147
BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA A. Kompetensi Inti KI 1 Kompetensi Spiritual Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 Kompetensi Sosial Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro- aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 Kompetensi Pengetahuan Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah. KI 4 Kompetensi Keterampilan Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung. B. Kompetensi Dasar 1. Memiliki pengetahuan tentang asalusul hidup dan kehidupan. 2. Mengetahui sejarah dan perjuangan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 3. Memahami keanekaragaman sistem kepercayan di Nusantara.

mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164.

BAB I

SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

A. Kompetensi Inti

KI 1 Kompetensi Spiritual

Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 Kompetensi Sosial

Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli

(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-

aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan

bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 Kompetensi Pengetahuan

Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik

untuk memecahkan masalah.

KI 4 Kompetensi Keterampilan

Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di

bawah pengawasan langsung.

B. Kompetensi Dasar

1. Memiliki pengetahuan tentang asalusul hidup dan kehidupan.

2. Mengetahui sejarah dan perjuangan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.

3. Memahami keanekaragaman sistem kepercayan di Nusantara.

Page 2: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 2 dari 164.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Menguasai asal usul hidup dan kehidupan.

2. Memiliki pengetahuan tentang sejarah dan perjuangan Kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

3. Menjaga dan melestarikan keanekaragaman sistem kepercayaan di

Indonesia.

D. Indikator

Peserta didik diharapkan mampu:

1. Menjelaskan tentang asal usul hidup dan kehidupan.

2. Menyikapi hidup dan kehidupan berdasarkan Kepercayaan Tuhan Yang

Maha Esa.

3. Menjelaskan tentang sejarah dan perjuangan Kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa.

4. Membudayakan perjuangan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa.

5. Menjelaskan keanekaragaman sistem kepercayan di Nusantara.

6. Menjaga dan melestarikan keanekaragaman sistem kepercayaan di

Indonesia.

E. Materi Pembelajaran

1. Asal Usul Hidup dan Kehidupan Manusia Menemukan Tuhan

Sejak ribuan tahun yang lalu dengan waktu yang sangat panjang, sejak

manusia menangkap getaran Sang Pencipta, sejak saat itu pula dalam perjalanan

sejarah manusia mencari Tuhan dan mulai terbangunnya nilai-nilai yang

melahirkan budaya spiritual, budaya kehidupan sosial, dan banyak pemahaman

yang berbeda-beda. Berkaitan dengan hal itu terjadi fanatisme keyakinan sebagai

penyebab pertikaian dan perang antar manusia hingga saat ini, walaupun

peradaban dunia yang telah maju pesat bersama penemuan teknologi modern yang

selalu berkembang.

Bertolak dari segi ini, maka di dalam filsafat mengenai manusia, tujuan utama

manusia hidup adalah mencari kebahagiaan. Untuk mencapai hal tersebut,

pertama-tama haruslah mencoba mengungkapkan secara mendasar antara lain

mulai dari pribadi manusia. Oleh karena memiliki pikiran, manusia berusaha

Page 3: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 3 dari 164.

mencari jawaban hal-hal yang ada di sekitarnya yang tidak akan luput dari

pertanyaan: “Siapa sesungguhnya saya?” Pengenalan diri terhadap pribadi manusia

perlu pemahaman internal yang lebih mendasar, agar mampu mengatur lakunya

dalam menentukan apa yang baik dan dapat dilakukan; serta dapat menentukan

mana yang seharusnya dihindari untuk tidak dilakukan.

Kemuliaan manusia dibandingkan dengan mahluk lain ciptaan Tuhan Yang

Maha Kuasa, sering diikuti pertanyaan mengapa manusia berkedudukan lebih

tinggi. Tentu kita akan memiliki keinginan dan hasrat untuk menemukan

kebahagian dan kedamaian ketika menjalani laku sebagai pribadi yang utuh. Ketika

manusia mencari jawaban atas pertanyaan mendasarnya, seringkali dihadapkan

pada ketidaktahuan dan ketidaksempurnaan dalam mengungkapkan “jati diri

manusia”.

Menurut Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terdapat suatu

pandangan dan konsep yang mendasar tentang manusia dan sebagai suatu

kesatuan yang utuh perlu dipandang dari dua dimensi, yaitu dimensi kemanusiaan

(horizontal) dan dimensi ketuhanan yang bersifat vertikal. Dimensi horizontal

menyangkut relasi antara manusia dengan lingkungan sosial atau kemasyarakatan

serta dengan lingkungan alam. Manusia harus hadir secara utuh dalam dimensi

ini, dengan tujuan kemaslahatan umat atau “Memayu Hayuning Bawana”. Sisi lain,

dimensi vertikal, manusia sebagai pribadi yang utuh harus membangun secara

sadar dan pasrah (Wening Nalar, Budhi dan Batinnya) kepada Kemahakuasaan

Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak dapat dielakkan sebagai Penguasa Tunggal

“Jagad Seisinya”.

Citra yang dibangun oleh pribadi manusia dalam relasi horizontal, seringkali

menunjukkan bagaimana relasi manusia tersebut dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Tetapi kita juga sering mendapati bahwa relasi vertikal tidak serta merta

menunjukkan relasi yang baik antar manusia dengan sesama dan lingkungannya.

Sebuah “Quo Vadis”. Kita perlu membangun citra positif yang menunjukkan bahwa

selaku Penghayat Kepercayaan perlu “mawas diri”, senantiasa “handarbeni rasa

pangrasa kang wening trusing batin” (pen: memiliki rasa dan perasaan terdalam

yang suci sampai ke batiniah kita), sehingga “kasucening diri” (pen: kesucian

pribadi) dan budi pekerti kita tercermin dalam pergaulan secara global.

Page 4: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 4 dari 164.

Tak ada satupun dari kita manusia yang mampu mengatasi problema

kehidupan secara sendirian (soliter); terlebih ketika berhadapan dengan persoalan

di luar jangkauan keilmuan/logika/nalar, dan keyakinan serta kepercayaan kita.

Pada saat itulah, kita mengharapkan campur tangan Tuhan Yang Maha Esa,

terkhusus “kepasrahan yang total kepada Tuhan Yang Maha Esa”. Inilah yang

sering dikatakan sebagai “Ilmu Ikhlas”. Bagi mereka yang merasa diri sebagai

“percaya atau berkeyakinan”, sering terjebak dalam kepasrahan yang “tidak tepat”.

Tuhan Yang Maha Esa telah melengkapi kita dengan “rasa, karsa, karya dan

logika”, sehingga kita dapat memikirkan dan mencari jalan yang benar untuk

mencapai tataran “kesucian diri” dalam laku panembahan yang benar, sesuai harkat

dan martabat kita selaku ciptaan yang termulia di antara semua ciptaan Tuhan

Yang Maha Esa. Kita perlu melakukan penyembahan yang benar kepada Tuhan

Yang Maha Esa, yaitu: “penyembahan dalam roh dan kebenaran”. Maksudnya

bahwa manusia batin kita (roh kita) terhubung secara langsung dengan Pribadi

Penguasa “Jagad Sak Isinipun”, “Sangkan Paraning Dumadi”; yang tidak lain adalah

Tuhan Yang Maha Esa. Inilah hakekat terdalam kepercayaan kita “Manunggaling

Kawula lan Gusti”. Tidak ada yang lebih indah dan rahayu, selain kepercayaan ini.

Dalam perspektif sosial kemasyarakatan, kita perlu meneladani para pendahulu

kita, yang seringkali berjuang tanpa pamrih untuk kesejahteraan dan

kemaslahatan umat manusia.

Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa melihat konsep

manusia sebagai titah dan ciptanNya, di mana ciptaan yang paling mulia adalah

manusia. Hal ini dalam keyakinan apapun merupakan pengakuan, karena pada diri

manusia, Tuhan selalu memberikan kebebasan, yaitu kebebasan berkehendak dan

kebebasan memilih. Perkembangan ilmu pengetahuan yang mencoba mengungkap

asal mula dan awal proses terjadinya alam semesta ini, ternyata tidak mampu

mengungkapkan tentang hal ini. Sampai sekarangpun belum ada hipotesa tentang

awal terbentuknya alam semesta ini.

Dengan proses terjadinya alam semesta, maka manusia merupakan bagian dari

proses tersebut, sehingga pada diri manusia terdapat dua dimensi yang merupakan

cerminan dari proses terjadinya alam semesta tersebut. Dimensi yang dimaksudkan

adalah dimensi asal manusia itu sendiri dan dimensi untuk proses selanjutnya

Page 5: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 5 dari 164.

sebagai ciptaan-Nya dalam hidup bermasyarakat atau singkatnya dimensi

ketuhanan dan dimensi kemanusiaan. Dimensi ketuhanan merupakan bagian dari

diri manusia dan merupakan cerminan dari Sang Pencipta (Gambar atau Citra),

karena dengan melalui dimensi ini terdapat Cahaya Tuhan (Nur Ilahi) atau Budi

yang memudahkan mencapai kondisi memungkinkan adanya mekanisme

hubungan antara manusia sebagai ciptanNya dengan Sang Pencipta. Inilah

keunikan Pelaku Penghayat Kepercayaan. Dimensi kemanusiaan adalah bagian

yang merupakan atribut manusia dalam fungsinya sebagai mahluk yang diciptakan

oleh Sang Kreator Agung Tuhan Yang Maha Esa, dalam menjalani proses hidup di

dunia.

Unsur dalam dimensi kemanusiaan:

1. Pikiran/Cipta;

2. Kemauan/Karsa;

3. Perasaan/Rasa.

Dapat disimpulkan bahwa konsep manusia, menurut Kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa adalah: manusia merupakan ciptaanNya yang paling mulia,

karena kepada manusia diberikan suatu kemampuan untuk menentukan arah dalam

kebebasan berkehendak dan memilih.

2. Konsep Hidup dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa

Seiring terciptanya alam semesta, maka berlaku ketentuan Tuhan yang

bersifat universal (Universal Norms) yang berlaku untuk semua yang ada di seluruh

alam semesta ini dalam segala dimensinya, demikian pula hidup manusia tunduk

kepada norma ini. Hidup sering ditafsirkan dalam arti sempit, yaitu bersifat relatif

dan terbatas pada saat ada atau lahir dan diakhiri saat mati atau kembali ke

ketiadaan.

Secara spiritual, maka konsep hidup bermakna sebagai hal yang terkait

dengan Sumber Hidup atau Pemberi Hidup. Ia tidak hanya berhenti pada proses

hidup antara kelahiran dan kematian, melainkan hidup itu bersifat langgeng (hidup

kekal) sebagaimana SumberNya, karena hidup merupakan titah-Nya yang tentunya

memiliki tujuan. Tujuan hidup adalah berproses untuk pada akhirnya kembali

Page 6: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 6 dari 164.

menyatu dengan Sumber Hidup, yaitu Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa,

meniti kembali “Sangkan Paraning Dumadi”.

Perlu dibedakan antara pengertian hidup dengan pengertian pengejawantahan

hidup, karena pengertian hidup bersifat luas dan hidup haruslah diartikan sebagai

suatu keabadian (kelanggengan) yang berarti tanpa akhir, karena bersifat kekal

abadi yaitu sampai pada saat kembalinya hidup kepada Sumber Hidup yaitu Tuhan

Yang Maha Esa.

Manusia dalam hidup di dunia ini telah dititipkan hidup yang harus mampu

dikembalikan kelak kepada Sang Sumber Hidup. Sebab itu manusia tidak akan

mampu melepaskan tanggungjawab yang mendasar ini pada jaman apapun.

Konsep hidup demikian memberikan konsekuensi bahwa setiap manusia harus

selalu menyadari dan berupaya agar proses hidupnya mampu mempertanggung

jawabkan hidupnya sebagai kesatuan utuh sebagaimana saat kelahirannya, dengan

sifat abadi tersebut. Manusia sebagai ciptanNya harus berproses dalam hidupnya

untuk kembali kepada Sumber Hidupnya Tuhan Yang Maha Esa.

3. Konsep Tuhan dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa

Tuhan dipahami sebagai Sang Maha Kuasa dan asas dari suatu kepercayaan.

Tuhan Yang Maha Esa bersifat Mutlak dan Abadi. Tuhan Yang Maha Esa adalah

pencipta alam semesta dan sebagai sumber segala kehidupan dan selalu

dibutuhkan manusia berupa pencerahan batin untuk kembali kepadaNya. Sumber

Hidupnya (sangkan Paraning Dumadi). Tuhan Yang Maha Esa juga menjadi

tuntunan dalam proses kehidupan menjadi manusia panutan bagi kehidupan

sekitarnya (Memayu Hayuning Bawana), sehingga mempunyai kesadaran

seutuhnya akan peran dan fungsinya sebagai umat Tuhan Yang Maha Esa

(Manunggaling Kawula Gusti). Tuhan Yang Maha Esa menjadi sentral kehidupan

yang merupakan pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. Para

cendekiawan menganggap berbagai sifat-sifat Tuhan berasal dari konsep

ketuhanan yang berbeda-beda. Yang paling umum, di antaranya adalah Maha Tahu

(mengetahui segalanya), Maha Kuasa (memiliki kekuasaan tak terbatas), Maha Ada

(hadir di mana pun), Maha Mulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang

sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi.

Page 7: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 7 dari 164.

Penganut Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa meyakini bahwa Tuhan

hanya ada satu, serta tidak berwujud (tanpa materi), memiliki pribadi, sumber

segala kewajiban moral, dan "hal terbesar yang dapat direnungkan".

4. Konsep Tuhan, Hidup, dan Kehidupan

Dalam ajaran Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa terdapat beberapa

pengertian dan konsep penting yang perlu diketahui secara umum:

a. Dumadining sira iku lantaran anane bapa biyung ira.

Lahirnya manusia karena berkat adanya kedua orang tua.

b. Manungsa iku kanggonan sipating Pangeran.

Di dalam manusia tedapat sifat-sifat Tuhan.

c. Ketemu Gusti iku lamun sira tansah eling.

“Bertemu” Tuhan dapat dicapai dengan cara selalu eling.

d. Cakra manggilingan.

Kehidupan manusia akan seperti roda yang selalu berputar, kadang di bawah

kadang di atas.Hukum sebab akibat dan memungkinkan terjadi penitisan.

e. Jaman iku owah gingsir.

Jaman akan selalu mengalami perubahan.

f. Gusti iku dumunung ana atining manungsa kang becik, mula Gusti iku diarani

bagusing ati.

Tuhan berada di dalam hati manusia yang baik, oleh sebab itu disebut Gusti

itu keindahan hati (bagusing ati).

g. Sing sapa nyumurupi dateng Pangeran iku ateges nyumurupi awake dhewe.

Dene kang durung mikani awake dhewe durung mikani dateng Pangeran.

Siapa yang mengetahui zat Tuhan berarti mengetahui dirinya sendiri.

Sedangkan bagi yang belum memahami jati dirinya sendiri maka tidak

mengetahui pula zat Tuhan.

h. Kahanan donya ora langgeng, mula aja ngegungake kesugihan lan drajat ira,

awit samangsa ana wolak-waliking jaman ora ngisin-ngisini.

Keadaan dunia tidaklah abadi, maka jangan mengagungkan kekayaan dan

derajat pangkat, sebab bila sewaktu-waktu terjadi zaman serba berbalik tidak

menderita malu.

Page 8: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 8 dari 164.

i. Kahanan kang ana iki ora suwe mesthi ngalami owah gingsir, mula aja lali

marang sapadha-padhaning tumitah.

Keadaan yang ada sekarang ini tidak akan berlangsung lama pasti akan

mengalami perubahan, maka dari itu janganlah lupa kepada sesama makhluk

hidup ciptaan Tuhan.

j. Lamun sira kepengin wikan marang alam jaman kelanggengan, sira kudu weruh

alamira pribadi. Lamun sira durung mikan alamira pribadi adoh ketemune.

Jika anda ingin mengetahui alam di jaman kelanggengan, anda harus

memahami alam jati diri (dunia kecil), bila anda belum paham jati diri anda,

maka akan sulit untuk menemukan alam keabadian (alam kelanggengan).

k. Yen sira wus mikani alamira pribadi, mara sira mulanga marang wong kang

durung wikan.

Jika Anda sudah memahami jati diri, maka ajarilah orang-orang yang belum

memahami.

l. Lamun sira wus mikani alamira pribadi, alam jaman kelanggengan iku cedhak

tanpa senggolan, adoh tanpa wangenan.

Bila Anda sudah mengetahui sejatinya diri pribadi, tempat zaman

kelanggengan itu seumpama dekat tanpa bersentuhan, jauh tanpa jarak.

m. Lamun sira durung wikan alamira pribadi mara takono marang wong kang wus

wikan.

Bila Anda belum paham jati diri pribadi, datang dan tanyakan kepada orang

yang telah paham.

n. Lamun sira durung wikan kadangira pribadi, coba dulunen sira pribadi.

Bila Anda belum paham saudara Anda yang sejati, carilah hingga ketemu diri

Anda pribadi.

o. Kadangira pribadi ora beda karo jeneng sira pribadi, gelem nyambut gawe.

“Saudara sejati” Anda tidak berbeda dengan diri pribadi Anda, bersedia

bekerja.

p. Gusti iku sambaten naliko sira lagi nandang kasangsaran. Pujinen yen sira lagi

nampa kanugrahaning Gusti.

Pintalah Tuhan bila Anda sedang menderita kesengsaraan, pujilah bila anda

sedang menerima anugrah.Dalam keadaan apapun baik sedih maupun

Page 9: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 9 dari 164.

bahagia Pujilah Tuhan dengan tulus dan ikhlas, jangan menyalahkan Tuhan;

karena Tuhan menguji orang yang dikasihiNya. Cobaan dan ujian tidak akan

melebihi kekuatan kita.

q. Weruh marang Pangeran iku ateges wis weruh marang awake dhewe, lamun

durung weruh awake dhewe, tangeh lamun weruh marang Pangeran.

Memahami Tuhan berarti sudah memahami diri sendiri, jika belum memahami

jati diri, mustahil akan memahami Tuhan.

r. Sing sapa seneng ngrusak katentremane liyan bakal dibendu dening Pangeran

lan diwelehake dening tumindake dhewe.

Siapa yang gemar merusak ketentraman orang lain, pasti akan dihukum oleh

Tuhan dan dipermalukan oleh perbuatannya sendiri.

s. Lamun ana janma ora kepenak, sira aja lali nyuwun pangapura marang

Pangeranira, jalaran Pangeranira bakal aweh pitulungan.

Walaupun mengalami zaman susah, namun janganlah lupa mohon ampunan

kepada Tuhan, sebab Tuhan akan memberikan pertolongan.

t. Gusti iku dumunung ana jeneng sira pribadi, dene ketemune Gusti lamun sira

tansah eling.

Tuhan ada di dalam diri pribadi, dapat Anda ketemukan dengan cara selalu

eling.

5. Sejarah dan Perjuangan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.

5.1 Keberadaan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Munculnya suatu kepercayaan biasanya dilatar belakangi oleh kesadaran

adanya jiwa yang bersifat abstrak. Kekuatan itu tidak dapat diterangkan oleh akal,

dan berada di atas kekuatan manusia. Kekuatan itu dikenal dengan

kekuatan adikodrati.

Dengan adanya jiwa dan kekuatan adikodrati itu, manusia perlu melakukan

tindakan-tindakan berupa upacara-upacara atau ritus. Tindakan-tindakan itu

dimaksudkan sebagai upaya untuk mengatasi hal-hal yang tidak dapat diselesaikan

oleh naluri atau akalnya. Kepercayaan manusia tidak terbatas pada dirinya saja.

Akan tetapi juga pada benda-benda dan tumbuh-tumbuhan yang berada di

sekelilingnya. Dari keyakinan itu kemudian kita menyadari bahwa mahluk halus

Page 10: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 10 dari 164.

atau roh itu memiliki wujud nyata dan sifat yang mendua, yakni sifat baik dan sifat

jahat. Dalam perkembangan berikutnya, keyakinan itu mendasari munculnya

tokoh-tokoh dewa yang mempunyai sifat mendua, sifat yang membawa kebaikan

dan sifat yang mendatangkan kejahatan.

5.2. Perkembangan Organisasi Kepercayaan

Organisasi Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di seluruh

Nusantara adalah warisan kekayaan yang masih ada di semua lini kehidupan

masyarakat hingga sekarang dalam bentuk beraneka ragam.

a. Masa Pergerakan Nasional

Kelompok-kelompok kebatinan yang kemudian disebut Kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa mulai terorganisir berkat KRMT Wongsonegoro, seorang

tokoh pejuang kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peran

Wongsonegoro sendiri dimulai sejak Boedi Oetomo tahun 1908, kemudian terpilih

menjadi ketua Yong Java tahun 1926 dan aktif hingga turut mendirikan tonggak

persatuan dan kesatuan Indonesia, “Soempah Pemoeda” 28 Oktober 1928. Beliau

juga turut duduk sebagai anggota Dokuritzu Zyunbi Tjoosakai (Badan Penyelidik

Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan) tanggal 29 Mei s.d. 1 Juni 1945, dalam

mengisi kemerdekaan peran penting yang lain adalah ikut panitia perancang

Undang-Undang Dasar yang dilaksanakan bersama dengan Ahmad Soebardjo, A A

Maramis, Soepomo, H. Agus Salim, R. P. Singgih dan DR Soekiman.

Gerakan Boedi Oetomo dan Soempah Pemoeda rupanya menggugah para

pemuka masyarakat, termasuk pemuka masyarakat Kebatinan, Kejiwaan,

Kerohanian yang tersirat menyonggsong gerakan menyambut untaian kebangsaan

membangun ke-Indonesia-an, lahirlah kelompok-kelompok Kebatinan, Kejiwaan,

Kerohanian diantaranya Parmalim (Tapanuli Utara), Paguyuban Penghayat Kunci

(Bali), Hardo Pusara, Subud, Paguyuban Sumarah (di Jogja dan Jawa Tengah),

Paguyuban Pasundan Budi Daya (Jawa Barat), Kawruh Kebatinan Jawa Lugu (Jawa

Timur), dan banyak lagi terutama di Jawa, baik Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa

Timur. Kegiatan mereka bukan gerakan politik, melainkan gerakan sosial spiritual,

namun mereka dapat menggugah masyarakat melalui ikatan spiritual yang bentuk

perjuangannya seperti:

Page 11: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 11 dari 164.

1. Meningkatkan persaudaran dan kesadaran dalam kedewasaan spiritual

dengan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, Kemerdekaan Bangsa.

2. Memberikan pelajaran moral kebangsaan, pendidikan budi pekerti dan melatih

keterampilan serta kesantikan untuk para pemuda-pemudi.

3. Menyampaikan pesan moral kebangsaan terhadap masyarakat melalui budaya

spiritual dan seni seperti tembang, tari, sandiwara (ketoprak), wayang, dan

berbagai macam kesenian.

Gerakan ini ternyata sangat bermanfaat kemudian, pada saat berakhirnya

penjajahan Belanda dan berganti penjajahan Jepang, banyak pemuda-pemudi telah

cukup dewasa dan tanggap akan perubahan situasi, bahkan menjadi pemimpin

masyarakat dalam perjuangan kemerdekaan NKRI.

b. Masa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dan Revolusi Nasional

Setelah proklamasi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia 17

Agustus 1945, muncul puluhan, bahkan ratusan, organisasi Kebatinan, Kejiwaan,

Kerohanian yang tersebar di seluruh Nusantara. Hampir semua mereka melibatkan

diri dalam perjuangan kemerdekaan dan menjadi perhatian para pemimpin

perjuangan. Sebagai contoh, yaitu Konferensi Paguyuban Sumarah Pertama tahun

1948, yang saat itu dihadiri oleh Panglima Besar Soedirman, mengutamakan

Pemuda Kanoman Sumarah.

Gagasan sebuah forum nasional untuk kelompok kebatinan muncul setelah

KRMT Wongsonegoro menggeluti kembali dunia spiritual selepas tugasnya sebagai

Gubernur Jawa Tengah (1949). Tetapi gagasan tersebut tertunda karena panggilan

tugas-tugas kenegaraan kembali, yaitu sebagai Menteri Kehakiman dalam Kabinet

Natsir (1950-1951), memimpin Departemen Pendidikan di bawah Perdana Menteri

pada Kabinet Ali Sastroamidjojo yang dikenal dengan kabinet Ali-Wongso (1953-

1955).

Sejak tahun 1950 KRMT Wongsonegoro sudah memperkenalkan aliran

Kepercayaan dengan istilah “kebatinan”, namun karena kesibukannya dalam

aktifitas politik, aliran ini belum mengalami perkembangan yang berarti. Baru

setelah purna tugas jabatan sebagai Wakil Perdana Menteri, pada tahun 1955

beliau memelopori Kongres Kebatinan berskala nasional yang diselenggarakan di

Semarang pada 9 s.d. 12 Agustus 1955. Konggres ini dihadiri 70 aliran yang ada di

Page 12: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 12 dari 164.

Indonesia dan melahirkan sebuah organisasi bernama Badan Konggres Kebatinan

Indonesia (BKKI). Kongres tersebut memutuskan KRMT Wongsonegoro menjadi

ketuanya. Di samping itu, kongres juga menetapkan suatu semboyan, yakni: “Sepi

ing pamrih rame ing gawe, memayu hayuning bawana”. Artinya, jauh dari

kepentingan pribadi dilandasi dengan hati yang suci dan bersih, rajin melakukan

kegiatan yang bermanfaat demi keselamatan umat manusia dan dunia dengan

menciptakan karya-karya yang besar.

Kongres I (pertama) itu menjadi titik awal perkembangan mengenai organisasi

kepercayaan. Organisasi ini bertumpu pada dunia kebatinan, yang bukan klenik,

yang tak bertentangan dengan agama dan bukan agama baru, dan mendukung

Azas Pancasila.

Satu tahun kemudian, dilaksanakan Kongres II (kedua), yang berlangsung

tahun 1956 di Surakarta, salah satu keputusan penting adalah telah dapat

dirumuskan dan ditegaskan bahwa arti Kebatinan, yakni: “Merupakan sumber Azas

dan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa untuk mencapai budi pekerti luhur guna

kesempurnaan hidup”. Penegasan tersebut memberikan pemahaman bahwa BKKI

sebagai organisasi adalah mengelola wadah, sedangkan kelompok-kelompok

kebatinan mengelola isinya sesuai dengan identitas masing-masing.

Kongres BKKI III (ketiga) diadakan di Jakarta pada tanggal 17-20 Juli 1958,

yang dihadiri Presiden, Dalam kongres ini Presiden Soekarno memberikan amanat,

memuji kebatinan yang berpegang pada Pancasila dan memperingatkan akan

bahaya klenik.

c. Masa Pemerintahan Orde Baru

Pada saat pemerintaahan orde baru kelompok-kelompok kebatinan

legitimasinya bertambah karena mendapat dukungan politik dari Golongan Karya.

Pada tahun 1966 di Sekretariat Bersama Golongan Karya (SEKBER GOLKAR)

dibentuk Badan Musyawarah Kebatinan, Kejiwaan dan Kerohanian Indonesia.

Perjuangan kebatinan selanjutnya dalam mempertahankan eksistensinya menuju

legalitasnya di bumi Indonesia semakin nyata, dengan diselenggarakannya

Simposium Nasional Kepercayaan di Yogyakarta pada akhir tahun 1970, dengan

tema “Menyoroti Dasar Hukum bagi Kehidupan Kepercayaan Kebatinan, Kejiwaan,

Page 13: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 13 dari 164.

Kerohanian di Indonesia dalam Rangka Tertib Hukum Berlandaskan Undang-

Undang Dasar 1945”, melahirkan SKK (Sekretatiat Kerjasama Kepercayan

Kebatinan, Kerohanian, Kejiwaan) yang diketuai KRMT Wongsonagoro. Pada

simposium menyimpulkan bahwa pengertian kepercayaan pasal 29 ayat 2 UUD

1945 yang dimaksudkan adalah Kebatinan, Kejiwaan dan Kerohanian. Simposium

juga menyimpulkan bahwa kedudukan dan fungsi Kebatinan, Kejiwaan dan

Kerohanian itu sejajar dengan agama. Simposium ini dimaksudkan bahwa dasar

hukum bagi Kepercayaan (Kebatinan, Kejiwaan, Kerohanian) adalah pasal 29 UUD

1945.

Dengan terbentuknya wadah nasional SKK diketahui peranan penghayat

Kepercayan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan masyarakat. Pada

masa itu sudah dapat disaksikan betapa pesatnya perkembangan masyarakat

kepercayaan dalam berbagai aspek kehidupannya, seperti: merasa ada kebebasan

dalam penghayat kepercayaan terbuka untuk mengadakan kongres, konferensi dan

sebagainya. Hal utama adalah menampaknya eksistensi dan identitas yang

semakin jelas, yang diperlukan untuk pembinaan dan pengarahan selanjutnya.

Asas SKK adalah :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa dalam rangka Kesatuan Pancasila

2. Sepi Ing Pamrih, Rame Ing Gawe.

3. Memayu Hayuning Nuswantara dan Bawana.

SKK mempunyai tujuan:

1. Menjadi wadah untuk menghimpun aliran-aliran, kelompok dan tokoh-tokoh

kepercayaan (Kebatinan, Kejiwaan, Kerohanian) yang ada dan hidup di

Indonesia, baik yang berorganisasi maupun yang berdiri sendiri atau

perseorangan, yang sama-sama manembah dan sujud kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

2. Menampung serta mengarahkan pandangan serta gerak/kegiatan hidupnya

dalam darma bakti dan sumbangsih kepada perjuangan dan pembangunan

Nusa dan Bangsa dalam arti kata yang seluas-luasnya.

Pada Musyawarah Nasional Kepercayaan atau MUNAS SKK I yang diadakan

pada tanggal 27-30 Desember 1970 di Yogyakarta dengan tema “Menyoroti

Page 14: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 14 dari 164.

Kesimpulan Simposium Kepercayaan di Yogyakarta tanggal 6-9 November 1970”.

Simposium menyatakan bahwa salah tafsir pasal 29 UUD 1945 merugikan aliran

Kepercayaan yang berhak diakui yang pelayanannya sejajar dengan agama.

Untuk itu dibentuk delegasi untuk menghadap Presiden Soeharto yang

diterima pada tanggal 20 Januari 1971, delegasi MUNAS Kepercayaan yang diketuai

Mr. Wongsonegoro menyampaikan kepada Presiden Soeharto mengenai empat

masalah:

1. Legalitas kehidupan kepercayan (Kebatinan, Kejiwaan, Kerohanian).

2. Pendidikan Moral Pancasila.

3. Kedudukan Sekretariat bersama Kepercayaan.

4. Perayaan 1 Suro sebagai hari besar Kepercayaan.

Perjuangan masyarakat Kebatinan, Kerohanian, Kejiwaan akhirnya meraih

legalitasnya dengan lahirnya ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1973, 22 Maret 1973.

Yang selanjutnya diakuilah kehidupan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, di samping agama. Sejak Simposium Nasional Kepercayaan 1970 dan lahirnya

Ketetapan MPR 1973, maka aliran kebatinan kemudian populer disebut

“Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa”.

Dua tahun sebelum lahirnya ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1973 tersebut

Presiden Soeharto dalam amanatnya pada pembukaan Kongres SUBUD sedunia di

Cilandak Jakarta, telah mengatakan bahwa adanya aliran-aliran kepercayaan itu

tidak dilarang pemerintah, bahkan diberikan tempat yang wajar sesuai dengan

Undang Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat 2. Oleh karena itu pemerintah tidak

melarang adanya aliran-alairan kepercayaan itu, bahkan harus memberikan

tempat yang wajar seperti diatur di dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 dimaksud,

yang menyatakan: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan

kepercayaannya itu”. Hal itu berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan

Pancasila. Tetapi di lain pihak pemerintah juga wajib mengawasi agar kegiatan

aliran-aliran tidak menyimpang dari tujuan semula, yang sesungguhnya baik iyu.

Dalam pengertian itu, tentu saja aliran-aliran tadi bukannya merupakan agama

baru dan ajaran-ajaranyapun tidak boleh merusak ajaran-ajaran agama manapun.

Page 15: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 15 dari 164.

Dengan istilah Kepercayaan yang mengacu kepada Pasal 29 ayat 2 UUD 1945

dan Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1973, maka eksistensi dan legalitasnya menjadi

kuat karena memiliki dasar hukum. Istilah “Kepercayaan” pada GBHN, Ketetapan

MPR RI No. IV/MPR/1973 kemudian dipertegas menjadi: “Kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa” dan dikukuhkan kembali oleh Ketetapan MPR RI No.

IV/MPR/1978, 11 Maret 1978. Bunyi ketetapan itu adalah sebagai berikut;

GBHN Bidang Agama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Sosial

Budaya.

1. Atas dasar kepercayan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

maka perikehidupan beragama dan perikehidupan berkepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa didasarkan atas kebebasan menghayati dan

mengamalkan Ketuhanan Yang Maha Esa sesuai dengan falsafah Pancasila.

2. Pembangunan agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

ditujukan untuk pembinaan suasana hidup rukun di antara sesama umat

beragama dan sesama penganut Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

dan antar semua umat beragama dan antar penganut Kepercayaan terhadap

Tuhan yang Maha Esa serta meningkatkan amal dalam membangun

masyarakat secara bersama-sama.

Dengan lahirnya Keputusan Presiden No. 27 tahun 1978, sebagai realisasi dari

Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1978, tentang pembentukan Direktorat

Pembinaan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di lingkungan

Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sebagai

Direktur yang pertama, diangkat dari Sekjen SKK (Sekretariat Kerja Sama

Kepercayan) yaitu Arymurty, SE. Selanjutnya dalam Musyawarah Nasional III tahun

1979 di Tawangmangu Surakarta, diputuskan nama SKK diubah menjadi HPK

(Himpunan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa).

d. Masa Masa Reformasi

Seiring perubahan demokrasi Indonesia di era reformasi muncul beberapa

organisasi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu juga lahir

beberapa organisasi yang memberikan perhatian terhadap keberadaan Organisasi

Penghayat Kepercayaan seperti;

1. Himpunan Penghayat Kepercayaan (HPK)

Page 16: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 16 dari 164.

2. Badan Kerjasama Organisasi Kepercayaan (BKOK)

3. Forum Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

4. LSM Pemerhati Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

5. Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia (MLKI),

yang selanjutnya organisasi-organisasi tersebut menjadi mitra Pemerintah melalui

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Direktorat

Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

5.2 Landasan Hukum Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

a. Undang Undang Dasar 1945

1) Bab X tentang Hak Asasi Manusia, pasal 28 E ayat 2:

Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan

pikiran sikap, sesuai hati nurani.

2) Bab XI tentang Agama, pasal 29 ayat

1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya

dan kepercayaannya itu.

3) Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayan, pasal 32 ayat 2:

Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia dengan tetap

menjamin kemerdekaan dalam melelestarikan dan mengembangkan

kebudayaannya.

b. Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1973 tanggal 22 Maret 1973, dan dikukuhkan

kembali dengan Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1978 tentang Garis-garis

Besar Haluan Negara; Pengakuan Aliran Kebatinan dan Kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa tetapi Bukan Merupakan Agama.

c. Undang Undang Republik Indonesia No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia

Pasal 8:

Perlindungan, pemajuan, penegakan Hak Asasi Manusia terutama menjadi

tanggungjawab Pemerintah.

Pasal 22:

Page 17: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 17 dari 164.

1) Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk

beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

2) Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-

masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

d. Undang Undang No. 23 tahun 2006, tentang Administrasi Kependudukan:

Pasal 61 ayat 2:

Keterangan mengenai kolom agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi

penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan

Peraturan Perundang-Undangan atau bagi penghayat kepercayan tidak diisi,

tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database Kependudukan.

Pasal 64 ayat 2:

Keterangan tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi

penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan Peraturan

Perundang-Undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap

dilayani dan dicatat dalam database kependudukan.

Pasal 105:

e. Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas UU No. 23

Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

f. Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 2007 tentang Pelaksanaan UU No. 23

tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Bab X tentang persyaratan

dan tata cara pencatatan perkawinan bagi penghayat kepercayaan, pasal 81,

82 dan 83.

g. Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016

h. Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1978 tentang Pembentukan Direktorat

Pembinaan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

i. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata cara

Pendaftaran dan Pencatatan Sipil.

j. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Meneteri Kebudayaan dan

Pariwisata No. 43 dan No. 41 tahun 2009 tentang Pedoman Pelayanan kepada

Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

k. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 77 Tahun 2013 tentang

Pedoman Pembinaan Lembaga Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Page 18: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 18 dari 164.

5.3 Landasan Hukum Internasional Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa

a. Universal Declaration of Human Rights (pasal 18)

Setiap orang berhak atas kebebasan menyatakan agama. Dalam hal ini

termasuk kebebasan menyatakan agama dan kepercayaan dengan cara

mengajarkannya, melaksanakan ibadatnya, dan menaatinya baik sendiri

maupun bersama-sama orang lain di muka umum maupun sendiri.

b. Mexico City Declaration of Cultural Policies (1968)

Kepercayaan masyarakat merupakan salah satu unsur dan wujud budaya non

fisik, warisan leluhur bangsa.

Memperhatikan perkembangan eksistensi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, cukup menggembirakan namun aplikasi di lapangan agaknya masih

termasuk termarginal karena kurangnya sosialisasi dan informasi tentang

perkembangan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah mengenai hak

kehidupan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sehingga

masih sering terdapat ketidaksamaan pemahaman dari pihak Pemerintah setempat

sebagai pemangku kepentingan.

Mengamati hasil Kongres Nasional Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, Komunitas Adat dan Tradisi pada 25 s.d. 28 November 2012 di Surabaya, yang

salah satunya rekomendasi telah dilaksanakan dan telah ditindaklanjuti “Majelis

Luhur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Indonesia” pada bulan

Oktober 2014. Hal itu dapat menjadi harapan penguatan eksistensi Kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terutama kesepakatan kebersamaan antar

penghayat dalam wadah tunggal yang kelak diharapkan dapat membengun

harmonisasi antar penghayat dan juga memudahkan sosialisasi mengenai

eksistensi tersebut terhadap masyarakat dan pemangku kepentingan.

Diperlukan kebijakan-kebijakan dalam peningkatan kompetensi petugas

aparatur Negara dalam bidangnya, juga peningkatan SDM organisasi Kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat membangun harmonisasi antar

kedua belah pihak.

Kesadaran manusia seutuhnya dalam menjalankan sikap dalam Memayu

Hayuning Bawana, karena kesadaran tersebut merupakan kesadaran tertinggi

Page 19: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 19 dari 164.

dalam kerohanian yang akan sangat bermanfaat dalam melakukan kehidupan

sebagai masyarakat Indonesia dalam kemajemukan memahami dan menjalankan

untuk menuju masyarakat yang adil, beradab, sejahtera dalam tata masyarakat

dunia.

Menjadi tugas seluruh warga penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa di Indonesia untuk menjiwai dan meningkatkan fungsi serta peranannya

di dalam kehidupan bermasyarakat baik nasional maupun ineternasional, untuk

peningkatan dalam tugas nasional yang dibutuhkan adalah persatuan dan

kesatuan. Sudah seharusnya segenap warga Penghayat Kepercayaan Terhadap

Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban memelihara dan memfungsikan kearifan lokal

guna membangun tata masyarakat yang Pancasilais terutama kerohanian sebagai

aplikasi sila pertama guna membentuk watak pribadi bangsa yang sadar dalam

berketuhanan Yang Maha Esa, yang berbudi luhur sebagai bangsa Indonesia yang

relegius.

Pendirian Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (MLKI)

dihasilkan dalam Keputusan hasil Konggres Penghayat Kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, Komunitas Adat dan Tradisi di Surabaya pada tanggal 25

November 2012. Akte Notaris No. 01 Tanggal 08 September 2014 (Notaris Indah

Setyaningsih) tentang Pendirian Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU-

00554.60.10.2014 tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Perkumpulan

Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.Berdirinya Majelis

Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (MLKI) pada tahun 2015

sebagai satu-satunya Wadah Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang

diakui Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemenuhan hak sipil Penghayat menunjukkan perkembangan, yaitu:

Kasus Zulfa Nurrohman

Zulfa Nurohman adalah siswa Kelas XI TME di SMK Negeri 7 Semarang, Jawa

Tengah yang berlatar belakang penganut Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa. Dalam laporan capaian kompetensi peserta didik (LCKP/LHBS/Raport) tahun

pelajaran 2015/2016 yang bersangkutan tidak naik kelas karena nilai untuk mata

Page 20: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 20 dari 164.

pelajaran Pendidikan Agama kosong. Kasus ini selanjutnya berkembang dan

mendapatkan perhatian publik serta pemerintah. Pemerintah melalui Wali Kota

Semarang (Hendar Prihadi, SE, MM.) dan Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang

(Drs.H. Bunyamin, M.Pd.) bersama MLKI memfasilitasi pertemuan untuk

menyelesaian masalah tersebut, bahwa peserta didik Zulfa Nurrohman harus naik

kelas.

Persoalan tersebut harus diselesaikan karena menjadi tanggungjawab

Pemerintah terkait Kefakuman Hukum. Pada akhirnya, peserta didik dimaksud oleh

SMK Negeri 7 Semarang (Kepala SMK Negeri 7 Semarang, Drs. M. Sudarmanto,

M.Pd.) diharuskan melakukan pembelajaran Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang

Maha Esa di kelas XI serta memenuhi PBM, Pengajar dan Pembina/Pendamping Ir.

Sumarwanto, MT, (MLKI Semarang) dan sementara dititipkan (kenaikan bersyarat)

ke kelas XII TME.Setelah dinyatakan memenuhi persyaratan kenaikan kelas XI,

yang bersangkutan dinaikkan ke kelas XII Tahun Pelajaran 2016/2017. Keunikan

dan kompleksitas pembelajaran terjadi di SMK Negeri 7 Semarang, pada waktu yang

singkat peserta didik harus memenuhi dua kriteria dan norma pembelajaran, kelas

XI dan XII sekaligus. Sebuah perkembangan yang luar biasa tentang pengakuan

pemerintah terhadap kepastian hukum Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa.

Sebelum kasus Zulfa Nurrohman, Pemerintah telah menyiapkan peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengatur peserta didik Penghayat sejak

Februari 2016 dengan kegiatan menyiapkan nasakah akademik, nasakah legal, uji

pubik, sinkronisasi lintas kementerian, dan pengesahan oleh Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan (Dr. Anies Baswedan), menerbitkan Keputusan Menteri

Pendidikan dan Kebudayan Nomor 27 Tahun 2016 Tentang Layanan Pendidikan

Bagi Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada Satuan

Pendidikan.

Implementasi dari Permendikbud itu dilakukan penyusunan pedoman

implementasi, penyiapan calon Asesor dan Penyuluh. Pada awal bulan September

2016, di Hotel Horison Semarang, telah dilakukan kegiatan Pendidikan dan

Pelatihan Calon Assesor Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

serta pelatihan Calon Penyuluh Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; yang

Page 21: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 21 dari 164.

merupakan kerjasama antara: BKSP Jawa Tengah (Badan Koordinasi Sertifikasi

Profesi, Bp. Ir. Hertoto Basuki); Direktorat Kebudayaan (c.q. Direktur Kepercayaan

Ibu Dra. Sri Hartini, M.Si.) dan MLKI (Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia,

Presedium Bp. Suprih Suhartono). Jumlah 18 (delapan belas) Assesor Kepercayaan

tersebut dinyatakan kompeten.

Di samping itu, implementasi Permendikbud adalah pelatihan Assesor (tahap

II dan III) dan pembentukan Panitia Teknis Uji Kompetensi Kepercayaan, pada

Februari 2017, di Gedung Jawa Design, BKSP Jawa Tengah, Jl. Imam Bonjol

Semarang.

Penguatan kapasitas organisasi dilakukan Rapat Kerja Nasional MLKI

dilakukan pada tanggal 13 dan 14 Mei 2017, di Gedung Sapta Dharma Jogjakarta

untuk membicarakan isu-isu politik yang berkembang saat ini, meliputi antisipasi

terhadap kegiatan terorisme yang berkedok agama untuk membentuk atau

mengubah NKRI menjadi negara agama, yang juga menyikapi jika seandainya ada

kegiatan yang akan menyudutkan atau mengganggu keberadaan Kepercayaan

Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Indonesia.

F. Kegiatan Pembelajaran

Tabel 1. Strategi Setiap Kegiatan Pembelajaran (3 x 45 menit)

No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Alat, Bahan, Media

Pendekatan,

Model, Metode

1. Pendahuluan: Doa pembuka dipimpin ketua kelas

Guru memberi salam, mengecek kehadiran peserta didik dan menyiapkan

kondisi peserta didik.

Guru memberikan apersepsi dengan bertanya jawab kepada peserta didik.

Apersepsi: Apakah yang kalian ketahui tentang

materi pembelajaran pada pertemuan kali ini.

Guru memberikan motivasi peserta didik

agar lebih bersemangat dalam

pembelajaran.

Guru menyampaikan garis besar tujuan pembelajaran.

30

menit

Manageme

n Kelas

PPT

LCD dan

Proyektor

Ceramah

2. Inti Mengamati :

70

menit

Bahan Ajar

Power Point Diskusi Tanya jawab

Page 22: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 22 dari 164.

No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Alat, Bahan, Media

Pendekatan, Model,

Metode

Peserta didik melakukan kegiatan:

1. Mengamati, memperhatikan dengan

tekun dan semangat.

2. Mencatat hal-hal penting dari penjelasan

guru tentang materi pembelajaran. 3. Mencatat kata-kata sulit yang dirasakan

belum jelas dari penjelasan guru.

4. Melakukan kegiatan permainan atau

bermain peran sesuai materi ajar.

5. Memberikan penjelasan kepada teman yang belum faham atau mengerti tentang

materi pelajaran pada pertemuan kali ini

dengan sopan, santun, sabar dan

dengan bahasa yang bermatabat.

Menanya :

1. Guru menanyakan kepada peserta didik tentang hal-hal penting dari tayangan di

maksud tentang informasi apakah yang

terkandung dalam cerita atau tayangan.

2. Peserta didik mengajukan pertanyaan

dengan sopan dan tertib tentang hal-hal yang dirasa sukar atau sulit dipahami.

3. Guru memberikan penjelasan sesuai

pertanyaan peserta didik, serta

mengulangnya jika peserta didik belum

jelas.

4. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang

kaitan materi pelajaran dalam

kehidupan sehari-hari terutama tentang

kendala atau hambatan yang dihadapi

peserta didik, atau kesulitan yang relevan dengan materi pelajaran.

5. Diskusi dan tanya jawab dilaksanakan

dalam suasana yang menyenangkan.

6. Guru mencatat aktivitas peserta didik

dalam buku agenda pembelajaran

(catatan tentang Kompetensi Inti (KI) 1 dan 2): perilaku, sikap, tanggung jawab, sopan santun, kepedulian, norma dll.

7. Guru memberikan apresiasi

(penghargaan) kepada peserta didik yang

mampu menunjukkan nilai positif dari:

sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan sesuai

ajaran Penghayat Kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa.

Mengumpulkan Informasi

1. Guru meminta peserta didik untuk

berkelompok dan melakukan pengamatan tentang materi atau bahan

ajar yang diberikan guru dalam bentuk

tayangan video, gambar, hasil seni rupa,

dokumen, dan sejenisnya.

Laptop,

LCD,

Papan Tulis

Alat tulis

Penayangan Film Dokumenter dan sejenisnya.

Page 23: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 23 dari 164.

No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Alat, Bahan, Media

Pendekatan, Model,

Metode

2. Peserta didik melakukan pengamatan,

memperhatikan dengan cermat

informasi penting dari bahan ajara yang

diberikan guru.

3. Mencari informasi penting baik di dalam ruang kelas, pada lingkungan

kesehariannya atau pada komunitas

penghayat, perpustakaan atau sumber

informasi lain yang layak dipercaya

(internet, media massa dll). 4. Mencatat dan meresume informasi

penting yang relevan dengan materi

pelajaran hari ini.

5. Peserta didik melakukan kegiatan

literasi (studi pustaka) sesuai materi ajar

yang diberikan guru. 6. Peserta didik mencatat informasi yang

relevan untuk digunakan sebagai bahan

diskusi atau pengetahuan umum.

Mengasosiasi

1. Guru meminta peserta didik secara berkelompok untuk mendiskusikan

permasalahan yang timbul dari

informasi yang didapat, kemudian

mencari solusi atau pemecahan sesuai

budaya dan adat istiadat setempat.

2. Peserta didik mencatat hasil diskusi dengan baik sesuai kaidah berbahasa

Indonesia yang baik dan benar.

3. Peserta didik atau ketua kelompok

diskusi mengumpulkan hasil diskusi

kelompok kepada guru dengan tepat waktu dan sikap yang sopan.

4. Guru memberikan apresiasi untuk

peserta didik yang berprestasi baik.

5. Guru memberikan soal atau

permasalahan lain yang relevan untuk

memberikan pengayaan dan atau remediasi.

6. Peserta didik mengerjaran soal sesuai

perintah guru pada Lembar Kerja Peserta

atau Buku Tugas.

Mengkomunikasikan :

1. Peserta didik melaporkan hasil diskusi kelompok secara tertulis pada Lembar

Kegiatan Peserta atau Buku Tugas.

2. Guru memeberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mempresentasikan

hasil diskusi kelompok. 3. Peserta secara bergiliran menayangkan

atau membacakan hasil diskusi

kelompoknya.

4. Peserta dari kelompok lain memberikan

tanggapan atau sanggahan sesuai materi

ajar dengan baik dan benar dengan tetap

Page 24: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 24 dari 164.

No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Alat, Bahan, Media

Pendekatan, Model,

Metode

berperilaku sopan dan santun sesuai

karakter bangsa.

5. Guru memberikan klarifikasi dan

penguatan dari hasil yang telah di

presentasikan. 6. Guru memberikan penilaian sekaligus

apresiasi untuk kelas yang

menyenangkan.

3. Penutup 1. Guru bersama peserta didik

menyimpulkan hasil pembelajaran hari

ini. 2. Guru bersama dengan peserta didik

mereview atau mengingat kembali

mengenai apa saja yang telah dipelajari

dalam kegiatan hari ini.

3. Guru memberikan evaluasi dan

memberikan tugas individu untuk dikumpulkan pada pertemuan

berikutnya

4. Guru meminta peserta didik untuk

membaca materi pada pertemuan

berikutnya sesuai Bahan Ajar Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa (pembiasaan kegiatan literasi).

5. Doa Penutup dipimpin oleh Ketua Kelas

10

menit

Tanya

jawab/tes

lisan Tugas

mandiri

1. Tes Lisan

2. Penugasan

G. Remidi dan Pengayaan

Coba bandingkan pemahaman Anda tentang uraian tersebut di atas dengan

pemahaman berikut (yang tercetak miring)!

Kembangkan sesuai dengan materi yang ada.

H. Latihan

(Catatan: Latihan ini dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi, dengan

menyesuaikan terhadap KI dan KD)

1. Materi Soal

Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas dalam bahasa yang santun

dan sesuai kaidah penulisan Bahasa Indonesia Baku.

PENGAYAAN Bukalah berikut dan buatlah Resumenya Philosophicalanthropology-Wikipedia;https:/en.wikipedia.org/wiki/Philosophical_anthropology Antropologi filosofis

Page 25: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 25 dari 164.

1. Perhatikan pernyataan berikut ini!

Dimensi kemanusiaan adalah bagian yang merupakan atribut manusia dalam

fungsinya sebagai mahluk yang diciptakan oleh Sang Kreator Agung Tuhan

Yang Maha Esa, dalam menjalani proses hidup di dunia.

Tuliskanlah 3 unsur Dimensi Kemanuasiaan dan Jelaskan!

2. Apa yang dimaksud dengan Dimensi Ketuhanan dan Dimensi Kemanusiaan,

Jelaskan!

3. Hidup ini harus mampu dipertanggungjawabkan kembali kepada Tuhan Yang

Maha Esa sebagai sumber segala kehidupan. Jelaskan!

4. Tuhan Yang Maha Esa bersifat Mutlak, apa maksudnya? Berikan 5 contoh sifat

Mutlak dari Tuhan Yang Maha Esa!.

5. Jelaskan unsur – unsur atau ranah Kedewasaan Spiritual yang meliputi:

a). Martabat Sujud;

b). Pemahaman Spiritual;

c). Kedewasaan Emosional.

2. Norma Penilaian

Setiap butir soal diberikan skor maksimum = 20 (dua puluh).

Total skor yang dapat diraih peserta didik adalah 100 (seratus).

NA = Skor Maksimal

I. Evaluasi

Petunjuk :

I. Jika ujian disampaikan dalam bentuk Tulis.

1. Tiap Materi Pelajaran, diberikan evaluasi tulis (Ujian Tulis) berupa soal obyektif sebanyak 10 butir soal, dengan 5 opsi jawaban pada setiap soal.

2. Pilih satu jawaban yang Anda anggap paling tepat dengan memberi tanda

silang (X) pada huruf A, B, C, D atau E pada lembar jawab yang tersedia. 3. Bekerjalah dengan teliti dan cermat.

4. Bertanyalah kepada Guru (Pengawas Ujian) jika terdapat soal yang kurang lengkap.

5. Teliti kembali hasil pekerjaan Anda sebelum dikumpulkan kepada Pengawas

Ujian. 6. Dilarang menggunakan alat hitung dalam bentuk elektronik (kalkulator, HP,

laptop, dll) dan atau manual (mistar hitung, buku, tabel, chart, kamus,

dictionary, dll) selama mengikuti ujian. 7. Selamat menempuh ujian, sukses beserta kita!

Page 26: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 26 dari 164.

II. Jika ujian disampaikan dalam bentuk Lisan. 1. Tiap Materi Pelajaran, diberikan evaluasi lisan (Ujian Lisan) berupa soal

obyektif sebanyak 10 butir soal, dengan 5 opsi jawaban pada setiap soal. 2. Soal dibacakan 2 (dua) kali dengan durasi maksimum 2-4 menit, untuk setiap

sesi soal.

3. Peserta diminta menulis di kertas ulangan dengan cara menuliskan kata kunci

yang diberikan guru (bukan menulis huruf A, B, C, D atau E) dari jawaban

yang disediakan.

4. Tidak ada pengulangan pembacaan soal setelah dibacakan 2 (dua) kali. Kecuali

di awal ada peserta yang belum hadir, tetapi baru membacakan soal nomor 1

(pertama).

5. Peserta dilarang bertanya tentang apapun, memberikan kode atau isyarat,

atau berkomunikasi baik verbal maupun oral dengan sesama peserta selama

ujian berlangsung.

6. Selamat menempuh ujian, sukses beserta kita!

III. Materi Soal

1. Perhatikan ungkapan ini: “Siapakah sesungguhnya saya?”. Merupakan awal

langkah pribadi dalam hal:

A. Pengenalan diri adalah pengungkapan pribadi manusia, beriskan pemahaman internal agar mampu mengatur lakunya dalam menentukan

atau berkehendak dan dapat dilakukan; serta dapat menentukan mana yang seharusnya dihindari.

B. Pengenalan diri terhadap pribadi manusia merupakan pemahaman

internal agar mampu mengatur lakunya dalam menentukan atau berkehendak baik dan dapat dilakukan; serta dapat menentukan mana yang seharusnya dihindari.

C. Pengenalan diri terhadap manusia merupakan pemahaman awal agar mampu mengkondisikan lakunya dalam menentukan atau berkehendak

baik dan dapat dilakukan; serta dapat menentukan mana yang seharusnya dipertahankan.

D. Pengenalan diri terhadap pribadi manusia merupakan pemahaman

internal agar mampu mengatur lakunya dalam menentukan atau berkehendak baik dan dapat dilakukan; serta dapat menentukan mana

yang seharusnya dijaga dan dilestarikan. E. Pengenalan diri terhadap pribadi manusia merupakan pemahaman

internal agar mampu mengatur lakunya dalam menentukan atau

berkehendak baik dan layak dilakukan; serta dapat menentukan mana yang seharusnya dihindari untuk tidak dilakukan.

2. Menurut Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terdapat suatu pandangan dan konsep yang mendasar tentang manusia dan sebagai suatu

kesatuan yang utuh perlu dipandang dari dua dimensi, yaitu dimensi kemanusiaan (horizontal) dan dimensi ketuhanan yang bersifat vertikal. Maksud dimensi vertikalnya adalah :

Page 27: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 27 dari 164.

A. Dimensi manusia dengan leluhurnya sesuai pohon silsilah orang tuanya.

B. Dimensi manusia dengan pemuka kepercayaan, guru, orang tua, pemimpin Negara.

C. Dimensi yang menyangkut relasi antara manusia dengan lingkungan sosial atau kemasyarakatan serta dengan lingkungan alam. Manusia harus hadir secara utuh dalam dimensi ini.

D. Dimensi yang menyatakan bahwa manusia sebagai pribadi yang utuh harus membangun secara sadar dan pasrah (Wening Nalar, Budhi dan

Batinnya) kepada Kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak dapat dielakkan sebagai Penguasa Tunggal “JagadSeisinya”.

E. Dimensi yang menyangkut relasi antara manusia dengan lingkungan

sosial atau kemasyarakatan serta dengan lingkungan alam. Manusia harus hadir secara utuh dalam dimensi ini; yang menyatakan bahwa

manusia sebagai pribadi yang utuh harus membangun secara sadar dan pasrah (Wening Nalar, Budhi dan Batinnya) kepada Kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak dapat dielakkan sebagai Penguasa

Tunggal “Jagad Seisinya”.

3. Membangun citra positif yang menunjukkan bahwa selaku Penghayat Kepercayaan perlu “mawas diri”, senantiasa “handarbeni rasa pangrasa kang wening trusing batin”, sehingga “kasucening diri” (kesucian pribadi),

dan budi pekerti kita tercermin dalam pergaulan secara global. Arti kalimat yang bercetak tebal dengan huruf miring, adalah:

A. Memiliki perasan, pikiran dan perbuatan yang bersih dan jujur. B. Memiliki perilaku bersih, tutur kata sopan dan bertingkah laku baik. C. Memiliki rasa dan perasaan terdalam yang suci sampai ke batiniah kita.

D. Berperilaku dapat dicontoh, menjadi teladan dalam tutur kata dan perbuatan.

E. Berperilaku menarik, bertutur kata sopan, cerdas, berwibawa dan menyenangkan.

4. Dimensi Ketuhanan merupakan bagian dari diri manusia dan merupakan

cerminan dari Sang Pencipta (Gambar/Citra). Sesuatu yang memudahkan untuk mencapai kondisi dimungkinkannya terjadi mekanisme hubungan

antara manusia sebagai ciptanNya dengan Sang Pencipta, adalah …. A. Cipta, Karsa, Karya, Rasa dan Logika. B. Cahaya Tuhan (Nur Ilahi atau Cahaya Ilahi) atau Budi.

C. Cahaya Batin, Pencerahan Awal, Kedewasaan Spiritual. D. Kedewasaan: Psykologis, Biologis, Moral, Spiritual dan Intelektual. E. Memiliki Kompetensi Spiritual, Sosial, Pengetahuan dan Keterampilan.

5. Konsep Hidup dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan

sesuatu yang harus kita pahami dengan benar. Hidup bersifat langgeng dan kita berproses ke arah kelanggengan itu. Maknanya secara spiritual: “Konsep hidup bermakna sebagai hal yang terkait dengan Sumber Hidup atau Pemberi

Hidup”. Hidup merupakan titah-Nya yang tentunya memiliki tujuan. Tujuan hidup bagi kaum Penghayat adalah:

Page 28: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 28 dari 164.

A. Berproses untuk pada akhirnya kembali menyatu dengan Sumber Hidup,

yaitu Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa, atau meniti kembali “Sangkan Paraning Dumadi”.

B. Berhenti pada proses hidup antara kelahiran dan kematian, melainkan hidup itu bersifat langgeng (kehidupan kekal) sebagaimana sumberNya yang bersifat abadi.

C. Berhenti pada kegiatan proses hidup antara kelahiran dan kematian, melainkan hidup itu bersifat langgeng (kehidupan kekal) sebagaimana

sumberNya yang bersifat abadi. D. Berhenti pada proses hidup antara kelahiran, kehidupan dan kematian,

melainkan hidup itu bersifat langgeng (kehidupan kekal) sebagaimana

sumberNya yang bersifat abadi. E. Berproses untuk pada akhirnya kembali menyatu secara ragawi dengan

Sumber Hidup, yaitu Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa, atau meniti

kembali “Sangkan Paraning Dumadi”.

6. Manakah konsep “Tuhan” dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang menyatakan peran sentral dalam kehidupan manusia? A. Tuhan Yang Maha Esa menjadi sentral kehidupan yang merupakan

pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta. B. Penganut Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Esa, percaya bahwa Tuhan

hanya ada satu, serta tidak berwujud (tanpa materi), memiliki pribadi, sumber segala kewajiban moral, dan "hal terbesar yang dapat

direnungkan". C. Tuhan Yang Maha Esa juga menjadi tuntunan dalam proses kehidupan

menjadi manusia panutan bagi kehidupan sekitarnya (Memayu Hayuning Bawana), sehingga mempunyai kesadaran seutuhnya akan peran dan fungsinya sebagai umat Tuhan Yang Maha Esa (Manunggaling Kawula Gusti).

D. Tuhan dipahami sebagai Sang Maha Kuasa dan asas dari suatu

kepercayaan. Tuhan Yang Maha Esa bersifat Mutlak dan Abadi. Tuhan YME adalah pencipta alam semesta, bersifat mutlak sebagai segala sumber kehidupan yang dibimbing-Nya, selalu dibutuhkan manusia

berupa pencerahan batin untuk kembali kepada Sumber Hidupnya (sangkan Paraning Dumadi).

E. Para cendekiawan menganggap berbagai sifat-sifat Tuhan berasal dari konsep ketuhanan yang berbeda-beda. Yang paling umum, di antaranya adalah Maha Tahu (mengetahui segalanya), Maha Kuasa (memiliki

kekuasaan tak terbatas), Maha Ada (hadir di manapun), Maha Mulia (mengandung segala sifat-sifat baik yang tidak bercacat, sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat kekal abadi.

7. Dalam ajaran Kebatinan terdapat beberapa pengertian dan konsep penting

Ketuhanan yang perlu diketahui secara umum dan bersifat mendasar.

Terdapat pada pernyataan .... A. Di dalam manusia tedapat sifat-sifat Tuhan. “Bertemu” Tuhan dapat

dicapai dengan cara selalu eling. Kehidupan manusia akan seperti roda yang selalu berputar, kadang di bawah kadang di atas. Hukum sebab

Page 29: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 29 dari 164.

akibat dan memungkinkan terjadi penitisan. Jaman akan selalu

mengalami perubahan. B. Tuhan berada di dalam hati manusia yang baik, oleh sebab itu disebut

Gusti itu keindahan hati (bagusing ati). Siapa yang mengetahui zat Tuhan berarti mengetahui dirinya sendiri. Sedangkan bagi yang belum memahami jati dirinya sendiri maka tidak mengetahui pula zat

Tuhan.Keadaan dunia tidaklah abadi, maka jangan mengagungkan kekayaan dan derajat pangkat, sebab bila sewaktu-waktu terjadi zaman

serba berbalik tidak menderita malu. C. Keadaan yang ada sekarang ini tidak akan berlangsung lama pasti akan

mengalami perubahan, maka dari itu janganlah lupa kepada sesama

makhluk hidup ciptaan Tuhan. Jika Anda ingin mengetahui alam di zaman kelanggengan. Anda harus memahami alam jati diri (dunia kecil), bila Anda belum paham jati diri Anda, maka akan sulit untuk menemukan

alam keabadian (alam kelanggengan). D. Jika Anda sudah memahami jati diri, maka ajarilah orang-orang yang

belum memahami. Bila Anda sudah mengetahui sejatinya diri pribadi, tempat zaman kelanggengan itu seumpama dekat tanpa bersentuhan, jauh tanpa jarak.

Bila Anda belum paham jati diri pribadi, datang dan tanyakan kepada orang yang telah paham.

E. Bila Anda belum paham saudara Anda yang sejati, carilah hingga ketemu diri Anda pribadi. “Saudara sejati” Anda tidak berbeda dengan diri pribadi Anda, bersedia bekerja. Pintalah Tuhan bila Anda sedang menderita

kesengsaraan, pujilah bila anda sedang menerima anugrah. Dalam keadaan apapun baik sedih maupun bahagia Pujilah Tuhan dengan tulus

dan ikhlas, jangan menyalahkan Tuhan; karena Tuhan menguji orang yang dikasihiNya. Cobaan dan ujian tidak akan melebihi kekuatan kita.

8. Dari beberapa pernyataan berikut manakah yang menunjukkan Maha Ada,

dari sejumlah sifat Tuhan YME? A. Tuhan ada di dalam diri pribadi, dapat Anda ketemukan dengan cara

selalu eling. B. Memahami Tuhan berarti sudah memahami diri sendiri, jika belum

memahami jati diri, mustahil akan memahami Tuhan.

C. Siapa yang gemar merusak ketenteraman orang lain, pasti akan dihukum oleh Tuhan dan dipermalukan oleh perbuatannya sendiri.

D. Walaupun mengalami zaman susah, namun janganlah lupa mohon ampunan kepada Tuhan, sebab Tuhan akan memberikan pertolongan.

E. Dalam keadaan apapun baik sedih maupun bahagia Pujilah Tuhan

dengan tulus dan ikhlas, jangan menyalahkan Tuhan; karena Tuhan menguji orang yang dikasihiNya. Cobaan dan ujian tidak akan melebihi kekuatan kita.

9. Dari beberapa pernyataan berikut manakah yang menunjukkan Maha Kasih

dan Maha Mengetahui, dari sejumlah sifat Tuhan YME?

Page 30: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 30 dari 164.

A. Tuhan ada di dalam diri pribadi, dapat Anda ketemukan dengan cara

selalu eling. B. Memahami Tuhan berarti sudah memahami diri sendiri, jika belum

memahami jati diri, mustahil akan memahami Tuhan. C. Siapa yang gemar merusak ketenteraman orang lain, pasti akan dihukum

oleh Tuhan dan dipermalukan oleh perbuatannya sendiri.

D. Walaupun mengalami zaman susah, namun janganlah lupa mohon ampunan kepada Tuhan, sebab Tuhan akan memberikan pertolongan.

E. Dalam keadaan apapun baik sedih maupun bahagia Pujilah Tuhan dengan tulus dan ikhlas. Jangan menyalahkan Tuhan. Karena Tuhan menguji orang yang dikasihiNya. Cobaan dan ujian tidak akan melebihi

kekuatan kita. 10. Gerakan Boedi Oetomo (1908) dan Soempah Pemoeda (1928), rupanya

menggugah para pemuka masyarakat, termasuk pemuka masyarakat Kebatinan, Kejiwaan, Kerohanian yang tersirat menyonggsong gerakan

menyambut untaian kebangsaan membangun ke-Indonesia-an, lahirlah kelompok-kelompok Kebatinan, Kejiwaan, Kerohanian. Kegiatan mereka bukan gerakan politik, melainkan gerakan sosial spiritual, namun mereka

dapat menggugah masyarakat melalui ikatan spiritual yang bentuk perjuangannya yang masih tetap kita rasakan sampai dengan saat ini dalam

bidang Seni Budaya adalah .... A. Meningkatkan persaudaran dan kesadaran dalam kedewasaan spiritual

dengan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa, Kemerdekaan Bangsa.

B. Memberikan pelajaran moral kebangsaan, pendidikan budi pekerti dan melatih keterampilan serta kesantikan untuk para pemuda – pemudi.

C. Menyampaikan pesan moral kebangsaan terhadap masyarakat melalui

budaya spiritual dan seni seperti tembang, tari, sandiwara (ketoprak), wayang, dan berbagai macam kesenian.

D. Menyelaraskan perjuangan fisik dengan tujuan kemerdekaan Indonesia, sehingga kita dapat mengembangkan berbagai budaya bangsa, warisan leluhur berupa prasasti, benda peninggalan sejarah dan situs.

E. Menyelaraskan perjuangan fisik, mental, sosial, spiritual dan pendidikan serta kebudayan dengan tujuan kemerdekaan Indonesia. Sehingga saat

ini kita dapat mengembangkan berbagai budaya bangsa, warisan leluhur berupa prasasti, benda peninggalan sejarah dan situs.

Page 31: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 31 dari 164.

Kunci Jawaban

1. E 2. D

3. C 4. B 5. A

6. D 7. B

8. A 9. E 10. C

Kriteria Penilaian Setiap soal diberikan skor = 1 (satu), sehingga skor total = 10.

Nilai Akhir NA = 10 x Skor Maksimal = 10 x 10 = 100 (seratus)

Page 32: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 32 dari 164.

BAB II

BUDI PEKERTI

Setelah mempelajari materi pembelajaran ini, peserta didik diharapkan memiliki:

A. Kompetensi Inti

KI 1 Kompetensi Spiritual

Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 Kompetensi Sosial

Menghayati dan menga malkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli

(gotong royong, kerjasama, toleran, da mai), santun, responsif dan pro

- aktif dan menun jukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

per masalahan dalam berin teraksi secara efektif dengan lingkungan

sosi al dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan

bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 Kompetensi Pengetahuan

Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik

untuk memecahkan masalah.

KI 4 Kompetensi Keterampilan

Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di

bawah pengawasan langsung.

B. Kompetensi Dasar

1. Menghayati makna dan mengupayakan kebaikan dalam lingkungan

hidup bersama.

Page 33: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 33 dari 164.

2. Mengembangkan moral dengan etika, estetika, dan logika pengamalan budi

pekerti luhur di lingkungan bersama untuk dijadikan sebagai landasan

pembangunan karakter bangsa.

3. Memahami makna perilaku bersyukur dalam berbagai peristiwa

kehidupan.

4. Memahami makna hubungan antara manusia dengan Tuhan dan dengan

alam semesta.

5. Memahami tugas hidup manusia dalam kehidupan.

6. Memberikan contoh keteladanan tentang perilaku hidup manusia yang

berbudi luhur.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Menghayati makna dan mengupayakan kebaikan dalam lingkungan hidup

bersama.

2. Mengembangkan moral dengan etika, estetika, dan logika pengamalan

budi pekerti luhur di lingkungan bersama untuk dijadikan sebagai

landasan pembangunan karakter bangsa.

3. Memahami makna perilaku bersyukur dalam berbagai peristiwa

kehidupan.

4. Memahami makna hubungan antara manusia dengan Tuhan dan dengan

alam semesta.

5. Memahami tugas hidup manusia dalam kehidupan.

6. Memberikan contoh keteladanan tentang perilaku hidup manusia yang

berbudi luhur.

D. Indikator

Peserta didik diharapkan mampu:

1. Membiasakan dan mengupayakan kebaikan dalam lingkungan hidup

bersama.

2. Meningkatkan moral dengan etika, estetika, dan logika pengamalan budi

pekerti luhur di lingkungan bersama untuk dijadikan sebagai landasan

pembangunan karakter bangsa.

3. Menunjukkan perilaku bersyukur dalam berbagai peristiwa kehidupan.

Page 34: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 34 dari 164.

4. Menjelaskan hubungan antara manusia dengan Tuhan dan dengan alam

semesta.

5. Menjelaskan tugas hidup manusia dalam kehidupan.

6. Menjadi teladan dalam perilaku hidup manusia yang berbudi luhur.

E. Materi Pembelajaran

1. Perilaku Berbuat Baik Terhadap Lingkungan Hidup Bersama

Segala wujud perilaku budaya spiritual yang hidup dalam masyarakat

Nusantara ini terdiri atas berbagai etnis. Sekitar 350 suku dan 125 bahasa daerah

telah berkembang secara turun-temurun, dan diajarkan sejak lingkungan keluarga

sehingga menjadi fondasi karakter bangsa yang kokoh dan berguna bagi

kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Karakter dalam pengertian ini adalah keseluruhan potensi dan keaktifan jiwa

setiap individu yang tumbuh dari dasar budi pekerti dengan lebih menekankan

pada: perasaan, kemauan dan perilaku yang dikendalikan oleh kemampuan diri dan

menempatkan diri pada keseimbangan atau keselarasan sebagai personalitas

pribadi berbudi pekerti luhur. Karakter masyarakatNusantara pada dasarnya

dibentuk dalam konteks sejarah dan mempunyai daya tahan dalam jangkauan

masa yang panjang untuk mencorakkan identitas msyarakat nasionalis (ke-

Indonesia-an) yang sampai saat ini perwujudannya selalu diperjuangkan dan

dipertahankan. Karakter bangsa menjadi wadah integrasi nasional melalui

internalisasi dan sosialisasi nilai-nilai budi luhur dan proses penilaian kepercayaan

dalam berbangsa dan bernegara.

Budi pekerti menjadi ajaran hidup dalam tatanan sosial masyarakat Nusantara

dan merupakan pancaran dari adanya integrasi proses nilai dan penilaian yang

tertanam pada setiap individu. Hal ini menunjukkan manfaat dan fungsi budi

pekerti di setiap bentuk tatanan sosial di tengah masyarakat Indonesia. Ajaran

hidup berbudi pekerti luhur menjdi pengejawantahan untuk mengisi kekurangan

di setiap lingkungan, atau bentuk kebersamaan sosial dalam gotong royong

masyarakat yang menjadi contoh nyata. Demikian pula budi pekerti telah menjadi

bagian internalisasi penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa.Menjadi kenyataan dalam tata kehidupan bahwa proses pendidikan budi

pekerti yang berperan menjadi bekal jati diri tak ternilai harganya, dalam

Page 35: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 35 dari 164.

membangun kemajemukan di tengah kehidupan bermasyarakat yang benar dan

rahayu.

Masyarakat Nusantara yang majemuk telah menunjukkan identitasnya sejak

gerakan Boedi Oetomo Tahun 1908, yang kemudian dikenal dengan Kebangkitan

Nasional, lebih dari 100 tahun yang lalu. Meski lebih dari satu abad, eksistensi

kebersamaan dalam kemajemukan tersebut terasa hingga kini, serta menunjukkan

peran aktif penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Peranb

tersebut dibutuhkan untuk tetap menjaga moral, etika, berbangsa dan bernegara

yang terkadang kurang diperhatikan, setra untuk menggali,

menumbuhkembangkan, serta melestarikan warisan budaya dan budaya spiritual

Nusantara, yang merupakan esensi jati diri yang berakar dari budaya lokal dan

teruntai menjadi budaya nasional yang berbudi luhur, demi terwujudnya

keragaman dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika, Pancasila, menuju kejayaan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

2. Mengembangkan Moral dengan Etika, Estetika, dan Logika

Pengamalan Budi Pekerti Luhur di Lingkungan Bersama

Jika kita mencoba menghubungkan anatar manusia dengan kehidupan ini,

maka manusia dalam kehidupannya di dunia ini sesungguhnya kepada manusia

tersebut telah dititipkan hidup yang harus mampu ia kembalikan kelak ketika

manusia kembali ke Sumber Hidupnya, yang tiada lain adalah Tuhan Yang Maha

Esa. Karena itu setiap insan manusia tidak akan mampu melepaskan

tanggungjawabnya yang mendasar ini baik dahulu, sekarang atau yang akan

datang.

Konsep hidup ini memberikan konsekuensi kepada setiap manusia untuk

selalu menyadari dan mengupayakan proses hidupnya mampu

mempertanggungjawabkan hidup yang ada padanya agar selalu dalam keadaan

utuh (jangkep) sebagaimana halnya waktu pertama lahir pertama kali di dunia, di

mana hidup itu dititipkan kepadanya, dengan sifat langgeng yang dimilikinya.

Manusia ciptaan-Nya harus berproses dalam hidup ini kemudian kembali kepada

Sumber Hidupnya Tuhan Yang Maha Esa.

Keberadaan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sudah ada sejak

agama-agama asing belum masuk ke bumi Nusantara ini, dan sampai dengan saat

Page 36: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 36 dari 164.

ini masih ada dan berkembang dengan teori maupun ilmu yang adiluhung.

Keyakinan yang berkembang pada masyarakat dalam usahanya menyembah

(manembah) kepada Tuhan Yang Maha Esa yang secara nyata dianut oleh warga

masyarakat yang tersebar di seluruh kepulauan Nusantara, atau di hampir semua

Provinsi di Indonesia, namun kemunculannya ada yang “malu-malu” ada juga yang

secara eksis menyeruak ke permukaan.

Warga masyarakat Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

yang menghayati dengan pendekatan diri dalam kesaksian dan pengalaman

spiritual relegius “meniti sangkan paraning dumadi”, mencari jalan asal muasal

manusia ke sumbernya, Tuhan Yang Maha Esa. Pengalaman relegius adalah

pengalaman spiritual yang dapat menunjukkan kenyataan yang membangun hati

nurani dalam kedamaian, ketenteraman yang menyeluruh, yang mengantar

manusia ke dimensi lain yang mendalam melampaui segala akal dan pikiran, serta

batas-batas pribadinya.Peningkatan spiritual dengan pengalaman dalam

pepadhang atau pencerahan hukum Tuhan Yang Maha Esa sesuai martabat pribadi

tak dapat diungkapkan secara gamblang, sehingga orang lain mampu melihatnya.

Pengejawantahan laku ini hanya dapat diteropong oleh mereka dalam tataran

tertentu, yang kadhang penghayat menyebutnya sebagai ma’rifat (pengetahuan

tingkat tinggi dalam kebatinan Jawa). Tataran wening hanya mampu dimiliki oleh

mereka yang telah menemukan “jati dirining kayekten”. Hanyalah “jiwa yang kudus

atau suci” atau secara kasat mata “darah suci” yang mampu memahami tataran

panembah sejati. Bagaimana dengan kita? Dalam hati nurani terdalam, tersirat

kekudusan itu, tetapi karena nafsu sering mengendalikan bahkan menguasainya,

maka kita akan menutup diri terhadap pencerahan ini.

Secara etimologi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa memiliki arti:

“menganggap benar, mengakui dengan sungguh dan meyakini adanya Tuhan Yang

Maha Esa atau adanya Penguasa Tunggal Yang Mutlak”, yang mengatur

harmonisasi kehidupan alam semesta lengkap dengan isinya. Makna terdalam

hanya mampu dan dapat diresapi dengan jalan penghayatan dan penyembahan

dalam roh dan kebenaran yang manifestasinya muncul pada laku “sesrawungan”

dengan manusia serta lingkungannya. Adanya perilaku yang bertahap dan

bertingkat ini merupakan ciri khas Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Page 37: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 37 dari 164.

Maha Esa, agar kepercayaan atau keyakinan teruji hingga tingkat kesaksian

sebagai dasar keyakinannya.

Secara etika, Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dapat kita pahami

sebagai: “kesadaran dan sikap batin (kebatinan), jiwa (kejiwaan), roh (kerohanian)”,

dalam perilaku budaya, maka disebut budaya spiritual (sifat esotorik) yang tidak

terpisahkan dari nilai luhur budaya bangsa (dampak eksotorik).

Inilah moralitas kita sebagai Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa yang hidup sebagai warga negara yang baik di bumi tercinta dalam wadah

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kebijakan pemerintah mengenai bidang Kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, seharusnya telah memahami dan sekaligus mengindahkan beberapa

dimensi eksistensi kehidupan Kepercayaan di bumi Nusantara ini, di antaranya

mencakup eksistensi konsitusional, eksisitensi subtansional maupun

eksistensi spiritualnya. Pemahaman tersebut dirasa perlu supaya mencapai

pandangan yang benar dan mendasar, sehingga memungkinkan adanya perlakuan

sewajarnya terhadap perikehidupan kepercayan dalam rangka menunjang

pembangunan bangsa yang adil dan demokratis, sesuai perspektif hukum yang

menaungi gerak langkah Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Inilah logika Pengamalan Budi Pekerti Luhur di Lingkungan Bersama.

3. Sikap Bersyukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa

Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa selaku pribadi harus

mampu berperan serta secara aktif dalam komunitas masyarakat luas dan

lingkungan sekitarnya. Tujuan yang hendak dicapai adalah Memayu Hayuning

Bawana, sesuai dengan harkat dan martabat manusia, maka peran serta kita harus

mampu memberikan konstribusi yang bermanfaat bagi komunitas warga negara

Republik Indonesia atau tanah air tercinta. Sumbangsih itu kita wujudkan dalam

karya yang bermanfaat bagi sesama, tak perduli apakah berkeyakinan atau

beragama apapun, selama dibutuhkan kita siap sedia membantu dan

mengentaskan problema masyarakat terkini, terutama menyangkut “kemanusiaan

dan sosial kemasyarakatan” demi terciptaanNya tata titi tentrem karta raharja.

Page 38: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 38 dari 164.

Sikap bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat dipilah ke dalam

beberapa aspek tindakan atau kepedulian terhadap hal-hal berikut:

a Kenegaraan

Contoh :

a). Menjaga keutuhan NKRI, tidak terlibat gerakan separatis atau radikalisme dan

sejenismnya.

b). Ikut serta bela negara.

c). Menjadi warga negara yang baik yang taat hukum, norma sosial dan norma

masyarakat

e). Menjunjung tinggi Lambang Negara, Pancasila, UUD 1945, menghormat

Bendara Merah Putih, dan mengakui Pemerintah yang sah tanpa membedakan

ras, agama dan golongan.

f). Mengakui dan melaksanakan tugas sebagai anggota masyarakat yang

berdisiplin dan berbudaya.

b. Keamanan

Contoh :

a). Ikut menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan masyarakat (RT/RW).

b). Ikut menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan sekolah.

c). Memberikan laporan ke pejabat berwenang jika terjadi tindak pidana,

ketidaknyamanan, keamanan dan ketertiban yang diketahui berpotensi

merusak tatanan kehidupan.

d). Tidak terlibat pada kenakalan remaja atau perkelahian.

c. Ketertiban

Contoh :

a). Ikut menjaga ketertiban lingkungan.

b). Mengikuti tata tertib dan norma yang berlaku di masyarakat, sekolah dan

keluarga.

d. Kehidupan

Contoh :

a). Ikut menjaga kenyamanan dan kedamaian di lingkungan.

b). Mengikuti pola hidup sehat.

Page 39: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 39 dari 164.

c). Tidak terlibat pada pemakaian obat terlarang/narkotika/psycotropika,

minuman keras d). Tidak mengikuti atau berperan pada faham radikalisme

atau separatisme.

e. Kemasyarakatan

Contoh :

a). Aktif dalam kegiatan Karang Taruna, atau organisasi pemuda yang diakui

pemerintah

b). Ikut ambil bagian dalam kegiatan gotong royong di sekitar tempat tinggal.

c). Bakti kampus atau Jumat bersih.

f. Kekeluargaan

Contoh :

a). Menjaga dan melestarikan budaya santun, sopan,m jujur dan

bertanggungjawab.

b) Menjaga keharmonisan rumah tangga, menghormati orang tua dan saudara.

c). Tidak terlibat dalam persekongkolan/permufakatan buruk yang merusak citra

keluarga.

d). Tidak terlibat Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

h. Kebencanaan

Contoh :

a). Mengambil bagian dalam peristiwa kebencanaan di lingkungan sekitar.

b). Terlibat aktif dalam gerakan penanggulangan bencana alam.

c). Menggalang solidaritas dalam lingkup yang kecil maupun skala lebih besar

terhadap kebencanaan alam.

i. Kebudayaan dan Tradisi

Contoh :

a). Melestarikan adat istiadat, kebudayaan dan kesenian daerah.

b). Ikut melestarikan cagar budaya dan peninggalan sejarah atau situs.

j. Kecintaan Alam

Contoh :

a). Berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.

b). Memperhatikan dan menjaga kebersihan, keindahan, kerindangan, kesehatan

lingkungan.

Page 40: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 40 dari 164.

c). Berperan aktif dalam kegiatan yang mendukung pelestarian alam.

l. Kedamaian

Contoh :

a). Hidup rukun didalam semua relasi yang dibangunnya.

b). Ikut serta dalam gerakan damai antar umat beragama.

c). Ikut serta dalam pencegahan pertikaian dan tindak sewenang-wenang dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara.

m. Budi Pekerti Luhur

Contoh :

a). Berbudi bawa laksana, artinya keluruhan budi tercermin dalam gerak,

langkah, sikap, perbuatan, tutur kata dan keramahan terhadap sesama.

b). Menunjukkan perilaku beradab dan menjaga martabat Penghayat Kepercayaan

Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

c). Menjadi teladan dalam kata dan perbuatan.

n. Pendidikan

Contoh :

a). Mengutamakan belajar untuk meraih kompetensi yang diharapkan.

b). Mengikuti dan melaksanakan semua aturan dan program pendidikan yang

diselenggarakan oleh lembaga pendidikan.

c). Menjunjung tinggi nama dan martabat pelajar di dalam semua aspek

kehidupan.

Hakekat utama bersyukur terhadap anugerah Tuhan Yang Maha Esa adalah

peran utama manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Tindakan atau

sikap dalam bersyukur tidak hanya ketika memperoleh keberhasilan,

kesuksesan atau kemurahan, tetapi juga ketika dalam kesusahan, kesedihan,

bencana dan sebagainya, karena dari situlah akan nampak pengucapan

syukur yang sesungguhnya.

4. Memahami Makna Hubungan Antara Manusia Dengan Tuhan

dan Alam Semesta

4.1.1.1. Kesadaran Spiritual Membangun Manusia Utuh

Kesadaran Pertama: Daya tanggap terhadap kehidupan di luar dirinya.

Page 41: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 41 dari 164.

Kesadaran Kedua : Sadar diri dengan arah orientasi ke dalam dan ke luar.

Kesadaran Ketiga : Membangun diri sebagai manusia utuh bersama Dzat

Tuhan atau dayanya Budi.

Dalam kearifan Nusantara mulai ditingkat lokal terdapat pitutur luhur

(nasehat agung) sebagai pembentukan karakter bahwa manusia harus ikut

membangun “Memayu Hayuning Bawana” untuk kelanjutan hidup di bumi ini dari

generasi ke generasi.

Pitutur “Memayu Hayu” yang turun temurun itu muncul dari manusia

relegius, berbudi luhur yang terbangun dalam kesadaran sebagai hamba Tuhan.

Hubungan manusia dengan Sang Pencipta adalah dorongan getaran gema spiritual

dari dalam diri pribadi yang menjadi keyakinan dan kepercayaan yang diwujudkan

dalam sujud dan panembah yang hanya tertuju kepada Yang Satu atau Tuhan Yang

Maha Esa, bahkan dengan tekad meniti “sangkan paraning dumadi”, seperti yang

dilakukan dalam beberapa metode yang dipraktikkan para penghayat kepercayaan

pada umumnya.

Meniti sangkan paran dapat dirasakan dengan kesadaran pribadi sebagai

manusia seutuhnya dalam sujud yang tulus (menyembah dalam roh dan

kebenaran) kepada Tuhan Yang Maha Esa. Konsep kesadaran sebagai penghayatan

hidup yang berada pada titik temu antara kebenaran obyektif atau kasunyatan

mutlak dan pendekatan subyektif atau sikap tanggap atas dasar persepsi pribadi.

a) Memayu Hayuning Bawana

Memayu hayuning bawana adalah filosofi atau nilai luhur tentang

kehidupan dari kebudayaan Jawa. Memayu hayuning bawana jika diartikan

dalam bahasa Indonesia menjadi memperindah keindahan dunia. Orang Jawa

memandang konsep ini tidak hanya sebagai falsafah hidup namun juga sebagai

pekerti (tindakan atau tindak tanduk orang Jawa) yang harus dimiliki setiap orang.

Filosofi memayu hayuning bawana sangat kental dengan budaya dan tradisi Jawa

terutama dalam ajaran kepercayaan adalah bagaimana cara kita melestarikan

peninggalan leluhur, fosil, benda-benda kuno, artefak, situs, peninggalan sejarah,

budaya masyarakat, sistem irigasi, kegotongroyongan, pengelolaan alam, sistem

pemerintahan, dsb.

Page 42: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 42 dari 164.

b). Konsep Memayu Hayuning Bawana

Memayu Hayuning Bawana memiliki relevansi dengan wawasan kosmologi

Jawa. Memayu hayuning bawana adalah ihwal ruang budaya yang berfungsi

sebagai spiritualitas budaya yang dinyatakan dengan

bawana. Bawana adalah dunia dengan isinya merepresentasikan wilayah kosmos

sebagai jagad rame. Jagad rame adalah tempat manusia hidup dalam

realitas. Bawana merupakan tanaman, ladang dan sekaligus taman hidup setelah

mati. Orang yang hidupnya di jagad rame menanamkan kebaikan kelak akan

menuai hasilnya.

Selain itu, memayu hayuning bawana juga menjadi spiritualitas

budaya. Spiritualitas budaya adalah ekspresi budaya yang dilakukan oleh orang

Jawa di tengah-tengah jagad rame (space culture). Pada tataran ini, orang Jawa

menghayati laku kebatinan yang senantiasa menghiasi kesejahteraan dunia.

Realitas hidup di jagad rame perlu mengendapkan nafsu agar lebih terkendali dan

dunia semakin terarah. Realitas hidup tentu ada tawar-menawar, bias dan untung

rugi. Hanya orang yang luhur budinya yang dapat memetik keuntungan dalam

realitas hidup. Dalam proses semacam itu, orang Jawa sering melakukan ngelmu

titen dan petung demi tercapainya bawana tentrem atau kedamaian

dunia. Keadaan inilah yang dimaksudkan sebagai hayu atau selamat tanpa ada

gangguan apapun. Suasana demikian oleh orang Jawa disandikan ke dalam

ungkapan memayu hayuning bawana.

Memayu hayuning bawana memang upaya melindungi keselamatan dunia

baik lahir maupun batin. Orang Jawa merasa berkewajiban untuk memayu

hayuning bawana atau memperindah keindahan dunia, hanya inilah yang memberi

arti dari hidup. Di satu fisik secara harafiah, manusia harus memelihara dan

memperbaiki lingkungan fisiknya. Sedangkan di pihak lain secara abstrak,

manusia juga harus memelihara dan memperbaiki lingkungan

spritualnya. Pandangan tersebut memberikan dorongan bahwa hidup manusia

tidak mungkin lepas dari lingkungan. Orang Jawa menyebutkan bahwa manusia

hendaknya arif lingkungan, tidak merusak dan berbuat semena-mena.

2. Kesadaran Manusia Seutuhnya

Ada tiga jenjang kesadaran manusia, yakni:

Page 43: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 43 dari 164.

a) Kesadaran Pertama

Kesadaran manusia yang secara umum berorientasi keluar dan menunjukkan

daya tanggap terhadap kehidupan di luar dirinya, dengan makna mempertahankan

eksistensi identitas harkat martabatnya di tengah kehidupan. Daya Tanggapnya

bergantung pada kemampuan pancaindera, serta sistem penalaran yang menyaring

dan memproses data dan fakta kehidupan di sekelilingnya yang relevan bagi

manusia itu. Masih ada keterbatasan yang terletak pada kemampuan panca indra

dan sistem penalaran, di samping itu masih ada pula keterbatasan untuk

memperoleh kesempatan dalam pendidikan dan pengalaman. Sikap tanggap

subyektif atas dasar dimensi penglihatan pribadi yang berorientasi eksternal itu,

belum dapat memehami sepenuhnya kenyataan obyektif yang dihadapi. Perlu

dicatat kehidupan manusia belum menghayati di balik tata kerja sistem penalaran

yang masih ada unsur hidup lain yang dapat melengkapi kesadaran manusia.

b) Kesadaran Kedua

Kesadaran ini disebut sadar diri dengan arah orientasi ke dalam dan ke luar

(internal dan eksternal). Daridalam dirinya itu manusia menemukan dimensi hati

nurani yang menumbuhkan nilai-nilai luhur. Nilai tersebut tidak dikelola oleh akal

pikiran atau penalaran. Dengan demikian daya tanggap pribadi yang bersangkutan

dapat mencerminkan kebulatan kesadaran di bidang fisik dan mental, dan

merefleksikan keyakinan yang mendalam yang dikelola oleh sistem dan hati nurani

secara terpadu dan serasi.

c) Kesadaran Ketiga

Kesadaran ini adalah kesadaran bersama antara internal-eksternal, yang

dapat membangun diri sebagai manusia utuh bersama Dzat Tuhan atau dayanya

Budi, ke dalam dimensi transedental menuju penghayatan nilai-nilai hidup yang

bersifat kosmis, universal, kekal dan mutlak. Dalam dimensi inilah berkembang

nilai-nilai spiritual dan supra rasional yang dapat memonitor segala produk budaya

hasil cipta, rasa dan karsa. Nilai-nilai hidup seseorang dengan kedewasaan spiritual

pada kesadaran ketiga atau kesadaran manusia utuh adalah nilai-nilai

kebahagiaan batin atau kedamaian dalam esensi hidup dan kehidupan yang

ukurannya bukan lagi kebahagiaan materi. Sedangkan dalam penghayatannya

kepada Tuhan Yang Maha Esa dilakukan dengan kondisi kesadaran seutuhnya

Page 44: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 44 dari 164.

dalam sikap spiritual yang berunsurkan tuntunan luhur dalam laku, hukum dan

ilmu suci dan dihayati dengan hati nurani dalam kesadaran total dan keyakinan

bulat terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Membina keteguhan tekad dan

kewaspadaan batin dalam dayanya Budi, serta menghaluskan budi pekerti dalam

tata pergaulan menuju keberhasilan jiwa dan kedewasaan rohani, demi mencapai

kesejahteraan dan kesempurnaan hidup di dunia, serta di alam yang kekal.

Yang disebut dengan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

seperti tersirat di atas adalah penganut yang melaksanakan penghayatan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa dengan kesadaran batin, jiwa serta rohani dan aplikasi

kehidupan dalam budaya spiritual yang merupakan warisan adi luhung, yang turun

temurun membangun sikap budi luhur dari generasi ke generasi. Dapat dikatakan

bahwa Budi Luhur sendiri merupakan kesadaran manusia dalam upaya menuju

kebersihan dan kemuliaan hati. Budi dalam pemahaman dan kesaksian penghayat

Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, adalah kesadaran tertinggi manusia

dan merupakan cahaya Ketuhanan yang bisa memberikan enlightment

(pepadhang/pencerahan) dalam laku kehidupan vertikal menuju “sangkan paran”

dan pada kehidupan horisontal dengan sikap moral sehari-hari dalam etika dan

estetika, yang akan berkembang mendasari segala kehidupan kebudayaan

manusia.

Sedangkan pengertian luhur adalah sikap mental dan nilai yang mengandung

kesadaran moral seperti “taqwa” (taat dan setia) kepada Tuhan Yang Maha Esa,

cinta pada kebenaran, mempunyai kesadaran sosial, mengutamakan kepentingan

umum, terutama menepati kewajibannya sebagai warga negara dalam kesadaran

berbangsa dan bernegara.

5. Memahami Tugas Hidup Manusia Dalam Kehidupan

a. Budi Pekerti, tidak hanya diajarkan tetapi diteladankan.

Budi pekerti adalah implementasi atau aplikasi atau wujud perilaku dari sikap

manusia luhur, budi luhur sendiri merupakan kesadaran manusia dalam berdaya

upaya menuju kebersihan hati atau kemuliaan dan kearifan manusia utuh.

Kesadaran manusia yang berkepribadian dan berbudi luhur akan mementingkan

kepentingan sesama dalam lingkungannya serta memberi keteladanan budi pekerti

dan karakter bagi masyarakat.

Page 45: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 45 dari 164.

b. Beberapa pakar penghayat menjelaskan mengenai budi pekerti sebagai

berikut:

1. Budi pekerti terdiri dari dua kata: budi dan pekerti.

Budi berarti nalar, atau pikiran. Budi pekerti meliputi cipta, rasa dan karsa.

Cipta adalah pikiran, rasa adalah perasaan, dan karsa adalah perilaku atau

kehendak. Pekerti berarti perbuatan atau perilaku.

2. Budi pekerti berarti budi yang dipekertikan (diaktualisasikan,

dioperasionalkan, diimplementasikan, diterapkan atau dilaksanakan) dalam

kehidupan nyata. Budi pekerti merupakan sikap dan perilaku yang dilandasi

oleh olah nalar dan kegiatan berpikir positif. Budi pekerti adalah cipta, rasa,

karsa yang mengandung nilai-nilai luhur.

3. Budi pekerti bersifat abstrak, terdapat dalam jiwa seseorang. Budi pekerti

tampak apabila seseorang telah mengaktualisasikan dengan cara melakukan

perbuatan atau tingkah laku. Budi pekerti diukur menurut kebaikan dan

keburukan berdasarkan norma agama, norma hukum, tata krama, sopan

santun, norma budaya, adat istiadat (sebagai kearifan lokal). Budi pekerti

diwujudkan dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan dan

kepribadian peserta didik.

4. Budi pekerti tidak hanya diajarkan tetapi diteladankan.

Keteladanan dari kearifan lokal-nasional yang diberikan dari generasi ke

generasi berupa etika, sikap, sopan santun (seperti dalam unggah–ungguh),

tutur bahasa, kearifan dan berbagai ragam seni budaya lokal, tata cara adat

dan lain-lain, sebagai warisan turun temurun yang dapat membangun

karakter dan budi pekerti luhur dan untuk membentuk karakter dalam

berbangsa dan bernegara.

Kepribadian budi luhur menjadi pegangan, pandangan hidup dan dasar filosofi

bagi penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang aktualisasinya

diwujudkan dalam perilaku budi pekerti yang memenuhi etika kehidupan, dan

apabila ke luar dari norma etika dianggap pengingkaran terhadap nilai-nilai budi

luhur. Etika kehidupan tersebut diperoleh dari keluarga, lingkungan, pendidikan

(paguyuban) dengan proses melebur(mbabar)jati diri kesadaran manusia utuh yang

bersumber dari nilai-nilai spiritual relegius dan kearifan lokal.

Page 46: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 46 dari 164.

Berdasarkan penjelasan tersebut pendidikan budi pekerti untuk membangun

manusia beretika luhur tidak akan berhasil tanpa mengenal nilai relegius dan nilai

spiritual dari budaya spiritual serta kearifan lokal dalam keteladanan yang

terbimbing dalam dayanya Budi sebagai kesadaran tertinggi manusia utuh

terhadap cipta, rasa dan karsa.

c. Kualitas Manusia Budi Luhur

Keberhasilan pembangunan karakter sangat ditentukan oleh manusia

pelaksana pembangunan budi pekerti luhur. Kualitas manusia yang dimaksudkan

adalah kualitas manusia dengan kriteria tertentu.

Kriteria dimaksud adalah:

A. Kualitas Spiritual

B. Kualitas Intelektual

C. Kualitas Sosial

D. Kualitas Berbangsa dan Bernegara.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat saat ini

menuntut pendidikan yang melahirkan generasi cerdas dan mempunyai kualitas

intelektual yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman. Akan tetapi

untuk pembentukan karakter anak bangsa dari generasi ke generasi, ketiga

kualitas tersebut menjadi syarat dalam pendidikan budi pekerti, sehingga akan

melahirkan generasi cerdas yang berbudi pekerti luhur sesuai dengan jati diri

bangsa.

Dalam laku hariannya sikap relegius adalah sifat dasar masyarakat

Nusantara, dan untuk mengenal tiga unsur dasar peri laku budaya spiritual perlu

dipaparkan:

1. Unsur Spiritual

Mengenal Cahayanya Budi / pencerahan batin (Nur Pepadhang Tuhan Yang

Maha Esa) yang mengarah kepada asal dan tujuan hidup pribadi, dan mendasari

keimanan dan ketaqwaan (ketaatan) terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam

kondisi itu cahaya pribadi siap menghayati cahaya Tuhan, sekaligus menunjukkan

keterikatan hidup pribadi pada Kuasa Tuhan Yang Maha Esa.

2. Unsur Mental

Page 47: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 47 dari 164.

Mengenal kondisi memerankan dayanya Budi terhadap cipta, rasa dan karsa

dalam laku sosial dan berkarya yang menunjukkan kondisi serta ciri manusia

seutuhnya, manusia yang bersikap unggah-ungguh (memiliki sopan santun) dengan

hati nurani.

3. Unsur Moral Etika

Mengenal penjabaran budaya spiritual dalam tata adab dan tata krama

kehidupan lahir batin yaitu penampilan budi pekerti kemanusiaan yang luhur,

berinteraksi sebagai masyarakat pluralis dalam mengukir adat budaya, menjadi

pribadi yang berkualitas dalam berbangsa dan bernegara.

Ketiga unsur tersebut adalah pedoman dan pendidikan karakter dan budi

pekerti yang diberikan sejak anak-anak hingga dewasa dan menjadi sikap laku

seorang Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan

keseharian. Singkatnya wujud kesadaran utuh yang merupakan bagian dari proses

kemanunggalan dengan Gustinya. Sikap ini bukan semata didedikasikan kepada

kepentingan pribadi, tetapi juga dalam membangun karakter lingkungan sekitar

yang pada gilirannya ikut memperkuat dalam membentuk karakter bangsa.

Budaya Nusantara yang telah ikut mengiringi perjalanan sejarah bangsa

menyumbangkan nilai-nilai spiritual dalam membentuk manusia utuh, sikap

relegius yang selalu terasa pada pribadi seorang Penghayat Kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa.

F. Kegiatan Pembelajaran

Strategi Setiap Kegiatan Pembelajaran (3 x 45 menit)

No Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu

Alat, Bahan,

Media

Pendekatan,

Model,

Metode

1. Pendahuluan: Doa pembuka dipimpin oleh Ketua Kelas

Guru memberi salam, mengecek kehadiran peserta didik dan menyiapkan

kondisi peserta didik.

Guru memberikan apersepsi dengan bertanya jawab kepada peserta didik.

Apersepsi: Apakah yang kalian ketahui tentang

materi pembelajaran pada pertemuan

kali ini.

30

menit

Manageme

n Kelas

PPT LCD dan

Proyektor

Ceramah

Page 48: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 48 dari 164.

No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Alat, Bahan, Media

Pendekatan, Model,

Metode

Guru memberikan motivasi peserta didik

agar lebih bersemangat dalam

pembelajaran.

Guru menyampaikan garis besar tujuan pembelajaran.

2. Inti Mengamati :

Peserta didik melakukan kegiatan:

1. Mengamati, memperhatikan dengan

tekun dan semangat.

2. Mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru tentang materi pembelajaran.

3. Mencatat kata-kata sulit yang dirasakan

belum jelas dari penjelasan guru.

4. Melakukan kegiatan permainan atau

bermain peran sesuai materi ajar. 5. Memberikan penjelasan kepada teman

yang belum faham atau mengerti tentang

materi pelajaran pada pertemuan kali ini

dengan sopan, santun, sabar dan

dengan bahasa yang bermatabat.

Menanya : 1. Guru menanyakan kepada peserta didik

tentang hal-hal penting dari tayangan di

maksud tentang informasi apakah yang

terkandung dalam cerita atau tayangan.

2. Peserta didik mengajukan pertanyaan dengan sopan dan tertib tentang hal-hal

yang dirasa sukar atau sulit dipahami.

3. Guru memberikan penjelasan sesuai

pertanyaan peserta didik, serta

mengulangnya jika peserta didik belum

jelas. 4. Guru memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk bertanya tentang

kaitan materi pelajaran dalam

kehidupan sehari-hari terutama tentang

kendala atau hambatan yang dihadapi peserta didik, atau kesulitan yang

relevan dengan materi pelajaran.

5. Diskusi dan tanya jawab dilaksanakan

dalam suasana yang menyenangkan.

6. Guru mencatat aktivitas peserta didik

dalam buku agenda pembelajaran (catatan tentang Kompetensi Inti (KI) 1 dan 2): perilaku, sikap, tanggung jawab, sopan santun, kepedulian, norma dll.

7. Guru memberikan apresiasi

(penghargaan) kepada peserta didik yang

mampu menunjukkan nilai positif dari: sikap spiritual, sikap sosial,

pengetahuan dan keterampilan sesuai

70

menit

Bahan Ajar

Power Point

Laptop,

LCD,

Papan Tulis Alat tulis

Diskusi Tanya jawab Penayangan

Film Dokumenter dan sejenisnya.

Page 49: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 49 dari 164.

No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Alat, Bahan, Media

Pendekatan, Model,

Metode

ajaran Penghayat Kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa.

Mengumpulkan Informasi

1. Guru meminta peserta didik untuk

berkelompok dan melakukan pengamatan tentang materi atau bahan

ajar yang diberikan guru dalam bentuk

tayangan video, gambar, hasil seni rupa,

dokumen, dan sejenisnya.

2. Peserta didik melakukan pengamatan, memperhatikan dengan cermat

informasi penting dari bahan ajara yang

diberikan guru.

3. Mencari informasi penting baik di dalam

ruang kelas, pada lingkungan

kesehariannya atau pada komunitas penghayat, perpustakaan atau sumber

informasi lain yang layak dipercaya

(internet, media massa dll).

4. Mencatat dan meresume informasi

penting yang relevan dengan materi pelajaran hari ini.

5. Peserta didik melakukan kegiatan

literasi (studi pustaka) sesuai materi ajar

yang diberikan guru.

6. Peserta didik mencatat informasi yang

relevan untuk digunakan sebagai bahan diskusi atau pengetahuan umum.

Mengasosiasi

1. Guru meminta peserta didik secara

berkelompok untuk mendiskusikan

permasalahan yang timbul dari informasi yang didapat, kemudian

mencari solusi atau pemecahan sesuai

budaya dan adat istiadat setempat.

2. Peserta didik mencatat hasil diskusi

dengan baik sesuai kaidah berbahasa

Indonesia yang baik dan benar. 3. Peserta didik atau ketua kelompok

diskusi mengumpulkan hasil diskusi

kelompok kepada guru dengan tepat

waktu dan sikap yang sopan.

4. Guru memberikan apresiasi untuk

peserta didik yang berprestasi baik. 5. Guru memberikan soal atau

permasalahan lain yang relevan untuk

memberikan pengayaan dan atau

remediasi.

6. Peserta didik mengerjaran soal sesuai perintah guru pada Lembar Kerja Peserta

atau Buku Tugas.

Mengkomunikasikan :

1. Peserta didik melaporkan hasil diskusi

kelompok secara tertulis pada Lembar

Kegiatan Peserta atau Buku Tugas.

Page 50: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 50 dari 164.

No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Alat, Bahan, Media

Pendekatan, Model,

Metode

2. Guru memeberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mempresentasikan

hasil diskusi kelompok.

3. Peserta secara bergiliran menayangkan

atau membacakan hasil diskusi kelompoknya.

4. Peserta dari kelompok lain memberikan

tanggapan atau sanggahan sesuai materi

ajar dengan baik dan benar dengan tetap

berperilaku sopan dan santun sesuai karakter bangsa.

5. Guru memberikan klarifikasi dan

penguatan dari hasil yang telah di

presentasikan.

6. Guru memberikan penilaian sekaligus

apresiasi untuk kelas yang menyenangkan.

3. Penutup 1. Guru bersama peserta didik

menyimpulkan hasil pembelajaran hari

ini.

2. Guru bersama dengan peserta didik

mereview atau mengingat kembali mengenai apa saja yang telah dipelajari

dalam kegiatan hari ini.

3. Guru memberikan evaluasi dan

memberikan tugas individu untuk

dikumpulkan pada pertemuan

berikutnya 4. Guru meminta peserta didik untuk

membaca materi pada pertemuan

berikutnya sesuai Bahan Ajar Penghayat

Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa (pembiasaan kegiatan literasi). 5. Doa Penutup dipimpin Ketua Kelas

10

menit

Tanya

jawab/tes

lisan

Tugas

mandiri

3. Tes Lisan

4. Penugasan

G. Remidi dan Pengayaan

Perhatikan 6 pernyataan berikut!

Bagaimana Anda menyikapi setiap pernyataan berikut dan jelaskan dengan

minimal 2 contoh untuk tiap pernyataan!

1. Menghayati makna dan mengupayakan kebaikan dalam lingkungan hidup

bersama.

2. Mengembangkan moral dengan etika, estetika, dan logika pengamalan budi

pekerti luhur di lingkungan bersama untuk dijadikan sebagai landasan

pembangunan karakter bangsa.

3. Memahami makna perilaku bersyukur dalam berbagai peristiwa kehidupan.

Page 51: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 51 dari 164.

4. Memahami makna hubungan antara manusia dengan Tuhan dan dengan alam

semesta.

5. Memahami tugas hidup manusia dalam kehidupan.

6. Memberikan contoh keteladanan tentang perilaku hidup manusia yang

berbudi luhur.

H. Latihan

1. Materi Soal/Evaluasi

Jawablah dengan singkat dan jelas!

1. Jelaskan peran serta Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

pada perjuangan Bangsa Indonesia khususnya: “Perilaku Berbuat Baik

Terhadap Lingkungan Hidup Bersama“ !

2. “Meniti Sangkan Paraning Dumadi”, apa maksudnya? Jelaskan!

3. Secara etimologi Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa memiliki arti:

“menganggap benar, mengakui dengan sungguh dan meyakini adanya Tuhan

Yang Maha Esa atau adanya Penguasa Tunggal Yang Mutlak”, yang mengatur

harmonisasi kehidupan alam semesta lengkap dengan isinya. Berikan 5 contoh

dan jelaskan secara singkat tiap contoh dimaksud!

4. Tuliskan payung hukum keberadaan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa di Indonesia dan Internasional.

5. Sikap bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat dipilah ke dalam

beberapa aspek tindakan atau kepedulian. Berikan masing - masing 1 (satu)

contoh seperti tercantum dalam bagian C (Sikap Bersyukur Kepada Tuhan

Yang Maha Esa) materi Budi Pekerti Ini!

2. Norma Penilaian

Setiap butir soal diberikan skor maksimum = 20 (dua puluh).

Total skor yang dapat diraih peserta didik adalah 100 (seratus).

NA = Skor Maksimal

Page 52: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 52 dari 164.

I. Evaluasi

Petunjuk :

I. Jika ujian disampaikan dalam bentuk Tulis. 1. Tiap Materi Pelajaran, diberikan evaluasi tulis (Ujian Tulis) berupa soal

obyektif sebanyak 10 butir soal, dengan 5 opsi jawaban pada setiap soal.

2. Pilih satu jawaban yang Anda anggap paling tepat dengan memberi tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D atau E pada lembar jawab yang tersedia.

3. Bekerjalah dengan teliti dan cermat. 4. Bertanyalah kepada Guru (Pengawas Ujian) jika terdapat soal yang kurang

lengkap.

5. Teliti kembali hasil pekerjaan Anda sebelum dikumpulkan kepada Pengawas Ujian.

6. Dilarang menggunakan alat hitung dalam bentuk elektronik (kalkulator,

HP, laptop, dll) dan atau manual (mistar hitung, buku, tabel, chart, kamus, dictionary, dll) selama mengikuti ujian.

7. Selamat menempuh ujian, sukses beserta kita!

II. Jika ujian disampaikan dalam bentuk Lisan.

1. Tiap Materi Pelajaran, diberikan evaluasi lisan (Ujian Lisan) berupa soal obyektif sebanyak 10 butir soal, dengan 5 opsi jawaban pada setiap soal.

2. Soal dibacakan 2 (dua) kali dengan durasi maksimum 2-4 menit, untuk

setiap sesi soal.

3. Peserta diminta menulis di kertas ulangan dengan cara menuliskan kata

kunci yang diberikan guru (bukan menulis huruf A, B, C, D atau E) dari

jawaban yang disediakan.

4. Tidak ada pengulangan pembacaan soal setelah dibacakan 2 (dua) kali.

Kecuali di awal ada peserta yang belum hadir, tetapi baru membacakan

soal nomor 1 (pertama).

5. Peserta dilarang bertanya tentang apapun, memberikan kode atau isyarat,

atau berkomunikasi baik verbal maupun oral dengan sesama peserta

selama ujian berlangsung.

6. Selamat menempuh ujian, sukses beserta kita!

III. Materi Soal

Bacalah dengan cermat materi Bahan Ajar Budi Pekerti ini sebelum Anda menjawab soal berikut, karena materi soal ini berdasarkan Text Book (Bacaan Wajib)!

1. Menghayati makna dan mengupayakan kebaikan dalam lingkungan hidup bersama perwujudannya ada pada karakter bangsa Indonesia. Dalam

pengertian ini yang dimaksudkan adalah : A. Keseluruhan potensi dan keaktifan jiwa setiap individu bangsa Indonesia

yang tumbuh dari dasar budi pekerti dengan lebih menekankan pada:

prakarsa, karya dan perubahan yang dikendalikan oleh kemampuan diri

Page 53: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 53 dari 164.

dalam menempatkan diri pada keseimbangan atau keselarasan sebagai

personalitas pribadi berbudi pekerti luhur. B. Keseluruhan potensi dan keaktifan jiwa setiap individu bangsa Indonesia

yang tumbuh dari dasar budi pekerti dengan lebih menekankan pada: perasaan, kemauan dan perubahan perilaku yang dikendalikan oleh

kemampuan diri dalam menempatkan diri pada keseimbangan atau keselarasan sebagai personalitas pribadi berbudi pekerti luhur.

C. Keseluruhan potensi dan keaktifan jiwa setiap individu bangsa Indonesia

yang tumbuh dari dasar budi pekerti dengan lebih menekankan pada: perencanaan, pelaksanaan dan tindakan yang dikendalikan oleh

kemampuan diri ketika menempatkan diri pada keseimbangan atau keselarasan sebagai personalitas pribadi berbudi pekerti luhur.

D. Keseluruhan potensi dan keaktifan jiwa setiap individu bangsa Indonesia

yang tumbuh dari dasar budi pekerti dengan lebih menekankan pada: perubahan, keinginan dan prakarsa yang dikendalikan oleh kemampuan

diri saat menempatkan dirinya pada keseimbangan atau keselarasan sebagai personalitas pribadi yang berbudi pekerti luhur.

E. Keseluruhan potensi dan keaktifan jiwa setiap individu bangsa Indonesia

yang tumbuh dari dasar budi pekerti dengan lebih menekankan pada: perbuatan, kemajuan dan perubahan yang dikendalikan oleh kemampuan

diri dalam menempatkan diri pada keseimbangan atau keselarasan sebagai personalitas pribadi berbudi pekerti luhur.

2. Mengembangkan moral dengan etika, estetika, dan logika pengamalan budi pekerti luhur di lingkungan bersama untuk dijadikan sebagai landasan pembangunan karakter bangsa. Cara menyikapinya dengan:

A. Membudayakan karakter masyarakatNusantara, dibentuk dalam konteks idiologi dan mempunyai daya tahan dalam jangkauan masa yang panjang

untuk mencorakkan identitas masyarakat nasionalis (ke-Indonesia-an). B. Melestarikan karakter masyarakatNusantara, dibentuk dalam konteks

kearifan lokal dan mempunyai daya tahan dalam jangkauan masa yang

panjang untuk mencorakkan identitas masyarakat nasionalis (ke-Indonesia-an).

C. Membudayakan dan melestarikan karakter masyarakatNusantara dan dibentuk dalam konteks sosial serta mempunyai daya tahan dalam

jangkauan masa yang panjang untuk mencorakkan identitas masyarakat pada tataran internasional.

D. Membudayakan dan melestarikan karakter masyarakatNusantara dan

dibentuk dalam konteks humaniora serta mempunyai daya tahan dalam jangkauan masa yang panjang untuk mencorakkan identitas masyarakat

pada tataran pergaulan internasional. E. Membudayakan dan melestarikan karakter masyarakatNusantara, yang

dibentuk dalam konteks sejarah dan mempunyai daya tahan dalam

jangkauan masa yang panjang untuk mencorakkan identitas masyarakat nasionalis (ke-Indonesia-an) dalam membangun relasi dan terhubung

secara global internasional.

Page 54: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 54 dari 164.

3. Peran karakter bangsa kaitannya dengan value (nilai) berbangsa dan bernegara

adalah … A. Karakter bangsa menjadi wadah integrasi nasional melalui internalisasi

dan sosialisasi nilai-nilai budi luhur dan proses penilaian kepercayaan dalam berbangsa dan bernegara.

B. Karakter bangsa menjadi wadah integrasi regional melalui internalisasi dan sosialisasi nilai-nilai budi luhur dan proses penilaian kepercayaan dalam berbangsa dan bernegara.

C. Karakter bangsa menjadi substansi integrasi nasional melalui internalisasi dan sosialisasi nilai-nilai budi luhur dan proses penilaian

kepercayaan dalam berbangsa dan bernegara. D. Karakter bangsa menjadi program integrasi nasional melalui internalisasi

dan sosialisasi nilai-nilai budi luhur dan proses penilaian kepercayaan dalam berbangsa dan bernegara.

E. Karakter bangsa menjadi wujud integrasi nasional melalui internalisasi

dan sosialisasi nilai-nilai budi luhur dan proses penilaian kepercayaan dalam berbangsa dan bernegara.

4. Manfaat dan fungsi budi pekerti di setiap bentuk tatanan sosial di tengah

masyarakat Indonesia adalah ....

A. Budi pekerti telah menjadi bagian internalisasi penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

B. Karakter bangsa menjadi wadah integrasi nasional melalui internalisasi dan sosialisasi nilai-nilai budi luhur dan proses penilaian kepercayaan dalam berbangsa dan bernegara.

C. Budi pekerti menjadi ajaran hidup dalam tatanan sosial masyarakat Nusantara dan merupakan pancaran dari adanya integrasi proses nilai dan penilaian yang tertanam pada setiap individu.

D. Ajaran hidup berbudi pekerti luhur menjadi pengejawantahan untuk mengisi kekurangan di setiap lingkungan, atau bentuk kebersamaan

sosial dalam gotong royong masyarakat yang menjadi contoh nyata. E. Menjadi kenyataan dalam tata kehidupan bahwa proses pendidikan budi

pekerti yang berperan menjadi bekal jati diri tak ternilai harganya, dalam

membangun kemajemukan di tengah kehidupan bermasyarakat yang benar dan rahayu.

5. Memahami makna perilaku bersyukur dalam berbagai peristiwa kehidupan. Berikut adalah beberapa contoh konkrit memaknai perilaku bersyukur

terhadap anugerah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada umat manusia dalam bidang pendidikan. A. Ikut menjaga kenyamanan dan kedamaian di lingkungan. Mengikuti pola

hidup sehat. Tidak terlibat pada pemakaian obat terlarang/narkotika/psycotropika, minuman keras. Tidak mengikuti atau

berperan pada faham radikalisme atau separatisme. Aktif dalam kegiatan Karang Taruna, atau organisasi pemuda yang diakui pemerintah. Ikut ambil bagian dalam kegiatan gotong royong di sekitar tempat tinggal.

Bakti kampus atau Jumat bersih.

Page 55: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 55 dari 164.

B. Menjaga keutuhan NKRI, tidak terlibat gerakan separatis atau radikalisme

dan sejenismnya.Ikut serta bela negara. Menjadi warga negara yang baik. Taat hukum, norma sosial dan norma masyarakat. Menjunjung tinggi

Lambang Negara, Pancasila, UUD 1945, menghormat Bendara Merah Putih, dan mengakui Pemerintah yang sah tanpa membedakan ras, agama dan golongan. Mengakui dan melaksanakan tugas sebagai anggota

masyarakat yang berdisiplin dan berbudaya. C. Ikut menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan masyarakat (RT/RW).

Ikut menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan sekolah. Memberikan laporan ke pejabat berwenang jika terjadi tindak pidana, ketidaknyamanan, keamanan dan ketertiban yang diketahui berpotensi

merusak tatanan kehidupan. Tidak terlibat pada kenakalan remaja atau perkelahian. Ikut menjaga ketertiban lingkungan. Mengikuti tata tertib dan norma yang berlaku di masyarakat, sekolah dan keluarga.

D. Mengutamakan belajar untuk meraih kompetensi yang diharapkan. Mengikuti dan melaksanakan semua aturan dan program pendidikan

yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan. Menjunjung tinggi nama dan martabat pelajar di dalam semua aspek kehidupan. Hakekat utama bersyukur terhadap anugerah Tuhan Yang Maha Esa adalah peran utama

manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Tindakan atau sikap dalam bersyukur tidak hanya ketika memperoleh keberhasilan,

kesuksesan atau kemurahan, tetapi juga ketika dalam kesusahan, kesedihan, bencana dan sebagainya, karena dari situlah akan nampak pengucapan syukur yang sesungguhnya.

E. Menjaga dan melestarikan budaya santun, sopan,m jujur dan bertanggungjawab. Menjaga keharmonisan rumah tangga, menghormati orang tua dan saudara. Tidak terlibat dalam persekongkolan

/permufakatan buruk yang merusak citra keluarga. Tidak terlibat Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Mengambil bagian dalam peristiwa

kebencanaan di lingkungan sekitar. Terlibat aktif dalam gerakan penanggulangan bencana alam. Menggalang solidaritas dalam lingkup yang kecil maupun skala lebih besar terhadap kebencanaan alam.

Melestarikan adat istiadat, kebudayaan dan kesenian daerah. Ikut melestarikan cagar budaya dan peninggalan sejarah atau situs.

6. Memahami makna hubungan antara manusia dengan Tuhan dan dengan alam

semesta menjadi sebuah kewajiban untuk setiap Penghayat kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang mengejawantah (muncul secara nyata dari pribadi) dalam bentuk Kesadaran Spiritual Membangun Manusia Utuh, yaitu :

A. Daya tanggap terhadap kehidupan di luar dirinya. B. Sadar diri dengan arah orientasi ke dalam dan ke luar.

C. Membangun diri sebagai manusia utuh bersama Dzat Tuhan atau dayanya Budi.

D. Daya tanggap terhadap kehidupan di luar dirinya. Sadar diri dengan arah

orientasi ke dalam dan ke luar.

Page 56: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 56 dari 164.

E. Daya tanggap terhadap kehidupan di luar dirinya. Sadar diri dengan arah

orientasi ke dalam dan ke luar. Membangun diri sebagai manusia utuh bersama Dzat Tuhan atau dayanya Budi.

7. Memayu Hayuning Bawana dalam artian sederhana adalah upaya melindungi

keselamatan dunia baik lahir maupun batin dari kerusakan atau ketidak harmonisan dalam skala global atau menyeluruh. Berikut adalah tindakan manusia yang bernafaskan Memayu Hayuning Bawana:

A. Mengirimkan pasukan perdamaian jika di minta oleh negara yang berkonflik.

B. Ikut melestarikan peninggalan sejarah bangsa Indonesia atas perintah atau saran dari UNESCO.

C. Membangun rumah peribadatan, sekolah dan fasilitas umum serta

menyediakan sarana prasarana yang diperlukan sesuai karakteristik daerah.

D. Menyelenggarakan perdamaian dunia yang berdasarkan perdamaian

abadi dan keadilan sosial untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa Indonesia.

E. Ikut serta dalam penanganan kemiskinan negara lain dengan syarat tertentu yang disepakati oleh kedua negara.

8. Memahami tugas hidup manusia dalam kehidupan perlu dibuktikan oleh Penghayat agar kehidupan spiritualnya terjaga. Keberhasilan pembangunan karakter sangat ditentukan oleh manusia pelaksana pembangunan budi

pekerti luhur. Kualitas manusia yang dimaksudkan adalah kualitas manusia dengan kriteria tertentu. Kriteria dimaksud secara berurutan adalah:

A. Kualitas Berbangsa dan Bernegara; Kualitas Spiritual; Kualitas Intelektual; Kualitas Sosial;

B. Kualitas Spiritual; Kualitas Sosial; Kualitas Intelektual; Kualitas

Berbangsa dan Bernegara. C. Kualitas Spiritual; Kualitas Intelektual; Kualitas Sosial; Kualitas

Berbangsa dan Bernegara. D. Kualitas Intelektual; Kualitas Spiritual; Kualitas Sosial; Kualitas

Berbangsa dan Bernegara.

E. Kualitas Sosial; Kualitas Spiritual; Kualitas Berbangsa dan Bernegara. Kualitas Intelektual

9. Setiap Penghayat harus dapat memberikan contoh keteladanan tentang perilaku hidup manusia yang berbudi luhur dan dalam laku hariannya

meliputi 3 (tiga) unsur dasar, yang berurutan sbb: A. Unsur Spiritual, Unsur Moral Etika, Unsur Mental. B. Unsur Spiritual, Unsur Mental, Unsur Moral Etika.

C. Unsur Mental, Unsur Spiritual, Unsur Moral Etika. D. Unsur Mental, Unsur Moral Etika, Unsur Spiritual.

E. Unsur Moral Etika, Unsur Spiritual, Unsur Mental.

Page 57: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 57 dari 164.

10. Dalam laku hariannya sikap relegius adalah sifat dasar masyarakat

Nusantara, yang terbentuk oleh proses pendidikan karakter dan budi pekerti yang diberikan sejak anak-anak hingga dewasa dan menjadi sikap laku

seorang Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Arti sederhana kalimat tersebut bagi kita adalah: A. Wujud kesadaran utuh yang merupakan bagian dari proses

kemanunggalan dengan Gustinya atau Tuhan Yang Maha Esa. B. Mendedikasikan hidupnya untuk membangun karakter lingkungan

sekitar yang pada gilirannya ikut memperkuat karakter bangsa Indonesia. C. Nusantara yang telah ikut mengiringi perjalanan sejarah bangsa

menyumbangkan nilai-nilai spiritual dalam membentuk manusia utuh

bangsa Indonesia. D. Sikap ini bukan semata didedikasikan kepada kepentingan pribadi, tetapi

juga dalam membangun karakter lingkungan sekitar yang pada gilirannya

ikut memperkuat dalam membentuk karakter bangsa. E. Manunggaling Kawula Gusti semata didedikasikan kepada kepentingan

pribadi, tetapi juga dalam membangun karakter lingkungan sekitar yang pada gilirannya ikut memperkuat dalam membentuk karakter bangsa.

Kunci Jawaban 1. B

2. E 3. A 4. C

5. D 6. E

7. D 8. C 9. B

10. A

Kriteria Penilaian Setiap soal diberikan skor = 1 (satu), sehingga skor total = 10. Nilai Akhir NA = 10 x Skor Maksimal = 10 x 10 = 100 (seratus)

Page 58: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 58 dari 164.

BAB III

KEAGUNGAN TUHAN

A. Kompetensi Inti

KI 1 Kompetensi Spiritual

Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 Kompetensi Sosial

Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli

(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-

aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan

bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 Kompetensi Pengetahuan

Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik

untuk memecahkan masalah.

KI 4 Kompetensi Keterampilan

Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di

bawah pengawasan langsung

B. Kompetensi Dasar

1. Memahami hubungan Tuhan Yang Maha Esa dengan asal usul adanya

sesuatu serta hidup dan kehidupan

2. Meyakini adanya kekuasaan Tuhan dalam diri setiap manusia.

Page 59: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 59 dari 164.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Mengetahui dan memaknai hubungan Tuhan Yang Maha Esa dengan asal

usul adanya sesuatu serta hidup dan kehidupan

2. Memiliki keyakinan adanya kekuasaan Tuhan dalam diri setiap manusia.

D. Indikator

Peserta didik diharapkan mampu:

1. Menginterpretasikan hubungan Tuhan Yang Maha Esa dengan asal usul

adanya sesuatu serta hidup dan kehidupan

2. Memiliki kesadaran diri tentang adanya kekuasaan Tuhan dalam diri

setiap manusia.

E. Materi Pembelajaran Keagungan Tuhan

1. Bentuk Kasih Sayang Tuhan Yang Maha Esa Terhadap Manusia

Dasar Laku dan Pemahaman Penghayat adalah sebagai sebuah ungkapan

syukur dari bentuk kasih sayang Tuhan Yang Maha Esa. Kesadaran itu timbul

sebagai akibat anugerah dan berkah yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha

Esa kepada manusia yang merupakan ciptaan paling mulia di antara seluruh

ciptaan-NYA.

Dasar Laku dan Pemahaman Penghayat atau bekal seorang penghayat dalam

meniti laku mesu diri mengarah pada peningkatan martabat kesucian pribadi

manusia, berprinsip pada:

1) Tekad, adalah proses diri dalam laku penghayatan kepada Tuhan Yang Maha

Esa dengan adanya Budi yang menempatkan perilaku seseorang di jalan yang

benar.

2) Keyakinan, terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam martabat kesucian yang

nilainya berkembang dalam perilaku hidup seseorang ke arah “Sangkan Paran”

hidup itu sendiri.

3) Sikap Manembah dan Penyerahan Diri, kepada Tuhan Yang Maha Esa

dengan kesadaran total (fisik, mental, spiritual) dalam perilaku hidup

seseorang setelah menghayati sentuhan dari Dzat hidup atau adanya Budi.

4) Proses Diri manusia dalam Kejujuran Pribadi hanya yakin dan percaya

adanya Sang Pencipta yaitu Tuhan Yang Maha Esa, dengan :

Page 60: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 60 dari 164.

5) Patrap, yaitu sikap dalam sujudatau meditasi (manembah) mengendapkan

angan-angan, rasa dan karsanya bersatu dengan Dzat hidup atau adanya Budi

yang berkembang sesuai keikhlasan nuraninya dengan kesadaran batin hanya

bersembah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kesadaran membangun manusia seutuhnya dalam menjalankan penghayatan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan kesadaran kejiwaan atau kerohanian

yang sangat bermanfaat dalam melakukan kehidupan sebagai umat manusia untuk

ikut berperan dalam pembangunan masyarakat yang berbudi pekerti adil, beradab,

sejahtera, menyongsong keterbukaan tata masyarakat dunia.Dalam laku

keseharian pribadi Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

mempunyai pengalaman-pengalaman spiritual yang membangun keyakinan dan

pemahaman yang semakin dalam sehingga secara umum mempunyai sikap sebagai

berikut:

1). Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan atas kehendak-Nya kepada

Ciptaan-Nya

Keyakinan tersebut akan makin meningkat sebagai hasil kesaksian dalam

proses diri mendekat kepada-Nya. Pengalaman spiritual dan kesaksian

terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa inilah yang meningkatkan martabat

kesucian yang nilainya berkembang dalam perilaku hidup ke arah Sangkan

Paran.

2). Kesanggupan untuk Manembah Kepada-Nya

Pengakuan dan keyakinan merupakan hasil kesaksian dan pengalaman dalam

penghayatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kesadaran dalam penghayatan

itu akan menumbuhkan adanya pengakuan terus menerus pada diri manusia

dalam manembah terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

3). Membina Diri Pribadi kearah Kesucian, Moral dan Budi Pekerti Luhur

Membina dan menjaga kesehatan jasmani dan kesucian rohani serta

ketenteraman hati sehingga ucapan dan perbuatan serba jujur sekaligus

bertanggungjawab, tidak terdorong nafsu, bermoral, mengutamakan budi

pekerti luhur.

Page 61: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 61 dari 164.

4). Mewujudkan Persaudaraan antar sesama atas dasar Cinta Kasih

Mewujudkan ikatan persaudaraan dan kerukunan antara semua umat

manusia dan semua golongan berdasarkan cinta kasih untuk membangun

masyarakat relegius dengan tujuan mulia.

5). Memenuhi Kewajiban-Kewajiban Sosial, Nasional dan Kemanusiaan

Sanggup berbuat benar, tunduk kepada Undang-Undang Negara dan

menghormatiu sesama manusia, tidak mencela faham dan pengetahuan orang

lain, berdasarkan ras cinta kasih berusaha merangkul semua golongan, para

Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan para pemeluk

agama bersama-sama menuju tujuan yang satu.

6. Menambah Pengetahuan dan Pengalaman Lahir Batin

Mempunyai integritas, toleran, tidak fanatik, dengan sikap tersebut selalu

membuka wawasan spiritual dan menambah pengalaman dalam usaha mencapai

kebenaran yang bermanfaat bagi pribadi dan masyarakat umum.

Pembentukan pribadi yang memenuhi sikap-sikap kesadaran di atas adalah

capaian kedewasaan seseorang yang telah mempunyai kematangan dalam:

1). Laku Sujud,

2). Laku Spiritual,

3). Laku Sosial.

2. Tuhan Maha Kuasa Dan Maha Mengetahui Segala CiptaanNya

Segala yang terjadi di alam semesta ini tidak akan mungkin kita lepaskan dari

Sang Sutradara Agung Tuhan Yang Maha Esa, karena Dia-lah sumber dari segala

sumber kehidupan atau asal dari segala sesuatu yang ada di mayapada ini.

Manusia sebagai bagian termulia dari yang ciptaan-Nya, haruslah memiliki

kesadaran penuh ketika melakukan interaksi positif dengan ciptaan lain, baik

mahluk hidup maupun benda mati, serta segala fenomena alam atau peristiwa

kehidupan ini. Kita tidak akan mampu mengurai dan menguasai fenomena yang di

luar nalar dan pengetahuan kita. Ingat, kita adalah “memiliki keterbatasan” yang

diciptakan Tuhan agar memberikan penghormatan dalam peribadatan atau

panembah yang mengejawantah dalam roh dan kebenaran, sesuai harkat dan

martabat manusia. Laku atau tindakan manembah yang hendak dan senantiasa

kita lakukan harus sepenuhnya diketahui makna terdalam dan maksud yang benar

Page 62: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 62 dari 164.

dalam segala aspeknya. Benar disini memiliki dimensi vertikal, yaitu benar sesuai

Norma Ketuhanan Yang Maha Esa, juga harus benar dalam arah horisontal

(bermakna benar dalam arah norma yang berlaku dalam relasi sesama ciptaan-

Nya). Kesalahan dalam menempatkan sujud atau panembah ini akan membawa

kita kepada penyembahan yang mendatangkan Murka Sang Khalik Tuhan Yang

Maha Esa. Kita perlu belajar dan memahami secara tepat proses-proses, serta

tahap-tahap yang dilakukan dalam laku sujud yang benar.

Sikap-sikap tersebut akan dipunyai seseorang dalam kedewasaan spiritual

yang mencapai kesadaran ketiga dan mata batin “Wicaksono” dalammemayu hayu

kehidupan budi luhur dengan kesadaran manusia seutuhnya yang selalu berpikir

positif dan menjalani laku kehidupan dengan kedamaian batin.Capaian

kedewasaan karakter seperti di atas, membutuhkan keteladanan dengan dimulai

pendidikan budi pekerti dari kearifan lokal, dengan pembinaan spiritual,

pengenalan tata-krama atau sopan santun, pengenalan budaya dan tradisi serta

wawasan nusantara.

Keteladanan sikap budi pekerti luhur yang diberikan sejak usia dini dari

keluarga merupakan pondasi kesadaran kemanusiaan yang berkembang menjadi

kesadaran spiritual dalam sikap hidup keseharian yang selanjutnya kesadaran

akan kewajiban meniti sangkan paran yang menjadi karakter Penghayat

Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di tengah kearifan lokal dan interaksi

global yang selalu berkembang dari waktu ke waktu.

Dalam meniti sangkan para membutuhkan pemahaman dan kesadaran

sebagai pribadi yang utuh yang harus dilatih setiap saat dalam penghayatan secara

meditasi atau memproses diri dalam laku sujud diri manembah kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

Penjelasan masing-masing laku itu sebagai berikut:

1. Laku Sujud

Melakukan sujud/manembah atau meditasi adalah suatu usaha untuk

mencapai ketenangan diri, ketenangan raga, ketenangan jiwa dan batin dengan

mengedepankan angan-angan, rasa dan kemauan hingga merasakan getaran

spiritual pribadi atau dayanya Budi, bebas dari segala pengaruh, hanya mengarah

dan menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Manembah atau sujud dapat

Page 63: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 63 dari 164.

dilakukan dalam posisi berdiri, berlutut atau duduk, disesuaikan dengan keadaan

dan tempat yang memungkinkan dalam batas kemampuan dan kemungkinan.

Di kalangan Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa terdapat

berbagai cara dan istilah yang dipergunakan dan diterapkan yang akan

berkembang secara bertahap sesuai kedewasaan martabat spiritualnya, dengan

cara yang ditempuh antara lain:

a. Sujud Raga

Berdiam diri dalam sikap tenang dan diteruskan dalam sikap sujud, dengan

cara sebagai berikut:

1. Raga diam dan menormalisir getaran raga;

2. Mengatur jalannya pernafasan hingga sehalus mungkin.

3. Kesadaran raga dikendalikan menuju ke satu arah.

4. Sikap dan kesadaran dibina ke arah sujud terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Untuk mencapai ketenangan raga, tenteram, mengendap dan rasa aman.

b. Sujud Batin

Mengucapkan kata dan kalimat sujud dengan jelas dan pelan, lambat dan

hormat yang maksudnya sebagai berikut:

1. Asma Tuhan Yang Maha Esa dan ucapan panembah kepada-Nya dengan

mengajak segenap unsur kesadaran pribadi ikut sujud.

2. Bersyukur kepada-Nya atas segala kasih sayang serta rahmat dari-Nya dan

seterusnya.

3. Mohon pengampunan kepada-Nya atas segala salah, dosa, kekurangan dan

lain sebagainya.

4. Mohon tuntunan dan petunjuk-Nya agar dapat menunaikan tugas kewajiban

dengan sebaik-baiknya.

5. Memusatkan kejujuran diri dengan maksud pada kata-katanya itu, hingga

masuk dalam alam batin.

6. Memusatkan rasa ikhlas hingga angan-angan dalam batin dengan segenap

patrap bahwa dirinya hanya menghadap Tuhan Yang Maha Esa.Sehingga

mencapai ketenangan raga dan menghayati alam batin.

Page 64: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 64 dari 164.

c. Sujud Jiwa

Dengan mencapai sujud raga dan sujud batin akan terproses selanjutnya

sehingga makin memantapkan tujuan sujud dalam menyatukan jiwa raga:

1. Mengendalikan getaran spiritual dan mengedepankan hawa nafsu yang masih

ada dalam sujud.

2. Mempertemukan angan-angan luhur dengan rasa jati dalam pancaran atau

dayanya Budi demi membulatkan sikap dengan tulus sujud kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

3. Menuju kebulatan sikap sujudnya raga dan jiwa dengan pancaran Budi dalam

hukum tuntunan Tuhan Yang Maha Esa.

d. Sujud Rohani

Dalam kebulatan sikap sujud jiwa dan raga:

1. Menyaksikan angan-angan luhur dan rasa jati terpadu dalamhati nurani.

2. Menyaksikan hati nurani memperoleh daya terangnya Budi.

3. Meresapkan nilai kemanusiaan yang terbina dalam keluruhan Budi.

4. Menghayati sujud rohani dengan kesadaran hati dan keluhuran Budi.

Membangun tingkat sujud hingga ke dalam lubuk hati yang dikelola oleh budi

luhur, sebagai manusia utuh yang hanya berserah diri manembah kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Proses diri dalam Sujud Raga, Sujud Batin, Sujud Jiwa dan Sujud

Rohani harus selalu dilatih, kemampuan capaian kedewasaan spiritualnya

tergantung ketekunan dan kesadaran sebagai manusia utuh, serta kecerdasan

spiritual pribadinya dengan hati yang bersih, yang akan menjadi bangunan sikap

moral dalam kehidupan sehari-hari yang akan selalu berkembang sesuai

peningkatan martabat spiritualnya.

Capaian martabat spiritual setiap pribadi penghayat akan sangat bermanfaat

dalam tugas hariannya baik untuk pribadinya sendiri atau untuk membangun

hidup untuk sesama seperti kondisi berikut:

1). Sujud Pribadi

Dalam kesadaran sikap batin manembah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

ketulusan sujud di hati dan Budi :

a) Mengantar seluruh kesadaran pribadi yang bersujud berserah diri

langsung kehadapan Tuhan Yang Maha Esa.

Page 65: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 65 dari 164.

b) Meningkatkan ketenangan serta pengamatan hati dan Budi dalam

menerima tuntunan hidup di jalan Ketuhanan Yang Maha Esa.

c) Bermanfaat untuk kesetimbangan dalam kehidupan jiwa dan raga.

2). Sujud Pamong

Dengan kesadaran sikap batin dalam kedudukan sujud pribadi yang

berimbang, menghayati keterpaduan kesadaran dan sikap penyerahan diri

kehadapan Tuhan Yang Maha Esa dalam mengemban tugas hidup dan

kehidupan untuk diri pribadi, sesama hidup serta alam semesta.

Mewujudkan kemanunggalan diri dengan kenyataan dan kehendak Tuhan

Yang Maha Esa sesuai martabat spiritual pribadi atau laku hidup dalam

“managemen Manunggaling Kawulo Gusti”, sesuai peran dan fungsinya

sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, memenuhi kualitas budi luhur

dalam Memayu Hayuning Bawana.

2. Laku Spiritual

Proses Laku Spiritual berintikanMeniti Sangkan Paran dalam penghayatan,

pengalaman, pemahaman dan capaian martabat.

a. Proses Diri

Dari berbagai pengalaman dalam Laku Sujud Dalam Penghayatan, setiap

pribadi akan sampai pada pengertian bahwa latihan penghayatan kepada Tuhan

Yang Maha Esa, terutama dalam tahapan mengendapkan angan-angan dan

perasaan, serta membutuhkan kejujuran dan ketulusan sebagai refleksi martabat

kesadaran pribadi. Perkembangan pada proses penghayatan secara pribadi akan

dicapai tahap demi tahap, hingga dapat merasakan adanya peningkatan kadar

kebersihan hati (sebuah ketidakpastian jika kita mengatakan “suci” atau “kudus”),

sebab bersih berarti masih memiliki tingkat kekotoran tertentu (kualitas).

Sedangkan suci atau kudus adalah mutlak (milik Tuhan Yang Maha Esa), kita

memang sedang mengarah ke sana di dalam segala laku dan tingkah ataupun

peribadatan kita, yang mengejawantah dalam laku spiritual. Dalam proses tersebut

sangatlah dibutuhkan kejujuran pribadi, karena tidak ada seorang Guru pun yang

dapat mengenali kejujuran pribadi muridnya setiap waktu, kecuali murid itu sendiri.

Page 66: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 66 dari 164.

Diagram 1. Proses Diri

b. Manembah atau Sujud

Dalam melakukan meditasi atau sujud pribadinya (pen: doa hening), seseorang

akan mengetahui seberapa jauh kesiapannya untuk menerima getaran gema hidup

dari Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sumber Hidup. Selanjutnya, akan dijumpai

strata-strata tertentu selama menekuni latihan-latihan penghayatan dan pada

setiap strata itulah akan dijumpai juga jalan menuju Keagungan milik Tuhan Yang

Maha Esa yang mulai terbuka menghantar pada pengalaman-pengalaman spiritual.

Strata tersebut berawal langkah demi langkah dalam proses diri ke arah Sangkan

Paran menuju Kemanunggalan dalam hukum Tuhan Yang Maha Esa yang akan

dicapai sesuai martabat pribadinya.

Penghayatan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dilakukan seseorang, tidak

lepas dari kemampuan penghayatan dan kecerdasan akan proses spiritual

pribadinya, dan akan berkembang memasuki nilai–nilai baru yang menjadi bekal

penambahan pengetahuan diri dan modal yang akan membuatnya makin mengerti

di dalam peningkatan potensi spiritualnya, sekaligus mengukir eksistensi dan

identitas kepercayaannya.

Untuk maksud tersebut perlu dijelaskan hal berikut:

1). Suatu potensi berupa dorongan getaran / gema spiritual yang berasal dari

hidup yang bersemayam dalam diri pribadi yang membawa mereka selalu

WEWARAH PENGHAYATAN MANEMBAH

PENGHAYAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BUDI LUHUR

1. MEMAYU HAYUNING PRIBADI (MAWAS DIRI)

2. MEMAYU HAYUNING SESAMA (TEPA SELIRA)

3. MEMAYU HAYUNING BAWANA (WICAKSANA)

Page 67: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 67 dari 164.

teringat dan sadar terhadap sumber, awal akhir dari sangkan paran hidup itu

sendiri. Kondisi ini menjadi kewajiban pribadi dalam melatih kejujuran kita

kepada Tuhan Yang Maha Esa, kjujuran dan ketulusan mengawali laku ke

arah sangkan paran dan memudahkan mengendapnya angan-angan, rasa dan

karsa yang akan tersentuh dayanya Budi ke dalam dimensi menuju

penghayatan nilai-nilai hidup yang bersifat kosmis. Dari situ akan berkembang

nilai-nilai spiritual dan supra rasional dalam pengalaman-pengalaman

spiritual. Pengalaman spiritual itu akan menjadi pemicu untuk menjadi

manusia spiritual atau manusia relegius akibat gugatan yang bergetar dari

dalam dirinya sendiri.

2). Kesadaran akan getaran atau gema spiritual tersebut dalam diri seorang

penghayat menguatkan kesadaran spiritual dan akan mempunyai pengalaman

dalam fungsi hidup, dalam sentuhan dayanya Budi terhadap cipta, rasa dan

karsa yang dapat berinteraksi dalam heneng dengan kuasa-Nya, menemukan

kedamaian dalam jati diri yang lebih tinggi, menambah keyakinan akan

anugerah Tuhan Yang Maha Esa, fungsi esoterik dalam dirinya sendiri yang

akan terproses sebagai pamong pribadinya (martabat sanubari).

3). Seiring dengan kedewasaan atau kematangan jiwanya akan mampu

merasakan leburnya angan-angan, rasa dan karsa dalam Dzat Tuhan / Budi,

menjadi manusia utuh yang mampu berserah diri secara total dalam capaian

panembah berinteraksi dalam hening dengan-Nya akan muncul cinta kasih

trinasih yang hanya berbakti kepada Sang Pencipta, merasakan aura

kebersamaan-Nya bahkan mampu menjadi pamong umum / masyarakatnya,

(fungsi eksoterik antara sesama). Hidup sebagai manusia dalam kondisi

pribadi yang utuh terpadu antara pikiran, perasaan dan kemauan yang selalu

bertimbangan dalam hati, menegakkan martabat kemanusiaan yang dibina

dalam cahaya-Nya (Nur) Budi, cahaya hidup yang bersinar dalam diri manusia

sendiri dalam kebulatan iman.

4). Cahaya hidup pribadi itu secara kodrati dipersiapkan untuk mengenali dan

menerima sentuhan Sinar Tuntunan yang bersumber pada Tuhan Yang Maha

Esa, dimudahkan berinteraksi dalam kondisi wening dan diperkenankan

mengenal dan masuk dalam hukum tuntunan-Nya.

Page 68: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 68 dari 164.

Terkadang sesuai dengan capaian martabat hukum suci-Nya diijinkan ke alam

“suwung kang hamengku hana”, leburnya angan-angan, rasa Budi ke dalam

alam kosong dengan kesadaran bersembah hanya kepada Tuhan Yang Maha

Esa. Di sini letak keterkaitan perilaku budaya spiritual dengan penghayatan

KepercayaanTerhadap Tuhan Yang Maha Esa, yaitu penghayatan yang

ditempuh dengan perilaku dan persaksian dalam Tuntunan Hakiki.

5). Pada tahap ini jati diri pribadi secara utuh tertampung dalam tuntunan Budi

ke dalam hukum alam spiritual yang ditunjukkan secara bertahap, hal

mengenai mata laku, tata laku, dan makna laku, yang mengarah pada dua

dimensi sekaligus.

a). Dimensi Arah

Agar cahaya hidup pribadi tidak kehilangan arah yang menuju kepada

Sumber Hidup, awal dan akhir (pen: Alpha Omega, maaf pinjam istilah

Kristen), dan sangkan paran, sekaligus sebagai pedoman ke arah hukum

suci dalam Kemanunggalan dengan tuntunan Gusti atau Tuhan Yang

Maha Esa.

b). Dimensi Waktu

Agar hidup pribadi dapat menyelesaikan siklus hidup di bumi dengan baik

dalam laku budi luhur dan menjadi panutan masyarakat generasinya.

c. Esensi Bersembah Sujud

Seorang penghayat yang telah melewati proses latihan demi latihan akan

mempunyai “pengetahuan” ke arah sangkan paran yang membuat dirinya makin

memahami esensi dalam bersembah sujud kepada Tuhan Yang Maha Esa.

“Pengetahuan spiritual” sebagai hasil meniti laku, hukum dan ilmu spiritual ke

arah jalan sangkan paran bagi banyak warga penghayat bahkan yang sudah

menempuh waktu relatif cukup lama merasakan pembelajaran berserah diri kepada

Tuhan Yang Maha Esa seakan selalu meningkat, tetapi apabila berani jujur

mengoreksi diri sendiri ternyata capaian martabat pribadi ini terasa masih jauh dari

sempurna bahkan seakan “belum”. Ternyata ilmu dalam hukum Tuhan Yang Maha

Esa itu sangat dalam tiada terbatas (pen: alam takambang) dan capaian hukum

spiritualnya tergantung dari kemampuan membangun martabat kesuciaannya

pribadi.

Page 69: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 69 dari 164.

Pendapat di atas bagi warga yang sudah dewasa dalam martabat, akan dapat

memahami dan dengan pengetahuan dan pengalaman spiritualnya semakin yakin

bahwa proses yang berkembang dalam mesu diri, adalah:

1) Keyakinan

Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai Dzat Yang Maha Kuasa, dan

tanggung jawab setiap manusia kepada-Nya sangat pribadi, di mana

keyakinan tersebut selalu didukung dalam kesadaran diri.

2) Penghayatan

Dalam proses pendekatan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa hanya dilakukan

apabila kejujuran, keikhlasan dan ketulusan pribadi dengan benar itu

dilakukan oleh setiap penghayat.

3) Pengalaman

Dari penghayatan tersebut ada pengalaman spiritual sebagai hasil

penghayatan dalam kesadaran manusia utuh yang memfungsikan dayanya

Budi terhadap cipta, rasa karsa ke dalam dimensi transendental mengarah

nilai-nilai hidup yang bersifat kosmik dan universal yang merupakan

anugerah. Dalam pembelajaran hal tersebut hanya diperoleh dalam kesadaran

dan ketulusan sujud kepada Tuhan Yang Maha Esa yang tidak mempunyai

beban yang lain kecuali Manembah.

4) Pengertian/Pemahaman

Apabila menangkap esensi pengalaman spiritual pribadinya dan tetap dalam

proses kebersihan hati dari Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa merupakan sikap yang akan memahami makna pengalaman

tersebut, bahkan terasa bertambahnya keyakinan karena merasakan bukti

dan kesaksian akan Kuasa Tuhan Yang Maha Esa, dan pemahaman dbaru

yang semakin meningkat dalam kedewasaan pribadi serta merupakan modal

dalam laku penghayatan selanjutnya, dan begitu seterusnya.

Dalam pengalaman spiritual, seorang penghayat yang cukup mempunyai bekal

kecerdasan spiritual akan sadar bahwa pengalaman-pengalaman itu hanya

merupakan bukti dan referensi diri, yang memungkinkan dirinya semakin

mendalami khasanah spiritual Tuhan Yang Maha Esa sejak dari munculnya

dorongan gema spiritual pribadinya, hingga tingkat spiritual yang dapat diraihnya.

Page 70: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 70 dari 164.

Hal ini merupakan tanda bertambahnya pengertian pribadi atas kebenaran praktik

penghayatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Patut disyukuri karena dengan

pengalaman tersebut peningkatan martabat yang ditempuh secara perlahan-lahan

itu mengantarkan kedewasaan hingga menjadi manusia utuh yang siap

menghadapi proses diri dalam sujud kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Proses diri dalam menempuh penghayatan spiritual dan penghayatan

kehidupan pribadi Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam

laku hidup, perlu mengamati hal kejernihan dan ketulusan pada hati nuraninya

dalam rangka mencegah atau setidaknya membatasi penjabaran pengalaman yang

bersifat semu yang muncul dari bagian emosional pribadinya. Di sini tergantung

kecerdasan spiritual yang bersangkutan, karena apabila menganggap pengalaman

itu benar denmgan penilaian diri bagian emosinya hal ini dapat menjebak pelaku

meditasi untuk waktu yang cukup lama (relatif) sampai suatu ketika baru akan

mulai meningkat kembali setelah muncul kesadaran dan ketulusan (sikap

manembah) dalam penghayatan sujudnya.

Setiap pengalaman spiritual harus dapat memenuhi unsur-unsur kesadaran

manusia meliputi: Logika, Etika dan Estetika. Pengalaman-pengalaman spiritual itu

hendaknya selalu dalam kontrol mawas diri dan dapat dipersaksikan serta diterima

secara etika, estetika dan logika dalam hati nurani. Hal tersebut sangatlah penting

bagi pelaku penghayat dalam proses mesu diri, karena pada tingkat-tingkat yang

semakin dewasa martabat spiritualnya, pengalaman yang akan didapat adalah

pepadhang atau pencerahan batin, tuntunan dalam Kuasa Hukum Tuhan Yang

Maha Esa, yang sudah tentu dalam sujudnya harus didukung oleh ketulusan

panembah dan kesucian hati (pribadinya).

3. Kecerdasan Spiritual Dalam Ketuhanan Yang Maha Esa

Pengalaman spiritual harus dikelola dengan kecerdasan spiritual sebagai

modal yang sangat penting untuk menambah pengertian sekaligus pemahaman dan

kedewasaan sesorang dalam menempuh proses martabat demi martabat kesucian

ke arah pendekatan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan jiwa yang

mendorong diri kita dalam kesadaran secara utuh yang selalu dapat merasakan

gema spiritual yang akan membantu proses diri menemukan etika spiritual baru

dan nilai-nilai baru dalam kehidupan spiritual pribadi.

Page 71: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 71 dari 164.

Etika spiritual dengan mawas diri sebagai sistem pembentukan pribadi

(mengenal diri sendiri) mengisyaratkan dan kecerdasan dan pemahaman spiritual

dalam penggalian kesadaran secara terpadu terhadap hidup yang bersemayam

dalam diri:

1). Kecerdasan dengan sadar hidup dalam pikir, dalam rasa,dan dalam kemauan

yang mengantar kedamaian pribadi sehingga dapat merasakan gema spiritual

dan mendorong pada kesadaran yang lebih tinggi.

2). Kecerdasan dengan sadar hidup dalam hati sebagai tempat terhimpunnya

sadar kemanusiaan yang tersalur melalui pikiran, perasaan, kemauan dan

membentuk nilai kehidupan lahir-batin dengan kesadaran menfungsikan

getaran spiritual yang selalu ada dalam laku kehidupan.

3). Kecerdasan dengan sadar hidup dalam mesu Budi tempat bersemayamnya

cahaya hidup Ketuhanan yang berfungsi mawas demi terbinanya hati yang

murni (hati nurani), dan merasa dalam kesadaran kehidupan dengan etika

spiritual yang baru.

Dari sikap etika spiritual tersebut akan terbina hati nurani dalam pepadhang

Tuhan Yang Maha Esa yang membentuk kepribadian manusia seutuhnya dengan

ciri-cirinya:

1). Merasakan Budi (cahaya Ketuhanan) berfungsi kembali dalam diri manusia

seutuhnya.

2). Berkat dayanya Budi (nilai spiritual Ketuhanan) maka hati (nilai mental/fisik

kemanusiaan) terbebaskan dari kungkungan hawa nafsu, dan memegang

kembali kendali kehidupan lahir batin secara murni, dengan nafsu sekedar

sebagai pendukung laku.

3). Dengan kesadaran adanya nilai-nilai baru dan dalam kondisi etika soiritual

baru, piranti pikir-rasa-kemanusiaan hanya niat terpakai untuk tujuan yang

terang dan terpuji dalam memayu hayu lingkungan dan sesama.

4). Keutuhan diri manusia mengenal adanya pepadhang Tuhan Yang Maha Esa di

mana cahaya hidup pribadi selalu tertampung dalam tuntunan-Nya.

Dengan adanya tuntunan dari Tuhan Yang Maha Esa, perilaku mawas diri

dapat berkembang mencapai beberapa tahapan kedewasaan emosional:

Page 72: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 72 dari 164.

1). Mawas ke dalam pandum hidupnya sendiri dan menyadari serta yakin atas

kuasa Tuhan Yang Maha Esa hingga tertampung dalam tuntunannya.

2). Mawas dalam hidup kebersamaan yang dibina dalam tiuntunan Tuhan,

pribadi yang kuat dalam keteguhan dan keyakinan spiritual.

3). Mawas keberadaan dalam kesadaran hidup yang menjabar dalam

melaksanakan tugas yang percaya atas kehendak Tuhan semata.

Mawas diri dalam laku Penghayat Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

sebagai sistem kesadaran dengan kecerdasan spiritual akan menjadi karakter

pribadi yang berbudi luhur, kokoh, relegius yang pasti berguna bagi tata

masyarakat di lingkungannnya. Karakter dalam pengertian ini adalah keseluruhan

potensi dan keaktifan jiwa setiap individu yang menentukan kelakuan dengan lebih

menekankan pada kemauan, perasaan dan temperamen yang dikendalikan oleh

kemampuan diri untuk selalu menilai diri dan menempatkan diri pada

keseimbangan atau keselarasan. Juga sebagai personalisme atau kepribadian dan

benar-benar sadar bahwa lahir itu utusan batin dalam penataan kehidupan atau

capaian martabat dalam “manajemen manunggaling kawulo Gusti” baik dalam laku

spiritual maupun laku kehidupan di dunia.

a) Dimensi Kedewasaan Spiritual

Tingkat kedewasaan spiritual sesorang tidak diukur dari seberapa jumlah

kalender kehidupan spiritualnya ia jalani, atau seberapa tinggi ilmu kasampurnan

yang ia rengkuh, atau seberapa sering dia melakukan ritual peribadatannya, atau

seberapa jumlah harta yang telah ia dermakan kepada yang membutuhkan. Semua

itu penting, tetapi belum menyentuh esensi dasar spiritual seseorang. Tataran atau

strata spiritual ditentukan oleh keseimbangan yang harmonis antara cipta, rasa,

karsa dan karya dalam rangka memayu hayuning bawana. Lebih lagi, kedewasaan

seseorang dalam pengertian spiritual tidak terkait dengan SQ (lihat di atas), akan

tetapi bagaimana ia mengelola manunggaling kawulo Gusti, yang tercermin dalam

buday dan pola kehidupan serta implementasinya dalam kehidupan keseharian.

Martabat atau strata spiritual merujuk pada seberapa capaian dimensi spiritual

yang telah dicapai oleh Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Perkembangan evolusi kemanusiaan menuju kedewasaan spiritual dengan

mesu Budi ini mengalami proses bertahap dalam waktu yang relatif panjang dan

Page 73: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 73 dari 164.

akan menjumpai pengalaman-pengalaman spiritual yang harus diwaspadai dengan

mawas diri yang cerdas dan teliti dengan kesadaran membangun diri sebagai

manusia utuh yang mampu memfungsikan Budi-nya atas cipta, rasa dan karsa dan

juga karyanya menuju pengghayatan nilai-nilai hidup yang bersifat kosmis dan

universal dengan ketekunan dalam ketulusan manembah kepada Tuhan Yang

Maha Esa. Evolusi kemanusiaan ini akan selalu berkembang sesuai kemampuan

peningkatan martabat spiritualnya dalam kadar kemanungggalan dengan Gusti-

nya atau manunggal dalam hukum tuntunan Tuhan Yang Maha Esa sesuai

kamampuan dirinya.

Dari diskusi dan interaksi berbagai pakar masyarakat penghayat, kita

mencoba menarik kesamaan dalam substansi apa yang terjadi pada pengembangan

diri pribadi-pribadi yang menekuni Mesu Budi dalam meniti sangkan para

mendekatkan diri manembah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Proses Mesu Budi

dalam capaian martabat spiritualnya dengan kesadaran manusia utuh dalam

menempuh laku-hukum-ilmu yang akan terproses pada setiap pribadi dari

keyakinan apapun secara bertahap dengan urutan tahapan yang hampir sama,

walupun masing-masing mempunyai perbedaan dalam istilah, terminologi, ritual

dalam penghayatan dan sebagainya.

Berangkat dari mulainya meniti laku ke arah sangkan paran dalam mesu budi

melakukan penghayatan dengan mengendalikan hawa nafsu secara bertahap

dalam Nggayuh Kasantikan, akan menangkap serta merasakan getaran Budi dan

akan menjumpai pengalaman-pengalaman spiritual. Pengalaman-pengalaman itu

yang akan memicunya menjadi pribadi manusia relegius yang semakin sadar akan

fungsi hidup dalam kehidupan di dunia. Menjadi manusia Wisesa, manusia yang

yakin kuasa-Nya dan seiring kedewasaan pribadi secara bertahap akan mengalami

peningkatan pemahaman spiritual yang secara bertahap pula masuk dalam

pepadang atau pencerahan hukum tuntunan Tuhan Yang Maha Esa. Di mana

dengan kesadaran utuh akan menangkap kondisi cipta, rasa dan karsa yang

menyatu dan berinteraksi terbimbing dalam dayanya Budi, dan mengejawantah

pada karyanya sebagai mahluk ciptaan-Nya.

Proses pencerahan dalam realisasi diri ini akan melibatkan kebangkitan energi

yang lembut (Budi) dan dengan sadar menyaksikan energi ini hidup, sehingga

Page 74: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 74 dari 164.

meliputi energi individu yang halus yaitu energi spiritual. Setelah persitiwa ini

terjadi, orang tersebut tidak lagi terisolasi dari alam semesta di sekitar mereka atau

terjebak di dalam kepala mereka sendiri tetapi terjadi bagian yang terhubung dari

mikro kosmos ke kosmos yang lebih besar (macro cosmos). Dapat juga disebut

terjadi suasana harmoni antara jagad cilik (alit, kecil) dan jagad gedhe (besar,

ageng), di mana kondisi tersebut semakin mendorong rasa berserah diri kepada

Tuhan Yang Maha Esa dengan ketulusan yang semakin meningkat, seiring dengan

kedewasaan emosional dalam kebersihan hati, peningkatan pribadi dalam mawas

pandum hidup yang menjalar dalam tugas kemanusiaan atas kehendak Tuhan Yang

Maha Esa, dalam sikap yang semakin tulus, selalu menjaga diri dengan mengasah

mingising Budi, lantiping panggrahito, mempunyai integritas Hamisesa, manusia

yang sudah masuk dalam tuntunan. Suasana demikian selalu berada dalam

pancaran/dayanya Budi yang membangkitkan energi spiritual yang lebih besar,

pencerahan dalam tugas kebersamaan yang harus disadari bahwa hukum Tuhan

Yang Maha Esa harus dapat dipersaksikan atau sebagai karya kita manusia dalam

ejawantah logika, etika dan estetika sesuai norma yang berlaku pada pergaulan

dunia.

Pencerahan ini tidak mengenal batas-batas Kepercayaan Terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, agama, budaya, ras, suku, usia atau gender. Ini adalah sesuatu

energi spiritual bagi setiap jiwa individu yang mencapai rasa jati untuk diri mereka

sendiri dan setiap individu mempunyai hak kebebasan untuk hidup dalam

mencapai keseimbangan, untuk memiliki pemahaman spiritual untuk diri mereka

sendiri dan menjadi kepribadian Hamisesa. Kebangkitan energi spiritual

menghubungkan kita dengan Budi yang merupakan sumber dari segala sesuatu

yang terlihat dan tak terlihat serta penuh dengan pengetahuan murni.

Setelah pengalaman spiritual dalam pencerahan terjadi bagi mereka yang ingin

menjelajahi dunia baru dalam spiritual yang lebih terbuka bagi mereka, dengan

terus menerus melakukan program meditasi untuk meningkatkan dan mendorong

kekuatan pembersihan diri dengan memfungsikan energi ini pada sistem kesadaran

yang lebih halus. Seiring waktu latihan meditasi menghasilkan kedewasaan

emosional dan pemahaman spiritual, kemampuan untuk mempertahankan tingkat

kontrol yang luar biasa atas kemajuan kehidupan kita dalam segala hal, untuk

Page 75: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 75 dari 164.

selanjutnya hanya pasrah berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, Nyadong

lumunturing wahyu jatmiko untuk pribadi dan sesama umat dalam Memayu

Hayuning Bawana.

Capaian Martabat spiritual seseorang dalam Manajemen Manunggaling

Kawula Gusti akan membentuk karakter dan integritas pribadi, integritas tersebut

akan berkembang sesuai kedewasaan martabat pribadi dalam kesadaran manusia

yang utuh sesuai peran dan fungsinya. Ada beberapa jenjang kedewasaan

martabat, sebagai berikut:

a). Manusia telah mengenal dan mapu mefungsikan getaran spiritualnya dan

percaya serta mempunyai keyakinan atas kuasa Tuhan Yang Maha Esa yang

dapat menerima keadaan dengan ikhlas dan tidak pernah ragu-ragu (wisesa =

pribadi yang tegar), dapat mawas diri dan bersikap Memayu Hayu Diri Berbudi

Pekerti.

b). Manusia yang sudah berkepribadian mantap dalam keyakinan spiritual,

apapun beban kehidupan, hambatan yang muncul maupun badai yang

datang, yakin akan teratasi dan akan kembali seperti semula dalam keteguhan

kejiwaan (hamisesa = menguasai diri), pribadi yang tepa selira dan selalu bisa

menjadi pamong di lingkungannya dalam Memayu Hayu Sesama-Berbudi

Pekerti Luhur.

c). Manusia yang terbimbing oleh Budi sebagai pendamping (Nur Ilahi) sempurna

yang selalu bersikap arif bijaksana (wicaksana), pribadi yang mempunyai

kekuatan sebagai panutan yang baik di lingkungannya dalam Memayu Hayu

Bawana / Budi Luhur.

Proses diri dalam capaian martabat spiritual tersebut merupakan lintas

harmoni antar masyarakat penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, (mungkin bisa disebut benang merah antar penghayat) dan merupakan

karakter serta integritas tersebut menjadi pribadi yang akan menjadi pandu pada

perilaku kehidupan masayarakat lingkungannya dan menjadi penerus keteladanan

budi pekerti luhur pada anak bangsa.

4. Dimensi Kedewasaan Spiritual dalam Perspektif Proses Laku

Dalam mesyarakat penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

proses spiritual ke arah vertikal membangun laku dalam ngelmu meniti sangkan

Page 76: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 76 dari 164.

paraning dumadi dengan tujuan menjangkau martabat Manunggaling Kawulo Gusti

dan mempunyai tujuan mulia dalam kehidupan horizontal untuk Memayu

Hayuning Bawana. Setiap anggota masyarakatnya diarahkan membangun diri

dalam batin pribadinya dengan selalu hanggayuh kasampurnaning urip

(membangun pribadi dalam kesempurnaan hidup) ngudi sejatining becik

(membangun kebersihan hati yang sejati), berbudi bawa leksana (berjiwa besar,

menjadi manusia panutan).

Membangun diri seperti tujuan di atas sesuai capaian martabat spiritualnya,

setiap kelompok oraganisasi atau perguruan Penghayat Kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa mempunyai cara atau sistem dan juga istilah yang berbeda-

beda, tetapi apabila kita cermati dan mampu menangkap benang merah

spiritualnya, hampir semua penghayat mempunyai kemiripan bahkan banyak yang

mempunyai kesamaan. Yang biasanya berbeda adalah bentuk ritual dan aturan

dalam kelompok atau organisasinya, walupun ada perbedaan tetapi sikap batin dan

tujuannya adalah membangun rasa jati dengan tujuan berserah diri manembah

hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Setiap pribadi penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam

olah rasa juga ada yang menyebut olah batin tentu dapat merasakan iklim spiritual

atau tataran spiritual pada strata yang dicapainya. Iklim yang mengantarkan

pengalaman spiritual dalam kesaksian nilai-nilai spiritual akan proses dayanya

Budi terhadap cipta, rasa dan karsa yang membangun ketetnteraman hati,

ketenangan serta kedamaian jiwa. Suasana tersebut menambah keyakinan

pribadinya bahwa laku atau tekad serta jangkauan nilai-nilai spiritualnya sudah

pada arah yang benar. Terlebih bagi mereka yang dapat merasakan peningkatan

iklim spiritualnya berkembang tahap demi tahap sesuai kebersihan hatinya,

terutama penghayat yang mampu sampai ke tingkat Wening yaitu iklim rasa sejati,

luluh bersatu dengan Budinya dalam kesadaran utuh hanya berserah diri kepada

Tuhan Yang Maha Esa dan atas kehendak-Nya dapat mengenal alam hukum

tuntunan-Nya.

Tataran spiritual atau iklim spiritual yang bertingkat-tingkat sampai pada

strata martabat spiritual heneng, hening hingga wening atau lebih, harus terdukung

Page 77: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 77 dari 164.

kemampuan penghayat yang memenuhi unsur-unsur olah batin atau olah rasa

yang berkembang secara simultandalam:

a). Martabat sujud atau meditasi,

b). Pemahaman spiritual,

c). Kedewasaan emosional.

Masing-masing unsur itu dijelaskan sebagai berikut:

a). Martabat Sujud atau Meditasi

Sujud atau meditasi adalah sikap penghayat dalam mesu Budi dengan segala

ketulusannya mengendapkan hawa nafsu lahir batin, menyatukan cipta, rasa, Budi

karsa sampai mengantarkan kondisi mencapai suasana iklim spiritual yang dalam

proses kasunyatan merasakan kedamian, ketenangan jiwa yang akan meningkat

pada pengendalian lahir dan batin dengan kesadaran seutuhnya hanya bersembah

kepada Tuhan Yang Maha Esa. Iklim spiritual yang terbangun merupakan aura

hidup yang bertingkat-tingkat sesuai kebersihan hati dan pemahaman pelakunya

hingga menangkap pepadhang yang pada tataran tertentu dapat mencapai kondisi

wening.

Sikap kesadaran seutuhnya dalam mesu Budi tersebut dapat melalui pentahapan:

1. Mengendapkan hawa nafsu lahir batin

2. Merasakan dan menangkap getaran Budi.

3. Cipta, rasa dan Karsa yang terbimbing dalam dayanya Budi.

4. Merasakan pepadhang (pencerahan batin) Tuhan Yang Maha Esa dalam

tuntunan-Nya.

b). Pemahaman Spiritual

Bersamaan dengan patrap di atas sikap penghayat menuju sangkan paran

dalam mesu Budi sebagai manusia utuh juga harus menjaga pencerahan batin yang

telah terbangun untuk menempatkan dirinya dalam tingkat kesadaran tertinggi,

yang akan sangat membantu meningkatkan iklim spiritual hingga tataran yang bisa

dijangkaunya dalam kadar berserah diri yang berkembang sesuai kedewasaan

emosionalnya atau kebersihan hatinya.

Tingkatan pemahaman spiritual:

1) Sadar hidup dalam pikir sebagai ciptaan Tuhan

Page 78: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 78 dari 164.

2) Sadar hidup dalam cahaya Budi

3) Sadar hidup dalam hati nurani

4) Sadar hidup dalam mesu Budi hanya manembah kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

Pemahaman spiritual tersebut merupakan kesadaran bertahap yang harus

selalu dijaga seiring perkembangan martabat sujudnya dan perkembangan

kedewasaan emosionalnya sebagai kompas atau pandom/panduan arah agar tidak

salah tujuan dalam belantara petualangan spiritualnya yang biasanya sangat

memepsona, untuk itu sikap batin yang selalu bersembah kepada Tuhan Yang

Maha Esa harus selalu terlatih dan terjaga dalam kesadaran tertinggi.

c). Kedewasaan Emosional

Meditasi juga harus terdukung dengan pengendalian diri membangun

kebersihan hati atau membangun hati suci dengan mawas diri, mawas pandum

hidup yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia sebagai ciptaan tertinggi di

anatar ciptaan-Nya di dunia dengan martabat yang harus selalu terjaga sebagai

manusia seutuhnya, dalam hal ini mengarah pada kedalaman dimensi Ketuhanan.

Kedewasaan emosional sebagai attitude (karakter) yang selalu mampu mawas diri

untuk membangun kesucian hati adalah salah satu unsur penting pada saat

penghayat melakukan meditasi atau mesu Budi dengan tingkat-tingkat mawas diri

sebagai berikut:

1). Mawas pandum hidupnya sendiri dan yakin akan kuasa Tuhan Yang Maha

Esa.

2). Mawas pandum hidup dengan memfungsikan Budi membangun kesucian hati.

3). Mawas pandum hidup kebersamaan.

4). Mawas pandum hidup yang menjabar dalam fungsi dan tugas atas kehendak

Tuhan Yang Maha Esa.

Mawas pandum hidup membangun kesucian hati adalah sangat utama dalam

mengawal proses meditasi/sujud, dengan Budi sebagai kesadaran tertinggi yang

difungsikan mawas relung hati yang paling dalam, bertahap seiring kebersihan hati

dalam kedewasaan emosional pribadi yang akan mengantar perkembangan

martabat spiritual.

Page 79: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 79 dari 164.

Tabel 1. Martabat Spiritual

NO RANAH KEDEWASAAN EKSPEKTASI KEDEWASAAN SPIRITUAL

1. MARTABAT SUJUD Dengan kesadaran Utuh Mesu Budi untuk

dapat:

1. Mengendapkan Hawa Nafsu Lahir Batin

2. Merasakan dan menangkap getaran Budi.

3. Cipta, Rasa dan Karsa yang terbimbing dalam

dayanya Budi.

4. Merasakan Pepadhang (pencerahan batin)

dari Tuhan Yang Maha Esa dalam tuntunan-

Nya.

2. PEMAHAMAN

SPIRITUAL

Manusia Utuh dengan:

1. Sadar hidup dalam Pikir, Kemauan,

Membangun rasa tenteram.

2. Sadar hidup dalam cahaya Budi.

3. Sadar hidup dalam hati nurani.

4. Sadar hidup dalam Mesu Budi hanya

manembah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3. KEDEWASAAN

EMOSIONAL

Mampu Mengendalikan Diri dengan:

1. Mawas pandum hidupnya sendiri dan yakin

akan kuasa Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mawas pandum hidup dengan memfungsikan

Budi.

3. Mawas pandum hidup kebersamaan.

4. Mawas pandum hidup yang menjabar dalam

tugas atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

Terbangunnya ketiga unsur tersebut secara simultan akan mampu

menangkap Elightment atau Pencerahan Batin yang mengantar Kecerdasan

Spiritual

Sumber: Hertoto Basuki 2012

Proses diri seorang penghayat yang memenuhi ketiga unsur di atas tahap demi

tahap dalam meditasi adalah keadaan yang menunjukkan tataran kemampuan

seseorang dalam kedewasaan spiritual (yang bertingkat-tingkat) yang dicapainya

atau tingkat ukuran kompetensi spiritual yang lazim disebut martabat spiritual,

dan pada tataran iklim spiritual yang cukup sesuai kebersihan hatinya akan

mampu menangkap pencerahan batin (enlightment) mengantar kecerdasan

spiritualnya dan masuk pada dimensi kedewasaan spiritual.

Page 80: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 80 dari 164.

Mampu bertugas sebagai

manusia seutuhnya dan

selalu membina diri pribadi

ke arah kesucian, moral dan

budi luhur

Mampu

mewujudkan

persaudaraan antar

sesama atas dasar

cinta kasih.

Mampu mengatasi

masalah dengan

persuasif dalam

perbedaan pendapat.

1. Kedewasaan Spiritual dalam Sistem

Kesadaran.

2. Penghayat yang mumpuni (Kompeten).

Mampu mencapai pencerahan batin

dan mampu mentransfer kedewasaan

spiritual kepada sesama dalam

persaudaraan

KECERDASA

N SPIRITUAL

Kedewasaan

Emosional

Martabat

Sujud

Pemahaman

Spiritual

Mampu memenuhi

kewajiban kemanusiaan

dengan tanggungjawab dalam lingkungan

masyarakat.

Diagram 2. Dimensi Kedewasaan Spiritual

Capaian martabat spiritual dalam mesu Budi seorang penghayat sejak mulai

dengan tekad meniti laku dalam ngelmu sedikit demi sedikit akan selalu

berkembang sesuai meningkatnya kebersihan hati dan pemahaman spiritual

pelakunya dalam meniti tahap demi tahap tataran spiritual yang bisa dijangkaunya,

atau dimensi kedewasaan spiritual dalam kasunyatan yang dapat dicapainya dalam

meniti sangkan paraning dumadi. Tataran spiritual atau iklim spiritual yang bisa

dirasakan, disaksikan dan dapat diraih oleh setiap penghayat adalah potensi

spiritual atau energi yang dapat dimanfaatklan untuk mawas diri dan sangat

berguna untuk membangun iklim berikutnya dengan meningkatkan kebersihan

hati dalam kesadaran batin yang hanya bersembah kepada Tuhan Yang Maha Esa,

demikian tahapan demi tahapan iklim spiritual yang dicapai merupakan tingkat

martabat kedewasaan spiritualnya sejak mulai terbukanya sanubari sebagai bagian

dari manusia seutuhnya yang wisesa sampai ke dimensi wicaksana, manembah,

terlebih dapat masuk dalam hukum trisnasih (trisna asih) tuntunan hakiki kuasa

Tuhan Yang Maha Esa.

Mencapai tataran spiritual wicaksana, manembah dan trisnasih bagi

penghayat yang telah cukup dewasa tentu akan mengakui sangat sulit dicapai,

Page 81: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 81 dari 164.

membutuhkan kemampuan meditasi / sujud yang sempurna, pemahaman spiritual

yang utuh dan kebersihan hati (hati suci) yang mutlak di mana kondisi tersebut

sangat jarang tercapai. Hanya mereka yang telah mapan dalam kedewasaan

spiritualnya dapat menjangkau anugerah tersebut dalam rasa jati.

5. Kedewasaan Spiritual

Suasana masuk dalam tataran spiritual trisnasih (cinta kasih) dalam tuntunan

kuasa Tuhan Yang Maha Esa adalah saat rasa jati yang menangkap dan

menyaksikan prentul (titik awal) panembah dari relung hati yang paling dalam yang

berkembang, jiwa raga lebur luluh berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa

dalam kadar yang total. Kesadaran mutlak yang hanya berlindung kepadaNya,

muncul trisnasih yang secara bertahap makin kuat yang pada puncaknya

teralamkan seperti debu tertiup angin bersatu dalam alam yang bersih, suasana

penuh kedamaian, menenteramkan dan menyejukkan hati, jernih tanpa batas,

cinta kasih yang mutlak manunggal dalam tuntunan-Nya.

Ngelmu dalam laku hingga mampu pada tataran trisnasih adalah pepuntoning

laku yang dapat diraih pada puncak meditasi atau sujud oleh penghayat yang

mumpuni atau yang mampu mencapai martabat spiritual yang sempurna (sangat

jarang), tetapi sebagai manusia tetap ada batasnya kecuali atas perkenan kuasa

Tuhan Yang Maha Esa yang kedalamannya tanpa wangenan (tiada batas, atau

sering kali disebut sebagai ”alam tak ambang”).

Diagram 3. Tresno Sih

Page 82: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 82 dari 164.

TUHANYANGMAHA ESA

TRESNO SIH

+ A B

MANEMBAH

Nyadong Lumunturing Wahyu Jatmiko

WICAKSANA

MA R T A B A T

S P I R I T U A L

+ C D

A B C D

Mangasah Mingising Budi – Lantiping Panggraito

HAMISESA

A

B C

Nggayuh Kasantikan

WISESA

A

B

ENLIHGTMENT

Pencerahan / Pepadhang Logika – Etika - Estetika

KECERDASAN SPIRITUAL

Pemahaman

Spiritual

Capaian tresnosih tanpa didorong

rasa pamrih dalam wening pada iklim

manunggal.

Kedewasaan

Emosional

Martabat

Sujud

DENGAN KESADARAN UTUH Mesu Budi untuk dapat : B. Mengendapkan hawa nafsu

lahir batin. C. Merasakan dan menangkap

Budi. D. Cipta, rasa dan karsa yang

terbimbing dalam dayanya Budi.

E. Merasakan Pepadhang (Pencerahan batin) dari Tuhan Yang Maha Esa dalam tuntunan-Nya.

MENGENDALIKAN DIRI DENGAN: A. Mawas pandum hidupnya

sendiri dan yakin akan kuasa Tuhan Yang Maha Esa

B. Mawas Pandum hidup dengan memfungsikan Budi.

C. Mawas pandum hidup kebersamaan.

D. Mawas pandum hidup yang menjabar dalam tugas atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa.

MANUSIA UTUH DENGAN: A. Sadar hidup dalam pikir,

kemauan, membangun rasa tenteram.

B. Sadar hidup dalam Cahaya Budi.

C. Sadar hidup dalam hati nurani.

A. Sadar hidup dalam Mesu Budi hanya Manembah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

I L

MU

HUKUM

L A KU

Page 83: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 83 dari 164.

6. Tuhan Maha Kasih dan Mengetahui Segala Ciptaan-Nya

Segala yang terjadi di alam semesta ini tidak akan mungkin kita lepaskan dari

Sang Sutradara Agung Tuhan Yang Maha Esa, karena Ia-lah sumber dari segala

sumber kehidupan atau asal dari segala sesuatu yang ada di mayapada ini.

Manusia sebagai bagian termulia dari yang diciptakan-Nya, haruslah memiliki

kesadaran penuh ketika melakukan interaksi positif dengan ciptan lain, baik

mahluk hidup maupun benda mati, srta segala fenomena alam atau peristiwa

kehidupan ini. Kita tidak akan mampu mengurai dan menguasai fenomena yang di

luar nalar dan pengetahuan kita. Ingat, kita adalah “keterbatasan” yang diciptakan

Tuhan agar memberikan penghormatan dalam peribadatan atau panembah yang

mengejawantah dalam roh dan kebenaran, sesuai harkat dan martabat manusia.

Laku atau tindakan manembah yang hendak dan senantiasa kita lakukan harus

sepenuhnya diketahui makna terdalam dan maksud yang benar dalam segala

aspeknya. Benar disini memiliki dimensi vertikal, yaitu benar sesuai Norma

Ketuhanan Yang Maha Esa, juga harus benar dalam arah horisontal (bermakna

benar dalam arah noram yang berlaku dalam relasi sesama ciptaan-Nya). Kesalahan

dalam menempatkan sujud atau panembah ini akan membawa kita kepada

penyembahan yang mendatangkan Murka Sang Khalik Tuhan Yang Maha Esa. Kita

perlu belajar dan memahami secara tepat proses-proses, serta tahap-tahap yang

dilakukan dalam laku sujud yang benar.

1. Pemahaman Jawa dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Banyak orang berpandangan apabila melihat sesuatu yang berhubungan

dengan Kejawen selalu selalu dihubungkan dengan mistik, bahkan sesuatu yang

selalu dianggap klenik, (demikian pula pandangan tersebut terhadap Kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa). Kita memahami pandangan tersebut karena yang

tertangkap dan terlihat sekilas oleh mereka hanya sebatas kulitnya saja. Kalau

dalam Jawa sebatas ampas, padahal banyak yang kita pelajari dan kita pahami

manfaat dari kearifan-kearifan lokal budaya Jawa yang sarat dengan pitutur

kehidupan luhur dalam kesadaran falsafah hidup Jawa.

Falsafah hidup Jawa dalam kesadaran manusia seutuhnya dimulai dari

kesadaran Budi, logika atau rasio yang didukung dengan kesadaran batin yang di

dalamnya termasuk kesadaran jiwa dan kesadaran rasa, sehingga kesadaran akan

Page 84: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 84 dari 164.

Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam keseimbangan atau haramoni

kehidupanrelegiusnya dimengerti dan diterima secara etika dan estetika.

2. Ampas, Pati, Gondo, Rasa (Rahsa)

Adalah sebutan untuk tingkat kematangan pribadi dalam martabat

pemahaman dan kesadaran hidup Jawa (dalampergaulan Jawa menengah), disebut

kelas ampas untuk manusia dengan martabat kesadaran yang belum dewasa atau

orang yang tidak pernah dewasa atau orang yang tidak mempunyai integritas.

Sedangkan martabat pati, gondo, rasa adalah martabat yang mencapai kedewasaan

martabat pribadi dalam kesadaran Wisesa, martabat pribadi yang mampu menjadi

pamong di lingkungannya dalam memayu hayu sesama, berbudi pekerti luhur,

Wicaksana martabat pribadi yang telah menjadi panutan dalam memayu hayuning

bawana.

Kejawen adalah sebuah pemahaman yang membangun kepribadian

dalampemantapan perilaku dan metode berpikir maupun berkehendak di mana

terdapat banyak sekali pengetahuan yang sebenarnya. Jika kita menggali dan

mengkajinya lebih dalam akan membuahkan pengertian bahwa dalam budaya Jawa

seseorang dituntut berperilaku ataupun bertindak selaras yang dapat diterima

memenuhi etika, estetika dengan hati nurani maupun logika, karena tanpa

disadarai perilaku seperti ini memiliki dampak kepekaan antar individu khususnya

dalam sebuah komunitas sosial, dimana perilaku tersebut dapat menjadikan

keberadaan sebuah individu berkarakter yang menjadi lebih paham dan mengerti

tentang apa yang harus serta pantas dilakukan dan apa yang tidak.

Dari sekelumit tantang budaya Jawa ini, maka dapat disimpulkan bahwa jika

belajar untuk memulai menata keselarasan antara pikiran dan perilaku kita maka

dengan sendirinya akan terbentuk kemampuan pemahaman yang sangat dinamis

dalam kehidupan sehari-hari. Selain etika bersosialisasi, dalam budaya Jawa juga

terdapat banyak sekali pengetahuan yang dapat kita pelajari, termasuk

pemahaman mengenai Manunggaling Kawulo Gusti, sesuatu yang didapat dalam

mesu Budi merupakan makna yang dalam bagi seorang Kejawen, makna

sebenarnya dari Manunggaling Kawulo Gusti adalah bahwa hubungan seorang

manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, yang sangat pribadi dengan capaian

spiritual sesuai kemampuan dan martabat pribadinya.

Page 85: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 85 dari 164.

3. Manunggaling Kawula Gusti

Dalam pemahaman Jawa apapun pengetahuan manusia ada batasnya, tetapi

dalam keterbatasan tersebut tetap mempunyai kewajiban untuk menata jagad

sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna, sebagai umat yang diberi

kemampuan menggali kesadaran menjadi manusia utuh dengan hati sucinya dalam

memuliakan Tuhan, juga kemampuan memfungsikan bagian dari energi-Nya untuk

laku spiritualnya manunggal dalam hukum tuntunan Tuhan Yang Maha Esa.

Kembali dalam proses diri mengenai membangun hati suci untuk laku meniti

sanhgkan para denganberserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, dilakukan

dengan kesadaran dan niat tulus dan sikap batin dengan jejujuran hati tanpa

pamrih.

Kembali dalam proses diri mengenai membangun hati suci untuk laku meniti

sangkan paran dengan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, dilakukan

dengan kesadaran dan niat yang tulus dan sikap batin dengan kejujuran hati tanpa

pamrih. Dimulai dengan mengarahkan semua yang ada pada diri kita hanya kepada

Tuhan Yang Maha Esa, heneng mengedepankan semua panca indra sampai

manyatu lebur dalam hening, mencapai rasa batin yang wening (jernih), luluh

bersatu dengan Budinya dalam kesadaran utuh hanya pasrah kepada Sang

Pencipta dalam kuasa-Nya. Bagi berapa orang dengan kecerdasan spiritualdalam

ketekunan penghayatan pribadi akan mampu mencapai kebersihan hatinya, dapat

terbimbing dalam kuasa-Nya mencapai kondisi “suwung kang hamengku hono”.

Mesu diri diyakini akan mengantarkan pribadi yang selalu mendapat

bimbingan Tuhan Yang Maha Esa yang dalam aplikasi kehidupannya menjadi

contoh pribadi yang berbudi luhur yang selalu memayu hayu lingkungannya.

Kemampuan spiritual tersebut dapat dicapai oleh setiap orang yang percaya kepada

Sang Pencipta yang mempunyai budi pekerti yang baik dan jujur sesuai

kemampuannya dan harus dipraktikkan dengan kesadaran dan ketetapan hati

yang mantap. Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam

mencari ilmu sejati diwajibkan untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi semua

orang serta melalui kebersihan hati dan hasil sikapmesu diri (mengkhususkan diri)

dengan mengendapnya cipta, rasa, karsa dalam olah batin yang telah berhubungan

Page 86: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 86 dari 164.

dalam Kemanunggalan dengan Budinya sebagai laku harian harus mewujudkan

karya yang baik, benar dan ditujukan untuk memayu hayuning bawana.

Pemahaman di atas bukan berarti manunggaling kawulo Gusti di sini

bersatunya umat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Kemanunggalan Kawulo Gusti di

sini adalah pribadi yang utuh menjadi seorang yang mempunyai kesadaran akan

peran dan fungsinya sebagai umat Tuhan Yang Maha Esa di dunia.Harus memayu

hayu jagad lingkungannya sesuai kemampuan, bakat, kebiasaan dan keahlian yang

dipunyai dan tetap sadar halitu kita lakukan sebagaiumat dalam penataan

kehidupan yang terbimbing dalamKuasa Gustinya atau dalam “Managemen

Manunggaling Kawula Gusti”.

Pemahaman ini sangat bermanfaat untuk jalan kehidupan, tetapi banyak yang

tidak menyadari hal tersebut,saat ini banyak manusia telah meninggalkan jati

dirinya, jauh dari kesadaran manusia utuh yang mengalami erosi spiritualnya,

mementingkan diri sendiri, sangat tidakmelihat kepentingan masyarakat umum

bahkan seakan hidup sendiri tanpa kuasa Tuhan Yang Maha Esa.

Manfaat tersebut sangat dirasakan bagi pribadi yang mensyukuri/sadar dan

memperhatikan proses diri dalam kemanunggalan dengan Gusti dalam dirinya

akan mengenal proses menuju kedewasaan manusia utuh berbudi pekerti luhur

dan akan mempunyai daya tahan dalam menghadapi berbagai tantangan, tantingan

(ujian) dan cobaan dalam kehidupan mental dan fisik, diyakini dibina oleh

tuntunan Tuhan dalam Managemen Kawulo Gusti, menjadi pribadi berkarakter dan

budi pekerti luhur yang mencakup dimensi hidup sesuai kedewasaan spiritualnya

yang akan menemukan integritas pribadinya.

4. Sikap Laku Hidup

Ketulusan dalam kedewasaan laku hidup seorang penghayat dan

keyakinannya kepada Tuhan Yang Maha Esa membentuk kepribadian yang dapat

merasakan getaran spiritual dan menghantarkan sesorang menjadi manusia

relegius yang akan selalu melangkah dan bersandar pada “Nur Pepadhang Gusti”

yang biasa disebut dayanya Budi. Maka bagi masyarakat penghayat, spiritual itu

ya landasan, ya media perilakunya,yang di dalamnya berperan cahaya dan daya

Page 87: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 87 dari 164.

Budi terhadap pikiran (logika), perasaan (estetika) dan kemauan (etika) membentuk

martabat kemanusiaan (hati nurani).

Dari situ muncul pengertian Perilaku Budaya Spiritual “laku yang bertopang

pada dayanya budi dalam kesadaran spiritual”. Spiritual itu merupakan landasan,

media dan kunci keberhasilan perilaku manusia penghayat terhadap Tuhan Yang

Maha Esa yang menghasilkan karakter dan budiluhur dalam sikap kehidupan atau

laku sosial di tengah masyarakat. Sebagai budaya spiritual atau keyakinan

berdasarkan persaksian, perilaku Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

dihayati di bumi Nusantara dan diwariskan serta berkembang sepanjang jaman,

maka kedudukan hukumnya di Indonesia dikukuhkanoleh UUD 1945 sebagai

unsure keyakinan pada pasal 29 yang menyatakan kepercayaan bangsa Indonesia

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan sebagai unsur kebudayaan pada pasal 32

yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya.

Budaya spiritual mengandung dua nilai pokok sekaligus:

a. Nilai Relegius.

Tuhan sebagai sumber utama yang menciptakan segala makhluk hidup dan

isinya dan penyebab dari terciptaanNya makhluk hidup dana isinya (causa

prima) yang dipersaksikan dengan perilaku bertahap dan bertingkat, berawal

dengan mawas diri hingga seutuhynya sebagai bekal untuk mawas sesama

lingkungannya (tepo seliro). Tahap berikutnya adalah mawas luhur untuk

menyaksikan perilaku pribadi berada dalam tuntunan luhur yang

menghubungkan kehidupan titah dengan Sumber Kuasa yang menciptakan

hidup sendiri.

b. Nilai Moral / Kesusilaan

Dalam perilaku terhadap sesama dan lingkungan untuk dapat membedakan

antara apa yang baik dan apa yang buruk. Nilai moral dan kesusilaan ini

hendaknya menjiwai usaha untuk memanfaatkan iklim kehidupan yang cerah,

membina semangat hidup yang tinggi, mendayagunakan sumber potensi yang

cukup, melancarkan kebijakan tataguna di segala bidang, mengamalkan

penguasaan hidup fisik, dan menghayati kawikan gaib. Kedua ini nilai pokok

tersebut akan menjamin arah pembinaan budi pekerti luhur bangsa.

Page 88: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 88 dari 164.

Nilai relegius dan nilai moral dalam sikap laku Kepercayaan terhadap

TuhanYang Maha Esa tentu mempunyai aturan dalam bentuk pitutur luhur

dari pendahulunya sebagai ketentuan-ketentuan moreal dalamkehidupan

sehari-hari yang menjadi pedoman kehidupan baik untuk diri pribadi maupun

dalam kehidupan bermasyarakat, dalamlaku budaya spiritualnya serta

menjaga kelestarian kearifan lokal.

Pedoman kehidupan dengan ketentuan-ketentuan moral tersebut dihayati

yang merupakan intisari dari ajaran untuk membentuk pribadi berbudi luhur,

memilik watak satria utama. Sebagai contoh kerohanian Sapta darma dengan

“Wewarah Pitu” atau Wewarah Tujuh:

Wajibing Warga Sapta Darma saben warga kudu netepi wajib:

1. Setya tuhu marang Allah Hyang Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Adil, Maha

Wisesa lan Maha Langgeng.

2. Kanthi jujur lan sucining ati kudu setya nindakake angger-anggering negarane.

3. Melu cawe-cawe acancut taliwanda njaga adeging Nusa lan Bangsane.

4. Tetulung marang sapa bae yen perlu, kanthi ora nduweni pamrih apa bae,

kejaba mung rasa welas dan asih.

5. Wani urip kanthi kapitayan saka kekuwatane dhewe.

6. Tanduke marang warga bebarayan kudu susila kanthi alusing budi pakarti,

tansah agawe pepadhang lan mareming liyan.

7. Yakin yen kahanan donya iku ora langgeng tansah owah gingsir (anyakra

manggilingan).

Terjemahan:

1. Setia kepada Allah Hyang Maha Agung, Maha Rokhim, Maha Adil, Maha

Wasesa dan Maha Langgeng.

2. Dengan jujur dan sucihati melaksanakan perundang-undangan negaranya.

3. Turut serta menyingsingkan lengan baju demi mempertahankan nusa dan

bangsanya.

4. Bersikap suka menolong kepada siapa saja tanpa mengharapkan balasan

apapun, melainkan hanya berdasarkan pada rasa cinta dan kasih.

5. Berani hidupberdasarkan pada kepercayaan atas kekuatan diri sendiri.

Page 89: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 89 dari 164.

6. Sikap dalam hidup bermasyarakat selalu bersikap kekeluargaan yang

senantiasa memperhatikan kesusilaan serta halusnya budi pekerti, selalu

menjadi penunjuk jalan yang mengandung jasa serta memuaskan.

7. Meyakinkan bahwa keadaan dunia itu tidak abadi dan selalu berubah-ubah

(anyakra manggilingan – Jawa), boleh bersifat statis dognatis, tetapi harus

selalu penuh dinamika.

Contoh lain adalah pedoman atau sesanggeman dari Paguyuban Sumarah,

bagi warga Paguyuban Sumarah, di samping mengadakan latihan sujud dengan

kesaksian dan pengarahan para pamong, juga berlaku ketentuan-ketentuan

sebagai berikut:

Sesanggeman

1. Para koelawarga Pagoejoeban “Soemarah” Indonesia sami jakin manawi Allah poenika wonten, ingkang nitahaken donja achirat saisinipun, poenopo dene ngakeni wontenipoen para Rosoel toewin Kitab Soetjinipoen.

2. Sanggem tansah enget, soemingkir saking raos pandakoe, koemingsoen; pitados dateng kasoenjatan saha soedjoed ingkang mahanani soemarah ing Allah.

3. Marsudi sarasing sarira, tentreming penggalih saha soetjining Rochipoen, maketen oegi sanggem ngoetamekaken watakipoen, dalah moena-moeni toewin tindak-tandoekipoen.

4. Manoenggilaken tekad dateng pasaderekan adedasar toemaneming raos tresna asih.

5. Sanggem toemindak saha makarti ndjembaraken wadjibing ngagesang sarta nggatosaken preloening bebrajan oemoem, netepi wadjibing Warga Negara Indonesia, toemoedjoedateng kamardikan,kamoeljan saha kaloehoeran, ingkang mahanani tata-tentreming toemindak ing jagad raja.

6. Sanggem toemindak leres, ngestokaken angger nagari toewin ngaosi ing Sasami, boten natjad kawroehing lijan, malah toemindak kanti katresnan, moerih sadaja golongan, para achli kebatosan toewin sadaja agami saged noenggil gagajoehanipoen.

7. Soemingkir saking pandamel awon, maksijat, djail, drengki lan sesaminipoen; sadaja tindak toewin pangandika sarwa prasadjasarta njata; kanti sabar saha titi, mboten kasesa, mboten soemangke.

8. Taberi ngoedi mindaking djembaripoen seserapan lahir batos. 9. Boten fanatik, namoeng pitados datang kasoenjatan, ingkang toendonipoen

moerakabi dhateng bebrajan oemoem. Ngajogjakarta ____________ 12 Moeloed, Dhal 1871 (22 April 1940) Soerakarta

Page 90: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 90 dari 164.

Terjemahan

1. Warga Peguyuban “Sumarah” Indonesia yakin bahwa Tuhan itu ada, yang

menciptakan dunia akhirat seisinya, dan mengakui adanya Rasul-Rasul

dengan Kitab Sucinya.

2. Sanggup selalu ingat kepada Tuhan, menghindarkan diri dari sombong,

takabur, percaya kepada hakikat kenyataan serta sujud berserah diri kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

3. Menjaga kesehatan jasmani, ketenteraman hati, dan kesucian rohani,

demikian pula mengutamakan budi pekerti luhur, ucapan serta sikap dan

tingkah lakunya.

4. Mempererat persaudaraan berdasarkan rasa cinta kasih.

5. Sanggup berusaha dan bertindak memperluas tugas dan tujuan hidup dan

memperhatikan kepentingan masyarakat umum, taat kepada kewajiban

sebagai warga negara, menuju kepada kemuliaan dan keluhuran yang

membawa ketenteraman dunia.

6. Sanggup berbuat benar, tunduk kepada undang-undang negara dan

menghormati sesama manusia, tidak mencela faham dan pengetahuan orang

lain, bahkan berdasarkan rasa cinta kasih berusaha (merangkul) semua

golongan, para penghayat kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan

para pemeluk agama bersama-sama menuju tujuan yang satu.

7. Menghindari perbuatan hina, maksiat, jahat, dengki dan sebagainya, segala

perbuatan dan ucapan serba jujur dan nyata dibawakan dengan sabar dan

teliti, tidak tergesa-gesa, tidak terdorong nafsu.

8. Rajin menambah pengetahuan lahir dan batin.

9. Tidak fanatik, hanya percaya kepada hakikat kenyataan, yang pada akhirnya

bermanfaat bagi masyarakat umum.

Itulah Sesanggeman atau kesanggupan untuk menjalani ketentuan-ketentuan

moral untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari bagi warga Paguyuban

Sumarah. Dalam hubungannya dengan organisasi Penghayat Kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa lainnya maupun masyarakat luas, pedoman atau

Sesanggeman tentunya juga diperlukan agar tatanan dalam kehidupan dapat

berjalan haramonis, hanya saja pedomannya tidak harus seperti pedoman wewarah

Page 91: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 91 dari 164.

pitunya kerohanian Sapta Darma atau Sesanggeman milik warga Paguyuban

Sumarah.

Dalam hubungannya dengan organisasi Penghayat Kepercayaan Terhadap

Tuhan Yang Maha Esa lainnya maupun masyarakat luas, pedoman atau

sesanggeman tentunya juga diperlukan agar tatanan dalam kehidupan dapat

berjalan dengan harmonis, hanya saja pedomannya tidak harus seperti pedoman

wewarah pitunya Kerohanian Sapta Darma atau Sesanggeman milik warga

Paguyuban Sumarah. Untuk perseorangan misalnya, sesanggeman itu dapat

diwujudkan dengan berperilaku seperti: sabar, sederhana, tidak menyakiti orang

lain dan sebagainya.

Hubungan yang selaras antara manusia dan alam seperti tetap menjaga

kearifan lokal dan lestarinya alam seyogianya juga merupakan sesanggeman bagi

masyarakat pada umumnya. Sementara dalam hubungannya dengan kehidupan

berbangsa dan bernegara, pedoman kehidupan dapat diwujudkan dengan

menghayati dan mengamalkan sila-sila Pancasila secara nyata dalam kehidupan

sehari-hari agar tercipta keserasian, keselarasan dan keseimbangan baik untuk

hubungan manusia dengan sesamanya, manusia dengan dirinya sendiri, manusia

dengan alam sekitarnya, maupun hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha

Esa. Tidak hanya bagi masyarakat penghayat, inilah modal dasar yang diwariskan

leluhur masyarakat Nusantara turun temurun menjadi pondasi karakter bangsa.

Pitutur luhur dari masa lampau itu masih relevan di masa kini, tetapi malah

kurang diperhatikan, seyogianya hal itu disadari bahwa sikap inilah yang mengikat

manusia Indonesia dalam persatuan dan kesatuan untuk menjadi pribadi yang

memiliki jiwa Pancasilais dan dapat menerima Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang

Maha Esa secara universal. Sudah tentu menjadi tanggungjawab warga Penghayat

Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk menjiwai falsafah Pancasila

dalam meningkatkan fungsi dan perannya di dalam kehidupan bermasyarakat baik

nasional maupun internasional. Untuk meningkatkan dalam tugas nasional, sudah

seharusnya warga Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa

berkewajiban turut membangun tata masyarakat yang Pancasilais terutama dalam

kerohanian sebagai aplikasi Sila Pertama guna membentuk watak dan mental

Page 92: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 92 dari 164.

pribadi bangsa yang sadar dalam Berketuhanan Yang Maha Esa sebagai bangsa

yang relegius.

Kesadaran dalam menjalankan Ketuhanan Tuhan Yang Maha Esa, sangat

diperlukan untuk Memayu Hayuning Bawana, karena kesadaran tersebut

merupakan kesadaran kerohanian yang akan sangat bermanfaat dalam melakukan

kehidupan sebagai manusia seutuhnya yang mampu mawas dalam pandum

hidupnya dengan kecerdasan spititual dalam laku kehidupan horizontal dalam

perannya di tengah-tengah tata masyarakat sesuai dengan bakat kemampuan dan

keahliannya, sehingga memberikan konstribusi dalam memahami dan

menjalankan laku budi luhur untuk menuju masyarakat yang adil, beradab,

sejahtera, dalam tata masyarakat dunia.

Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa percaya, makna

mentalitas terkait dengan kondisi atau sikap sesorang dalam menjalani dan

menghadapi berbagai tantangan kehidupan di dunia ini, kondisi mental secara

implicit (tersirat/mutlak) tergarap dalam perilaku budaya spiritual mengarah

kepada budi luhur. Maka pendidikan budi pekerti lengkapnya budi pekerti

kemanusiaan luhur, tidak akan berhasil baik tanpa mengenali nilai spiritual dan

kearifan lokal dalam simbol-simbol keteladanan kehidupan yang terbimbing dalam

dayanya Budi sebagai kesadaran manusia tertinggi.

Kearifan lokal dengan simbol-simbol keteladanan yang terbimbing dalam

tuntunan-Nya melahirkan karya dalam berbagai kesenian: seni tembang, seni tari,

seni kriya, seni pedalangan, seni sastra, seni lukis, seni rupa dll, sampai

terbentuknya tradisi di setiap etnik di Nusantara, bahkan dalam perjalanan waktu

dan pergeseran budaya telah terjadi sinkretisme (penyatuan aliran) antara karya

dari budaya spiritual lokal dengan agama-agama yang memasuki Nusantara.

Sebagai contoh, misalnya di Jawa: Budaya Wayang Purwo, dalam budaya ini jelas

telah terjadi sinkretisme antara Hindu-Budha-Jawa-Islam, dan seakan menjadi

keyakinan baku sebagai ikatan masyarakat Jawa secara turun temurun sejak abad

XV, misalanya dalam lakon “Serat Dewo Ruci”. Cerita ini menggambarkan Bimasena

(Werkudara) dengan niat suci dan tekat yang sentosa (gigih) mencari guru jatinya,

meniti sangkan paraning dumadi walau apapun resikonya, melalui Tri Loka yang

Page 93: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 93 dari 164.

amat sulit akhirnya bisa diatasi sehingga terkabul niatnya bertemu Dewa Ruci

sebagai guru jatinya yang mengantarkan kondisi Manunggal dengan Gustinya.

Tri Loka yang dimaksud adalah 3 strata kehidupan spiritual yang dalam

Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa bagi orang Jawa biasa

disebut Jono Loka, Endra Loka dan Guru Loka. Pada strata pertama, Jono Loka,

Bima (Bimasena) berperang dengan akunya sendiri, aku di sini adalah nafsu-

nafsunya sendiri, amarah, pingin mengetahui semua, keangkuhan dan

kesombongan, merasa semua bisa, tetapi juga cinta kasih yang berlebihan, keragu-

raguan, yang semuanya itu muncul dari pikiran dan perasaan manusia parsial yang

belum utuh yang kurang dapat mengendalikan diri, mengandalkan guna sekti,

masih ingin nggayuh kasantikan yang lebih lagi. Bahkan menganggap kesaktian

adalah segalanya, yang lama kemudian disadari ternyata bukan hanya itu yang

pada akhirnya dengan kesadaran dan pepadhang Budinya, Bima mampu

menguasai dan mengendalikan seluruh nafsu yang ada pada jiwa raganya sehingga

masuk pada strata kedua yaitu Endra Loka.

Moral dan etika bagi masyarakat Nusantara terhadap Tuhan Yang Maha Esa

merupakan refleksi dari ketinggian tingkat kesadaran mental-spiritual yang dicapai

atau pernah dicapainya, yang dalam hal ini usaha yang ditempuh membangun

integritas pribadinya agar dapat memayu hayu diri, dalam arti senantiasa mawas

diri, agar barada dalam kondisi Rahayu membawa diri di tengah masyarakat yaitu

mawas kebersamaan (tepa selira) memayu hayu sesama, yang selanjutnya dalam

perilaku budaya spiritual menuju memayu hayuning bawana yang menjadi pondasi

dalam membangun budi pekerti luhur dan karakter bangsa.

F. Kegiatan Pembelajaran

Strategi Setiap Kegiatan Pembelajaran (3 x 45 menit)

No Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu

Alat, Bahan,

Media

Pendekatan,

Model,

Metode

1. Pendahuluan: Doa Pembuka dipimpin oleh Ketua Kelas

Guru memberi salam, mengecek kehadiran peserta didik dan menyiapkan

kondisi peserta didik.

Guru memberikan apersepsi dengan bertanya jawab kepada peserta didik.

30

menit

Manageme

n Kelas

PPT LCD dan

Proyektor

Ceramah

Page 94: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 94 dari 164.

No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Alat, Bahan, Media

Pendekatan, Model,

Metode

Apersepsi: Apakah yang kalian ketahui tentang

materi pembelajaran pada pertemuan

kali ini.

Guru memberikan motivasi peserta didik agar lebih bersemangat dalam

pembelajaran.

Guru menyampaikan garis besar tujuan

pembelajaran.

2. Inti Mengamati :

Peserta didik melakukan kegiatan: 1. Mengamati, memperhatikan dengan

tekun dan semangat.

2. Mencatat hal-hal penting dari penjelasan

guru tentang materi pembelajaran.

3. Mencatat kata-kata sulit yang dirasakan

belum jelas dari penjelasan guru. 4. Melakukan kegiatan permainan atau

bermain peran sesuai materi ajar.

5. Memberikan penjelasan kepada teman

yang belum faham atau mengerti tentang

materi pelajaran pada pertemuan kali ini dengan sopan, santun, sabar dan

dengan bahasa yang bermatabat.

Menanya :

1. Guru menanyakan kepada peserta didik

tentang hal-hal penting dari tayangan di

maksud tentang informasi apakah yang terkandung dalam cerita atau tayangan.

2. Peserta didik mengajukan pertanyaan

dengan sopan dan tertib tentang hal-hal

yang dirasa sukar atau sulit dipahami.

3. Guru memberikan penjelasan sesuai pertanyaan peserta didik, serta

mengulangnya jika peserta didik belum

jelas.

4. Guru memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk bertanya tentang

kaitan materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari terutama tentang

kendala atau hambatan yang dihadapi

peserta didik, atau kesulitan yang

relevan dengan materi pelajaran.

5. Diskusi dan tanya jawab dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan.

6. Guru mencatat aktivitas peserta didik

dalam buku agenda pembelajaran

(catatan tentang Kompetensi Inti (KI) 1 dan 2): perilaku, sikap, tanggung jawab, sopan santun, kepedulian, norma dll.

7. Guru memberikan apresiasi (penghargaan) kepada peserta didik yang

70

menit

Bahan Ajar

Power Point Laptop,

LCD,

Papan Tulis

Alat tulis

Diskusi Tanya jawab Penayangan

Film Dokumenter dan sejenisnya.

Page 95: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 95 dari 164.

No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Alat, Bahan, Media

Pendekatan, Model,

Metode

mampu menunjukkan nilai positif dari:

sikap spiritual, sikap sosial,

pengetahuan dan keterampilan sesuai

ajaran Penghayat Kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa. Mengumpulkan Informasi

1. Guru meminta peserta didik untuk

berkelompok dan melakukan

pengamatan tentang materi atau bahan

ajar yang diberikan guru dalam bentuk tayangan video, gambar, hasil seni rupa,

dokumen, dan sejenisnya.

2. Peserta didik melakukan pengamatan,

memperhatikan dengan cermat

informasi penting dari bahan ajara yang

diberikan guru. 3. Mencari informasi penting baik di dalam

ruang kelas, pada lingkungan

kesehariannya atau pada komunitas

penghayat, perpustakaan atau sumber

informasi lain yang layak dipercaya (internet, media massa dll).

4. Mencatat dan meresume informasi

penting yang relevan dengan materi

pelajaran hari ini.

5. Peserta didik melakukan kegiatan

literasi (studi pustaka) sesuai materi ajar yang diberikan guru.

6. Peserta didik mencatat informasi yang

relevan untuk digunakan sebagai bahan

diskusi atau pengetahuan umum.

Mengasosiasi 1. Guru meminta peserta didik secara

berkelompok untuk mendiskusikan

permasalahan yang timbul dari

informasi yang didapat, kemudian

mencari solusi atau pemecahan sesuai

budaya dan adat istiadat setempat. 2. Peserta didik mencatat hasil diskusi

dengan baik sesuai kaidah berbahasa

Indonesia yang baik dan benar.

3. Peserta didik atau ketua kelompok

diskusi mengumpulkan hasil diskusi

kelompok kepada guru dengan tepat waktu dan sikap yang sopan.

4. Guru memberikan apresiasi untuk

peserta didik yang berprestasi baik.

5. Guru memberikan soal atau

permasalahan lain yang relevan untuk memberikan pengayaan dan atau

remediasi.

6. Peserta didik mengerjaran soal sesuai

perintah guru pada Lembar Kerja Peserta

atau Buku Tugas.

Page 96: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 96 dari 164.

No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Alat, Bahan, Media

Pendekatan, Model,

Metode

Mengkomunikasikan :

1. Peserta didik melaporkan hasil diskusi

kelompok secara tertulis pada Lembar

Kegiatan Peserta atau Buku Tugas.

2. Guru memeberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempresentasikan

hasil diskusi kelompok.

3. Peserta secara bergiliran menayangkan

atau membacakan hasil diskusi

kelompoknya. 4. Peserta dari kelompok lain memberikan

tanggapan atau sanggahan sesuai materi

ajar dengan baik dan benar dengan tetap

berperilaku sopan dan santun sesuai

karakter bangsa.

5. Guru memberikan klarifikasi dan penguatan dari hasil yang telah di

presentasikan.

6. Guru memberikan penilaian sekaligus

apresiasi untuk kelas yang

menyenangkan.

3. Penutup 1. Guru bersama peserta didik

menyimpulkan hasil pembelajaran hari

ini.

2. Guru bersama dengan peserta didik

mereview atau mengingat kembali

mengenai apa saja yang telah dipelajari

dalam kegiatan hari ini. 3. Guru memberikan evaluasi dan

memberikan tugas individu untuk

dikumpulkan pada pertemuan

berikutnya

4. Guru meminta peserta didik untuk membaca materi pada pertemuan

berikutnya sesuai Bahan Ajar Penghayat

Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa (pembiasaan kegiatan literasi).

5. Doa Penutup oleh Ketua Kelas

10

menit

Tanya jawab/tes

lisan

Tugas

mandiri

5. Tes Lisan

6. Penugasan

G. Remidi dan Pengayaan

Silakan cari dan temukan temukan sesanggeman Penghayat Kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada organisasi di tempat/sekolah Anda, selain

yang tercantum pada Materi/Bahan Ajar ini. Tulislah dan kumpulkan dokumen

tersebut sebagai portofolio Anda.

Page 97: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 97 dari 164.

H. Latihan

Bahan Diskusi.

Pilih 1 di antara dua materi diskusi berikut!

Materi Diskusi

1. Bagaimana cara Anda mengetahui dan memaknai hubungan Tuhan Yang

Maha Esa dengan asal usul adanya sesuatu serta hidup dan kehidupan?

2. Cara kita mengetahui bahwa sesorang telah memiliki keyakinan adanya

kekuasaan Tuhan dalam diri setiap manusia.

Buatlah resume atau simpulan hasil diskusi Anda dalam bentuk tulisan atau

ketikan komputer,dengan kriteria sbb:

1. Huruf Times New Roman 12 pt,

2. Spasi 1,5 cm.

3. Ukuran kertas A4 (kwarto)

4. Minimal 1 halaman (tidak termasuk halaman sampul)

5. Ketikan hitam putih (sampul boleh berwarna)

6. Penilaian dilakukan terhadap aspek:

6.1. Tampilan dan redaksional

6.2. Isi, kedalaman dan keluasan materi

6.3. Ketepatan pengumpulan tugas.

7. Tugas ini dikumpulkan paling lambat 14 (empat belas hari) sejak tugas

diberikan.

I. Evaluasi

Petunjuk :

I. Disampaikan dalam bentuk Tulis atau Lisan.

1. Tiap Materi Pelajaran, diberikan evaluasi tulis (Ujian Tulis) berupa soal obyektif sebanyak 10 butir soal, dengan 5 opsi jawaban pada setiap soal.

2. Pilih satu jawaban yang Anda anggap paling tepat dengan memberi tanda

silang (X) pada huruf A, B, C, D atau E pada lembar jawab yang tersedia. 3. Bekerjalah dengan teliti dan cermat.

4. Bertanyalah kepada Guru (Pengawas Ujian) jika terdapat soal yang kurang lengkap.

5. Teliti kembali hasil pekerjaan Anda sebelum dikumpulkan kepada

Pengawas Ujian.

Page 98: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 98 dari 164.

6. Dilarang menggunakan alat hitung dalam bentuk elektronik (kalkulator,

HP, laptop, dll) dan atau manual (mistar hitung, buku, tabel, chart, kamus, dictionary, dll) selama mengikuti ujian.

7. Selamat menempuh ujian, sukses beserta kita ! II. Disampaikan dalam bentuk Lisan.

1. Tiap Materi Pelajaran, diberikan evaluasi lisan (Ujian Lisan) berupa soal obyektif sebanyak 10 butir soal, dengan 5 opsi jawaban pada setiap soal.

2. Soal dibacakan 2 (dua) kali dengan durasi maksimum 2-4 menit, untuk

setiap sesi soal.

3. Peserta diminta menulis di kertas ulangan dengan cara menuliskan kata

kunci yang diberikan guru (bukan menulis huruf A, B, C, D atau E) dari

jawaban yang disediakan.

4. Tidak ada pengulangan pembacaan soal setelah dibacakan 2 (dua) kali.

Kecuali di awal ada peserta yang belum hadir, tetapi baru membacakan

soal nomor 1 (pertama).

5. Peserta dilarang bertanya tentang apapun, memberikan kode atau isyarat,

atau berkomunikasi baik verbal maupun oral dengan sesama peserta

selama ujian berlangsung.

6. Selamat menempuh ujian, sukses beserta kita !

III. Materi Soal

Bacalah dengan cermat materi Bahan Ajar Keagungan Tuhan ini sebelum Anda menjawab soal berikut, karena materi soal ini berdasarkan buku teks (Bacaan Wajib)!

1. Mengetahui dan memaknai hubungan Tuhan Yang Maha Esa dengan asal usul adanya sesuatu serta hidup dan kehidupan manusia menjadi dasar laku dan pemahaman spiritual sekaligus bekal Penghayat dalam meniti mesu diri

(beribadah/manembah) kepada Tuhan Yang Maha Esa yang pada akhirnya mengarah pada peningkatan martabat kesucian pribadi manusia, memiliki

prinsip yang berkesinambungan. Meliputi ranah : A. Tekad, Keyakinan, Sikap Manembah dan Penyerahan Diri, Proses Diri dan

Patrap.

B. Tekad, Keyakinan, Proses Diri dan Patrap, Sikap Manembah dan Penyerahan Diri.

C. Keyakinan, Tekad, Sikap Manembah dan Penyerahan Diri, Proses Diri dan Patrap.

D. Keyakinan, Tekad, Proses Diri dan Patrap, Sikap Manembah dan

Penyerahan Diri. E. Tekad, Keyakinan, Sikap Manembah dan Penyerahan Diri, Proses Diri dan

Patrap.

Page 99: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 99 dari 164.

2. Proses diri dalam laku penghayatan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan

adanya Budi yang menempatkan perilaku seseorang di jalan yang benar, merupakan ranah :

A. Patrap B. Tekad C. Keyakinan

D. Proses Diri E. Sikap Manembah dan Penyerahan Diri

3. Dilakukan dengan kesadaran total (fisik, mental, spiritual) dalam perilaku

hidup seseorang setelah menghayati sentuhan dari Dzat hidup atau adanya

Budi, merupakan ranah: A. Patrap B. Tekad

C. Keyakinan D. Proses Diri

E. Sikap Manembah dan Penyerahan Diri 4. Dalam laku keseharian pribadi Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa mempunyai pengalaman-pengalaman spiritual yang membangun keyakinan dan pemahaman yang semakin dalam sehingga secara umum

mempunyai sikap tertentu: 1. Kesanggupan untuk Manembah Kepada-Nya. 2. Menambah Pengetahuan dan Pengalaman Lahir Batin.

3. Mewujudkan Persaudaraan antar sesama atas dasar Cinta Kasih. 4. Memenuhi Kewajiban-Kewajiban Sosial, Nasional dan Kemanusiaan. 5. Membina Diri Pribadi kearah Kesucian, Moral dan Budi Pekerti Luhur.

6. Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan atas kehendak-Nya kepada Ciptaan-Nya.

Urutan kalimat yang benar adalah .... A. 1, 2, 3, 4, 5, 6. B. 1, 2, 4, 3, 6, 5.

C. 2, 5, 4, 3, 6, 1. D. 6, 1, 5, 3, 4, 2.

E. 6, 5, 4, 3, 2, 1.

5. Pembentukan pribadi yang memenuhi 6 sikap-sikap kesadaran adalah capaian

kedewasaan seseorang yang telah mempunyai kematangan dalam: 1). Laku Sujud, 2). Laku Spiritual, dan

3). Laku Sosial. Kalimat tersebut di bawah ini termasuk dalam kematangan atau kedewasaan

Sujud Batin adalah .... A. Menyaksikan angan-angan luhur dan rasa jati terpadu dalamhati nurani. B. Menuju kebulatan sikap sujudnya raga dan jiwa dengan pancaran Budi

dalam hukum tuntunan Tuhan Yang Maha Esa.

Page 100: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 100 dari 164.

C. Memusatkan rasa ikhlas hingga angan-angan dalam batin dengan

segenap patrap bahwa dirinya hanya menghadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk tercapainya ketenangan raga dan menghayati alam batin.

D. Mengendalikan getaran spiritual dan mengedepankan hawa nafsu yang masih ada dalam sujud; serta mempertemukan angan-angan luhur dengan rasa jati dalam pancaran atau dayanya Budi demi membulatkan

sikap dengan tulus sujud kepada Tuhan Yang Maha Esa. E. Menyaksikan angan-angan luhur dan rasa jati terpadu dalamhati nurani.

Menyaksikan hati nurani memperoleh daya terangnya Budi. Meresapkan nilai kemanusiaan yang terbina dalam keluruhan Budi. Menghayati sujud rohani dengan kesadaran hati dan keluhuran Budi.

6. Setiap penghayat harus memiliki keyakinan adanya kekuasaan Tuhan dalam

diri setiap manusia. Jika Penghayat telah memiliki capaian martabat spiritual

tertentu akan membentuk karakter dan integritas pribadi. Integritas tersebut akan berkembang sesuai kedewasaan martabat pribadi dalam kesadaran

manusia yang utuh sesuai peran dan fungsinya. Jenjang kedewasaan martabat mencapai tahapan “Hamisesa” adalah: A. Manusia yang terbimbing oleh Budi sebagai pendamping (Nur Ilahi) yang

belum sempurna, belum arif bijaksana, pribadi yang mempunyai kekuatan sebagai teladan (contoh) yang baik di lingkungannya dalam

Memayu hayu Bawana. B. Manusia yang terbimbing oleh Budi sebagai pendamping (Nur Ilahi)

sempurna yang selalu bersikap arif bijaksana (wicaksana), pribadi yang

mempunyai kekuatan sebagai panutan yang baik di lingkungannya dalam Memayu hayu Bawana/Budi Luhur.

C. Manusia telah mengenal tetapi belum mampu memfungsikan getaran spiritualnya akan tetapi telah percaya serta mempunyai keyakinan atas kuasa Tuhan Yang Maha Esa yang dapat menerima keadaan dengan

ikhlas dan tidak pernah ragu-ragu/pribadi yang tegar, dapat mawas diri dan bersikap Memayu Hayu Diri Berbudi Pekerti.

D. Manusia telah mengenal dan mampu memfungsikan getaran spiritualnya dan percaya serta mempunyai keyakinan atas kuasa Tuhan Yang Maha Esa yang dapat menerima keadaan dengan ikhlas dan tidak pernah ragu-

ragu atau pribadi yang tegar, dapat mawas diri dan bersikap Memayu Hayu Diri Berbudi Pekerti.

E. Manusia yang sudah berkepribadian mantap dalam keyakinan spiritual, apapun beban kehidupan, hambatan yang muncul maupun badai yang

datang, yakin akan teratasi dan akan kembali seperti semula dalam keteguhan kejiwaan atau menguasai diri, pribadi yang tepa selira dan selalu bisa menjadi pamong di lingkungannya dalam Memayu Hayu

Sesama-Berbudi Pekerti Luhur.

Page 101: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 101 dari 164.

7. Dalam mesyarakat penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

proses spiritual ke arah vertikal membangun laku dalam ngelmu meniti sangkan paraning dumadi dengan tujuan menjangkau Martabat Manunggaling Kawulo Gusti dan mempunyai tujuan mulia dalam kehidupan horizontal untuk Memayu Hayuning Bawana. Hal tersebut dapat dicapai jika penghayat sebagai

anggota masyarakat dapat mengarahkan dan membangun diri dalam batin pribadinya melalui langkah konkrit berupa:

A. Berbuat baik, serasi antar kata dan perbuatan. B. Selalu berbuat baik, serasi antar kata dan perbuatan, berbudi. C. Berbudaya dan beretika baik, serasi antar kata dan perbuatan, memiliki

kedewasaan spiritual yang teruji. D. Selalu hanggayuh kasampurnaning urip (membangun pribadi dalam

kesempurnaan hidup), ngudi sejatining becik (membangun kebersihan hati yang sejati), berbudi bawa leksana (berjiwa besar, menjadi manusia

panutan) dalam membangun relasinya. E. Berbudaya dan beretika baik, serasi antar kata dan perbuatan, memiliki

kedewasaan spiritual yang teruji, memiliki kepekaan sosial; dapat

membangun pribadi dalam kesempurnaan hidup; membangun kebersihan hati yang sejati, berjiwa besar, menjadi manusia panutan, tetapi belum mencapai tataran Wicaksana.

8. Iklim spiritual yang terbangun merupakan aura hidup yang bertingkat-tingkat

sesuai kebersihan hati dan pemahaman pelakunya hingga menangkap pepadhang yang pada tataran tertentu dapat mencapai kondisi wening. Dengan 4 (empat) pentahapan Sikap kesadaran seutuhnya dalam mesu Budi; yaitu: 1)Mengendapkan hawa nafsu lahir batin; 2) Merasakan dan menangkap getaran Budi; 3) Cipta, Rasa dan Karsa yang terbimbing dalam dayanya Budi;

dan 4) Merasakan pepadhang (pencerahan batin) Tuhan Yang Maha Esa dalam tuntunan-Nya. Ranah yang tepat untuk maksud tersebut adalah .... A. Pemahaman Spiritual. B. Kedewasaan Emosional.

C. Martabat Sujud / Meditasi. D. Memayu Hayuning Bawana. E. Manunggaling Kawula Gusti.

9. Untuk mampu menangkap Elightment atau Pencerahan Batin yang mengantar

Kecerdasan Spiritual diperlukan oleh terbangunnya 3 unsur secara simultan. Ketiga unsur dimaksud ....

A. Martabat Meditasi; Pemahaman Spiritual; Kedewasaan Spiritual. B. Martabat Sujud atau Meditasi; Pemahaman Spiritual; Kedewasaan

Emosional.

C. Martabat Sujud atau Meditasi; Pemahaman Emosional; Kedewasaan Spiritual.

D. Martabat Sujud; Kedewasaan Spiritual dan Emosional, Kecerdasan

Intelektual. E. Martabat Meditasi; Pemahaman Spiritual dan Kedewasaan Emosional;

Menyatunya Cipta, Karsa, Karya dan Rahsa.

Page 102: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 102 dari 164.

10. Hubungan yang selaras antara manusia dan alam seperti tetap menjaga

kearifan lokal dan lestarinya alam seyogianya juga merupakan sesanggeman bagi masyarakat pada umumnya. Sementara dalam hubungannya dengan

kehidupan berbangsa dan bernegara, pedoman kehidupan dapat diwujudkan dengan menghayati dan mengamalkan sila-sila Pancasila secara nyata dalam kehidupan sehari-hari agar tercipta keserasian, keselarasan dan

keseimbangan baik untuk hubungan manusia dengan sesamanya, manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan alam sekitarnya, maupun hubungan

manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Pernyataan tersebut menunjukkan relevansinya dengan : A. Bentuk Kasih Sayang Tuhan Yang Maha Esa terhadap Manusia.

B. Tuhan memiliki sifat Maha Kuasa dan Maha Mengetahui Segala Ciptaan-Nya.

C. Tuhan Yang Maha Esa Bersifat Mutlak, tidak ada tandingannya atau yang mampu melawan kehendak-Nya.

D. Tuhan Yang Maha Esa Bersifat Abadi, tidak ada tandingannya atau yang mampu melawan kehendak-Nya.

E. Tuhan Yang Maha Esa Bersifat Tunggal, tidak ada tandingannya atau

yang mampu melawan kehendak-Nya.

Kunci Jawaban

1. A 2. B 3. E

4. D 5. C

6. E 7. D 8. C

9. B 10. A

Kriteria Penilaian Setiap soal diberikan skor = 1 (satu), sehingga skor total = 10.

Nilai Akhir NA = 10 x Skor Maksimal = 10 x 10 = 100 (seratus)

Page 103: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 103 dari 164.

BAB IV

MARTABAT SPIRITUAL

A. Kompetensi Inti

KI 1 Kompetensi Spiritual

Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 Kompetensi Sosial

Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli

(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-

aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan

bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 Kompetensi Pengetahuan

Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik

untuk memecahkan masalah.

KI 4 Kompetensi Keterampilan

Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di

bawah pengawasan langsung

B. Kompetensi Dasar

1. Menghayati makna dan mengupayakan kebaikan dalam lingkungan

hidup bersama.

2. Meneladani sikap dan perilaku bersyukur dalam berbagai peristiwa

kehidupan

3. Mengembangkan sikap saling mengasihi antar sesama hidup dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 104: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 104 dari 164.

4. Mengekspresikan keagungan Tuhan dalam budaya spiritual Nusantara.

5. Mengembangkan sikap percaya diri sebagai manusia seutuhnya.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Memahami makna dan mengupayakan kebaikan dalam lingkungan hidup

bersama.

2. Menunjukkan sikap dan perilaku bersyukur dalam berbagai peristiwa

kehidupan

3. Meningkatkan sikap saling mengasihi antar sesama hidup dalam

kehidupan sehari-hari.

4. Mengekspresikan keagungan Tuhan dalam budaya spiritual Nusantara.

5. Menumbuhkembangkan sikap percaya diri sebagai manusia seutuhnya.

D. Indikator

Peserta didik diharapkan mampu:

1. Memaknai dan mengupayakan kebaikan dalam lingkungan hidup

bersama.

2. Menjadi teladan dalam sikap dan perilaku bersyukur untuk berbagai

peristiwa kehidupan

3. Membangun sikap saling mengasihi antar sesama hidup dalam

kehidupan sehari-hari.

4. Menghargai dan menunjukkan keagungan Tuhan dalam budaya spiritual

Nusantara.

5. Membudayakan sikap percaya diri sebagai manusia seutuhnya.

E. Materi Pembelajaran

1. Menghayati Makna Dan Mengupayakan Kebaikan Dalam

Lingkungan Hidup Bersama

Kedewasaan spiritual manusia (khususnya Penghayat Kepercayaan Terhadap

Tuhan Yang Maha Esa) perlu direvitalisasi, artinya perlu diingatkan dan dijabarkan

kembali. Dengan cara diajarkan dan ditunjukkan atau diteladankan. Dasar untuk

mencari ketenteraman hidup sempurna- sampunaning urip (lahir dan batin) -

hanyalah dengan berpegang pada Kepercayaan dan Kekuasaan Mutlak Tuhan Yang

Maha Esa, yang pada gilirannya (setelah melalui beberapa proses bertahap) akan

Page 105: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 105 dari 164.

berujung pada tujuan Manunggaling Kawulo Gusti. Pengalaman relegius dan

penghayatan spiritual akan membawa manusia kepada kebahagian sempurna atau

pepadhang atau pencerahan.

Pencapaian penghayatan ternyata bertingkat. Tahap demi tahap. Semuanya

menuju Penguasa Mutlak, Tuhan Yang Maha Esa, Gusti. Untuk mencapai

kesempurnaan hidup itu memerlukan laku yang dijalani dengan keikhlasan, serta

sepi ing pamrih. Laku itu bertingkat, karena penghayatanatau keyakinan

membutuhkan laku. Setiap laku terhampar berbagai aneka ujian atau cobaan

hidup. Penghayatan adalah suatu proses dialog batin menuju pembuktian yang

hanya bisa diterima (dirasakan) melalui suatu proses tahap demi tahap. Ia juga

butuh kerja keras dan lelaku fisik karena bagaimanapun manusia adalah mahluk

logika, mahluk nyata yang lebih cenderung dapat menerima hal-hal yang indrawi

atau tidak abstrak.

Tingkatan yang dimaksud dalam budaya pergaulan Jawa menengah dikenal

dengan ampas, pati, gondo, rasa (rahsa).

Kita telaah satu demi satu.

1). Kelas Ampas

Tingkat kematangan pribadi dalam martabat pemahaman dan kesadaran

hidup (khususnya Jawa) untuk manusia atau penghayat dengan kesadaran yang

belum dewasa atau orang yang tidak pernah dewasa, atau orang yang tidak

memiliki integritas. Tanda manusia ampas (kelas ampas): Secara fisik dan umur

sudah mencapai kedewasaan, tetapi dalam “laku” baik batin maupun lahir tidak

mau atau tidak menggunakan kaidah memayu hayu diri pribadi.

Jelasnya orang termasuk kelas ampas sering menunjukkan laku negatif:

1. mengumbar nafsu angkara murka,

2. merasa diri paling nomor satu,

3. mementingkan diri sendiri,

4. tidak peduli lingkungan,

5. kepekaan sosial rendah,

6. tidak mau mengalah,

dan sebagainya

Page 106: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 106 dari 164.

2) Tanda Manusia Pati (Wisesa)

Secara fisik dan umur sudah mencapai kedewasaan, dalam “laku” baik batin

maupun lahir sudah menunjukkan atau menggunakan kaidah memayu hayu diri

pribadi. Orang termasuk kelas Pati sering menunjukkan laku positif:

1. Memayu hayuning bawana dalam taraf sederhana dan belum konsisten,

2. Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi,

3. Menjaga harmonisasi relasi antara manusia dan lingkungan.

4. Mampu menjadi teladan di lingkungannya,

5. Mampu meredam nafsu angkara murka,

6. Memiliki kepekaan sosial cukup baik,

7. Menyukai dan mencintai kedamaian, dan sejenis dengan laku atau setara

dengan hal itu.

3) Tanda Manusia Gondo (Hamisesa)

Manusia yang telah mencapai martabat spiritual sekaligus kedewasaan

emosional atau kedewasaan spiritual sehingga mampu menjadi pamomong di

lingkungannya dalam memayu hayu sesama berbudi pekerti luhur.

4) Roso/Rahsa (Wicaksana)

Martabat pribadi yang telah mampu menjadi panutan dalam memayu

hayuning bawana. Beberapa pakar penghayat menyebutkan, bahwa penghayatan

terlampau sulit untuk diajarkan, akan tetapi akan menjadi sesuatu yang mudah

dicerna dan dilaksanakan apabila hal itu diteladankan atau diberikan contoh yang

faktual dan terkini. Beranjak dari pemikiran tersebut, penghayatan harus

diteladankan. Mari kita mencoba untuk mencermati hal-hal berikut ini terkait

dengan ujian atau cobaan hidup.

2. Meneladani Sikap Dan Perilaku Bersyukur Dalam Berbagai

Peristiwa Kehidupan

Telah kita ketahui bersama bahwa norma kehidupan, peraturan perundangan

dan juga tata tertib diadakan dengan maksud menjaga keharmonisan dan

keselarasan hidup di masyarakat yang berbudaya dan beradab. Kesemuanya itu

harus dijaga, dan dibiasakan sehingga menjadi budaya dan etika dalam kehidupan

masyarakat. Setiap insan manusia atau anggota masyarakat yang sekaligus warga

Negara Indonesia wajib dan harus menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa

Page 107: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 107 dari 164.

Indonesia, baik dalam lingkup regional dan masyarakat internasional. Bangsa yang

beradab selalu dan senantiasa menjaga keamanan, ketertiban dunia yang

berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan social, mengedepankan harmonisasi

kehidupan, keselaran dalam pergaulan, melestarikan budaya lokal dan nasional,

adat istiadat, norma sosial dan kemasyarakatan, serta menjaga dan merawat

warisan budaya leluhur, baik budaya benda atau budaya tak benda.

Kaum Penghayat dalam fungsinya sebagai anggota masyarakat, senantiasa

melembagakan apa yang sudah berjalan baik dan mencari terobosan baru dalam

menyikapi perkembangan peradaban dunia, yang kadangkala mengesampingkan

budaya setempat karena ketidakpedulian beberapa anggota masyarakat terhadap

pelestarian budaya. Untuk itu setiap warga Penghayat harus mampu dan mau

meneladani pendahulu bangsa Indonesia, leluhur, nenek moyang dan juga para

pahlawan yang telah berjuang bagi bangsa Indonesia.

Perjuangan bangsa Indonesia saat ini tidak hanya mempertahankan tumpah

darah Indonesia, akan tetapi juga harus mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa

Indonesia, budaya bangsa, dan paling utama adalah melestarikan sekaligus

mempertahankan karakter bangsa Indonesia melalui Budi Pekerti Luhur”. Budi

pekerti luhur tersebut harus terimplementasikan dalam kehidupan keseharian

insan Indonesia, termasuk kita kaum Penghayat.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai “jasa dan

pengorbanan para pahlawan”, karena itu sudah sepatutnya Penghayat dalam

pengertian individual maupun kelompok meneladani atau mencontoh “apa yang

dilakukan pendahulu kita bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Kehormatan

bangsa dan negara Indonesia tidak boleh dirusak oleh kepentingan pribadi,

kelompok atau golongan, terlebih keinginan suku, agama, ras dan ideologi. Ideologi

bangsa Indonesia adalah Pancasila, karena itu setiap warega Negara harus

berasaskan Pancasilka dalam setiap gerak langkah kehidupannya.

Setiap sikap, perilaku, budi pekerti, norma sosial, norma kemasyarakatan,

norma hukum, norma kesusilaan dan norma kemanusiaan kita pertahankan tetap

dalam posisi terbaik, sebagai bentuk pengucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa sekaligus menjadi sikap dan budaya hidup kaum Penghayat untuk

mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 108: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 108 dari 164.

Melestarikan sumber alam hayati dan non hayati, kekayaan alam, energi,

adalah bentuk nyata pengucapan syukur dimaksud. Ketidak pedulian dan sikap

acuh tak acuh terhadap permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia,

menunjukkan betapa rendah dan terhinanya kita kelak jika diperhadapkan atau

dibandingkan dengan negara-negara lain dalam pergaulan dunia yang mengglobal.

Kebencanaan, kelaparan, lapangan kerja, pendidikan, kebudayaan dan hampir

seluruh sendi kehidupan kita tidak akan terlepas dari “peran serta masyarakat

Indonesia”. Sudah tentu ada fenomena atau kejadian yang memang sudah menjadi

garis dari Tuhan Yang Maha Esa, akan tetapi kita (Penghayat), menyadari

sepenuhnya bahwa semua itu muncul dari maksud dan rencana Tuhan Yang Maha

Esa bagi peningkatan martabat sosial, martabat spiritual dan nilai atau karakter

kebangsaan, dan dengan tujuan “Peningkatan Ketaqwaan atau Kepasrahan Total

dari kita kaum Penghayat’ dengan tujuan akhir “Kebahagian Bangsa Indonesia

sekaligus Kualitas Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Bencana dan sejenisnya tidak perlu ditanyakan siapa atau apa yang salah,

akan tetapi menjadi perhatian penting bagi kita bahwa kita harus mengedepankan

harkat dan martabat kita dalam “Memayu Hayuning Bawana”, karena Tuhan Yang

Maha Esa sedang “mendidik dan mengembleng” bangsa Indonesia agar lebih

“dewasa secara lahiriah dan batiniah”.

3. Mengembangkan Sikap Saling Mengasihi Antar Sesama Mahluk

Hidup dalam Kehidupan Sehari-hari

Tak satupun manusia di dunia ini yang mampu hidup sendiri. Setiap mahluk

hidup selalu berelasi dan membangun kehidupannya dengan alam sekitarnya,

bergantung satu dengan lainnya sehingga tercipta harmonisasi yang indah di

antara semua mahluk, baik mahluk hayati dan mahluk non hayati. Kita sebagai

kaum Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa seharusnya

melakukan relasi yang baik dengan sesama, dalam pengertian membangun

kebersamaan dalam kehidupan menurut tugas dan fungsinya masing-masing.

Setiap mahluk dihadapan Tuhan Yang Maha Esa adalah sederajat, yaitu

sebagai Ciptaan-Nya, kita memiliki kesamaan sifat Ketuhanan sekaligus sifat

kemanusiaan. Sifat Ketuhanan pada diri manusia muncul dan terimplementasikan

pada saat manusia menghadapi problema kehidupan, baik susah maupun senang,

Page 109: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 109 dari 164.

sedih maupun bahagia, situasi yang menghimpit ataupun dalam kesesakan.

Selama kita tetap berpegang dan manembah kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka

segala ujian, cobaan, peristiwa, kejadian, fenomena dan situasi kondisi di dunia ini,

akan menghantarkan kita pada tataran Kedewasaan Spiritual; apabila kita selalu

dalam keadaan “eling lan waspada” (pen: ingat dan berserah, serta waspada).

Seorang Penghayat yang eling (ingat), dalam setiap gerak langkah

kehidupannya selalu bersandar dan pasrah secara tulus serta menyerahkan

sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa agar rencana agung atau “rancangan

damai sejahtera” bagi kita umat manusia dapat terlaksana dengan baik. Kita bukan

menghindar atau mencari aman mana kala menghadapi bencana, sekaligus juga

kita tidak melawan bencana itu; tetapi kita diberi akal sehat, pemikiran yang

cerdas, batin atau jiwa yang wening untuk menyikapi setiap kejadian yang biasa

atau luar biasa yang selalu mengikuti kehidupan manusia sejak penciptaan alam

semesta ini. Tuhan Yang Maha Esa tidak akan mencobai atau menguji kita melebihi

kekuatan kita. Karena itu segala sesuatu dikembalikan kepada Tuhan Yang Maha

Esa, agar rencana agung Nya terlaksana dengan sempurna bagi kesejahteraan umat

manusia.

Perang dan pertikaian antar suka, agama, ras harus dihindarkan dari bumi

Indonesia, karena hal itu akan merontokkan persatuan dan kesatuan Bangsa

Indonesia. Setiap anarkis yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak

bertanggungjawab terhadap persatuan dan kesatuan bangsa, harus kita antisipasi

sedini mungkin, tanpa perlu menunggu pihak yang berwenang. Peran serta kita

sebagai Penghayat Kepercayaan harus tetap Memayu Hayuning Bawana

berdasarkan ketulusan hati untuk “melayani” dan mengusahakan perdamain abadi

dan keadilan sosial di Bumi Nusantara ini. Akan manjadi sebuah keniscayaan

manakala segolongan masyarakat dengan mengatasnamakan Indonesia malah

merusak sendi kehidupan bangsa Indonesia. Tindakan separatis, teror, kejahatan

klasikal atau massal harus dienyahkan dalam tatanan kehidupan bangsa

Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Harga Mati, tak ada

satupun kekuatan internal dan eksternal yang boleh dipelihara untuk merusak

bangsa Indonesia. Kita adalah bangsa yang beretika, berbudaya dan berbudi pekerti

luhur, kehormatan bangsa Indonesia terletak pada bagaimana cara kita

Page 110: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 110 dari 164.

mempertahankan nilai-nilai kebangsaan, karena itu Karakter Bangsa Indonesia

harus senantiasa dibangun dan dikembangkan ke arah yang lebih baik lagi agar

kelak menjadi bangsa yang disegani sekaligus dihormati dalam relasi internasional

atau masyarakat global. Pengembangan kharakter bangsa Indonesia menjadi

prioritas utama untuk mempertahankan budaya dan kehormatan bangsa di mata

pergaulan dunia.

4. Mengekspresikan Keagungan Tuhan Dalam Budaya Spiritual

Nusantara

Keagungan Tuhan diekspresikan dalam budaya spiritual Nusantara

tergantung dari cara bagaimana kita mengimplimentasikan nilai-nilai spiritual,

sosial, moralitas, seni budaya dan karakter bangsa Indonesia, baik dalam lingkup

keluarga, adat, kedaerahan maupun nasional.

Warisan budaya Nusantara akan mudah terkikis oleh kehadiran budaya

mancanegara yang tak terelakkan, terlebih dengan kemajuan pesat di bidang sain,

teknologi, pendidikan, seni, politik, ekonomi, sosial, ekonomi, perdagangan,

perindustrian, jasa, komunikasi, pertahanan dan keamanan serta relegiusitas

dalam kancah modern. Yang masing-masing akan memiliki kualitas dan kuantitas

dampak yang berbeda bagi tiap daerah, kepulauan atau wilayah, yang resultannya

adalah perusakan budaya Indonesia atau budaya Nusantara.

Penghayat senantiasa menumbuhkembangkan kearifan lokal (Kepercayaan

kita), dengan melakukan pengembangan dan penyesuaian untuk menghadapi

persaingan global pada seluruh aspek kehidupan. Inilah saatnya kita ambil bagian

dan berperan aktif dalam setiap program pemerintah, keinginan baik masyarakat

luas, cita-cita bangsa Indonesia untuk tercapainya “adil dan makmur bagi seluruh

bangsa Indonesia, dengan tetap mempertahankan kearifan lokal yang kita miliki.

Jika tidak kita, siapa lagi yang mampu melestarikan dan membudayakan warisan

leluhur yang adi luhung itu? Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa adalah wahana yang paling baik (jika tidak ingin dikatakan ‘satu-satunya’)

untuk menumbuhkembangkan karakter bangsa, budaya, estetika dan terutama

adalah Budi Pekerti Luhur Bangsa Indonesia. Peninggalan sejarah, situs, kekayaan

alam, flora dan fauna, tanah dan air yang melekat erat bagi bangsa Indonesia

adalah “harga mutlak” yang harus dibayar oleh setiap manusia Indonesia dalam

Page 111: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 111 dari 164.

mempertahankan eksistensi Budaya Spiritual Nusantara, melalui keimanan dan

relegiusitas semua anggota masyarakat dan bangsa Indonesia, baik secara

perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat secara luas.

Masyarakat Indonesia sejak dahulu kala adalah masyarakat yang agamis atau

relegius, karena itu budaya spiritual bangsa Indonesia harus depertahankan dan

dilestarikan agar kelak kita mampu memberikan nilai-nila luhur dan karakter

kebangsaan Indonesia kepada anak cucu kita di masa yang akan datang. Kita harus

arif dan bijaksana dalam menyikapai atau mencari solusi atas permasalah suku,

agama, ras yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan serta

keutuhan bangsa sekaligus Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedamaian dan

ketenteraman lahir batin menunjukkan tingkat serta martabat spiritual bangsa.

Masyarakat Indonesia akan disebut masyarakat relegius yang dewasa secara

spiritual, apabila setiap warga negara memiliki kepekaan dan keweningan batin

yang dipicu oleh batiniah dengan kedewasaan spiritual untuk menjaga kedamaian

dan kebebasan beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

5. Mengembangkan Sikap Percaya Diri Sebagai Manusia

Seutuhnya

Kepribadian bangsa Indonesia telah terbangun sejak adanya sejarah di

kepulauan Nusantara, meskipun masih bersifat kedaerahan akan tetapi secara

simultan kearifan lokal dan budaya yang mengiringi gerak langkah masyarakat

setempat memiliki andil yang besar terhadap keanekaragman seni, budaya dan

kearifan lokal yang eksistensinya terasa sampai dengan saat ini.

Indonesia dengan berbagai ragam budaya, kesenian latar belakang etnis, tetap

meiliki kesamaan yang memasok persatuan dan kesatuan bangsa. Pasokan itu

adalah norma dan budi pekerti luhur, tata krama dan adat istiadat yang

terwariskan dengan durasi yang sangat lama, intensitas yang tinggi, berkualitas

“empu”, menghasilkan kebanggaan nasional berupa “toleransi inter dan antar Umat

beragama serta Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa”.

Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesungguhnya adalah soko guru

pembangunan rumah besar relegiusitas yang disebut Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa.. Jauh sebelum

kedatangan agama di Indonesia telah berkembang kepercayaan yang isinya

Page 112: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 112 dari 164.

“panembah atau percaya”, meskipun tak dipungkiri bahwa agama asli (Kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa), baru berkembang pada abad pertengahan (Zaman

Sisingamangaraja) dan mencapai kejayaannya abad 20. Tetapi hal itu

menunjukkan bahwa bangsa Indonesia menjadi “pandom Internasional” (barometer

dunia) dalam hal toleransi dan keharmonisan pergaulan “iman dan kepercayaan”;

“agama dan kepercayaan”; bahkan “agama dan agama”. Ini menunjukkan bahwa

bangsa Indonesia sangat berharga di mata dunia khususnya menyangkut

kehidupan keagamaan dan kepercayaan yang menjadi hak setiap warga negara.

Contoh sederhana: Indonesia (Nusantara), dengan mayoritas penduduk

beragama Islam, akan tetapi banyak peninggalan sejarah, situs, adat istiadat,

budaya, kesenian sampai dengan filsafat yang mewarnai keanekaragaman agama

dan kepercayaan di Indonesia, yang sesungguhnya sangat berbeda dengan sumber

aslinya. Karena kesemuanya itu adalah hasil adopsi atau implementasi sesuai

konteks Indonesia, tetapi bukan sinkretisme, sehingga lahir beberapa aliran

keagamaan.

Borobudur sebagai Warisan Budaya Indonesia yang diakui Dunia, Candi

Prambanan, dan beberapa rumah/tempat ibadah yang didirikan di masa lampau,

tetap eksis dan diakui keberadaannya, menunjukkan toleransi yang sangat baik,

sekaligus menjadi ikon heterogensi yang homogen, atau perbedaan yang menyatu

atau ke-Bhineka Tunggal Ika-an bagi seluruh bangsa Indonesia. Meskpun sering

terjadi tindakan anarkis yang dilakukan sekelompok orang tak bertanggungjawab

dan mengatasnamakan agama, kepada “sasaran tertentu” di Indonesia, tetapi

hampir seluruh bangsa Indonesia mengutuk atau menganggap perstiwa dimaksud

sebagai sebuah “malapetaka terorganisir”, yang dilakukan oleh oknum. Bukankah

itu menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki harga diri

besar , yang sekaligus menunjukkan Sikap Percaya Diri sebagai Manusia

Seutuhnya?

Dikatakan percaya diri, karena setiap permasalahan yang menyangkut SARA,

dan berpotensi merusak tata masyarakat atau akan memecah kesatuan dan

persatuan bangsa, belum pernah sekalipun bangsa Indonesia (Pemerintah

Indonesia) meminta bantuan atau dukungan dari negara lain untuk menyelesaikan

konflik yang berkembang tersebut. Dengan semangat kegotong-royongan seluruh

Page 113: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 113 dari 164.

rakyat dan bangsa Indonesia bahu membahu mengikis habis anarkis dan kaum

separatis yang akan merusak dan merongrong persatuan dan keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Manusia seutuhnya menunjuk pada keseimbangan mental, spiritual, moral

dan budi pekerti luhur yang melandasi setiap gerak langkah masyarakat Indonesia

dalam pergaulan regional dan internasional. Sisi lain, peran serta bangsa Indonesia

dalam memayu hayuning bawana, tidak hanya di wilayah Nusantara, tetapi sudah

merambah pada dunia Internasional, dengan cara mengirimkan duta perdamaian

terbaik yang dimiliki bangsa Indonesia untuk berperan aktif dalam penyelesaian

konflik yang melibatkan berbagai negara (Kongo, Timur Tengah dll). Indonesia

menjadi kepercayaan Dunia dalam hal menjaga Perdamaian di negara-negara yang

berkonflik. Inilah Reputasi yang wajib dijaga dan dilestarikan keberadaannya agar

Eksistensi Bangsa Indonesia terjaga sepanjang masa.

F. Kegiatan Pembelajaran

Strategi Setiap Kegiatan Pembelajaran (3 x 45 menit)

No Kegiatan Pembelajaran Alokasi

Waktu

Alat, Bahan,

Media

Pendekatan,

Model,

Metode

1. Pendahuluan: Doa Pembuka dipimpan oleh Ketua Kelas

Guru memberi salam, mengecek kehadiran peserta didik dan menyiapkan

kondisi peserta didik.

Guru memberikan apersepsi dengan bertanya jawab kepada peserta didik.

Apersepsi: Apakah yang kalian ketahui tentang

materi pembelajaran pada pertemuan

kali ini.

Guru memberikan motivasi peserta didik

agar lebih bersemangat dalam

pembelajaran.

Guru menyampaikan garis besar tujuan

pembelajaran.

30

menit

Manageme

n Kelas

PPT

LCD dan Proyektor

Ceramah

2. Inti Mengamati :

Peserta didik melakukan kegiatan:

1. Mengamati, memperhatikan dengan

tekun dan semangat. 2. Mencatat hal-hal penting dari penjelasan

guru tentang materi pembelajaran.

3. Mencatat kata-kata sulit yang dirasakan

belum jelas dari penjelasan guru.

70

menit

Bahan Ajar

Power Point

Laptop,

LCD, Papan Tulis

Alat tulis

Diskusi Tanya jawab Penayangan

Film Dokumenter dan sejenisnya.

Page 114: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 114 dari 164.

No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Alat, Bahan, Media

Pendekatan, Model,

Metode

4. Melakukan kegiatan permainan atau

bermain peran sesuai materi ajar.

5. Memberikan penjelasan kepada teman

yang belum faham atau mengerti tentang

materi pelajaran pada pertemuan kali ini dengan sopan, santun, sabar dan

dengan bahasa yang bermatabat.

Menanya :

1. Guru menanyakan kepada peserta didik

tentang hal-hal penting dari tayangan di maksud tentang informasi apakah yang

terkandung dalam cerita atau tayangan.

2. Peserta didik mengajukan pertanyaan

dengan sopan dan tertib tentang hal-hal

yang dirasa sukar atau sulit dipahami.

3. Guru memberikan penjelasan sesuai pertanyaan peserta didik, serta

mengulangnya jika peserta didik belum

jelas.

4. Guru memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk bertanya tentang kaitan materi pelajaran dalam

kehidupan sehari-hari terutama tentang

kendala atau hambatan yang dihadapi

peserta didik, atau kesulitan yang

relevan dengan materi pelajaran.

5. Diskusi dan tanya jawab dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan.

6. Guru mencatat aktivitas peserta didik

dalam buku agenda pembelajaran

(catatan tentang Kompetensi Inti (KI) 1 dan 2): perilaku, sikap, tanggung jawab, sopan santun, kepedulian, norma dll.

7. Guru memberikan apresiasi

(penghargaan) kepada peserta didik yang

mampu menunjukkan nilai positif dari:

sikap spiritual, sikap sosial,

pengetahuan dan keterampilan sesuai

ajaran Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Mengumpulkan Informasi

1. Guru meminta peserta didik untuk

berkelompok dan melakukan

pengamatan tentang materi atau bahan ajar yang diberikan guru dalam bentuk

tayangan video, gambar, hasil seni rupa,

dokumen, dan sejenisnya.

2. Peserta didik melakukan pengamatan,

memperhatikan dengan cermat

informasi penting dari bahan ajara yang diberikan guru.

3. Mencari informasi penting baik di dalam

ruang kelas, pada lingkungan

kesehariannya atau pada komunitas

penghayat, perpustakaan atau sumber

Page 115: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 115 dari 164.

No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Alat, Bahan, Media

Pendekatan, Model,

Metode

informasi lain yang layak dipercaya

(internet, media massa dll).

4. Mencatat dan meresume informasi

penting yang relevan dengan materi

pelajaran hari ini. 5. Peserta didik melakukan kegiatan

literasi (studi pustaka) sesuai materi ajar

yang diberikan guru.

6. Peserta didik mencatat informasi yang

relevan untuk digunakan sebagai bahan diskusi atau pengetahuan umum.

Mengasosiasi

1. Guru meminta peserta didik secara

berkelompok untuk mendiskusikan

permasalahan yang timbul dari

informasi yang didapat, kemudian mencari solusi atau pemecahan sesuai

budaya dan adat istiadat setempat.

2. Peserta didik mencatat hasil diskusi

dengan baik sesuai kaidah berbahasa

Indonesia yang baik dan benar. 3. Peserta didik atau ketua kelompok

diskusi mengumpulkan hasil diskusi

kelompok kepada guru dengan tepat

waktu dan sikap yang sopan.

4. Guru memberikan apresiasi untuk

peserta didik yang berprestasi baik. 5. Guru memberikan soal atau

permasalahan lain yang relevan untuk

memberikan pengayaan dan atau

remediasi.

6. Peserta didik mengerjaran soal sesuai perintah guru pada Lembar Kerja Peserta

atau Buku Tugas.

Mengkomunikasikan :

1. Peserta didik melaporkan hasil diskusi

kelompok secara tertulis pada Lembar

Kegiatan Peserta atau Buku Tugas. 2. Guru memeberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mempresentasikan

hasil diskusi kelompok.

3. Peserta secara bergiliran menayangkan

atau membacakan hasil diskusi

kelompoknya. 4. Peserta dari kelompok lain memberikan

tanggapan atau sanggahan sesuai materi

ajar dengan baik dan benar dengan tetap

berperilaku sopan dan santun sesuai

karakter bangsa. 5. Guru memberikan klarifikasi dan

penguatan dari hasil yang telah di

presentasikan.

6. Guru memberikan penilaian sekaligus

apresiasi untuk kelas yang

menyenangkan.

Page 116: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 116 dari 164.

No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Alat, Bahan, Media

Pendekatan, Model,

Metode

3. Penutup 1. Guru bersama peserta didik

menyimpulkan hasil pembelajaran hari

ini.

2. Guru bersama dengan peserta didik

mereview atau mengingat kembali mengenai apa saja yang telah dipelajari

dalam kegiatan hari ini.

3. Guru memberikan evaluasi dan

memberikan tugas individu untuk

dikumpulkan pada pertemuan berikutnya

4. Guru meminta peserta didik untuk

membaca materi pada pertemuan

berikutnya sesuai Bahan Ajar Penghayat

Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa (pembiasaan kegiatan literasi). 5. Doa Penutup dipimpin oleh Ketua kelas

10

menit

Tanya

jawab/tes

lisan

Tugas

mandiri

7. Tes Lisan

8. Penugasan

G. Remidi dan Pengayaan

1. Nasihat Menghadapi Cobaan

Kata kata bijak cobaan dibutuhkan oleh banyak orang yang sedang diuji oleh Tuhan. Dalam hidupini ujian memang tak akan pernah berhenti menimpa umat manusia, sebab pada dasarnya makhluk hidup memang hidup di dunia

ini untuk menghadapi segela ujian dari Tuhan. Semuanya untuk mengukur tingkat ketakwaan yang dimiliki oleh makhluk tersebut, atau secara lebih

khusus, manusia. Nah, pada kesempatan kali ini akan dibagikan beberapa kata kata yang dapat digunakan untuk memberikan semangat hidup kepada orang yang sedang mengalami ujian tersebut. Seseorang yang diuji tidak boleh

sekalipun menyerah pada keadaan, atau bahkan malah mengutuk Tuhan karena merasa mendapat ujian yang begitu berat. Sesungguhnya Tuhan tidak

akan pernah menguji umatnya melebihi kemampuan yang dimiliki. Sehingga, jika anda atau mungkin seseorang yang ada di sekitar anda diuji oleh Tuhan dengan ujian yang cukup berat, hal tersebut menunjukkan bahwa

memang anda adalah orang yang dinilai kuat. Jadi, ujian yang berat bukan berarti menunjukkan bahwa Tuhan tak sayang Anda, justru Dia malah sangat menyayangi anda.

Hal yang perlu anda lakukan saat mendapatkan ujian yang berat adalah berusaha untuk menyelesaikan ujian tersebut dengan sebaik baiknya, berdoa

kepada Tuhan semoga semuanya akan berakhir dengan baik. Hal tersebut akan membantu anda dalam rangka menngkatkan tingkat ketakwaan. Di samping itu, kata kata bijak cobaan yang akan dibagikan di bawah ini juga

bisa membuat anda lebih semangat dalam menghadapi cobaan yang anda rasa begitu berat.

Page 117: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 117 dari 164.

2. Perenungan

"DIBALIK SEBUAH MASALAH "

[18:24, 5/23/2017] J Darius Limantara: Awali PAGI dengan DOA

Ada seorang pria Pak Tono namanya. Ia bekerja sebagai penjaga sekolah

ternama. Pak Tono ini BUTA HURUF tapi sangat rajin. Bersih bersih dan Ramah terhadap semua murid murid, baik yang SD, SMP sampai yang SMA, bahkan dengan para orang Tua Murid TK yang biasa menunggui di sekolah Pak Tono selalu menyapa dengan santun.

Sudah lebih dari 30 tahun dia bekerja di SEKOLAH itu. Suatu hari kepala

sekolah itu digantikan dengan Kepala Sekolah yang baru dan menerapkan aturan baru. Semua pekerja harus bisa membaca dan menulis, maka Pak Tono penjaga yang buta huruf itupun, terpaksa tidak bisa bekerja lagi.

Awalnya, dia sangat sedih. Dia tidak berani langsung pulang ke rumah memberitahu kan istrinya. Pak Tono duduk termenung, di depan gudang kosong di samping sekolah, bekas kios (yang ditinggal mati pemiliknya). Sambil ber DOA dan menangis. Tiba-tiba muncullah ide untuk membuka kios jajan di kios kosong itu. Tidak disangka-sangka, anak pemilik kios itu datang dan melihat Pak Tono di depan kios. Kemudian Pak Tono memberanikan diri untuk menyampaikan keinginannya utk menyewa dan merawat kios yang kosong, sambil di pakai untuk jualan jajanan. Anak pemilik kios itu dengan senang hati mengizinkan Pak Tono menempati kios kosong itu, bahkan diberikan harga sewa yang cukup murah (karena kenal sekali dengan Pak Tono).

Kemudian Pak Tono memulai membersihkan dan mengecat ulang kios dan mulailah kios jajanan dibuka. Tak disangka-sangka kios jajanan itu sangat diminati murid-murid dan para orang tua murid yang memang sudah kenal dengan Pak Tono. Pak Tono melayani dengan baik dan sepenuh hati.

Maka tak berapa lama, kios Jajan pak Tono semakin ramai dan banyak produsen jajanan yang menitipkan jajanan di kios pak Tono.

Akhirnya dari satu kios pak Tono membuka di tempat lain sampai jadi punya beberapa kios yang menyediakan aneka jajanan.

Kini Pak Tono jadi seorang pengusaha yang sukses dan kaya.

Suatu hari, pak Tono pergi ke bank untuk membuka rekening, namun karena buta huruf, dia tidak bisa mengisi formulir dan karyawan bank yang membantunya berkata:

"Wah, Bapak buta huruf saja bisa punya uang sebanyak ini, apalagi kalau bisa membaca dan menulis, pasti lebih kaya lagi". Dengan tersenyum dia berkata: "Kalau saya bisa membaca dan menulis, saya pasti masih menjadi penjaga sekolah".

Apa yang merupakan musibah, bisa saja menjadi BERKAT. Dibalik masalah, Pasti ada Berkat. Jadi sikapilah dengan SABAR dan BIJAK .

Lakukan bagian kita secara maksimal, biarlah TUHAN Yang Maha Esa melakukan bagianNYA. Sekalipun seolah-olah tiada pertolongan jalan keluar di dalam masalah dan pergumulan hidup kita.

MENGALIRLAH SEPERTI AIR MENGALIR. JANGAN BERONTAK MENYALAHKAN TUHAN. Karena manusia hanya mengetahui apa yang di depan mata, tetapi TUHAN MENGETAHUI JAUH KE DEPAN TENTANG RENCANA YANG INDAH BAGI MEREKA YANG MENGASIHI DIA.

BERKAT tak selalu berupa emas, intan permata atau uang banyak, bukan pula saat kita tinggal di rumah mewah dan pergi bermobil. Namun BERKAT adalah Saat kita kuat dalam keadaan putus asa. Mampu tetap bersyukur ketika tidak punya apa-

Page 118: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 118 dari 164.

apa. Mampu tersenyum saat diremehkan. Mampu tetap taat walau hidup teramat berat. TUHAN YANG MAHA KASIH mempunyai Rencana yang indah dalam hidupmu Selamat Beraktivitas. TUHAN MENYERTAI

H. Latihan

Coba cermati dan perhatikan beberapa berita dan tulisan berikut!

Tentukan kelas atau tataran pelaku (oknum pribadi) berdasarkan penjelasan di

atas. Diskusikan dengan teman Anda, jika perlu berdiskusi juga dengan

Pendamping, Penyuluh Penghayat di Organisasi Anda.

BERBAGAI PERISTIWA KEMANUSIAAN

1. Tindak Kejahatan (Bersenjata)

2. Menjelang Puasa, Perampokan Mendominasi Tindak Kriminal di Jakarta

Page 119: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 119 dari 164.

Laporan: Andhika Tirta Saputra

Berdasarkan data yang dihimpun dari Bidang Hubungan Masyarakat Polda

Metro Jaya, Kamis (11/6/2017), kasus perampokan, mendominasi angka

tindak kriminalitas pada satu bulan menjelang Ramadan. Pencurian dengan pemberatan terjadi sebanyak 253 kasus, dengan rincian, pencurian dengan kekerasan seperti penodongan 19 kasus, perampasan 27 kasus, perampokan

empat kasus, pembajakan satu kasus. Sedangkan pencurian kendaraan bermotor seperti sepeda motor terjadi 154 kasus, mobil 56 kasus.

Kemudian, peristiwa pembunuhan tercatat delapan kasus, penganiayaan berat 146 kasus, pemerasan 38 kasus, pemerkosaan enam kasus, dan narkotika 547 kasus. Total tindak kriminalitas yang terjadi pada Mei 2015 sebanyak 1.447

kasus. Sementara, kasus pencurian yang belakangan marak terjadi, adalah pencurian atau perampokan mini market. Setidaknya, kurang dalam satu

pekan ini sudah ada dua peristiwa perampokan di mini market, di Jakarta. Senin (8/6/2015) dini hari, mini market Alfamidi, di Jalan Jambore, Cibubur, Jakarta Timur, disatroni garong. Uang Rp 40 juta raib digondol pelaku yang

berjumlah empat orang itu. Sehari sebelumnya, Alfamidi di Jalan Asembaris Raya Nomor 15, Kebon Baru, Tebet, Jakarta Selatan, didatangi sekitar enam orang pencuri bersenjata api, sekitar pukul 03.00 WIB. Uang sebesar Rp 55

juta pun raib dibawa pelaku. [zul]

Page 120: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 120 dari 164.

3. Latihan PPPK / Tanggap Bencana

4. Kecelakaan Lalu Lintas

Page 121: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 121 dari 164.

5. Musibah Kecil / Insiden

Page 122: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 122 dari 164.

6. Meninggal Dunia

7. Tolong! Pengungsi Korban Banjir Bandang Aceh Tenggara Butuh Pakaian

Page 123: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 123 dari 164.

8. Peduli Kasih (Posko Mudik Gratis)

Lelah Karena Perjalan Mudik? Mampir Saja di Posko Peka Mudik ...

jateng.tribunnews.com/2017/.../lelah-karena-perjalan-mudik-mampir-saja-di-posko-p...

22 Jun 2017 - Mampir Saja di Posko Peka Mudik Semarang, Ada Pijat Gratis ... Seorang

pemudik asal Jakarta tengah memilih makanan yang disediakan relawan di Posko

Peka Pemudik Semarang, Kamis (22/6/2017). ... COM, SEMARANG - Gereja Kristen

Indonesia Gereformeerd dan ... GKI Karangsaru Semarang.

Lebaran 2017

Lelah Karena Perjalan Mudik? Mampir Saja di Posko Peka Mudik Semarang, Ada Pijat Gratis Kamis, 22 Juni 2017 15:37

tribun jateng/alexander devanda wisnu

Seorang pemudik asal Jakarta tengah memilih

makanan yang disediakan relawan di Posko

Peka Pemudik Semarang, Kamis (22/6/2017).

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Alexander Devanda Wisnu P TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG –

Page 124: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 124 dari 164.

Gereja Kristen Indonesia Gereformeerd dan Gereja Kristen Indonesia

Karangsaru mendirikan Posko Peka (Peduli Kasih) Pemudik di pelataran PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), Jalan Sultan Agung No 110, Semarang.

Posko Peka Pemudik menawarkan

fasilitas serba gratis. Fasilitas tersebut berupa pijat gratis, layanan bengkel gratis, toilet gratis, makanan dan

minuman gratis. Djoko Supono (67), koordinator Posko

Peka Pemudik, mengatakan, posko tersebut didirikan untuk berbagi kasih

dan membantu umat muslim yang dalam perjalanan menuju kampung halaman. "Bagi pemudik yang melintasi

jalan ini, saat lelah atau sudah mengantuk, silakan beristirahat di sini," ungkap Djoko, Kamis

(22/6/2017). Posko tersebut didirikan 21-24 Juli

2017 dan melayani pemudik pukul 07.00 WIB-22.00 WIB. Henky Tornando (22), Pemudik asal

Jakarta yang singgah di posko tersebut mengapresiasi keberadaan Posko Peka

Pemudik. Dia berharap, posko tersebut didirikan lagi saat arus mudik tahun depan. "Saya sangat terbantu adanya

posko ini. Beristirahat di sini bisa menekan biaya perjalanan karena fasilitas serba gratis yang disediakan,"

ujar Henky Tornando sambil beristirahat. (*)

9. Bencana Alam

Page 125: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 125 dari 164.

Kondisi sejumlah rumah yang diterjang banjir bandang aliran Sungai Cimanuk

di Kampung Cimacan, Kecamatan Tarogong, Kabupaten Garut, Kamis (22/9/2016). Berdasarkan data sementara Basarnas Jabar, 23 orang tewas

dan belasan hilang. (Liputan6.com/Johan Tallo) Liputan6.com, Jakarta Gunung meletus, banjir bandang, banjir, gempa bumi, longsor merupakan bencana alam yang kerap terjadi di Indonesia.

Belum lagi bencana sosial yang terjadi di masyarakat seperti konflik sosial yang sempat beberapa kali terjadi. Kondisi-kondisi ini membuat masyarakat yang

terkena dampak bisa mengalami goncangan jiwa. Berdasarkan hal tersebut psikolog klinis dewasa Tri Swasono Hadi mengungkapkan pentingnya masyarakat Indonesia membekali diri dengan

kemampuan memberikan dukungan yang tepat untuk mempercepat pemulihan mental lewat pertolongan pertama psikologis atau psychological first aid (PFA). PFA ini bisa juga bisa dianalogikan sebagai P3K-nya pada psikologis. "PFA ini penting untuk masyarakat Indonesia yang banyak bencana. Termasuk juga di Jakarta yang sering banjir atau pun ada penggusuran," kata Tri dalam

peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia di car free day area Dukuh Atas Jalan Sudirman Jakarta. Senin (24/10/2016).

I. EVALUASI MARTABAT SPIRITUAL

Bacalah dengan cermat materi Bahan Ajar Martabat Spiritual ini sebelum Anda menjawab soal berikut, karena materi soal ini berdasarkan Text Book (Bacaan Wajib)! 1. Menghayati makna dan mengupayakan kebaikan dalam lingkungan hidup

bersama, dalam implementasinya merujuk pada laku panembah. Kita ketahui juga bahwa setiap laku terhampar berbagai aneka ujian atau cobaan hidup.

Penghayatan adalah suatu proses dialog batin menuju pembuktian yang hanya

bisa diterima (dirasakan) melalui suatu proses tahap demi tahap. Ia juga butuh kerja keras dan lelaku fisik karena bagaimanapun manusia adalah mahluk logika, mahluk nyata yang lebih cenderung dapat menerima hal-hal yang

indrawi atau tidak abstrak. Tataran atau tingkatan Wasesa atau Manusia Pati ditunjukkan pada pernyataan ...

A. Mengumbar nafsu angkara murka. Merasa diri paling nomor satu. Mementingkan diri sendiri. Tidak peduli lingkungan. Kepekaan sosial rendah. Tidak mau mengalah.

B. Manusia yang telah mencapai martabat spiritual sekaligus kedewasaan emosional atau kedewasaan spiritual sehingga mampu menjadi

pamomong di lingkungannya dalam memayu hayu sesama berbudi pekerti luhur.

C. Secara fisik dan umur belum mencapai kedewasaan, dalam “laku” baik

batin maupun lahir sudah belum menunjukkan atau menggunakan kaidah memayu hayu diri pribadi. Dalam kesehariannya selalu

menunjukkan itikad baik, akan tetapi emosinya belum terjaga dengan baik, tutur kata tidak menunjukkan budayanya.

D. Sudah berbuat untuk memayu hayuning bawana dalam taraf sederhana

dan belum konsisten. Mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Menjaga harmonisasi relasi antara manusia dan lingkungan. Mampu menjadi teladan di lingkungannya. Mampu meredam

Page 126: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 126 dari 164.

nafsu angkara murka. Memiliki kepekaan sosial cukup baik. Menyukai

dan mencintai kedamaian. E. Martabat pribadi yang telah mampu menjadi panutan dalam memayu

hayuning bawana. Beberapa pakar penghayat menyebutkan, bahwa penghayatan terlampau sulit untuk diajarkan, akan tetapi akan menjadi sesuatu yang mudah dicerna dan dilaksanakan apabila hal itu

diteladankan atau diberikan contoh yang faktual dan terkini. Beranjak dari pemikiran tersebut, penghayatan harus diteladankan. Mari kita

mencoba untuk mencermati hal-hal berikut ini terkait dengan ujian atau cobaan hidup.

2. Contoh menghayati makna dan mengupayakan kebaikan dalam lingkungan hidup bersama bagi Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam bidang penanggulangan bencana alam, tersaji dalam ....

A. Ikut serta dalam menjaga perdamaian dunia di negara yang sedang konflik.

B. Mengikuti kegiatan kepramukaan yang bergerak dalam bidang kemanusiaan.

C. Menjadi anggota Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana

Alam. D. Mengikuti kegiatan Jumat bersih di Sekolah, dan menjaga kebersihan

lingkungan. E. Melakukan penanaman seribu pohon penghijauan dalam kegiatan

peringatan HUT Kemerdekaan RI.

3. Meneladani sikap dan perilaku bersyukur dalam berbagai peristiwa kehidupan

tercermin dalam tindakan ...

A. Tidak menyontek pekerjaan teman ketika ulangan. B. Bersujud dan bersembah setelah melewati ujian sekolah.

C. Memberikan maaf dan tidak dendam atas perlakuan rekan, saudara atau orang lain.

D. Belajar giat, hadir tepat waktu, berpakaian rapi, bertutur sopan, jujur,

disiplin dan menghargai teman. E. Berperilaku disiplin, jujur, bertanggungjawab, setia, peduli lingkungan

dan menjaga harmonisasi lingkungan, tanpa diminta, baik di rumah, di sekolah dan dimanapun.

4. Berikut adalah sikap dan perilaku bersyukur yang mencerminkan tindakan naif (ngawur).

A. Memberikan seluruh uang saku harian kepada pengamen jalanan. B. Menyumbangkan seluruh hasil jerih payah dalam sebuah kegiatan lomba,

tanpa memperdulikan atau minta pertimbangan teman anggota timnya.

C. Mengikuti dan menonton pertandingan sepak bola dengan taruhan uang, benda atau suatu tindakan tertentu, tanpa peduli norma kesusilaan dan norma sosial.

D. Menghamburkan seluruh uang hasil memenangkan kejuaraan atau lomba dengan teman-teman se timnya, dengan tujuan mencari

kesenangan atau having fun.

Page 127: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 127 dari 164.

E. Mengikuti kegiatan kemanusiaan yang diselenggarakan oleh lembaga,

dengan meninggalkan tugas yang diberikan oleh guru tanpa ijin atau sepengetahuan sekolah.

5. Mengembangkan sikap saling mengasihi antar sesama mahluk hidup dalam

kehidupan sehari-hari, tercermin dalam tindakan .... A. Merawat kucing yang terluka karena tertabrak kendaraan di jalan.

B. Membantu teman yang kesulitan menjawab soal ketika berlangsung ulangan.

C. Membiarkan teman mencemooh, karena sikap dan perilaku kita yang

memang keliru. D. Membantu merawat saudara yang sakit, tanpa memperdulikan kondisi

dan kesehatan sendiri. E. Mentertawakan kecelakaan atau kemalangan teman sepermainan akibat

ketidak hati-hatiannya.

6. Berikut adalah cerminan sikap saling mengasihi dan tanpa pamrih.

A. Membantu seorang gadis menyeberang jalan pada saat lalu lintas ramai. B. Membantu seorang nenek menyeberang jalan pada saat lalu lintas ramai.

C. Membantu menyuci pakaian karena pembantu sedang tidak bertugas di rumah.

D. Merelakan uang saku kita untuk membantu teman yang kekurangan

uang jajan. E. Meminjamkan buku catatan kepada teman yang tidak mau mencatat saat

pelajaran.

7. Mengekspresikan keagungan Tuhan dalam budaya spiritual Nusantara tercermin pada kesenian berikut ....

A. Pertunjukan Wayang Purwa dengan lakon “Bima Suci”. B. Pertunjukan Wayang Potehi dengan Lakon Sam Pek Ing Tay. C. Pertunjukan Ketoprak Jawa Timuran dengan lakon Damarwulan.

D. Pertunjukan Kolaboratif antara Musik Barat, Gamelan, Sendratari. E. Penayangan Film Dokumenter tentang Perang Dunia II (Pearl Harbour,

Hawaii).

8. Mengekspresikan keagungan Tuhan dalam budaya spiritual Nusantara tercermin pada ritual .... A. Samadi.

B. Manembah. C. Malati Hening (Manembah Sujud) 1 Sura.

D. Pemandian (Penjamasan) Benda Pusaka pada 1 Sura. E. Melarung Sesaji di tempat Keramat atau tempat yang dianggap bertuah.

9. Mengembangkan sikap percaya diri sebagai manusia seutuhnya, dicerminkan

oleh tindakan kaum Penghayat dalam .... A. Sujud Jiwa.

B. Sujud Raga.

C. Mamayu Hayuning Sesama.

D. Memayu Hayuning Bawana.

Page 128: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 128 dari 164.

E. Memayu Hayuning Diri Pribadi.

10. Mengembangkan sikap percaya diri sebagai manusia seutuhnya, dicerminkan

oleh sikap kaum Penghayat dalam .... A. Sujud.

B. Manembah.

C. Upacara Ruwatan Masal.

D. Menepati janji yang telah diucapkan dan disaksikan.

E. Mengemban dan melaksanakan tugas kenegaraan yang diberikan

Pemerintah.

Kunci Jawaban

1. D 2. C 3. E

4. B 5. A

6. B 7. A 8. C

9. D 10. E

Kriteria Penilaian Setiap soal diberikan skor = 1 (satu), sehingga skor total = 10.

Nilai Akhir NA = 10 x Skor Maksimal = 10 x 10 = 100 (seratus).

Page 129: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 129 dari 164.

BAB V

LARANGAN DAN KEWAJIBAN

A. Kompetensi Inti

KI 1 Kompetensi Spiritual

Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 Kompetensi Sosial

Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli

(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-

aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai

permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan

sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan

bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 Kompetensi Pengetahuan

Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik

untuk memecahkan masalah.

KI 4 Kompetensi Keterampilan

Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di

bawah pengawasan langsung

B. Kompetensi Dasar

1. Memahami prosedural dan tahapan menghindari larangan-larangan

dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Memahami prosedural dan tahapan dalam menjalankan kewajiban dalam

Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Page 130: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 130 dari 164.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Memiliki pengetahuan prosedural dan tahapanuntuk menghindari

larangan-larangan dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Memiliki pengetahuan prosedural dan tahapan dalam menjalankan

kewajiban dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

D. Indikator

Peserta didik diharapkan mampu:

1. Menjelaskan prosedural dan tahapan menghindari larangan-larangan

dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2. Menjelaskan prosedural dan tahapan dalam menjalankan kewajiban

dalam Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

E. Materi Pembelajaran Larangan Dan Kewajiban

1. Makna Menghindari Perbuatan Tercela

Perbuatan tercela adalah perbuatan yang dilakukan manusia karena

melanggar norma yang berlaku pada masyarakat, baik norma tertulis (Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah, Tata Tertib) maupun tidak tertulis (norma

kesusilaan, sopan santun, norma sosial dan budaya Indonesia).

Perbuatan mulia atau perilaku luhur Budi, adalah menjaga dan melestarikan

alam semesta (Memayu Hayuning Bawana), menjaga diri (memayu hayuning diri),

menjaga kedamaian, keamaanan dan ketertiban masyarakat, dan menjaga

kehormatan diri, keluarga, masyarakat dan bangsa Indonesia di dalam semua

aspek kehidupannya. Perbuatan ini harus dilakukan dengan kesadaran penuh

(wening nala lan driya, pikiran dan diri pribadi), inkhlas trusing bathos (tulus dan

suci sampai ke hati nurani), yang disertai dengan tindakan nyata, akan lebih mulia

(luhur Budi), jika dilakukan dalam kerangka menjaga “Rahayuning Sesama”

(kedamaian khak yang menjadi milik sesama umat, manusia).

Tujuan yang hendak dicapai dalam berbuat atau berbudi pekerti luhur, bukan

untuk mencari kesenangan pribadi, atau supaya dikatakan sebagai orang yang

“beradab”, atau mencari “pahala” atau suatu “sangu” (tabungan) untuk nanti, akan

tetapi semua itu dilakukan dengan harapan atau maksud untuk “PENGUCAPAN

SYUKUR atau RASA TERIMA KASIH” kepada Tuhan Yang Maha Esa. Itu adalah inti

“panembah yang menyembah Gusti Ingkang Hakaryo Jagat Saisinipun”. Mengapa

Page 131: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 131 dari 164.

demikian? Ya, karena seluruh kehidupan kita sudah diatur dan diberkahi atau

diperlengkapi dengan sempurna oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Pengucapan syukur atau terima kasih kepada Sang Mutlak akan membawa

kita ke arah wening ing driya atau tubuh yang berserah dan hanya menghamba

kepada Tuhan Yang Maha Esa, pada akhirnya kita akan selalu berada pada titik

penyerahan diri secara total (golong gilig).

Segala yang ada pada hidup dan di kehidupan kita telah diatur oleh Tuhan

Yang Maha Kuasa. Kesehatan, kepandaian, ketenteraman, kehidupan yang

sejahtera lahir batin, dan seluruh kebahagaiaan yang melekat pada kehidupan kita

akan mengakibatkan dua hal:

1) Kita makin bersyukur, dan manembah secara benar “manut satataning

panembah” (menurut penyembahan yang benar kepada Sang Pencipta) sesuai

keyakinan dan kepercayaan kita, atau

2) Kita makin arogan, karena semuanya seolah-olah kita telah merencanakan,

sehingga lupa bahwa segala sesuatunya telah digariskan oleh Tuhan Yang

Maha Esa.

Kita tinggal menentukan atau memilah mana yang sesuai dengan hati nurani

terdalam kita (Nur Pepadhang), agar kita terhindar dari “murka” atau “perbuatan

tercela”. Orang akan dianggap sukses dalam menata hidupnya jika mampu

bersyukur dalam segala keadaan. Bersyukur dalam keadaan berbahagia atau

ketika sukses, berhasil atau memperoleh pangkat, derajat, harta dan kemakmuran

karena kerjakeras kita, itu sudah biasa.

Apakah kita juga masih sempat atau tetap bersyukur jika kita dalam suasana

kesedihan, duka cita, bencana, kegagalan, putus asa, kemalangan yang tak

kunjung usai, atau tertekan? Jika ya, maka kita telah lupa bahwa “segala sesuatu

ada waktunya” (nyokro manggilingan), seyogianya kita tetaplah “eling lan waspada”.

Eling di sini memberi pengertian bahwa “itu semua memang kehendak dan rencana

agung dari Tuhan Yang Maha Kuasa, agar kita tetap “waspada” artinya tetap “ingat

dan pasrah” kepada-Nya.

Sudah seharusnya dan selayaknya kita senantiasa bersyukur untuk setiap

apapun yang telah Tuhan berikan bagi kita. Ujian yang paling sulit adalah ketika

kita dalam keadaan bersuka cita atau bahagia, atau sejahtera. Jika kita terhanyut

Page 132: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 132 dari 164.

dan larut dalam suasana seperti itu dan lupa kepada Sang Pencipta, maka

sesungguhnya kita “tidak tahan uji atau tidaklulus ujian hidup kita”.

Kesedihan dan kesusahan selalu akan mengiringi sepanjang hidup kita, karena

itu jangan “semplah” (sedih berlarut-larut), sehingga kita tidak akan mampu

menggunakan “kawaskitan” (kepandaian atau kecerdasan spiritual) untuk

menyongsong dan menghadapi kehidupan kita. Akan lebih bijak jika kita “pasrah

lan sumendhe anamung dhumateng Gusti Ingkang Hakaryo Jagat Saisinipun”

(berserah, bersembah dan pasrah total kepada Tuhan Yang Maha Esa).

Hal itu dikenal sebagai “ilmu iklhas”, sebuah pencerahan dari Budi yang

senantiasa dicari oleh orang yang “sumelah” (berserah dan bersembah kepada

Tuhan Yang Maha Esa); sebuah ilmu dengan tataran paling tinggi. Jika kita sampai

pada tataran ini, maka “sejatining kayektenwus dhatan kasamaran”, (penyembahan

yang sesungguhnya sudah tidak asing lagi atau nyata).

Jika kita mampu menghindari semua perbuatan tercela, secara otomatis kita

akan dimasukkan dalam golongan orang “berbudi pekerti luhur”, tetapi bukan itu

masalah utamanya. Yang terpenting adalah semua yang kita lakukan tidak

mengharapkan pujian dari sesama, sebab jika itu yang kita kejar, maka kita sudah

mendapatkan. Apalah arti sebuah pujian dari lingkungan manusia karena

perbuatan baik kita. Segala perbuatan baik kita adalah pengucapan syukur yang

tulus dan ikhlas kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ciri utama keyakinan kita adalah Percaya, Mituhu, Manembah kanthi becik,

Ngedohi sak wernaning penggawe ala” (Percaya, Mengikuti Perintah Tuhan,

Bersembah sesuai tuntunan Budi, menjauhi segala tindak kejahatan dan

perbuatan tercela). Karena itu kita harus berdiri teguh dan tidak goyah akan

Kepercayaan kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Inilah kunci menghadapi

kehidupan dan mengelola hidup kita.

2. Makna Mematuhi Perintah Tuhan Yang Maha Esa

Perintah Tuhan diberikan bagi umat manusia dengan tujuan untuk

memberikan kebahagiaan, ketenangan dan kedamaian hidup kita. Lho, kok

demikian?

Keteraturan kehidupan ini tercipta oleh kuasa Tuhan agar kita mampu berada

di jalur yang benar sesuai kehendak-Nya. Bayangkan, seandainya tidak ada

Page 133: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 133 dari 164.

larangan, semua dibebaskan bagi kita untuk melakukan apapun sekehendak hati

maka ada berapa manusia lain yang akan menderita sengsara atau dirugikan oleh

perbuatan kita. Mari kita coba balik keadaan ini, orang lain di luar kita

memperlakukan kita dengan sekehendak hatinya, apakah kita akan merasa aman

damai sejahtera serta tidak ada gejolak dalam diri kita? Tentu tidak, bukan?

Kita belajar pada rambu-rambu lalu lintas, bayangkan jika seandainya tidak

ada rambu-rambu lalu lintas. Kekacauan dan keruwetan lalu lintas, bahkan akan

terjadi kecelakaan yang terus beruntun.Tentu kita tidak menginginkannya. Ya,

sesungguhnya kitapun berharap hidup kita tidak mengalami kekacauan, atau

ketidak tenangan atau ketidakberesan. Itulah fungsi utama peraturan, tata tertib,

norma, kaidah ataupun hukum baik tertulis maupun tidak. Keselarasan,

keseimbangan dan harmonisasi kehidupan merupakan target utama atau

fungsiserta peran Perintah dan Larangan Tuhan Yang Maha Esa.

1. Perintah

Segala sesuatu yang wajib dan harus dilakukan oleh kita (Penghayat

Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa):

a. Menyembah dan bersujud hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Memayu Hayuning Bawana.

c. Memayu Hayuning Pribadi.

d. Menjaga dan melestarikan hidup dan kehidupan, sebagai ungkapan

syukur.

e. Mengasihi sesama kita tanpa pamrih.

f. Mengasihi seluruh ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

g. Menjaga perdamaian dan keharmonisan seluruh alam semesta.

2. Larangan

a. Tidak berbakti atau menyembah selain Tuhan Yang Maha Esa.Merusak

atau menjadi perantara perusakan alam semesta dan seluruh ciptaan.

b. Mengobarkan hawa nafsu dan keserakahan.

c. Merusak hidup dan kehidupan diri pribadi, keluarga, masyarakat dan

seluruh umat di dunia.

d. Merusak dan melanggar norma kehidupan.

e. Membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Page 134: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 134 dari 164.

f. Membahayakan, merusak, dan menghilangkan hidup dan kehidupan

manusia.

F. Kegiatan Pembelajaran

Strategi Setiap Kegiatan Pembelajaran (3 x 45 menit)

No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Alat, Bahan, Media

Pendekatan, Model,

Metode

1. Pendahuluan: Doa Pembuka dipimpin Ketua Kelas

Guru memberi salam, mengecek kehadiran peserta didik dan menyiapkan

kondisi peserta didik.

Guru memberikan apersepsi dengan bertanya jawab kepada peserta didik.

Apersepsi: Apakah yang kalian ketahui tentang

materi pembelajaran pada pertemuan

kali ini.

Guru memberikan motivasi peserta didik

agar lebih bersemangat dalam

pembelajaran.

Guru menyampaikan garis besar tujuan pembelajaran.

30

menit

Manageme

n Kelas

PPT

LCD dan

Proyektor

Ceramah

2. Inti Mengamati :

Peserta didik melakukan kegiatan:

1. Mengamati, memperhatikan dengan

tekun dan semangat.

2. Mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru tentang materi pembelajaran.

3. Mencatat kata-kata sulit yang dirasakan

belum jelas dari penjelasan guru.

4. Melakukan kegiatan permainan atau

bermain peran sesuai materi ajar. 5. Memberikan penjelasan kepada teman

yang belum faham atau mengerti tentang

materi pelajaran pada pertemuan kali ini

dengan sopan, santun, sabar dan

dengan bahasa yang bermatabat.

Menanya : 1. Guru menanyakan kepada peserta didik

tentang hal-hal penting dari tayangan di

maksud tentang informasi apakah yang

terkandung dalam cerita atau tayangan.

2. Peserta didik mengajukan pertanyaan dengan sopan dan tertib tentang hal-hal

yang dirasa sukar atau sulit dipahami.

3. Guru memberikan penjelasan sesuai

pertanyaan peserta didik, serta

mengulangnya jika peserta didik belum

jelas.

70

menit

Bahan Ajar

Power Point

Laptop,

LCD,

Papan Tulis Alat tulis

Diskusi Tanya jawab Penayangan

Film Dokumenter dan sejenisnya.

Page 135: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 135 dari 164.

No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Alat, Bahan, Media

Pendekatan, Model,

Metode

4. Guru memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk bertanya tentang

kaitan materi pelajaran dalam

kehidupan sehari-hari terutama tentang

kendala atau hambatan yang dihadapi peserta didik, atau kesulitan yang

relevan dengan materi pelajaran.

5. Diskusi dan tanya jawab dilaksanakan

dalam suasana yang menyenangkan.

6. Guru mencatat aktivitas peserta didik dalam buku agenda pembelajaran

(catatan tentang Kompetensi Inti (KI) 1 dan 2): perilaku, sikap, tanggung jawab, sopan santun, kepedulian, norma dll.

7. Guru memberikan apresiasi

(penghargaan) kepada peserta didik yang

mampu menunjukkan nilai positif dari: sikap spiritual, sikap sosial,

pengetahuan dan keterampilan sesuai

ajaran Penghayat Kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa.

Mengumpulkan Informasi 1. Guru meminta peserta didik untuk

berkelompok dan melakukan

pengamatan tentang materi atau bahan

ajar yang diberikan guru dalam bentuk

tayangan video, gambar, hasil seni rupa,

dokumen, dan sejenisnya. 2. Peserta didik melakukan pengamatan,

memperhatikan dengan cermat

informasi penting dari bahan ajara yang

diberikan guru.

3. Mencari informasi penting baik di dalam ruang kelas, pada lingkungan

kesehariannya atau pada komunitas

penghayat, perpustakaan atau sumber

informasi lain yang layak dipercaya

(internet, media massa dll).

4. Mencatat dan meresume informasi penting yang relevan dengan materi

pelajaran hari ini.

5. Peserta didik melakukan kegiatan

literasi (studi pustaka) sesuai materi ajar

yang diberikan guru. 6. Peserta didik mencatat informasi yang

relevan untuk digunakan sebagai bahan

diskusi atau pengetahuan umum.

Mengasosiasi

1. Guru meminta peserta didik secara

berkelompok untuk mendiskusikan permasalahan yang timbul dari

informasi yang didapat, kemudian

mencari solusi atau pemecahan sesuai

budaya dan adat istiadat setempat.

Page 136: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 136 dari 164.

No Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu

Alat, Bahan, Media

Pendekatan, Model,

Metode

2. Peserta didik mencatat hasil diskusi

dengan baik sesuai kaidah berbahasa

Indonesia yang baik dan benar.

3. Peserta didik atau ketua kelompok

diskusi mengumpulkan hasil diskusi kelompok kepada guru dengan tepat

waktu dan sikap yang sopan.

4. Guru memberikan apresiasi untuk

peserta didik yang berprestasi baik.

5. Guru memberikan soal atau permasalahan lain yang relevan untuk

memberikan pengayaan dan atau

remediasi.

6. Peserta didik mengerjaran soal sesuai

perintah guru pada Lembar Kerja Peserta

atau Buku Tugas. Mengkomunikasikan :

1. Peserta didik melaporkan hasil diskusi

kelompok secara tertulis pada Lembar

Kegiatan Peserta atau Buku Tugas.

2. Guru memeberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempresentasikan

hasil diskusi kelompok.

3. Peserta secara bergiliran menayangkan

atau membacakan hasil diskusi

kelompoknya.

4. Peserta dari kelompok lain memberikan tanggapan atau sanggahan sesuai materi

ajar dengan baik dan benar dengan tetap

berperilaku sopan dan santun sesuai

karakter bangsa.

5. Guru memberikan klarifikasi dan penguatan dari hasil yang telah di

presentasikan.

6. Guru memberikan penilaian sekaligus

apresiasi untuk kelas yang

menyenangkan.

3. Penutup 1. Guru bersama peserta didik

menyimpulkan hasil pembelajaran ini. 2. Guru bersama dengan peserta didik

mereview atau mengingat kembali

mengenai apa saja yang telah dipelajari

dalam kegiatan hari ini.

3. Guru memberikan evaluasi dan memberikan tugas individu untuk

dikumpulkan pada pertemuan

berikutnya

4. Guru meminta peserta didik untuk

membaca materi pada pertemuan

berikutnya sesuai Bahan Ajar Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa (pembiasaan kegiatan literasi).

5. Doa Penutup dipimpin oleh Ketua Kelas

10

menit

Tanya

jawab/tes lisan

Tugas

mandiri

9. Tes Lisan

10. Penugasan

Page 137: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 137 dari 164.

G. Remidi dan Pengayaan

1. Karakter Penghayat Kepercayaan terhadapTuhan Yang Maha Esa

1. Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa

2. Pengakuan dan kesanggupan manembah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3. Membangun dan membina diri dalamnilai-nilai spiritual kearah Kesucian,

Moral dan Budi Luhur.

4. Mewujudkan persaudaraan antara sesama umat manusia atas dasar

cinta kasih.

5. Memenuhi kewajiban kemanusiaan dalam berbangsa dan bernegara.

6. Mempunyai integritas, tidak fanatic, selalu menambah pengetahuan

pengalaman lahir batin dalam masyarakat yang plural.

2. Arah Laku Penghayat

1. Memayu Hayuning Bawana,

Dilakukan dengan cara melindungi, memperindah alam dan dunia.

2. Hanggayuh Kasampunaning Urip

Membangun pribadi dalam kesempurnaan hidup.

3. Ngudi Sejatining Becik

Membangun kebersihan hati yang sejati.

4. Berbudi Bawa Leksana

Mempunyai budi luhur, berpikir besar, menjadi manusia panutan.

5. Nggayuh Dhuwur, Jembar Nalar, Jero Pikir

Bercita-cita tinggi, wawasan dan pengetahuannya luas, berpikir mendalam

dan matang.

3. Sikap Laku Penghayat

Membangun hati nurani dengan melatih sikap batin dalam :

1. Laku Sujud

2. Laku Spiritual

3. Laku Sosial.

4. Bekal Penghayat

1. Arah Laku Spiritual

Tekad – Keyakinan – Manembah

Page 138: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 138 dari 164.

a. Tekad adalah prose diri dalamlaku penghayatan kepada Tuhan Yang

Maha Esa dengan adanya Budi / Dzat Tuhan yang menempatkan

perilaku seseorang di jalan yang benar.

b. Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam martabat kesucian

yang nilainya berkembang dalam perilaku hidup seseorang ke arah

Sangkan Paran hidup itu sendiri.

c. Sikap Manembah adalah penyerahan diri kepada Tuhan Yang Maha

Esadengan kesadaran total – bertahap (fisik-mental-spiritual) dalam

perilaku hidup seseorang setelah menghayati sentuhanpertama dari

Dzat hidup atau dayanya Budi/pencerahan batin/cahaya Ketuhanan.

2. Sikap

Angan-angan, Rasa, Budi, Karsa

Mengedepankan hawa nafsu lahir batin-Cipta, Rasa dan Karsa yang

terbimbing dalam Dayanya Budi/Pencerahan Batin.

5. Manfaat Budi Pekerti

a. Membangun karakter anak bangsa.

Reaktualisasi kearifan –kearifan lokal.

b. Mengeleminasi pengaruh budaya global.

c. Membangun “Nasionalisme Indonesia Baru”

Mempunyai semangat kebangsaan dalam persaingan antar negara.

d. Mempertahankan jati diri bangsa.

Membangun nilai – nilai luhur bangsa.

Page 139: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 139 dari 164.

6. Peran Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

7. Peran Penghayat dalam Pendidikan

Membangun Kualitas Manusia Indonesia dengan Pendidikan Budi Pekerti

Luhur Nusantara harus memenuhi :

1. Kualitas Spiritual (Sesuai Sila Pertama Pancasila)

2. Kualitas Intelektual (Perkembangan Peradaban dalam Pendidikan)

3. Kualitas Social (Kearifan Lokal, Kearifan Nusantara)

4. Kualitas Berbangsa dan Bernegara (Wawasan Kebangsaan)

BUDAYA NASIONAL PENDIDIKAN NASIONAL

POTENSI NASIONAL

Penghayat Kepercayaan

terhadap Tuhan Yang

Maha Esa

GLOBALISASI

INTERAKSI AKAR BUDAYA

KEARIFAN LOKAL Kesadaran Utuh

Mesu Budi Penghayatan Pancasila Aplikasi Spiritual Sosial Kepribadian Indonesia

(Budi Luhur)

Memayu Hayu Diri (Wasesa)

Memayu Hayu Sesama (Hamisesa)

Memayu Hayu Bawana

(Wicaksana)

PENDIDIKAN

BUDI PEKERTI

NASIONAL /

INTERNASIONAL

Pondasi Watak Ke Indonesiaan

Menjadi

Manusia yang

berkualitas /

Kompeten

PE NYU LUH

Page 140: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 140 dari 164.

H. LATIHAN

Bacalah dengan cermat materi Bahan Ajar Larangan dan Kewajiban ini sebelum Anda menjawab soal berikut, karena materi soal ini berdasarkan Text Book (Bacaan Wajib)! 1. Berikut adalah tindakan yang merupakan perbuatan tercela bagi kaum

Penghayat. A. Mencontek.

B. Mengumpat karena kecewa. C. Marah – marah tanpa sebab yang jelas. D. Masuk ruang kelas tanpa memberikan salam.

E. Berlalu tanpa permisi di depan Orang Tua yang sedang duduk.

2. Perbuatan mulia atau perilaku luhur Budi yang terutama tercermin dalam .... A. menjaga diri (memayu hayuning diri). B. tindakan sopan santun, berbudi bawa leksana.

C. menjaga kedamaian, keamaanan dan ketertiban masyarakat. D. menjaga dan melestarikan alam semesta (Memayu Hayuning Bawana). E. menjaga kehormatan diri, keluarga, masyarakat dan bangsa Indonesia di

dalam semua aspek kehidupannya.

3. Setiap perbuatan baik yang kita lakukan, sesungguhnya adalah .... A. Mencari pahala. B. Mendapatkan pujian dari sesama.

C. Pengucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. D. Bekal kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai azas Kepercayaan. E. Bukti relegiusitas kita yang telah mencapai tahapan wening nalar dan

wening rasa.

4. Ciri utama yang dimiliki oleh Penghayat dengan Martabat Spiritual tertinggi adalah .... A. Perbuatan baik dilakukan dengan kesadaran penuh (wening nala lan

driya, pikiran dan diri pribadi), ikhlas trusing bathos (tulus dan suci sampai ke hati nurani), yang disertai dengan tindakan nyata.

B. Perbuatan baik harus dilakukan dengan kesadaran penuh (wening nala lan driya, pikiran dan diri pribadi), ikhlas trusing bathos (tulus dan suci

sampai ke hati nurani), yang disertai dengan tindakan nyata. Akan lebih mulia (luhur Budi), jika dilakukan dalam kerangka menjaga “Rahayuning Sesama” (kedamaian khak yang menjadi milik sesama umat, manusia).

C. Laku sujud dengan kesadaran penuh (wening nala lan driya, pikiran dan

diri pribadi), ikhlas trusing bathos (tulus dan suci sampai ke hati nurani), yang disertai dengan tindakan nyata, akan lebih mulia (luhur Budi), jika dilakukan dalam kerangka menjaga “Rahayuning Sesama” (kedamaian

khak yang menjadi milik sesama umat, manusia) juga Manunggaling Kawula Gusti.

D. Manembah harus dilakukan dengan kesadaran penuh (wening nala lan driya, pikiran dan diri pribadi), ikhlas trusing bathos (tulus dan suci

Page 141: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 141 dari 164.

sampai ke hati nurani), yang disertai dengan tindakan nyata, akan lebih

mulia (luhur Budi), jika dilakukan untuk menjaga “Rahayuning Sesama” (kedamaian khak yang menjadi milik sesama umat, manusia) dalam

rangka Manunggaling Kawula Gusti. E. Nalar dan pikiran harus dilakukan dengan kesadaran penuh (wening nala

lan driya, pikiran dan diri pribadi), ikhlas trusing bathos (tulus dan suci sampai ke hati nurani), yang disertai dengan tindakan, akan lebih mulia (luhur Budi), jika dilakukan dalam kerangka menjaga “Rahayuning

Sesama” (kedamaian khak yang menjadi milik sesama umat, manusia), serta Manunggaling Kawula Gusti.

5. Segala yang ada pada hidup dan di kehidupan kita telah diatur oleh Tuhan

Yang Maha Kuasa. Kesehatan, kepandaian, ketenteraman, kehidupan yang

sejahtera lahir batin, dan seluruh kebahagaiaan yang melekat pada kehidupan kita akan mengakibatkan hal positif: A. Kita makin bersyukur, dan manembah secara benar “manut satataning

panembah” (menurut penyembahan yang benar kepada Sang Pencipta) sesuai keyakinan dan kepercayaan kita.

B. Kita tak perlu bersyukur, dan manembah secara benar “manut satataning pangreh” (menurut kebenaran kita dan penyembahan yang benar kepada

sang penguasa) sesuai keyakinan dan kepercayaan kita. C. Kita bersyukur dan manembah “manut satataning panembah” (menurut

penyembahan yang benar kepada sang pencipta) sesuai keyakinan dan kepercayaan kita tak peduli kesehatan dan keaadaan kita.

D. Kita makin bersyukur, dan manembah secara tepat “manut pranataning panembah” (menurut aturan penyembahan yang benar kepada sang penguasa) sesuai keyakinan, kepercayaan, kepandaian dan kepribadian

kita. E. Kita makin bangga ketika bersyukur, dan manembah secara benar “manut

satataning panembah” (menurut penyembahan yang benar kepada sang pecinta) sesuai keyakinan, kepercayaan dan kepribadian dan kepandaian kita.

6. Perintah Tuhan diberikan bagi umat manusia dengan tujuan untuk ….

A. memberikan ketenangan dan kedamaian hidup kita. B. memberikan kebahagiaan, dan kedamaian hidup kita. C. memberikan ketenteraman dan kebahagiaan hidup kita.

D. memberikan kebahagiaan, ketenteraman, dan ketenangan hidup kita. E. memberikan kebahagiaan, ketenangan, ketenteraman dan kedamaian

hidup kita.

7. Keteraturan kehidupan ini tercipta oleh kuasa Tuhan dengan tujuan agar kita

mampu …. A. menentukan yang benar sesuai kehendak-nya. B. memilih jalur yang benar sesuai kehendak-nya.

C. menempati jalur yang benar sesuai kehendak-nya. D. berada pada jalur yang benar sesuai kehendak-Nya.

E. Agar kita mampu berada di jalur yang benar sesuai kehendak-nya.

Page 142: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 142 dari 164.

8. Fungsi dan peran utama peraturan, tata tertib, norma, kaidah ataupun hukum baik tertulis maupun tidak bagi Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa adalah …. A. Keselarasan dan harmonisasi kehidupan sesuai Perintah dan Larangan

Tuhan Yang Maha Esa.

B. Keseimbangan dan harmonisasi kehidupan sesuai Perintah dan Larangan Tuhan Yang Maha Esa.

C. Keselarasan, keseimbangan dan harmonisasi kehidupan sesuai Perintah dan Larangan Tuhan Yang Maha Esa.

D. Keselarasan, keseimbangan, harmonisasi, dan peran aktif kehidupan

manusia sesuai Perintah dan Larangan Tuhan Yang Maha Esa. E. Keselarasan, keseimbangan, harmonisasi, kesenjangan dan peran aktif

kehidupan manusia sesuai Perintah dan Larangan Tuhan Yang Maha Esa.

9. Untuk soal nomor 9 dan 10, perhatikan pernyataan berikut!

“Apakah kita juga masih sempat atau tetap bersyukur jika kita dalam suasana kesedihan, duka cita, bencana, kegagalan, putus asa, kemalangan yang tak kunjung usai, atau tertekan? Jika ya, maka kita telah lupa bahwa

segala sesuatu ada waktunya (nyokro manggilingan), seyogianya kita tetaplah eling lan waspada”.

Kata eling di sini memberi pengertian bahwa:

A. Segala sesuatu yang terjadi di dunia memang kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.

B. Segala sesuatu yang terjadi di dunia memang kehendak dan rencana agung dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

C. Segala sesuatu yang terjadi di dunia memang kehendak dan rencana agung dari Tuhan Yang Maha Kuasa, tanpa melibatkan manusia.

D. Segala sesuatu yang terjadi di dunia memang kehendak dan rencana

agung dari Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan melibatkan manusia sebagai pelakunya.

E. Segala sesuatu yang terjadi di dunia memang kehendak dan rencana agung dari Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan tujuan untuk memberikan ketenaran dan derajat atau martabat spiritual umat manusia.

10. Kata waspada memberi pengertian bahwa:

A. Anugerah dan bencana adalah kehendak-Nya, kita mesti tabah menjalani

sesuai rencana agung dari Tuhan Yang Maha Kuasa, agar kita tetap “waspada” artinya tetap “ingat dan pasrah” kepada-Nya.

B. Anugerah dan bencana adalah hukuman-nya, kita mesti tabah menjalani sesuai rencana agung dari Tuhan Yang Maha Kuasa, agar kita tak perlu “was-was” artinya tetap “ingat dan tahu” kepada-nya.

C. Anugerah dan bencana adalah hukuman-nya, kita mesti tekun menjalani sesuai rencana agung dari Tuhan Yang Maha Kuasa, agar kita tetap “hati-

hati” artinya tetap “ingat, pasrah, dan manembah” kepada-nya. D. Anugerah dan bencana adalah kehendak-nya, kita mesti tabah menjalani

sesuai rencana agung dari Tuhan Yang Maha Kuasa, agar kita tetap

Page 143: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 143 dari 164.

“bertekun dan selalu taat” artinya tetap “ingat, pasrah dan manembah”

kepada-nya. E. Anugerah dan bencana adalah kehendak-nya, kita mesti tabah menjalani

sesuai rencana agung dari Tuhan Yang Maha Kuasa, agar kita tetap “bertekun dan selalu taat” artinya tetap “ingat, pasrah, sujud dan manembah” kepada-nya.

Kunci Jawaban 1. E 2. D

3. C 4. B

5. A 6. E 7. D

8. C 9. B 10. A

Kriteria Penilaian

Setiap soal diberikan skor = 1 (satu), sehingga skor total = 10. Nilai Akhir NA = 10 x Skor Maksimal = 10 x 10 = 100 (seratus).

Page 144: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 144 dari 164.

I. Evaluasi / Penugasan

Silakan Anda membuat KARYA TULIS atau PUISI (individual)

dengan judul: “MENJADI MANUSIA SEUTUHNYA DALAM

MEMAYU HAYUNING BAWANA”

Kriteria Karya Tulis

1. Tidak mengandung unsur SARA, Kekerasan, Pornografi, Agitasi dan kejahatan

lain.

2. Ketik Komputer, menggunakan kaidah penulisan karya ilmiah dalam Bahasa

Indonesia Baku (EYD).

3. Huruf Times New Roman 12 pt, (kecuali Halaman Judul, lay out bebas)

4. Spasi 1,5 cm.

5. Margin kiri: 2,5 cm, margin kanan; 2 cm; margin atas: 2 cm; margin bawah:

2 cm.

6. Ukuran kertas A4 (kwarto).

7. Minimal 10 halaman (tidak termasuk halaman sampul).

8. Ketikan hitam putih (sampul boleh berwarna).

9. Tuliskan Sumber Referensinya jika bukan karangan sendiri (jangan mengambil

dari Bahan Ajar ini).

10. Dikumpulkan paling lambat, hari terakhir PBM sebelum PKK (UKK), Kenaikan

Kelas.

Kriteria Penulisan PUISI

1. Kriteria penulisan, harus memenuhi kriteria Karya Tulis (7.1) di atas;

kecuali poin 7: minimal 3 halaman.

2. Puisi di tulis pada halaman 1 (satu), setelah halaman judul.

3. Puisi hasil karya pribadi dan belum pernah di publikasikan dalam bentuk

apapun (Fresh from di oven). Contoh publikasi :

1. Cetak (buku, leaflet, koran, majalah, tabloid, selebaran dan sejenisnya).

2. Elektronik/IT dan sejenisnya : WA, SMS, FB, Email, Blog, dsb.

Page 145: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 145 dari 164.

4. Halaman ke dua dst, tiap halaman berisi penjelasan untuk tiap bait puisi. (Jika

jumlah bait kurang dari 3; maka perlu penjelasan kata – kata yang digunakan

(glosarium/kamus) dsb.

5. Puisi harus dilengkapi dengan penjelasan, uraian atau pemahaman tentang

maksud, makna, penggunaan kata dan dasar pemikiran.

Kriteria Penilaian Penugasan

Penilaian dilakukan terhadap aspek:

1. Originalitas (Keaslian Karya).

2. Tampilan dan redaksional.

3. Isi, kedalaman dan keluasan materi

4. Ketepatan pengumpulan tugas.

5. Skala Penilaian :

1.1. Sangat Memuaskan : A = 96 – 100

1.2. Memuaskan A- = 91 – 95

1.3. Baik Sekali B+ = 86 – 90

1.4. Baik B = 80 – 85

1.5. Cukup B- = 76 – 79

1.6. Gagal C < 76

Page 146: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 146 dari 164.

DAFTAR PUSTAKA

Astiyanto,Heniy. 2006. Filsafat Jawa: Menggali Butir-Butir Kearifan Lokal.

Yogyakarta: Warta Pustaka.

Basuki, Hertoto, 2015. Mengenal Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

Semarang, Mimbar.

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Sumatera Selatan, Sejarah Daerah

Sumatera Selatan. 1991/1992.

Endraswara, Suwardi (2013). Memayu Hayuning Bawana. Yogyakarta: Narasi.

Gadjahnata, 1986. Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatera selatan, Jakarta:

Universitas Indonesia 1986

Hanafiah, Djohan, tt. Pemerintah Kota Madya Daerah Tingkat II Palembang.

Palembang

Mahmud, Kiagus Imran.2004. Sejarah Palembang.Palembang: Anggrek

Novita, Aryandini, 2007. Berita Penelitian Arkeologi, Palembang

Sarage, Meriati S dkk,2002. Buku Panduan Museum Negeri Sumatera Selatan.

Palembang Sumatera Selatan.

Suan, Ahmad Bastari, dkk, Lampik Mpat Mardike Duwe, Pagaralam 2008

Utomo, Bambang, Budi,2008.Cheng Ho diplomasi Kebudayaanya di Palembang,

Palembang

Yanti, Novi, Kepercayaan dari Zaman Prasejarah sampai Zaman Kemerdekaan,

Palembang, 2013.

http://uun-halimah.blogspot.com./2007/12/bunga-bunga-mayang-sumatera-

selatan.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Sumatera_Selatan

http://naomiputri.blogspot.com/2009/01/kolonial.html

http://gurumuda.com/bse/search/animisme+dinamisme+totemisme

Page 147: mgmpsaptadarma.files.wordpress.com€¦ · BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 1 dari 164. BAB I SEJARAH KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA

BAHAN AJAR PENGHAYAT KEPERCAYAAN KELAS XII – SMA/SMK – 2017 Halaman 147 dari 164.

BIODATA PENULIS

1. Nama Lengkap : Drs. WIDODO SIH MIRMANTO 2. Jenis Kelamin : Laki – laki

3. Tempat Tanggal Lahir : Temanggung, 18 Juli 1960 4. Organisasi : SMK Negeri 7 Semarang 5. Jabatan di Organisasi : Staf WK 1 Bidang Kurikulum

6. Pekerjaan : Guru PNS SMK Negeri 7 Semarang 7. Pendidikan Terakhir : Sarjana S1

8. Nomor Telepon / HP : 081325155391 (WA, FB);082242151065 (hp). 9. Surat Elektronik : [email protected];

[email protected]

10. Alamat Rumah : Jl. Taman Parkit No. 15, RT 01 / RW 04, Mangunharjo, Kecamatan Tembalang,

Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah.

11. Alamat Organisasi : Jalan Simpang Lima, Semarang. 12. Pengalaman :

1. Instruktur Provinsi Jawa Tengah Kurikulum 2006, Tahun 2006 s.d. 2013

2. Instruktur Nasional Fisika Vokasi, Tahun 2012

s.d. 2016 3. Instruktur Nasional Guru Pembelajar Fisika

SMK, Tahun 2016 s.d. 2017.

4. Assesor Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa Tahun 2016 s.d. 2019.

5. Instruktur Kota Semarang Kurikulum 2013, Tahun 2016 s.d. 2017.

6. Penyusun Kompetensi Dasar Fisika SMK 2015.

7. Penyusun Bahan Ajar Penghayat, 2016 s.d. 2017

8. Pelatihan Kurikulum SMK, Tahun 2000 s.d. 2017.

9. Pelatihan Fisika Kebumian, LIPI, 2010.

10. Pelatihan “Improving Decision Making Through Mixed Research Approach”, SEAMEO VOCTEC,

Gadong, Brunei Darussalam, 2-14 April 2012.