijin Pertamina 1 Rp. 125.000.000 1 Rp. 10.000.000 1 Rp. 15.000.000 - Koperasi 1 Rp. 60.000.000 - Project Manager 1 Rp. 15.000.000 - Research Manager 1 - Marketing - Lain-lain 1 Jumlah biaya proyek Total Biaya - DO - Notaris - IMB Rp. 13.500.000 1 Rp. 10.800.000 Rp. 21.000.000 Rp. 3.387.634.920 46

bab4_05-93

Embed Size (px)

DESCRIPTION

oplo

Citation preview

  • BAB 4

    PEMBAHASAN PENELITIAN

    Berdasarkan pada data-data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya,

    maka pada bab ini akan dilakukan pengolahan data dan analisis terhadap data-data

    tersebut.

    4.1. Biaya Investasi

    Biaya-biaya yang diperlukan dalam investasi pembangunan SPBU ini antara

    lain sebagai berikut:

    Tabel 4.1. Total investasi yang diperlukan

    Keterangan Jumlah1. Capital Investment - Beli Tanah/Ruang Usaha 1 Rp. 600.000.000 - PPN (10%) 1 Rp. 60.000.000 - Bangunan & Kanopi 1 Rp. 1.800.000.000 - Pompa Mesin & Sistem 4 Rp. 400.000.000 - Fasilitas Kantor 1 Rp. 25.000.000

    1 Rp. 232.334.920 2. Pre-operating - Ijin Pertamina 1 Rp. 125.000.000

    1 Rp. 10.000.000 1 Rp. 15.000.000

    - Koperasi 1 Rp. 60.000.000 - Project Manager 1 Rp. 15.000.000 - Research Manager 1 - Marketing - Lain-lain 1

    Jumlah biaya proyek

    Total Biaya

    - DO

    - Notaris - IMB

    Rp. 13.500.000 1 Rp. 10.800.000

    Rp. 21.000.000 Rp. 3.387.634.920

    46

  • 47

    4.2. Sumber Pembiayaan Investasi

    Dalam pembangunan SPBU ini, sumber pembiayaan investasi direncanakan

    sebagian besar diperoleh dari investor dan sisanya diperoleh dari pinjaman bank.

    Komposisi pembiayaan investasi SPBU ini adalah 71,43% dari investor dan 28.57%

    dari pinjaman bank.

    Bunga pinjaman yang diberikan oleh bank adalah sebesar sebesar 12% dengan

    waktu pengembalian selama 7 tahun.

    4.3. Pengembalian Kredit

    Pengembalian kredit investasi dilakukan selama 7 (lima) tahun, dengan saldo

    pinjaman sebesar Rp 1.000.000.000. Angsuran pinjaman dilakukan setiap 1 tahun

    sebesar Rp 243.225.718.

    Dibawah ini merupakan perhitungan angsuran pinjaman dan proyeksi

    pembayaran kredit selama 7 tahun.

    ( )

    += niii

    PMTPVT1

    11

    ( )

    += 712.0112.0

    112.01000,000,000,1 PMT

    718,225,243=PMT

  • 48

    Tabel 4.2. Proyeksi Pembayaran Kredit Bank

    Tahun Pembayaran Bunga Angsuran Pokok Sisa Hutang 2005 0 0 1,000,000,0002006 243,225,718 120,000,000 123,225,718 876,774,282

    243,225,718 105,212,914 138,012,805 738,761,477243,225,718 88,651,377 154,574,341 584,187,136

    2009 243,225,718 70,102,456 173,123,262 411,063,8742010 243,225,718 49,327,665 193,898,054 217,165,8202011 243,225,718 26,059,898 217,165,820

    2007 2008

    0

    4.4. Asumsi-asumsi

    Berikut ini akan ditentukan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan proyeksi

    pengoperasian SPBU.

    Jumlah Kendaraan Yang Melewati Lokasi Proyek

    Untuk mendapatkan data jumlah kendaraan yang melewati lokasi rencana

    pembangunan SPBU, kami melakukan survei langsung ke tempat lokasi rencana

    pembangunan SPBU dan kemudian melakukan penghitungan jumlah kendaraan

    yang melewati lokasi tersebut.

    Dari hasil survei dilapangan didapat data untuk kendaraan yang melewati

    daerah yang akan dibangun proyek ini adalah diasumsikan sebanyak 890

    kendaraan per hari (tahun 2005). Namun untuk tahun berikutnya kami asumsikan

    akan naik sebesar 20% setiap tahunnya.

  • 49

    Tabel 4.3. Jumlah Kendaraan Yang Melewati Lokasi Proyek

    Tahun Jumlah Kendaraan Per Hari 2006 1068 2007 1282 2008 1539 2009 1847 2010 2217 2011 2661

    3194 2012

    Harga Beli Dan Harga Jual Bahan Bakar

    Harga jual bahan bakar (Solar, Premium, Pertamax) adalah harga jual

    yang telah ditentukan oleh pemerintah, Solar sebesar Rp. 2100, Premium sebesar

    Rp. 2400, Pertamax sebesar Rp. 4000 (harga pada tahun 2005). Untuk tahun

    berikutnya kami asumsikan naik 10% setiap tahun sampai akhir periode. Hal ini

    disebabkan karena saat ini harga minya mentah dunia dipasar internasional terus

    mengalami kenaikan.

    Sedangkan harga beli dari bahan bakar tersebut sesuai dengan margin

    yang diberikan oleh Pertamina. Untuk tiap jenis bahan bakar pihak Pertamina

    memberikan margin yang berbeda-beda. Untuk Solar Pertamina memberikan

    margin sebesar 5%, Premium 4.5% dan Pertamax 6%.

    Jadi harga beli dari masing-masing jenis bahan bakar adalah sebagai

    berikut:

    Harga beli Solar = Rp. 2.100 (Rp. 2.100 x 5%) = Rp. 1.995

    Harga beli Premium = Rp. 2.400 (Rp. 2.400 x 4.5%) = Rp. 2.292

    Harga beli Pertamax = Rp. 4.000 (Rp. 4.000 x 6%) = Rp. 3.760

  • 50

    Harga jual bahan bakar kami asumsikan mengalami kenaikan sebesar 5% untuk

    setiap tahun.

    Jumlah Kendaraan Yang Mengisi Bahan Bakar

    Dari data jumlah kendaraan yang melewati lokasi proyek seperti yang

    diutarakan diatas, kami mengasumsikan bahwa jumlah kendaraan yang mengisi

    bahan bakar di SPBU yang akan dibuat nanti adalah sebesar 40% dari data jumlah

    kendaraan yang melewati lokasi proyek.

    Kemudian dari jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar tersebut,

    kami mengasumsikan bahwa 50% dari jumlah kendaraan yang mengisi bahan

    bakar merupakan kendaraan yang mengisi bahan bakar solar. Sisanya 50%

    merupakan kendaraan yang mengisi bahan bakar premium dan pertamax, dengan

    komposisi 90% yang mengisi bahan bakar premium dan 10% yang mengisi bahan

    bakar pertamax.

    Volume Pembelian Rata-rata Bahan Bakar Per Kendaraan

    Volume pembelian rata-rata bahan bakar yang dilakukan oleh kendaraan

    adalah:

    Tabel 4.4. Volume Pembelian Rata-rata bahan Bakar Per Kendaraan

    Jenis Volume (dalam liter) Solar 110

    Premium 40 Pertamax 40

  • 51

    Struktur Biaya

    Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat SPBU

    beroperasi. Biaya-biaya tersebut antara lain yaitu:

    Biaya Pegawai

    Biaya pegawai merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran gaji

    pegawai, tunjangan pegawai, dan biaya lembur pegawai. Untuk gaji pegawai kami

    asumsikan setiap tahun akan mengalami kenaikan sebesar 5%.

    Biaya Kantor

    Biaya kantor merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembelian alat tulis

    kantor, biaya Pos, pembayaran rekening telephone dan listrik, utilities, dan biaya

    bank. Untuk biaya kantor kami asumsikan setiap tahun akan mengalami kenaikan

    sebesar 5%

    Biaya Operasional

    Biaya operasional merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran

    asuransi, kontrak service, pemeliharaan mesin, meteorologi dan geofisika,

    transportasi, petugas pertamina, keamanan, pemerintahan, koperasi dan auditor.

    Untuk biaya operasional kami asumsikan setiap tahun mengalami kenaikan

    sebesar 5%.

  • 52

    4.5. Kriteria Keputusan Penganggaran Modal

    Dalam menentukan apakah investasi SPBU ini layak atau tidak, digunakan

    beberapa kriteria. Kriteria-kriteria capital budgeting yang digunakan untuk

    pengambilan keputusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Net Present Value

    Berdasarkan perhitungan dari periode proyeksi diperoleh nilai Net Present Value

    (NPV) positif, yaitu sebesar Rp. 3.572.979.746.

    Internal Rate of Return

    Berdasarkan perhitungan dari periode proyeksi diperoleh Internal Rate of Return

    (IRR) sebesar 27,22 %, yang berarti lebih besar dari tingkat bunga pinjaman bank

    yang sebesar 12 %.

    Profitability Index

    Berdasarkan perhitungan dari periode proyeksi diperoleh Profitability Index (PI)

    yang lebih besar dari 1, yaitu sebesar 1,92.

    Discounted Payback Period

    Discounted Payback Period yang dihasilkan selama periode proyeksi adalah 5,57

    Tahun (5 tahun 7 bulan).

  • 53

    4.6. Analisis Sensitivitas Proyek

    Berikut adalah analisis terhadap sensitivitas kelayakan proyek SPBU ini

    terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi kriteria-kriteria capital budgeting

    dalam pengambilan keputusan.

    Variabel-variabel yang kami lakukan analisis sensitivitas antara lain adalah:

    Menaikan biaya pegawai, dimana kami asumsikan bahwa gaji pegawai

    mengalami kenaikan sebesar 3 % dari proyeksi yang kami lakukan.

    Jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar perhari turun dari 40 % dari

    jumlah kendaraan yang melewati lokasi SPBU, menjadi 35 % dari jumlah

    kendaraan yang melewati SPBU.

    Suku bunga pinjaman bank naik dari 12 % menjadi 14 %.

    Margin yang diberikan oleh pertamina turun sebesar 1 % untuk setiap

    jenis bahan bakar.

    Inflasi yang terjadi di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 2 %.

    Tabel 4.5. Analisis kelayakan berdasarkan IRR, NPV, PI dan

    Discounted Payback Period

    No. NPV IRR PI Discounted payback Period 1 Rp. 3.413.272.287 26,69 % 1,87 5,69 (5 Tahun 9 Bulan) 2 Rp. 3.376.529.188 26,56 % 1,86 5,70 (5 Tahun 9 Bulan) 3 Rp. 2.436.751.887 22,45 % 1,59 6,12 (6 Tahun 2 Bulan) 4 Rp. 3.350.318.226 26,41 % 1,86 5,74 (5 Tahun 9 Bulan) 5 Rp. 1.553.343.174 18,18 % 1,33 6,42 (6 Tahun 6 Bulan) 6 Rp. 4.079.379.516 29,18 % 2,07 5,43 (5 Tahun 6 Bulan)

  • 54

    Keterangan:1. Periode proyeksi.

    2. Periode dimana jika biaya pegawai naik 3 %.

    3. Periode dimana jika jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar turun 5 %.

    4. Periode dimana jika tingkat suku bunga pinjaman naik 2 %.

    5. Periode dimana jika margin yang diberikan oleh pertamina turun 1 %.

    6. Periode dimana jika inflasi naik sebesar 2 %.

    Dari hasil analisis sinsitivitas terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi

    kriteria-kriteria capital budgeting, dapat dilihat bahwa pembangunan SPBU ini sangat

    sensitif terhadap perubahan margin yang diperoleh dari pertamina dan perubahan

    terhadap jumlah kendaraan yang mengisi bahan bakar di SPBU. Sedangkan variabel-

    variabel yang lainnya tidak terlalu sensitif terhadap perubahan yang diasumsikan

    terjadi.

    Net Present Value

    0500

    1,0001,5002,000

    2,5003,0003,5004,0004,500

    1 2 3 4 5 6

    Asumsi

    Rp. (

    Juta

    an)

    Gambar 4.1. Grafik analisis sensitivitas untuk nilai Net Present Value

  • 55

    Internal Rate of Return

    0.00%

    5.00%

    10.00%

    15.00%

    20.00%

    25.00%

    30.00%

    1 2 3 4 5 6

    Asumsi

    Pers

    enta

    se

    Gambar 4.2. Grafik analisis sensitivitas untuk nilai Internal Rate of Return

    Profitability Index

    0.00

    0.50

    1.00

    1.50

    2.00

    2.50

    1 2 3 4 5 6

    Asumsi

    Nila

    i

    Gambar 4.3. Grafik analisis sensitivitas untuk nilai Profitability Index

  • 56

    Discounted Payback Period

    4.805.005.205.405.605.806.006.206.406.60

    1 2 3 4 5 6

    Asumsi

    Tahu

    n

    Gambar 4.4. Grafik analisis sensitivitas untuk nilai Discounted Paybak Period

    4.7. Ukuran Kinerja Keuangan

    4.7.1. Rasio Likuiditas

    Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh

    mana perusahaan melunasi hutang-hutangnya. Semakin besar rasio likuiditas, maka

    semakin baik perusahaan tersebut.

    Dari data laporan keuangan yang diperoleh, maka rasio likuiditas dari PT.

    UPS adalah sebagai berikut:

    Current Ratio

    Pada tahun pertama didapat current ratio sebesar 2,91 kali, dan terus

    meningkat sampai tahun 2010 sebesar 7,03 kali. Kemudian tahun 2011 dan

  • 57

    2012 current ratio nilainya nol, karena pada tahun tersebut PT. UPS sudah

    tidak memiliki hutang lagi.

    Quick Ratio

    Pada tahun pertama didapat quick ratio sebesar 2,76 kali, dan terus meningkat

    sampai tahun 2010 sebesar 6,78 kali. Kemudian tahun 2011 dan 2012 quick

    ratio nilainya nol, karena pada tahun tersebut PT. UPS sudah tidak memiliki

    hutang lagi.

    4.7.2. Rasio Leverage

    Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa

    besar kegiatan operasi perusahaan dibiayai oleh modal pinjaman.

    Dari data laporan keuangan yang diperoleh, maka rasio leverage dari PT. UPS

    adalah sebagai berikut:

    Total Debt to Equity Ratio

    Pada tahun pertama didapat total debt to equity ratio sebesar 0,36 kali, dan

    terus menurun sampai tahun 2010 sebesar 0,07 kali. Kemudian tahun

    2011 dan 2012 total debt to equity ratio adalah nol, karena pada tahun

    tersebut PT. UPS sudah tidak memiliki hutang lagi.

  • 58

    Total Debt to Total Asset Ratio

    Pada tahun pertama didapat total debt to total asset ratio sebesar 0,27 kali,

    dan terus menurun sampai tahun 2010 sebesar 0,06 kali. Kemudian tahun

    2011 dan 2012 total debt to total asset ratio adalah nol, karena pada tahun

    tersebut PT. UPS sudah tidak memiliki hutang lagi.

    Total Time Interest Earned Ratio

    Pada tahun pertama didapat total time interest earned ratio sebesar 4,37 kali,

    dan terus menurun sampai tahun 2011 sebesar 301,78 kali. Kemudian tahun

    2012 total time interest earned ratio adalah nol, karena pada tahun tersebut

    PT. UPS sudah tidak memiliki hutang lagi.

    4.7.3. Rasio Aktivitas

    Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai

    seberapa jauh aktivitas perusahaan dalam menggunakan dana-dananya secara efektif

    dan efisien.

    Dari data laporan keuangan yang diperoleh, maka rasio aktivitas dari PT. UPS

    adalah sebagai berikut:

    Total Asset Turnover Ratio

    Pada tahun pertama total asset turnover ratio adalah 8,18 kali, dan terus

    meningkat sampai tahun 2012 sebesar 30,31 kali.

  • 59

    Receivables Turnover Ratio

    Untuk rasio receivable turnover adalah nol, karena PT. UPS tidak memiliki

    account receivable.

    Inventory Turnover Ratio

    Pada tahun pertama didapat inventory turnover ratio sebesar 211,18 kali, dan

    terus meningkat hingga tahun 2012 sebesar 2626,15 kali.

    4.7.4. Rasio Profitabilitas

    Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

    seberapa jauh efektifitas manajemen dalam mengelola perusahaannya.

    Dari data laporan keuangan yang diperoleh, maka rasio aktivitas dari PT. UPS

    adalah sebagai berikut:

    Gross Profit Margin

    Gross profit margin dari tahun pertama (2006) hingga tahun terakhir

    (2012) tidak ada perubahan, yaitu sebesar 5%. Hal ini disebabkan karena

    profit margin telah ditentukan oleh pihak Pertamina.

    Operating Profit Margin

    Pada tahun pertama didapat operating profit margin sebesar 1,72% dan terus

    meningkat hingga tahun 2012 sebesar 3,70%.

  • 60

    Net Profit Margin

    Pada tahun pertama didapat net profit margin sebesar 0,93% dan terus

    meningkat hingga tahun 2012 sebesar 2,59%.

    Return On Asset

    Pada tahun pertama didapat return on asset sebesar 7,60% dan terus

    meningkat hingga tahun 2012 sebesar 78,46%.

    Return On Equity

    Pada tahun pertama didapat return on equity sebesar 10,64% dan terus

    meningkat hingga tahun 2012 sebesar 150,85%.