bahan ttg konsumsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

konsumsi

Citation preview

  • 5/26/2018 bahan ttg konsumsi

    1/9

    Etika Islam dalam bidang Konsumsi

    Posted: June 28, 2011 inmakalah,Perbankan (Syariah dan Konvensional)

    Tags:banks,bisnis islam,boros,etika islam,hadits,lembaga keuangan,manajemen,manajemen perbankan syariah,

    mps,perusahaan,riwayat,syariah,syariah islam,tata cara islam,unsri

    4

    Dalam sistem perekonomian, konsumsi memainkan peranan penting. Adanya konsumsi akanmendorong terjadinya produksi dan distribusi. Dengan demikian akan menggerakkan roda-rodaperekonomian. Bayangkan ketika masyarakat tidak memiliki kemampuan membayar pada suatu

    barang yang diproduksi? Meskipun produsen berargumen barang mereka sesuai dengan need

    konsumen, tetap tidak akan melahirkan demand. Tanpa adanya daya beli konsumen, produksiakan terhenti, dan ekonomi mati!

    Islam adalah agama yang ajarannya mengatur segenap prilaku manusia dalam memenuhikebutuhan hidupnya. Demikian pula dalam masalah konsumsi, Islam mengatur bagaimana

    manusia dapat melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang membawa manusia berguna bagikemashlahatan hidupnya. Seluruh aturan Islam mengenai aktivitas konsumsi terdapat dalam al-

    Quran dan as-Sunnah. Prilaku konsumsi yang sesuai dengan ketentuan al-Quran dan as-Sunnahini akan membawa pelakunya mencapai keberkahan dan kesejahteraan hidupnya.

    Konsumsi adalah satu kegiatan ekonomi yang penting, bahkan terkadang dianggap palingpenting. Dalam ekonomi konvensional prilaku konsumsi dituntun oleh dua nilai dasar, yaitu

    rasionalisme dan utilitarianisme. Kedua nilai dasar ini kemudian membentuk suatu prilaku

    konsumsi yang hedenostikmaterialistik, individualistik, serta boros (wastefull). Secarasederhana dapat dikatakan bahwa prinsip dasar bagi konsumsi adalah saya akan mengkonsumsiapa saja dan dalam jumlah berapapun sepanjang : anggaran saya memenuhi dan saya

    memperoleh kepuasan maksimum.

    Dasar Hukum Prilaku Konsumen

    1. a. Sumber yang Berasal dari al-Quran dan Sunnah Rasul1. Sumber yang ada dalam al-Quran

    Artinya :Makan dan minumlah, namun janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah itutidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.[1]

    1. Sumber yang berasal dari Sunnah Rasul[2],yang artinya :Abu Said Al-Chodry r.aberkata :

    Ketika kami dalam bepergian berasama Nabi SAW, mendadak datang seseorang berkendaraan,sambil menoleh ke kanan-ke kiri seolah-olah mengharapkan bantuan makanan, maka bersabda

    http://devilmycry4.wordpress.com/category/makalah/http://devilmycry4.wordpress.com/category/makalah/http://devilmycry4.wordpress.com/category/makalah/http://devilmycry4.wordpress.com/category/perbankan-syariah-dan-konvensional/http://devilmycry4.wordpress.com/category/perbankan-syariah-dan-konvensional/http://devilmycry4.wordpress.com/category/perbankan-syariah-dan-konvensional/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/banks/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/banks/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/banks/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/bisnis-islam/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/bisnis-islam/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/bisnis-islam/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/boros/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/boros/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/boros/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/etika-islam/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/etika-islam/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/etika-islam/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/hadits/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/hadits/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/hadits/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/lembaga-keuangan/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/lembaga-keuangan/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/lembaga-keuangan/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/manajemen/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/manajemen/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/manajemen/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/manajemen-perbankan-syariah/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/manajemen-perbankan-syariah/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/manajemen-perbankan-syariah/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/mps/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/mps/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/perusahaan/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/perusahaan/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/perusahaan/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/riwayat/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/riwayat/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/riwayat/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/syariah/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/syariah/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/syariah/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/syariah-islam/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/syariah-islam/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/syariah-islam/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/tata-cara-islam/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/tata-cara-islam/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/tata-cara-islam/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/unsri/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/unsri/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/unsri/http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#commentshttp://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#commentshttp://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn1http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn1http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn1http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn2http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn2http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn2http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn2http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn1http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#commentshttp://devilmycry4.wordpress.com/tag/unsri/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/tata-cara-islam/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/syariah-islam/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/syariah/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/riwayat/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/perusahaan/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/mps/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/manajemen-perbankan-syariah/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/manajemen/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/lembaga-keuangan/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/hadits/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/etika-islam/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/boros/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/bisnis-islam/http://devilmycry4.wordpress.com/tag/banks/http://devilmycry4.wordpress.com/category/perbankan-syariah-dan-konvensional/http://devilmycry4.wordpress.com/category/makalah/
  • 5/26/2018 bahan ttg konsumsi

    2/9

    Nabi SAW : Siapa yang mempunyai kelebihan kendaraan harus dibantukan pada yang tidak

    memmpunyai kendaraan. Dan siapa yang mempunyai kelebihan bekal harus dibantukan pada

    orang yang tidak berbekal. kemudian Rasulullah menyebut berbagai macam jenis kekayaan

    hingga kita merasa seseorang tidak berhak memiliki sesuatu yang lebih dari kebutuhanhajatnya. (H.R. Muslim).

    1. b. Ijtihad Para Ahli FiqhIjitihadberarti meneruskan setiap usaha untuk menentukan sedikit banyaknya kemungkinan

    suatu persoalan syariat. Mannan menyatakan bahwa sumber hukum ekonomi islam (termasuk didalamnya terdapat dasar hukum tentang prilaku konsumen) yaitu; al-Quran, as-Sunnah, ijma,serta qiyas dan ijtihad.

    Menurut Mannan, yang ditulis oleh Muhammad dalam bukunya Ekonomi Mikro Islam (2005:

    165); konsumsi adalah permintaan sedangkan produksi adalah penyediaan/penawaran.Kebutuhan konsumen, yang kini dan yang telah diperhitungkan sebelumya, menrupakan insentifpokok bagi kegiatan-kegiatan ekonominya sendiri. Mereka mungkin tidak hanya menyerap

    pendapatannya, tetapi juga memberi insentif untuk meningkatkannya.

    Hal ini berarti bahwa pembicaraan mengenai konsumsi adalah penting. dan hanya para ahli

    ekonomi yang mempertunjukkan kemampuannya untuk memahami dan menjelaskan prinsip

    produksi maupun konsumsi, mereka dapat dianggap kompeten untuk mengembangkan hukum-hukum nilai dan distribusi atau hampir setiap cabang lain dari subyek tersebut.

    Menurut Muhammad perbedaan antara ilmu ekonomi modren dan ekonomi Islam dalam hal

    konsumsi terletak pada cara pendekatannya dalam memenuhi kebutuhan seseorang. Islam tidakmengakui kegemaran materialistis semata-mata dari pola konsumsi modren.[3]

    Lebih lanjut Mannan mengatakan semakin tinggi kita menaiki jenjang peradaban, semakin kita

    terkalahkan oleh kebutuhan fisiologik karena faktor-faktor psikologis. Cita rasa seni,

    keangkuhan, dorongan-dorongan untuk pamer semua faktor ini memainkan peran yang semakindominan dalam menentukan bentuk lahiriah konkret dari kebutuhan-kebutuhan fisiologik kita.

    Dalam suatu masyarakat primitif, konsomsi sangat sederhana, karena kebutuhannya sangat

    sederhana. Tetapi peradaban modren telah menghancurkan kesederhanaan manis akan

    kebutuhan-kabutuhan ini.[4]

    Prinsip Konsumsi Dalam Islam

    Menurut Islam, anugerah-anugerah Allah adalah milik semua manusia. Suasana yang

    menyebabkan sebagian diantara anugerah-anugerah itu berada ditangan orang-orang tertentu

    tidak berarti bahwa mereka dapat memanfaatkan anugerah-anugerah itu untuk mereka sendiri.Orang lain masih berhak atas anugerah-anugerah tersebut walaupun mereka tidak

    http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn3http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn3http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn3http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn4http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn4http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn4http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn4http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn3
  • 5/26/2018 bahan ttg konsumsi

    3/9

    memperolehnya. Dalam Al-Quran Allah SWT mengutuk dan membatalkan argumen yangdikemukakan oleh orang kaya yang kikir karena ketidaksediaan mereka memberikan bagian atau

    miliknya ini.[5]

    Selain itu, perbuatan untuk memanfaatkan atau mengkonsumsi barang-barang yang baik itu

    sendiri dianggap sebagai kebaikan dalam Islam. Sebab kenikmatan yang dicipta Allah untukmanusia adalah ketaatan kepada-Nya yang berfirman kepada nenek moyang manusia, yaitu

    Adam dan Hawa, sebagaimana tercantum dalam Al-Quran

    Artinya :Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumidan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu

    adalah musuh yang nyata bagimu.[6]

    Etika ilmu ekonomi Islam berusaha untuk mngurangi kebutuhan material yang luar biasasekarang ini, untuk mngurangi energi manusia dalam mengejar cita-cita spiritualnya.

    Perkembangan bathiniah yang bukan perluasan lahiriah, telah dijadikan cita-cita tertinggi

    manusia dalam hidup. Tetapi semangat modren dunia barat, sekalipun tidak merendahkan nilaikebutuhan akan kesempurnaan batin, namun rupanya telah mengalihkan tekanan kearah

    perbaikan kondisi-kondisi kehidupan material. Dalam ekonomi Islam konsumsi dikendalikan

    oleh lima prinsip dasar[7].

    1. Prinsip KeadilanSyarat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai mencari rezeki secara halal dan tidakdilarang hukum. Dalam soal makanan dan minuman, yang terlarang adalah darh, daging binatang

    yang telah mati sendiri, daging babi, daging binatang yang ketika disembelih diserukan namaselain Allah, (Q.S 2. 173),

    1. Prinsip KebersihanSyariat yang kedua ini tercantum dalam kitab suci Al-Quran maupun Sunnah tentang makanan.Harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor ataupun menjijikkan sehingga merusak selera.Karena itu, tidak semua yang diperkenankan boleh dimakan dan diminum dalam semua keadaan.Dari semua yang diperbolehkan makan dan minumlah yang bersih dan bermanfaat.

    1. Prinsip Kesederhanaan

    http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn5http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn5http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn5http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn6http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn6http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn6http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn7http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn7http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn7http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn7http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn6http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn5
  • 5/26/2018 bahan ttg konsumsi

    4/9

    Prinsip ini mengatur prilaku manusia mengenai makanan dan minuman adalah sikap tidak

    berlebih-lebihan, yang berarti janganlah makan secara berlebih.

    Artinya : Haiorang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yangtelah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas[8]..

    Arti penting ayat ini adalah kenyataan bahwa kurang makan dapat mempengaruhi pembangunanjiwa dan tubuh, demikian pula bila perut diisi secara berlebih-lebihan tentu akan ada

    pengaruhnya pada perut. Praktik memantangkan jenis makanan tertentu dengan tegas tidak

    dibolehkan dalam Islam.

    1. Prinsip Kemurahan HatiDengan mentaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa ketika kita memakan dan

    meminum makanan halal yang disediakan Tuhan karena kemurahan hati-Nya. Selama

    maksudnya adalah untuk kelangsungan hidup dan kesehatan yang lebih baik dengan tujuan

    menunaikan perintah Tuhan dengan keimanan yang kuat dalam tuntutan-Nya, dan perbuatan adilsesuai dengan itu, yang menjamin persesuaian bagi semua perintah-Nya.

    Artinya :Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut

    sebagai makanan yang lezat bagimu dan bagi orang-orang dalam perjalanan, dan diharamkan

    atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan bertakwalahkepada Allah yang kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.[9]

    1. Prinsip Moralitas.Bukan hanya mengenai makanan dan minuman langsung tetapi dengan tujuan terakhirnya, yakniuntuk peningkatan atau kemajuan nilai-nilai moral dan spiritual. Seseorang muslim diajarkanuntuk menyebut nama Allah sebelum makan dan menyatakan terima kasih kepada-Nya setelah

    makan. Dengan demikian ia akan merasakan kehadiran Ilahi pada waktu memenuhi keinginan-

    keinginan fisiknya. Hal ini penting artinya karena Islam menghendaki perpaduan nilai-nilaihidup material dan spiritual yang berbahagia.

    http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn8http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn8http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn9http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn9http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn9http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn9http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn8
  • 5/26/2018 bahan ttg konsumsi

    5/9

    Artinya :Mereka bertanya kepadamu (Nabi) tentang khamar dan judi. Katakanlah, pada

    keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya

    lebih besar dari manfaatnya[10]

    Teori Konsumsi Dalam Ekonomi Islam

    Barang-barang kebutuhan dasar (termasuk untuk keperluan hidup dan kenyamanan) dapat

    didefenisikan sebagai barang dan jasa yang mampu memenuhi suatu kebutuhan atau mengurangikesulitan hidup sehingga memberikan perbedaan yang riil dalam kehidupan konsumen. Barang-

    barang mewah sendiri dapat didefenisikan sebagai semua barang dan jasa yang diinginkan baik

    untuk kebanggaan diri maupun untuk sesuatu yang sebenarnya tidak memberikan perubahanberarti bagi kehidupan konsumen[11].

    Lebih lanjut Chapra (2002 : 309) mengatakan bahwa konsumsi agregat yang sama mungkinmemiliki proporsi barang kebutuhan dasar dan barang mewah yang berbeda (C = Cn + C1), dan

    tercapai tidaknya pemenuhan suatu kebutuhan tidak tergantung kepada proporsi sumber daya

    yang dialokasikan kepada masing-masing konsumsi ini. Semakin banyak sumber dayamasyarakat yang digunakan untuk konsumsi dan produksi barang dan jasa mewah (C1), semakin

    sedikit sumber daya yang tersedia untuk pemenuhan kebutuhan dasar (Cn). Dengan demikian,

    meski terjadi penigkatan pada konsumsi agregat, ada kemungkinan bahwa kehidupan masyarakat

    tidak menjadi lebih baik dilihat dari tingkat pemenuhan kebutuhan dasar penduduk miskin (Cn),

    jika semua peningkatan yang terjadi pada konsumsi tersebut lari ke penduduk kaya untukpemenuhan kebutuhan barang-barang mewah (C1).

    Fungsi konsumsi di dalam ilmu makroekonomi konvensional tidak memperhitungkan

    komponen-komponen konsumsi agregat ini (Cn dan C1). Yang lebih banyak dibicarakan dalam

    ilmu makroekonomi konvensional terutama mengenai pengaruh dari tingkat harga danpendapatan terhadap konsumsi. Hal ini dapat memperburuk analisis, karena saat tingkat harga

    dan pendapatan benar-benar memainkan peran yang substansi dalam menentukan konsumsi

    agregat (C), ada sejumlah faktor moral, sosial, politik, ekonomi, dan sejarah yang mempengaruhi

    pengalokasiaannya pada masing-masing komponen konsumsi (Cn dan C1). Dengan demikian,faktor-faktor nilai dan kelembagaan serta preferensi, distribusi pendapatan dan kekayaan,

    perkembangan sejarah, serta kebijakan-kebijakan pemerintah tentunya tak dapat diabaikan dalamanalisis ekonomi.

    Sejumlah ekonom Muslim diantaranya adalah Zarqa (1980 dan 1982 ), Monzer Kahf (1978 dan

    1980 ), M.M. Metwally ( 1981 ), Fahim Khan ( 1988 ), M.A. Manan ( 1986 ), M.A Choudhury (1986 ), Munawar Iqbal ( 1986 ), Bnedjilali dan Al-Zamil ( 1993 ) dan Ausaf Ahmad ( 1992 )

    telah berusaha memformulasikan fungsi konsumsi yang mencerminkan faktor-faktor tambahan

    ini meski tidak seluruhnya, mereka beranggapan bahwa tingkat harga saja tidaklah cukup untuk

    http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn10http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn11http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn11http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn11http://devilmycry4.wordpress.com/2011/06/28/etika-islam-dalam-bidang-konsumsi/#_ftn10
  • 5/26/2018 bahan ttg konsumsi

    6/9

    mengurangi tingkat konsumsi barang mewah (C1) yang dilakukan oleh orang-orang kaya.

    Diperlukan cara untuk mengubah sikap, selera dan preferensi, memberikan motivasi yang tepat,

    serta menciptakan lingkungan sosial yang memandang buruk konsumsi seperti itu (C1).Disamping itu perlu pula untuk menyediakan sumber daya bagi penduduk miskin guna

    meningkatkan daya beli atas barang-barang dan jasa-jasa yang terkait dengan kebutuhan dasar

    (Cn). Hal inilah yang coba dipenuhi oleh paradigma relegius, khususnya Islam, denganmenekankan perubahan individu dan sosial melalui reformasi moral dan kelembagaan (dalamChapra, 2002 ; 310 ).

    Norma konsumsi Islami mungkin dapat membantu memberikan orientasi preferensi individual

    yang menentang konsumsi barang-barang mewah (C1) dan bersama dengan jaring pengaman

    sosial, zakat, serta pengeluaran-pengeluaran untuk amal mempengaruhi alokasi dari sumber daya

    yang dapat meningkatkan tingkat konsumsi pada komponen barang kebutuhan dasar (Cn).Produsen kemudian mungkin akan merespon permintaan ini sehingga volume investasi yang

    lebih besar dialihkan kepada produksi barang-barang yang terkait dengan kebutuhan dasar (Cn).

    Prioritas Konsumsi

    Islam mengajarkan bahwa manusia selama hidupnya akan mengalami tahapan-tahapan dalamkehidupan. Secara umum tahapan kehidupan dapat di kelompokkan menjadi dua tahapan yaitudunia dan akhirat. Oleh Karena itu Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu mencapai

    kebahagiaan dunia dan akhirat. Hal ini berarti pada saat seseorang melakukan konsumsi harus

    memiliki dunia dan akhirat. Dengan demikian maka yang lebih diutamakan adalah konsumsiuntuk dunia dan konsumsi untuk akhirat. Sebagai mahluk pribadi dan social, maka manusia juga

    memiliki sasaran konsumsi. Sasaran konsumsi tersebut adalah untuk: Konsumsi untuk diri

    sendiri dan keluarga, Konsumsi sebagai tanggung jawab social, Tabungan, Investasi.

    Konsumsi berlebih-lebihan, yang merupakan ciri khas masyarakat yang tidak mengenal Tuhan,

    dikutuk dalam Islam dan disebut dengan istilah israf(pemborosan) atau tabzir(menghambur-hamburkan uang/harta tanpa guna).

    Menurut Islam, anugerah-anugerah Allah itu milik semua manusia dan suasana yangmenyebabkan sebagian diantara anugerah-anugerah itu berada di tangan orang-orang tertentu

    tidak berarti bahwa mereka dapat memanfaatkan anugerah-anugerah itu untuk mereka sendiri;

    sedangkan orang lain tidak memiliki bagiannya sehingga banyak diantara anugerah-anugerah

    yang diberikan Allah kepada umat manusia itu masih berhak mereka miliki walaupun mereka

    tidak memperolehnya. Dalam Al-Quran Allah SWT mengutuk dan membatalkan argumen yangdikemukakan oleh orang kaya yang kikir karena ketidaksediaan mereka memberikan bagian ataumiliknya ini.

    Bila dikatakan kepada mereka, Belanjakanlah sebagian rizqi Allah yang diberikan-Nya

    kepadamu, orang-orang kafir itu berkata, Apakah kami harus memberi makan orang-orangyang jika Allah menghendaki akan diberi-Nya makan? Sebenarnya kamu benar-benar tersesat.

  • 5/26/2018 bahan ttg konsumsi

    7/9

    Selain itu, perbuatan untuk memanfaatkan atau mengkonsumsi barang-barang yang baik itu

    sendiri dianggap sebagai kebaikan dalam Islam, karena kenikmatan yang dicipta Allah untuk

    manusia adalah ketaatan kepada-Nya Yang berfirman kepada nenek moyang manusia, yaituAdam dan Hawa, sebagaimana tercantum dalam Al-Quran: dan makanlah barang-barangyang penuh nikmat di dalamnya (surga) sesuai dengan kehendakmu , dan yang menyuruh

    semua umat manusia: Wahai umat manusia, makanlah apa yang ada di bumi, dengan cara yangsah dan baik. Karena itu, orang Mumin berusaha mencari kenikmatan dengan mentaatiperintah-perintah-Nya dan memuaskan dirinya sendiri dengan barang-barang dan anugerah-

    anugerah yang dicipta (Allah) untuk umat manusia. Konsumsi dan pemuasan (kebutuhan) tidak

    dikutuk dalam Islam selama keduanya tidak melibatkan hal-hal yang tidak baik atau merusak.Allah SWT berfirman dalam Al-Quran: Katakanlah, siapakah yang melarang (anugerah-anugerah Allah) yang indah, yang Dia cipta untuk hamba-hamba-Nya dan barang-barang yang

    bersih dan suci (yang Dia sediakan?).

    Konsumsi berlebih-lebihan, yang merupakan ciri khas masyarakat yang tidak mengenal Tuhan,

    dikutuk dalam Islam dan disebut dengan istilah isrf(pemborosan) atautabzr (menghambur-

    hamburkan harta tanpa guna). Tabzir berarti mempergunakan harta dengan cara yang salah,yakni, untuk menuju tujuan-tujuan yang terlarang seperti penyuapan, hal-hal yang melanggar

    hukum atau dengan cara yang tanpa aturan. Setiap kategori ini mencakup beberapa jenispenggunaan harta yang hampir-hampir sudah menggejala pada masyarakat yang berorientasikonsumer. Pemborosan berarti penggunaan harta secara berlebih-lebihan untuk hal-hal yang

    melanggar hukum dalam hal seperti makanan, pakaian, tempat tinggal atau bahkan sedekah.

    Ajaran-ajaran Islam menganjurkan pola konsumsi dan penggunaan harta secara wajar danberimbang, yakni pola yang terletak diantara kekikiran dan pemborosan. Konsumsi di atas dan

    melampaui tingkat moderat (wajar) dianggapisrfdan tidak disenangi Islam.

    Salah satu ciri penting dalam Islam adalah bahwa ia tidak hanya mengubah nilai-nilai dan

    kebiasaan-kebiasaan masyarakat tetapi juga menyajikan kerangka legislatif yang perlu untukmendukung dan memperkuat tujuan-tujuan ini dan menghindari penyalahgunaannya. Ciri khas

    Islam ini juga memiliki daya aplikatifnya terhadap kasus orang yang terlibat dalam pemborosanatau tabzr. Dalam hukum (Fiqh) Islam, orang semacam itu seharusnya dikenai pembatasan-

    pembatasan dan, bila dianggap perlu, dilepaskan dan dibebaskan dari tugas mengurus harta

    miliknya sendiri. Dalam pandanganSyarahdia seharusnya diperlakukan sebagai orang tidakmampu dan orang lain seharusnya ditugaskan untuk mengurus hartanya selaku wakilnya.

    Perilaku Konsumsi dalam Islam

    Sebagai agama yangsyamil, Islam telah memberikan rambu-rambu berupa batasan-batasan serta

    arahan-arahan positif dalam berkonsumsi. Setidaknya terdapat dua batasan dalam hal ini.

    1. pembatasan dalam hal sifat dan cara. Seorang muslim mesti sensitif terhadap sesuatuyang dilarang oleh Islam. Mengkonsumsi produk-produk yang jelas keharamannya harus

  • 5/26/2018 bahan ttg konsumsi

    8/9

    dihindari, seperti minum khamr dan makan daging babi.. Seorang muslim haruslah

    senantiasa mengkonsumsi sesuatu yang pasti membawa manfaat dan maslahat, sehingga

    jauh dari kesia-siaan. Karena kesia-siaan adalah kemubadziran, dan hal itu dilarangdalam islam (QS. 17 : 27)

    1. pembatasan dalam hal kuantitas atau ukuran konsumsi. Islam melarang umatnya berlakukikir yakni terlalu menahan-nahan harta yang dikaruniakan Allah SWT kepada mereka.Namun Allah juga tidak menghendaki umatnya membelanjakan harta mereka secara

    berlebih-lebihan di luar kewajaran (QS. 25 : 67, 5 : 87). Dalam mengkonsumsi, Islam

    sangat menekankan kewajaran dari segi jumlah, yakni sesuai dengan kebutuhan. Dalambahasa yang indah Al-Quran mengungkapkan dan janganlah kamu jadikan tanganmuterbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya(QS. 17 : 29).

    Adapun arahan Islam dalam berkonsumsi paling tidak ada tiga hal.

    1. jangan boros. Seorang muslim dituntut untuk selektif dalam membelanjakan hartanya.Tidak semua hal yang dianggap butuh saat ini harus segera dibeli. Karena sifat darikebutuhan sesungguhnya dinamis, ia dipengaruhi oleh situasi dan kondisi. Seorang

    pemasar sangat pandai mengeksploitasi rasa butuh seseorang, sehingga suatu barang yang

    sebenarnya secara riil tidak dibutuhkan tiba-tiba menjadi barang yang seolah sangatdibutuhkan. Contoh sederhana air mineral. Dahulu orang tidak terlalu membutuhkannya.

    Namun karena perusahaan rajin memprovokasi pasar, kini hampir di setiap rumah kitaada air mineral.

    1. seimbangkan pengeluaran dan pemasukan. Seorang muslim hendaknya mampumenyeimbangkan antara pemasukan dan pengeluarannya, sehingga sedapat mungkin

    tidak berutang. Karena utang, menurut Rasulullah SAW akan melahirkan keresahan dimalam hari dan mendatangkan kehinaan di siang hari. Ketika kita tidak memiliki daya

    beli, kita dituntut untuk lebih selektif lagi dalam memilih, tidak malah memaksakan diri

    sehingga terpaksa harus berutang. Hal ini tentu bertentangan dengan perilaku produktif.

    Kita telah merasakan: keresahan, kehinaan, serta kehilangan kemerdekaan sebagai satubangsa akibat jerat utang.

    2.

    tidak bermewah-mewah. Islam juga melarang umatnya hidup dalam kemewahan (QS. 56: 41-46) Kemewahan yang dimaksud menurut Yusuf Al Qardhawi adalah tenggelam

    dalam kenikmatan hidup berlebih-lebihan dengan berbagai sarana yang serbamenyenangkan.

  • 5/26/2018 bahan ttg konsumsi

    9/9

    Perilaku konsumsi, sesuai dengan arahan Islam di atas menjadi lebih terasa urgensinya pada

    kehidupan kita saat ini. Krisis ekonomi yang belum juga reda bertemu dengan harga-harga yang

    melambung tinggi selama bulan puasa, menuntut kita untuk selektif dalam berbelanja. Islamtidak melegitimasi momen apapun yang boleh digunakan untuk mengkonsumsi secara berlebihan

    apalagi di luar batas kemampuan, termasuk Ramadhan dan Idul Fitri. Bahkan Rasulullah

    merayakan idul fitri dengan penuh kesederhanaan.

    Bagi mereka yang memiliki uang berlebih mungkin berfikir, mengapa Islam harus membatasi

    hak orang? Pada prinsipnya Islam sangat menghargai hak individu dalam mengkonsumsi rezeki

    yang diberikan oleh Allah SWT sepanjang pelaksanaannya tidak mengganggu kepentinganumum. Dalam riwayat, Khalifah Umar bin Khattab pernah melarang konsumsi daging dua hari

    berturut-turut dalam sepekan, karena persediaan daging tidak mencukupi semua orang di

    Madinah. Demikian pula terjadi pada zaman Nabi Yusuf, ketika terjadi swasembada selama

    tujuh tahun, masyarakat tidak diperkenankan mengkonsumsi secara berlebihan (QS. 12:47-48).

    Pembatasan di masa krisis sesungguhnya dapat menjaga stabilitas sosial serta menjaminterpenuhinya rasa keadilan, karena mereka yang punya kuasa atas harta tidak bisa secara

    sewenang-wenang menimbun bahan pangan di rumahnya.

    Dokumen makalah

    Manajemen perbankan Syariah

    Program Diploma III Fakultas Ekonomi

    Universitas Sriwijaya