Upload
wulan-sari-cahyani
View
217
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
xasdas
Citation preview
Jadwal Pemberian Imunisasi Bayi
Jenis Vaksin
Umur Pemberian Vaksinasi Bulan Tahun LHR 1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 24 3 5 6 7 10 12 18
B C G 1 Kali Hepatitis B 1 2 Polio 1 2 3 4 5 D P T 1 2 3 4 5 6 (td) 7 (td) Campak 1 5 Hib 1 2 3 4 Pneumokokus 1 2 3 4 Influenza Diberikan 1 kali dalam 1 tahun Varisela 1 kali M M R 1 2 Tifoid Setiap 3 tahun Hepatitis A 2 kali - interval 6-12 bulan H P V 3 kali
Keterangan:
Imunisasi BCG: Ditujukan untuk memberikan kekebalan bayi terhadap bakteri tuberkolosis (TBC)
Imunisasi DPT: Memberikan kekebalan bagi bayi terhadapat penyakit Dipteri, Pertusis (batuk rejan) dan tetanus.
Imunisasi Polio: Memberikan kekebalan bagi bayi terhadap penyakit polio (kelumpuhan)
Imunisasi Hib: Mencegah bayi terkena infeksi Haemophils influenza tipe b yang dapat menyebabkan penyakit meningitis, infeksi tenggorokan dan pnemonia. Imunisasi Hib ini sangat mahal, maka belum di wajibkan.
Imunisasi Pneumokokus: melindung bayi dari bakteri penyebab infeksi pada telinga. Selain itu bakteri ini bisa menimbulkan permasalah serius seperti meningits dan infeksi pada darah (bakteremia)
Sumber : Jadwal Pemberian Imunisasi Bayi
DERMATITIS ATOPIK
memiliki eksim, atau lebih baik disebut dermatitis atopik. Ini adalah jenis alergi, seperti demam atau asma, namun tidak seperti gangguan alergi lainnya, tidak ada bagi anak untuk menghindari. Kebanyakan ahli kulit akan mengatakan bahwa tes kulit tidak membantu karena alergen tidak dapat ditemukan.Dermatitis atopik tampak sebagai kemerahan, scaling, dan penebalan kulit, yang disebut lichenifikasi. Hal ini paling sering di bagian belakang leher, belakang siku, dan di belakang lutut. Tidak ada lesi primer nyata; yang, anak mungkin gatal tapi tidak ada yang melihat sampai daerah tergores atau digosok. Selain tanda goresan atau
kemerahan digosok, kulit mungkin mulai menunjukkan lepuh krusta dan air (vesikel). Kadang-kadang, bahkan mungkin ada pustula sebagai bagian dari infeksi bakteri sekunder. Dermatitis atopik dapat terlihat berbeda dalam penampilan dalam kelompok usia yang berbeda. Pada bayi dan balita, kemerahan dan scaling mungkin di pipi, lengan, dan kaki, atau bahkan di bagasi. Dermatitis atopik infantil dapat hadir untuk waktu yang singkat. Tidak ada cara untuk mengetahui apakah ini adalah munculnya hanya dari dermatitis atopik atau apakah anak akan memiliki masalah kulit selama bertahun-tahun. Sebagai anak laki-laki atau perempuan tumbuh lebih tua, daerah yang lebih tradisional (leher, siku, dan lutut) menjadi terlibat.''
Ada tanda-tanda karakteristik pasien atopik. Sebagai contoh: Ketika mata yang digosok terlalu banyak, mereka dapat mengembangkan garis disebut Dennie-Morgan baris, atau kegelapan yang disebut "wajah rakun". Menggosok berlebihan dari bibir - menyebabkan retak dan kemerahan, yang disebut "sindrom mulut berkerut." Pada anak yang lebih atau ketika kondisi tidak aktif, kulit mungkin saja kering dengan skala ringan, kulit sensitif yaitu.'' Dermatitis atopik mungkin bingung dengan beberapa kondisi kulit lainnya. Sebagai contoh, neurodermatitis tampak sama, tetapi dibedakan dari dermatitis atopik oleh fakta bahwa tidak ada riwayat alergi pada anak atau di / keluarganya. Dermatitis seboroik muncul pada kulit kepala (ketombe), antara kedua alis, sekitar hidung, dan di belakang telinga. Dermatitis kontak, seperti poison ivy, tidak akan menjadi simetris dan mungkin berumur pendek. Kurap (tinea corporis) memiliki batas yang tajam dengan pembukaan pusat.'' Bagian terpenting dari pengobatan adalah menghindari iritasi lebih dari kulit. Air panas yang berlebihan bisa memicu siklus gatal-awal, sedangkan penggunaan sabun harus dibatasi ke daerah-daerah kritis. Wol Unworstered seringkali memicu iritasi lebih lanjut. Wol juga dapat ditemukan di tempat lain, di lotion dan krim. Alkohol Wol adalah nama lain untuk lanolin. Itulah sebabnya lotion Cetaphil atau krim, yang tidak mengandung iritasi, membuat agen pelumas yang baik. Hari ini Pengobatan melibatkan dua jenis obat: kortikosteroid dan imunomodulator. Lotion steroid, krim, atau salep akan mengurangi gatal dan kemerahan. Sebagai alternatif, Immunomodulators baru bekerja dengan baik pada anak-anak kebanyakan. Pil steroid atau steroid injeksi harus disediakan untuk situasi yang ekstrim dan berat bakat-up. Kedua jenis obat ini aman bila digunakan dengan tepat. Jangan takut dari steroid jangka, ini adalah kortikosteroid, bukan anabolic steroids digunakan oleh atlet. Bila menggunakan lotion atau krim steroid, tidak berlaku pada saat yang sama seperti lotion pelumas, karena ini akan mengencerkan bahan aktif dan membuat steroid kurang efektif. Mandi koloid sering membantu dalam fase akut untuk mengurangi gatal. Antihistamin oral membuat pasien mengabaikan gatal tetapi mereka tidak memperlakukan masalah mendasar. Baik mempengaruhi perjalanan penyakit, mereka hanya mengurangi gejalanya.''
Gejala-gejala dermatitis atopik cenderung datang dan pergi sendiri. Beberapa anak akan mengatasi itu sementara yang lain akan terus diganggu oleh selama bertahun-tahun yang akan datang. Anda harus ingat ini adalah penyakit terkendali.-..
Dermatitis atopik kadang muncul pada beberapa bulan pertama setelah bayi lahir. Pada wajah, kulit kepala, daerah yang tertutup popok, tangan, lengan, kaki atau
tungkai bayi terbentuk ruam berkeropeng yang berwarna merah dan berair. Dermatitis seringkali menghilang pada usia 3-4 tahun, meskipun biasanya akan
muncul kembali.
Pada anak-anak dan dewasa, ruam seringkali muncul dan kambuh kembali hanya pada 1 atau beberapa daerah, terutama lengan atas, sikut bagian depan atau di belakang lutut.
Warna, intensitas dan lokasi dari ruam bervariasi, tetapi selalu menimbulkan gatal-gatal.
Rasa gatal seringkali menyebabkan penggarukan yang tak terkendali sehingga penyakitnya semakin buruk.
Penggarukan dan penggosokan juga bisa merobek kulit dan menciptakan jalan masuk untuk bakteri sehingga terjadi infeksi.'' Dengan alasan yang belum pasti, penderita dermatitis atopik jangka panjang kadang mengalami katarak pada usia 20-30an tahun. Pada penderita dermatitis atopik, herpes simpleks yang biasanya hanya menyerang daerah yang kecil dan ringan, bisa menyebabkan penyakit serius berupa eksim dan demam tinggi (eksim herpetikum).
http://penyakitwaswas.blogspot.com/2012/03/gejala-penyakit-dermatitis-atopik-pada.html
Dermatitis Atopik Pada Anakhttp://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/05/17/dermatitis-atopik/
Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit kulit reaksi inflamasi yang didasari oleh faktor
herediter dan faktor lingkungan, bersifat kronik residif dengan gejala eritema, papula,
vesikel, kusta, skuama dan pruritus yang hebat. Bila residif biasanya disertai infeksi, atau
alergi, faktor psikologik, atau akibat bahan kimia atau iritan.
Dermatitis atopik atau eksema adalah peradangan kronik kulit yang kering dan gatal yang
umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak. Eksema dapat menyebabkan gatal yang
tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur. Penyakit ini dialami sekitar 10-20%
anak. Umumnya episode pertama terjadi sebelum usia 12 bulan dan episode-episode
selanjutnya akan hilang timbul hingga anak melewati masa tertentu. Sebagian besar anak
akan sembuh dari eksema sebelum usia 5 tahun. Sebagian kecil anak akan terus
mengalami eksema hingga dewasa.
Penyakit ini dinamakan dermatitis atopik oleh karena kebanyakan penderitanya
memberikan reaksi kulit yang didasari oleh IgE dan mempunyai kecenderungan untuk
menderita asma, rinitis atau keduanya di kemudian hari yang dikenal sebagai allergic
march. Walaupun demikian, istilah dermatitis atopik tidak selalu memberikan arti bahwa
penyakit ini didasari oleh interaksi antigen dengan antibodi. Nama lain untuk dermatitis
atopik adalah eksema atopik, eksema dermatitis, prurigo Besnier, dan neurodermatitis.
Diperkirakan angka kejadian di masyarakat adalah sekitar 1-3% dan pada anak < 5 tahun
sebesar 3,1% dan prevalensi DA pada anak meningkat 5-10% pada 20-30 tahun terakhir.
Sangat mungkin peningkatan prevalensi ini berasal dari faktor lingkungan, seperti bahan
kimia industri, makanan olahan, atau benda asing lainnya. Ada dugaan bahwa
peningkatan ini juga disebabkan perbaikan prosedur diagnosis dan pengumpulan data.
PATOGENESIS
Sampai saat ini etiologi maupun mekanisme yang pasti DA belum semuanya diketahui, demikian
pula pruritus pada DA. Tanpa pruritus diagnosis DA tidak dapat ditegakkan. Rasa gatal dan rasa
nyeri sama-sama memiliki reseptor di taut dermoepidermal, yang disalurkan lewat saraf C tidak
bermielin ke saraf spinal sensorik yang selanjutnya diteruskan ke talamus kontralateral dan
korteks untuk diartikan. Rangsangan yang ringan, superfisial dengan intensitas rendah
menyebabkan rasa gatal, sedangkan yang dalam dan berintensitas tinggi menyebabkan rasa nyeri.
Sebagian patogenesis DA dapat dijelaskan secara imunologik dan nonimunologik.
Multifaktor DA mempunyai penyebab multi faktorial antara lain faktor genetik, emosi,
trauma, keringat, imunologik
Respon Imun Sistemik Terdapat IFN-g yang menurun. Interleukin spesifik alergen yang
diproduksi sel T pada darah perifer (interleukin IL-4, IL-5 dan IL-13) meningkat. Juga terjadi
Eosinophilia dan peningkatan IgE.
Imunopatologi Kulit Pada DA, sel T yang infiltrasi ke kulit adalah CD45RO+. Sel T ini
menggunakan CLA maupun reseptor lainnya untuk mengenali dan menyeberangi
endotelium pembuluh darah. Di pembuluh darah perifer pasien DA, sel T subset CD4+
maupun subset CD8+ dari sel T dengan petanda CLA+CD45RO+ dalam status teraktivasi
(CD25+, CD40L+, HLADR+). Sel yang teraktivasi ini mengekspresikan Fas dan Fas ligand
yang menjadi penyebab apoptosis. Sel-sel itu sendiri tidak menunjukkan apoptosis karena
mereka diproteksi oleh sitokin dan protein extracellular matrix (ECM). Sel-sel T tersebut
mensekresi IFN g yang melakukan upregulation Fas pada keratinocytes dan
menjadikannya peka terhadap proses apoptosis di kulit. Apoptosis keratinocyte diinduksi
oleh Fas ligand yang diekspresi di permukaan sel-sel T atau yang berada
di microenvironment
Respon imun kulit Sel-sel T baik subset CD4+ maupun subset CD8+ yang diisolasi dari
kulit (CLA+ CD45RO+ T cells) maupun dari darah perifer, terbukti mensekresi sejumlah
besar IL-5 dan IL-13, sehingga dengan kondisi ini lifespan dari eosinofil memanjang dan
terjadi induksi pada produksi IgE. Lesi akut didominasi oleh ekspresi IL-4 dan IL-13,
sedangkan lesi kronik didominasi oleh ekspresi IL-5, GM-CSF, IL-12, dan IFN-g serta
infiltrasi makrofag dan eosinofil.
Genetik Pengaruh gen maternal sangat kuat. Ada peran kromosom 5q31-33, kromosom
3q21, serta kromosom 1q21 and 17q25. Juga melibatkan gen yang independen dari
mekanisme alergi. Ada peningkatan prevalensi HLA-A3 dan HLA-A9. Pada umumnya
berjalan bersama penyakit atopi lainnya, seperti asma dan rhinitis. Resiko seorang kembar
monosigotik yang saudara kembarnya menderita DA adalah 86%.
Reaksi imunologis DA
Sekitar 70% anak dengan DA mempunyai riwayat atopi dalam keluarganya seperti asma bronkial,
rinitis alergi, atau dermatitis atopik. Sebagian besar anak dengan DA (sekitar 80%), terdapat
peningkatan kadar IgE total dan eosinofil di dalam darah. Anak dengan DA terutama yang moderat
dan berat akan berlanjut dengan asma dan/atau rinitis alergika di kemudian hari (allergic march),
dan semuanya ini memberikan dugaan bahwa dasar DA adalah suatu penyakit atopi.
Ekspresi sitokin
Keseimbangan sitokin yang berasal dari Th1 dan Th2 sangat berperan pada reaksi inflamasi
penderita Dermatitis Atopik (DA). Pada lesi yang akut ditandai dengan kadar Il-4, Il-5, dan Il-13
yang tinggi sedangkan pada DA yang kronis disertai kadar Il-4 dan Il-13 yang lebih rendah, tetapi
kadar Il-5, GM-CSF (granulocyte-macrophage colony-stimulating factor), Il-12 dan INFg lebih tinggi
dibandingkan pada DA akut.
Anak dengan bawaan atopi lebih mudah bereaksi terhadap antigen lingkungan (makanan dan
inhalan), dan menimbulkan sensitisasi terhadap reaksi hipersentivitas tipe I. Imunitas seluler dan
respons terhadap reaksi hipersensitivitas tipe lambat akan menurun pada 80% penderita dengan
DA, akibat menurunnya jumlah limfosit T sitolitik (CD8+), sehingga rasio limfosit T sitolitik (CD 8+)
terhadap limfosit T helper (CD4+) menurun dengan akibat kepekaan terhadap infeksi virus,
bakteri, dan jamur meningkat.
Di antara mediator yang dilepaskan oleh sel mast, yang berperan pada pruritus adalah vasoaktif
amin, seperti histamin, kinin, bradikinin, leukotrien, prostaglandin dan sebagainya, sehingga dapat
dipahami bahwa dalam penatalaksanaan DA, walaupun antihistamin sering digunakan, namun
hasilnya tidak terlalu menggembirakan dan sampai saat ini masih banyak silang pendapat para
ahli mengenai manfaat antihistamin pada DA.
Trauma mekanik (garukan) akan melepaskan TNF-a dan sitokin pro inflammatorylainnya di
epidermis, yang selanjutnya akan meningkatkan kronisitas DA dan bertambah beratnya eksema.
Antigen Presenting Cells
Kulit penderita DA mengandung sel Langerhans (LC) yang mempunyai afinitas tinggi untuk
mengikat antigen asing (Ag) dan IgE lewat reseptor FceRI pada permukaannya, dan beperan untuk
mempresentasikan alergen ke limfosit Th2, mengaktifkan sel memori Th2 di kulit dan yang juga
berperan mengaktifkan Th0 menjadi Th2 di dalam sirkulasi.
Faktor non imunologis
Faktor non imunologis yang menyebabkan rasa gatal pada DA antara lain adanya faktor genetik,
yaitu kulit DA yang kering (xerosis). Kekeringan kulit diperberat oleh udara yang lembab dan
panas, banyak berkeringat, dan bahan detergen yang berasal dari sabun. Kulit yang kering akan
menyebabkan nilai ambang rasa gatal menurun, sehingga dengan rangsangan yang ringan seperti
iritasi wol, rangsangan mekanik, dan termal akan mengakibatkan rasa gatal.
FAKTOR-FAKTOR PENCETUS
Makanan
Berdasarkan hasil Double Blind Placebo Controlled Food Challenge (DBPCFC), hampir 40% bayi dan
anak dengan DA sedang dan berat mempunyai riwayat alergi terhadap makanan. Bayi dan anak
dengan alergi makanan umumnya disertai uji kulit (skin prick test) dan kadar IgE spesifik positif
terhadap pelbagai macam makanan. Walaupun demikian uji kulit positif terhadap suatu makanan
tertentu, tidak berarti bahwa penderita tersebut alergi terhadap makanan tersebut, oleh karena itu
masih diperlukan suatu uji eliminasi dan provokasi terhadap makanan tersebut untuk menentukan
kepastiannya.
Alergen hirup
Alergen hirup sebagai penyebab DA dapat lewat kontak, yang dapat dibuktikan dengan uji tempel,
positif pada 30-50% penderita DA, atau lewat inhalasi. Reaksi positif dapat terlihat pada alergi
tungau debu rumah (TDR), dimana pada pemeriksaan in vitro (RAST), 95% penderita DA
mengandung IgE spesifik positif terhadap TDR dibandingkan hanya 42% pada penderita asma di
Amerika Serikat. Perlu juga diperhatikan bahwa DA juga bisa diakibatkan oleh alergen hirup lainnya
seperti bulu binatang rumah tangga, jamur atau ragweed di negara-negara dengan 4 musim.
Infeksi kulit
Penderita dengan DA mempunyai tendensi untuk disertai infeksi kulit oleh kuman
umumnya Staphylococcus aureus, virus dan jamur. Stafilokokus dapat ditemukan pada 90% lesi
penderita DA dan jumlah koloni bisa mencapai 107 koloni/cm2 pada bagian lesi tersebut. Akibat
infeksi kuman Stafilokokus akan dilepaskan sejumlah toksin yang bekerja sebagai
superantigen, mengaktifkan makrofag dan limfosit T, yang selanjutnya melepaskan histamin. Oleh
karena itu penderita DA dan disertai infeksi harus diberikan kombinasi antibiotika terhadap kuman
stafilokokus dan steroid topikal.
MANIFESTASI KLINIS
Umumnya gejala DA timbul sebelum bayi berumur 6 bulan, dan jarang terjadi di bawah
usia 8 minggu. Dermatitis atopik dapat menyembuh dengan bertambahnya usia, tetapi
dapat pula menetap bahkan meluas dan memberat sampai usia dewasa. Terdapat kesan
bahwa makin lama dan makin berat dermatitis yang diderita semasa bayi makin besar
kemungkinan dermatitis tersebut menetap sampai dewasa, sehingga perjalanan penyakit
dermatitis atopik sukar diramalkan.
Terdapat tiga bentuk klinis dermatitis atopik, yaitu bentuk infantil, bentuk anak, dan
bentuk dewasa.
Bentuk infantil Secara klinis berbentuk dermatitis akut eksudatif dengan predileksi
daerah muka terutama pipi dan daerah ekstensor ekstremitas. Bentuk ini berlangsung
sampai usia 2 tahun. Predileksi pada muka lebih sering pada bayi yang masih muda,
sedangkan kelainan pada ekstensor timbul pada bayi sel sudah merangkak. Lesi yang
paling menonjol pada tipe ini adalah vesikel dan papula, serta garukan yang
menyebabkan krusta dan terkadang infeksi sekunder. Gatal merupakan gejala yang
mencolok sel bayi gelisah dan rewel dengan tidur yang terganggu. Pada sebagian
penderita dapat disertai infeksi bakteri maupun jamur.
Bentuk anak Seringkali bentuk anak merupakan lanjutan dari bentuk infantil, walaupun
diantaranya terdapat suatu periode remisi. Gejala klinis ditandai oleh kulit kering (xerosis)
yang lebih bersifat kronik dengan predileksi daerah fleksura antekubiti, poplitea, tangan,
kaki dan periorbita.
Bentuk dewasa DA bentuk dewasa terjadi pada usia sekitar 20 tahun. Umumnya
berlokasi di daerah lipatan, muka, leher, badan bagian atas dan ekstremitas. Lesi
berbentuk dermatitis kronik dengan gejala utama likenifikasi dan skuamasi.
Stigmata pada dermatitis atopik Terdapat beberapa gambaran klinis dan stigmata
yang terjadi pada DA, yaitu:
‘White dermatographism’ Goresan pada kulit penderita DA akan menyebabkan
kemerahan dalam waktu 10-15 detik diikuti dengan vasokonstriksi yang menyebabkan
garis berwarna putih dalam waktu 10-15 menit berikutnya.
Reaksi vaskular paradoksal Merupakan adaptasi terhadap perubahan suhu pada
penderita DA. Apabila ekstremitas penderita DA mendapat pajanan hawa dingin, akan
terjadi percepatan pendinginan dan perlambatan pemanasan dibandingkan dengan orang
normal.
Lipatan telapak tangan Terdapat pertambahan mencolok lipatan pada telapak tangan
meskipun hal tersebut bukan merupakan tanda khas untuk DA.
Garis Morgan atau Dennie Terdapat lipatan ekstra di kulit bawah mata.
Sindrom ‘buffed-nail’ Kuku terlihat mengkilat karena selalu menggaruk akibat rasa
sangal gatal.
‘Allergic shiner’ Sering dijumpai pada penderita penyakit alergi karena gosokan dan
garukan berulang jaringan di bawah mata dengan akibat perangsangan melanosit dan
peningkatan timbunan melanin.
Hiperpigmentasi Terdapat daerah hiperpigmentasi akibat garukan terus menerus.
Kulit kering Kulit penderita DA umumnya kering, bersisik, pecah-pecah, dan berpapul
folikular hiperkeratotik yang disebut keratosis pilaris. Jumlah kelenjar sebasea berkurang
sehingga terjadi pengurangan pembentukan sebum, sel pengeluaran air dan xerosis,
terutama pada musim panas.
‘Delayed blanch’ Penyuntikan asetilkolin pada kulit normal menghasilkan keluarnya
keringat dan eritema. Pada penderita atopi akan terjadi eritema ringan dengan delayed
blanch. Hal ini disebabkan oleh vasokonstriksi atau peningkatan permeabilitas kapiler.
Keringat berlebihan Penderita DA cenderung berkeringat banyak sehingga pruritus
bertambah.
Gatal dan garukan berlebihan Penyuntikan bahan pemacu rasa gatal (tripsin) pada
orang normal menimbulkan gatal selama 5-10 menit, sedangkan pada penderita DA gatal
dapat bertahan selama 45 menit.
Variasi musim
Mekanisme terjadinya eksaserbasi sesuai dengan perubahan musim belum difahami secara
menyeluruh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kelembaban nisbi tinggi musim baik pada
kekeringan kulit penderita DA. Pada daerah dengan kelembaban nisbi tinggi musim panas
berpengaruh buruk, sedangkan lingkungan sejuk dan kering akan berpengaruh baik pada kulit
penderita DA.
DIAGNOSIS
Hanifin dan Lobitz (1977) menyusun petunjuk yang sekarang diterima sebagai dasar untuk
menegakkan diagnosis DA Mereka mengajukan berbagai macam kriteria yang dibagi
dalam kriteria mayor dan kriteria minor.
Kriteria minimal untuk menegakkan diagnosa DA meliputi pruritus dan kecenderungan
dermatitis untuk menjadi kronik atau kronik residif dengan gambaran morfologi dan
distribusi yang khas.
Dermatitis atopik dikenal sebagai gatal yang menimbulkan kelainan kulit, bukan kelainan
kulit yang menimbulkan gatal. Tetapi belum ada kesepakatan pendapat mengenai hal ini,
karena pada pengamatan, lesi di muka dan punggung bukan diakibatkan oleh garukan,
selain itu dermatitis juga terjadi pada bayi yang belum mempunyai mekanisme gatal-
garuk.
Kriteria diagnosis dermatitis atopik dari Hanifin dan Lobitz, 1977
Kriteria mayor ( > 3)PruritusMorfologi dan distribusi khas :dewasa :
likenifikasi fleksura
bayi dan anak : lokasi kelainan di daerah muka dan ekstensor
Dermatitis bersifat kronik residif
Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
Kriteria minor ( > 3)XerosisIktiosis/pertambahan garis di
palmar/keatosis pilarisReaktivasi pada uji kulit tipe cepat
Peningkatan kadar IgE
Kecenderungan mendapat infeksi kulit/kelainan imunitas selular
Dermatitis pada areola mammae
Keilitis
Konjungtivitis berulang
Lipatan Dennie-Morgan daerah infraorbita
Keratokonus
Katarak subskapular anterior
Hiperpigmentasi daerah orbita
Kepucatan/eritema daerah muka
Pitiriasis alba
Lipatan leher anterior
Gatal bila berkeringat
Intoleransi terhadap bahan wol dan lipid solven
Gambaran perifolikular lebih nyata
Intoleransi makanan
Perjalanan penyakit dipengaruhi lingkungan dan emosi
White dermographism/delayed blanch
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Telah dilaporkan pelbagai hasil laboratorium penderita DA, walaupun demikian sulit untuk
menghubungkan hasil laboratorium ini dengan defek yang ada.
Imunoglobulin IgG, IgM, IgA dan IgD biasanya normal atau sedikit meningkat pada
penderita DA. Tujuh persen penderita DA mempunyai kadar IgA serum yang rendah, dan
defisiensi IgA transien banyak dilaporkan pada usia 3-6 bulan. Kadar IgE meningkat pada
80-90% penderita DA dan lebih tinggi lagi bila sel asma dan rinitis alergika. Tinggi
rendahnya kadar IgE ini erat hubungannya dengan berat ringannya penyakit, dan tinggi
rendahnya kadar IgE tidak mengalami fluktuasi baik pada saat eksaserbasi, remisi, atau
yang sedang mendapat pengobatan prednison atau azatioprin. Kadar IgE ini akan menjadi
normal 6-12 bulan setelah terjadi remisi.
Leukosit
Limfosit Jumlah limfosit absolut penderita alergi dalam batas normal, baik pada asma,
rinitis alergilk, maupun pada DA Walaupun demikian pada beberapa penderita DA berat.
dapat disertai menurunnya jumlah sel T dan meningkatnya sel B.
Eosinofil Kadar eosinofil pada penderita DA sering meningkat. Peningkatan ini seiring
dengan meningkatnya IgE, tetapi tidak seiring dengan beratnya penyakit.
Leukosit polimorfonuklear (PMN) Dari hasil uji nitro blue tetrazolium (NBT) ternyata
jumlah PMN biasanya dalam batas normal.
Komplemen Pada penderita DA kadar komplemen biasanya normal atau sedikit
meningkat.
Bakteriologi Kulit penderita DA aktif biasanya mengandung bakteri patogen,
seperti Staphylococcus aureus. walaupun tanpa gejala klinis infeksi.
Uji kulit dan provokasi Diagnosis DA ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis. Untuk
mencari penyebab timbulnya DA harus disertai anamnesis yang teliti dan bila perlu
dengan uji kulit serta uji eliminasi dan provokasi. Korelasi uji kulit hanya baik hasilnya bila
penyebabnya alergen hirup. Untuk makanan dianjurkan dengan uji eliminasi dan
provokasi. Reaksi pustula terhadap 5% nikel sulfat yang diberikan dengan uji tempel
dianggap karakteristik untuk DA oleh beberapa pengamat. Patogenesis reaksi pustula
nikel fosfat ini belum diketahui walaupun data menunjukkan reaksi iritan primer.
DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis Kontak Alergi
Dermatophytosisataur dermatophytids
Sindrom defesiensi imun
Sindrom Wiskott-Aldrich
Sindrom Hyper-IgE
Penyakit Neoplastik
Langerhans’ cell histiocytosis
Penyakit Hodgkin
Dermatitis Numularis
Skabies
Dermatitis Seborrheic
Skabies Pada bayi gejala klinis DA terutama mulai dari pipi dan tidak mengenai telapak
tangan serta kaki. Tanda skabies pada bayi ditandai dengan papula yang relatif besar
(biasanya pada punggung atas), vesikel pada telapak tangan dan kaki, dan terdapat
dennatilis pruritus pada anggota keluarga. Tungau dan telur dapat dengan mudah
ditemukan dari scraping vesicle. Skabies memberi respons yang baik terhadap
pengobatan dengan γ-benzen heksaklorida.
Dermatitis seboroik infantil Penyakit ini dibedakan dari DA dengan: (1) pruritus
ringan, (2) onset invariabel pada daerah pantat halus, tidak bersisik, batas jelas, merah
terang, dan (3) sisik kuning gelap pada pipi, badan dan lengan. Dermatitis seboroik infantil
sering berhubungan dengan dermatitis atopik. Pada suatu penelitian, 37% bayi dengan
dermatitis seboroik akan menjadi DA 5-13 tahun kemudian.
Dermatitis kontak Anak yang lebih tua dengan DA dapat menjadi eksema kronik pada
kaki. Bentuk ini harus dibedakan dengan dermatitis kontak karena sepatu.
KOMPLIKASI
Pada anak penderita DA, 75% akan disertai penyakit alergi lain di kemudian hari.
Penderita DA mempunyai kecenderungan untuk mudah mendapat infeksi virus maupun
bakteri (impetigo, folikulitis, abses, vaksinia. Molluscum contagiosum dan herpes).
Infeksi virus umumnya disebabkan oleh Herpes simplex atau vaksinia dan disebut eksema
herpetikum atau eksema vaksinatum. Eksema vaksinatum ini sudah jarang dijumpai,
biasanya terjadi pada pemberian vaksin varisela, baik pada keluarga maupun penderita.
lnfeksi Herpes simplex terjadi akibat tertular oleh salah seorang anggota keluarga. Terjadi
vesikel pada daerah dermatitis, mudah pecah dan membentuk krusta, kemudian terjadi
penyebaran ke daerah kulit normal.
Penderita DA, mempunyai kecenderungan meningkatnya jumlah koloniStaphylococcus
aureus.
PENGOBATAN
Dermatitis atopik umumnya tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol. Sebagian
penderita mengalami perbaikan sesuai dengan bertambahnya usia. Langkah yang penting
adalah menjalin hubungan baik dengan orang tua penderita, menjelaskan mengenai
penyakit tersebut secara rinci, termasuk perjalanan penyakit, dampak psikologis,
prognosis, dan prinip penatalaksanaan. Langkah pertama dalam penatalaksanaan
penderita DA adalah menghindari atau sedikitnya mengurangi faktor penyebab, misalnya
eliminasi makanan, faktor inhalan, atau faktor pencetus sel Walaupun masih kontroversial
ternyata Ibayi yang memperoleh air susu ibu lebih jarang menderita DA dibandingkan bayi
yang memperoleh pengganti air susu ibu.
Penghindaran faktor alergen pada bayi berumur kurang dari l tahun akan mengurangi
beratnya gejala. DA. Maka dianjurkan agar bayi dengan riwayat keluarga alergi
memperoleh hanya ASI sediIkitnya 3 bulan, bila mungkin 6 bulan pertama dan ibu yang
menyusui dianjurkan untuk tidak makan telur, kacang tanah, terigu, dan susu sapi. Susu
sapi diduga merupakan alergen kuat pada bayi dan anak, maka bagi mereka yang jelas
alergi terhadap susu dapat dipergunakanbangkan untuk menggantinya dengan susu
kedelai, walaupun kemungkinan alergi terhadap susu kedelai masih ada. \60% penderita
DA di bawah usia 2 tahun memberikan reaksi positif pada uji kulit terhadap telur, susu,
ayam, dan gandum. Reaksi positif ini akan menghilang dengan bertambahnya usia.
Walaupun pada uji kulit positif terhadap antigen makanan tersebut di atas, belum tentu
mencerminkan gejala klinisnya. Demikian pula hasil uji provokasi, sehingga membatasi
makanan anak tidak selalu berhasil untuk mengatasi penyakitnya.
Membutuhkan terapi yang integral dan sistemik, meliputi hidrasi kulit, terapi topikal,
identifikasi dan eliminasi faktor penyebab dan pencetus dan bila perlu terapi sistemik.
Penatalaksanaan dasar diberikan untuk semua kasus baik yang ringan, sedang maupun
berat, berupa berupa perawatan kulit, hidrasi, kortikosteroid topikal, antihistamin, tars,
antibiotik bila perlu, identifikasi dan eliminasi faktor-faktor pencetus kekambuhan.
Perawatan Kulit Hidrasi adalah terapi DA yang esensial. Dasar hidrasi yang adekuat
adalah peningkatan kandungan air pada kulit dengan cara mandi dan menerapkan sawar
hidrofobik. untuk mencegah evaporasi. Mandi selama 15-20 menit 2 kali sehari tidak
menggunakan air panas dan tidak menambahkan oil (minyak) karena mempengaruhi
penetrasi air. Sabun dengan moisturizersdisarankan Setelah mandi memberihkan sisa air
dengan handuk yang lembut. Bila perlu pengobatan topikal paling baik setelah mandi
karena penetrasi obat jauh lebih baik. Pada pasien kronik diberikan 3-4 kali sehari
dengan water-in-oil moisturizers sediaan lactic acid.
Pengobatan topikal adalah untuk mengatasi kekeringan kulit dan peradangan. Mengatasi
kekeringan kulit atau memelihara hidrasi kulit dapat dilakukan dengan mandi memakai
sabun lunak tanpa pewangi. Meskipun mandi dikatakan dapat memperburuk kekeringan
kulit, namun berguna untuk mencegah terjadi infeksi sekunder. Jangan menggunakan
sabun yang bersifat alkalis dan sebaliknya pakailah sabun atau pembersih yang
mempunyai pH 7,0. Pemberian pelembab kulit penting untuk menjaga hidrasi antara lain
dengan dasar lanolin, krim air dalam minyak, atau urea 10% dalam krim. Untuk mengatasi
peradangan dapat diberikan krim kortikosteroid. Penggunaan kortikosteroid topikal
golongan kuat sebaiknya berhati-hati dan tidak digunakan di daerah muka. Apabila
dermatitis telah teratasi maka secepatnya pengobatan dialihkan pada penggunaan
kortikosteroid golongan lemah atau krim pelembab. Untuk daerah muka sebaiknya
digunakan krim hidrokortison 1%.
Dengan pengobatan topikal yang baik dapat dicegah penggunaan pengobatan sistemik.
Karena perjalanan penyakit DA adalah kronik dan residif, maka untuk pemakaian
kortikosteroid topikal maupun sistemik untuk jangka panjang sebaiknya diamati efek
samping yang mungkin terjadi. Bila dengan kortikosteroid topikal tidak adekuat untuk
menghilangkan rasa gatal dapat ditambahkan krim yang mengandung mental, fenol,
lidokain, atau asam salisilat. Bila dengan pengobatan topikal ini tetap tidak adekuat, maka
dapat dipertimbangkan pemberian pengobatan sistemik
Kortikosteroids topikal Kortikosteroid topikal mempunyai efek antiinflamasi, antipruritus,
dan efek vasokonstriktor. Yang perlu diperhatikan pada penggunaan kortikosteroid topikal
adalah: segera setelah mandi dan diikuti berselimut untuk meningkatkan penetrasi; tidak
lebih dari 2 kali sehari; bentuk salep untuk kulit lembab bisa menyebabkan folikulitis;
bentuk krim toleransinya cukup baik; bentuk lotion dan spray untuk daerah yang
berambut; pilihannya adalah obat yang efektif tetapi potensinya terendah; efek samping
yang harus diperhatikan adalah: atropi, depigmentasi, steroid acne dan kadang-kadang
terjadi absorbsi sistemik dengan supresi darihypothalamic-pituitary-adrenal axis; bila
kasus membaik, frekuensi pemakaian diturunkan dan diganti dengan yang potensinya
lebih rendah; bila kasus sudah terkontrol, dihentikan dan terapi difokuskan pada hidrasi.
Antihistamin Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan antihistamin (H1) seperti
difenhidramin atau terfenadin, atau antihistamin nonklasik lain. Kombinasi antihistamin H1
dengan H2 dapat menolong pada kasus tertentu. Pada bayi usia muda, pemberian sedasi
dengan kloralhidrat dapat pula menolong. Penggunaan obat lain seperti sodium
kromoglikat untuk menstabilkan dinding sel mast dapat memberikan hasil yang
memuaskan pada 50% penderita.
Penggunaan kortikosteroid oral sangat terbatas, hanya pada kasus sangat berat dan
diberikan dalam waktu singkat, misalnya prednison 0,5-1,0 mg/kgBB/hari dalam waktu 4
hari.
Merupakan terapi standar, tetapi belum tentu efektif untuk menghilangkan rasa gatal
karena rasa gatal pada DA bisa tak terkait dengan histamin.
Tars Mempunyai efek anti-inflamasi dan sangat berguna untuk mengganti kortikosteroid
topikal pada manajemen penyakit kronik. Efek samping dari tar adalah folikulitis,
fotosensitisasi dan dermatitis kontak.
Antibiotik sistemik Antibiotik sistemik dapat dipertimbangkan untuk mengatasi DA yang
luas dengan infeksi sekunder. Antibiotik yang dianjurkan adalah eritromisin, sefalosporin,
kloksasilin, dan terkadang ampisilin Infeksi di curigai bila ada krusta yang luas, folikulits,
pioderma dan furunkulosis. S. aureusyang resisten penisilin merupakan penyebab
tersering dari flare akut. Bila diduga ada resistensi penisilin, dicloxacillin atau sefalexin
dapat digunakan sebagai terapi oral lini pertama. Bila alergi penisilin, eritromisin adalah
terapi pilihan utama, dengan perhatian pada pasien asma karena bersama eritromisin,
teofilin akan menurunkan metabolismenya. Pilihan lain bila eritomisin resisten adalah
klindamisin.. Dari hasil pembiakan dan uji kepekaan terhadap Staphylococcus aureus 60%
resisten terhadap penisilin, 20% terhadap eritromisin, 14% terhadap tetrasiklin, dan tidak
ada yang resisten terhadap sefalosporin Imunoterapi dengan ekstrak inhalan umumnya
tidak menolong untuk mengatasi DA pada anak.
Identifikasi dan eliminasi faktor-faktor eksaserbasi Sabun dan baju yang bersifat
iritatif dihindari. Baju iritatif dari wol dihindari. Demikian juga keringat dapat juga mengiritasi kulit.
Stres sosial dan emosional juga harus dihindari. Eliminasi alergen makanan, binatang dan debu
rumah.
Selain manajemen dasar dilaksanakan pada DA berat terapi imunomodulasi sudah harus
dilaksanakan.
Kortikosteroid sistemik. Efek perbaikannya cepat, tetapi flare yang parah sering terjadi
pada steroid withdrawal. Bila tetap harus diberikan, tapering dan perawatan intensif kulit
harus dijalankan.
Thymopentin. Untuk dapat mengurangi gatal-gatal dan eritem digunakan timopentin
subkutan 10 mg/ dosis 1 kali/hari selama 6 minggu, atau 3 kali/minggu selama 12 minggu.
Interferon-gamma. Dosis yang digunakan g /m2/ hari subkutan diberikan selama 12
minggu.ug-100uantara 50
Siklosporin A. Pemberian per oral 5 mg/kg/hari selama 6 minggu. Dapat pula diberikan
secara topikal dalam bentuk salep atau gel 5%.
Tacrolimus. Digunakan takrolimus 0,1 % dan 0,03 % topikal dua kali sehari. Obat ini
umumnya menunjukan perbaikan pada luasnya lesi dan rasa gatal pada minggu pertama
pengobatan. Tacrolimus tidak mempengaruhi fibroblasts sehingga tidak menyebabkan
atropi kulit.
Pimecrolimus Pemakaian pimecrolimus 1,0 % mereduksi gejala sebesar 35 %.
Gammaglobulin Bekerja sebagai antitoksin, antiinflamasi dan anti alergi. Pada DA
Gammaglobulin intravena (IVIG) adalah terapi yang sangat mahal, namun harus
dipertimbangkan pada kasus kasus khusus.
Probiotik Lactobacillus rhamnosus GG 1 kapsul (109) kuman/dosis dalam 2 kali/hari
memperbaiki kondisi kulit setelah 2 bulan.
Perlakuan khusus diperlukan untuk penderita DA Berat. Penentuan gradasi berat-ringannya DA
dapat mempergunakan kriteria Rajka dan Langeland sebagaimana tabel berikut :
I. Luasnya lesi kulit
fase anak/dewasa
< 9% luas tubuh 1
9-36% luas tubuh 2
> 36 % luas tubuh3
fase infantil
< 18% luas tubuh 1
18-54% luas tubuh 2
> 54% luas tubuh 3
II. Perjalanan penyakit
remisi > 3 bulan/tahun 1
remisi < 3 bulan/tahun 2
Kambuhan3
III. Intensitas penyakit
gatal ringan, gangguan tidur + 1
gatal sedang, gangguan tidur + 2
gatal berat, gangguan tidur + 3
Penilaian skor
3-4 : ringan
5-7 : sedang
8-9 : berat
V