bahan-kuliah Filsafat Ilmu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PPT Filsafat Ilmu

Citation preview

  • FILSAFAT ILMU

  • BIDANG/WILAYAH FILSAFAT

  • Problem yang dibahas dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan:

    Problem Epistemologis tentang ilmuProblem metafisis (ruang-waktu, asumsi-asumsi, kausalitas Dll.)Problem metodologis tentang ilmuProblem logis tentang IlmuProblem etis tentang ilmuProblem estetis tentang Ilmu

  • Filsafat Ilmu dibedakan:

    Philosophy of Science in-general (Filsafat Ilmu umum). Membahas permasalahan/prinsip ilmu pengetahuan secara umum Filsafat Ilmu Pengetahuan umum, bisa dibedakan atas:Filsafat Ilmu Pengetahuan alam dan Filsafat Ilmu sosial & HumanioraPhilosopies of Specific Sciences (Filsafat Ilmu Pengetahuan khusus: Filsafat matematik, fisika, teknologi, fisafat ilmu pengetahuan sosial, dll.)

  • Sumber Pengetahuan (Ted Hondrich, 1995. 935):

    1. Persepsi (Perception).2. Reason (rasio): Deduction, induction, abduction; dialectic3. Introspection4. Sumber lain: Intuition, telepathy, clairfoyance, precognition.

  • Sumber Pengetahuan (Hosper, 1967, 123-24):

    Sense experience (pengalaman indrawi)ReasonAuthorityIntitionRelevation (Wahyu)Faith (kepercayaan)

  • Obyek Pengetahuan

    1. Fenomena/gejala alam fisis (External world)2. Masa lalu (the Past)3. Masa depan (The future)4. Values (etis, estetis, religius)5. Abstraksi6. Mind (dimensi dalam/psikis)

  • Struktur pengetahuan (hubungan Subyek-Obyek):

    1. Obyektivisme (subyek pasif)2. Subyektivisme (subyek aktif)3. Relativisme4. Fenomenalisme5. Konstruktivisme

  • F. Bacon (1561-1626) menyebut filsafat sebagai the great mother of the sciences (ibu agung dari ilmu-ilmu)The queen of all sciences (ratu dari ilmu-ilmuHrndry Sidwick (1839-1900) Scientia Scientiarum (ilmu dari Ilmu-ilmu)

  • Pengetahuan prailmiah = commonsense = pengetahuan eksistensialFilsuf Sophis (yang mempermasalahkan segala sesuatu, mempertanyakan pengetahuan; pendiri epistemologi)Relativisme (Protagoras): manusia individu ukuran segalanyaEpistemology : episteme (pengetahuan) + logos (teori, ilmu) = pengetahuan sistematis mengenai pengetahuan (Theory of knowledge)Plato dan Aristoteles menanggapi pandangan para sofis (ada pengetahuan yang tetap dan abadi)

  • Filsafat & pengetahuan awalnya menyatuFilsafat disebut induk ilmu (matter scientarum)Ilmu memisahkan diri dari filsafat dengan tuntutan jastifikasi ilmiah dapat ditingkatkan menjadi ilmu

  • Teori Kebenaran:T. Korespondensi (the correspondence theory of truth). Aristoteles Veritas est adequatio intellectus et rheiT. Konsistensi atau koherensi (the Concistence theory of truth)T. Pragmatis (The Pragmatic theory of truth). Tokoh pragmatisme Amerika Charles Sander Pierce (1834-1914);m William James (1842-1920); John Dewey (1859-19 ), Kemanfaatan, kegunaan, efekltivitas yang menetukan kebenaran. James Something is true it is works. Ilmu dilihat sebagai problem solving. Ilmu sebagai instrumen(talisme).T. Performatif atau tindak bahasa (John Langshaw Austin (1911-1960)T. Paradigmatis (berdasarkan aturan paradigma yang digunakan)

  • Batas PengetahuanBatas pengetahuan tergantung pada jenis pengetahuan:1.Pengetahuan biasa2.Pengetahuan ilmiah 3.Pengetahuan filosofis4.Pengetahuan teologis

  • Paradigma Newtonian

    Ilmu pengetahuan modern didasarkan atas paradigma Newtonian yang memiliki asumsi-asumsi sebagai berikut; Alam semesta adalah sebuah mesin yang mengikuti hukum-hukum sebab-akibat (cause-effect);Ruang dan waktu adalah realitas yang obyektif yang keberadaannya terlepas dari pengamat;Atom adalah unit terdasar dari materi (ingat penemuan sub-atomik dan quantum makanik);Manusia seperti mesin, panas tubuh adalah akibat gelombang radio yang bergerak kontinyu;Ilmu pengetahuan pada akhirnya dapat membawa pengetahuan yang sempurna (obyektif) tentang universe ( bandingkan dengan tentative theory dari Popper dan Kritik Thomas Kuhn dan postmodernis)

  • Stephen Korner, Fundamental Questions in Philosophy: One Philosophers Answer, 1971,278-280 (Philosophical replection will cease only when non-philosophical reflection too is at its end (pemikiran filsafat berhenti hanya bilamana pemikiran no-filsafat juga tiba pada akhir (kematiannya)

  • PositivismePositivisme bertujuan untuk menjadikan ilmu pengetahuan dengan fundasi yang kuat dan terpercaya. Ajaran dasar positivisme antara lain:Dalam alam terdapat hukum-hukum yang dapat diketahuiPenyebab adanya benda-benda dalam alam tidak dapat diketahui, karena ilmuwan tidak dapat melihat penyebab itu (misalnya apakah alam diciptakan atau alam terjadi dengan sendirinya berada di lusar jangkauan indrawi).Setiap pernyataan yang secara prinsip tidak dapat dikembalikan pada fakta tidak mempunyai arti nyata dan tidak masuk akal.Hanya hubungan antara fakta-fakta saja yang dapat diketahui.Perkembangan intelektual merupakan sebab utama perubahan sosial (Osborne, 2001, 134-135).

  • Prosedur penelitian empiris-eksperimental Comte dapat dirumuskan sebagai berikut:Observasi: meneliti dan mencari hubungan antara fakta-fakta, lalu meninjaunya dari hukum statika dan dinamika sosial. Dari Observasi dapat dirumuskan hipotresa yang akan dibuktikan melalui penelitisan.Eksperimen: fenomen sosial dengan cara tertentu diintervensi cara tertentu, sehingga dengan demikian dapat dijelaskan sebab-akibat fenomena masyarakat ( Misalnya studi tentang pathologi dan keresahan) dan mendapat pemahaman tentang bagaimana masyarakat yang normal.Perbandingan (komparasi) dan metode historis, misalnya dalam biologi dikenal anatomi komparatif. Dalam sosiologi studi komparatif bisa dilakukan antara dua masayarakat/kebudayaan (studi antropologi) atau antara dua periode dalam masyaratakt tertentu (sosiologi historis). Metode historis dimaksudkan adalah penelusuran terhadap hukum-hukum yang menguasai petkembangan pemikiran manusia.

  • Susunan ilmu pengetahuan (hirarkhi) yang didasarkan atas logika ilmiah menurut Comte dapat dilukiskan sebagai berikut: (Osbern Richard, 2001: 135).

    Tata Logis

    Tata yang benar-benar di dapat (kompleksitas)

    Matematika

    1

    6

    Astronomi

    2

    5

    Fisika

    3

    4

    Kimia

    4

    3

    Biologi

    5

    2

    Sosiologi

    6

    1

    .

  • Soberg dan Nett ,mengemukakan berberapa asumsi-asumsi yang teradapat dalam metode ilmiah antara lain:Bahwa ada peristiwa atau fenomena yang terjadi secara berulang kembali atau peristiwa yang mengikuti alur/pola tertentu.Ilmu pengetahuan adalah lebih utama dari kebodohan.Ada keyakinan bahwa pengalaman memberikan dasar yang dapat dipercaya bagi kebenaran ilmu pengetahuan.Ada tatanan kausalitas dalam fenomena alam dan fenomena sosial dan manusia.Ada asumsi yang berkaitan dengan pengamat, antara lain:Dorongan untuk memperolah pengetahuan sebagai alat memperbaiki kehidupan manusia.Pengamat/peneliti mampu menarik hakekat yang ada pada fenomena yang diteliti.Masyarakat ilmiah mendukung metode empiris sebagai dasar pencarian ilmu pengetahuan (Chadwick, 1991: 14).

  • Makna verfikasi adalah:Satu proposisi hanya berarti bila proposisi itu dapat dibuktikan benar-salahnya. Misalnya, kalau saya katakan, bahwa , ada tuyul di dalam kelas, atau Si Ali sakit karena santet, maka pernyataan itu dinyatakan tidak ilmiah karena tuyul dan santet itu tidak dapat diverifikasi (tidak dapat dibuktikan).Ada bentuk-bentuk kebenaran logis dan bentuk-bentuk kebenaran faktual. Kebenaran logis dan matematis adalah kebenaran yang sifatnya rasional, sedangkan kebenaran faktual jastifikasinya (pembenarannya) adalah verifikasi fakta yang dapat dilakukan oleh orang yang indranya baik (normal).Kebenaran faktual hanya dapat dibuktikan melalui pengalaman indrawi (verifikasi). (bandingkan dengan Osborne, 2001; 149).Dari pembahasan di atas dapat dirumuskan asumsi-asumsi yang terkandung dalam paradigma positivisme itu melalui tabel berikut, (bandingkan dengan Smith, 1998; 76,. Lubis, ):

  • Asumsi

    Definisi

    Implikasi

    Naturalisme

    Positivis mengakui pandangan bahwa fenomena alam sama (manusia secara prinsip sama dengan hewan, dan alam fisis), karenanya metode ilmu

    alam dapat diterapkan pada ilmu

    sosial-budaya (unification of method, kesatuan metode ilmiah)

    Ilmu hanya sosial-budaya bertolak dari tingkah laku, dan institusi masyarakat yang

    teramati. Dalam cara yang sama

    manusia dapat diteliti sebagai proses kimia atau biologi. Ilmu alam menjadi model untuk penelitian sosial-budaya

    Fenomenalisme

    Ilmu pengetahuan hanya bersum

    ber dari fenomena yang dapat

    diamati (fisikalisme), hal yang

    abstrak dan metafisik berada di luar ilmu pengetahuan

    Realitas dibatasi pada yang dapat dilihat diraba, disentuh, didengar dan dicium saja. Kesadaran, motivasi, tujuan hidup/kebahagiaan adalah hal yang subyektif (ada dalam pikiran) saja.

    Nominalisme

    Konsep universal sebagai gambaran

    murni sulit diterima karena hanya

    didasarkan pada fakta individual. Konsep adalah suatu nama/sebutan kebahasa-

    an yang disepakati.

    Semua konsep dan Ide yang tidak

    didasarkan atas pengamatan lang-

    sung tidak bermakna. Konsep:

    kesadaran, keadilan, jiwa, makna/

    tujuan hidup dinyatakan tidak bermakna

  • Atomisme

    Atomisme adalah pendekatan khusus untuk mendefinisikan obyek studi. Objek dapat dipecah dalam bagian-bagian kecil. Objek merupakan jumlah total dari komponen atomiknya.

    Unit terkecil yang dapat diobservasi menjadi fokus riset. Dalam penelitian sosiologi ia bertolak dari individu;

    masyarakat dipandang tidak lain dari kumpulan individu-individu.

    Hukum-hukum ilmiah

    Tujuan ilmu pengetahuan adalah nememukan hukum (nomotetis). Bertolak dari observasi terhadap fenomena alam dicari empirical-regularity. Hukum ilmiah adalah

    pernyataan umum yang dapat

    menjelaskan keberaturan pengalaman pada tempat dan waktu yang berbeda

    Pencarian hukum ilmiah diadopsi oleh

    ilmuwan sosial dengan asumsi

    keteraturan empiris, misalnya:

    merokok menyebabkan kanker

    paru-paru. Biasanya dirumuskan:

    jika p maka q.

    Fakta dan Nilai

    Fakta dan nilai dilihat sebagai dua hal yang berbeda/terpisah. Fakta dapat diobservasi, diukur dan diverifikasi. Nilai-nilai termasuk penilaian subyektif, tuntutan tentang apa yang seharusnya tidak boleh masuk dalam wilayah ilmu pengetahuan

    Para ahi ilmu sosial-budaya yang

    menerima asumsi ini menyatakan bahwa proposisi ilmiah bebas dari nilai.

  • Dari penelitian yang dilakukan Durkheim dapat ditarik lima aturan fundamental dalam metodenya ( lihat Giddens, Anthony, Daniel Bell, dan Michel Forse Cs. (2004, 47) yaitu: 1. Mendefinisikan obyek yang dikaji secara obyektif.Obyek dan focus penelitian adalah peristiwa (fenomena) masyarakat yang dapat diobservasi yang berada di luar kesadaran individu. Definisi tidak boleh mengandung prasangka dan terlepas dari apapun yang kira-kira akan menjadi kesimpulan studi. Misalnya Durkheim merumuskan definisi tujuan pendidikan sebagai berikut, Pemdidikan adalh tindakan yang dilaksanakan oleh generasi-generasi dewasa kepada generasi yang belum dewasa dalam kehidupan sosial. Pendidikan bertujuan untuk membangkitkan dan mengembangkan sejumlah kondisi fisik, intelektual dan moral pada anak seperti yang dituntut masyarakat politik terhadap si anak dalam keseluruhan dan lingkungan sosial yang diperuntukkannya2. Memilih satu atau beberapa kriteria yang obyektif.Dalam buku pertamanya De la division du travail socia l (pembagian Kerja Sosial). Durkheim mempelajari bebagai bentuk solidaritas sosial yang berbeda-beda dari sudut hukum. Ia juga berusaha mencari penyebab tindakan bunuh diri dengan mempergunakan angka klematian akibat bunuh diri. Kana tetapi harus diperhatian berbagai kriteria yang digunakan dalam menganalisis bunuh diri itu

  • 3. Menjelaskan kenormalan patologiAda beberapa situasi yang bersifat kebetulan dan sementara yang bisa mengacaukan keteraturan peristiwa. Kita harus dapat membedakan situasi normal yang menjadi dasar bagi kesimpulan-kesimpulan teoritis. Dapat kita bendingkan dengan pemikiran dengan metode ideal-tipikasl dari Max Weber. Yang riil akan selalu terlihat orisinal dalam kompleksitasnya, akan tetapi bisa pula kita mencari struktur dan ciri khas yang menonjol .4. Menjelaskan masalah sosial secara sosial. Satu peristiwa sosial tidak hanya dapat dijelaskan melalui keinginan individual yang sadar namun juga melalui peristiwa atau tindakan sosial sebelumnya. Semua tindakan kolektifmemiliki sati sugnifikansi dalam sebuah sistem interaksi dan sejarah. Inilah yang disebut dengan metode fungsionalis.5. Mempergunakan metode komparatif secara sistematis demonstrasi sosiologis.

  • old paradigm (paradigma lama) yang pandangannya terlalu ekstrem dan mengandung beberapa ciri dan kelemahan antara lain:

    menyingkirkan hegemoni agama (Kristen) pada zaman Pertengahan dengan menggantinya dengan hegemoni ilmu pengetahuan (Paul Feyerabend, 1975). Reduksi realitas pada fakta yang teramati telah menyingkirkan dimensi dan perspektif lain, dan memandang manusia hanya sebagai obyek, pandangan ini tidak dapat dibenarkan;positivisme telah menciptakan satu model rasionalitas ilmiah (rasionalitas instrumental menurut Habermas) dengan menyingkirkan model rasionalitas lain. Selama tiga dasawarsa terakhir proyek-proyek besar dan kebenaran absolut dan ide rasionalisme Pencerahan (modern) mulai berantakan diserang dari berbagai sisi oleh perkembangan fisika kuatum, postrukturalis dan dekonstruksionis (tentang postrukturalis & Dekonstruksionis akan dibahas secara khusus pada kuliah selanjutnya).

  • positivisme tidak mengakui sifat kontigensi, relativitas dan historisitas pikiran (rasio) manusia. Pendukung positivisme seperti dikemukakan Hillary Putnam, seakan dapat memposisikan diri sebagaimana Tuhan melihat realitas dengan transparan apa adanya. Pandangan ini ditolak oleh Putnam (1983; 1989), Gadamer, Heidegger. Kuhn , Rorty, dan tokoh paradigma Konstruktivis (tema ini akan dibahas selanjutnya). Putnam dan Rorty dengan jelas mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk yang terbatas, sehingga tidak mampu melihat realitas dengan transparan dan holistikpandangan evolusionisme, pandangan tentang keseragaman serta kesatuan hukum alam (grand theory) tidak mampu menjelaskan keberagaman budaya manusia, karena itu pandangan positivisme ini cendrung ditolak oleh pendukung pascapositivisme dan postmodernisme. Pandangan kesatuan ilmu pengetahuan tidak mampu memperhitungkan situasi budaya lokal, etnis, budaya multikultural, psikologi pribumi (indigeneous psychology), studi budaya-budaya, dan teori-teori feminis yang banyak menjadi perhatian pada pluralisme budaya sekarang ini. Grand-theory tidak menerima cerita-cerita kecil dan suara dari kelompok yang terpinggirkan, karena itu dalam ilmu sosial-budaya pandangan ini banyak dikritik dan ditinggalkan.Kepercayaan bahwa ilmu pengetahuan akan membawa pada kemajuan ternyata di sisi lain juga menimbulkan hal-hal yang negatif bagi kehidupan (persaingan senjata/perang, kesenjangan antara negara kaya dan miskin, masalah ekologi) dan lain-lain. Masalah ini menjadi salah satu kritik kaum pospositivis terhadap pandangan positivisme ilmiah yang sangat mempercayai kemampuan ilmu pengetahuan untuk menciptakan kemakmuran, keadilan dalam masyarakat modern. Ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata bersifat ambivalen, artinya di samping memberi harapan dan kemudahan bagi umat manusia, akan tetapi di sisi lain menimbulkan dampak negatif yang sangat memprihatinkan.

  • Untuk memberikan gambaran lebih lengkap tentang perbedaan antara ilmu-ilmu empiris dengan nonempiris dapat dilihat pada tabel berikut:

    No

    Kelompok Ilmu

    Subjek-Objek

    Metode

    Tujuan

    1

    Ilmu Formal (apriori)

    - Obyeknya Dunia III

    - Universal

    - Deduktif- axiomatis

    - Kepastian

    - Universalitas

    2

    Ilmu Alam

    - Obyek anorganis

    - Jarak S-O

    - Empiris

    - Deduktif

    - Induktif

    - Eksplanasi kausal-mekanis

    - Prediksi, - Retrodiksi

    - Nomotetis

    3

    Ilmu Hayat

    - Obyek organik

    - Empiris:

    - Deduktif

    - Induktif

    - Eksplanasi

    - Fungsional

    4

    Ilmu Sosial

    - Manusia dan Masyarakat

    - Empiris

    - Deduktif

    - Induktif

    - Intuitif

    - Fenomenologis

    - Hermeneutis

    - Eksplanasi

    - Kualitatif

    - Verstehen

    5

    Ilmu Budaya (termasuk Cultural Studies berkembang tahun 1980-an)

    - Manusia dan budaya/ Kar-yanya (Cultur-al studies: Budaya pop, budaya mas-sa, budaya tinggi, buda-ya kulit hi-tam, budaya pinggiran dll).

    - Empiris

    - Fenomenologi, - Hermeneutika, - Semiotika, - Framing, dll.

    - Deskripsi,

    - Retrodiksi

    - Verstehen

    - Kualitatif

  • The Basic Beliefs (metaphysics) of alternative Inquiry Paradigms

    Item

    Positivism

    Postpositivism

    Critical Theory et. al.

    Constructivism

    Ontolo-gy

    Naive realism-

    Critical realism-real reality but only imperfectly and probabilis-tically apprehend-able

    Historical realism-virtual reality shaped by social, political, cultural, economic, ethnic, and gender values

    Relativism-local and specific constructed realities

    Episte-mology

    Dualist, objectivist; findings true

    Modified dualist/objectivist, critical tradition/ community, findings probably true

    Transactional/sub-jectivist, value-madiated findings

    Transactional/ subjectivist; created findings

    Meto-

    dology

    Experimental/manipulative, verification of hypothesis; chiefly quantitative methods

    Modified experimental/ma-nipulative; critical multiplism; falsification of hypotheses, may include qualitative methods

    Dialogic/ dialectical

    Hermeneutical/ dialectical

  • Perbedaan doktrin pronaturalis (Paradigma positivisme) dan antinaturalis (Anti Positivisme) :

    o

    Problem

    Ilmu-ilmu Alam/ Biologi

    Ilmu Sosial-Humaniora

    1

    Generalisasi

    Ya: Uniformitas alam

    Tidak: Keunikan & heterogenitas

    2

    Eksperimen

    Ya: Terkontrol

    Tidak/sulit dikontrol

    3

    Kebaruan

    Statis

    Dinamis

    4

    Kompleksitas

    Tidak rumit/dapat diisolasi

    Kompleks/sulit diisolasi

    5

    Prognosa/ prediksi

    Ya

    Sulit

    6

    Obyektivitas

    Ya

    Tidak: interaksi subjek-obyek

    7

    Holisme

    Tidak (tapi atomistis)

    Ya (Ganzheit)

    8

    Interpretasi/ Intuisi

    Tidak

    Ya

    9

    Nominalis-Esensialis

    Nominalis: konsep umum hanya nama (wakil) fakta-fakta individual

    Esensialis: memahami

    10

    Kuantitatif

    Ya

    Tidak ( tapi kualitatif)

  • Kuhn menggunakan pengertian paradigma dengan dua puluh satu pengertian yang berbeda-beda. Masterman membantu untuk menjelaskan pengertian paradigma Kuhn dengan mereduksir kedua puluh satu konsep Kuhn itu pada tiga tipe paradigma. Tipe paradigma itu antara lain: 1) paradigma metafisik (metaphysical paradigm) ,: 2) Paradigma sosiologis (sociological paradigm) dan; 3) Paradigma konstruk (construct paradigm) (Ritzer,2002;4).

  • Paradigma metafisik, memerankan beberapa fungsi:Untuk menentukan masalah ontologi (realitas, obyek) yang menjadi fokus atau obyek kajian ilmiah dari komunitas ilmuwan tertentu. Misalnya dalam paradigma Positivisme dalam sosiologi obyek yang dikaji adalah fakta sosialMenunjuk pada komunitas ilmuwan tertentu bagaimana mereka menemukan realitas atau obyek (problem ontologi) yang menjadi pusat perhatiannya.Menunjuk kepada ilmuwan yang berharap untuk menemukan sesuatu yang sunguh-sungguh ada sesuai dengan pandangan (1) dan (2). (Bandingkan dengan Ritzer; 2002; 5).

  • Paradigma sosilogi;Pengertian yang dikemukakan Masterman tentang paradigma sosilogi ini mirip dengan exemplar pada Kuhn. Eksemplar berkaitan dengan bekiasaan-kebiasaan, keputusan-keputusan dan aturan yang diterima serta hasil penelitian yang diterima secara umum, Hasil penelitian yang diterima secara umum inilah yang dimaksudkan dengan eksemplar. Misalnya penelitian Durkheim, Max Weber, Atfred Schulz dalam sosiologi; Freud, Skinner, Maslow dalam psikologi, yang hasil penelitian ini kamudian dijadikan contoh penelitian oleh pendukung paradigma tersebut. Durkeim menjadi model bagi paradigma fakta sosial, Max Weber dengan Social Action-nya menduduki eksempakr bagi sosiologi interpretatif, sehingga mereka disebut sebagai jembatan paradigma. Hal Yang sama tentu dapat diberikan pada Freud (paradigma Psikoanalisa; Skinner (paradigma Behaviorisme) dan Maslow (paradigma Humanistik) sebagai jembatan paradigma ilmiah dalam psikologi

  • Paradigma Konstruk; adalah konsep yang paling sempit dari ketiga paradigma yang dikemukakan Masterman. Untuk menjelaskan paradigma konstruk ia memberikan contoh: pembangunan reaktor nuklir merupakan paradigma konstruk dalam fisika nuklir, mendirikan laboratorium menjadi paradigma konstruk bagi psikologi eksperimental (behaviorisme) dan seterusnya.

  • Pergeseran paradigma ilmiah itu mengandung beberapa unsur/pengertian:Munculnya cara berpikir baru mengenai masalah masalah baruDapat berupa prinsip yang selalu hadir, akan tetapi tidak kita kenal/sadari (bandingkan dengan dimensi yang teka terungkap menurut Michel Polanyi)Paradigma baru tidak dapat diterapkan kecuali dengan meningggalkan paradigma lama (prinsip incommonsurable)Paradigma baru selalu dihadapi/ditanggapi dengan kecurigaan dan permusuhan (ingat tantangan terhadap Giordano Bruno dan Gelileo Galilei sewaktu mereka mengajukan teori heliosentris yang menggeser teori geosentris yang didukung oleh tokoh-tokoh gereja) (Smith, Linda & W. Raeper,2000, 247).

  • Dalam sosiologi menurut George Ritzer setidaknya ada tiga paradigma yang bersaing dengan beberapa varian teori yang dipayunginya. Paradigma itu antara lain: paradigma fakta sosial dengan variannya: a) teori fungsionalisme struktural; b) teori konflik; c) teori sistem; d) teori siologi makro. Paradigma Definisi sosial dengan varian teori yang dipayunginya antara lain: a) teori aksi (action thory); b) interaksionisme simbolik (simbolic interactionism); c) fenomenologi (Phenomenology). Paradigma perilaku sosial yang dikenal juga dengan pendekatan behavioris. Varian teorinya adalah, a) Sosilogi tingkah-laku (behavioral sociology); b) teori exhange atau teori pertukaran Ritzer, 2002).

  • Skema Revolusi ilmiah Kuhn (Smith;1998; ):. Pra paradigmaParadigma A normal Science Anomalies Crisis Scientific Revolution Paradigma B

  • Ian Hacking mengemukakan bahwa pemikiran Kuhn telah menghancurkan beberapa gagasan penting dalam ilmu pengetahuan (khususnya positivisme), antara lain:

    1. Realisme ilmiah: di mana ilmu pengetahuan dianggap sebagai upaya untuk menemukan/menjelaskan suatu dunia nyata, bahwa kebenaran teori adalah sesuai dengan realitas/ obyek apa adanya, dengan demikian teori adalah pencerminan realitas tanpa keterlibatan subjek di dalamnya.2. Demarkasi, maksudnya ada garis batas yang jelas dan tegas antara teori ilmiah dengan non-ilmiah atau jenis keperca-yaan lainnya.3. Kumulasi, yang mengandung pengertian bahwa ilmu penge-tahuan berkembang secara kumulatif dan berkembang berdasarkan apa yang sudah diketahui dan berdasarkan paradigma sebelumnya.4. Pemilahan antara teori dengan observasi, karena tidak ada keterkaitan antara teori/paradigma dengan observasi.5. Fundasionalisme, karena adanya pandangan bahwa observasi dan eksperimen merupakan fundasi terpercaya bagi kebenaran hipotesa dan teori (karena dapat diverifikasi).

  • 6. Struktur deduktif teori, yakni bahwa pengujian atas teori-teori berlangsung dengan cara mendeduksi laporan-laporan observasi dari postulat-postulat teoretis.7. Presisi, yakni bahwa konsep-konsep ilmiah memiliki ketepatan dan memiliki makna yang pasti.8. Penemuan dan pembenaran, yakni bahwa antara konteks pembenaran dan konteks penemuan adalah dua hal yang benar-benar terpisah. Dalam ilmu pengetahuan harus benar-benar dipisahkan secara tegas antara dimensi sosial, histo-ris, psikologis di mana suatu penemuan dilakukan dengan basis logismetodologis yang mengukuhkan kepercayaan pada fakta-fakta yang ditemukan.9. Kesatuan ilmu pengetahuan, yakni bahwa ilmu pengetahuan ditegakkan di atas fundasi (bahasa, obyek, metode) yang sama. Paradigma positivisme (metode ilmu alam) menjadi model terpercaya dan dapat diandalkan bagi semua ilmu pengetahuan (Hacking, 1981: 1-2).

  • Critical Theoryajaran Marx yang ditinggalkan oleh Tokoh Mazhab Frankfurt antara lain:1. Teori nilai pekerjaan Marx dianggap kehilangan arti, karena dalam masyarakat industri maju ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi tenaga produktif yang utama. Jika Marx menganggap ekonomi sebgaia infrastruktur yang menentuka suprastriuktur, maka pada abad xxi ini sering disebut sebagai era ekonomi yang berbasis ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan dianggap sebagai modal (capital) utama.Pertentangan modal (kapital) dengan pekerjaan juga kehilangan relevansinya, karena penindasan manusia tidak lagi penindasan kaum kapitalis pada pekerja (buruh), akan tetapi semuanya ditindas oleh sistem, di mana proses produksi yang ditentukan oleh teknologi sudah tidak terkontrol lagi. Dengan demikian analisis kelas yang begitu penting dalam pemikiran Marx, kehilangan fundamennya atau tidak relevan lagi.Hilangnya pertentangan kelas, disebabkan meleburnya kaum proletariat ke dalam sistem sehingga tidak lagi memiliki semangat revolusioner, Proletariat bukan lagi subyek bagi revolusi menyeluruh.

  • Critical TheoryGenerasi I Teori Kritis menghasilkan karakter Teori sbb :1. Teori bersifat historis, maksudnya teori didasarkan atas situasi mesyarakat yang kongkrit, lalu melakukan kritik terhadap kondisi masyarakat yang tidak adil dan tidak manusiawi.2. Teori Kritis bersifat kritis terhadap pandangan/teorinya sendiri3. Metode dialektik yang digunakan memunculkan kecurigaan terhadap kondisi masyarakat aktual.4. Teori tidak bersifat kontemplatif tapi bertujuan praxis, di mana teori mendorong transformasi masyarakat yang hanya mungkin bisa diterapkan melalui praxis

  • Kritik Teori Kritis mencakup:

    1. Kritik terhadap marxisme yang terlalu deterministik. Teori kritis mengatasi determinisme ekonomi dengan memperhatikan aspek sosial-budaya di samping ekonomi2. Kritik terhadap positivisme yang menyamakan kehidupan sosial-budaya dengan alam (fisikalisme), Habermas menyatakan bahwa positivisme mengabaikan peran individu (actor, egent). Positivisme merendahkan pandangan terjhadap manusia dan hukum ilmiah tidak begitu saja berlaku bagi manusia.3. Kritik terhadap positivisme dalam sosiologi yang menyebabkan sosiologi berwatak konservatif dan mempertahankan status-quo.4. Teori Kritis menolak ilmu yang kontemplatif dengan mengaitkan teori dengan praxis emansipatoris.

  • Keterkaitan antara pengetahuan dengan Kepentingan:

    No

    Kelompok Ilmu

    Tujuan

    Kepentingan

    1

    Empiris Analitis (Ilmu alam & Positivisme Ilmu Sosial

    Nomotetis (rasio Instrumental)

    Teknis & Penguasaan,Kontrol

    alam/manusia

    2

    Historis-Hermeneutis (Sejarah-ilmu Humaniora)

    Menangkap makna

    Perluasan Intersubyektivitas, saling memahami & Komunikasi

    3

    Kritis-Refleksif (Filsafat, Psikoanalisa, K, Ideologi)

    Refleksi diri dan Lingkungan kekuasaan

    Pencerahan, Emansipatoris

  • Ilmu dan kepentingan (Habermas)

    o

    Kelompok Ilmu

    Tujuan & Kepentingan

    1

    Empiris-analitis: ilmu-ilmu alam & Ilmu sosial Positivis

    Nomotetis: mencari hukum alam

    Kepentingan : teknis

    2

    Historis-Hermenutis: Sejarah, sastra

    Idiografis: pengungkapan makna

    Kepentingan: Perluasan wawasan dan komunikasi, tindakan bersama

    3

    Ilmu-ilmu Tindakan: Sosiologi,

    politik, filsafat, teori feminisme

    Refleksi kritis

    Kepentingan: Emansipatoris

  • No

    Pandangan Positivisme Logis

    Rasionalisme Kritis

    Teori Kritis

    1

    1

    Ilmu bebas nilai

    Mendukung ilmu bebas nilai

    Menolak: Pandangan itu

    ideologis

    dan menyembunyikan

    kepentingan yang

    ada di dalamnya

    2

    2

    Verifikasi sebagai dasar validitas ilmiah

    Ditolak: Validitas ilmiah didasarkan pada putusan ilmuwan untuk menyepakati dasarnya

    Ditolak: Validitas diarah

    kan oleh rasionalitas-kepentingan ilmuwan/manusia

    3

    Persoalan basis (fakta atomik sebagai basis pernyataan ilmiah)

    Konsensus ilmuwan yang menentukan bahwa pernyataan (teori) sesuai dengan realitas

    Pengamatan tidak bebas

    nilai, Kepentingan untuk

    menguasai alam menjadi dasar

    ilmu-ilmu alam. Hasil

    penelitian diarahkan oleh

    metode penelitian (pilihan peneliti)

  • Teori Ilmiah

    Teori Kritis

    1

    Tujuan

    Nomotetis, Manipulasi dunia eksternal

    Mencerahkan, Emansiparoris, menemukan kepentingan sejati masyarakat

    2

    Struktur

    kognitif

    Mengobyektivasi, merepresentasikan obyek

    Refleksi, teori merupakan bgn dari obyek yg dideskripsikan

    3

    Konfirmasi

    Empiri & Verifikasi sbg Justifikasi

    Scr Kognitif diterima jika mampu bertahan oleh proses evaluasi; teori benar-benar refleksif

  • n

    Scientific Theories

    Critical Theories

    1

    Tujuan

    Nomotetis; manipulasi dunia eksternal

    Emansipatoris & Mencerahkan; menyadarkan represi terselubung, sehingga dapat membebaskan, mampu menemukan kepentingan nyata/sejati masyarakat

    2

    Struktur kognitif

    Mengobyektivasi, teori merepresentasikan obyek,

    -refleksi

    - Teori merupakan bagian dari obyek yang dideskripsikan

    3

    Konfir

    masi

    Empiri & eksperimen sebagai legitimasi (verifikasi)

    Secara kognitif diterima jika ia mampu bertahan oleh proses evaluasi rumit; apakah teori benar-benar refleksif

  • Emancipatory Politics

    Life Politics

    1

    Pembebasan kehidupan sosial dari tradisi dan adat-istiadat

    Keputusan keputusan politik yang keluar dari kebebasan memilih dan kekuasaan generatif (kekuatan sebagai kemampuan transformatif)

    2

    Pengurangan atau penghapusan eksploitasi, ketidaksamaan dan penindasan. Perhatian terhadap pendistribusian yang divisive terhadap kekuasaan.sumberdaya.

    Pembentukan bentuk-bentuk kehidupan yang dapat dibenarkan secara moral akan mendukung aktualisasi diri dalam konteks global

    3

    Kataatan terhadap prinsip-prinsip keadilan, persamaan, dan partisipasi

    Pengembangan etika tentang bagaimana kita harus hidup dalam tatanan postradisional serta terhadap permasalahan eksistensial

  • Asumsi Epistemologi Praktis (Pragmatisme):1. Tidak ada dasar epistemilogi yang pasti bagi ilmu pengetahuan (antifundasionalisme).2. Pengetahuan adalah kepingan-kepingan pengalaman.3. Ilmu pengetahuan adalah konstruksi kognitif & interaksi yang berkaitan dgn lingkungan.4. Kebenaran ilmu pengetahuan ditentukan oleh kegunaan praktisnya.

  • Akibatnya revolusi kehilangan arti, revolusi ternyata hanya akan mengembalikan keadaan semula.Kritik ekonomi kapitalis Marx yang parsial, digantikan oleh kritik yang lebih menyeluruh yaitu kritik terhadap kebudayaan teknokratis.Karena dalam upaya emansipasi tekanan fungsi kesadaran bersifat primer, maka bidang produksi tidak lagi memiliki kedudukan sentral, Akibatnya skema basis- bangunan atas dianggap tidak berlaku lagi.Atas dasar itu ajaran (dogma) inti Marxisme tentang hukum perkembangan ekonomi umat manusia yang niscaya menuju penghapusan masyarakat berkelas dan ke arah kebebasan manusia, juga tertolak. (Magnis, 1992; 167-68).

  • Upaya untuk membebaskan diri dari dogmatisme ajaran Marx telah memunculkan berbagai pandangan baru yang berkembang seperti: bukan kebutuhan manusia yang menentukan proses produksi melainkan kebutuhan itu sendiri diciptakan, agar hasil-hasil produksi bisa laku; perkembangan teknologi ternyata menuruti hukum-hukumnya sendiri dan lepas dari kontrol manusia;kebahagiaan yang ditawarkan industri konsumsi ternyata kebahagiaan semu, karena ternyata membuatnya semakin tergantung pada benda-benda (pemilikan) dan menghilangkan nilai pada dirinya sendiri; bekerja bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pengembangan diri, akan tetapi merupakan keterpaksaan untuk memenuhi kebutuhan yang diciptakan; teknologi modern ternyata bukan memanusiakan manusia akan tetapi sebaliknya semakin memperbudaknya; kemajuan sarana komunikasi ternyata mengisiolosi manusia dan bukan meningkatkan interaksi dan komunikasi individu (Magnis. 1992; 169).

  • Arthur Asa Berger mengemukakan beberapa metode hermeneutika atau interpretasi teks yang banyak digunakan dalam interpretasi teks (realitas sosial-budaya) dalam dunia akademis sekarang ini (bab V, halaman: 231-233) antara lain:

    Feminist Theory Semiotics Ethical Criticism

    Sociological Marxist

    Theory Theory

    Aesthetic Psychoanalytic Literary

    Theory Theory Theory

    Jika kita melakukan penelitian tentang masalah perempuan yang kita anggap sebagai teks, maka metode hermeneutika dengan variannya: teori psikoanalisa, teori estetika, teori literatus, teori marxis, teori semiotika, teori kritis, teori-teori feminis atau bahkan dekonstruksi model Derrtida dapat saja kita gunakan.

    Text

  • T. FeminisAda tiga faktor yang membantu terciptanya gelombang aktivitas feminis akhir-akhir ini antara lain: Berkembangnya pemikiran kritis pada tahun 1960-/1970an.Kemarahan aktivis perempuan yang terhimpun dalam gerakan anti perang, penegakan hak-hak sipil, gerakan mahasiswa yang hanya bertujuan menentang menentang sikap seksis dan liberal di dalam gerakan tersebut. Pengalaman kaum perempuan dalam menghadapi prasangka dan diskriminasi yang mereka alihkan menjadi tuntutan upah dan pendidikan yang lebih tinggi (Ritzer dan Goodman, 2004: 98).

  • T. FeminisJika diteliti secara rinci dapat dilihat ciri utama teori sosiologi feminis dalam upaya membangun sosiologi yang prefosional anatara lain: 1. Menekankan bahwa pengalaman, pekerjaan, dan kehidupan perempuan sama pentingnya dengan, pengalaman, pekerjaan dan kehidupan kaum laki-laki.2. Penekanan itu diiringi oleh kesadaran bahwa ,mereka berbicara dari pendirian hendak diwujudkan bukan dengan nada keangkuhan obyektivisme, karena mereka ingin menjadikan teori sosiologi laki-laki sebagai patner bagi teori yang mereka bangun.3. Kesadaran bahwa sosiologi bertujuan untuk mereformasi kehidupan sosial, di mana tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia melalui kehidupan.4. Kesadaran bahwa ketimpangan sosial sebagai masalah utama dalam upaya mencapai kemajuan, karena itu ketimpangan dan ketidak adilan itu harus diatasi .

  • Dalam mengembangkan teorinya pendekatan feminis tidak menerima pendekatan positivis atau fungsionalis karena pertimbangan berikut:1. Karena pendekatan positivis menekankan pada penemuam kebenaran universal dengan metode verifikasi.2. Komitmennya pada obyektivitas dan netralitas peneliti.3. Klasifikasinya yang dikotomis serta penekanannya pada prinsip kausalitas.4. Pandangan-pandangannya yang ahistoris.5. Tidak melihat pemakaian bahasa sebagai medium untuk menyampaikan pemikiran-pemikiran, konsep-konsep dan teori-teori (Ollenburger & Helen A. Moore, 1996: 46).

  • Janet Chavetz mengemukakan beberapa unsur yang terdapat dalam teori sosiologi feminis sebagai berikut:1. Masalah jenis kelamin sentral dalam semua teori2. Hubungan jenis kelamin tidak dipandang sebagai masalah3. Hubungan jenis kelamin tidak dipandang sebagai alamiah dan kekal4. Kriteria teori sosiologi feminis dapat digunakan untuk menentang, meniadakan atau mengubah suatu status quo yang merugikan atau merendahkan derajat perempuan (Olenburger & Helen A. Moore, 1996: 45).

  • Sandra Harding merumuskan metode (epistemologi) feminis sebagai alternatif. Ia merumuskan lima macam kecenderungan penelitian interdisipliner yang perlu dikembangkan oleh kaum feminis:1. Suatu penelitian yang adil didorong oleh politik reformis liberal untuk menguji perlawanan dan diskriminasi terhadap wanita di dalam dunia ilmiah. Pendidikan serta proses sosialisasinya menanamkan minat dan bakat dalam ilmu pengetahuan.2. Penelitian terhadap penyalahgunaan ilmu-ilmu sosial, bilogi dan teknologi diperlukan untuk menunjukkan adanya proyek-proyek sosial yang bersifat sexist, racist dan homophobic3. Kajian dari kaum konstruktivisme sosial diperlukan untuk mengusahakan kemungkinan adanya ilmu pengetahuan murni.4. Kajian kelompok dekonstruksionis diperlukan untuk menemukan kebenaran laporannya, terutama yang berkaitan dengan batas bahasa, struktur retoris dan lain sebagainya.5. Kajian epistemologis diperlukan untuk mengeksplorasi fundasi-fundasi pengetahuan dalam kaitannya dengan relasi sosial, perwujudannya serta kaitannya dengan struktur kekuasaan.

  • Shulamit Reinharzt mengemukakan sepuluh tema metodologi feminis ( dalam Feminst Methods In Social Research, 1992) sebagaiu berikut:Feminisme adalah suatu perpektif bukan metode penelitian2. Feminist menggunakan bermacam-macam metode penelitian 3. Penelitian femins melibatkan kritik berkelanjutan terhadap penelitian dan kegiatan ilmiah di luar Kajian feminis4. Penelitian feminis dituntun oleh teori feminis5. Penelitian feminis bersifat interdisipliner/multididipliner6. Penelitian feminis bertujuan untuk menciptakan perubahan sosial7. Penelitian feminis berupaya untuk menampilkan keberagaman manusia.8. Penelitian feminis sering menyertakan peneliti sebagai seorang pribadi9. Penelitin fiminis sering berupaya mengemvbangkan hubungan khusus dengan orang-orang yang diteliti (penelitian interaktif, partisipatif)10. Penelitian feminis sering menetukan hubungan khusus dengan pembaca ( Shulamit; : 336).

  • Richardson dan Taylor menyusun lima metode feminis sebagaimana dikamukakan oleh Judith Cook dan Mary Margaret Fonow sebagai berikut:

    1. Memperkenalkan tentang adanya pengaruh gender (male biased) ketimpangan gender dalam semua kegiatan sosial manusia.2. Menyingkapkan bagaimana hubungan gender dengan system lain yang mempengaruhi perbedaan seperti: ras, kelas sosial, etnis, umur dan lain sebagainya. Ada pengalaman dan harapan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan antara kelas, ras kulit putih dengan kulit hitam dan berwarna.3. Meningkatkan dan menyebarkan kesadaran (conciuosness rising) yang diyakini dapat membantu memperkecil atau menghilangkan ketidak adilan/penindasan terhadap kaum perempuan.4. Memikirkan dan mengubah pandangan dualisme antara si peneliti dengan obyek yang diteliti dengan pandangan yang dialogis, partisipatif. Karena tuntutuan obtektivitas ilmiah ternyata membuat hubungan yang tidak sejajar (tidak adil). Dialog dan sikap kritis diperlukan untuk memahami perspektif, pengalaman dan harapan kaum perempaun.5. Menekankan perlunya pemberdayaan dan transformasi yang secara tidak langsung telah menimbulkan berbagai kritik.

  • Dalam proses pengetahuan ini yang terjadi bukanlah dualisme subyek-obyek, rasio dan emosi. Akan tetapi proses yang menyatukan antara tangan, kepala dan hati (hand, brain, and heart). Dalam pandangan ini ilmu pengetahuan menjadi holistik, relasional serta bertangungjawab terhadap berbagai proses keputusan kelompok. Ada tiga pengertian analitis menuju ke suatu teori yang holistik (terpadu) yaitu:1. Memberi tempat bagi mereka yang tertekan, sebagai cara untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan penelitian yang adil, bertangungjawab. Subyek yang dijadikan sebagai obyek penelitiasn justru harus diposisikan sebagai mitra dialog;2. Ilmu dan penelitian diakui tidak netral, terdapat hubungan antara gaya kognitif dengan keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan sosial;3. Ciri relasional ilmu dan penelitian mengakui dan menjalani proses, dan tidak dapat meninggalkan sumbangan pengalaman prarasional sekalipun. (lihat tulisan J.B. Banawiratma, dalam, Budi Susanto, 1994, 97).

  • Table 1. 2 Interpretive Paradigms (Denzin & Yvonna, 1998; 27):

    Paradigm/Theory

    Kriteria

    Bentuk teori

    Tipe Narasi

    Positivist/postpositivist

    Internal, validitas eksternal

    Logical-deductive, ilmiah, grounded (teori dari dasar)

    Laporan ilmiah

    Konstruktivis

    Keterpercayaan, ckredibilitas, dapat ditransfer, konfirmabilitas

    Formal-substantif

    Interpretasi, studi kasus, ethnografik, fiksi

    Feminist

    Lokal, pengalaman hidup, dialok, Kepedulian, akuntabilitas, ras, klas, gender,

    reflesivitas, praxis, perasaan, didasarkan fakta nyata

    Kritis, standpoint

    Essei, historis, . tulisan eksperimentasi

    Ethnic

    Afrosentris, pengalaman hidup, dialog, keprihatinan, akuntabilitas, ras, klass,gender

    Standpoint, kritis, historis

    Essei, cerita (narasi), drama

    Marxist

    Teori emansi-

    patoris, dapat difalsifikasi, dialogis, ras, klas, gender

    historis-kultural, economis

    Historis, ekonomis, analisis sosial-budaya

    Cultural Studies (studi budaya)

    Praksis budaya, Teks sosial, subjektif

    Kritisisme Sosial

    Teori budaya sebagai kritik

  • Table 1. 2 Interpretive Paradigms (Denzin & Yvonna, 1998; 27):

    Paradigm/Theory

    Kriteria

    Bentuk teori

    Tipe Narasi

    Positivist/postpositivist

    Internal, validitas eksternal

    Logical-deductive, ilmiah, grounded (teori dari dasar)

    Laporan ilmiah

    Konstruktivis

    Keterpercayaan, ckredibilitas, dapat ditransfer, konfirmabilitas

    Formal-substantif

    Interpretasi, studi kasus, ethnografik, fiksi

    Feminist

    Lokal, pengalaman hidup, dialok, Kepedulian, akuntabilitas, ras, klas, gender,

    reflesivitas, praxis, perasaan, didasarkan fakta nyata

    Kritis, standpoint

    Essei, historis, . tulisan eksperimentasi

    Ethnic

    Afrosentris, pengalaman hidup, dialog, keprihatinan, akuntabilitas, ras, klass,gender

    Standpoint, kritis, historis

    Essei, cerita, drama

    Marxist

    Teori emansipatoris, dapat difalsifikasi, dialogis, ras, klas, gender

    historis-kultural, economis

    Historis, ekonomis, analisis sosial-budaya

    Cultural Studies (studi budaya)

    Praksis budaya, Teks sosial, subjektif

    Kritisisme Sosial

    Teori budaya sebagai kritik

  • Bagaimana ilmu pengetahuan terkait dengan kepentingan, dengan kuasa dan nilai emansipatoris dapat dilihat dalam table berikut:

    P. Positivis

    P. Interpretatif

    P. Feminis

    Asumsi dasar

    Fenomena/fakta sosial dapat dion\bservasi, obyektif, bebas dari bias peneliti

    Fenomena sosial dikonstruksi dari pemaknaan simbolik yang dapat terlihat/terobservasi dari tingkahlaku manusia, interaksi manusia dan bahasa. Realitas beragam, kompleks, terdiri dari berbagai perspektif, subyektif.

    Ada kuasa &kepentingan yang mengendalikan/mempengaruhi fenomena sosial dan tingkahlaku seseorang. Realitas bersifat terkonstruksi dan negosiable . Perbedaannya tergantung pada konsteks osial-budaya dan kuasa

    Sumber evidensi/

    fakta

    Fakta yang tersingkap melalui prosedur penelitian yang terstandarisasi dan bebas konteks

    Pemaknaan diperoleh dari perspektif, pengalaman dan tingkahlaku dalam suatu konteks sosial-budaya

    Kuasa, kontrol dan faktor-faktor kontekstual yang dapat diketahui dari pendapat personal/kelompok sebagai refleksi berbagai versi dari realitas

    Metode

    Cara pengumpulan data yang terstruktur, terukur & terkontrol ketat

    Contoh: survei, eksperimen laboratorium, observasi terstruktur dan skala rating

    Semi structural. Observasi dan pertanyaan terbuka memungkinkan partisipasi untuk mengekspresikan pikiran & Tingkahlaku secata alamiah.

    Contoh: Wawancara mendalam, riset partisipatif, Studi kasus.

    Observasi pertisipatoris, dialog terarah, memungkinkan dua kelompok (dominan-marjinal) mengemukakan pendapat, pengalaman dan keinginannya

    Contoh: penelitian partisipatoris, mendengar aktif dan reflektif, Mengupayaklan perubahan dan menghilangkan hambatan oersonal dan politis.

    Kecendrungan/Arah

    Penelitian

    Pendekatan kuantitatif, Erklaeren, verifikasi, prediksi tingkah-laku melalui hubungan kausalitas dan asosiasi.

    Studi kualitatif, memahami tingkahlaku manusia dalam konteksnya

    Studi feminis mencari pemahaman dari pengaruh gender terhadap sikap & tingkahlaku, termasuk perbedaan kuasa dan kontrol dalam kerangka perubahan/emansipasi sosial

    Tingkat Partisipasi

    Subyek penelitian menjawab pertanyaan spesifik dalam bentuk respon yang terformat

    Partisipasi, pertanyaan terbuka, spontan dan natural

    Partisipan memiliki kebebasan dalam mengarahkan proses pengumpulan data dan dalam menentukan tindakan selanjutnya

    Pengaruhnya terhadap Partisipasi

    Subyek/peneliti & Obyak yang diteliti tidak saling mempengaruhi (Netral)

    Partisipan menyadari peran keterlibatannya dalam proses penelitian. Memperoleh pemahaman sesuai dengan persoektif & tingkahlaku sesuai topik penelitian

    Pemberdayaan dan emansipasi. Hasil penelitian mengarahkan aksi untuk perubahan sosial

  • Pengertian ModernitasMenurut G. Simmel, Weber : modernitas adalah proses yang melahirkan negara industri kapitalis modern. Modernitas merangkum pengertian yang sistem sosial, ekonomi, politik yang muncul di Barat sejak abad 18.Posmodernitas berarti yang muncul setelah modernitas (kebudayaan posmodern yng muncul setelah kebudayaan modern). Posmodern bisa juga disebut sebagai cara berpikir baru.

  • modernisasiModernisasi proses perubahan sosial-ekonomi (budaya) yg diakibatkan perkembangan ilmu pengetahuan & teknologi (industrialisasi)Posmodernisme adalah gerakan kebudayaan kapitalis lanjut(late capitalism, postindustrial, consumer society, trans-national capitalism).

  • Dalam perspektif Cultural Studies, politik budaya feminis dapat dibagi secara luas setidaknya dalam lima kategori yang bersaing:Politik liberal dan feminis liberal yang menekankan pentingnya persamaan dan kesmpatan dalam bidang bidang seperti: pekerjaan, akses pendidikan, perawatan anak. Dalam pandangan ini menekjankan individualitras perempuan tanpa berfokus pada perbedaan mereka dengan kaum laki-laki.Politik budaya yang terpusat pada perempuan, dipihak lain memusatkan perhatian pada perspektif yang mengistemewakan kaum perempuan. Keanekaragaman politik budaya kaum perempuan ditujukan sebagai upaya menulis ulang sejatrah perempuan dari perspektif merekaFeminis Marxis melihat gender sebagai fenomena budaya. Perbedaan dalam praktek kebudayaan tidak dilihat sebagai tanda adanya perbedaan esensial antara kedua jenis kelamin tersebut. Perbedaan gender dilihat sebagai bagaimana perbedaan itu bermanfaat bagi kapitalisme.

  • Dalam feminisme posmodern perbedaan ras dan gender tidak memiliki makna yang tetap. Setiap individu dianggap sebagai gabungan unsur-unsur berbagai mode subyektivitas yang ada Unsur-unsur yang bertentangan pun bisa saja cocok pada waktu yang berbeda Feminitas dan maskulinitas dikonstruksi secara sosial dan merupakan situs perjuangan politik tentang makna.4. Konstruksi sosial merupakan relasi, karena itu feminis posmodern tidak tertarik pada autensitas. Feminisme posmpdern membuka ruang bagi perbedaan dan (beragam suara) serta interpretasi baru mengenai identitas.5. Feminisme kulit hitam dan feminisme non barat berkonsentrasi pada rasisme dan kolonialisme.dan memandang hal ini sebagai alat untuk memahami relasi gender. Bagi feminism kulit hitam ras tetap merupakan suatu bentuk penindasan yang hakiki (Sardar danBoris van Loon,2001: 142-145). Feminsme Dunia Ketiga umumnya menolak pemikiran feminisme Barat sebagai tolak ukur dan representasi dari gerakan feminis, Feminisme NonBarat berakar dari rasisme dan kolonialisme, pengakuan terhadap peranan negara modern dalam mengabadikan keduanya.

  • PosmodernSebelum kita menjelaskan posmodern ada baiknya kita jelaskan asumsi ilmiah paradigma positivisme yg dominan pd era modern yang ditolak oleh epistemologi posmodernis, antara lain:Metode ilmiah adalah metode yang baku: (konstruksi sosial, Feyerabend)Pertanyaan manusia dan sosial-budaya dapat dijawab dengan metode ilmiah yang baku itu (maksudnya positivisme).Eksistensi manusia (human being) itu seperti mesin.Obyektivitas total itu dapat dicapai.Kuesioner itu selalu mengemukakan kebenaran.Proses penelitian benar-benar bebas dari bias personal.Semua yang ada hanya merupakan sebuah teka-teki sosial yang akan terpecahkan melalui metode eksperimen.

  • Posmodernmegemukakan pengertian post-modern sebagai sesudah modern. Ia mengemukakan bahwa pengertain postmodern itu merupakan campuran beberapa atau gabungan seluruh pengertian berikut: hasil dari modernisme; anak dari modernisme; akibat dari modernisme; penyangkalan akan modernisme; penolakan terhadap modernisme (Appinnanesi, Chris Garrat, 1995).

  • Istilah moderrn berasal dari kata Latin modo yang berarti barusan. Istilah itu dimunculkan tahun 1127 oleh Suger seorang kepala biarawan Basilika St. Denis di Paris Waktu itu Ia melakukan renovasi yang hasilnya berupa karya arsitektur yang benar-benar baru (bukan seperti arsitektur Yunani, bukan Romawi) karena itu Suger mengalami kesulitan untuk menyebutnya, sehingga ia menggunakan istilah opus modernum (sebuah karya modern) (Appignanesi, Richard dan Chris Garratt1995: 6). Dalam filsafat era Renaisans dan Pencerahan sering disebut sebagai awal zaman modern. Modernisme dalam pengertian kultural dimulai pada tahun 1900-an ketika terjadi inovasi teknologi massal, yaitu gelombang pasang kedua revolusi industri yang telah terjadi sekitar tahun 1800-anPeriode dari tahun 1890-an sampai 1920-an dapat disebut sebagai masa kejayaan zaman modern sedangkan masa sesudah tahun 1960-an/1970-an disebut sebagai zaman posmodern.

  • Pemikir yg mempengaruhi Posmodern:

    N0

    Pemikir

    Pikirannya

    1

    Nietzsche

    Perspektif, Kematian obyektivitas dan kepastian

    (anti esensialis), gerak sejarah siklus

    2

    Karl Marx

    Kesadaran kelas, posisional/standpoint epistemology, konstruksi sosial

    3

    Martin Heidegger

    Menolak konsep obyektivitas Vs Subyektivitas

    4

    Ludwig Wittgenstein

    Language games (antifundationalism)

    5

    Thomas Kuhn

    Mempopulerkan konsep paradigma, Ilmu sbg consensus komunitas

  • 6

    Francois Lyotard

    Abad informasi, Menolak universalitas & grand-narrative, little/mini-narrative

    7

    Jacques Derrida

    Menolak metafisika kehadiran, Menolak Logosentrisme, dekonstruksi

    8

    Michel Foucault

    Kuasa dan kebenaran, episteme, diskursus,

    9

    Roland Barthes

    Semiotics, Ideologi,

    10

    Richard Rorty

    Antifundasionalis, menolak teori cermin, kontigensi

    11

    Jean Budrillard

    Simulacra, hyperreality,

    12

    Pierre` Bourdieu

    PAGE

    1

  • Menurut teoritisi sosial postmodern era postmodern ditandai oleh beberapa hal berikut:

    1. Globalitas: Bangsa-bangsa dan wilayah semakin terhubung satu sama lain sehingga mengaburkan perberdaan antara wilayah dan bangsa dan wilayah maju (Dunia Pertama) dengan bangsa dan wilayah terbelakang (Dunia Ketiga). Dengan Era informasi tidak ada satu Negara atau wilayah pun di dunia yang dapat mengurung diri dalam batas geografisnya.2. Lokalitas: kecendrungan global berdampak langsung pada lingkungan lokal, sehingga memungkinkan kita untuk memahami dinamika global dengan mempelajari manifestasi lokal. Dalam pemikiran posmodernis dimensi local dan global merupakan dua hal yang berjalan beriringan , karena itu sering juga disebut global paradoks. Dari satu sisi era informasi cendrung menghilangkan hal-hal yang bersifat lokal, akan tetapi di sis lain memungkinkan hal-hal yang bersihat local itu memasuki wilayah nasional dan gobal. Contoh jelas paradoks ini dapat kita lihat bagaimana TV selama dua puluh empat jam menyuguhkan masalah global, akan tetapi juga TV lokal menyiarkan masalah dan budaya lokal ke dunia internasional.

  • 3. Akhir dari Sejarah : Modernitas sebagaimana diteorikan pendukung pencerahan, bukanlah akhir dari sejarah, yang muncul dari era postindustrial dimana kebutuhan dasar material semua orang dipenuhi sehingga konflik kolompok dan pertentangan ideologi semakin menghilang. Akan tetapi posmodernitas adalah keterputusan (diskontinuitas) sejarah yang halus, perkembangan evolusioner kapitalis sebagai mana dirancamg oleh pendukung Pencerahan dan pendiri teori sosiologi dan ekonomi borjuis. Akhir sejarah diartikan berakhirnya pertentangan idologi kapitalis dengan sosialis, dan semakin merajalelanya kapitalisme gobal (neokapitalisme)Kematian individu konsep borjuis tentang subyektivitas tunggal dan tetap secara jelas dan dibedakan dengan dunia luar tidak dianggap masuk akal lagi oleh pemikir postmodernitas. Kini diri atau self (individualitas) menjadi arena pertarungan tanpa batas antara diri dan yang di luar diri atau pertarungan antara diri dengan lingkungan sosial-budaya. (Jacques Lacan, 1977, 1982) mengkonsepkan masyarakat sebagai subyek tunggal serta sekaligus subyek yang tengah dan selalu berubah.

  • 5. Mode informasi cara produksi, dalam terminoligi marxis, kini tidak lagi relevan, era sekarang adalah era informasi era postindustri . Era dimana masyarakat postmodern mengorganisir dan menyebarkan informasi dan hiburan.6. Simulasi Jean Baudrillard (1983) menyatakan bahwa apa yang disebut dengan realitas, sekarang tidaklah stabil dan tidak dapat dilacak dengan konsep ilmiah tradisional (maksudnya positivisme), termasuk juga Marxisme. Masyarakat semakin tersimulasi, tertipu dalam dunia citraan dan Wacana yang secara cepat menggantikan pengalaman manusia atas realitas. Goldman dan Parson (1995) mengemukakan bahwa, iklan merupakan wahana utama dunia simulasi itu.7. Perbedaan dan penundaan dalam bahasa: Bahasa ,menurut Jacques Derrida tidak lagi berada dalam hubungan representasional pasti atas realitas. Bahasa tidak lagi dapat menggambarkan realitas dunia secara jernih dan transparan. Bahasa dianggap bersifat licin, media ambigu yang bisa mengaburkan pemahaman yang jelas menjadi tak pasti. Posmodern mengkritisi pandangan obyektivismeuniversalisme dalam wacana ilmiah. Dekonstruksi atau pembacaan kreatif atas teks dari Derrida, membuka ruang bagi penafsir untuk menyingkapkan kekayaan makna teks.

  • 8. Polivokalitas : Segala hal atau obyek dapat dikemukakan dengan perspektif atau paradigma yang berbeda, yang kedudukannya satu sam lain memiliki kesejajaran atau kedudukan yang sama. Karena itu ilmu pengetahuan dihadapkan pada multi narasi yang satu sama lain saling melengkapi, saling bersaing, di mana satu perspektif atau paradigma tidak memiliki keunggulan epistemologis dari yang lain. Ketika Amerika menginvasi Irak, Presiden Bush menyatakan bahwa ia memerdekakan rakyat Irak dari penguasaan Saddam. Berbagai TV seperti CNN, Aljazira, Al-Arabiya, Metro TV, dan yang lain menyiarkan kejadian yang sama berdasarkan sudut pandang dan kepentinganya masing-masing, sehingga fakta (kejadian yang sama) ditafsirkan secara beragam.9. Kematian analisis oposisi biner: model berpikir yang didasarkan atas analisis polaritas (oposisi biner) misalnya: laki-laki Versus Perempuan, benar versus salah, negara maju Vs negara terbelakang, model berpikir ini dianggap tidak lagi relevan, karena munculnya keanekaragaman/pluralitas posisi subyek atau manusia.

  • 10. Lahirnya Gerakan sosial baru: akhir-akhir ini bermunculan berbagai gerakan akar rumput yang mendorong berbagai perubahan sosial progresif, seperti gerakan perempuan, gerakan perempuan kulit hitam, gerakan anti kolonialisme, gerakan lingkungan hidup, gerakan kaun lesbian, gay dan lain-lain.Gerakan ini tidak selalu tepat dengan analisis oposisi biner atau analisis hitam-putih, namun yang jelas gerakan ini menuntut perubahan sosial baru, menuntut penghargaan pada perbedaan etnis, budaya, agama dan lain-lain. Gerakan sosial baru ini sangat berkembang dalam kajian multikuturalisme.

  • 11. Kritik terhadap narasi besar: Lyotard mengemukakan bahwa pada era postmodern kepercayaan pada penjelasan makro atau cerita besar/ cerita .agung sejarah seperti diungkapkan oleh Marx, dilektika Roh model Hegel, kemajuan yang dipercayai oleh modernitas sudah tidak relevan lagi. Posmodernitas lebih mempercayai pada polivokalitas, keanekaragaman daripada keseragaman, mengharagai perbedaan, dan interpersonal.. Posmodern menolak bentuk pemikiran yang monodimensional yang otoritarian. Posmodern menurut Lyotard lebih menekankan dan mempercayai narasi kecil tentang masalah sosial, cerita tentang masalah kehidupanm dan perjuangan pada tingkat budaya, etnis, bahasa yang bersifat lokal.12. Otherness (ke-liyan-an) : Pemikir postmodernis memberikan ruang dan penghargaan pada kelompok yang selama ini terpinggirkan (termarjinalkan). Penghargaan pada kel;ompok atau suara yang terpinggirkan selama ini, berkaitan erat dengan munculnya gerakan dan perjuangan hak-hak sipil serta penghargaan pada multikutural(isme) akhir-akhir ini.

  • Pandangan postmodernisme sebagai titik balik peradaban ditunjukkan melalui beberapa pandangan pemikir:

    Vattimo : Berakhirnya modernitasDaniel Bell: Akhir ideology, Masyarakat postindustriFrancois Lyotard : matinya MetanarasiAkhir dari Sosial, ( Jean Baudrillard)Akhir dari Teori, Masyarakat Konsumer (Fredrich Jameson)Matinya Logos ( Jacques Derrida)Matinya Ilmu Pengetahuan (The End of Science)Matinya Ilmu Ekonomi (Omerod)Matinya Realitas (Leary) (Yasraf 244).

  • Perlu dibedakan konsep postmodernity(postmodernitas) dengan dengan postmodernisme:

    Postmodernitas mengacu pd periode historis yang mengikuti era modern.Postmodernisme mengacu pada produk cultural (seni, film, arsitektur, ilmu pengetahuan) yang berbeda dengan produk kultural modernMunculnya teori social-budaya postmodern (subyektif, local, relative, mini-narrative) menggantikan atau melengkapi teori modern (obyektif, rasional, universal, grand-narrative).

  • Barry Smart dalam, Postmodernity (1993) membedakan tiga pendirian yang berbeda dikalangan postmodernis:

    1. Tipe Moderat: Postmodern(isme) sebagai lanjutan modern(isme). Kekurangan pada modernisme dicoba atasi oleh postmodernisme . Tokohnya J. Habermas, Daniel Bell (postindustrial Society)2. Postmodernis ekstrem/Radikal: ada keterputusan antara masyarakat/pemikiran modern dengan postmodern. Tokoh yang termasuk ini: Francios Lyotard, Jean baudrillard, M. Foucault, J. Derrida, Gilles Deleuze, Felix Quattari, Richard Rorty3. Modern dan Posmodern sebagai pilihan dalam melihat/menjelaskan masalah social-budaya

  • Ciri Filsafat Posmodern1. Berubah dari ilmu pengetahuan universal (metanarasi, grandnarrative) ke narasi yang bersifat lokal mini/little narative)2. Menolak rasionalitas yg universal. Rasionalitas selalu dikondisikan dalam narasi partikular, tradisi, dan intitusi dan praksis tertentu3.Posmodern menolak kesatuan, totalisasi, dan skema universal dengan merayakan pluralitas, perbedaan, fragmentasi, dan kompleksitas4. Menolak individu yg otonom dan rasionalitas yg transenden. Individu senantiasa terkait dengan lingkungan budaya, bahasa, sejarah

  • 5. Postmodernis anti metafisika, dimana sejarah dan nilai-nilai diturunkan dari kepercayaan itu (ingat abad kegelapan).6. Pengetahuan kita tentang sesuatu merupakan konstruksi bahasa dan konstruksi sosial.7. Bahasa adalah konstruksi sosial, melaluinya kita berpikir, dan mengubah keberadaan kita.

  • Ciri Kebudayaan Posmodern (Zygmunt Bauman, 1992) :PluralistisBerjalan di atas perubahan yg konstanKurang dlm otoritas universalHieterarkhis & PermainanMerujuk pada Polivalensi penafsiranDominasi media & Pesan-pesannyaAnti esensialis (semua tanda-tanda)Didominasi pemirsa, pembaca

  • Bauman membedakan Tipe Intelektual modern (legislator) & Tipe postmodern (Interpreter)Tipe Legislator:Memiliki kewenangan mengatasi perbedaanPendapat legislator benar & mengikatOtoritas karane ilmu yg lebih unggulIlmuwan memiliki akses yg lebih baik pd ilmuIlmuwan pemilik kolektif atas pengetahuan yg dihasilkanIlmu dianggap berhubungan langsung dg perbaikan sosialIlmuwan tdk terikat dgn tradisi lokal serta menjastifikasinya.Ilmuwan melakukan kontrol thdp aturan & aplikasi ilmu

  • Tipe Interpreter:Interpreter menafsirkan ide-ide dlm komunitasInterpreter tidak berorientasi mencari ide terbaik, tujuannya utk memfasilitasi komunikasi bebas antar komunitasInterpreter berusaha mencegah distorsi dlm komunikasiInterpreter perlu pemahaman yg dalam & luasInterpreter perlu menjaga keseimbangan antar tradisi yg berlawanan

  • Perbedaan Modern dengan Posmodern

    No

    Modern

    Posmodern

    1

    Pengetahuan ilmiah Scientific knowledge)

    Kearifan (pengetahuan cultural), wisdom (cultural knowledge)

    2

    Teori besar (grand-theory)

    Kesatuan cultural relative (Relative Cultural Corpuses)

    3

    Universalisme (Universalism)

    Partikularisme (Particularism)

    4

    Monovokalitas (monovocality

    Polivokalitas (Poly-Vocality)

    5

    Makna simbolic (symbolic Meaning)

    Simulacra

    6

    Koherensi (Coherence)

    Pasticke

    7

    Holisme (holism)

    Fragmentasi (fragmentation)

    8

    History (Sejarah )

    Sejarah-sejarah (histories)

    9

    Ego rasional

    Libidinal self

    10

    Intelektual

    Tactiler

  • Perbedaan modern dgn Posmodern

    No

    MODERN

    POSMODERN

    1

    Narasi Besar

    Narasi Kecil

    2

    Obyektivisme

    Naturalisme

    3

    Pemusatan (centring)

    Tersebar,lokalitas,perbedaan,the other

    4

    Monisme

    Pluralisme,multivokal

    5

    Mataerialisme

    Semiosis, interpretatif

    6

    Dunia Cetak

    Elektronik

    7

    Mekanistik

    Nonmekanistik

    8

    Linear

    Nonlinear

    9

    Deterministik

    Nondeterministik

    10

    Mekanika Newton

    Mekanika kuantum

  • 11

    Patriarkhis

    Pascapatriarkhis

    12

    Mekanis

    Ekologis

    13

    Reduktif

    Holistik

    14

    Hierarkhis

    Heterarkhis

    15

    Kepastian

    Kebetulan

    16

    Antroposentrisme

    Kosmosentrisme

    17

    Tujuan

    Permainan

    18

    Pemusatan (centring)

    Tersebar (decentring, ,lokalitas)

    19

    Kehadiran

    Ketidak hadiran

    20

    Dualisme

    Partisipasi/dialog

    21

    Ahistoris

    Historis

    22

    Konsensus

    Disensus

    23

    homologi

    heterologi

  • Perbedaan modern dgn posmodern (Eduardo P. Schetti dalamKuper, Adam & Jessica Kuper, 1996, 653) :

    No

    Modernity

    Postmodernity

    1

    Scintific knowledge (pengetahuan ilmiah)

    Wisdom (kearifan, pengetahuan cultural)

    2

    Grand-theory (teori besar, metanarasi)

    Relative cultural corpuses (teori-teori kecil, kesatuan cultural kecil)

    3

    Universalism (universalisme)

    Particularism (paticulturalisme

    4

    Mono-vokality (monovikalitas)

    Poly-vocality (polivokalitas)

    5

    Symbolic meaning (Makna simbolik)

    Simulacra (simulacra, citraan)

    6

    Coherence (koherensi)

    Fragmentation (fragmentasi)

    7

    Holism (holisme, keseluruhan)

    Pastiche ( rangkaian potongan-potongan)

    8

    History

    Histories (sejarah, sejarah, keragaman)

    9

    Rational ego (ego rasional)

    Libidinal self ( hasrat, keinginan)

    10

    Intelectual (intelektual)

    Tactile

  • Tipe Pemikiran Posmodernis:1. Tokoh Posmodern radikal menolak modern: Francois Lyotard, Jacques Derrida, Michel Foucault, Jean Baudrilard. Paul Virilio. Tokoh postmodernisme radikal ini memfokuskan pemikirannya pada pengembangan model, teori sosial- budaya, pengetahuan dan wacana, serta praktek-praktek posmodern. Para pemikir postmodern radikal/garis keras menyatakan bahwa teori totalitas, universalitas modern dipastikan akan membawa kemunduran dan dapat memicu tumbuhnya pemikiran totaliter dan politik kotor (Francois Lyotard). Baudrrilard menyatakan bahwa dalam masyarakat yang sangat terpecah (hyperfragmented) dan masyarakat yang dibanjiri media tidak mungkin untuk menyatakan mana yang hayalan dan mana yang kenyataan, mana tanda (signs) dan mana penanda (signifier), alhasil seseorang tidak bisa membuat perbedaan, penghubungan, dan analisis yang sistematis yang sebelumnya merupakan ciri teori sosial klasik (modern). Bagi aliran Posmodernisme keras, realitas sosial tidak bisa didefinisikan dan dipetakan, hal yang terbaik yang mungkin kita bisa lakukan adalah tinggal dalam serpihan-serpihan sebuah perpecahan dalam tatanan masyarakat (Steven Best, 272).

  • 2. Tipe posmodernis yang moderat yang menyatakan bahwa postmodern itu hanya lanjutan dari modernitas. Jurgen Habermas, David Hervey, fredrich Jameson, Daniel Bell. Pemikir ini masih menggunakan konsep modern (misalnya Marxisme) untuk menganalisis bentuk sosial-budaya postmodern. Kelompok ini tidak terlalu mempertentangkan apakah Nietszche, Marx modernis atau posmodernis. Yang jelas dalam pemikiran Nietzsche dan Marx sudah terkandung pemikiran postmodern yang sekarang disebut poskapitalisme, dan masyarakat konsumer. Jameson mengembangkan konsep marxisme dalam posmodernitas, serta menyatakan bahwa ia bukan menolak dan mendukung posmodernisme (Jameson, 1991). Karya Michel Ryan, Marxism and Deconstructionism (1982), adalah satu karya yang baik sekali yang menunjukkan betapa Teori Kritis dan Posmodernisme sebagai dua teori yang saling memperkaya, sehingga menghasilkan perpaduan teoritis yang menarik.

  • 3. Kelompok ketiga yang menyatakan bahwa postmodernitas sebagai perspektif alternative, paradigma alternatif yang dapat kita jadikan sebagai alternative untuk memahami dan penyelesaian masalah secara baru. Tokohnya antaralain Barry Smart, dan oleh Ritzer dimasukkan Francois Lyotard yang menurut penulis Lyotard lebih cendrung masuk dalam postmodernisme radikal (Ritzer, George, 2003; 18). Penggunaan istilah posmodern setelah tahun 1970-an kita temukan dalam berbagai bidang, yakni: seni rupa, arsitektur, politik, sastra, antropologi, sosio-logi, feminisme, psikologi, filsafat dan lain-lain. Istilah posmo-dern digunakan secara luas dengan pengertian yang agak longgar bahkan cenderung ambigu dan seakan-akan memayungi ber-bagai aliran pemikiran yang satu sama lain tidak selalu ber-kaitan. Kekaburan itu juga terdapat pada pemakaian awalan pos dan akhiran isme pada (pos-) modern (isme) yang biasa-nya dibedakan dengan istilah posmodernitas.

  • Daniel BellDalam buku The Coming of Postindustrial Society, ia mengemukakan beberapa elemen perubahan dalam masyarakat, antara lain:

    Dalam bidang ekonomi; perubahan dari keunggulan barang-barang produksi ke pelayanan (jasa). Pelayanan/jasa itu terlihat pada: bisnis eceran, perbankan, kesehatan, pendidikan, penelitian, serta pelayanan pemerintahan sebagai hal penting dan menentukan dalam masyarakat postindustri.

    Hadirnya pekerjaan professional dan teknis yang kini menguasai lapangan kerja. Pada Era posindustri peran para ilmuwan dan teknisis menjadi sangat penting dan dominant. Pada era ini ilmu pengetahuan (capital intelektual) dianggap sebagai modal utama, menggantikan peran uang pada era modern.

  • Pengetahuan teoritis menjadi esensial bagi masyarakat industri. Ada keterkaitan erat antara teori dengan praksis. Ilmu pengetahuan menjadi sumber utama perubahan struktural dalam masyarakat, perubahan dan inovasi dalam hubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebijakan publik, sesungguhnya didorong oleh perubahan dalam karakter ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan (teoritis) telah mempercepat perkembangan ilmu pengetahuan, berkembangnya teknologi intelektual baru, terciptanya penelitian-penelitian sistematik di dunia perguruan tinggi dan lembaga lain yang didukung anggaran penelitian oleh pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar (Bell, 1973: 44).

  • Masyarakat posindustri berorientasi pada prediksi dan kontrol atas teknologi serta berbagai dampaknya. Bell melihat peran besar dari peramalan dan kontrol serta teknik-teknik pemetaan yang melahirkan sejarah baru ekonomi, karena lebih memungkinkan ekonomi dan kemajuan yang terencana, sehingga memperkecil ketidak menentuan ekonomi dan masa depan.Pengambilan kebijakan ikut menciptakan sebuah teknologi intelektual baru seperti: teori informasi, sibernetika, teori keputusan, teori permainan, teori daya guna, proses-proses yang melibatkan variable yang bervariasi (Giddens, 1973: 29).

  • Pengantar Ke Pemikiran Posmodernis: Lyotard

    Gagasan Teori Kritis:

    Pada Teori kritis sudah dikemukakan kritik tokohnya pada ilmu pengetahuan & Kebudayaan modern.Max Horkheimer & Theodor Adorno, Dialectic of Enlightenment (1944) mengkritik dorongan untuk menguasai alam dan dominasi kapitalisme lanjut adalah satu bentuk fasisme barbar dan irasional. Teori kritis sudah tidak mempercayai Narasi modern. Melalui buku itu Habermas membedakan:a) tindakan instrumental & strategis: tujuannya keberhasilan dlm relasinya dengan lingkungan (fisik-sosial)B) tindakan komunikatif: tujuan bukan kepentingan ehois, tapi untuk mendapatkan saling pemahamanHabermas melalui teori komunikatifnya mengusulkan untuk menggantikan subyektivitas & rasionalitas yang monologis dengan konsep yang dialogisHabermas sudah mengemukakan tentang keberagaman rasionalitas & diskursus. Tanpa terjebak pada relativisme/skeptisisme dgn asumsi: rasionalitas komunikatif karena pencapaian kesepahaman tanpa tekanan diantara subyek yang bertemu & bertindak. (Habermas masih mempercayai keunggulan rasionalitas- Neonitszchean justru melihat kekurangannya).

  • Pokok Pikiran Strukturalis:

  • Pemikir Postrukturalis:Jaen Francois LyotardJacques DerridaMichel FoucaultRichard RortyJean Baudrillard Gillesd Deleuze & GuattariAnthony GiddensPierre BaourdieuDll.

  • Jean Francois Lyotard (1924-Lahir di Versailles tahun 1924-Belajar Filsafat dan sastra di SorbonneIa dipengaruhi oleh Kant , Husserl (buku pertamanya La phenomenologie (1954)Ia pernah mengajar di Algeria, pengalaman ini membuatnya menjadi seorang ilmuwan & politisi yg radikal. Skembalinya di Prancis ia bergabung dengan kelompok Socialisne ou Barbarie (kiri dan anti perang. Ia mengritik dan menyatakan Marxisme tidak lagi memadai. Tahun 1966 Ia keluar dari Socialisme ou BarbarieIa menjadi dosen di Universitas Nanterre dan aktif terlibat dlm gerakan mahasiswa 1968 dan politik oposisi

  • Tahun 1971 ia menyelesaikan Disertasinya Discourse Figure dan ia diangkat menjadi profesor filsafat di Vincennes University.Karyanya:1. Discours Figure (1971)2. Derive a partirr de Marx et Freud (1973),3. Des dispositifs pulsionels (1973) 4. Economic Libidinale (1974)5. The Postmodern Condition

  • Penolakan terhadap grand-narrative ini sering disebut sebagai anti fundasioal sebagai salah satu ciri posmodernismeAntifundasionalisme itu dapat dimengerti sebagai berikut:1. Antifundasionalis dalam teori sosial-budaya dan filsafat me-negaskan bahwa meta-narasi yang dijadikan fundasi dituntut dalam modernitas Barat dengan universalitas dan hak-hak isti-mewanya dalam gagasan mengenai ilmu pengetahuan, humanisme, sosialisme dan lain-lain adalah cacat, karena itu kita harus mencoba untuk menghasilkan mode pengetahuan yang lebih sensitif terhadap berbagai bentuk perbedaan. Hal ini dimungkinkan ketika para intelektual mengganti peran mere-ka sebagai legislator kepercayaan menjadi seorang interpre-ter (Lyotard, 1984, Keller, 1988, Bauman, 1988).( 234).

  • Pemberian hak istimewa pada hal-hal yang bersifat lokal dan vernakuler (daerah), ini diterjemahkan sebagai seorang demokrat dan populis yang menghancurkan hierarkhi simbolik di kalangan akademisi dan intelektual serta seni (perbedaan seni tinggi dan populer).Peralihan dari bentuk upaya diskursif ke arah bentuk budaya figural yang tampak dalam penekanan dan imaji visual dan bukan kata-kata, proses primer ego dan bukan proses sekunder, apresiasi dengan cara membenamkan/ melibatkan diri dan bukan dengan cara mengambil jarak dari penonton yang tidak memihak (Lash, 1988), Aspek ini ditangkap sebagai fase budaya dangkal posmodern (Jameson, 1984).